22
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Family Firms Keterlibatan keluarga dalam bisnis perusahaan merupakan perbedaan utama antara perusahaan keluarga dan perusahaan non keluarga. Ensley dan Pearson (2005) menyimpulkan bahwa keterlibatan anggota keluarga dalam tim manajemen perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan dan kemampuan, rasa memiliki dalam tim, serta arah strategik perusahaan dan mengurangi konflik yang terjadi. Villalonga dan Amit (2009) mendefinisikan perusahaan keluarga (Family Firms) sebagai suatu bentuk perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang dikelola dan dikontrol oleh pendiri atau anggota keluarganya baik yang tergolong keluarga inti maupun perluasannya (baik yang memiliki hubungan darah atau ikatan perkawinan). Jorissen, et al. (2002) dalam penelitiannya mengklasifikasikan perusahaan merupakan perusahaan keluarga ketika keluarga memiliki mayoritas saham. Keluarga merupakan suatu kelas khusus dari large shareholding yang memiliki struktur insentif yang unik, kekuasaan yang kuat dalam perusahaan dan

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS

Family Firms

Keterlibatan keluarga dalam bisnis perusahaan

merupakan perbedaan utama antara perusahaan

keluarga dan perusahaan non keluarga. Ensley dan

Pearson (2005) menyimpulkan bahwa keterlibatan

anggota keluarga dalam tim manajemen perusahaan

dapat meningkatkan kepercayaan dan kemampuan,

rasa memiliki dalam tim, serta arah strategik

perusahaan dan mengurangi konflik yang terjadi.

Villalonga dan Amit (2009) mendefinisikan perusahaan

keluarga (Family Firms) sebagai suatu bentuk

perusahaan dengan kepemilikan dan manajemen yang

dikelola dan dikontrol oleh pendiri atau anggota

keluarganya baik yang tergolong keluarga inti maupun

perluasannya (baik yang memiliki hubungan darah

atau ikatan perkawinan). Jorissen, et al. (2002) dalam

penelitiannya mengklasifikasikan perusahaan

merupakan perusahaan keluarga ketika keluarga

memiliki mayoritas saham.

Keluarga merupakan suatu kelas khusus dari

large shareholding yang memiliki struktur insentif yang

unik, kekuasaan yang kuat dalam perusahaan dan

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

10

motif yang kuat untuk menetapkan keputusan

keuangan penting (Anderson, et al., 2003). Theories of

The Firms menyatakan dua karakteristik utama yang

membedakan perusahaan keluarga dan perusahaan

non keluarga dalam membuat keputusan. Pertama,

perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga memiliki

keinginan kuat untuk mempertahankan kontrol yang

memungkinkan keluarga menikmati manfaat pribadi.

Kedua, terkait dengan kesejahteraan investor dan risiko

sumber daya manusia, dalam hal ini perusahaan

keluarga cenderung lebih risk averse dibandingkan

perusahaan non keluarga. Dengan demikian,

perusahaan yang dikendalikan keluarga dapat

memaksimalkan nilai perusahaan dan kepentingan

pribadi.

Perbedaan struktur kepemilikan dapat

menyebabkan kinerja perusahaan keluarga berpotensi

menimbulkan keuntungan dan kerugian (Anderson dan

Reeb, 2003a). Struktur kepemilikan merupakan faktor

paling penting untuk menentukan sifat dari agency

problem. Dua aspek kunci dari struktur kepemilikan

perusahaan adalah konsentrasi dan komposisi

(Capulong et al., 2000). Tingkat konsentrasi

kepemilikan dalam suatu perusahaan menentukan

distribusi kekuasaan antara manajer dan pemegang

saham. Ketika kepemilikan menyebar, kontrol

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

11

pemegang saham cenderung lemah sehingga mereka

memiliki insentif yang rendah untuk memantau

manajer karena masalah free rider (pemegang saham

tersebar tidak tertarik dalam memonitor karena mereka

hanya memiliki sebagian kecil saham dan akan

menanggung semua biaya monitor sehingga

keuntungan yang mereka terima berkurang).

Akibatnya, kontrol yang efektif berakhir di tangan

manajemen. Di sisi lain, ketika kondisi kepemilikan

terkonsentrasi, pemegang saham dapat memainkan

peran penting dalam mengawasi manajemen. Aspek

kunci kedua adalah komposisi, yang terkait dengan

peningkatan pengendalian pemegang saham. Seorang

pemegang saham dapat menjadi individu, keluarga atau

kelompok keluarga, bank, perusahaan asuransi, dan

sebagainya. Keluarga akan lebih tertarik pada manfaat

kontrol dan going concern perusahaan, sedangkan

pemegang saham cenderung tertarik pada keuntungan

saja. Dengan demikian, setiap jenis large shareholdings

memiliki insentif dan motivasi yang berbeda

(Holderness dan Sheehan, 1988).

Pengaruh keluarga memberikan keuntungan yang

kompetitif bagi perusahaan. Pertama, perusahaan

keluarga lebih fokus pada going concern perusahaan

dari pada sekedar nilai pasar saham sedangkan

perusahaan non keluarga lebih fokus pada peningkatan

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

12

kinerja perusahaan Kedua, perusahaan keluarga

memiliki insentif dan kontrol yang kuat untuk

memantau manajer agar dapat mengurangi masalah

free rider sehingga dapat mengurangi konflik keagenan

dan memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini

konsisten dengan argumen Gorton dan Kahl (1999)

bahwa keluarga adalah monitor yang lebih baik dari

jenis large shareholding lainnya (pemerintah, pemegang

saham institusional, bank). Mereka menyatakan

keluarga berurusan dengan uang mereka sendiri dalam

perusahaan yang mereka kendalikan sehingga mereka

bisa memonitor para manajer. Ketiga, perusahaan

keluarga memiliki informasi yang lebih baik mengenai

kondisi perusahaan, sehingga dapat membuat

keputusan investasi atau lainnya dengan lebih baik

dari pada perusahaan non keluarga. Keempat, keluarga

memiliki reputasi (adanya kepercayaan dari

stakeholder) sehingga perusahaan menjadi lebih efisien.

Dengan demikian perusahaan yang dikendalikan

keluarga memiliki struktur insentif yang

mengakibatkan biaya agensi lebih rendah.

Disisi lain, pengaruh kepemilikan keluarga

berpotensi menyebabkan pihak keluarga menggunakan

insentif dan kekuasaannya untuk menguntungkan

pihak keluarga dengan mengorbankan para stakeholder

(adanya agency problem) sehingga menyebabkan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

13

menurunnya kinerja perusahaan (Shleifer dan Vishny,

1997; Anderson dan Reeb, 2003a). Pertama,

perusahaan yang dikendalikan keluarga lebih

mengutamakan pertumbuhan dan going concern

perusahaan. Kedua, keluarga sebagai pemegang saham

mayoritas selalu memastikan bahwa manajemen

perusahaan harus berasal dari pihak keluarga atau

manajer profesional yang dapat memenuhi kebutuhan

pemilik. Ketiga, keluarga mampu mengambil alih

kekayaan dari perusahaan melalui kompensasi yang

berlebihan seperti pada rencana rekapitalisasi yang

dilakukan Ford Motor meningkatkan hak suara

keluarga tanpa memberikan kompensasi kepada

pemegang saham lainnya (Schack dalam Anderson dan

Reeb 2003a), RPT (Cheung, et al., 2004), dan special

dividends. DeAngelo dan DeAngelo (1985) menyatakan

bahwa keinginan keluarga untuk special dividends

dapat berdampak pada penurunan kinerja perusahaan.

Perusahaan harus melakukan ekspansi modal

perusahaan dikarenakan dana yang tersedia berkurang

akibat adanya special dividends.

Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Gomez-

Mejia et al. (2001) dan Schulze, et al. (2001)

menyatakan bahwa bisnis keluarga sebenarnya

menanggung biaya agen yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan non-keluarga, hal ini dikarenakan

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

14

keluarga tidak mau memecat anggota keluarga yang

tidak potensial yang menyebabkan adanya

entrenchment. Mereka juga berpendapat bahwa

masalah keagenan di perusahaan keluarga lebih sulit

untuk dikelola karena self-control dan masalah lain

yang disebabkan oleh altruisme. Altruisme

memungkinkan keluarga untuk mengorbankan

konsumsi mereka untuk kesejahteraan keturunan

mereka. Dengan demikian peran keluarga dalam

memilih manajer dan direktur dari pihak keluarga

membuat pihak ketiga sulit untuk mendapatkan

kontrolnya sehingga pihak ketiga kurang tertarik dan

mengakibatkan penurunan nilai perusahaan.

Morck et al. (1999) dalam penelitiannya di Kanada

juga menyatakan bahwa kepemilikan keluarga

mengarah pada kinerja keuangan yang buruk. Kendali

keluarga oleh ahli waris menyebabkan pertumbuhan

lebih lambat karena inefisiensi yang disebabkan oleh

entrenchment, hambatan tinggi terhadap kontrol di luar

dan investasi yang rendah. Faccio, et al. (2001)

melaporkan bahwa kepemilikan keluarga di Asia Timur

menimbulkan adanya agency conflict sehingga

menghambat kinerja perusahaan. Banyak perusahaan

keluarga menggunakan struktur kontrol piramida yang

memungkinkan keluarga untuk mengontrol banyak

perusahaan tanpa terlalu banyak investasi dari

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

15

kekayaan mereka sendiri dalam perusahaan (fenomena

konglomerasi). Claessens et al. (2002) juga menyelidiki

peran struktur piramida di perusahaan Asia Timur.

Mereka menemukan bahwa nilai perusahaan jatuh

ketika hak kontrol dari pemegang saham keluarga

melebihi arus kas kepemilikan sehingga menyebabkan

adanya entrenchment. Lins (2003) juga menemukan

bahwa pengaruh dari struktur piramida itu lemah di

negara-negara dengan perlindungan hukum yang lebih

baik. Hal ini juga konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lemmon dan Lins (2003). Mereka

menemukan bahwa kepemilikan keluarga di

kebanyakan perusahaan di Asia Timur menurunkan

kinerja perusahaan.

Berdasarkan beberapa penelitian, kinerja

perusahaan keluarga di Amerika Serikat lebih baik

daripada perusahaan keluarga di Asia. Hal ini

dikarenakan benefit perusahaan keluarga di AS lebih

besar daripada cost-nya (McConaughy, et al., 1998;

Gorton dan Kahl, 1999; Anderson dan Reeb, 2003a;

Villalonga dan Amit., 2006) dan AS merupakan negara

yang memiliki perlindungan hukum yang sangat kuat

(Burkart, Panunzi, dan Shleifer, 2003) sehingga

mencegah perusahaan keluarga untuk melakukan

tindakan yang dapat merugikan para stakeholder,

shareholder, maupun perusahaan. Sedangkan

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

16

perusahaan keluarga di Asia, cost-nya lebih besar dari

benefit (Faccio, et al., 2001; Claessens, et al., 2002;

Lemmon dan Lins, 2003). Hal ini dikarenakan, Asia

merupakan salah satu negara berkembang yang

memiliki perlindungan hukum yang lemah (La Porta, et

al., 1999; Lins, 2003) sehingga perusahaan keluarga

cenderung melakukan tindakan-tindakan yang

merugikan para stakeholder dan minority shareholder

(Morck et al., 1999; Gomez-Mejia et al., 2001; Schulze,

et al., 2001). Dengan demikian, kinerja perusahaan

keluarga di Asia mengalami penurunan.

Struktur kontrol di Asia menciptakan masalah

insentif yang sama pada perusahaan keluarga di

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang.

Keluarga biasanya menggunakan benefit pemegang

saham minoritas untuk hal-hal yang mereka inginkan

dan mengurangi nilai perusahaan. La Porta, et al.

(1999) menemukan bahwa Indonesia memiliki

konsentrasi kepemilikan tertinggi dan tingkat

perlindungan hukum atas pemegang saham minoritas

yang rendah. Claessens, et al. (1999a) juga menemukan

bahwa sebanyak 67,1% perusahaan perusahaan-

perusahaan di Indonesia dikendalikan oleh keluarga

dan hanya 0,6% saja yang secara langsung memiliki

kepemilikan yang tersebar. Selain itu, Indonesia

menunjukkan struktur kepemilikan piramid yang

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

17

terbesar yaitu 66.9% dan sekitar 4/5 perusahaaan

memiliki manajer yang merupakan anggota pemegang

saham mayoritas.

Related Party Transaction

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

No.7 (IAI,2007), Related Party adalah pihak-pihak yang

dianggap memiliki hubungan istimewa bila satu pihak

mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak

lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak

lain dalam mengambil keputusan keuangan dan

operasional. Sedangkan Related Party Transaction

merupakan suatu pengalihan sumber daya atau

kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah

suatu harga diperhitungkan. Hubungan istimewa

dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas

posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pelapor.

Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa juga dapat dilakukan dengan harga

yang berbeda dibanding dengan transaksi serupa yang

dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai

hubungan istimewa.

Berikut merupakan pihak-pihak yang mempunyai

hubungan istimewa menurut PSAK No. 7 :

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

18

a) Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara

(intermediaries), mengendalikan atau dikendalikan

oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama,

dengan perusahaan pelapor (termasuk holding

companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries).

b) Perusahaan asosiasi, yang merupakan suatu

perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh

yang signifikan dan bukan merupakan anak

perusahaan maupun joint venture dari investornya

(PSAK No. 40, IAI, 2007).

c) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung

maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak

suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh

secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari

perorangan tersebut (yang dimaksud dengan

anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat

diharapkan memengaruhi atau dipengaruhi

perorangan tersebut dalam transaksinya dengan

perusahaan pelapor).

d) Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai

wewenang dan tanggung jawab untuk

merencanakan, memimpin, dan mengendalikan

kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota

dewan komisaris, direksi, dan manajer dari

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

19

perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-

orang tersebut.

e) Perusahaan dimana kepentingan substansial dalam

hak suara dimiliki baik secara langsung maupun

tidak langsung, oleh setiap orang yang diuraikan

dalam poin (c) atau (d), atau setiap orang tersebut

mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan

tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan

yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi, atau

pemegang saham utama dari perusahaan-

perusahaan yang mempunyai anggota manajemen

kunci yang sama dengan perusahaan pelapor.

Jenis RPT dalam PSAK No. 7 adalah pembelian

atau penjualan barang, pembelian atau penjualan

properti dan aset lain, pemberian atau penerimaan

jasa, pengalihan riset dan pengembangan, pendanaan

(termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal

baik secara tunai maupun dalam bentuk natura),

garansi dan penjaminan (collateral) dan kontrak

manajemen.

Tiga karakteristik menurut Kohlbeck dan Mayhew

(2004) yang memotivasi dewan direksi untuk memulai

RPT. Pertama, RPT merupakan bagian dari perjanjian

kompensasi manajemen atau dewan direksi. Misalnya,

perusahaan yang terikat dalam RPT dapat menyediakan

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

20

kompensasi kas yang lebih rendah untuk menunjukkan

keuntungan apabila bergabung (Murphy dalam

Kohlbeck dan Mayhew,2004). Kedua, tingkat

kompensasi stock option yang lebih tinggi dapat

memunculkan keinginan untuk melakukan RPT.

Ketiga, kepemilikan perusahaan dapat menciptakan

insentif dan kesempatan untuk memulai RPT. Loon et

al. (2009) juga menyatakan bahwa dengan adanya RPT,

pertama Related Party akan terhindar dari hambatan

atau keterlambatan yang biasa terjadi dengan pihak

ketiga. Kedua, RPT memberikan kemudahan dalam

bertransaksi, seperti pihak-pihak yang berhubungan

dapat berbagi informasi dan pengetahuan yang relevan

bagi perkembangan perusahaan. Ketiga, RPT

memudahkan perusahaan dalam memperoleh pinjaman

yang dapat digunakan untuk investasi.

Terdapat dua hipotesis yang bertolak belakang

mengenai RPT (Gordon, et al., 2004). Hipotesis pertama,

RPT merupakan transaksi yang dapat menciptakan

sebuah nilai yaitu pertimbangan dalam perolehan

efisiensi (efficient transaction) sebagaimana yang

menjadi keinginan perusahaan. Khanna dan Palepu

(1997;1999) menyatakan bahwa RPT akan membantu

perusahaan untuk beroperasi lebih efisien dengan

meminimalkan biaya transaksi melalui hubungan

bisnis yang kuat terutama di negara yang sedang

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

21

berkembang. Sebuah perusahaan dapat menerima

bantuan keuangan melalui pasar keuangan internal

mereka, kelompok bisnis dapat mengalokasikan modal

antara perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang

dapat meningkatkan manfaat ekonomi, terutama ketika

pendanaan eksternal langka dan tidak pasti.

Hipotesis kedua menyatakan bahwa RPT dapat

mengakibatkan conflict of interest melalui aktivitas

tunneling (Johnson, et al., 2000). Tunneling merupakan

pengambilalihan kekayaan yang dilakukan pemegang

saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas

yang secara langsung mengekspropriasi pemegang

saham minoritas. Djankov, La Porta, Lopez-de-silane

dan Shleifer (2008) menyatakan bahwa RPT dapat

memberikan kesempatan pemegang saham mayoritas

melakukan aktivitas tunneling. Transaksi tersebut

dapat dilakukan dengan cara menjual aset atau

sekuritas dengan harga yang lebih rendah atau lebih

tinggi dari harga pasar, tidak membagikan dividen

maupun mempertahankan anggota keluarga yang

sudah tidak kompeten untuk menduduki posisi penting

di perusahaan.

Bertrand, Mehta dan Mullainathan (2000)

menemukan bukti di India bahwa pemegang saham

mayoritas menggunakan RPT untuk mengalihkan

sumberdaya dari perusahaan yang memiliki hak arus

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

22

kas yang rendah dengan perusahaan yang memiliki hak

arus kas yang lebih tinggi dengan menggunakan

struktur kepemilikan piramida. Cheung, et al. (2004)

juga menunjukkan bahwa pasar bereaksi negatif

terhadap informasi mengenai RPT karena RPT

cenderung digunakan untuk mengambil alih pemegang

saham minoritas. Chen, et al (2009) menunjukkan

bahwa ketika perusahaan di Cina dikendalikan oleh

Related Party, semakin tinggi tingkat RPT maka

semakin buruk kinerja operasional perusahaan. Munir

dan Gul (2010) mengungkapkan bahwa RPT yang

dilakukan oleh perusahaan keluarga digunakan secara

oportunis untuk mengambil alih pemegang saham

minoritas. Wen- Yi Lin, et al (2010) dalam penelitiannya

di Taiwan juga menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan berhubungan negatif dengan RPT yang

digunakan untuk ekspropriasi.

Pengaruh Family Control terhadap Related Party

Transaction

Sebagian besar perusahaan di dunia seperti Eropa

Barat, Asia Selatan dan Asia Timur, Timur Tengah,

Amerika Latin dan Afrika dikendalikan oleh keluarga

(La Porta, et al., 1998; Claessens, et al., 1999; Faccio

dan Lang, 2002). Claessens, et al (1999) menemukan

lebih dari 50 persen perusahaan publik di negara-

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

23

negara Asia Timur dikendalikan oleh keluarga. Faccio

dan Lang (2002) juga mencatat bahwa sekitar 50%

perusahaan publik di Eropa Barat dikendalikan oleh

keluarga. Perusahaan yang dikontrol oleh keluarga juga

lazim di Australia (Mroczkowski dan Tanewski, 2005).

Pemilik saham keluarga yang memegang kontrol

cenderung bukan hanya memaksimalkan nilai

perusahaan namun juga keuntungan keluarga

(Burkart, Panunzi, & Shleifer (2003) dan Bertrand,

Mehta dan Mullainathan (2000)) dan memiliki

kemungkinan mengambil alih hak dari pemegang

saham minoritas dengan menggunakan sumber daya

perusahaan untuk kebutuhan pribadi. Keluarga yang

memegang kendali tersebut juga dapat mengalokasikan

dana untuk proyek yang tidak memberikan keuntungan

pada perusahaan namun memberikan keuntungan

pribadi (LaPorta et al., 1998). Deng et al. (2008) juga

mengungkapkan bahwa pemegang saham mayoritas di

China melakukan ekspropriasi melalui RPT (penjualan

aset, transfer pricing barang dan jasa,dll).

Ekspropriasi merupakan masalah utama yang

terjadi di perusahaan-perusahaan di 9 negara di Asia

Timur (Claessens et al.,2000). Mereka menyatakan

bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga

melakukan ekspropriasi (RPT) terhadap pemegang

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

24

saham minoritas melalui struktur kepemilikan piramid,

cross-holding dan perangkapan manajemen oleh

pemilik. Claessens et al., (1999a) menyatakan bahwa

Indonesia memiliki struktur kepemilikan piramid yang

terbesar yaitu 66.9% dari sampel perusahaan Indonesia

dan kedua terbesar dalam perangkapan manajemen

dan pemilik, setelah Malaysia, yaitu 84.6% dari sampel

perusahaan Indonesia. Claessens et al., (2002)

menemukan bahwa pada tahun 1996, dominasi

keluarga yang menyebabkan adanya perbedaan

kepemilikan dan kontrol dari perusahaan-perusahaan

di Indonesia. Besarnya hak kontrol dari keluarga yang

melebihi hak arus kas kepemilikan menyebabkan

perusahaan cenderung melakukan RPT. Dyanti et al.,

(2012) dalam penelitiannya pada 102 perusahaan di

Indonesia Tahun 2003-2007 menemukan bahwa

kepemilikan keluarga dapat mempengaruhi intensi

perusahaan untuk melakukan RPT dalam hal

ekspropriasi.

Berdasarkan penjelasan dan penelitian

sebelumnya, peneliti berpendapat bahwa family firm di

Indonesia memiliki motivasi yang lebih kuat untuk

melakukan RPT sebagai transaksi yang

mengekspropriasi pemegang saham minoritas. Dengan

demikian, hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut :

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

25

H1: Family Firm melakukan Related Party

Transaction yang lebih besar dibandingka Non-

Family Firm.

Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan hasil yang dicapai

suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang

ada dalam perusahaan seefektif dan seefisien mungkin

guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

manajemen (Stoner et al., 1996:9). Terdapat dua jenis

ukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur

kinerja suatu perusahaan yaitu market performance

menggunakan Tobin’s Q dan operating performance

menggunakan ROA

Market Performance

Tobin’s Q diperkenalkan pertama kali oleh James

Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom

Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi

dengan mengajukan dugaan bahwa nilai pasar suatu

perusahaan seharusnya sama dengan biaya

penggantian aktiva perusahaan tersebut sehingga

menciptakan keadaan ekuilibrium. Tobin’s Q

merupakan indikator untuk mengukur kinerja suatu

perusahaan yang dapat menunjukan proforma

manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan dari

sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan. Nilai Tobin’s

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

26

Q dapat menggambarkan suatu kondisi peluang

investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, et al.,1989)

atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin, 1969).

Namun, nilai Tobin’s Q menjadi kurang relevan

untuk mengetahui kondisi peluang investasi ketika

kondisi pasar tidak stabil. Doug Henwood dalam

bukunya Wall Street, menyatakan bahwa Tobin’s Q

gagal memprediksi investasi secara akurat. Doug

Henwood juga menjelaskan bahwa makalah yang

dikeluarkan oleh Tobin dan Brainard pada tahun 1977,

Tobin’s Q pada periode 1960-1974 dapat menjelaskan

investasi secara akurat. Namun pada tahun-tahun

berikutnya dimana terjadi market bearish, nilai Tobin’s

Q tidak dapat menggambarkan keadaan investasi yang

ada.

Operating Performance

Return on Asset (ROA) dapat digunakan untuk

mengukur profitabilitas aktiva secara keseluruhan.

Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik

kemampuan perusahaan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya untuk menghasilkan laba, begitu

sebaliknya (Kieso, et al 2002 : 223).

Menurut Grullon, et al. (2005), Return on Assets

(ROA) adalah ukuran kinerja akuntansi yang tepat yang

dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu

perusahaan dibandingkan Return on Equity (ROE).

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

27

Pertama, ROA tidak sensitif terhadap adanya

perubahan struktur modal karna ROA diukur dengan

menggunakan EBITDA (Earning Before Interest Taxes

Depreciation Amortization) sedangkan ROE sebaliknya.

Kedua, ROA tidak terpengaruh oleh faktor khusus

seperti pajak penghasilan yang dapat mengaburkan

nilai. Pendapat Grullon juga didukung oleh pernyataan

Barber dan Lyon (1996) bahwa ROA merupakan alat

ukur terbaik untuk menilai kinerja perusahaan dalam

berbagai situasi.

Pengaruh Perbedaan Related Party Transaction

antara Family Firms vs Non-Family Firms terhadap

Kinerja Perusahaan

RPT merupakan transaksi yang dapat

meningkatkan efisiensi suatu perusahaan (Gordon, et

al., 2004; Khanna dan Palepu, 1997). Namun, di sisi

lain RPT juga digunakan oleh perusahaan sebagai alat

untuk melakukan tunneling yang berpotensi

menimbulkan conflict of interest (Johnson, et al., 2000;

Cheung, et al., 2008). Gordon, et al. (2004) menyatakan

bahwa RPT yang dilakukan perusahaan lebih

cenderung menimbulkan conflict of interest sehingga

mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Faccio,

et al. (2001) dan Cheung, et al. (2004) dalam

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

28

penelitiannya juga menunjukkan bahwa kinerja

perusahaan berhubungan negatif dengan RPT.

Berbeda dengan kondisi perusahaan keluarga di

Amerika Serikat yang menggunakan kontrol untuk

meningkatkan kinerja perusahaan (Anderson dan Reeb,

2003a; McConaughy, et al. 1998). Keterlibatan keluarga

(family control) dalam perusahaan-perusahaan di Asia

menimbulkan conflict of interest antara pemegang

saham mayoritas dan pemegang saham minoritas

(Claessens, et al., 2002; Chen, et al., 2009; Munir dan

Gul (2010); Wen-Yi Lin, et al., 2010) yang lebih kuat,

sehingga menurunkan kinerja perusahaan. Keluarga

menggunakan kontrol dan kepemilikan saham yang

dimiliki untuk mencapai kepentingan mereka sendiri

dengan mengorbankan para stakeholder dan minority

shareholder (Capulong et al., 2000, Shleifer dan Vishny,

1997 dalam Djankov, et al., 2008). Salah satu cara

ekspropriasi yang digunakan adalah melalui RPT. RPT

digunakan oleh perusahaan keluarga untuk melakukan

ekspropriasi kekayaan pemegang saham minoritas.

Melalui RPT, keluarga dapat dengan mudah

memperoleh keuntungan pribadi sehingga hal ini

mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat

bahwa RPT dalam hal ekspropriasi yang lebih

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

29

didominasi oleh keluarga dapat mengakibatkan

penurunan kinerja perusahaan di Indonesia. Dengan

demikian, hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut:

H2: Pengaruh negatif Related Party Transaction

terhadap kinerja perusahaan yang lebih kuat

pada family firms.

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/12337/3/T2_912011011_BAB II.pdf · dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan

30