Upload
phamthien
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DANKERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas realitas
ketidakberdayaan (disempowerment). Mereka yang tidak berdaya jelas adalah
pihak yang tidak memiliki daya atau kehilangan daya. Mereka yang tidak berdaya
adalah mereka yang kehilangan kekuatannya. Secara lebih lengkap suatu
pemberdayaan memiliki maksud untuk :
1 Pemberdayaan bermakna kedalam, kepada masyarakat berarti suatu usaha
untuk mentranspormasikan kesadaran rakyat sekaligus mendekatkan
masyarakat dengan akses untuk perbaikan kehidupan mereka.
2 Pemberdayaan bermakna keluar sebagai suatu upaya untuk menggerakkan
perubahan kebijakan-kebijakan yang selama ini nyata-nyata merugikan
masyarakat. Pemberdayaan dalam segi ini bermakna sebagai pengendali
yang berbasis pada upaya memperlebar ruang partisifasi rakyat
(Pambudi, 2003: 54-58).
Departemen kelautan dan perikanan (DKP) sejak tahun 2000 melalui
program PEMP yang menjadi program unggulan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir secara terencana dan terstruktur melalui
pemberdayaan masyarakat dan pendayagunaan sumberdaya pesisir laut secara
optimal dan berkelanjutan. Penyaluran dana PEMP disampaikan langsung kepada
masyarakat dengan fokus utama pada peningkatan lapangan kerja dan kesempatan
berusaha, berbasis pada sumberdaya lokal, berorientasi pada masa depan dan
berkelajutan, bertumpu pada pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan
Universitas Sumatera Utara
kelembagaan lokal yang bersifat partisipatif. Program PEMP juga mencakup
pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan (SPDN) yaitu semacam SPBU
yang sederhana dan diperuntuhkan secara khusus bagi nelayan dengan kapal
penangkap ikan bertonase dibawah 30 GT. Menjadi suatu alternative kebijakan
pemerintah menaikan harga BBM pada awal januari 2003 (Kusnadi, 2004; 32-33).
Periodisasi program PEMP dapat dibagi menjadi 2 periode, pada tahun
2001–2003 sebagai periode inisiasi, tahun 2004-2006 adalah periode institusional.
Pada periode institusional yang fokus adalah merevitalisasi LEPP-M3 sehingga
menjadi perusahaan milik masyarakat pesisir yang di satu sisi mampu melayani
kebutuhan hidup sehari-hari dan di sisi lain dapat memenuhi keperluan usaha
seperti modal dan sarana produksi. Tahun pertama periode institusionalisasi telah
terlampaui. Hasilnya pun cukup menggembirakan, 160 LEPP-M3 terevitalisasi
hingga berbadan hukum koperasi. Di antaranya 142 memiliki LKM Swamitra
Mina, 9 buah Pra-Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pesisir, dan 9 buah Unit
Simpan Pinjam (USP). Tenaga pengelola Swamitra Mina sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan untuk operasionalisasi Informasi Teknologi. Hadirnya
LKM Swamitra Mina maka secara bertahap peran tengkulak dan rentenir akan
berkurang dan LKM dapat memobilisasi dana masyarakat dengan adanya suku
bunga tabungan yang menarik. Dengan lancarnya pengelolaan LKM Swamitra
Mina maka lambat laun bantuan modal yang disalurkan di masyarakat pesisir
bukan lagi berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tapi
dari LKM Swamitra Mina (Anonimous, 2008).
Upaya untuk mewujudkan Koperasi LEPP-M3 sebagai pengurus mampu
berpikiran cerdas yang dapat mengoptimalkan koperasi LEPP-M3. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian maka diperlukan adanya jaringan nasional yang bisa menjadi penguatan
kelembagaan untuk memperkuat permodalan bagi masyarakat pesisir. Untuk itu
pada tahun 2004 telah dilaksanakan Musyawarah Nasional Masyarakat Pesisir di
Balikpapan yang menyepakati adanya wadah yang bisa menjembatani percepatan
terwujudnya kepemimpinan pada Koperasi LEPP-M3. Wadah tersebut yaitu
Jaringan Ekonomi Masyarakat Pesisir (JEMPI) (Anonimous, 2008).
Pada tahun 2004 Kabupaten Deli Serdang ditetapkan kembali sebagai
penerima Program PEMP dari Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai
program lanjutan dari PEMP sebelumnya dengan kegiatan penguatan
kelembagaan dan Dana Ekonomi Produktif (DEP) dijadikan sebagai jaminan
pinjaman pada perbankan sebagai upaya agar masyarakat pesisir dapat mengakses
permodalan usaha dari lembaga perbankan dengan cara telebih dahulu LEPP-M3
diarahkan untuk berubah menjadi Koperasi LEPP-M3 yang berbadan hukum.
Badan usaha koperasi mitra mina sejahtera ditetapkan di dalam pedoman umum
program PEMP pada tahun 2004 (Anonimos, 2006).
Landasan Teori
Evaluasi program yaitu evaluasi yang menaksirkan kegiatan pendidikan
yang memberikan pelayanan pada suatu dasar yang kontinyu dan sering
melibatkan tawaran-tawaran kurikuler. Evalusi proyek adalah evaluasi yang
menaksirkan kegiatan-kegiatan yang menyangkut suatu jangka waktu untuk
menyajikan suatu tugas khusus. Satu perbedaan pokok antara program dan proyek
adalah bahwa program diharapkan berlangsung untuk jangka waktu yang tidak
Universitas Sumatera Utara
terbatas sedangkan proyek untuk waktu yang singkat. Proyek yang
diinstitusionalkan bisa menjadi program. Apa pun bentuk evalusianya, siapa pun
yang terlibat dalam dunia evaluasi harus mempertimbangkan dan memikirkan
ukuran baku dan bagaimana aplikasinya dalam situasi tertentu, khususnya sesuai
cek-poin dalam proses evaluasi meliputi :
1. memutuskan apakah harus mengevaluasi
2. mendefinisikan masalah evaluasi
3. menulis kontrak untuk menutup dan mengontrol sebuah evaluasi
4. membuat design evaluasi
5. merencanakan biaya evaluasi
6. membuat staff evaluasi
7. melakukan dan memonitor operasi evaluasi
8. membuat dan mengkomunikasikan laporan evaluasi
9. mengevaluasikan eavaluasi
10. membuat kebijaksanaan evaluasi
11. memberi training pada evaluator
12. memutuskan apa yang harus dikerjakan dengan hasil evaluasi
(Committee, 1991: 9-13).
Pemberdayaan berarti berdaya, mampu, tahu, mengerti, paham
termotivasi, berkesempatan, melihat peluang, dapat memanfaatkan peluang,
berenergi, mampu bekerja sama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil
keputusan, berani menghadapi resiko, mampu mencari dan menangkap
impormasi, mampu bertindak sesuai situasi. Pemberdayaan akan menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang dinamis dan progresif secara berkelanjutan sebab didasari oleh
adanya motivasi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus (Slamet, 2003: 45).
Untuk dapat memotivasi sehingga berdaya berarti mampu, tahu, mengerti
paham dan termotivasi maka dasar dari semua itu adalah sikap untuk dapat
merubah perilaku.
Sikap adalah determinan perilaku yang berkaitan dengan persepsi,
kepribadian dan motivasi. Sikap merupakan suatu keadaan sikap mental yang
terbentuk berdasarkan pengalaman dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus
atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek dan merupakan bagian
instrinsik dari kepribadian seseorang. Perubahan sikap bergantung dari upaya-
upaya untuk mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan
(Winardi, 2004: 211-212).
Menurut para ahli psikologi seperti Luis Thurstore (1928), Rensis Likert
(1932) dan Charles Osgood (1934) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap dinyatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan
timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya reaksi individu. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sukap timbul didasari oleh proses evaluasi dalam diri indivudu
yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk,
positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian membentuk
menjadi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 1998: 4-15).
Untuk mengetahui dampak positif atau negative dari sebuah program,
pengertian dampak (impact) adalah akibat dari sebuah kegiatan misalnya kegiatan
pembangunan. Damapak dapat berakibat positif maupun negatif yang keduanya
Universitas Sumatera Utara
perlu diantisipasi. Dalam melihat dampak, perlu dilihat terlebih dahulu tentang
program (out put, goals, impact). Dampak dari suatu program ataupun kegiatan
pembangunan dapat merambah ke semua aspek kehidupan yang ada dimasyarakat
mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Suatu program ataupun kegiatan pembangunan selalu ada pihak yang diuntungkan
(gainers) dan pihak yang dirugikan (losers) maka penelitian sosial ekonomi juga
perlu mengacu pada mereka yang diuntungkan dan yang dirugikan
(Soekatawi, 1994: 141).
Alat penangkapan utama yang dilakukan nelayan dapat menunjukan
tingkat ekonomi rumah tangga nelayan. Secara umum nelayan di sumatera utara
masih dianggap usaha yang tradisional karena penggunan sarana penangkapan
ikan seperti alat penangkapan dan jenis perahu atau kapal yang digunakan lebih
dominan menggunakan sarana tradisional yaitu perahu kapal, perahu tak bermotor
dan tanpa perahu. Tingkat penggunaan perahu atau kapal yang digunakan nelayan
menunjukan keadaan ekonomi rumah tangga nelayan. Keadaan ekonomi suatu
rumah tangga lebih nyata ditunjukkan oleh tingkat penghasilan atau pengeluaran
rumah tangga dari nelaya (Anonimos, 1991: 19).
Guna mencapai kehidupan yang lebih baik Shardlow (1998) melihat
bahwa berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya
membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa
depan sesuai dengan keinginan mereka. Kesimpulanya shardlow (1998)
mengambarkan bahwa pemberdayan sebagai suatu gagasan tidaklah jauh berbeda
dengan gagasan Biestek (1961) yang dikenal di bidang pendidikan ilmu
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan sosial, prinsip dasar dalam bidang pekerjaan sosial dan
kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya mendorong sasaran untuk
menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya
mengatasi permasalahan yang ia hadapi, sehingga sasaran mempunyai kesadaran
dan mempunyai kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya
(Adi, 2003: 53-55).
Arti pendidikan untuk nelayan adalah pendidikan non formal dimana tidak
dibatasi dengan ruang, usia dan tingkatan pendidikan. Hakikat pendidikan di
negeri ini adalah berusaha untuk membentuk manusia Indonesia yang pancasilais.
Manusia Indonesia perlu diciptakan agar mampu hidup mandiri, tidak tergantung
pada orang lain dan selalu mau dan mampu berjuang untuk tetap bertahan hidup.
Itu sebabnya mengapa kita perlu merancang suatu konsep penyuluhan pertanian
yang mampu berperan sebagai mediator pendidikan. Ada 2 hal pokok yang mutlak
dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Pertama adalah yang menyangkut dengan
pendalaman kita terhadap hakikat atau pengertian dasar pendidikan itu sendiri.
Kedua adalah yang melibatkan kebutuhan dan perhatian masyarakat desa itu
sendiri, artinya kita perlu menggali potensi-potensi yang ada disekitar mereka baik
yang merupakan fisik materialnya sendiri atau pun moral spiritualnya
(Sastraatmadja, 1993: 22-24).
Pendidikan tidak hanya pada fisik material ataupun moral spiritual saja
tetapi koperasi juga mampu menjadi suatu balai pendidikan bagi anggotanya.
Koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian.
Kerjasama ini diadakan oleh orang karena adanya kesaman jenis kebutuhan hidup
mereka. Kerjasama yang membentuk suatu perkumpulan bebas seperti ini
Universitas Sumatera Utara
memberikan rasa tanggung jawab dan kepercayaan bahwa orang bisa dengan
kerjasama secara sukarela dengan sesamanya dapat memecahkan persoalan-
persoalan sebesar apapun (Anoragan, 2003).
Potensi modal sosial dalam lingkungan nelayan berintikan elemen-elemen
pokok yaitu
1. Saling percaya (trust) yang meliputi adanya kejujuran, kewajaran, sikap,
toleransi dan kemurahan hati.
2. Jaringan sosial (networks) yang meliputi adanya partisipasi, pertukaran
timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan.
3. Pranata (institutions) yang meliputi nilai-nilai, sanki-sanki dan aturan-
aturan (Nasution, 2005: 35).
Biaya produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori yaitu ongkos
berupa pengeluaran nyata dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata.
Pengeluaran-pengeluaran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak kontan.
Pengeluaran kontan yaitu
1. bahan bakar dan oli
2. bahan pengawet (es dan garam)
3. pengeluaran untuk makanan atau konsumsi awak
4. pengeluaran untuk reparasi
5. pengeluaran untuk retribusi dan pajak
Pengeluaran yang tidak konstan yaitu upah atau gaji awak nelayan pekerja yang
umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil dijual. Pengeluaran-
pengeluaran yang tidak nyata ialah penyusutan dari boat, sampan, mesin-mesin
dan alat-alat penangkapan (Mulyadi, 2005: 88).
Universitas Sumatera Utara
Pembangunan usaha pertanian terutama di sektor perikanan bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi produksi dan pemasaran hasil perikanan serta
meningkatkan kualitas dan daya saing hasil pertanian di pasaran dalam negeri dan
luar negeri. Disamping untuk menciptakan iklim yang mendorong serta
meningkatkan investasi swasta, koperasi dan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), dimaksudkan untuk mendorong berkembangnya lembaga ekonomi dan
pemasaran. Kegiatan program ini dikoordinasikan dengan kegiatan program-
program terkait antara lain : pengembangan industri rumah tangga dan pedesaan,
pengembangan industri kecil dan menengah, pengembangan usaha dan
perdagangan, pengembangan koperasi (Soekartawi,1995: 37).
Menumbuh kembangkan wawasan usaha di pedesaan ini antara lain
mencakup berbagai aspek seperti lingkungan stategi permintaan, sumber daya an
teknologi. Semua itu tidak terlepas betapa besar peranan swasta khususnya
perbankan sebagai sumber pemodalan untuk pembangunan usaha di pedesaan
(Soekartawi, 2000: 2).
Salah satu sumber permodalan untuk pembangunan di pedesaan yang
paling efektif adalah koperasi. Baik koperasi simpan dan koperasi dalam bentuk
alat-alat produksi pertanian.dalam membangun usaha dipedesaan koperasi tidak
berjalan sendiri. Koperasi juga selalu berupaya untuk lebih kuat sebagai pemodal
usaha di pedesaan.
Koperasi bersama dengan LKM-nya, akan merintis pembukaan Kedai
Pesisir dan SPBU sederhana yang diperuntuhkan bagi nelayan. Kedua kegiatan
tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi beban masyarakat pesisir.
Sebab tidak dapat dipungkiri bahwa rendahnya pendapatan masyarakat pesisir
Universitas Sumatera Utara
antara lain disebabkan oleh besarnya beban pengeluaran yang harus dikeluarkan,
baik di waktu melaut maupun untuk kebutuhan sehari-harinya. Kedepan jaringan
kedai pesisir akan dikelola secara profesional dengan pendekatan waralaba. Akan
tetapi mekanisme pengelolaannya akan ditata sedemikian rupa sehingga
keuntungan terbesar kedai pesisir akan kembali kepada masyarakat pesisir melalui
koperasi (Anonimous, 2008).
Menurut Dahuri (1999), tingkat kesejahteraan para pelaku perikanan
(nelayan) pada saat ini masih dibawah sektor-sektor lain termasuk sektor
pertanian agraris. Dengan kenyataan ini pembangunan pertanian lebih diarahkan
pada daerah pedesaan terutama daerah pesisir (Nasution, 2005: 23-26).
Hal ini akan sangat berbeda dengan kehadiran program PEMP yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan koperasi
sebagai pemodal di pedesaan akan mendirikan koperasi masyarakat pesisir.
Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir merupakan program unggulan
dari Departemen Perikanan dan Kelautan di Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2001. Program PEMP secara umum
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan
kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sisoal ekonomi dengan
mendayagunakan sumberdaya perikanandan kelautan secara optimal dan
berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Daerah penelitian yang berwilayah pesisir dengan panjang pesisir 78 km
dan wilayahnya menjadi daerah pemukiman penduduk. Sebagian besar penduduk
bermata pencaharian sebagai nelayan, baik nelayan tambak dan nelayan
penangkap di lautan. Pada umumnya nelayan melakukan usahanya dengan
penggunaan teknologi seadanya dan terlihat jelas nelayan belum mampu untuk
memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal .
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat nelayan identik dengan
kemiskinan. Dengan semua keterbatasan yang nelayan miliki seperti modal untuk
melaut. Nelayan memperoleh modal dengan meminjam kepada tokei ikan tetapi
ini tidak menolong nelayan bahkan banyak nelayan yang semakin menderita
dalam ekonomi keluarganya dengan semakin mahlanya harga BBM terutama
bahan bakar solar untuk mengoperasikan sebuah kapal.
Bukan hanya modal saja yang menjadi faktor penentu terhadap rendahnya
pendapatan nelayan, alat penangakapan yang seadaanya juga menjadi penentu
jumlah produksi hasil penangkapan yang menjadi penentu pendapatan nelayan.
Pendidikan yang rendah dan budaya yang turun temurun untuk tidak
bersekolah tinggi menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya. Untuk itu sangat
diperlokan agen perubahan yang dapat membantu nelayan dan keluarganya dalam
merubah sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.
Disalurkannya program pemerintah melalui departemen perikanan dan
kelautan tidak hanya sekedar bantuan belaka yang tanpa kelanjutan. Masyarakat
pesisir pada umumnya dan terutama nelayan harus lebih menerima program
dengan pernyatan sikap yang ditunjukkan oleh mereka. Dengan adanya program
dan anggaran yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat pesisir dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan manfaat dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Masyarakat
harus sadar bahwa program ini akan menjadi milik mereka dan anggaran yang
diberikan kepada mereka melalui program juga harus dikembalikan kepada
pemerintah. Karena pada dasarnya program ini bersifat membantu dan
memandirikan masyarakat.
Program unggulan dari departemen perikanan dan kelauatan ini
merupakan jalan keluar atau sebuah langkah awal yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah nelayan baik masalah sosial maupun masalah ekonomi nelayan.
Untuk itu perlu dilakukan evalusi demi terselenggaranya program yang berjalan
dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Ada pengaruh
Ada hubungan
Evaluasi program
Program PemberdayaanEkonomi Masyarakat Pesisir
Nelayan
Menerima(positif)
Hambatan-hambatan sosial ekonomi- Awal pelaksanaan program- Proses pelaksanaan program- Pasca pelaksanaan program
Upaya-upaya yangdilakukan pemerintah
(lembaga)
Manfaat bagipeningkatan
pendapatan nelayan
Menolak(negatif)
NelayanPeserta PEMP
Sikap
Nelayan Bukanpeserta PEMP
Evaluasi
Baik Buruk
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis penelitian
1 Nelayan bersikap positif terhadap program pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir.
2 Program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang telah berjalan
memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan nelayan.
Universitas Sumatera Utara