44
Otitis media akut Laporan Kasus Luthfita Rahmawati Rahmi Dwi Winarsih Richky Nurhakim KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RSUD KOTA BANJAR FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013 Pembimbing: Dr. Rini Febrianti Sp.THT-KL 1

Tipus Tutorial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oma

Citation preview

Otitis media akut

Laporan Kasus

Luthfita RahmawatiRahmi Dwi WinarsihRichky Nurhakim

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT RSUD KOTA BANJARFKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2013

Pembimbing: Dr. Rini Febrianti Sp.THT-KL

1

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Raisa Jenis kelamin : PerempuanUmur : 5 tahunAlamat : Asrama

BatalionTgl masuk RS : 23 Februari

2015

2

ANAMNESISAuto&Alloanamnesis

KELUHAN UTAMA

Telinga kanan sakit sejak ± 3 hari yang

lalu

3

Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluh telinga kanan terasa sakit sejak ± 3 hari SMRS.Pasien juga mengeluh sulit tidur dan rewel. Keluar cairan dari telinga dan pendengaran berkurang disangkal. Awalnya pasien mengeluh batuk pilek ± 1 minggu dan demam ± 4 hari SMRS.

4

5

Pasien tidak pernah mengeluhkan gejala yang sama seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

6

RIWAYATPENYAKIT KELUARGA

Keluhan yang sama (-)

Pasien mengeluh tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan,makanan, cuaca, debu, ataupun bulu.

RIWAYAT ALERGI

7

RIWAYAT PENGOBATAN

8

Pasien belum pernah berobat

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

9

Pasien suka jajan es dan chiki.

PEMERIKSAAN FISIK

10

PEMERIKSAAN FISIK

11

Tampak sakit ringan

Composmentis Berat badan: ± 15

kg

Tekanan darah : tidak dilakukanRR 20 x/menit

Nadi 100x/menitSuhu : tidak dilakukan

Tinggi badan: ± 115 cm

Normocephal

Konjungtiva anemis (-/-)sklera ikterik (-/-)

STATUS GENERALIS

12

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

Mukosa bibir basah, tidak sianosis

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

13

Pemeriksaan Fisik Paru

Pergerakan dada simetris

Vokal fremitus kanan dengan kiri sama

Sonor kedua lapang paru

vesikuler (+/+)

14

Pemeriksaan Jantung

• Inspeksi ictus cordis tidak terlihat

• Batas jantung relatif dalam batas normal

• Bunyi jantung I dan II regular

15

Pemeriksaan Abdomen

• Distensi abdomen (-), scar (-)• Nyeri tekan(-)• Perkusi timpani seluruh

kuadran abdomen• Bising usus (+) normal

16

EKSTREMITAS

Superior

Inferior

17

Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik

Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik

STATUS LOKALIS TELINGA

AD AS

Helix sign (-)Tragus sign (-)

Aurikula

NormotiaHelix sign (-)

Tragus sign (-)

Edema (-)Hiperemis (-)Nyeri tekan (-)Benjolan (-)Sikatrik -)

Retroaurikula Edema (-)

Hiperemis (-)Nyeri tekan (-)Benjolan (-)Sikatrik -)

18

AD AS

Kulit tenang (+)Serumen (-)Sekret (-),

MAE

Kulit tenang (+)Serumen (+)Sekret (-),

Intak (+)Reflex cahaya (+)Edema (+)Hipremis (+)

Membran timpani

Intak (+)Reflex cahaya (+)Edema (-)Hipremis (-)

Tidak dilakukan Uji Rinne Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Uji Weber Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Uji Schwabach Tidak dilakukan

19

STATUS LOKALIS TELINGA

Status Lokalis Hidung

20

CN dextra CN sinistra

Deformitas (-)

Nyeri tekan (-)Hidung luar

Deformitas (-)

Nyeri tekan (-)

Rinoskopi anterior

Mukosa tenang (+)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Cavum nasi

Mukosa tenang (+)

Hiperemis (-)

Edema (-)

Sekret (-)

Ulkus (-) Vestibulumnasi Ulkus (-)

Eutrofi (+)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Konka nasi

Eutrofi (+)

Edema (-)

Hiperemis (-)

Deviasi (-) Septum nasi Deviasi (-)

(+) Passase udara (+)

Status Lokalis Sinus Paranasal

21

INSPEKSIpembengkakan

(-)

PALPASInyeri tekan (-)

Status Lokalis Tenggorok

22

Gigi: caries (+)Lidah: bersihNasofaring: rinoskopi posterior tidak dilakukanOrofaring: mukosa hiperemis/granul/massa (-), tonsil TI - TI/ hiperemis/ detritus/perlengketan (-/-)Laringofaring: laringoskopi indirek tidak dilakukan

25

Dextra Nervus Sinistra

Normosmia I. Olfaktorius

Penciuman Normosmia

Pupil bulat

(+) isokor

II. OptikusDaya penglihatan

Refleks pupil

Pupil bulat

(+) isokor

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

III. OkulomotoriusMembuka kelopak

mata

Gerakan mata ke

superior

Gerakan mata ke

inferior

Gerakan mata ke

medial

Gerakan mata ke

Laterosuperior

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

(+)

IV. TroklearisGerakan mata ke

lateroinferior

(+)

Pemeriksaan Maksilofasial

26

Dextra Nervus Sinistra

Rahang simetris

Refleks mengigit

baik

V. TrigeminusTes sensoris

Cabang oftalmikus (V1)Cabang maksila (V2)

Cabang mandibula (V3)

Rahang simetris

Refleks mengigit

baik

(+)VI. Abdusens Gerakan mata ke

lateral(+)

(+)

(+)

(+)

VII. FasialisMengangkat alis

Kerutan dahiMenunjukkan gigi

(+)

(+)

(+)

Tidak

dilakukan

VIII. VestibulokoklearisTes garpu tala & test

bisik

Tidak

dilakukan

Pemeriksaan Maksilofasial

27

Dextra Nervus Sinistra

baik

IX. Glossofaringeal

Refleks muntah Pengecapan lidah 1/3

posterior

baik

baik

X. Vagus Refleks muntah Refleks menelan

Deviasi uvulaPergerakan palatum

baik

(+)

(+)

XI. AssesoriusMemalingkan kepala

Kekuatan bahu

(+)

(+)

(-)XII. Hipoglossus

Tremor lidah Deviasi lidah

(-)

Pemeriksaan Maksilofasial

28

Dextra Pemeriksaan Sinistra

Pembesaran

(-)Tiroid

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)Kelenjar submental

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)Kelenjar submandibula

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)

Kelenjar jugularis

superior

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)Kelenjar jugularis media

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)

Kelenjar jugularis

inferior

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)Kelenjar suprasternal

Pembesaran

(-)

Pembesaran

(-)

Kelenjar

supraklavikularis

Pembesaran

(-)

PEMERIKSAAN LEHER

Resume

Pasien mengeluh telinga kanan terasa sakit sejak ± 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh sulit tidur dan rewel. Keluar cairan dari telinga dan pendengaran berkurang disangkal. Awalnya pasien mengeluh batuk pilek ± 1 minggu dan demam ± 4 hari SMRS.

Pada pemeriksaan fisik status lokalis THT auricula dextra didapatkan normotia, nyeri tekan (-) dan dengan menggunakan otoskop CAE: kulit tenang (+), sekret (-), serumen (-); membran timpani: intak (+), refleks cahaya (+), hiperemis (+), edema (+). Pada auricula sinistra didapatkan normotia, nyeri tekan (-) dan dengan menggunakan otoskop CAE: kulit tenang (+), sekret (-), serumen (+); membran timpani: intak (+), refleks cahaya (+), hiperemis (-), edema (-).

29

• OMSK Tipe Maligna bilateral

Diferensial diagnosis

30

1. Otitis Media Akut Stadium Hiperemis/Pre-supurasi.2. Otitis Media Serosa Kronik (Glue Ear).

AnamnesisPemeriksaan fisik

Status lokalis

32

34

Penatalaksanaan

1. Medikamentosa.Amoxiciliin syrup 125 mg/5 mL 3 x 1 cth.Ambroxol syrup 15 mg/5 mL 2 x 1 cth.Rhinos junior syrup 3 x ½ cth.Paracetamol syrup 120 mg/5 mL 3 x 1 cth (prn).

2. Non-medikamentosa.Tirah baring.Edukasi:

- Pada orangtua: 1. tidak membiarkan anaknya jajan sembarangan.

2. rajin minum obat3. Bila anak terjadi demam tinggi, anak gelisah, dan sukar tidur, segeralah membawa ke dokter.

AnatomiTelinga dibagi atas telinga luar,

telinga tengah dan telinga dalam.Telinga luar terdiri dari auricula

atau daun telinga dan canalis acusticus externus (CAE) atau liang telinga sampai membran timpani.

Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

CAE berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada 1/3 bagian luar (banyak kelenjar serumen dan rambut), sedangkan 2/3 bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang (sedikit kelenjar serumen). Panjangnya kira-kira 2½-3 cm.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah CAE.

Bagian atas MT disebut pars flaksida (membran Shrapnell), mempunyai dua lapis yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit CAE dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik (terdapat aditus ad antrum), yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

Bagian bawah MT disebut pars tensa (membran propria), mempunyai satu lapis di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada MT disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk MT sinistra dan pukul 5 untuk MT dextra.

MT dibagi dalam 4 kuadran yaitu kuadran anterior-superior, kuadran posterior-superior, kuadran anterior-inferior dan kuadran posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi MT.

Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan 6 sisi.-Batas luar: membran timpani-Batas depan: tuba eustachius-Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)-Batas belakang: auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis-Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)-Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window), dan promontorium

Telinga dalam terdiri dari koklea dan vestibuler (terdiri dari 3 kanalis semisirkularis).

Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya.

Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.

Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis.

Fisiologi Pendengaran

Energi bunyi (gelombang) ditangkap oleh daun telinga → dialirkan melalui udara → MT bergetar → diteruskan ke tulang pendengaran → terjadi amplifikasi getaran → diteruskan ke stapes → oval window bergerak → perilimfa (skala vestibuli) bergerak → diteruskan membran Reissner → cairan endolimfa terdorong → timbul gerak relatif antara membran basalis dan tektoria → terjadi defleksi stereosilia sel rambut → kanal ion terbuka → terjadi pelepasan ion bermuatan listrik → timbul depolarisasi sel rambut → neurotransmiter dilepaskan ke dalam sinapsis → terjadi potensial aksi saraf auditorius → dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Otitis Media Akut (OMA)Otitis media adalah peradangan

sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.

Selain itu pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernapasan atas.

Pada anak, makin sering anak terserang ISPA maka makin besar kemungkinan terjadinya OMA.

Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachius yang pendek, lebar dan letaknya agak horizontal.

Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik.

H. Infuenza sering ditemukan pada anak dibawah usia 5 tahun.

Stadium OMA terbagi atas 5 stadium, yaitu:1. Stadium oklusi tuba Eustachius.2. Stadium hiperemis (pre-supurasi).3. Stadium supurasi.4. Stadium perforasi.5. Stadium resolusi.

Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.

Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di telinga, disamping keluhan demam. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.

Pada stadium oklusi, diberikan obat tetes hidung (HCL efedrin), untuk membuka kembali tuba Eustachius.

Pada stadium hiperemis, diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, idealnya dilakukan miringotomi.

Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2.

Pada stadium resolusi, pemberian antibiotikan dilanjutkan sampai 3 minggu.

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitits dan abses otak).

Sekarang dengan antibiotika, komplikasi jenis itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.