Upload
ade-rizki-anggraini
View
108
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Nama NIM Jurusan Shift Kelompok Asisten: Ade Rizki Anggraini : 06101010029 : FKIP Kimia :A :7 : DiesNaOH, CH3COONa, dan APLIKASI TITRASI KONDUKTOMETRIA. NaOH (Natrium Hidroksida) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai
Citation preview
Nama : Ade Rizki Anggraini
NIM : 06101010029
Jurusan : FKIP Kimia
Shift : A
Kelompok : 7
Asisten : Dies
NaOH, CH3COONa, dan APLIKASI TITRASI KONDUKTOMETRI
A. NaOH (Natrium Hidroksida)Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida
basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil,
air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum
digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH
dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter
dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning
pada kain dan kertas.
Sifat Kimia NaOH
Rumus molekul: NaOH
Massa molar: 39,9971 g/mol
Fase: zat padat putih
Densitas: 2,1 g/cm³, padat
Titik lebur: 318 °C (591 K)
Titik didih: 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air: 111 g/100 ml (20 °C)
Kebasaan (pKb): -2,43
Proses Pembuatan NaOH
Pembuatan NaOH dimulai pada tahun 1853, yaitu ketika soda mulai digunakan
dalam industri secara luas. Dalam pembuatan NaOH dikenal 2 macam proses yang umum
digunakan, yaitu :
1. Proses Produksi NaOH dari Lime dan Soda Ash
Pada proses ini bahan yang digunakan adalah Soda Ash (Na2CO3) dan Lime
(Ca(OH)2). Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Na2CO3 2NaOH + CaCO3+ Ca(OH)2
Metode ini dilakukan sebagai berikut :
Larutan Na2CO3 dicampur dengan Ca(OH)2 yang menghasilkan larutan NaOH dan CaCO3
(s). Setelah dipisahkan maka larutan NaOH dipekatkan untuk menghasilkan konsentrasi
NaOH yang diinginkan. Proses ini dapat dilakukan secara batch maupun kontinue. Pada
reaksi di atas digunakan larutan Na2CO3 20 %, sedangkan Ca(OH)2 yang digunakan
berupa buburan. Reaksi berlangsung pada temperatur sekitar 85oC. Setelah diaduk selama
sekitar 1 jam, kemudian diendapkan di dalam thickener. Larutan hasil pemisahan dari
thickener mengandung NaOH dengan kadar 10 – 12 %. Larutan tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam evaporator untuk dipekatkan kadar NaOHnya menjadi 50 % dengan
konversi 95 – 96 %. Sedangkan endapan yang keluar sebagai hasil bawah thickener
dipompa ke thickener yang lain untuk diambil kandungan NaOH dan Na2CO3 dengan jalan
menambahkan air panas ke dalam thickener tersebut. Larutan hasil yang diperoleh adalah
larutan encer yang dipakai sebagai make up Na2CO3 20 % (Faith and Keyes, 1957).
2. Proses Produksi NaOH dari Elektrolisa Garam
Pada proses pembuatan NaOH dengan cara elektrolisa, reaksi yang tejadi adalah
sebagai berikut:
2NaCl + 2H2O → 2NaOH + H2 + Cl2
Adapun tahapan – tahapan proses elektolisa garam meliputi:
a. Proses pemurnian larutan NaCl
Sebelum NaCl dikonversikan di dalam sel elektrolisa terlebih dahulu NaCl padat
tersebut dilarutkan ke dalam sejumlah air sampai konsentrasi tertentu. Setelah itu
barulah dilakukan pemurnian larutan garam dari ion – ion Mg2+, Ca2+, Fe3+, dan
SO42- dengan menambahkan reagen BaCl2, NaOH, dan Na2CO3 dalam bentuk
larutan. Dengan demikian ion – ion tersebut bereaksi dan menghasilkan endapan
yang dibuang pada rotary drum filter.
b. Proses elektrolisa larutan NaCl
Larutan NaCl dimasukkan ke dalam reaktor sel elektrolisa. Dalam sel elektrolisa
larutan garam dialiri arus listrik searah (DC), sehingga akan mengakibatkan
terurainya NaCl menjadi Na+ dan Cl-. Dengan penambahan air akan terbentuk
NaOH disertai pembentukan gas H2.
Proses elektrolisa sendiri dapat dilakukan dengan 3 macam cara :
1. Proses elektrolisa dengan sel diaphragma
Dalam sel diaphragma yang dipakai sebagai anoda adalah grafit dan sebagai
katoda digunakan besi atau platina. Diaphragma dibuat dari asbes mudah dilalui ion
– ion tapi sukar dilalui oleh molekul. Diaphragma ini memisahkan memisahkan
anoda dan katoda. Dengan adanya arus searah, pada anoda diperoleh gas Cl2 dan
pada katoda diperoleh gas H2
Reaksi : NaCl Na+ + Cl-
H2O H+ + OH-
Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e
Katoda : 2H2O + 2e H2 + 2OH-
Na+ + OH- NaOH
Konsentrasi NaCl yang diizinkan adalah 340 – 350 g/liter yang pada
hakekatnya adalah larutan jenuh. Sel bekerja pada suhu 85oC (Faith and Keyes,
1972). Diaphragma umumnya diganti setiap empat kali pergantian anoda. Umur
anoda biasanya sekitar 365 hari. Pada saat ini telah digunakan diafragma dan
elektroda yang telah dimodifikasi sehingga memiliki efisiensi yang lebih tinggi dan
umur penggunaan yang lebih lama yaitu mencapai 8-10 tahun. Larutan NaOH yang
dihasilkan adalah 11,3 – 15 %.
2. Proses sel elektrolisa dengan sel membrane
Sel membran memakai membran semipermeabel untuk memisahkan anoda
dan katoda. Membran ini hanya mengijinkan ion Na+ untuk melewatinya dan
mencegah ion OH-. Pemakaian ini dimaksudkan untuk mencegah ion OH- dan Cl-
masuk ke dalam ruangan katoda. Membran terbuat dari bahan polimer seperti
perfluoro sulfonie acid polimer dan perfluorocarboxylic acid polimer. Sel membran
menghasilkan NaOH yang lebih murni dan lebih tinggi konsentrasinya bila
dibandingkan dengan sel diaphragma, yaitu sebesar 28 %. Sel membran ini telah
diterapkan dalam industri secara komersiil tetapi terlalu mahal.
3. Proses elektrolisis dengan menggunakan sel merkuri
Di dalam sel mercuy, yang dipakai sebagai katoda adalah merkuri yang
dialirkan pada bagian dasar sel, sedangkan sebagai anoda dipakai grafit. Larutan
NaCl yang telah dimurnikan dialirkan diantara kedua elektroda tersebut dan
membentuk NaHg pada katoda dan gas Cl2 pada anoda.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi : NaCl Na+ + Cl-
Anoda : 2Cl- Cl2
Katoda : NaHg 2Na+ + Hg+ + 2e
Larutan NaCl sebagai umpan masuk ke dalam sel elektrolisa pada suhu 60 –
70oC dengan konsentrasi NaCl 340 – 350 g/liter. Amalgam (NaHg) yang dihasilkan
mengalir ke dekomposer dan dikontakkan dengan air secara counter current
sehingga dihasilkan NaOH 50 % dan gas H2.
Reaksi :
2NaOH + H2 + Hg2NaHg + H2O
Spesifikasi Bahan
A. BAHAN BAKU
Air Laut
• pH : 7,5 – 8,4
• Densitas : 1,020 – 1,029 kg/m3
• Komposisi (Kirk and Othmer, 1949)
NaCl : 2,68 % wt
MgCl2 : 0,32 % wt
MgSO4 : 0,22 % wt
CaSO4 : 0,12 % wt
KCl : 0,07 % wt
NaBr : 0,008 % wt
H2O : 96,582 % wt
Sodium Klorida
• Rumus molekul : NaCl
• Berat molekul : 58,454 kg/kmol
• Bentuk : kristal
• Titik lebur : 800,8oC
• Titik didih : 1465oC
• Spesific gravity : 2.165
• Densitas : 2,16 gr/ cm3
• Hardness : 2,5
• Index bias : 1,554
• Kelarutan dalam air, g NaCl/100 ml
Pada suhu 25o C : 35,9
Pada suhu 30o C : 36,3
Pada suhu 80o C : 38,4
• Panas pelarutan dalam 1 kg air (25oC) : 3,757 kJ/mol
• PH dalam larutan : 6,7 – 7,3
• Komposisi
NaCl : min. 95 %
H2O : maks. 2.6 %
Ca : maks. 0,3 %
Mg : maks 0.3 %
SO4 : maks 0.3 %
Air
• Rumus molekul : H2O
• Berat molekul : 18,0153 g/mol
• Densitas dan fase : 0,998 g/ cm3 (cairan pada 20oC)
0,92 g/ cm3 (padatan)
• Titik lebur : 0oC (273,15 K) (32 F)
• Titik didih : 100oC (373,15 K) (212 F)
• Kalor jenis : 4.184 J/ kg.K
B. PRODUK
Sodium Hidroksida
• Rumus molekul : NaOH
• Berat molekul : 24,8 kg/kmol
• Bentuk : Padat
• Titik didih normal : 1390oC
• Kelarutan dalam air : 111 gr/100 ml (20oC)
• Spesific gravity : 2,13
• Densitas : 2,1 gr/cm3
• Komposisi % berat
NaOH : min. 98 %
NaCl : maks. 0,03 %
Hidrogen
• Rumus molekul : H2
• Berat molekul : 2,016 kg/kmol
• Kenampakan : gas tidak berwarna
• Titik lebur : -259,1oC
• Titik didih : -252,7oC
• Titik kritis : 32,97 K (pada 1,293 MPa)
• Kapasitas Kalor (pada 25oC) : 28,836 joule/ mol K
• Kalor penguapan : 0,904 Kj/mol
• Massa jenis : 0,08988 gr/l\
Klorin
• Rumus molekul : Cl2
• Berat molekul : 70,91 kg/kmol
• Kenampakan : gas tidak berwarna
• Titik lebur : -101,5oC
• Titik didih (1 atm) : -34,4oC
• Densitas dry gas (STP) : 3,209 g/L
• Densitas liquid (0oC ,366,5 kPa) : 1468,4 g/L
• Massa jenis (g/l) : 3,2
• Tekanan kritis : 1118,36 psia
• Suhu kritis : 416,9 K (pada 7,991 MPa)
• Panas laten : 287,4 J/g
• Komposisi % mol : 99,8 %
C. BAHAN PEMBANTU
Asam Klorida
• Rumus molekul : HCl
• Berat molekul : 36,47
• Spesific gravity 20oC : 1,1593
• Bentuk : cair
• Komposisi % berat : 33%
Kegunaan NaOH
NaOH adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia,
penetral asam. Kegunaan yang lain adalah sebagai katalis dalam proses
transesterifikasi metanol dan trigliserida, serta membantu mengurangi zat warna
dari kotoran yang berupa getah minyak bumi. NaOH juga digunakan dalam industri
serat dan plastik, untuk industri rayon, gelas, petrokimia, pupuk, bahan peledak, zat
pelarut dan bahan – bahan kimia lain.
B. CH3COONa (Natrium Asetat)
Natrium asetat atau natrium etanoat (jarang digunakan) adalah garam
natrium dari asam asetat. Senyawa ini merupakan zat kimia berharga terjangkau
yang diproduksi dalam jumlah industri untuk berbagai keperluan. Natrium asetat
bisa digunakan untuk memproduksi ester dari reaksi dengan alkil halida, misalnya
bromoetana.
H3C–COO– Na+ + Br–CH2–CH3 → H3C–COO–CH2–CH3 + NaBr
Sifat Kimia CH3COONa
Densitas: 1.45 g/cm³
Fase: padat
Kelarutan dalam air: 76 g/100 ml (0 °C)
Titik lebur: tidak ada; terurai pada 324 °C
Titik didih: tidak ada
Proses Pembuatan CH3COONa
Natrium asetat memiliki harga terjangkau, dan biasanya dibeli dari
pedagang zat-zat kimia, bukan disintesis di laboratorium. Senyawa ini juga kadang
dihasilkan dalam eksperimen laboratorium, misalnya reaksi asam asetat dengan
natrium karbonat, natrium bikarbonat, atau natrium hidroksida, menghasilkan
beberapa basa yang mengandung natrium.
CH3–COOH + Na+[HCO3]– → CH3–COO– Na+ + H2O + CO2
Reaksi di atas sama dengan reaksi soda kue dan cuka yang terkenal. Secara
teoritis 84 gram natrium bikarbonat bereaksi dengan 750 g cuka 8% menghasilkan
82 g natrium asetat, terlarut dalam air. Dengan mendidihkan air tersebut,
didapatkan larutan pekat natrium asetat, atau kristal natrium asetat.
C. APLIKASI TITRASI KONDUKTOMETRIDasar Analisis Tablet Aspirin dengan Metode Titrasi Konduktometri
Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan
dalam volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi
elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan
sehingga I = EL. Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan
berbanding lurus pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume
larutan Ci, pada hantaran ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak
elektroda d, sehingga:
L = a/d x S Ci S1
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat aditif.
Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi
dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan
faktor geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut
tetapan sel. Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel,
yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang
konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel
ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur.
Pengaliran arus melalui larutan suatu elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan
dalam komposisi larutan di dekat sekali dengan lektrode-elektrode, begitulah potensial-
potensial dapat timbul pada elektrode-elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan
serius dalam pengukuran-pengukuran konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi
demikian dapat dikurangi sampai proporsi yang terabaikan.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung
pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit
diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk
membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu
sama lain dan cukup besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi
larutan diencerkan. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik
untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit
lemah.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-
kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi
konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik.
Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam
sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik
semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada
penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh
penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang
konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi
konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan
konduktivitas yang lain.
Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi
dengan konsentrasi. Hendaknya diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam
pengukuran-pengukuran konduktans. Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat
penting dalam titrasi konduktometri, kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi
biasanya kita hanya perlu menaruh sel konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada
temperatur laboratorium. Penambahan relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan
pada penambahan reagensia dengan berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada
kondisi optimum kira-kira 0,5 persen. Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil
bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali
pada ketepatan. Akibatnya, metode konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih
terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual, potensiometri ataupun amperometri.
Asam salisilat adalah golongan khusus dari asam hidroksi. Penggunaan utama dari
asam salisilat adalah dalam pembuatan aspirin. Reaksi dengan anhidrida asetat mengubah
gugus hidroksil fenolik dari asam salisilat menjadi ester asetil, yaitu aspirin.