3
Epidemiologi Mindarti F (2010), data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi Indonesia, prevalensi tonsilitis kronik 36 kasus/1000 anak sebsar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaringitis akut (4,6%). Insiden tonsilitis kronik di Semarang 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun. Farokah (2007), Cermin dunia kedokteran no: 155, jumlah penderita tonsillitis kronik di Semarang dari 301 penderita anak dengan jenis kelamin lakilaki 156 (51,8%), perempuan 145 (48,2%) yang mengalami tonsillitis kronik. Uji kuadrat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tonsillitis dengan aktivitas sehari-hari. Data rekam medis RS Roemani Semarang tahun 2011 didapati penderita tonsilitis pada anak dengan jumlah 10 pasien anak.

tonsilitis epi+fr

Embed Size (px)

DESCRIPTION

respiratory system

Citation preview

Epidemiologi

Mindarti F (2010), data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi Indonesia, prevalensi tonsilitis kronik 36 kasus/1000 anak sebsar 3,8% tertinggi kedua setelah nasofaringitis akut (4,6%). Insiden tonsilitis kronik di Semarang 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun. Farokah (2007), Cermin dunia kedokteran no: 155, jumlah penderita tonsillitis kronik di Semarang dari 301 penderita anak dengan jenis kelamin lakilaki 156 (51,8%), perempuan 145 (48,2%) yang mengalami tonsillitis kronik. Uji kuadrat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tonsillitis dengan aktivitas sehari-hari. Data rekam medis RS Roemani Semarang tahun 2011 didapati penderita tonsilitis pada anak dengan jumlah 10 pasien anak.Faktor risiko

Faktor risiko untuk tonsilitis meliputi:

Usia.Tonsilitis yang paling umum terjadi pada anak prasekolah sampai pertengahan masa remaja (anak-anak yang berusia 3-7 tahun). penyakit ini lebih sering dialami oleh anak-anak yang berusia 3 tahun hingga 7 tahun. Dikarenakan pada usia tersebut, amandel mengalami penurunan kekebalan sehingga memudahkan virus dan bakteri masuk dan menimbulkan infeksi pada amandel.

Sering terpapar kumanAnak usia sekolah berada dekat dengan rekan-rekan mereka dan sering terkena virus atau bakteri yang dapat menyebabkan radang amandel. Virus dan bakteri cenderung untuk berkembang pada orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain, seperti di sekolah atau di fasilitas penitipan anak. Bila tidak segera diobati, amandel akan semakin meradang, membengkak, dan semakin parah, hingga menjadi penyakit kronis maupun komplikasi. Mulut yang tidak hygiene

Pengobatan radang akut yang tidak adekuat

Rangsangan kronik karena rokok maupun makanan.