10
HALAMAN 73 …terapi dan beberapa saat setelah subjek menerima haloperidol dan perazine. Studi premedikasi mengindikasikan adanya reduksi alfa (Figure 52) dan hampir menghilangkan respons P 300 (Figure 53). Setelah diberikan terapi neuroleptic, aktivitas dalam range alfa menjadi normal disertai P 300 yang normal, dengan maksimum parieto-oksipital. Hitungan P 300 dilakukan secara akurat dalam dua kondisi tersebut. HALAMAN 74-76 Seorang pria usia 30 tahun, right-handed, telah dirawat sebanyak 7 kali sejak 1979 karena delusi, halusinasi auditorik, ilusi, fonema, gagasan ide dan isi pikir berulang. Subjek diterapi dengan medikasi (Carbamazepin dan Melperon). Hasil CT dan MRI tidak ditemukan keanehan. Selama episode psikotik, hasil EEG menunjukkan focus lobus temporal kiri. Pemetaan telah dilakukan pada subjek ini saat kondisi psikotik yang berlangsung selama 2-3 jam dan selama beberapa jam setelah episode tersebut selesai. Data pasien juga bisa dibandingkan dengan data baseline yang ada pada studi sebelumnya. Data FFT dasar mengindikasikan adanya alfa asimetris dengan aktivitas beta minimal. Data FFT dari EEG yang dilakukan selama episode psikotik menunjukkan bukti meningkatnya aktivitas beta dengan aksentuasi ke kiri (Figure 54.a). Sekitar 2 jam setelah

Translate

Embed Size (px)

DESCRIPTION

translate

Citation preview

HALAMAN 73

terapi dan beberapa saat setelah subjek menerima haloperidol dan perazine. Studi premedikasi mengindikasikan adanya reduksi alfa (Figure 52) dan hampir menghilangkan respons P 300 (Figure 53). Setelah diberikan terapi neuroleptic, aktivitas dalam range alfa menjadi normal disertai P 300 yang normal, dengan maksimum parieto-oksipital. Hitungan P 300 dilakukan secara akurat dalam dua kondisi tersebut.

HALAMAN 74-76

Seorang pria usia 30 tahun, right-handed, telah dirawat sebanyak 7 kali sejak 1979 karena delusi, halusinasi auditorik, ilusi, fonema, gagasan ide dan isi pikir berulang. Subjek diterapi dengan medikasi (Carbamazepin dan Melperon). Hasil CT dan MRI tidak ditemukan keanehan. Selama episode psikotik, hasil EEG menunjukkan focus lobus temporal kiri. Pemetaan telah dilakukan pada subjek ini saat kondisi psikotik yang berlangsung selama 2-3 jam dan selama beberapa jam setelah episode tersebut selesai. Data pasien juga bisa dibandingkan dengan data baseline yang ada pada studi sebelumnya. Data FFT dasar mengindikasikan adanya alfa asimetris dengan aktivitas beta minimal. Data FFT dari EEG yang dilakukan selama episode psikotik menunjukkan bukti meningkatnya aktivitas beta dengan aksentuasi ke kiri (Figure 54.a). Sekitar 2 jam setelah episode psikotik, FFT mirip dengan baseline. (Figure 54.b). Baseline P 300 tidak terbentuk dengan sempurna (Figure 55.a). Juga, respons latensi P 300 memanjang secara abnormal. Meskipun pasien bisa melakukan tugas P 300 secara akurat., tidak ditemukan adanya respons P 300 yang teridentifikasi selama episode psikotik (Figure 55 b). Beberapa jam setelah episode, P 300 kembali pada nilai baseline.

9.6.1.3 Major Depressive Disorder (DSM-III; 296.2)Seorang wanita berusia 44 tahun, right-handed, mengalami episode panjang depresif akibat adanya konflik pribadi. Gejala saat masuk adalah depresi, hilang minat, kekurangan berat badan secara signifikan, retardasi psikomotor, hilang energy, dan hilangnya kemampuan untuk konsentrasi. Percobaan bunuh diri ditemukan pada riwayat akhir-akhir ini. Hasil dari CT dan MRI tidak ditemukan kelainan. Selama perawatan, skor Hamilton pasien sebesar 17 dan skor Adjective Mood menurun menjadi 20. Terapi dilakukan dengan antidepresan tidak spesifik. Satu seri pemetaan, telah dilakukan bersamaan dengan inisiasi terapi pengobatan dan lainnya saat pasien sedang dalam pengobatan. Studi premedikasi mengindikasikan penurunan aktivitas alfa dan respons P 300 amplitude rendah. (Figure 56. a,c). Setelah pemberian terapi dengan antidepresan terdapat perbaikan pada gelombang alfa di area oksipital dan respons P 300 yang mendekati normal (Figure 56 b,d). setiap usaha sudah dilakukan untuk memastikan kepatuhan subjek selama sesi tes; penghitungan P 300 dilakukan secara akurat pada kedua kondisi.

HALAMAN 78-839.6.2 Hasil Grup9.6.2.1 Pemetaan EEG pada SkizofreniaHasil awal mapping pada kasus skizofrenia telah dideskripsikan oleh Buchsbaum et al. (1982 a, 1986), Morihisa et al. (1983, 1985), Morstyn et al. (1983 b), Guenther and Breitling (1985), dan Karson et al (1987). Tujuan pilot study yang dilakukan oleh Dierks et al. (1989) dan Maurer et al (1989 b) dibagi menjadi 30 seri skizofrenik oleh pemetaan topografik ke dalam grup berdasarkan kriteria DSM-III dan ICD-9 dan untuk mendelineasi pola EEG pada kisaran delta, theta, alfa dan beta dan hasil P 300. Beberapa prosedur tes, termasuk F test, tes t pelajar, dan test praktek signifikan, digunakan untuk membandingkan data kontrol dengan data pasien.Terdapat nilai amplitude yang lebih tinggi pada kisaran delta hanya pada subgroup hebefrenik pada saat mata tertutup, dengan predominan pada sentral dan parietal serta sedikit aksentuasi pada hemisfer otak kiri. (Figure 57). Pita theta menunjukkan penurunan jumlah amplitude pada oksipital pada grup paranoid saat uji dengan mata tertutup namun ada peningkatan pada saat mata terbuka pada grup hebefrenik dan paranoid. Penemuan adanya penurunan aktivitas alfa sangat jelas dan konsisten pada saat mata tertutup, terutama pada grup hebefrenik (Figure 58) namun ini juga merupakan ciri grup paranoid dan residual. (Figure 59). Pada saat mata terbuka, ada peningkatan signifikan yang terlihat dengan aksentuasi pada ketiga grup. Untuk pita beta terdapat kelainan yang sama pada pita alfa, contoh penurunan pada saat mata tertutup dan peningkatan pada saat mata terbuka. Ditemukan peningkatan aktivitas pada pita lambat beta (12-15,5 Hz) pada saat mata terbuka dengan maksimum pada Pz dan P3 pada grup hebefrenik. (Figure 60).9.6.2.2 Pemetaan P 300 pada SkizofreniaGangguan memproses informasi memiliki peranan sentral dalam penjelasan mengenai penemuan psikopatologikal dan neuropsikologikal pada pasien skizofrenia (Buchsbaum et al. 1982 a, 1986). Gelombang kognitif P 300 merupakan salah satu variable neuropsikologikal yang penting, bergantung kepada proses kognitif diskriminatif serta memproses informasi. Reduksi amplitude P 300 pada pasien skizofrenia ditemukan sebagai indikator sensitive tapi tidak spesifik (Morstyn et al. 1983a, b; Faux et al. 1988; Shenton et al. 1989). Hasil pemetaan awal telah dipublikasikan oleh Morstyn et al. (1983), Shenton et al. (1989) dan Maurer et al. (1990). Tujuan penelitian untuk menemukan apakah gejala negative dan gejala psikotik berhubungan dengan pasien skizofrenia dengan amplitude dan sifat latensi serta topografinya. Pada Sembilan pasien ditemukan adanya korelasi signifikan (P