Translate

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cc

Citation preview

Dilakukannya Pemasangan Drainase atau Tidak Pada Appendectomi Untuk Pasien Appendicitis PerforasiImad Wajeh Al-Shahwany*, Laith Naief Hindoosh*, Raid Rassam*, Abbas Al-Qadhi**

Abstrak :Latar Belakang :Appendicitis akut adalah salah satu kasus dalam bagian bedah yang paling sering menyebabkan akut abdomen dan memerlukan tindakan pembedahan.Sebagai profilaksis, pemasangan drainase sering dilakukan dalam praktek sehari-hari pada pasien dengan appendicitis akut perforasi.Objectif :Untuk menilai keuntungan dan kerugian pemasangan drainase sebagai profilaskis pada pasien post appendectomy dengan appendicitis akut perforasi.Metode :Delapan puluh empat pasien dengan appendicitis akut perforasi yang terdaftar dalam penelitian prospektif comparasi di Rumah Sakit Pendidikan Al-Kindy dari bulan Oktrober 2009 hingga Maret 2011. Mereka dibagi dalam dua kelompok yang terdiri dari 46 pasien (54,76 %) adalah kelompok yang dipasang drainase dan 38 pasien (46,24 %) adalah kelompok yang tidak dipasang drainase. Yang dinilai dari penelitian ini adalah jumlah hari rawatan pasien di Rumah Sakit, dan infeksi pada luka post operasi pasien.Analisa statistic yang digunakan untuk menghitung P value adalah Software Minitab versi 14.Hasil :Pasien dengan rentang usia 6-50 tahun (rata-rata 27 12), rasio perbandingan laki-laki dan perempuan 2,6 : 1. Insiden terjadinya appendicitis akut perforasi sekitar 15,9 % tidak berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Rata-rata hari rawatan di rumah sakit selama 36 jam pada kelompok pasien yang tidak dipasang drainase dan rata-rata 58 4 pada kelompok pasien yang dipasang drainase.Infeksi pada luka post operasi 39,13 % pada kelompok pasien yang dipasang drainase dan 36,84 % pada pasien yang tidak dipasang drainase, dengan P value >0,05.

Kesimpulan :Infeksi luka post operasi dan hari rawatan di rumah sakit lebih kecil pada pasien yang tidak dipasang drainase. Sehingga untuk pemasangan drainase sebagai profilaksis perlu dipertimbangkan lagi.

PendahuluanAppendicitis adalah penyakit yang paling sering menyebabkan akut abdomen dan memerlukan tindakan pembedahan.Penyebab dari appendicitis sampai saat ini masih belum jelas dan mekanisme patofisiologinya masih terus diperdebatkan.Namun demikian, ada banyak kemajuan dalam hal asepsis dan tekhnik pembedahan pada appendicitis, serta komplikasi post operasi seperti infeksi pada luka dan abses intra abdomen sudah mulai berkurang.Beberapa penelitian menunjukan bahwa, penurunan angka kejadian infeksi post operasi karena penggunaan antimicrobial yang ada.Dalam 2 abad terakhir ini, alhi bedah menggunakan drainase sebagai tujuan profilaksis. Drainase profilaksis ini bekerja sebagai saluran pembuangan dari cairan asites,darah, nanah,empedu, dan cairan- cairan intestinal yang mungkin dapat menginfeksi kembali atau pada kasus seperti cairan bilier, cairan pangkreas yang merupakan racun bagi jaringan tertentu. Fungsi lain dari drainase ini adalah sebagai pendeteksi dini adanya komplikasi seperti perdarahan post operasi dan lain-lain.Drainase abdominal dalam bedah digestive telah ditetapkan sebagai dogma. Namun percobaan control secara acak menimbulkan pertanyaan bagaimana dengan pemasangan drainase pada operasi yang elektif. Penilaian dari drainase post operasi appendicitis harus dibedakan pada kasus secara umum dan kasus dengan perforasi.

Pasien dan MetodeIni merupakan penelitian prospektif komperatif yang terdiri dari 84 pasien dengan appendicitis akut perforasi yang terdaftar di rumah sakit pendidikan Al-Kindy sejak oktober 2009- sampai dengan maret 2011. Lima ratus dua puluh delapan pasien yang didiagnosa dan dilakukan operasi dengan kasus suspek appendicitis dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan urinalisa dan leukosit yang yang menunjukan tanda-tanda appendicitis.Dengan kriteria inklusi adalah semua pasien dengan nyeri pada regio fosa iliaca kanan yang muncul pada semua umur dan jenis kelamin. Sementara itu kriteria ekslusi nya terdiri dari :1. Berhubungan dengan kehamilan2. Penyakit atau orang yang mendapat obat yang menyebabkan penurunan system imun sepetri pada pasien dengan diabetes militus atau penggunaan steroid.3. Pasien yang sudah dilakukan laparotomy dengan akut abdomen dimana appendicitis ditemukan sebagai penyebabnya.Kami mengikut sertakan appendicitis perforasi dan tidak mengikutkan komplikasi appendicitis yang lain seperti (appendicular mass, appendicular abses, dan appendicular gangren).Semua pasien diberikan pengobatan preoperative dengan menginjeksikan ceftriaxone dan metronidazole yang dilanjutkan hingga appendicnya dibuang.Beberapa pasien dipasang drainase (kelompok drainase) dan yang lain tidak dipasang drainase (kelompok yang tidak dipasang drainase). Semua specimen dikirim untuk dilakukan histopatologi. Semua pasien dipuasakan, mendapatkan terapi cairan intravena dari post operatif hingga peristaltiknya kembali normal, analgesik diberikan apabila diperlukan pasien saja. Drainase dicabut setelah 48-72 jam dan cairan drainase yang berjumlah kurang dari 50 ml / 24 jam serta cairannya serous.Lama perawatan di rumah sakit dari kedua kelompok dicatat. Follow up dilakukan hingga hari ke 6 post operasi dan ditemukan adanya infeksi pada luka operasi, demam, kemerahan pada luka, oedema. Luka post operasi di ganti dan dibersihan setiap hari. Benang atau jahitan operasi direncanakan dibuka 10 hari post operasi. Kasus infeksi pada luka post operasi di kedua kelompok kemudian dicatat. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan pada pasien dengan luka post operasi yang menjadi infeksi untuk menyingkirkan adanya permasalahan intra abdominalnya. Dan pasien di pantau lebih dari 1 bulan post operasi.Analisa statistic, pengukuran P value dikerjakan menggunakan Software Minitab versi 14. Dengan P value < 0,05 yang menunjukan nilai statistik yang bermakna.

HasilDalam penelitian ini terdapat 84 pasien yang terdaftar, yang terdiri dari 62 (73,8%) pasien laki-laki dan 22 (26,2%) pasien perempuan dengan ratio perbandingan laki-laki : perempuan 2,8 : 1. Dengan usia 6-50 tahun dengan rata-rata (27 12), dengan insiden tertinggi terjadi pada usia 21-30 tahun.Rata-rata kejadian appendicitis perforasi berkisar 15.9 % dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Empat puluh enam (54,76 %) pasien dari 84 pasien dipasang drainase saat operasi, sementara 38 (45,24 %) pasien tidak dipasang drainase.Kelompok yang dipasangkan drainase dirawat di rumah sakit selama 58 jam 4 sementara kelompok yang tidak dipasangkan drainase dirawat dirumah sakit selama 36 jam dengan P value < 0,05.Kelompok yang dipasangkan drainase menunjukan angka kejadian infeksi pada luka post operasi pada 18 (39,13 %) pasien, sementara pada pasien yang tidak dipasangkan drainase menunjukan terjadi infeksi pada luka post operasi pada 14 (36,84%) pasien dengan P value > 0.05 pada kedua kelompok.Seluruh pasien dengan infeksi pada luka post operasi tidak ditemui adanya penumpukan cairan intra peritoneal baik secara klinis maupun dengan menggunakan ultrasonografi. Tidak dijumpai adanya pasien dengan fecal fistel.Dan tidak ada pasien yang meninggal yang dicatat.

DiskusiMeskipun penggunaan antibiotic spectrum luas yang rutin digunakan sebagai profilaksis dengan target bakteri anaerob dan aerob. Infeksi pada luka bekas operasi masih tetap sering sebagai penyebab angka kesakitan pada pasien post appendectomy. Pada pasien dengan appendicitis tanpa perforasi, insiden terjadinya infeksi pada luka operasi sebesar