Upload
ailegnacantik
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kedokteran
Citation preview
Trauma Toraks
Trauma toraks adalah penyebab kematian terbanyak di seluruh kota besar di dunia
dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh
trauma toraks. Insiden penderita trauma toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12
penderita per seribu populasi per hari dan menyebabkan kematian sebesar 20-25% .
Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit"
menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma
toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari
trauma tumpul toraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%).5
Trauma toraks harus ditangani secepatnya karena dapat menyebabkan hipoksia otak
dan jantung yang berakibat fatal. Banyak penderita meninggal setelah sampai di rumah
sakit, dan banyak diantara kematian ini dapat dicegah. Hanya 10-15% penderita trauma
tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan
tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Kematian sering
disebabkan oleh obstruksi jalan nafas, flail chest, pneumotoraks terbuka, hemotoraks
massif, tension pnemothorax dan tamponade jantung.6
1) Anatomi Rongga Toraks
Rongga thorax dibatasi oleh iga-iga, yang bersatu di bagian belakang pada
vertebra thoracalis dan di depan pada sternum. Kerangka rongga thorax, meruncing
pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10
pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang
melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh
sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi
bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas clavicula dan di atas organ dalam
abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding
anterior thorax. Musculus latissimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus
gelang bahu lainnya membentuk lapisan musculus posterior dinding posterior thorax.
Tepi bawah musculus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika axillaris posterior.
Dada berisi organ vital yaitu paru dan jantung. Pernafasan berlangsung dengan
bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu
musculus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar
sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik.
Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan
kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut
sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis, yang
melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada
setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru – paru normal, hanya ruang
potensial yang ada.
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam
kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian
muskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi
motorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi
putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa /
tenang sekitar 75%.1
Thoracal cage
2) Fisiologi
Rongga thorax dapat dibandingkan dengan suatu pompa tiup hisap yang memakai
pegas, artinya bahwa gerakan inspirasi atau tarik napas yang bekerja aktif karena
kontraksi otot intercostals menyebabkan rongga thorax mengembang, sedangkan
tekanan negatif yang meningkat dalam rongga thorax menyebabkan mengalirnya
udara melalui saluran napas atas ke dalam paru. Sebaliknya, mekanisme ekspirasi
atau keluar napas, bekerja pasif karena elastisitas/daya lentur jaringan paru ditambah
relaksasi otot intercostals, menekan rongga thorax hingga mengecilkan volumenya,
mengakibatkan udara keluar melalui jalan napas.
Adapun fungsi dari pernapasan adalah:
1. Ventilasi: memasukkan/mengeluarkan udara melalui jalan napas ke dalam/dari
paru dengan cara inspirasi dan ekspirasi tadi.
2. Distribusi: menyebarkan/mengalirkan udara tersebut merata ke seluruh sistem jalan
napas sampai alveoli
3. Difusi: oksigen dan CO2 bertukar melaluimembran semipermeabel pada dinding
alveoli (pertukaran gas)
4. Perfusi: Darah arterial di kapiler-kapiler meratakan pembagian muatan oksigennya
dan darah venous cukup tersedia untuk digantikan isinya dengan muatan oksigen
yang cukup untuk menghidupi jaringan tubuh.
kegagalan atau hambatan dari rantai mekanisme tersebut akan menimbulkan
gangguan pada fungsi pernapasan, berarti berakibat kurangnya oksigenasi jaringan
tubuh. Hal ini misalnya terdapat pada suatu trauma pada thorax. Selain itu maka
kelainan-kelainan dari dinding thorax menyebabkan terganggunya mekanisme
inspirasi/ekspirasi, kelainan-kelainan dalam rongga thorax, terutama kelainan
jaringan paru, selain menyebabkan berkurangnya elastisitas paru, juga dapat
menimbulkan gangguan pada salah satu/semua fungsi-fungsi pernapasan tersebut.
3) Patofisiologi Trauma Toraks
Akibat dari trauma toraks atau dada yang terjadi, menyebabkan gagal ventilasi
(keluar masuknya udara), kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar (organ kecil
pada paru yang mirip kantong), kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik
(sirkulasi darah). Ketiga faktor ini dapat menyebabkan hipoksia (kekurangan suplai
O2) seluler yang berkelanjutan pada hipoksia jaringan. Hipoksia pada tingkat jaringan
dapat menyebabkan ransangan terhadap cytokines yang dapat memacu terjadinya
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Systemic Inflamation Response
Syndrome (SIRS), dan sepsis. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan
oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen ke jaringan oleh karena hipovolemia (kehilangan darah),
pulmonary ventilation/perfusion mismatch (contoh kontusio, hematoma, kolaps
alveolus) dan perubahan dalam tekanan intrathorax (contoh : tension pneumothorax,
pneumothorax terbuka). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya
ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran.
Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).13
4) Jenis Trauma Toraks
Trauma thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul. Pada trauma tajam,
terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin lebih mencapai jaringan otot
ataupun lebih dalam lagi hingga melukai pleura parietalis atau perikardium parietalis.
Dapat juga menembus lebih dalam lagi, sehingga merusak jaringan paru, menembus
dinding jantung atau pembuluh darah besar di mediastinum.7
Trauma tajam yang menembus pleura parietalis akan menyebabkan kolaps paru,
akibat masuknya udara atmosfer luar kedalam rongga paru. Bila pleura viseralis pun
tertembus, kemungkinan trauma tajam terhadap jaringan paru sangat besar, sehingga
selain terjadi penurunan ventilasi akibat hubungan pendek bronkho – udara luar
melalui luka tajam, mungkin terjadi pula Hemoptoe massif dengan akibat –
akibatnya.7
Trauma tajam yang melukai perikardium parietalis dapat menimbulkan
tamponade jantung dengan tertimbunya darah dalam rongga pericardium, yang akan
mampu meredam aktivitas Diastolik jantung. Eksanguinasi akibat tembusnya dinding
jantung atau pembuluh darah besar di mediasternum, mampu menimbulkan henti
jantung dalam waktu 2 – 5 menit, tergantung derajat perdarahannya.7
Satu jenis lain dari trauma tajam, yaitu trauma tertembus peluru. Fatalitas akibat
trauma peluru ini lebih besar dari jenis trauma dari pleura, berakibat luka tembus
keluar yang relatif lebih besar dari luka tembus masuk. 7
Trauma tumpul toraks, bila kekuatan trauma tajam lainnya, karena faktor
kerusakan jaringan yang lebih besar akibat rotasi berkecepatan tinggi tidak cukup
besar, hanya akan menimbulkan desakan terhadap kerangka dada, yang karena
kelenturannya akan mengambil bentuk semula bila desakan hilang. Trauma tumpul
demikian, secara tampak dari luar mungkin tidak memberi gambaran kelainan fisik,
namun mampu menimbulkan kontusi terhadap otot kerangka dada, yang dapat
menyebabkan perdarahan in situ dan pembentukan hematoma inter atau intra otot,
yang kadang kala cukup luas, sehingga berakibat nyeri pada respirasi dan pasien
tampak seperti mengalami dispnea. 7
Trauma tumpul dengan kekuatan cukup besar, mampu menimbulkan patah tulang
iga, mungkin hanya satu iga, dapat pula beberapa iga sekaligus, dapat hanya satu
lokasi fraktur pada setiap iga, dapat pula terjadi patahan multiple, mungkin hanya
melibatkan iga sisi unilateral, mungkin pula berakibat bilateral. 7
Trauma tumpul jarang menimbulkan kerusakan jaringan jantung, kecuali bila
terjadi trauma dengan kekuatan cukup besar dari arah depan, misalnya : akibat
dorongan kemudi atau setir mobil yang mendesak dada akibat penghentian mendadak
mobil berkecepatan sangat tinggi yang menabrak kendaraan atau bangunan
didepannya. Desakan setir mobil tersebut mampu menimbulkan tamponade jantung,
akibat perdarahan rongga pericardium ataupun hematoma dinding jantung yang akan
meredam gerakan sistolik dan diastolik.7
Meskipun secara morfologis hanya di dapat fraktur sederhana dan tertutup dari
iga dalam kedudukan baik, namun mampu menimbulkan hematotoraks atau
pneumotoraks, bahkan tidak tertutup kemungkinan terjadi “Tension Pneumotorax”,
karena terjadi keadaan dimana alveoli terbuka, pleura viseralis dengan luka yang
berfungsi “Pentil” dan luka pleura parietalis yang menutup akibat desakan udara yang
makin meningkat di rongga pleura. Tension pneumotoraks selanjutnya akan
mendesak paru unilateral, sehingga terjadi penurunan ventilasi antara 15 – 20 %. Bila
desakan berlanjut, terjadi penggeseran mediastinum ke arah kontralateral dan
selanjutnya bahkan akan mendesak paru kontralateral yang berakibat sangat
menurunnya kapasitas ventilasi.7
Hemotoraks maupun hemopneumotoraks adalah merupakan keadaan yang paling
sering dijumpai pada penderita trauma toraks, pada lebih dari 80% penderita dengan
trauma toraks didapati adanya darah pada rongga pleura.8 Penyebab utama dari
hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau
arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.8
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi.7
Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada foto toraks, sebaiknya
diterapi dengan selang dada kaliber besar. Selang dada tersebut akan mengeluarkan
darah dari rongga pleura, mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam
rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara cepat dari selang dada sebanyak
1.500 ml, atau bila darah yang keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4
jam, atau jika membutuhkan transfusi darah terus menerus, torakotomi harus
dipertimbangkan.7,8