4
 TUGAS I SI-3051 MANAJEMEN KONSTRUKSI Dosen : Muhamad Abduh, Ph.D. Oleh : Nur Safitri Ruchyat Marioen 15009121 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

tugas 1

Embed Size (px)

Citation preview

5/13/2018 tugas 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-1-55a821ae62df0 1/4

TUGAS I

SI-3051 MANAJEMEN KONSTRUKSI

Dosen : Muhamad Abduh, Ph.D.

Oleh :

Nur Safitri Ruchyat Marioen15009121

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2012

5/13/2018 tugas 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-1-55a821ae62df0 2/4

UU Jasa Konstruksi

Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran untuk menunjang

terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang mengenai

 jasa konstruksi, yaitu UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Pengaturan ini bertujuan untuk

memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur

usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas;

mewujudkan penyelenggaraan pekerjaan kontruksi yang tertib dan kesetaraan kedudukan antara

pengguna dan penyedia jasa dalam hal hak dan kewajiban; dan juga meningkatkan peran

masyarakat di bidang jasa konstruksi.

Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa

pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa yang

dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha berbentuk badan hukum maupun yang

bukan badan hukum. Penyedia jasa konstruksi perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan

konstruksi yang berisiko kecil, sederhana, dan berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan konstruksi yang

berisiko besar, berteknologi tinggi, berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang

berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

Jenis usaha konstruksi terdiri dari usaha perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan konstruksi.

Perencana, pelaksana, dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus memenuhi

ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi dan memiliki sertifikat, klasifikasi, dan

kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Untuk perencana dan pengawas orang perseorangan baik

yang dipekerjakan oleh badan usaha atau tidak, harus memiliki sertifikat keahlian. Untuk pelaksana

orang perseorangan dan tenaga kerja yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki

sertifikat keterampilan dan keahlian kerja. Baik badan usaha maupun orang perseoranganbertanggung jawab terhadap hasil pekerjaannya.

Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang

sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas, dan dalam

keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau

penunjukkan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang,

keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia jasa. Badan-badan usaha

5/13/2018 tugas 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-1-55a821ae62df0 3/4

yang dimilki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama

tidak boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan.

Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna dan penyedia jasa harus dituangkan dalam

kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan untuk

kontrak kerja dengan pihak asing, maka dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Suatu

kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup para pihak, rumusan pekerjaan, masa

pertanggungan dan/atau pemeliharaan, tenaga ahli, hak dan kewajiban para pihak, tata cara

pembayaran, cidera janji, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak kerja konstruksi. Keadaan

memaksa ( force majeure), kegagalan bangunan, perlindungan pekerja, aspek lingkungan, dan dapat

  juga memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif. Untuk pekerjaan perencanaan,

kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual. Pengguna

dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan.

Masyarakat juga memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi.

Diantaranya adalah masyarakat berhak melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib

pelaksanaan jasa konstruksi dan memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialami

secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan konstruksi. Masyarakat juga berkewajiban untuk

menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi

serta turut mencegah terjadinya pekerjaan konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan yang

berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi ini

diselenggarakan melalui suatu forum jasa konstruksi yang dilakukan oleh suatu lembaga yang

independen dan mandiri. Sedangkan untuk pemerintah berperan melakukan pembinaan jasa

konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.

Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau luar pengadilan

berdasarkan pilihan para pihak yang bersengketa. Jika masyarakat yang dirugikan akibat

penelenggaraan pekerjaan konstruksi, pemerintah wajib berpihak dan dapat bertindak untuk

kepentingan masyarakat.

Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sangsi administratif dan/atau pidana apabila

melanggar undang-undang ini.

5/13/2018 tugas 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-1-55a821ae62df0 4/4

Situasi Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Terkini

Sesuai dengan UU Jasa Konstruksi No.18 Tahun 1999, yaitu pasal 31 ayat 1 dan 3 yang berisi

“ pengembangan usaha jasa konstruksi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat jasa konstruksi ”

dan “  penyelengaraan peran masyarakat jasa konstruksi dalam melaksanakan pengembangan jasa

konstruksi dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan mandiri ”, maka didirikanlah Lembaga

Pengembangan Jasa Konstruksi. Berbagai asosiasi tergabung dalam LPJK ini, seperti asosiasi

perusahaan dan profesi jasa konstruksi, masyarakat intelektual, instansi pemerintah, dan lain-lain.

Setelah 11 tahun usia UUJK, peran masyarakat jasa konstruksi semakin meningkat. Hal itu terlihat

dari meningkatnya junlah asosiasi dalam tubuh LPJK. Munculnya asosiasi-asosiasi baru ini diduga

bukan karena kebutuhan anggota, melainkan karena adanya aturan UUJK yang membuka peluang

bagi asosiasi untuk melakukan sertifikasi. Hal ini menjadi salah satu daya tarik berdirinya asosiasi dan

membuat asosiasi ii lebih menjadi profit-center dibandingkan services-center sebagaimana mestinya.

Salah satu peraturan pelaksanaan dari undang-undang tersebut yang mengatur usaha dan peran

masyarakat jasa konstruksi adalah PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa

Konstruksi. Pada Januari 2010, diundangkan PP No. 4 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No.28

Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Menurut majalah Tren Konstruksi

Edisi Juli 2010, perubahan peraturan ini dilakukan karena pemerintah menganggap bahwa peraturan

ini sudah tidak relevan dan perlu dilakukan revisi. Pro kontra pada perubahan peraturan ini

membuat adanya gejolak di dalam tubuh LPJKN itu sendiri. Selain itu, adanya masa transisi antara

pengurus LPJK lama ke LPJK baru menyebabkan adanya gejolak kepentingan yang terjadi pada

industri jasa konstruksi. Seperti yang ditullis oleh www.indopos.co.id, Kamis, 20 Desember 2011,

perubahan peraturan ini mengakibatkan adanya dualisme LPJKN karena pemerintah tidak konsisten

dalam melaksanakannya. Hal ini membuat bingung para pelaku jasa konstruksi karena untuk

mengikuti tender proyek-proyek infrastruktur tidak ada kepastian.