30
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas erkat dan karuniaNyalah, makalah inidapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama, pada semester I, di tahun ajaran 2014, dengan judul “Hakekat Gereja”. Dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu lebih mengenal tentang fungsi dari gereja, yang pada zaman sekarang ini sudah mulai terlupakan. Dalam penyelesaian makala ini, saya sedikit mengalami kesulitan, erutama disebabkan oleh kuarangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Saya sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih bayak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa akan datang. Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi sedikit pengetahuan bagi generasi muda bahwa sebagai umat kristiani, kita mesti mengetahui hakekat gereja agar kita lebih baik lagi dalam mengenal dan menyembah Tuhan.

Tugas Akhir Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS

Citation preview

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas erkat dan karuniaNyalah, makalah inidapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama, pada semester I, di tahun ajaran 2014, dengan judul Hakekat Gereja.

Dengan membuat tugas ini saya diharapkan mampu lebih mengenal tentang fungsi dari gereja, yang pada zaman sekarang ini sudah mulai terlupakan.

Dalam penyelesaian makala ini, saya sedikit mengalami kesulitan, erutama disebabkan oleh kuarangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.

Saya sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih bayak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa akan datang.

Harapan saya, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi sedikit pengetahuan bagi generasi muda bahwa sebagai umat kristiani, kita mesti mengetahui hakekat gereja agar kita lebih baik lagi dalam mengenal dan menyembah Tuhan.

Penyusun

Richard Elisa Fernando Pali

BAB I

Pendahuluan

Tujuan

Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang disekitarnya. Ini disebabka keanekaragaman agama, suku,adat istiadat, dan kebudayaan dari setiap daerah di Indonesia. Hal ini sanga menakjuban karena biarpun indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda agama, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lain.

Namun sungguh disayangkan apabilakita, seorang kristiani tidak mengetahui tentang hakekat gereja. Kebanyakan dari kita hanya mengakui bahwa kita adalah seorang kristiani akan tetapi, dalam pola hidup dan tingkah laku hidupnya tidak mencerminkan seorang kristiani.

Oleh karena itu , saya membuat makalah ini untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi kita umat kristiani dan saya dalam pemahaman tentang Hakekat Gereja.

BAB II

ISI

1. SEJARAH GEREJA DAN TEORI

Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis igreja, yang berasal dari kata Yunani ekklesia yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi rasul, artinya mereka yang diutus untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2). (2) Istilah Yunani ekklesia dibentuk dari kata ek (=dari) dan kaleo (=memanggil), yaitu mereka yang dipanggil keluar. Dalam Perjanjian Baru istilah ekklesia diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti Gereja lokal atau jemaat setempat (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ekklesia dalam Perjanjian Baru mempunyai arti (1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan pola hidup. (2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).

Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ekklesia: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).

Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini: Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).

Ternyata pengertian tentang Sejarah Gereja, yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam pemberian definisi. Artinya ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebagkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.

Watchman nee,KEHIDUPAN GEREJA YANG NORMAL,(surabaya:Yayasan Perpustakaan Injil, 2005) hal 3

Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:

a) Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen

b) Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus

c) Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus

d) Sejarah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab: karena tafsiran muncul gereja-gereja

e) Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan

perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan meraka yang dipanggil Kristus,

selama di dunia ini

f) Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang

injil Yesus Kristus

g)Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang diimaninya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyatakan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.

Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan/empiris/fakta) dan apakah perwujudan keselamtan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).

2. GEREJA MULA MULA

A. LATAR BELAKANG

Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya

B. PERMULAAN GEREJA

Kata gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus. Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).1.Gereja Di Palestina

a.Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)

b. Petrus dan beberapa murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea(Kis:1-7).

c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).

2.Gereja di luar Palestina

a. Petrus membawa Injil ke Roma

b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).

c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).

d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).

Watchman nee,KEHIDUPAN GEREJA YANG NORMAL,(surabaya:Yayasan Perpustakaan Injil, 2005) hal 6

e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).

f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).

C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.

1. Agama Negara

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal negara mereka

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak. Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.

2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.

Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan. Beberapa penyebab penganiayaan:

a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar

b. .Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.

c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia

3. Hasil dari penganiayaan

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.

a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).

b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia. Watchman nee,KEHIDUPAN GEREJA YANG NORMAL,(surabaya:Yayasan Perpustakaan Injil, 2005) hal 8

c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.

C. Konteks Gereja Lahir dan Berkembang

Konteks bangsa Yahudi sebelum Gereja lahir, yaitu Gereja lahir dan berkembang

(bertumbuh) di Asia Barat. Asia Barat pada waktu itu dijajah oleh dua negara besar yaitu Kekaisaran Romawi dan Partia (sesudah thn 225 M berubah menjadi Persia, sekarang Irak-Iran). Wilayah kekuasaan Romawi di Asia Barat meliputi: daerah-daerah di sekitar Laut Tengah, di samping Mesir dan Afrika bagian utara, sedangkan wilayah kekuasaan Partia/Persia meliputi wilayah Irak dan Iran. Oleh karena Asia Barat, khususnya daerah Palestina dikuasai oleh kekaisaran Romawi maka pembahasan Gereja mula-mula yang lahir di Yerusalem dan berkembang ke arah Barat akan dibahas dalma materi Sejarah Gereja Umum. Sementara Gereja yang berkembang ke wilayah Persia akan dibahas dalam Sejarah Gereja Asia. Dengan demikian, pembahasan kita akan difokuskan pada Gereja mula-mula yang lahir dan berkembang dalam lingkup kekuasaan romawi. Konteks yang dimaksud adalah konteks Yahudi dan Hellenisme.

Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.

a.Orang Yahudi tersebar di penjuru bumi: di wilayah kekuasaan Romawi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/ Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ezra 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000, di Alexandria 1/3 dari jumlah penduduk.

b. Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allah) di Yerusalem

c. Orang-orang Yehudi di Perantauan mempunyai tempat ibadah: Sinagoge, pada hari sabtu orang Yahudi berkumpul di Sinagoge untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homilianya (penjelasannya) bnd. Luk. 4:16. Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus

(Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)

d.Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab

Suci (PL) yang mereka miliki

e.Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan/selamat kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4, 11:30)

f.Orang Yahudi terkenal dengan Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)

g. Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya

selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (bagi mereka yang berminat baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga di Introduksi

PB oleh Ola Tuluan)

h. Orang-orang Yahudi di tempat perantauan, yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat di wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi

Broto sudarmo s.th,m.Th M.si dkk. Oktober 2007 Teladan Hidup 2 Andi penerbit buku dan Majalah Rohani hal.30

i. Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan

pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB).

Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman Rasul-rasul Sampai Kini

Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman Rasul-rasul Sampai Kini

4. TUGAS GEREJA

Di tengah jaman yang berkembang dan yang berubah dengan cepat, demikian halnya Gereja hendaknya bergerak dinamis aktif dan positif di bawah tuntunan Roh Kudus dengan visi dan misinya menuju transformasi bumi ini sesuai kehendak Tuhan. Dalam konteks ini kita pahami Koinonia, Marturia dan Diakonia merupakan Tri Tugas panggilan dan mendukung

hakekat-sejati Gereja yang kudus itu.

Koinonia (Bersekutu)

Gereja sebagai Koinonia adalah tubuh Kristus. Di dalam tubuh Kristus, semua orang menjadi satu, dan satu di dalam semua oleh Kristus (1 Kor.12:26). Persekutuan koinonia itu dialaskan atas dasar Firman Allah, Baptisan dan Perjamuan Kudus. Dengan dasar itu pulalah anggota gereja saling memperdulikan dan dikumpulkan bersama dalam Perjamuan Kudus sebagai komunitas yang kudus secara nyata. Persekutuan koinonia itu bukan hanya merupakan perkumpulan begitu saja, melainkan persekutuan yang bersifat soteriologis (keselamatan). Oleh Roh Kudus, gereja bergerak dinamis menuju akhir, yaitu penggenapan Hari Tuhan (parusia). Di dalam persekutuan Koinonia ibadah (workship) berperan merefleksikan kekudusan persekutuan. Ibadah menjadi pusat penyampaian syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah atas seluruh bekat yang melimpah dalam seluruh sisi kehidupan komunitas gereja, misalnya perkawinan, pekerjaan, kesehatan, peningkatan ekonomi, keberhasilan, keselamatan dari mara bahaya, dsb. Semua berkat ini tentunya meneguhkan iman yang patut kita syukuri. Oleh sebab itu, ibadah juga harus merefleksikan komitmen hidup melayani Tuhan dengan perkataan dan tindakan setiap hari. Mutu persekutuan haruslah senantiasa dipelihara dan ditingkatkan seiring tantangan dan kecenderungan jaman (nurturing). Iman itu bukanlah sekali dan untuk seterusnya, nmun merupakan proses dalam kehidupan seluruh warga gereja sesuai kebutuhan kategori usia masing-masing; anak-anak, remaja/pemuda, dewasa dan lansia (Ef.4). Bentuk-bentuk diskusi, Penelaahan Alkitab (PA), retreat dan lain-lain, haruslah dikembangkan secara kreatif. Semua kegiatan harus bertujuan membantu warga memahami Alkitab demi pertumbuhan iman yang sehat sehingga mampu menyingkapi tantangan jaman ditengah realita kehidupan; politik, ekonomi, kekerasan, hak azasi, gender, ekologi, globalisasi dan sebagainya. Dengan pemahaman Firman Tuhan dan penghayatan iman yang benar setiap warga sadar akan dirinya sebagai bagian integral gereja yang memiliki panggilan untuk mendukung misi gereja melalui talenta dan charisma yang dimilikinya (imamat am orang-orang percaya). Perlu kita sadari tanpa mendalami pendidikan Kristen tersebut, persekutuan gereja sebagai tubuh Kristus (koinonia) akan beralih menjadi komunitas politis (political community).

P. Paul Ngganggung, Pendidikan agama dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 20

Marturia (Bersaksi)

Ibadah koinonia yang berpusat atas dasar Baptisan, Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk persekutuan itu secara eksklusif tetapi harus melahirkan komitmen untuk memberitakan dan menyaksikan berita keselamatan kepada semua mahluk. Pemberitaan dan kesaksian itu harus dilakukan oleh orang percaya baik secara individu maupun sebagai persekutuan.

Kita dipanggil oleh Tuhan Yesus secara individu maupun persekutuan untuk melaksanakan misi Tuhandi bumi ini. Yesus Kristus mati di kayu salib kita percaya Tuhan Allah dating ke dunia ini di dalam AnakNya Yesus Kristus yang telah mati untuk menyelamatkan kita dan dunia ini. Oleh sebab itu tugas pemberitaan (marturia) itu harus dilakukan oleh persekutuan gereja baik individu maupun persekutuan masing-masing. Setiap orang sadar akan kemuridannya (discipleship) dalam perjalanan hidupnya. Sekali kita menyadari hal itu maka kita harus memiliki komitmen dan kesetiaan sebagai murid Yesus Kristus. Dengan kesadaran sedemikian persekutuan menjadi alat yang kuat untuk mengkominikasikan berita keselamatan Kristus.

Diakonia (Melayani)

Pemberitaan dan kesaksian itu tidaklah selalu dilaksanakan dengan kata-kata tetapi juga dengan perbuatan atau pelayanan diakonia. Perlu kita ingat, ada kalanya suara perbuatan lebih nyaring gaungnya dari pada perkataan. Dengan tindakan maka Injil juga dapat diberitakan dan di dengar oleh orang-orang tuli. Barangkali di suatu konteks tertentu gereja sulit melakukan pemberitaan firman Tuhan (khotbah) karena peraturan-peraturan Negara terkait, dengan tujuan membungkam gereja akan berita keselamatan itu. Akan tetapi dengan pelayanan diakonia gereja tidak dapat dibungkam sebab persekutuan koinonia memiliki seluruh berkat dalam kehidupannya yang dapat dibagi kepada orang lain dalam nam Yesus Kristus. Perkataan, kehidupan dan tindakan diakonia yang kita berikan kepada orang lain atas nama Tuhan Yesus Kristus adalah juga marturia. Maka dari itu, diakonia adalah bagian integral dari misi Gereja. Marturia dan diakonia adalah dua sisi dari mata uang yang sama dan merupakan misi gereja yang mendasar. Pelayanan diakonia sering dipahami hanya sebatas konsep caritas, membantu para janda, yatim piatu, fakit miskin demi kesejahteraannya. Sebenarnya, gereja dalam pelayan diakonia harus mencakup : pelayanan diakonia mencakup upaya pemahaman akar penyebab keprihatinan social sekaligus mengembangkan prakarsa pemberdayaan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.

Hanya dengan pemahaman pelayanan diakonia sedemikian gereja dapat berfungsi sebagai agen transformasi ditengah masyarakat sebagai pewujudan karya keselamatan Yesus Kristus. Gereja menjadi garam dan terang dunia.Amin.

5. SIFAT GEREJA

Sifat-Sifat Gereja Gereja yang Kudus, Gereja Yang Satu, Gereja Yang Katolik dan Gereja Yang Apostolik

1. GEREJA YANG KUDUS

P. Paul Ngganggung, Pendidikan agama dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 13

Mengapa gereja itu kudus padahal ada orang berdosa didalamnya? Kekudusan gereja tidak terletak pada perbuatan manusia tetapi karena perbuatan Allah. Allah mau memulihkan hubunganNya dengan manusia yang telah rusak akibat dosa melalu pengorbanan dan kematian putraNya di kayu salib. Jadi kasih Allah dalam Yesus Kristuslah yang membuat gereja itu kudus (1 kor 1:30). Kudus adalah karya Roh (2 Tes 2:13) dan panggilan bagi semua dan setiap manusia (Roma 1:7). Kekudusan tidak berasal dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan gereja dengan Kristus dalam Roh Kudus. Gereja disebut kudus karena Kristus sebagai kepala menguduskan anggotaNya yang tetap berdosa.

Kudus diartikan sebagai yang dikuduskan Tuhan. Dikuduskan tidak sama dengan disucikan, atau tidak berdosa, tetapi dikhususkan oleh Kristus. Yang kudus bukan hanya tempat, waktu, barang yang dikuduskan Tuhan tetapi yang kudus itu adalah Tuhan sendiri. Semua yang lain, barang maupun orang yang disebut kudus karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan. Jadi, kekudusan gereja tidak diartikan secara moral, tetapi secara teologial, menyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah.

Anggota gereja adalah orang kudus yang dipanggil untuk hidup secara kudus di tengah-tengah dunia yang tidak mengindahkan Yang Maha Kudus. Gereja adalah milik Allah dan karenanya kehendak Allah harus ditaati di dalam Gereja oleh anggota-anggotanya.

2. GEREJAYANG SATU

Gereja itu Satu Kesatuan gereja pertama-tama dinyatakan dalam kesatuan iman dalam Kristus. Kesatuan gereja tidak sama dengan keseragaman bhineka tunggal ika, sebab kesatuan gereja bukanlah semacam kekompakan organisasi atau kerukunan sosial. Yang utama bukan soal struktur organisasi tetapi injil Kristus yang diwartakan, dirayakan, dan dilaksanakan di dalam hidup sehari-hari.

Gereja yang satu itu terungkap dalam :

Kesatuan iman para anggotanya : kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis melainkan yang dinamis. Iman adalah prinsip kesatuan batiniah gereja

Kesatuan dalam pimpinannya : pemimpin mempunyai tugas untuk mempersatukan umat. Pemimpin sering disebut sebagai prinsip kesatuan lahiriah gereja.

Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental : kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis kesatuan gereja itu.

Gereja itu Satu Efesus 4:3-6 Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera : satu tubuh, dan satu roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.

Kesatuan yang hakiki dan konkret diungkapkan oleh Paulus dalam model tubuh. Paulus menekankan bahwa gereja haruslah bersatu. Kesatuan ini bukanlah konsep kesatuan yang abstrak (hanya sekedar satu visi,misi, dan tujuan) melainkan sebagai satu tubuh.

1. Seperti halnya satu tubuh, banyak anggota tetapi membentuk satu fungsi dengan adanya 1

prinsip, 1 tujuan, 1 hati, 1 pikiran dan digerakkan oleh 1 roh.

2. Seperti halnya tubuh itu saling membutuhkan, berkoordinasi, berfungsi, tidak ada

perbedaan status dan derajat, saling memperhatikan.

3. Paulus juga mengatakan satu Roh yang berarti satu iman secara utuh.

1 Kor 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara- saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan diantara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat berstau dan sehati sepikir. Disini Paulus menghendaki tidak adanya perpecahan, perpecahan disini dikontraskan dengan seia sekata dan sehati sepikir 1. seia sekata, sehati sepikir artinya tidak boleh ada pertentangan dalam hal iman 2. jangan ada perpecahan artinya tidak ada pendirian gereja yang terpecah dari gereja lain

P. Paul Ngganggung, Pendidikan agama dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 20

3. GEREJA YANG APOSTOLIK

APOSTOLIK -> Kerasulan Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14).

Hubungan antar generasi Gereja bukanlah merupakan Estafet Sifat apostolik berarti bahwa Gereja sekarang mengaku diri sama dengan gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. dimana hubungan historis ini jangan dilihat sebagai pergantian orang atau seperti ajaran benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul- rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang, melainkan sebagai kelangsungan iman dan pengakuan.

4. GEREJA YANG KATOLIK

Dimana ada uskup, disitu ada jemaat, seperti dimana ada Kristus disitu ada Gereja Katolik -St. Ignatius dari Anthiokia. Yang di maksud ialah dalam perayaan Ekaristi, yang dipimpin oleh uskup, yang hadir bukan hanya jemaat setempat tetapi seluruh Gereja. Gereja selalu "lengkap", penuh. Tidak ada Gereja setengah-setengah atau sebagian. Gereja setempat, baik keuskupan maupun paroki bukanlah "cabang" Gereja Universal. Setiap Gereja setempat, bahkan setiap perkumpulan orang beriman yang sah, merupakan seluruh Gereja. Gereja tidak dapat dipotong-potong menjadi "Gereja-Gereja bagian".

"Gereja disebut Katolik, karena tersebar diseluruh muka bumi dan juga karena mengajrkan secara menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan secara menyeluruh pula -St. Sirilius dari Yerusalem.

Artinya Gereja tidak hanya mempunyai arti geografis, tersebar keseluruh dunia, tetapi juga "menyeluruh", dalam arti "lengkap", berkaitan dengan ajarannya, serta "terbuka" dalam arti tertuju kepada siapa saja. Pada abad ke 5 masih ditambahkan bahwa gereja tidak hanya untuk segala bangsa, tetapi juga untuk segala jaman.

Gereja Kristus itu sungguh hadir dalam semua jemaat beriman setempat yang sah, yang mematuhi para gembala mereka, dan dalam Perjanjian Baru disebut Gereja(Lih. Kis 8:1; 14:22-23; 20:17). Gereja-Gereja itu ditempatnya masing-masing merupakan umat baru yang dipanggil oleh Allah, dalam Roh Kudus dan dengan sepenuh-penuhnya (lih 1Tes 1:5). Di jemaat-jemaat itu, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus; dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Gereja yang Katolik St Ignatius dari Antiokhia ( tahun 100) mempergunakan kata ini yang berarti universal untuk menggambarkan Gereja (surat kepada jemaat di Smyrna). Gereja bersifat Katolik dalam arti bahwa Kristus secara universal hadir dalam Gereja dan bahwa Ia telah mengutus Gereja untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia -Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku (Matius 28:19).

Sifat dan Ciri Gereja Yang Dituntut Zaman Ini

a. Gereja yang lebih merakyat dan mengutamakan yang miskin.Gereja dituntut lebih merakyat dan mengutamakan orang-orang sederhana dan miskin dan jangan dikuasai oleh mereka yang punya uang dan berpengaruh saja. Yesus sendiri adalah orang yang sederhana dan miskin. Ia memilih para rasul dari kalangan orang sederhana dan miskin. Gereja harus menjadi abdi bagi kaum sederhana dan miskin. Ini bukan berarti bahwa Gereja hanya terdiri dari orang- orang sederhana dan miskin, tetapi Gereja harus memiliki semangat kesederhanaan dan kemiskinan. Jika Gereja ingin bergerak maju dengan cepat, maka Gereja jangan terbebani dengan bermacam-macam kekayaan dan kemegahan yang memberatkan langkahnya

P. Paul Ngganggung, Pendidikan agama dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 20

b. Gereja yang Bersifat Kenabian Nabi adalah seorang yang berani menyampaikan kehendak Allah kepada umat manusia dalam situasi konkret yang dihadapi pada zamannya. Gereja juga memiliki panggilan yang sama dengan nabi, yaitu menyampaikan kehendak Allah dalam situasi konkret yang dihadapinya. Misalnya, Gereja harus berani mengatakan apa yang benar dan apa yang salah.

keadilan dan hak asasi manusia, sekalipun hal itu berasal dari orang yang berkuasa dan berpengaruh. Jika Gereja berani berbicara terus terang, maka suara dan kehendak Tuhan akan terdengarkan, sebab Tuhan berbicara dan menyampaikan kehendak-Nya melalui manusia.

c. Gereja yang membebaskan Gereja harus menjadi tanda keselamatan bagi umat manusia. Penyelamatan bearti juga pembebasan manusia dari segala penderitaan baik penderitaan rohani maupun jasmani. Dalam hal ini, Gereja diutus untuk menyuarakan dan menjadi pelopor terciptanya dunia yang lebih adil, lebih bersaudara, lebih damai, dan bebas dari ketidakadilan.

d. Gereja yang Merupakan Ragi Gereja masa kini hendaknya laksana ragi yang mengembangkan dunia baru. Gereja yang berada di luar dunia, sama seperti ragi yang ditaruh di luar adonan roti. Setiap kelompok orang Kristen sebagai satu Gereja lokal harus menjadi ragi di tempatnya masing- masing. Ragi yang membangun dunia baru, merombak tembok-tembok yang memisahkan bangsa / manusia yang satu dan yang lainnya.

e. Gereja yang dinamis Dunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu, Gereja harus dapat terus ber-agrionamento, artinya Gereja harus selalu memperbaharui diri sesuai dengan tuntutan zaman.

f. Gereja yang bersifat karismatis Gereja yang dijiwai Roh Kudus harus dapat memberi hidup secara bebas dan leluasa kepada semua lapisan umat. Gereja yang penuh sesak dengan bermacam- macam peraturan, struktur organisasi, dan tata upacara liturgi akan menjadi Gereja yang kaku dan beku. Roh Allah telah memberikan karunia-karunia kepada setiap orang demi kebaikan bersama. Roh Allah pulalah yang memberikan kebijaksanaan, bakat-bakat dan kemampuan kepada siapa saja untuk kemajuan Gereja.

P. Paul Ngganggung, Pendidikan agama dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 20

III. PERANAN GEREJA DAN MASYARAKAT KRISTEN DALAM PEMBANGUNAN

Orang Kristen lahir di bumi Indonesia, memiliki negara Indonesia, dan oleh karenanya juga mempunyai hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Diakui atau tidak, umat Kristen memiliki andil yang cukup besar dalam melahirkan dan mempertahankan Republik Indonesia. Banyak orang Kristen yang telah gugur sebagai kusuma bangsa, meskipun nama-nama mereka tidak ditemukan di makam-makam pahlawan.

Sejak tahun 1945 sampai sekarang, masyarakat Kristen belum pernah absen dari perjuangan mengisi pembangunan bangsa. Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, orang Kristen tetap berusaha memelihara iman dan berjuang dengan gigih menegakkan kebenaran dan keadilan seperti yang dimandatkan oleh Yesus Kristus. Statusnya sebagai warga Kerajaan Allah telah dibuktikan dalam kehadirannya sebagai pelaku firman yang tidak berkompromi dengan kejahatan.

Maka sebagai murid Yesus, orang Kristen harus berusaha keras menjadi garam dan terang. Mereka bertanggung jawab terhadap maju dan mundurnya negara Indonesia. Mereka tidak hanya berjuang untuk mendapatkan kekuasaan politik tetapi juga melaksanakan terjadinya revolusi intelektual agar seluruh masyarakat Indonesia bisa memiliki kemampuan intelektual dalam semua disiplin ilmu. Dengan ini, mereka berperan serta dalam membangun masyarakat baru, sebagai wujud Kerajaan Allah di bumi yang berasaskan kebenaran, keadilan, kekudusan dan pengampunan.

Pendidikan menjadi kebutuhan prioritas seluruh rakyat Indonesia. Dengan pendidikan yang memadai bangsa Indonesia akan diberanikan memasuki abad ke-21 yang dikenal sebagai abad informasi. Masa depan Indonesia tergantung sepenuhnya kepada kualitas bangsa Indonesia. Kualitas bangsa Indonesia akan ditentukan oleh kecerdasan masyarakatnya. Kecerdasan bangsa Indonesia juga akan ditentukan oleh suatu pendidikan. Pada abad ke-21 dibutuhkan orang-orang yang berkualitas tinggi.

Untuk itu, Gereja mempunyai peranan yang sangat dominan sebagai upaya ikut mencerdaskan bangsa. Dalam sektor ini, partisipasi Kristen akan sangat menentukan, bukan hanya untuk pendidikan di kota-kota besar, tetapi juga di desa-desa yang terpencil di seluruh Indonesia. Salah satu tugas panggilan Gereja adalah mengembangkan ketrampilan masyarakat agar mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Orang Kristen sebagai warga gereja dan juga sebagai warga negara bertanggung jawab mengubah masyarakat Indonesia menjadi masyarakat maju yang ber-Pancasila.

Di bawah terang prinsip harkat dan martabat manusia, Gereja dan orang Kristen harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi dari manusia sebagai ciptaan Allah yang diberikan kebebasan untuk memilih, bersekutu dan beribadah. Setiap orang juga berhak berbicara, bersuara dan berbeda pendapat. Setiap orang berhak untuk menentukan pilihan politiknya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan pekerjaannya. Setiap orang berhak untuk memilih agamanya dan menjalankan ibadah menurut peraturan agamanya.

Darwin Lumbantobing, Teologi di Pasar Bebas, Pematang Siantar, L-SAPA, 2008, hlm. 38

PERANAN GEREJA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

1. Gereja dan orang Kristen harus memahami bahwa eksistensinya hidup berdampingan di tengah-tengah kemajemukan agama. Dalam satu sisi gereja harus memberikan dasar-dasar teologis-dogmatis tentang paham dan sikapnya terhadap agama dan penganut agama lain. Sedangkan disisi lain gereja harus memahami dan mengerti tentang keberadaan, dasar-dasar kehidupan agama lain, dan sedapat mungkin mengenal ajaran agama lain. Atas dasar itulah gereja dan orang kristen dapat mengambil sikap praksis, bagaimana hidup bersekutu, melayani dan bersaksi di tengah-tengah kemajemukan agama dan penganut agama lain. Dalam pemahaman inilah gereja melakukan tugas dan panggilannya sebagai garam dan terang dunia. Dalam hal ini gereja senantisa memberikan pemahaman terhadap umatnya.

2. Gereja dapat menjadi mediator dan fasilitator untuk membuka dialog teologis tentang kemajemukan agama. Gereja harus memahami bahwa agama-agama lain tidak asing bagi orang Kristen. Dalam hal inilah gereja merobah sikap eksklusif menjadi yang inklusif. Dalam sebuah refleksi teologis berdasarkan Galatia 6:15, Paul Tillich dalam bukunya The New Being (1995) mengungkapkan pandangan dan pendekatan teologisnya terhadap agama dan kepercayaan lain. Ia mengatakan bawah Yesus Kristus telah tersalib, bukan hanya bagi orang Kristen tetapi juga bagi dunia. Sikap teologis ini menjadi sentral dalam menyikapi kemajemukan agama dalam hubungannya dengan konflik.

3. Membangun teologi agama-agama. Berbicara mengenai teologi agama-agama dalam konteks Indonesia, yang ideal adalah teologi yang menjungjung tinggi nilai-nilai universal dalam arti dapat merangkul semua pihak yang berbeda pandangan teologis. Refleksi teologi yang dapat dilakukan dalam hal ini dapat dilakukan melalui sharing (pengalaman iman) yang dapat memperkaya satu dengan yang lain. Teologi ini dibangun bukan atas dasar pandangan yang merendahkan atau mencemoohkan pandangan golongan lain. Sikap mencari tahu maksud Kitab Suci tiap agama sangat penting sebelum menafsirkan makna yang tersirat dibalik isi naskah dalam kitab Suci. Sehubungan dengan hal itu maka, sikap rendah hati dan keterbukaan perlu dibangun. Dalam teologi agama-agama perlu memperhatikan

Wlliam Chang, Sara menuju Teologi agama-agama Dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 50

4. perkembangan pandangan dalam agama-agama dewasa ini. Pemahaman tentang ajaran iman dalam agama tertentu biasanya mengalami perubahan atau perkembangan.[footnoteRef:2][12] [2: ]

4. Setelah memahami hal di atas maka, langkah-langkah mengatasi konflik dapat dilakukan melalui yakni: Rekonsialisi dialogis antar pemuka agama, rekonsialisi antar umat beragama, rekonsiliasi dalam misi kemanusiaan (pendidikan, kemiskinan, kesehatan).

Ada beberapa hal catatan yang pelu diperhatikan sehubungan dengan mengatasi konflik yakni:

a. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia, konflik itu ada dan bersumber dari diri manusia secara personal dan kemudian berkembang secara komunal (komunitas) dalam konteks etnis, religius, politis, dll. Oleh sebab itu upaya mengatasi konflik merupakan panggilan untuk setiap insan.

b. Sehubungan dengan konflik, maka perlu melakukan dialog kehidupan (Dialog life). Gagasan dialog ini telah dimulai dan dikembangkan oleh Lutheran world federation

c. Semua agama nampaknya memiliki roh fundamentalisme, oleh sebab itu perlu dengan bijaksana menempatkan eksistensi keagamaanya dengan menghargai kemajemukan. Dalam hal ini tidak ada sikap untuk merendahkan satu dengan yang lain, sebab jika terjadi demikian maka itu sama artinya dengan merendahkan sang pencipta

d. Pemerintah perlu tanggap dalam menyikapi setiap persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Keterlambatan pemerintah dalam mengatasi masalah di tengah masyarakat akan memperlebar konflik internal yang semakain luas yang awalnya bersifat ekonomi, dapat meluas dalam dimensi sosial keagamaan dan daerah. Maka dalam hal ini gereja perlu memposisikan dirinya sebagai penengah (juru damai)

e. Menyikapi perkembangan terorisme. Disatu sisi munculnya terorisme merupakan konsekuensi dari kebijakan politik yang tidak sehat (misalnya kebijakan politik luar negeri Amerika yang menyerang Irak, Afganistan). Sehubungan dengan hal itu muncullah gerakan radikal fundamentalis yang mengatasnamakan agama sebagai bentuk perlawanan untuk mempertahankan eksistensi agama sebagai tuntutan perjuangan jihad yang dipahami secara sempit.

Wlliam Chang, Sara menuju Teologi agama-agama Dalam Th.Sumartana (dkk), Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia, Yokyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 53

Peran Gereja dalam Jaringan Kerja Sama

Haskarlianus Passang mengutip perkataan Rasmussen dalam bukunya Earth Community: Earth Ethics bahwa, gereja harus bersaksi bagi Allah dengan hidup sebagai "masyarakat yang mewujudkan diri dan kehidupannya sebagai ciptaan yang telah ditebus". Artinya, gereja dalam diri pribadi-pribadi anggotanya maupun sebagai lembaga dapat memperlihatkan kepada dunia melalui gaya hidup yang berbeda dari lingkungan sekitarnya. Gereja ada di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bagian di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, gereja-gereja perlu juga menggalang kerja sama dengan pemerintah, organisasi masyarakat swasta, dan golongan agama lain untuk mengkaji, merencanakan dan melaksanakan kegiatan cinta lingkungan bersama.

Berikut ini adalah implikasi praktis yang dilakukan oleh gereja: 1). Mendukung program pemerintah dalam bidang lingkungan hidup. Mendorong jemaat utuk mendukung program pemerintah pusat, seperti konversi energi, penggunaan kendaraan hemat energi, dan lain-lain. Mendukung penanaman sejuta pohon di seluruh pelosok tanah air. Dan juga, mendukung program pemerintah daerah dalam bidang lingkungan hidup, seperti di Jawa Barat ada program Balad Kuring yang merupakan upaya pemerintah untuk mengembalikan nilai tradisional berupa gotong royong; terlibat dalam program energi pemerintah setempat, misalnya mengumpulkan minyak jelantah untuk digunakan oleh bus Trans Pakuan di Bogor; bekerja samadengan masyarakat sekitar gereja melakukan program kali bersih, penghijauan, pembuatan kompos, dan lain-lain.

2) Kerja sama dengan pemeluk agama lain, seperti: merumuskan hal-hal yang dapat dipahami bersama dengan pemeluk agama lain dalam aktivitas penyelamatan lingkungan, misalnya keprihatinan terhadap kemiskinan, masalah sampah, penebangan liar, pencemaran tanah, air dan udara. Tema-tema ini dapat menjadi platform untuk menggalang kerja sama dan melakukan proyek bersama. Melalui jaringan kerja sama dibuat program atau proyek kebersamaan, dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing pihak. Program tersebut dapat berupa proyek penghijauan hutan mangrove, lahan kritis atau penanganan lingkungan kota, dan lain-lain.

3) Kerja Sama dengan Lembaga atau LSM Lingkungan a) Pengembangan kapasitas warga gereja dalam hal kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan bersama dengan lembaga swadaya masyarakat yang ada, misalnya bersama World Wildlife Fund (WWF) atau Yayasan Orang Utan melakukan sosialisasi perubahan iklim dan dampaknya bagi masyarakat dan satwa liar. b. Melakukan penanaman pohon bersama dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) atau yayasan lain yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. c. Mengembangkan produk daur ulang, seperti tas dari bahan daur ulang dan memasarkannya di dalam negeri maupun ekspor bersama dengan yayasan yang mengkhususkan diri dalam pengembangan ekonomi rakyat.

Broto sudarmo s.th,m.Th M.si dkk. Oktober 2007 Teladan Hidup 2 Andi penerbit buku dan Majalah Rohani hal.40

d. Merumuskan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan konteks masyarakat atau kearifan lokal dan implementasi dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Partisipasi Nyata dalam Kepedulian terhadap Lingkungan Hidup a. Turut serta dalam mengambil bagian dalam peringatan hari-hari peringatan khusus yang terkait dengan lingkungan hidup dengan mengadakan kebaktian khusus, festival, pameran, diskusi, dan lain-lain. b. Gereja-gereja dapat mengupayakan halaman gereja yang luas sebagai lokasi daur ulang limbah seperti botol bekas. c. Membentuk komisi atau tim khusus yang menangani isu lingkungan hidup, sehingga program-program dan kegiatan lebih terorganisir. d. Dan masih banyak kegiatan lain yang dapat gereja-gereja adakan.

Broto sudarmo s.th,m.Th M.si dkk. Oktober 2007 Teladan Hidup 2 Andi penerbit buku dan Majalah Rohani hal.40

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Tugas Gereja adalah melanjutkan karya Yesus, yakni mewartakan Kerajaan Allah kepada seluruh unat manusia. Kerajaan Allah baru terwujud secara sempurna pada akhir zaman, tetapi Kerajaan Allah harus diwujudkan mulai dari dunia ini. Dalam injil tersirat kesadaran bahwa misi atau tugas Gereja pertama-tama bukan penyebaran agama, melainkan Kabar Gembira (Kerajaan Allah) yang relevan dan mengena pada situasi konkret manusia dalam dunia yang majemuk ini

PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN

1. Agama Negara

2. Penganiayaan terhadap orang Kristen

Beberapa penyebab penganiayaan:

a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar

b. .Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.

c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia

3. Hasil dari penganiayaan

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan pembunuhan namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.

a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan

iman mereka (mis. Surat Petrus).

b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah

sekitarnya, dan ke seluruh dunia.

c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat,

sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.

Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.

a.Orang Yahudi tersebar di penjuru bumi

b. Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allah) di Yerusalem

c. Orang-orang Yehudi di Perantauan mempunyai tempat ibadah

d.Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab

Suci (PL) yang mereka miliki

e.Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme

f.Orang Yahudi terkenal dengan Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)

g. Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi

h. Orang-orang Yahudi di tempat perantauan

i.Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan

pengikut-Nya (Mat. 1-2 dan teks lain dalam PB).

TUGAS GEREJA

Koinonia (Bersekutu)

Gereja sebagai Koinonia adalah tubuh Kristus. Di dalam tubuh Kristus, semua orang menjadi satu, dan satu di dalam semua oleh Kristus (1Kor.12:26).

Marturia (Bersaksi)

Ibadah koinonia yang berpusat atas dasar Baptisan, Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus bukan bertujuan hanya untuk persekutuan itu secara eksklusif tetapi harus melahirkan komitmen untuk memberitakan dan menyaksikan berita keselamatan kepada semua mahluk.

Diakonia (Melayani)

Hanya dengan pemahaman pelayanan diakonia sedemikian gereja dapat berfungsi sebagai agen transformasi ditengah masyarakat sebagai pewujudan karya keselamatan Yesus Kristus. Gereja menjadi garam dan terang dunia.

SIFAT GEREJA

5. GEREJA YANG KUDUS

. Gereja disebut kudus karena Kristus sebagai kepala menguduskan anggotaNya yang tetap berdosa.

Kudus diartikan sebagai yang dikuduskan Tuhan.

6. GEREJAYANG SATU

Gereja yang satu itu terungkap dalam :

Kesatuan iman para anggotanya : kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis melainkan yang dinamis. Iman adalah prinsip kesatuan batiniah gereja

Kesatuan dalam pimpinannya : pemimpin mempunyai tugas untuk mempersatukan umat. Pemimpin sering disebut sebagai prinsip kesatuan lahiriah gereja.

Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramental : kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis kesatuan gereja itu.

7. GEREJA YANG APOSTOLIK

APOSTOLIK -> Kerasulan Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Kesadaran bahwa Gereja "dibangun atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru", sudah ada sejak zaman Gereja perdana sendiri (bdk Ef 2:20, Bdk Why 21:14).

8. GEREJA YANG KATOLIK

"Gereja disebut Katolik, karena tersebar diseluruh muka bumi dan juga karena mengajrkan secara menyeluruh dan lengkap segala ajaran iman tertuju kepada sesama manusia, yang mau disembuhkan secara menyeluruh pula -St. Sirilius dari Yerusalem.

Sifat dan Ciri Gereja Yang Dituntut Zaman Ini

a. Gereja yang lebih merakyat dan mengutamakan yang miskin

b. Gereja yang Bersifat Kenabian Nabi adalah seorang yang berani menyampaikan kehendak Allah kepada umat manusia dalam situasi konkret yang dihadapi pada zamannya.

c. Gereja yang membebaskan Gereja harus menjadi tanda keselamatan bagi umat manusia.

d. Gereja yang Merupakan Ragi Gereja masa kini hendaknya laksana ragi yang mengembangkan dunia baru. Gereja yang berada di luar dunia, sama seperti ragi yang ditaruh di luar adonan roti.

e. . Gereja yang dinamis Dunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu, Gereja harus dapat terus ber-agrionamento, artinya Gereja harus selalu memperbaharui diri sesuai dengan tuntutan zaman.

f. Gereja yang bersifat karismatis Gereja yang dijiwai Roh Kudus harus dapat memberi hidup secara bebas dan leluasa kepada semua lapisan umat. Gereja yang penuh sesak dengan bermacam- macam peraturan, struktur organisasi, dan tata upacara liturgi akan menjadi Gereja yang kaku dan beku.

SARAN

Saya berharap kita lebih memahami lagi tentang apa sebenarnya gereja itu

Saya hanya bisa mencantumkan beberapa pemahaman yang saya dapatkan dari beberapa buku cetakan, dan saya berharap selain membaca makalah ini, bisa mencari tau lebih dalam lagi melalui buku buku agama lainnya

Membantu gereja dalam bermasyarakat

Ikut serta dalam kegiata keagamaan yang diadakan oleh gereja