Upload
pebrianto-rajaya-pasaribu
View
143
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kasus
Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan
disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang
digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium. Namun,
dengan semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif1, di dunia
kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien
dioperasi. Seiring dengan perkembangan zaman juga, seseorang yang pada awalnya awam
terhadap narkotika berubah menjadi seorang pecandu yang sulit terlepas dari
ketergantungannya. Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari
aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang
penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan
yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku
tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen
narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana,
namun di sisi lain merupakan korban.
Dalam penulisan analisis ini, penulis akan menganalisis putusan pengadilan yang
telah berkekuatan hokum yang tetap, yaitu Keputusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor:
430/Pid. B/2011/PN. Cbn., dengan identitas terdakwa bernama INDRA PERMANA bin
JAMAKSARI, yang lahir di Bogor pada tanggal 30 Oktober 1985, terdakwa bertempat
tinggal di Kp. Sukabirus RT. 05/06 Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten
Bogor, beragama Islam dan pekerjaannya di bidang Swasta. Dimana kasus posisinya adalah
kurang lebih sebagai berikut:
Bahwa pada awalnya saksi Hermansyah dan saksi Sandri yang merupakan berasal
dari Anggota Satuan Narkoba Polres Bogor melakukan penyelidikan kasus narkoba di
kecamatan Parung, Bogor dan pada saat itu keduanya melihat seseorang yang mencurigakan
di pinggir jalan depan Hotel Transit Jl. Raya Parung , Kecamatan Parung, Bogor. Kemudian
kedua saksi tersebut mendatangi dan menginterogasi terdakwa yang mengaku bernama Indra
Permana dan selanjutnya melakukan penggeledahan pada terdakwa, dan ditemukan 1(satu)
1 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta- PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 100.
1
linting ganja yang dilinting dengan menggunakan kertas papir warna putih di dalam bungkus
rokok U MILD warna biru abu2 yang di simpan atau di temukan dalam saku celana Indra
sebelah kanan.
Pada saat itu Indra (terdakwa) sedang menuggu temannya, namun tiba-tiba ada 2
(dua) orang berpakaian preman dating menghampiri dan mengaku sebagai Angota Polisi dari
polres Bogor lalu melakukan pemeriksaan dan penggeledahan yang akhirnya di temukan
1(satu) linting ganja yang dilinting dengan menggunakan kertas papir warna putih di dalam
bungkus rokok U MILD warna biru abu2 yang di simpan atau di temukan dalam saku celana
sebelah kanan yang sedang Indra pakai.
Terdakwa mendapatkan daun ganja kering sebanyak 1 (satu) linting yang dilinting
dengan menggunakan kertas vapir warna putih di dalam bungkus rokok U MILD warna biru
abu-abu di beli dari sdr. Heru yang belum tertangkap dimana transaksi tersebut yaitu pada
hari Kamis tanggal 24 Maret 2011 sekitar Jam 15.00 WIB di Plaza Jambu Dua Bogor dengan
membeli sebanyak 1 (satu) bungkus yang dibungkus dengan kertas koran dengan harga
Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Bahwa kemudian daun ganja sebanyak 1 (satu)
bungkus yang dibungkus dengan kertas koran tersebut Terdakwa pakai atau dikonsumsi
sendiri di sebuah villa di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor sedangkan sisanya sebanyak 1
(satu) linting yang dilinting dengan menggunakan kertas pavir warna putih di dalam bungkus
rokok U MILD warna biru abu-abu yang Terdakwa simpan dalam saku celana sebelah kanan
belum sempat Terdakwa pakai atau konsumsi karena keburu ketahuan oleh pihak kepolisian.
Dan juga bahwa Indra (terdakwa) tidak memiliki izin dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia atau instansi terkait lainnya memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
narkotika. Dan setelah barang bukti di periksa di laboratorium adalah benar bahwa daun yang
dibawa oleh Indra adalah Ganja dan mengandung THC (Tetrahydrocannabinol).
Dari kasus posisi diatas maka menurut analisa penulis menentukan bahwa, terdakwa
adalah “penguna” bukan pengedar. Hal ini juga lebih diyakinkan dari keterangan terdakwa,
bahwa terdakwa mengaku masih coba-coba (untuk lebih jelasnya penulis melampirkan
PUTUSAN Pengadilan Negeri Cibinong Nomor: 430/Pid. B/2011/PN. Cbn yang terkutip
dalam putusan Mahkamah Agung yaitu No. 1050 K/Pid. Sus/2012)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Narkoba atau Napza
Narkoba adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologi. Yang termasuk dalam NARKOBA adalah: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.
a. Narkotika
Menurut UU RI No 35 Tahun 2009, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
3
potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
c. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan
dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu
dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :
a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).
b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )
c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker ).
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan
adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
Dalam upaya penanggulangan Narkoba atau NARKOBA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari
upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NARKOBA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NARKOBA dapat
digolongkan menjadi 3 golongan :
4
1. Golongan Depresan ( Downer ).
Adalah jenis NARKOBA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi : tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya : Opioda ( Morfin, Heroin,
Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik ( obat tidur ) dan Tranquilizer (anti
cemas ).
2. Golongan Stimulan ( Upper ).
Adalah jenis NARKOBA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan
bersemangat. Contoh : Amphetamine ( Shabu, Ekstasi ), Kokain.
3. Golongan Halusinogen.
Adalah jenis NARKOBA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang
bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang
yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh : Kanabis
(ganja).
B. Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di masyarakat
serta akibat pemakaiannya:
1. OPIOIDA
Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :
1. Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein
2. Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin
3. Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon
Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar
Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni
berwarna putih keabuan
Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian
dengan proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali
melebihi morfin.
Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opiat atau
opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat
(analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin, kodein dan lain-lain
Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri
untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan sipemakai akan kehilangan
rasa percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai
5
membentuk dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh.
Mulai sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang
mengakibatkanmereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.
2. KOKAIN
Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base. Kokain berupa
kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. Free base tidak
berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit - Nama jalanan dari kokain adalah
koka,coke, happy dust, charlie, srepet, snow salju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk
putih,
Cara pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian
berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang mempunyai permukaan
datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan. Atau dengan
cara dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui
suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut
freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar
lubang hidung bagian dalam.
Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu
makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.
3. KANABIS
Nama jalanan yang sering digunakan ialah : grass, cimeng, ganja dan gelek, hasish,
marijuana, bhang
Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ganja
terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol,kanabinol dan kanabidiol
Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai rokok atau
dengan menggunakan pipa rokok.
Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,sipemakai : cenderung merasa lebih santai,rasa
gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif berkomonikasi,selera makan
tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan
4. AMPHETAMINES
Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun 1887, dan
dipasarkan tahun 1932 sebagai obat
Nama jalannya : seed,meth,crystal,uppers,whizz dan sulphate
Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan dengan cara
dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air.
6
Ada dua jenis amfetamin :
1. MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980
dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein,
Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white,
petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul
2. Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-shabu. SS, ice,
crystal, crank. Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium
foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang
dirancang khusus (bong)
5. LSD (Lysergic acid)
Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.
Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat
perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentuk pil, kapsul.
Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi
setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa
disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap tempat. Warna dan
waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap
halusinasi yang ia rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat
indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.
6. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)
Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur)
Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.
Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal
Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta sebagai
hipnotik (obat tidur).
7. SOLVENT / INHALANSIA
Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya :Aerosol, aica aibon,
isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin. - Biasanya digunakan
secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan
Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual,
muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.
7
8. ALKOHOL
Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari
proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi
diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di
pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.
Nama jalanan alkohol : booze, drink
Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali
diabsorbsi, etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering
dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia,
mamun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi.
C. Penyalahgunaan dan ketergantungan NARKOBA
Penyalahguanaan adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NARKOBA
secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan
fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NARKOBA yang makin
bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul
gejala putus obat ( withdrawal symptom ).
8
BAB III
ANALISIS
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, ada berbagai jenis dan golongan narkoba.
Untuk kasus dalam putusan di atas jenis narkoba yang di salahgunakan adalah ganja
mengandung yang mengandung THC (Tetrahydrocannabinol). Dan golongan narkoba
tersebut yaitu ganja terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 8 dan 9 Lampiran Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
“8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya”
Dan di lihat dari efeknya, ganja termasuk kedalam Golongan Halusinogen, yaitu jenis
narkoba yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran
dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat
terganggu.
Proses penyalahgunaan pelaku dalam kasus ini yaitu dengan memiliki, menyimpan
dan memakai sendiri ganja dengan tanpa hak atau izin atau melawan hukum. Sedangkan
proses ketergantungan pelaku dalam kasus diatas dapat dilihat bahwa belum terjadi
ketergantungan karena diketahui bahwa pelaku baru sekali melakukan transaksi ganja dan
baru pada tahap coba-coba.
Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam
penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan
faktor kesediaan narkoba itu sendiri. Yang kemudian dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Faktor Diri
a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang
tentang akibatnya di kemudian hari.
b. Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
c. Keinginan untuk bersenang-senang.
d. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau
lingkungan tertentu.
e. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant
(perangsang).
f. Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.
9
g. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.
h. Menderita kecemasan dan kegetiran.
i. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke
arah penyalahgunaan narkoba.
j. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya.
k. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan
obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.
l. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan.
m. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
n. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.
o. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan
menimbulkan masalah.
p. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau
kelompok pergaulan untuk menggunakan narkoba.
q. Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.
2. Faktor Lingkungan
a. Keluarga bermasalah atau broken home.
b. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna
atau bahkan pengedar gelap nrkoba.
c. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau
bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap
narkoba.
d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
f. Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
g. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi,
keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
h. Orang tua yang otoriter,.
i. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa
pengawasan.
j. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
k. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
10
l. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi,
tidak ada hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari
masyarakat, kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk,
dan tingginya tingkat kriminalitas.
m. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.
3. Faktor Ketersediaan Narkoba.
Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba
karena :
a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
b. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
c. Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.
d. Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.
e. Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.
f. Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa
membantu bisnis perdagangan gelap narkoba.
g. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan
narkoba.
h. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.
i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan professional.
Bahan dasar narkoba (prekursor) beredar bebas di masyarakat.2
Jika melihat penjelasan diatas dan di hubungkan dengan kasus posisi yang telah di sebutkan
sebelumnya, maka ketiga faktor ini dapat menjadi kemungkinan penyebab penyalahgunaan
narkoba oleh pelaku, khususnya faktor penyebab dari diri sendiri yaitu Keingintahuan yang
besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari
dan keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.
Seperti yang telah di nyatakan sebelumnya bahwa pelaku merupakan pengguna atau
korban narkoba yang belum mengalami ketergantungan karena penggunaan masih dalam
waktu singkat dan coba-coba, sehingga akibat dari penyalahgunaan narkoba tersebut
khususnya ganja belum begitu tampak dan parah. Namun jika memang telah mengalami
ketergantungan maka pengguna akan mengalami beberapa efek dan akibat. Menurut
Encyclopedia Britanica, apabila orang menghisap mariyuana atau ganja maka timbul ilusi
atau hal-hal yang aneh dalam pikiran mereka. Orang tersebut akan merasa haus, lapar dan
2 ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA, BNN-RI,2009.
11
menginginkan makanan yang manis. Mariyuana juga bisa membuat seseorang menjadi
terlihat mengantuk, bermata sayu, merasa dirinya hebat, atau bahkan merasa sedang disiksa.
Banyak kasus kecelakaan terjadi di jalan raya yang disebabkan oleh pengaruh pemakaian
ganja.
Mariyuana sering disalahgunakan oleh anak muda untuk meningkatkan rasa percaya
diri mereka. Kadang-kadang mariyuana membuat seseorang suka berbicara melantur atau
tidak dapat mengendalikan tertawa. Efek mariyuana bisa menyebabkan manusia yang
mengkonsumsinya memiliki ketakutan yang berlebih, kesedihan, bahkan mengigau dalam
kondisi sadar. Orang yang pernah menghisap satu rokok mariyuana akan merasa menderita
beberapa lama sesudahnya. Berikut beberapa dampak dan akibat dari penyalahgunaan
ganja.
Dampak penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan sedang.
mengalami hilaritas (berbuat gaduh),
mengalami oquacous euphoria (euphoria terbahak-bahak tanpa henti),
mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu,
berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan, dan daya ingat,
mengalami peningkatan kepekaan visual dan pendengaran (tapi lebih ke arah
halusinasi),
mengalami conjunctivitis (radang pada saluran pernafasan), dan mengalami bronchitis
(radang pada paru-paru).
Dampak penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi.
Dampak yang diakibatkan adalah seorang penyalahguna ganja akan mengalami ilusi
(khayalan), mengalami delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata),
mengalami depresi (mental mengalami tekanan), kebingungan, mengalami alienasi
(keterasingan), dan halusinasi (terkadang, juga disertai gejala psikotik seperti rasa ketakutan
dan agresifitas).
Penyalahgunaan ganja secara teratur dan berkepanjangan.
a. Gangguan fisik antara lain :
Mengalami radang paru-paru, mengalami iritasi dan pembengkakan saluran nafas,
mengalami kerusakan pada aliran darah koroner dan beresiko menimbulkan serangan
nyeri dada, beresiko terkena kanker lebih tinggi (karena daya karsinogenik yang
12
terdapat pada ganja jauh lebih tinggi dari pada tembakau), menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit (karena penyalahgunaan ganja menekan
produksi leukosit), serta menurunnya kadar hormon pertumbuhan baik hormon
tiroksin (hormon kelenjar gondok) dan maupun hormon kelamin pada laki-laki dan
perempuan. Selain itu, gangguan fisik yang ditimbulkan juga menyebabkan
pengurangan produksi sperma pada laki-laki dan gangguan menstruasi dan aborsi
pada perempuan.
b. Gangguan psikis akibat penyalahgunaan ganja secara teratur dan berkepanjangan
menyebabkan :
Secara psikis, penyalahgunaan ganja juga menyebabkan dampak yang cukup
berbahaya seperti timbulnya rasa kuatir (ansienitas) selama 10 – 30 menit, timbulnya
perasaan tertekan dan takut mati, gelisah, bersikap hiperaktif (aktifitas motorik
mengalami peningkatan secara berlebihan), mengalami halusinasi penglihatan (dalam
bentuk kilatan sinar, warna-warni cemerlang, amorfiaq, bentuk-bentuk geometris, dan
wajah- wajah para tokoh. Juga bisa dalam bentuk tanggapan pancaindera visual dan
pendengaran tanpa adanya rangsangan, seperti melihat orang lewat padahal tidak ada
orang lewat, mendengar suara padahal tidak ada suara), mengalami perubahan
persepsi tentang waktu dan ruang (misalnya, satu meter dipersepsi sepuluh meter,
sepuluh menit dipersepsi satu jam), mengalami euphoric (rasa gembira berlebihan),
tertawa terbahak – bahak tanpa sebab (tanpa rangsangan yang patut membuat orang
tertawa), banyak bicara (merasa pembicaraannya hebat), merasa ringan pada seluruh
tungkai badan, mudah terpengaruh, merasa curiga (tapi tidak menimbulkan rasa takut,
bahkan cenderung menyepelekan dan menertawakannya), merasa lebih menikmati
musik, mengalami percaya diri berlebihan (merasa penampilan dirinya paling hebat
walau kenyataannya sebaliknya), mengalami sinestesia (misalnya, melihat warna
kuning setiap kali mendengar nada tertentu), dan mengantuk lalu tertidur nyenyak
tanpa mimpi setelah mengalami halusinasi penglihatan selama sekitar 2 (dua) jam.
Untuk menghentikan seseorang yang sudah terbiasa mengkonsumsi ganja juga tidak
mudah. Hal ini mengingat dampak yang diakibatkan dari penghentian penyalahgunaan ganja
juga tidak kalah berbahayanya, yaitu munculnya gejala putus zat seperti insomnia (kesulitan
tidur), mual, mialgia, cemas, gelisah, mudah tersinggung, demam, berkeringat, nafsu makan
menurun, fotofobia (takut akan cahaya), depresi (bisa berakibat si korban nekad melakukan
13
aksi bunuh diri), bingung, menguap, diare, kehilangan berat badan (sebagai akibat dari
menurunnya nafsu makan), dan tremor (badan selalu gemetar). Untuk merawat dan
memulihkan korban penyalahguna ganja, dibutuhkan perawatan terapi dan rehabilitasi secara
terpadu.
Di samping itu dari beberapa penelitian, diketahui juga 6 Efek Jangka-Panjang
Penggunaan Ganja, yaitu sebagai berikut:
1) Penyalahgunaan/Ketergantungan
Penggunaan kronis ganja dapat mengakibatkan ketergantungan fisik dan
psikologis, serta mengalami gejala putus zat sesaat setelah berhenti
menggunakan. Gejala ini dapat muncul setelah penggunaan kronis selama
minimal 3 mingggu. Gejala ini mencapai puncaknya pada hari ke 4, dan mulai
dapat teratasi dalam 2 minggu dihitung dari terakhir kali mengggunakan ganja.
karakteristik gejala putus zat ini adalah kegelisahan, penurunan nafsu makan,
mual, mudah marah dan ganggguan tidur (Pope & Yurgelum-Todd, 1996).
Secara umum, gejala ini hanya akan membuat pengguna merasa tidak nyaman
namun tidak mengancaman kehidupan.
2) Disfungsi kognitif
Chronic Cannabis Syndrom yang lebih dikenal dengan istilah Amotivational
Syndrom adalah kerusakan kognitif pada pengguna kronis yang
mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merencanakan ataupun
mendapatkan tujuan hidup; kemudian menyebabkan pengguna ditempatkan
pada pekerjaan yang hanya membutuhkan level kognisi rendah.
Penelitian terhadap manusia dan binatang menunjukan bahwa penggunaan
ganja pada usia dini berdampak panjang pada kognisi dan meningkatkan
kemungkinan kelainan neuropsikis (Schneider, 2008). Wilson et al. (2000)
membandingkan pengguna jangka panjang ganja yang mulai mengganja pada
usia 17 tahun ke bawah dengan 17 tahun ke atas. Pada pengganja yang mulai
di usia 17 tahun ke bawah menunjukan rendahnya persentase otak kecerdasan
(neuron dan dendrit, dimana proses berpikir terjadi) dan tingginya persentase
sumsum otak (myelinated axons) dibandingkan dengan seluruh volume otak.
3) Penyakit jiwa
14
Banyak penelitian menunjukan bahwa ada keterkaitan antara penggunaan
ganja dengan tingginya resiko psikosis dan beberapa penelitian menemukan
keterkaitan antara dosis dengan respon psikosis (Fergusson, Poulton, Smith, &
Boden, 2006; Zammit , Allebeck, Andreasson, Lundberg, & Lewis, 2002).
setelah dilakukan penelusuran melalui bukti-bukti yang ada, dari sekian
banyak hasil penelitian yang dipublikasikan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan ganja dapat meningkatkan resiko psikosis pada kalangan muda,
tapi memiliki efek signifikan pada mereka yang memiliki predisposisi
psikosis.
4) Kanker
Penelitian dalam ranah ini manunjukan banyak pertentangan. Sidney,
Quesenberry, Friedman, & Tekawa (1997) menemukan bahwa merokok ganja
sama sekali tidak berkaitan dengan peningkatan resiko kanker. Sedangkan di
tempat yang berbeda, Fligiel (1997), menemukan bahwa secara histologik dan
molekuler terjadi perubahan epitelium bronkial yang serupa antara merokok
ganja dengan merokok tembakau. Kesimpulan yang dapat ditarik sementara,
studi yang ada belum cukup untuk memberikan evaluasi yang cukup kuat
untuk menyatakan bahwa merokok ganja berkaitan dengan resiko kanker.
5) Reproduksi
Satu studi menemukan bahwa penggunaan ganja berkaitan dengan penurunan
level testoteron, jumlah sperma, dan motilitas sperma pada pengguna
kronis/intensif ganja (Kolodny, Masters, Kolodner, & Toro, 1974). Salah satu
akibatnya, sampai saat ini ganja dikenal sebagai zat yang dapat menyebabkan
ketidaksuburan pria. Kenyataannya, tidak ada penelitian yang pernah melihat
keterkaitan antara pengunaan ganja dan kesuburan pria.
6) Efek Pernapasan
Gong, Fligiel, Tashkin, & Barber (1987) menunjukan bahwa merokok 3-4
linting ganja dalam sehari sama dengan merokok 20 linting tembakau dalam
sehari dan mengakibatkan batuk, wheeze, dan produksi dahak. Penelitian
terbaru gagal menemukan keterkaitan antara pengggunaan ganja jangka
panjang dengan FEV1/FVC (forced expiratory volume in the first second
setelah mengambil napas panjang), kapasitas difusi, atau hiperaktif pernapasan
seperti yang terjadi pada perokok tembakau (Tetrault, Crothers, & Moore,
2007).
15
Ketentuan hukum dan pasal yang dilanggar oleh pelaku narkoba dari kasus diatas, di
tinjau dari Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika adalah pertama Pasal 111
ayat (1) Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang berbunyi:
“(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”
Dan yang kedua adalah Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang berbunyi:
“(1) Setiap Penyalah Guna:a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun;”
Menurut saya dakwaan dan tuntutan jaksa sudah tetap pada putusan tersebut, buktinya
karena dari pihak jaksa atau penuntut umum dari Pengadilan Tinggi Cibinong tidak
melakukan banding untuk keberatan atas putusan tersebut.
Menurut saya sanksi pidana yang diberikan oleh majelis hakim sudah tepat untuk
pelaku penyalah gunaan narkoba tersebut di tinjau dari Undang-undang Narkotika. Karena
putusan tersebut setidaknya telah sesuai dengan dasar huku pemidanaannya, yaitu Pasal 111
ayat (1) Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang berbunyi:
“(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”
Pentingnya rehabilitasi bagi Pengguna atau korban Narkoba
Seperti diketahui, bahwa pelaku penyalahgunaan Narkoba adalah pelaku sekaligus
korban, maka dari itu upaya rehabilitasi amatlah penting bagi korban Narkoba, setidak-
tidaknya rehabilitasi yang dimaksud di sini adalah sebagai berikut:
Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.3
3 Pasal 1 butir 16 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
16
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,
mental, maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan
fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 4
Upaya-upaya Penanggulangan penyalahgunaan Narkoba
Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat
adiktif lainnya dengan berbagai cara dan dampak lain yang ditimbulkannya, merupakan
masalah besar yang harus dihadapi banyak negara di dunia ini. Negara-negara di benua
Amerika dan Eropa benar-benar merasakan ancaman yang serius bagi umat manusia.
Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan bahan-bahan sejenisnya
merupakan bahaya bagi umat manusia yang tidak dapat ditanggulangi secara sepenggal-
penggal; tetapi harus merupakan gerakan umat manusia secara bersama-sama untuk
menghadapi umat manusia yang mulai sesat.
Oleh karenanya sejak tahun 1992 PBB telah mencanangkan suatu gerakan
”Kampanye hidup sehat dan produktif serta menjauhi perbuatan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif lainnya”. Semua negara anggota PBB diminta untuk terlibat
secara nyata dengan memotovasi orang-orang muda agar merencanakan hari depannya untuk
tujuan hidup yang produktif dan bukan terjebak pada perilaku penggunaan yang salah obat-
obatan berbahaya.
Langkah-langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika,
Psikotropika, dan Zat aiktif lainnya secara regional maupun internasional telah dilakukan
yang dikoordinir oleh badan-badan PBB dengan dukungan dana yang cukup besar untuk
memperkecil kegiatan-kegiatan produksi gelap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif,
kegiatan kultivasi narkotika tertentu untuk memutus mata rantai peredaran gelap dari daerah
produsen ke konsumen serta upaya-upaya yang diarahkan untuk penanganan terhadap korban
penyalahgunaan.
Keseimbangan pendekatan kesejahteraan dan aspek-aspek keamanan harus dijadikan
landasan bagi penyelenggaraan upaya-upaya penanggulangan.
Upaya-upaya Pencegahan
4 Pasal 1 butir 17 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
17
Upaya pencegahan dilakukan secara integral dan dinamis antara unsur-unsur aparat
dan potensi masyarakat, merupakan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan, untuk
merubah sikap perilaku, cara berfikir dari kelompok masyarakat yang sudah mempunyai
kecenderungan menyalahgunakan serta melakukan tindak pidana perdagangan/peredara gelap
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Upaya pencegahan yang dimaksudkan adalah untuk menciptakan kesadaran
kewaspadaan dan daya tangkal terhadap bahaya-bahaya dan memiliki kemampuan untuk
menolak zat-zat berbahaya tersebut, untuk selanjutnya dapat menentukan rencana masa
depannya dengan hidup sehat, produktif, kreatif dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya. Kebijaksanaan internasional dalam menanggulangi penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya tetap mengacu pada piagam
PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional yang ada.
Indonesia dalam menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap, psikotropika,
dan zat adiktif lain, pada dasarnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
langkah pencegahan untuk mengurangi jumlah permintaan
langkah pengendalian dan pengawasan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya yang dimanfaatkan untuk pengobatan dan atau bagi kepentingan ilmu
pengetahuan
langkah represif pemberantasan jalur perdagangan gelap
melakukan upaya penyembuhan/terapi dan rehabilitasi terhadap korban-
korban penyalahgunaan
langkah-langkah lain yang mendukung
Upaya pencegahan penanggulangan dan peredaran zat-zat berbahaya tersebut dapat dilakukan
melalui berbagai jalur:
jalur keluarga
jalur pendidikan, formal dan informal
jalur lembaga-lembaga sosial swadaya masyarakat
jalur lembaga-lembaga keagamaan
jalur kelompok-kelompok teman bermainremaja/pemuda: club, seni, olahraga,
ketrampilan-ketrampilan lain
18
jalur organisasi kewilayahan, dipimpin oleh aparat RT, RW, LKMD
melalui media massa, cetak, elektronik, film, maupun seni pentas tradisional
Upaya pencegahan melalui Keluarga
Unit masyarakat terkecil adalah keluarga. Upaya penanggulangan bahaya akibat
penyalahgunaan zat-zat berbahaya yang paling efektif adalah terbinanya keluarga yang sehat
dan dinamis. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
Usaha disiplin keluarga
usahakan adanya hubungan yang serasi dan harmonis antara ibu, bapak, dan
anak dengan penuh cinta kasih
dalam memelihara keharmonisan itu, berikan kepada anak suatu tanggung
jawab dan kepercayaan yang disertai dengan nbimbingan serta koreksi orang
tua
memberikan kesempatan dan penghargaan terhadap pendapat dan pemikiran
anak dalam berbagai masalah
menyalurkan hobi bagi anak ke hal-hal positif
berikan waktu secara khusus dan kontinu untuk memberikan perhatian kepada
anak-anak walaupun sedikit dan dalam kesibukan apapun
jadilah orang tua sebagai panutan utama, sesuai kata-kata dengan perbuatan
berikan penghargaan dan perhatian terhadap prestasi anak khususnya prestasi
sekolah
bina dalam disiplin keluarga dan tata tertib yang telah disepakati bersama.
Tidak terlalu keras dan tidak memanjakan anak
dalam masalah penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya baik orang
tua maupun si anak pelajarilah pengetahuan si anak mengenai narkotika, dan
bahayanya bila disalahgunakan. Pelajari dan pahami tentang tanda-tanda
umum yang biasanya diderita oleh korban narkotika
dalam hubungan ini, periksalah barang-barang milik anak anda secara diam-
diam untuk menghindari dibawanya barang larangan itu. Juga diadakan secara
langsung berdialog dalam keadaan tenang dan obyektif penuh kebijaksanaan
Upaya Pengendalian dan Pengawasan
19
Pengendalian dan pengawasan narkotika perlu dilakukan. Karena bila disalahgunakan,
tidak dibawah pengawasan dokter dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat
mengakibatkan gangguan fisik, mental, kejiwaan sosial, kamtibnas, dan akibat lebih jauh
dapat mengganggu ketahanan nasional. Oleh karenanya penggunaan untuk pengobatan
diperlukan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap narkotika.
Pengawasan dan pengendalian ditujukan untuk menjamin agar jenis dan jumlah
kebutuhan narkotika dan psikotropika cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan. Jalur resmi
upaya-upaya pengendalian dan pengawasan sudah tentu dilakukan oleh aparat terkait yang
berwenang, agar benar-benar dapat diawasi pertimbangan permintaan dan persediaan dan
jenis-jenis obat yang dibutuhkan.
Langkah Represif
Upaya pemberantasan jalur gelap dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya diperlukan upaya terpadu baik lingkungan nasional regional, maupun
internasional. Bagi Indonesia yang kondisi geografisnya terdiri dari ribuan pulau dengan garis
pantai yang terbuka lebar disadari sebagai wilayah yang amat rawan bagi lalu lintas gelap
narkotika. Pemberantasan jalur perdagangan gelap dan produksi narkotika di wilayah
sumatera, jawa dan daerah lain selama ini telah lebih intensif dilakukan oleh aparat.
Walaupun demikian, diperlukan pemberantasan yang berkelanjutan.
Pengobatan
Bagi korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya, pengobatan yang
dilakukan dari segi medis, dalam arti melepaskan ketergantungan secara fisik tidak begitu
sulit yaitu dengan pengobatan yang disebut dengan detoksifikasi yang memerlukn waktu
sedikitnya tiga minggu. Namun terkadang kekambuhan datang kembali dikarenakan faktor
psikologis, atau kepribadian si penderita dan faktor lingkungan.
Biasanya pengobtan yang dijalankan pada rumah sakit yang khusus menangani
korban narkotika dan zat adiktif lainnya meliputi pengobatan detoksifikasi dilakukan dengan
cara psikoterapi dengan maksud dapat memperkuat kepribadian, kepercayaan diri, harga diri
dan mengetahui arti hidup yng berarti bagi si penderita, yang terakhir adalah dengan
rehabilitasi medis.
20
Para pecandu narkotika biasanya mempunyai permasalahan sendiri-sendiri. Oleh
karena itu, penyembuhan melalui sistem pendekatan kemudian harus lihat dari berbagai segi
dan faktor. Sejalan dengan pengobatan medis, pembinaan mental spiritual terus dilakukan.
Bimbingan psikiater secara kontinu sangat dibutuhkan untuk menghindari kekambuhan
kembali. Selanjutnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan teruatama dalam hal
penerimaan bekas korban narkotika untuk kembali ke tengah masyarakat untuk memulai
hidup dengan wajar. Sedangkan bagi penderita yang sudah kritis secara fisik, hendaknya
dibawa ke rumah sakit yang khusus menangani penderita penyalahgunaan narkotika dan zat
adiktif linnya.
Rehabilitasi
Tempat rehabilitasi dan sekaligus pengobatan terhadap korban penyalahgunaan
narkotika dan zat adiktif lainnya telah tersedia di berbagai tempat. Namun begitu yang lebih
penting adalah bagaimana si korban dapat bertahan dari kesembuhan, tidak kmbuh lagi
sepulang dari panti pengobatan dan rehabilitasi tersebut. Hal ini sangat memerlukan perhatian
orang tua serta partisipsi masyarakat untuk memberikan dorongan, kesempatan bergaul,
semangat baru, dan harapan-harapan baru diberikan kepadanya dan pendalaman agama untuk
lebih bertaqwa kepada Tuhan YME. Tanpa motivasi, bayang-bayang menuju kekambuhan
akan lebih cepat.
Kendala atau Hambatan dalam Memberantas Penyalahgunaan Narkoba
a) Kurangnya kerja sama antara aparat dengan masyarakat dalam mengungkap
sindikat Narkoba .
b) Modus yang dijalankan pengedar Narkoba makin bervariasi dan terorganisir
sehingga aparat mengalami hambatan dalam pengungkapannya.
c) Ketidaktegasan sanksi yang diberikan pemerintah kepada pelaku penyalahgunaan
Narkoba
d) Ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi Narkoba jika mereka
sudah mengerti tentang bahaya mengkonsumsinya mengapa mereka masih juga
memakainya.
e) Banyak berdiri tempat-tempat hiburan malam ilegal yang diduga menjadi
peredaran gelap Narkoba.
f) Peredaran narkoba masih sulit diberantas karena produk hukum yang ada kurang
bisa menjerat bandar-bandar narkoba.
21
g) Kampanye untuk menunjukkan bahaya penggunaan narkoba masih kurang bisa
menggapai ke seluruh pelosok nusantara karena kurangnya dana.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa Narkotika yang di dalamnya termasuk juga Ganja adalah obat terlarang
sehingga siapapun yang mengkonsumsi atau membeli atau menjualnya akan
dikenakan sanksi yang terdapat pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika atau UU No.07 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Selain itu di
dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau UU No.07
Tahun 1997 tentang Psikotropika, Narkotika hanya dapat digunakan untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Psikotropika
Buku
ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA, BNN-
RI,2009.
23