36
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kasus Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif 1 , di dunia kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan zaman juga, seseorang yang pada awalnya awam terhadap narkotika berubah menjadi seorang pecandu yang sulit terlepas dari ketergantungannya. Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi lain merupakan korban. 1 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta- PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 100. 1

TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kasus

Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan

disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang

digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium. Namun,

dengan semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif1, di dunia

kedokteran narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien

dioperasi. Seiring dengan perkembangan zaman juga, seseorang yang pada awalnya awam

terhadap narkotika berubah menjadi seorang pecandu yang sulit terlepas dari

ketergantungannya. Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari

aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang

penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan

yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku

tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen

narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana,

namun di sisi lain merupakan korban.

Dalam penulisan analisis ini, penulis akan menganalisis putusan pengadilan yang

telah berkekuatan hokum yang tetap, yaitu Keputusan Pengadilan Negeri Cibinong Nomor:

430/Pid. B/2011/PN. Cbn., dengan identitas terdakwa bernama INDRA PERMANA bin

JAMAKSARI, yang lahir di Bogor pada tanggal 30 Oktober 1985, terdakwa bertempat

tinggal di Kp. Sukabirus RT. 05/06 Desa Gadog, Kecamatan Megamendung, Kabupaten

Bogor, beragama Islam dan pekerjaannya di bidang Swasta. Dimana kasus posisinya adalah

kurang lebih sebagai berikut:

Bahwa pada awalnya saksi Hermansyah dan saksi Sandri yang merupakan berasal

dari Anggota Satuan Narkoba Polres Bogor melakukan penyelidikan kasus narkoba di

kecamatan Parung, Bogor dan pada saat itu keduanya melihat seseorang yang mencurigakan

di pinggir jalan depan Hotel Transit Jl. Raya Parung , Kecamatan Parung, Bogor. Kemudian

kedua saksi tersebut mendatangi dan menginterogasi terdakwa yang mengaku bernama Indra

Permana dan selanjutnya melakukan penggeledahan pada terdakwa, dan ditemukan 1(satu)

1 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, (Jakarta- PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 100.

1

Page 2: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

linting ganja yang dilinting dengan menggunakan kertas papir warna putih di dalam bungkus

rokok U MILD warna biru abu2 yang di simpan atau di temukan dalam saku celana Indra

sebelah kanan.

Pada saat itu Indra (terdakwa) sedang menuggu temannya, namun tiba-tiba ada 2

(dua) orang berpakaian preman dating menghampiri dan mengaku sebagai Angota Polisi dari

polres Bogor lalu melakukan pemeriksaan dan penggeledahan yang akhirnya di temukan

1(satu) linting ganja yang dilinting dengan menggunakan kertas papir warna putih di dalam

bungkus rokok U MILD warna biru abu2 yang di simpan atau di temukan dalam saku celana

sebelah kanan yang sedang Indra pakai.

Terdakwa mendapatkan daun ganja kering sebanyak 1 (satu) linting yang dilinting

dengan menggunakan kertas vapir warna putih di dalam bungkus rokok U MILD warna biru

abu-abu di beli dari sdr. Heru yang belum tertangkap dimana transaksi tersebut yaitu pada

hari Kamis tanggal 24 Maret 2011 sekitar Jam 15.00 WIB di Plaza Jambu Dua Bogor dengan

membeli sebanyak 1 (satu) bungkus yang dibungkus dengan kertas koran dengan harga

Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Bahwa kemudian daun ganja sebanyak 1 (satu)

bungkus yang dibungkus dengan kertas koran tersebut Terdakwa pakai atau dikonsumsi

sendiri di sebuah villa di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor sedangkan sisanya sebanyak 1

(satu) linting yang dilinting dengan menggunakan kertas pavir warna putih di dalam bungkus

rokok U MILD warna biru abu-abu yang Terdakwa simpan dalam saku celana sebelah kanan

belum sempat Terdakwa pakai atau konsumsi karena keburu ketahuan oleh pihak kepolisian.

Dan juga bahwa Indra (terdakwa) tidak memiliki izin dari Departemen Kesehatan Republik

Indonesia atau instansi terkait lainnya memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan

narkotika. Dan setelah barang bukti di periksa di laboratorium adalah benar bahwa daun yang

dibawa oleh Indra adalah Ganja dan mengandung THC (Tetrahydrocannabinol).

Dari kasus posisi diatas maka menurut analisa penulis menentukan bahwa, terdakwa

adalah “penguna” bukan pengedar. Hal ini juga lebih diyakinkan dari keterangan terdakwa,

bahwa terdakwa mengaku masih coba-coba (untuk lebih jelasnya penulis melampirkan

PUTUSAN Pengadilan Negeri Cibinong Nomor: 430/Pid. B/2011/PN. Cbn yang terkutip

dalam putusan Mahkamah Agung yaitu No. 1050 K/Pid. Sus/2012)

2

Page 3: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Narkoba atau Napza

Narkoba adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi

seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan

psikologi. Yang termasuk dalam NARKOBA adalah: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya.

a. Narkotika

Menurut UU RI No 35 Tahun 2009, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :

Heroin, Kokain, Ganja.

2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.

3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan

dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

b. Psikotropika

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah

maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.

2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

3

Page 4: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :

Amphetamine.

3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :

Phenobarbital.

4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :

Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).

c. Zat Adiktif Lainnya

Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif

diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh

menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan

manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan

dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu

dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :

a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).

b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )

c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House,

Johny Walker ).

2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa

senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah

tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan

adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.

3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan Narkoba atau NARKOBA di masyarakat,

pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari

upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk

penyalahgunaan NARKOBA lain yang berbahaya.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NARKOBA dapat

digolongkan menjadi 3 golongan :

4

Page 5: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

1. Golongan Depresan ( Downer ).

Adalah jenis NARKOBA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional

tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi : tenang dan bahkan membuat

tertidur bahkan tak sadarkan diri. Contohnya : Opioda ( Morfin, Heroin,

Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik ( obat tidur ) dan Tranquilizer (anti

cemas ).

2. Golongan Stimulan ( Upper ).

Adalah jenis NARKOBA yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan kerja. Jenis ini menbuat pemakainnya menjadi aktif, segar dan

bersemangat. Contoh : Amphetamine ( Shabu, Ekstasi ), Kokain.

3. Golongan Halusinogen.

Adalah jenis NARKOBA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan, pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang

yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh : Kanabis

(ganja).

B. Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di masyarakat

serta akibat pemakaiannya:

1. OPIOIDA

Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu :

1. Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein

2. Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin

3. Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon

Nama jalannya putauw, ptw, black heroin, brown sugar

Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni

berwarna putih keabuan

Dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian

dengan proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali

melebihi morfin.

Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opiat atau

opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat

(analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin, kodein dan lain-lain

Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri

untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan sipemakai akan kehilangan

rasa percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai

5

Page 6: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

membentuk dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh.

Mulai sering melakukan manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang

mengakibatkanmereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.

2. KOKAIN

Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base. Kokain berupa

kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. Free base tidak

berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit - Nama jalanan dari kokain adalah

koka,coke, happy dust, charlie, srepet, snow salju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk

putih,

Cara pemakaiannya : dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian

berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang mempunyai permukaan

datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan. Atau dengan

cara dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui

suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut

freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar

lubang hidung bagian dalam.

Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu

makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

3. KANABIS

Nama jalanan yang sering digunakan ialah : grass, cimeng, ganja dan gelek, hasish,

marijuana, bhang

Ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ganja

terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol,kanabinol dan kanabidiol

Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan mempunyai rokok atau

dengan menggunakan pipa rokok.

Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,sipemakai : cenderung merasa lebih santai,rasa

gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif berkomonikasi,selera makan

tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan

4. AMPHETAMINES

Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun 1887, dan

dipasarkan tahun 1932 sebagai obat

Nama jalannya : seed,meth,crystal,uppers,whizz dan sulphate

Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan dengan cara

dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air.

6

Page 7: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Ada dua jenis amfetamin :

1. MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980

dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein,

Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white,

petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul

2. Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-shabu. SS, ice,

crystal, crank. Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium

foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang

dirancang khusus (bong)

5. LSD (Lysergic acid)

Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.

Bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat

perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentuk pil, kapsul.

Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi

setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa

disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap tempat. Warna dan

waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap

halusinasi yang ia rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat

indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.

6. SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN)

Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur)

Nama jalanan dari Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.

Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal

Penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta sebagai

hipnotik (obat tidur).

7. SOLVENT / INHALANSIA

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup.Contohnya :Aerosol, aica aibon,

isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin. - Biasanya digunakan

secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan

Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual,

muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.

7

Page 8: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

8. ALKOHOL

Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari

proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi

diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di

pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%.

Nama jalanan alkohol : booze, drink

Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali

diabsorbsi, etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering

dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia,

mamun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi.

C. Penyalahgunaan dan ketergantungan NARKOBA

Penyalahguanaan adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NARKOBA

secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan

fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. Ketergatungan adalah : keadaan dimana telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NARKOBA yang makin

bertambah ( toleransi ), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul

gejala putus obat ( withdrawal symptom ).

8

Page 9: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

BAB III

ANALISIS

Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, ada berbagai jenis dan golongan narkoba.

Untuk kasus dalam putusan di atas jenis narkoba yang di salahgunakan adalah ganja

mengandung yang mengandung THC (Tetrahydrocannabinol). Dan golongan narkoba

tersebut yaitu ganja terdaftar dalam Golongan I Nomor urut 8 dan 9 Lampiran Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

“8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

9. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya”

Dan di lihat dari efeknya, ganja termasuk kedalam Golongan Halusinogen, yaitu jenis

narkoba yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran

dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat

terganggu.

Proses penyalahgunaan pelaku dalam kasus ini yaitu dengan memiliki, menyimpan

dan memakai sendiri ganja dengan tanpa hak atau izin atau melawan hukum. Sedangkan

proses ketergantungan pelaku dalam kasus diatas dapat dilihat bahwa belum terjadi

ketergantungan karena diketahui bahwa pelaku baru sekali melakukan transaksi ganja dan

baru pada tahap coba-coba.

Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam

penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan

faktor kesediaan narkoba itu sendiri. Yang kemudian dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Faktor Diri

a. Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang

tentang akibatnya di kemudian hari.

b. Keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.

c. Keinginan untuk bersenang-senang.

d. Keinginan untuk dapat diterima dalam satu kelompok (komunitas) atau

lingkungan tertentu.

e. Workaholic agar terus beraktivitas maka menggunakan stimulant

(perangsang).

f. Lari dari masalah, kebosanan, atau kegetiran hidup.

9

Page 10: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

g. Mengalami kelelahan dan menurunya semangat belajar.

h. Menderita kecemasan dan kegetiran.

i. Kecanduan merokok dan minuman keras. Dua hal ini merupakan gerbang ke

arah penyalahgunaan narkoba.

j. Karena ingin menghibur diri dan menikmati hidup sepuas-puasnya.

k. Upaya untuk menurunkan berat badan atau kegemukan dengan menggunakan

obat penghilang rasa lapar yang berlebihan.

l. Merasa tidak dapat perhatian, tidak diterima atau tidak disayangi, dalam

lingkungan keluarga atau lingkungan pergaulan.

m. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

n. Ketidaktahuan tentang dampak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.

o. Pengertian yang salah bahwa mencoba narkoba sekali-kali tidak akan

menimbulkan masalah.

p. Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau

kelompok pergaulan untuk menggunakan narkoba.

q. Tidak dapat atau tidak mampu berkata TIDAK pada narkoba.

2. Faktor Lingkungan

a. Keluarga bermasalah atau broken home.

b. Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna

atau bahkan pengedar gelap nrkoba.

c. Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau

bahkan semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap

narkoba.

d. Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).

e. Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.

f. Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.

g. Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi,

keterbukaan, perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.

h. Orang tua yang otoriter,.

i. Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa

pengawasan.

j. Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.

k. Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.

10

Page 11: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

l. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi,

tidak ada hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari

masyarakat, kemacetan lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk,

dan tingginya tingkat kriminalitas.

m. Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.

3. Faktor Ketersediaan Narkoba.

Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba

karena :

a. Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.

b. Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.

c. Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.

d. Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.

e. Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.

f. Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa

membantu bisnis perdagangan gelap narkoba.

g. Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan

narkoba.

h. Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.

i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yang kuat dan professional.

Bahan dasar narkoba (prekursor) beredar bebas di masyarakat.2

Jika melihat penjelasan diatas dan di hubungkan dengan kasus posisi yang telah di sebutkan

sebelumnya, maka ketiga faktor ini dapat menjadi kemungkinan penyebab penyalahgunaan

narkoba oleh pelaku, khususnya faktor penyebab dari diri sendiri yaitu Keingintahuan yang

besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari

dan keinginan untuk mencoba-coba kerena penasaran.

Seperti yang telah di nyatakan sebelumnya bahwa pelaku merupakan pengguna atau

korban narkoba yang belum mengalami ketergantungan karena penggunaan masih dalam

waktu singkat dan coba-coba, sehingga akibat dari penyalahgunaan narkoba tersebut

khususnya ganja belum begitu tampak dan parah. Namun jika memang telah mengalami

ketergantungan maka pengguna akan mengalami beberapa efek dan akibat. Menurut

Encyclopedia Britanica, apabila orang menghisap mariyuana atau ganja maka timbul ilusi

atau hal-hal yang aneh dalam pikiran mereka. Orang tersebut akan merasa haus, lapar dan

2 ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA, BNN-RI,2009.

11

Page 12: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

menginginkan makanan yang manis. Mariyuana juga bisa membuat seseorang menjadi

terlihat mengantuk, bermata sayu, merasa dirinya hebat, atau bahkan merasa sedang disiksa.

Banyak kasus kecelakaan terjadi di jalan raya yang disebabkan oleh pengaruh pemakaian

ganja.

Mariyuana sering disalahgunakan oleh anak muda untuk meningkatkan rasa percaya

diri mereka. Kadang-kadang mariyuana membuat seseorang suka berbicara melantur atau

tidak dapat mengendalikan tertawa. Efek mariyuana bisa menyebabkan manusia yang

mengkonsumsinya memiliki ketakutan yang berlebih, kesedihan, bahkan mengigau dalam

kondisi sadar. Orang yang pernah menghisap satu rokok mariyuana akan merasa menderita

beberapa lama sesudahnya. Berikut beberapa dampak dan akibat dari penyalahgunaan

ganja.

Dampak penyalahgunaan ganja dalam dosis rendah dan sedang.

mengalami hilaritas (berbuat gaduh),

mengalami oquacous euphoria (euphoria terbahak-bahak tanpa henti),

mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu,

berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan, dan daya ingat,

mengalami peningkatan kepekaan visual dan pendengaran (tapi lebih ke arah

halusinasi),

mengalami conjunctivitis (radang pada saluran pernafasan), dan mengalami bronchitis

(radang pada paru-paru).

Dampak penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi.

Dampak yang diakibatkan adalah seorang penyalahguna ganja akan mengalami ilusi

(khayalan), mengalami delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata),

mengalami depresi (mental mengalami tekanan), kebingungan, mengalami alienasi

(keterasingan), dan halusinasi (terkadang, juga disertai gejala psikotik seperti rasa ketakutan

dan agresifitas).

Penyalahgunaan ganja secara teratur dan berkepanjangan.

a. Gangguan fisik antara lain :

Mengalami radang paru-paru, mengalami iritasi dan pembengkakan saluran nafas,

mengalami kerusakan pada aliran darah koroner dan beresiko menimbulkan serangan

nyeri dada, beresiko terkena kanker lebih tinggi (karena daya karsinogenik yang

12

Page 13: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

terdapat pada ganja jauh lebih tinggi dari pada tembakau), menurunnya daya tahan

tubuh sehingga mudah terserang penyakit (karena penyalahgunaan ganja menekan

produksi leukosit), serta menurunnya kadar hormon pertumbuhan baik hormon

tiroksin (hormon kelenjar gondok) dan maupun hormon kelamin pada laki-laki dan

perempuan. Selain itu, gangguan fisik yang ditimbulkan juga menyebabkan

pengurangan produksi sperma pada laki-laki dan gangguan menstruasi dan aborsi

pada perempuan.

b. Gangguan psikis akibat penyalahgunaan ganja secara teratur dan berkepanjangan

menyebabkan :

Secara psikis, penyalahgunaan ganja juga menyebabkan dampak yang cukup

berbahaya seperti timbulnya rasa kuatir (ansienitas) selama 10 – 30 menit, timbulnya

perasaan tertekan dan takut mati, gelisah, bersikap hiperaktif (aktifitas motorik

mengalami peningkatan secara berlebihan), mengalami halusinasi penglihatan (dalam

bentuk kilatan sinar, warna-warni cemerlang, amorfiaq, bentuk-bentuk geometris, dan

wajah- wajah para tokoh. Juga bisa dalam bentuk tanggapan pancaindera visual dan

pendengaran tanpa adanya rangsangan, seperti melihat orang lewat padahal tidak ada

orang lewat, mendengar suara padahal tidak ada suara), mengalami perubahan

persepsi tentang waktu dan ruang (misalnya, satu meter dipersepsi sepuluh meter,

sepuluh menit dipersepsi satu jam), mengalami euphoric (rasa gembira berlebihan),

tertawa terbahak – bahak tanpa sebab (tanpa rangsangan yang patut membuat orang

tertawa), banyak bicara (merasa pembicaraannya hebat), merasa ringan pada seluruh

tungkai badan, mudah terpengaruh, merasa curiga (tapi tidak menimbulkan rasa takut,

bahkan cenderung menyepelekan dan menertawakannya), merasa lebih menikmati

musik, mengalami percaya diri berlebihan (merasa penampilan dirinya paling hebat

walau kenyataannya sebaliknya), mengalami sinestesia (misalnya, melihat warna

kuning setiap kali mendengar nada tertentu), dan mengantuk lalu tertidur nyenyak

tanpa mimpi setelah mengalami halusinasi penglihatan selama sekitar 2 (dua) jam.

Untuk menghentikan seseorang yang sudah terbiasa mengkonsumsi ganja juga tidak

mudah. Hal ini mengingat dampak yang diakibatkan dari penghentian penyalahgunaan ganja

juga tidak kalah berbahayanya, yaitu munculnya gejala putus zat seperti insomnia (kesulitan

tidur), mual, mialgia, cemas, gelisah, mudah tersinggung, demam, berkeringat, nafsu makan

menurun, fotofobia (takut akan cahaya), depresi (bisa berakibat si korban nekad melakukan

13

Page 14: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

aksi bunuh diri), bingung, menguap, diare, kehilangan berat badan (sebagai akibat dari

menurunnya nafsu makan), dan tremor (badan selalu gemetar). Untuk merawat dan

memulihkan korban penyalahguna ganja, dibutuhkan perawatan terapi dan rehabilitasi secara

terpadu.

Di samping itu dari beberapa penelitian, diketahui juga 6 Efek Jangka-Panjang

Penggunaan Ganja, yaitu sebagai berikut:

1) Penyalahgunaan/Ketergantungan

Penggunaan kronis ganja dapat mengakibatkan ketergantungan fisik dan

psikologis, serta mengalami gejala putus zat sesaat setelah berhenti

menggunakan. Gejala ini dapat muncul setelah penggunaan kronis selama

minimal 3 mingggu. Gejala ini mencapai puncaknya pada hari ke 4, dan mulai

dapat teratasi dalam 2 minggu dihitung dari terakhir kali mengggunakan ganja.

karakteristik gejala putus zat ini adalah kegelisahan, penurunan nafsu makan,

mual, mudah marah dan ganggguan tidur (Pope & Yurgelum-Todd, 1996).

Secara umum, gejala ini hanya akan membuat pengguna merasa tidak nyaman

namun tidak mengancaman kehidupan.

2) Disfungsi kognitif

Chronic Cannabis Syndrom yang lebih dikenal dengan istilah Amotivational

Syndrom adalah kerusakan kognitif pada pengguna kronis yang

mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merencanakan ataupun

mendapatkan tujuan hidup; kemudian menyebabkan pengguna ditempatkan

pada pekerjaan yang hanya membutuhkan level kognisi rendah.

Penelitian terhadap manusia dan binatang menunjukan bahwa penggunaan

ganja pada usia dini berdampak panjang pada kognisi dan meningkatkan

kemungkinan kelainan neuropsikis (Schneider, 2008).  Wilson et al. (2000)

membandingkan pengguna jangka panjang ganja yang mulai mengganja pada

usia 17 tahun ke bawah dengan 17 tahun ke atas. Pada pengganja yang mulai

di usia 17 tahun ke bawah menunjukan rendahnya persentase otak kecerdasan

(neuron dan dendrit, dimana proses berpikir terjadi) dan tingginya persentase

sumsum otak (myelinated axons) dibandingkan dengan seluruh volume otak.

3) Penyakit jiwa

14

Page 15: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Banyak penelitian menunjukan bahwa ada keterkaitan antara penggunaan

ganja dengan tingginya resiko psikosis dan beberapa penelitian menemukan

keterkaitan antara dosis dengan respon psikosis (Fergusson, Poulton, Smith, &

Boden, 2006; Zammit , Allebeck, Andreasson, Lundberg, & Lewis, 2002).

setelah dilakukan penelusuran melalui bukti-bukti yang ada, dari sekian

banyak hasil penelitian yang dipublikasikan dapat disimpulkan bahwa

penggunaan ganja dapat meningkatkan resiko psikosis pada kalangan muda,

tapi memiliki efek signifikan pada mereka yang memiliki predisposisi

psikosis.

4) Kanker

Penelitian dalam ranah ini manunjukan banyak pertentangan. Sidney,

Quesenberry, Friedman, & Tekawa (1997) menemukan bahwa merokok ganja

sama sekali tidak berkaitan dengan peningkatan resiko kanker. Sedangkan di

tempat yang berbeda, Fligiel (1997), menemukan bahwa secara histologik dan

molekuler terjadi perubahan epitelium bronkial yang serupa antara merokok

ganja dengan merokok tembakau.  Kesimpulan yang dapat ditarik sementara,

studi yang ada belum cukup untuk memberikan evaluasi yang cukup kuat

untuk menyatakan bahwa merokok ganja berkaitan dengan resiko kanker.

5) Reproduksi

Satu studi menemukan bahwa penggunaan ganja berkaitan dengan penurunan

level testoteron, jumlah sperma, dan motilitas sperma pada pengguna

kronis/intensif ganja (Kolodny, Masters, Kolodner, & Toro, 1974). Salah satu

akibatnya, sampai saat ini ganja dikenal sebagai zat yang dapat menyebabkan

ketidaksuburan pria. Kenyataannya, tidak ada penelitian yang pernah melihat

keterkaitan antara pengunaan ganja dan kesuburan pria.

6) Efek Pernapasan

Gong, Fligiel, Tashkin, & Barber (1987) menunjukan bahwa merokok 3-4

linting ganja dalam sehari sama dengan merokok 20 linting tembakau dalam

sehari dan mengakibatkan batuk, wheeze, dan produksi dahak. Penelitian

terbaru gagal menemukan keterkaitan antara pengggunaan ganja jangka

panjang dengan FEV1/FVC (forced expiratory volume in the first second

setelah mengambil napas panjang), kapasitas difusi, atau hiperaktif pernapasan

seperti yang terjadi pada perokok tembakau (Tetrault, Crothers, & Moore,

2007).

15

Page 16: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Ketentuan hukum dan pasal yang dilanggar oleh pelaku narkoba dari kasus diatas, di

tinjau dari Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika adalah pertama Pasal 111

ayat (1) Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang berbunyi:

“(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Dan yang kedua adalah Pasal 127 Ayat (1) huruf a UU RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, yang berbunyi:

“(1) Setiap Penyalah Guna:a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling

lama 4 (empat) tahun;”

Menurut saya dakwaan dan tuntutan jaksa sudah tetap pada putusan tersebut, buktinya

karena dari pihak jaksa atau penuntut umum dari Pengadilan Tinggi Cibinong tidak

melakukan banding untuk keberatan atas putusan tersebut.

Menurut saya sanksi pidana yang diberikan oleh majelis hakim sudah tepat untuk

pelaku penyalah gunaan narkoba tersebut di tinjau dari Undang-undang Narkotika. Karena

putusan tersebut setidaknya telah sesuai dengan dasar huku pemidanaannya, yaitu Pasal 111

ayat (1) Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, yang berbunyi:

“(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)”

Pentingnya rehabilitasi bagi Pengguna atau korban Narkoba

Seperti diketahui, bahwa pelaku penyalahgunaan Narkoba adalah pelaku sekaligus

korban, maka dari itu upaya rehabilitasi amatlah penting bagi korban Narkoba, setidak-

tidaknya rehabilitasi yang dimaksud di sini adalah sebagai berikut:

Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.3

3 Pasal 1 butir 16 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

16

Page 17: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik,

mental, maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan

fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 4

Upaya-upaya Penanggulangan penyalahgunaan Narkoba

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, dan Zat

adiktif lainnya dengan berbagai cara dan dampak lain yang ditimbulkannya, merupakan

masalah besar yang harus dihadapi banyak negara di dunia ini. Negara-negara di benua

Amerika dan Eropa benar-benar merasakan ancaman yang serius bagi umat manusia.

Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan bahan-bahan sejenisnya

merupakan bahaya bagi umat manusia yang tidak dapat ditanggulangi secara sepenggal-

penggal; tetapi harus merupakan gerakan umat manusia secara bersama-sama untuk

menghadapi umat manusia yang mulai sesat.

Oleh karenanya sejak tahun 1992 PBB telah mencanangkan suatu gerakan

”Kampanye hidup sehat dan produktif serta menjauhi perbuatan penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika, dan zat adiktif lainnya”. Semua negara anggota PBB diminta untuk terlibat

secara nyata dengan memotovasi orang-orang muda agar merencanakan hari depannya untuk

tujuan hidup yang produktif dan bukan terjebak pada perilaku penggunaan yang salah obat-

obatan berbahaya.

Langkah-langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika,

Psikotropika, dan Zat aiktif lainnya secara regional maupun internasional telah dilakukan

yang dikoordinir oleh badan-badan PBB dengan dukungan dana yang cukup besar untuk

memperkecil kegiatan-kegiatan produksi gelap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif,

kegiatan kultivasi narkotika tertentu untuk memutus mata rantai peredaran gelap dari daerah

produsen ke konsumen serta upaya-upaya yang diarahkan untuk penanganan terhadap korban

penyalahgunaan.

Keseimbangan pendekatan kesejahteraan dan aspek-aspek keamanan harus dijadikan

landasan bagi penyelenggaraan upaya-upaya penanggulangan.

Upaya-upaya Pencegahan

4 Pasal 1 butir 17 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

17

Page 18: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Upaya pencegahan dilakukan secara integral dan dinamis antara unsur-unsur aparat

dan potensi masyarakat, merupakan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan, untuk

merubah sikap perilaku, cara berfikir dari kelompok masyarakat yang sudah mempunyai

kecenderungan menyalahgunakan serta melakukan tindak pidana perdagangan/peredara gelap

narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.

Upaya pencegahan yang dimaksudkan adalah untuk menciptakan kesadaran

kewaspadaan dan daya tangkal terhadap bahaya-bahaya dan memiliki kemampuan untuk

menolak zat-zat berbahaya tersebut, untuk selanjutnya dapat menentukan rencana masa

depannya dengan hidup sehat, produktif, kreatif dan bermanfaat bagi dirinya dan

lingkungannya. Kebijaksanaan internasional dalam menanggulangi penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya tetap mengacu pada piagam

PBB dan prinsip-prinsip hukum internasional yang ada.

Indonesia dalam menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap, psikotropika,

dan zat adiktif lain, pada dasarnya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

langkah pencegahan untuk mengurangi jumlah permintaan

langkah pengendalian dan pengawasan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya yang dimanfaatkan untuk pengobatan dan atau bagi kepentingan ilmu

pengetahuan

langkah represif pemberantasan jalur perdagangan gelap

melakukan upaya penyembuhan/terapi dan rehabilitasi terhadap korban-

korban penyalahgunaan

langkah-langkah lain yang mendukung

Upaya pencegahan penanggulangan dan peredaran zat-zat berbahaya tersebut dapat dilakukan

melalui berbagai jalur:

jalur keluarga

jalur pendidikan, formal dan informal

jalur lembaga-lembaga sosial swadaya masyarakat

jalur lembaga-lembaga keagamaan

jalur kelompok-kelompok teman bermainremaja/pemuda: club, seni, olahraga,

ketrampilan-ketrampilan lain

18

Page 19: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

jalur organisasi kewilayahan, dipimpin oleh aparat RT, RW, LKMD

melalui media massa, cetak, elektronik, film, maupun seni pentas tradisional

Upaya pencegahan melalui Keluarga

Unit masyarakat terkecil adalah keluarga. Upaya penanggulangan bahaya akibat

penyalahgunaan zat-zat berbahaya yang paling efektif adalah terbinanya keluarga yang sehat

dan dinamis. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

Usaha disiplin keluarga

usahakan adanya hubungan yang serasi dan harmonis antara ibu, bapak, dan

anak dengan penuh cinta kasih

dalam memelihara keharmonisan itu, berikan kepada anak suatu tanggung

jawab dan kepercayaan yang disertai dengan nbimbingan serta koreksi orang

tua

memberikan kesempatan dan penghargaan terhadap pendapat dan pemikiran

anak dalam berbagai masalah

menyalurkan hobi bagi anak ke hal-hal positif

berikan waktu secara khusus dan kontinu untuk memberikan perhatian kepada

anak-anak walaupun sedikit dan dalam kesibukan apapun

jadilah orang tua sebagai panutan utama, sesuai kata-kata dengan perbuatan

berikan penghargaan dan perhatian terhadap prestasi anak khususnya prestasi

sekolah

bina dalam disiplin keluarga dan tata tertib yang telah disepakati bersama.

Tidak terlalu keras dan tidak memanjakan anak

dalam masalah penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya baik orang

tua maupun si anak pelajarilah pengetahuan si anak mengenai narkotika, dan

bahayanya bila disalahgunakan. Pelajari dan pahami tentang tanda-tanda

umum yang biasanya diderita oleh korban narkotika

dalam hubungan ini, periksalah barang-barang milik anak anda secara diam-

diam untuk menghindari dibawanya barang larangan itu. Juga diadakan secara

langsung berdialog dalam keadaan tenang dan obyektif penuh kebijaksanaan

Upaya Pengendalian dan Pengawasan

19

Page 20: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Pengendalian dan pengawasan narkotika perlu dilakukan. Karena bila disalahgunakan,

tidak dibawah pengawasan dokter dapat menimbulkan ketergantungan dan dapat

mengakibatkan gangguan fisik, mental, kejiwaan sosial, kamtibnas, dan akibat lebih jauh

dapat mengganggu ketahanan nasional. Oleh karenanya penggunaan untuk pengobatan

diperlukan upaya pengendalian dan pengawasan terhadap narkotika.

Pengawasan dan pengendalian ditujukan untuk menjamin agar jenis dan jumlah

kebutuhan narkotika dan psikotropika cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan. Jalur resmi

upaya-upaya pengendalian dan pengawasan sudah tentu dilakukan oleh aparat terkait yang

berwenang, agar benar-benar dapat diawasi pertimbangan permintaan dan persediaan dan

jenis-jenis obat yang dibutuhkan.

Langkah Represif

Upaya pemberantasan jalur gelap dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan

zat adiktif lainnya diperlukan upaya terpadu baik lingkungan nasional regional, maupun

internasional. Bagi Indonesia yang kondisi geografisnya terdiri dari ribuan pulau dengan garis

pantai yang terbuka lebar disadari sebagai wilayah yang amat rawan bagi lalu lintas gelap

narkotika. Pemberantasan jalur perdagangan gelap dan produksi narkotika di wilayah

sumatera, jawa dan daerah lain selama ini telah lebih intensif dilakukan oleh aparat.

Walaupun demikian, diperlukan pemberantasan yang berkelanjutan.

Pengobatan

Bagi korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya, pengobatan yang

dilakukan dari segi medis, dalam arti melepaskan ketergantungan secara fisik tidak begitu

sulit yaitu dengan pengobatan yang disebut dengan detoksifikasi yang memerlukn waktu

sedikitnya tiga minggu. Namun terkadang kekambuhan datang kembali dikarenakan faktor

psikologis, atau kepribadian si penderita dan faktor lingkungan.

Biasanya pengobtan yang dijalankan pada rumah sakit yang khusus menangani

korban narkotika dan zat adiktif lainnya meliputi pengobatan detoksifikasi dilakukan dengan

cara psikoterapi dengan maksud dapat memperkuat kepribadian, kepercayaan diri, harga diri

dan mengetahui arti hidup yng berarti bagi si penderita, yang terakhir adalah dengan

rehabilitasi medis.

20

Page 21: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

Para pecandu narkotika biasanya mempunyai permasalahan sendiri-sendiri. Oleh

karena itu, penyembuhan melalui sistem pendekatan kemudian harus lihat dari berbagai segi

dan faktor. Sejalan dengan pengobatan medis, pembinaan mental spiritual terus dilakukan.

Bimbingan psikiater secara kontinu sangat dibutuhkan untuk menghindari kekambuhan

kembali. Selanjutnya partisipasi masyarakat sangat diperlukan teruatama dalam hal

penerimaan bekas korban narkotika untuk kembali ke tengah masyarakat untuk memulai

hidup dengan wajar. Sedangkan bagi penderita yang sudah kritis secara fisik, hendaknya

dibawa ke rumah sakit yang khusus menangani penderita penyalahgunaan narkotika dan zat

adiktif linnya.

Rehabilitasi

Tempat rehabilitasi dan sekaligus pengobatan terhadap korban penyalahgunaan

narkotika dan zat adiktif lainnya telah tersedia di berbagai tempat. Namun begitu yang lebih

penting adalah bagaimana si korban dapat bertahan dari kesembuhan, tidak kmbuh lagi

sepulang dari panti pengobatan dan rehabilitasi tersebut. Hal ini sangat memerlukan perhatian

orang tua serta partisipsi masyarakat untuk memberikan dorongan, kesempatan bergaul,

semangat baru, dan harapan-harapan baru diberikan kepadanya dan pendalaman agama untuk

lebih bertaqwa kepada Tuhan YME. Tanpa motivasi, bayang-bayang menuju kekambuhan

akan lebih cepat.

Kendala atau Hambatan dalam Memberantas Penyalahgunaan Narkoba

a) Kurangnya kerja sama antara aparat dengan masyarakat dalam mengungkap

sindikat Narkoba .

b) Modus yang dijalankan pengedar Narkoba makin bervariasi dan terorganisir

sehingga aparat mengalami hambatan dalam pengungkapannya.

c) Ketidaktegasan sanksi yang diberikan pemerintah kepada pelaku penyalahgunaan

Narkoba

d) Ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya mengkonsumsi Narkoba jika mereka

sudah mengerti tentang bahaya mengkonsumsinya mengapa mereka masih juga

memakainya.

e) Banyak berdiri tempat-tempat hiburan malam ilegal yang diduga menjadi

peredaran gelap Narkoba.

f) Peredaran narkoba masih sulit diberantas karena produk hukum yang ada kurang

bisa menjerat bandar-bandar narkoba.

21

Page 22: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

g) Kampanye untuk menunjukkan bahaya penggunaan narkoba masih kurang bisa

menggapai ke seluruh pelosok nusantara karena kurangnya dana.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa Narkotika yang di dalamnya termasuk juga Ganja adalah obat terlarang

sehingga siapapun yang mengkonsumsi atau membeli atau menjualnya akan

dikenakan sanksi yang terdapat pada Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika atau UU No.07 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Selain itu di

dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika atau UU No.07

Tahun 1997 tentang Psikotropika, Narkotika hanya dapat digunakan untuk

kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.

22

Page 23: TUGAS ANALISIS PUTUSAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Psikotropika

Buku

ADVOKASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA, BNN-

RI,2009.

23