Upload
agung-bhaktiyar
View
22
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terjemahan buku farmakologi dan fisiologi stoelting 4th ed.
Citation preview
1
INTISARI
Sistem saraf pusat disusun oleh hemisfer cerebri, batang otak, dan medulla spinalis.
Traktus pyramidal ialah jalur utama transmisi sinyal motoric dari korteks cerebral medulla
spinalis . Sinyal transmisi sensori ditransmisikan ke otak oleh jalur kolumna dorsalis traktus
spinotalamikus sistem dorsal-lemnisca. Korteks cerebral, khususnya lobus temporal, berperan
sebagai tempat penyimpanan informasi utama.
Central Nervous Sistem
Aktifitas sistem saraf pusat merefleksikan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi
mempengaruhi yang secara normal dijaga dalam batas norma yang sempit. Tiga komponen
pada sistem saraf pusat ialah hemisfer cerebri (korteks cerebri, sistem limbic, hipotalamus),
batang otak (nukleus nervus kranial, sistem aktifasi reticular, cerebellum), dan medulla
spinalis (medulla oblongata hingga vertebra lumbalis).
A. HEMISFER CEREBRI
Untuk tiap area pada korteks cerrebri, terdapat area korespondensi dan penghubung ke
thalamus, sehingga stimulant pada porsi kecil thalamus mengaktifkan korespondensi dan
porsi yang lebih besar pada korteks cerebri. Bagian fungsional pada korteks cerebri terdiri
utamanya oleh 2-5 mm lapisan neuron menutup semua permukaan lekukan cerebri (korteks
tersusun dari 50-100 milyar neuron)
1. Cerebral Korteks
a. Somesthetic Cortex
Area korteks cerebri yang mana sinyal sensori perifer diproyeksikan dari thalamus.
Dalam korteks motor, beragam area topografik disajikan, dari otot skelet dalam bagian
berbeda pada tubuh dapat diaktifkan.
b. Korteks motor
2
Secara umum, besarnya area dalam korteks motor sebanding dengan ketepatan gerakan
otot skelet yang dibutuhkan (jari, bibir, lidah, dan plika vokalis memiliki representasi besar di
manusia). Korteks motor seringkali rusak oleh kehilangan suplai dari, sebagaimana terjadi
selama stroke.
c. Korpus kallosum
Dua hemisfer pada korteks cerebri, dengan pengecualian porsi anterior pada lobus
temporal, dihubungka oleh serabut dalam korpus kallosum.
2. Dominan versus Hemisfer Nondominan
a. Bahasa
Fungsi Bahasa dan interpretasi bergantung pada satu hemisfer (hemisfer dominan)
dibanding hemisfer lain, sementara hubungan spatiotemporal (kemapuan untuk mengenali
wajah bergantung pada hemisfer yang lain (nondominan)
b. Dominasi
Berdasar determinasi genetic, 90% individu bertangan kanan dan hemisfer kiri
dominan. Demikian juga, hemisfer kiri dominan pada 70% orang kidal.
c. Memori
Korteks cerebral, khususnya lobus temporal, berperan sebagai tempat penyimpanan
informasi yang sering dikarakterkan sebagai memori.
d. Memori jangka pendek
Memori jangka pendek melibatkan keberadaan reverberating circuits (sirkuit gema).
Bukti adanya teori reverberating pada memori jangka pendek adalah kemampuan otak untuk
menghapus gangguan umum (frigh, loud noise) dengan segera. Penjelasan alternatif untuk
memori jangka pendek adalah fenomena post tetanic potentiation.
e. Memori Jangka Panjang
Memori jangka panjang tidak bergantung pada aktifitas berkelanjutan sistem saraf,
sebagai bukti saat tidak aktifnya otak secara total yaitu pada keadaan hipotermia atau anestesi
tidak mengakibatkan kehilangan memori jangka panjang signifikan. Hal ini diasumsikan
3
bahwa memori jangka panjang menghasilkan perubahan fisik maupun kimiawi dalam hal
ukuran dan konduktifitas dendrit.
Konsolidasi maksimum membutuhkan sedikitnya satu jam, digambarkan, pasien
dengan anestesi ringan yang bereaksi dengan maksud tertentu oleh rangsangan nyeri tapi
kemudian tidak lagi muncul jika kedalaman anestesi ditingkatkan.
Rangsangan sensori diperbolehkan menetap selama 5-10 menit bisa menghasilkan
sedikitnya pembentukan sebagian bekas memori. Jika rangsangan sensori dibiarkan selama
60 menit, sangat mungkin memori akan sepenuhnya menjadi terkonsolidasi. Ulangan
informasi serupa mempercepat dan menguatkan proses konsolidasi, sehingga mengubah
memori jangka pendek menjadi jangka panjang.
f. Perhatian Selama Anestesi
Perhatian selama anestesi (diartikan sebagai memori sadar saat selama general
anesthesia diperikerikan sebesar 0,13%. Insidensi yang lebih tinggi pernah ditunjukkan pada
kasus trauma mayor (11%-14%). Sebagian besar kasus keadaan sadar selama pembedahan
dihubungkan dengan kesalahan dokter atau kurang berfungsinya alat-alat.
g. Dosis Subanestesi
Dosis subanestesi anestesi inhalasi anestesi (0,45 hingga 0,6 MAC isoflurane) memiliki
efek penghambatan pada memori jangka pendek, dan penurunan transfer informasi dari
perifer ke korteks cerebri terkait dengan general anestesi mencegah adanya ingatan kejadian
selama pemebedahan.
h. Kesadaran pengenalan
Monitoring pasien selama general anestesi untuk pengenalan kesadaran adalah
tantangan. Indicator fisiologi (nadi, tekanan darah) dan gerakan otot skelet seringkali tertutup
oleh anestesi dan obat adjuvant (-adrenergic blockers) dan /atau obat pengeblok
neuromuscular
Metode-metode untuk mengenali kesadaran yang kurang terpengaruh oleh obat-obat
termasuk monitor gelombang otak, seperti Bispectral Index (BIS). Berdasar studi Food and
Drug Administration (FDA) menemukan bahwa penggunaan monitoring BIS untuk memandu
adiministrasi obat anestesi terkait dengan berkurangnya insidensi kesadaran dengan ingatan
pada pasien dewasa selama general anesthesia dan sedasi.
4
3. Traktus Piramidal dan Ekstrapiramidal
Jalur mayor untuk transmisi sinyal motoric dari korteks cerebri ke neuron motor
anterior medulla spinalis adalah melalui traktus pyramidal (korticospinal).
a. Fungsi Traktus Piramidal
Traktus pyramidal menyebabkan fasilitasi kontinyu dan sehingga bertendensi untuk
menghasilkan peningkatan tonus otot skelet, selain itu traktus ektrapiramidal
mentransmisikan sinyal inhibisi melalui ganglia basalis dengan hasil akhir inhibisi tonus otot
skelet. Kerusakan selektif maupun predominan pada salah satu traktus memanifestasikan
kekakuan atau kelumpuhan.
Traktus pyramidal ialah jalur utama transmisi
dari korteks cerebral medulla spinalis.
5
b. Babinski Sign
Babinski sign positif merefleksikan kerusakan pada traktus pyramidal dan
dikarakterkan oleh ekstensi keatas (superior) pada ibu jari dan ouward fanning jari-jari lain
akibat respon rangsangan taktil halus pada punggung telapak kaki (dorsum plantar).
c. Sistem Talamokortikal
Sistem talamokortikal memberi peran jalur semua impuls aferen dari cerebellum;
ganglia basalis; dan visual, auditori, pengecap, dan reseptor nyeri yang mana melintas
melalui thalamus saat berjalan ke korteks cerebri; hal ini mengontrol aktifitas tingkat korteks
cerebri.
4. BRAINSTEM
Aktifitas bawah sadar dalam tubuh (proses hidup intrinsik termasuk bernafas, tekanan
darah) dikontrol oleh batang otak. Thalamus bekerja sebagai stasiun relay untuk sebagian
besar impuls aferen sebelum mereka ditransmiskan oleh korteks cerebri.
a. Sistem Limbik dan Hipotalamus
Perilaku terkait emosi adalah fungsi utama dari struktur sistem limbic (hipokampus,
basal ganglia). Fungsi hipotalamus dalam banyak hal memiliki kesamaan peran dengan
sistem limbic dan juga mengontrol banyak kondisi internal tubu (temperatur inti tubuh, rasa
haus, nafsu makan).
b. Ganglia basalis
Ganglia basalis (nucleus kaudatus, putamen, globus pallidus, substantia nigra,
subthalamus) sering menyediakan impuls inhibisi (neurotransmitter inhibis ialah dopamine
dan -asam amino butirat [GABA]). Destruksi ganglia basalis terjadi, berhubungan dengan
kejadian rigiditas otot skelet (chorea, parkinsons disease).
c. Sistem aktivasi reticular
Sistem aktivasi reticular adalah jalur polisinaps yang sangat konsen dengan aktifitas
elektrik korteks cerebral. Hal ini sangat mungkin bahwa banyak secara klinis anestesi injeksi
dan inhalasi yang dipakai menggunakan depresan mempengaruhi sistem aktivasi reticular
d. Tidur dan terjaga
6
Tidur adalah keadaan ketidaksadaran seorang individu yang mana tidak terbangun oleh
rangsangan sensori. Depresi sistem aktivasi reticular oleh anestesi atau keadaan koma
individu tidak bisa diartikan sebagai Tidur.
e. Tidur gelombang-pelan
Sebagian besar Tidur yang terjadi setiap malam adalah Tidur gelombang-pelan.
Electroencephalogram (EEG) dikarakterkan munculnya gelombang delta votage tinggi pada
frekuensi
7
Substantia grisea medulla spinalis dibagi menjadi tanduk anterior, lateral, dan dorsal
mengandung sembilan lamina terpisah berbentuk H dilihat dari cross-section.
Sel neuron intermediet berlokasi di porsi tanduk dorsal medulla spinal disebut
substantia gelatinosa (lamina II hingga III) menstransmisikan impuls taktil aferen, suhu, dan
nyeri ke traktus spinotalamikus. Tanduk dorsal menyediakan gerbang dimana impuls dalam
serabut saraf sensor ditranslasikan dalam impuls traktus ascending.
k. Substantia Alba Medulla Spinal
Substantia alba medulla spinalis dibagi menjadi kolum dorsal, lateral dan ventral (lihat
gambar 41.3) Kolumna dorsalis medulla spinalis disusun traktus spinotalamikus yang
mentransmisikan impuls sentuhan dan nyeri ke otak.
5. Imaging Sistem Saraf
a. Magnetic resonance imaging (MRI)
Komparatif studi menunjukkan bahwa MRI superior disbanding computed tomography
(CT) dalam mengevaluasi hampir seluruh lesi parenkim cerebral. Namun demikian, CT lebih
menjadi pilihan untuk pasien dengan trauma akut yang disertai peralatan dukungan hidup
atau pasien yang tidak bisa diminta diam tidak bergerak (tidak kooperatif, movement
disorder, anak-anak), sebagimana dibutuhkan untuk pemeriksaan MRI.
8
Figure 41-3. diagram skematik cross-section medulla spinalis menggambarkan
anamtomi lamina I hingga IX medulla spinalis, substantia grisea dan kolumna sensori dorsal,
lateral, dan ventral ascending medulla spinalis substantia alba.
b. Computed Tomography
Computed tomography (CT) adalah prosedur imaging pilihan paska trauma kepala atau
tulang belakang karena kecepatanya. CT berguna dalam visualisasi darah intracranial yang
ada di pasien dengan hematoma subdural atau perdarahan cerebral.
6. Nervus Spinalis
Sepasang nervus spinal menjulur dari tiap 31 segmen medulla spinalis. Tiap nervus
spinal menginervasi satu segmen area kulit, dermatom, dan otot skelet, myotome.
7. Membran Pelindung
Medulla spinalis dibungkus oleh membrane (dura, arachnoid, pia) yang langsung
berlanjut berkoresponden dengan membran pembungkus otak. Obat-obat seperti local
anestesi atau opioid tidak dapat menembus cephalad ke dalam spasium epidural melewati
foramen magnum.
Lapisan dalam dura berlanjut sebagai dural cuff yang bercampur dengan perineum
nervus spinalis. Arachnoid cerebral berlanjut sebagai arachnoid spinalis, berakhir pada
vertebrae sacral kedua. Pia berkontak erat dengan medulla spinalis.
CT menampilkan terkadang adanya pita jaringan ikat (dorsomedian pita jaringan ikat
atau plika mediana dorsalis) yang membagi spasium epidural tepat pada midline dorsalis; pita
ini membuat kita sulit untuk merasakan loss of resistance selama identifikasi midline
dilakukan pada spasium epidural. Pita dapat juga menjelaskan kejadian yang jarang pada
analgesi unilateral setelah injeksi cairan local anestesi kedalam spasium epidural.
JALUR UNTUK IMPULS SENSORI PERIFER
Informasi sensori dari segmen somatik tubuh masuk kedalam substantia grisea medulla
spinalis via radix nervus dorsalis. Setelah memasuki medulla spinalis, neuron ini memberi
traktus serabut panjang, ascending yang mentransmisikan informasi sensori ke otak. Impuls
9
dalam jalur kolumna dorsalis menyilang dalam medulla spinalis ke sisi kontralateral sebelum
melewati naik ke thalamus.
Sinaps di thalamus diikuti obleh neuron yang berlanjut kedalam area sensori somatik
korteks cerebral. Semua informasi sensori yang masuk korteks cerebral, dengan pengecualian
sistem olfactory, berjalan melalui thalamus.
Figure 41-4. peta dermatome untuk mengevaluasi level tubuh yang dihasilkan oleh
anestesi regional.
10
Figure 41-5. sinyal transmisi sensori ditransmisikan ke otak oleh jalur kolumna dorsalis
traktus spinotalamikus sistem dorsal-lemnisca.
Gambar 41-6. antero lateral serabut sistem spinotalamikus menyilang di komisura
anterior medulla spinalis sebelum naik ke otak. Serabut sistem ini mentransmisikan sinyal
melalu traktus spinothalamikus venral dan lateral.
11
JALUR UNTUK RESPON MOTOR PERIFER
Informasi sensori terintegrasi pada semua level sistem nervous dan menyebabkan
respon motor yang tepat. Neuron motor anterio di tanduk anterior medulla spinalis substantia
grisea memberi juluran serabut A-, yang mana meninggalkan medulla spinalis oleh jalan
radix nervus anterior dan menginervasi otot skelet.
1. Upper and Lower Motor Neurons
Sistem motor sering dibagi ke dalam neuron motor atas dan bawah. Lesi neuron motor
bawah yang mana dari medulla spinalis yang secara langsung menginervasi otot skelet. Lesi
neuron motor bawah berasosiasi dengan flaccid paralysis, atropi otot skelet, dan ketiadaan
respon reflek regangan.
Spastics paralysis dengan menonjolnya reflex regangan dengan ketiadaan paralisis otot
skelet disebabkan oleh destruksi neruron motor atas di otak.
2. Refleks Autonom
Reflex autonomy segmental terjadi dalam medulla spinal dan termasuk perubahan
tonus vascular, diaphoresis, dan reflex dari kandung kemih dan kolon.
Eksitasi bersamaan semua reflex segmental adalah reflex massa (denervation
hypersensivity atau autonomic hyperreflexia). Reflex massa secara khas terjadi pada transeksi
medulla spinalis atau distensi hollow viscus, sebagaimana di kandung kemih atau traktus
gastrointerstinal( analog pada kejang yang melibatkan sistem saraf pusat).
Manifestasi prinsip pada reflek massa adalah sitem hipertensi disebabkan oleh
vasokontriksi perifer intens, merefleksikan ketidakmampuan impuls inhibis vasodilatasi dari
SSP untuk berjalan melewati transeksi medulla spinalis.
a. Syok Spinalis
Syok spinalis adalah manifestasi kehilangan mendadak reflex spinalis yang terjadi
segera setelah transeksi medulla spinalis. Hal ini bermanifestasi sebagai hipertensi
disebagkan oleh tonus vasokontriksi dan absennya reflex otot skelet.
12
ANATOMI SERABUT SARAF
Serabut saraf adalah aferen jika ia mentransmisikan impuls dari reseptor perifer ke
medulla spinal dan eferen jika me-relay sinyal dari medulla spinal dan SSP ke perifer.
a. Neuron
Neuron tersusu atas badan sel atau soma, dendrit, dan serabut saraf atau axon. (gbr.
417-). Transmisi dari impuls Antara neuron responsive pada sinaps dimediasi oleh pelepasan
presinap pada mediator kimia (neurotransmitter), seperti norepinephrine atau asetilkolin.
b. Myelin
Myielin yang mengelilini serabut saraf tipe A dan B bekerja sebagai penyekat yang
mencegah aliran ion menyilang membrane saraf. Selaput myelin diinterupsi oleh nodus
Ranvier. Eksitasi suksesif pada nodus Ranvier oleh impuls yang melompat Antara nodus
suksesif diistilahkan sebagai eksitasi salutatory. Konduksi saltatori sangat meningkatkan
kecepatan transmisi serabut bermielin. (table 41-1)
c. Evaluasi Fungsi Saraf Perifer
Nervus perifer bisa terluka oleh iskemi pada vasa nervorum intraneural yang bersamaan
regangan saraf atau kompresi ekstrerna saraf.
d. Studi konduksi saraf
Studi konduksi saraf bermanfaat dalam lokalisasi dan penilaian disfungsi saraf perifer.
Demielinisasi focus pada serabut saraf mengakibatkan perlambatan konduksi dan
menurunkan amplitude compound muscle dan potensial aksi sensori.
e. Electromyography
Studi electromyografi adalah tambahan studi konduksi saraf. keberadaan potensial
denervasi otot skelet mengindikasikan kehilangan akson atau sel kornu anterior. Tanda-tanda
potensial denervasi pada electromyogram setelah injuri saraf akut membutuhkan 18-21 hari
untuk berkembang kembali.
13
Tabel 41-1. Klasifikasi serabut saraf perifer
Bermielin
Diameter
serabut (mm)
Kecepatan
konduksi (m/s) Fungsi
Sensivitas anestesi lokal
(prochaine subarachnoid, 1%)
A
-
Yes 12-20 70-120 Innervasi of
otot skelet
1
Propriocepsi
A
-
Ya 5-12 30-70 Sentuhan 1
Tekanan
A
-
Ya 3-6 15-30 Tonus otot
skelet
1
A
-
Ya 2-5 12-30 Nyeri cepat 0.5
Sentuhan
Temperatur
B Ya 3 3-15 Serabut
autonom
Preganglionic
0.25
C Tida
k
0.4-1.2 0.5-2.0 Nyeri lambat 0.5
Sentuhan
Temperatur
Serabut
autonom
Preganglionic
NEUROTRANSMITTERS
Neurotransmitters adalah mediator kimia yang dilepaskan kedalam celah sinaptik dalam
respon pada kedatangan suatu potensial aksi pada nerve ending. Pelepasan neurotransmitter
bergantung pada voltase dan membutuhkan influx ion kalsium kedalam terminal presinaps.
14
Neurotransmitter bisa merupakan eksitasi atau inhibisi, tergantung perubahan
konfigurasi yang dihasilkan pada respetor protein oleh interaksi dengan neurotransmitter.
Tipe neurotransmitter (table 41-2)
KEJADIAN ELEKTRIK SELAMA EKSITASI NEURONAL
1. Potensial Transmembran Istirahat
Potensial transmembrane istirahat pada neuoran dalam SSP berkisar -70 mV, yang
mana kurang disbanding -90 mV pada serabut saraf perifer besar dan juga otot skelet.
2. Sinaps Inhibisi
Pada sinaps inhibisi neurotransmitter meningkatkan permeabilitas reseptor post sinaps
pada ion kalium dan klorida. Reseptor berespon pada inhibisi neurotransmitter terkait dengan
cannel protein yang terlalu kecil untuk dilewati ion natrium hidrat yang besar.
Difusi keluar predominan pada ion kalium meningkatkan negativitas potensial
transmembrane, dan neuron terhiperpolarisasi (fungsi sebagai neuron inhibisi).
Tabel 41-2. TIPE NEUROTRANSMITER
Glutamate (neurotransmitter asam amino eksitasi mayor di SSP ; glutamate receptors
[termasuk reseptor N-methyl-D-aspartate] adalah canel ion gerbang ligan.)
-Aminobutyric acid (neurotransmitter inhibisi mayor di SSP; ketika dua molekul
GABA berikatan dengan reseptor,channel ion kloride membuka dan mengijinkan ion klorida
mengalir kedalam neuron membuat neuron menjadi hiperpolarized.)
Acetylcholine (neurotransmitter eksitatori yang berinterkasi dengan reseptor muscarinic
dan nicotinicdi SSP; berkebalikan dengan efek inhibis [meningkatkan permeabilitas kalium]
pada sistem saraf parasimpatis perifer.)
Dopamine (konsentrasi tinggi, khususnya di ganglia basalis; kemungkinan ini
merupakan neurotransmitter ihnhibisi.)
Norepinephrine (neuron berespn pada norepinephrine mengirim impuls inhibisi)
Epinephrine
Glycine (neurotransmitter inhibisi utama pada medulla spinalis.)
15
Substance P (neurotransmitter eksitatori dilepaskan pada akhir neuron P yang
bersinapsdengan substansia gelatinosa medulla spinalis.)
Endorphins (neurotransmitters eksitatori untuk jalur descending yang menghambat
transmisi nyeri.)
Serotonin (neurotransmitter inhibisi menggunakan pengaruh yang dalam pada mood
and perilaku.)
Histamine
3. Permeabilitas
permeabilitas mengubah bangkitan oleh neurtransmiter ekstatori menurunkan
negatifitas potensial transmembrane istirahat, membuat lebih dekat pada potensial threshold
sebagai hasilnya, fungsi neuron dalam mode eksitasi.
4. Delay Sinaps
Delay Sinaps adalah 0,3-0,5 detik penting untuk transmisi impuls dari synaptic
varicosity ke neuron postsinaps.
5. Kelelahan Sinaps
Kelelahan sinap adalah penurunan jumlah discharges oleh membrane postsinaps ketika
sinaps eksitatori secara berulang dan cepat terstimulasi (simpanan neurotransmitter habis
terpakai)
6. Fasilitas Post-tetanic
Fasilitas Posttetanic adalah peningkatan responsifitas pada neuron postsinaps pada
simulasi setelah periode istirahat diawalioleh simulasi sinaps eksitasi.
7. Faktor yang Mempengaruhi Responsif Neuron
Neuron sangat sensitif pada perubahan pH cairan intersisial sekitar (alkalosis
meningkatkan dan asidosis menekan eksitabilitas neuron). Anestesi inhalasi dapat
meningkatkan membrane sell threshold untuk eksitasi dan sehingga menurunkan aktifitas
neuron di tubuh.
ALIRAN DARAH CEREBRAL
ELECROENCHEPHALOGRAM
1. Penggunaan Klinis
16
EEG berguna dalam mendiagnosis tipe epilepsy yang berbeda untuk menentukan focus
penyebab seizure di otak . Monitoring EEG selama endarterctomy karotis, cardiopulmonary
bypass, atau hipotensi terkontrol dapat memberi tanda awal ketidakcukupan aliran darah otak.
2. Monitor Gelombang Otak
a. Indeks Bispectral
Bispectral Index adalah variabel berasal dari EEG yang mana adalah ukuran kuantitatif
pengaruh hipnotis dan sedative obat anestesi pada SSP (diekspresikan sebagai indeks numeric
dimensionless dari 0-100). Penurunan nilai numeric berkorelasi dengan sedasi dan
memprediksi respon pasien pada rangsalang bedah (nilai
17
untuk monitor (a) fungsi medulla spinalis selama operasi atau medulla spinalis dan (b) nervus
auditori dan fungsi batang otak.
1. Potensial Bangkitan Somatosensori
Potensial Bangkitan Somatosensori diproduksi oleh aplikasi arus elektrik voltase-
rendah yang merangsang nervus perifer, seperti nervus mediana pada pergelangan atau
nervus tibia posterior pada ankle. Hasil potensial bangkitan merefleksikan ke-intak-an jalur
neural sensori dari nervus perifer ke korteks somatosensory.Anestesi inhalasi, khususnya
volatile, menproduksi depresi bergantung dosis pada potensial bangkitan
somatosensory.Walaupun kurang dibanding anestesi volatile, morfin dan fentanyl juga
memproduksi pengaruh depresi pada potensial bangkitan somatosensory, dengan infus
kontinyu dosis rendah opioid menghasilkan depressi kurang dibandingkan injeksi intermiten.
2. Potensial Bangkitan Motorik
Potensial bangkitan motorik mereflkesikan ke-intak-kan jalur neural motor dari nervus
perifer ke korteks cerebral motorik. Potensial bangkitan motor secara ekstrim sensitive pada
depresi antestesi, dan hal ini tidak mungkin memonitor potensial bangkitan motor dengan
adanya blockade neuromuscular yang signifikan oleh obat.
Selama pembedahan scoliosis atau operasi lain yang beresiko mengganggu fungsi
motor medulla spinalis, penggunaan potensial bangkitan motor meniadakan kebutuhan
intraoperative wake-up test.
c. Potensial Bangkitan Auditori
Potensial Bangkitan Auditori muncul dari jalur auditori batang otak. Anestesi volatile
menghasilkan depresi bergantung dosis pada potensial bangkitan audiotori.
d. Potensial bangkitan visual
Anestesi volatile menghasilkan depresi bergantung dosis pada potensial bangkitan
visual
1
18
CEREBROSPINAL FLUID
Cerebrospinal fluid (CSF) ada di (a) ventrikel otak, (b) cisterna disekeliling otak, dan
(c) spasial subarachnoid disekitar otak dan medulla spinalis. Fungsi utama CSF adalah untuk
bantalan otak dalam kavitas kranial.
1. Pembentukan
Tempat utama pembentukan CSF adalah di pleksus koroidea, di ventrikel keempat
(cauliflower-like growths of blood vessels covered by a thin layer of epithelial cells). pH CSF
diregulasi ketat dan dijaga pada 7,32. Perubahan PaCO2, tapi tidak tapi bukan pH arteri,
secara tepat mengubah pH CSF, merefleksikan kemampuan karbondioksida, tapi bukan ion
hydrogen, untuk melewat blood-brain barrier dengan mudah. Sebagai hasil, asidosis
respiratori akut atau alkalosis menghasilkan perubahan koresponding pH CSF. Transport
aktif ion bikarbonant pada akhirnya mengembalikan pH CSF di 7,32, meskipun perubahan
pH arteri menetap.
2. Reabsorpsi
Hampir semua CSF dibentuk setiap hari diserap kembali ke sirkulasi vena melalui
struktur special disebut granulasi atau vili arachnoidea.
3. Tekanan Intrakranial
Tekanan intrakranial normal (ICP) adalah
19
KESIMPULAN
Sistem Saraf Pusat mengolah informasi dari tubuh dan sekitar tubuh kemudian memberi
perintah ke organ untuk berespon. Sinyal transmisi sensori dari perubahan keadaan diterima
dan perintah baru dihasilkan secara berkelanjutan. Terdapat neurotransmitter eksitasi dan
inhibisi yang bekerja pada sistem saraf pusat untuk menjaga homeostasis tubuh. Sistem saraf
pusat di jaga oleh cairan cerebrospinal dari goncangan dan benturan.