14
ANESTESI LOKAL 1. Definisi Anestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung s ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus perifer. ala! bidang kedokteran gigi" se#ara u!u! anestesi lokal diindikasi untuk tindakan bedah yang dapat !eni!bulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pas antaranya yaitu ekstraksi gigi" apikoekto!i" gingivekto!i" gingivoplasti" bedah pulpekto!i" pulpoto!i" alveoplasti" bone grafting " i!plant" pera$atan fraktur rahang" rei!plantasi gigi avulse" perikoronitis" kista" bedah pengangkatan tu!or" bedah odonto!a dan juga penjahitan dan Flapping pada jaringan !uko%periosteu!. Sedangkan" kontraindikasi dari pe!berian anestesi lokal !eliputi& Adanya infeksi'infla!asi akut pada daerah injeksi apabila !elakukan a injeksi. (indari blocking saraf inferior gigi pada dasar !ulut atau area retr )enderita he!ofilia" Christmas Disease" Von Willebrand Disease. Alergi )enderita hipertensi )enderita penyakit hati'liver )enderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan g 2.Teknik Blok Anestesi untuk Pencabutan Gigi Rahang Bawah Anestesi blok rahang ba$ah biasanya dilakukan apabila kita !e!erlukan daer teranestesi luas !isalnya pada $aktu pen#abutan gigiposterior rahang ba$ah atau pen#abutan beberapa gigi pada satu *uadran. Tabel +. Teknik ,lok Anestesi untuk )en#abutan -igi ahang ,a$ah Teknik Saraf yang dituu Daerah yang teranestesi -o$%-ates N. /andibularis -igi !andibula setengah *uadran" !ukoperiosteu! bukal dan

TUGAS BM.doc

Embed Size (px)

Citation preview

ANESTESI LOKAL1. Definisi

Anestesi lokal didefinisikan sebagai kehilangan sensasi pada area tertentu dan terbatas yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh akibat depresi eksitasi ujung serabut saraf ataupun karena inhibisi pada proses konduksi pada nervus perifer.

Dalam bidang kedokteran gigi, secara umum anestesi lokal diindikasi untuk berbagai tindakan bedah yang dapat menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan oleh pasien, di antaranya yaitu ekstraksi gigi, apikoektomi, gingivektomi, gingivoplasti, bedah periodontal, pulpektomi, pulpotomi, alveoplasti, bone grafting, implant, perawatan fraktur rahang, reimplantasi gigi avulse, perikoronitis, kista, bedah pengangkatan tumor, bedah pengangkatan odontoma dan juga penjahitan dan Flapping pada jaringan muko-periosteum.

Sedangkan, kontraindikasi dari pemberian anestesi lokal meliputi:

Adanya infeksi/inflamasi akut pada daerah injeksi apabila melakukan anestesi secara injeksi. Hindari blocking saraf inferior gigi pada dasar mulut atau area retromolar.

Penderita hemofilia, Christmas Disease, Von Willebrand Disease.

Alergi

Penderita hipertensi

Penderita penyakit hati/liver

Penderita dengan usia lanjut perlu diperhatikan adanya kelainan hati dan ginjal.2. Teknik Blok Anestesi untuk Pencabutan Gigi Rahang Bawah

Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu quadran.Tabel 1. Teknik Blok Anestesi untuk Pencabutan Gigi Rahang Bawah

TeknikSaraf yang ditujuDaerah yang teranestesi

Gow-Gates N. MandibularisGigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membran mukosa pada daerah penyuntikan, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma, bagian posterior pipi dan region temporal

Akinosi dan FisherN. Alveolaris inferior dan N. LingualisGigi-gigi mandibula setengah quadran, badan mandibula dan ramus bagian bawah, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa didepan foramen mentalis, dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah, jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula

3. Teknik Blok Anestesi N. Palatinus

Nervus naso palatinus keluar dari foramen incisivus. Daerah yang teranestesi adalah bagian bucal dari palatum durum sampai gigi caninus kiri dan kanan. Tekniknya: a. Titik suntikan terletak sepanjang papilla insisivum yang berlokasi pada garis tengah rahang, di posterior gigi insisivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis median menuju canalis palatine anterior. Walaupun anestesi topical bisa digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus digunakan untuk injeksi nasopalatinus. Dianjurkan juga untuk melakukan anestesi permulaan jaringan yang akan dilalui jarum.

b. Jarum tersebut jarum tersebut dimasukkan kira-kira 2 mm kemudian larutan anestesi dikeluarkan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc. Jarum yang digunakan adalah jarum yang pendek ukuran 25 atau 27 gauge. Analgesia palatum pada salah satu sisi sampai ke kaninus dapat diperoleh dengan mendepositkan 0,5-0,75 ml larutan pada nervus palatina besar ketika nervus keluar dari foramen palatina besar.

c. Secara klinis, jarum dimasukkan 0,5 cm. Suntikan diberikan perlahan karena jaringan melekat erat. Mukosa dapat memutih, dan ludah dari kelenjar ludah minor dapat dikeluarkan.

Gambar 7. Teknik blok anestesi N. Palatinus3.1Blok Nervus Palatinus AnteriorSyaraf ini keluar dari foramen palatinus major. Daerah yang teranestesi adalah bagian posterior dari palatum durum mulai dari premolar.

a. Anatomi Landmark

Molar dua dan tiga maxilla. Tepi gingiva sebelah palatinal dari molar dua dan molar tiga maxilla. Garis khayal yang kita buat dari 1/3 bagian tepi gingiva sebelah palatinal ke arah garis tengah palatum

b. Indikasi

Untuk anestesi daerah palatum dari premolar satu sampai molar tiga. Untuk operasi daerah posterior dari palatum durum.

c. Teknik

Nervus palatinus anterior keluar dari foramen palatinus mayor yang terletak antara molar dua, molar tiga dan 1/3 bagian dari gingiva molar menuju garis median. Jika tempat tersebut telah ditentukan, tusuklah jarum dari posisi berlawanan mulut (bila di suntikkan pada sebelah kanan, maka arah jarum dari kiri menuju kanan). Sehingga membentuk sudut 90 dengan curve tulang palatinal. Jarum tersebut ditusukkan perlahan-lahan hingga kontak dengan tulang kemudian kita semprotkan anestetikum sebanyak 0,25-0,5 cc.

Injeksi Nervus Palatinus MajorTentukan titik tengah garis kayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan anestetikum sedikit mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.

Karena hanya bagian n.palatinus major yang keluar dari foramen palatinum majus (foramen palatinum posterior) yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen. Injeksi ke foramen atau deponir anestetikum dalam jumlah besar pada orifisium foramen akan menyebabkan teranestesinya n.palatinus medius sehingga palatum molle menjadi keras. Keadaan ini akan menyebabkan timbulnya gagging.Injeksi ini menganestesi mukoperosteum palatum dari tuber maxillae sampai ke regio kaninus dan dari garis tengah ke crista gingiva pada sisi bersangkutan.

Gambar 8. Injeksi nervus palatinus major Injeksi Sebagian Nervus PalatinusInjeksi ini biasanya hanya untuk ekstraksi gigi atau pembedahan. Injeksi ini digunakan bersama dengan injeksi supraperiosteal atau zigomatik.

Kadang-kadang bila injeksi supraperiosteal dan zigomatik digunakan untuk prosedur dentistry operatif pada regio premolar atau molar atas, gigi tersebut masih tetap terasa sakit. Disini, anestesi bila dilengkapi dengan mendeponir sedikit anestetikum di dekat gigi tersebut sepanjang perjalanan n.palatinus major.

4. Teknik Anestesi Infiltrasi untuk Rahang Atas dan Rahang Bawah

Teknik infiltrasi dapat dibedakan menjadi:

Suntikan submukosa

Istilah ini diterapkan apabila larutan didepositkan tepat dibalik membrane mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

Suntikan Supraperiosteal

Pada beberapa daerah seperti maksila, bagian kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vascular yang kecil. Pada daerah ini bila larutan didepositkan di luar periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan tulang medularis ke serabut saraf. Dengan cara ini anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntika supraperiosteal merupakan teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi.

Suntikan subperiosteal

Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan apabila tidak ada alternative lain atau apabila anestesi superficial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen.

Suntikan Intraseous

Pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Prosedur ini sangat effektif apabila dilakukan dengan bur tulang dan jarum yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Setelah suntikan supraperiosteal diberikan dengna cara biasa, dibuat incise kecil melalui mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan masuk bagi bur dan reamer kecil. Kemudian dapat dibuat lubang melalui bidang kortikal bagian luar tulang dengan alat yang sudah dipilih. Lubang harus terletak pada bagian apeks gigi sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi.

Jarum pendek dengan hubungan yang panjang diinsersikan melalui lubang dan diteruskan ke tulang, larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Teknik suntikan intraseous akan memberikan efek anestesi yang baik pada pulpadisertai gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian biasanya tulang alveolar akan terkena trauma dan cenderung tejadi rute infeksi. Prosedur asepsis yang tepat pada tahap ini merupakan keharusan. Suntikan Intraseptal

Merupakan modivikasi dari suntikan intraseous yang kadang-kadang digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila akan dipasang geligi tiruan immediate serta bila teknik supraperiosteal tidak mungkin diguakan. Jarum 27 gauge diinsersikan pada tulang lunak di crest alveolar. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang medularis serta jaringan periodontaluntuk memeberi efek anestesi. Teknik ini hanya dapat digunakan setelah diproses anestesi superficial.

5. Anestesi Infiltrasi pada Maksila

5.1 Gigi Incisive sentral, incisive lateral, dan kaninus

Gigi Incisive sentral RA dapat diberikan anestesi menggunakan teknik infiltrasi. Membran mukosa ditarik kencang dan jarum dimasukkan sedalam kira-kira 8 mm kea rah apical pada margin ginggiva. Kemudian di dorong hati-hati ke atas, melewati bawah periosteum, sampai ujung jarum mencapai apek gigi. Anestesi local didepositkan sebanyak 1 ml.

Pada gigi incisive lateral, jarum harus dimasukkan pada akar yang terendah. Selain tiu karena posisi apek akar gigi incisive yang relative dekat ke palatal, seringkali digunakan anestasi blok naso palatine untuk menjamin tersedianya anestesi pada gigi tersebut. Sedangkan pada gigi kaninus ujung jarum ditempatkan pada eminensia kaninus.TEKNIK ANESTESI1. Infiltrasi Supraperiosteal

2. Infraorbital Block

3. Nasopalatine BlockTEKNIK Intraseptal 1 | 1 ( 0,25 cc Papila insisivum ( 0,5 cm ( 0,25 cc

5.2 Gigi Premolar I dan II

Anestesi infiltrasi pada gigi premolar kedua RA menggunakan teknik yang sama dengan insicive dan kaninus. Membran mukosa ditarik kuat, kemudian jarum dimasukkan secara perlahan, buat kemiringan menuju tulangsampai ujung jarum pada apek gigi yang akan dianestesi. Eminensia kaninus dan dasar prosessus zygomatikus maksila merupakan panduan yang berguna dalam menempatkan jarum. Untuk gigi premolar pertama, jarum harus ditempatkan pada bagian fistal eminensia kaninus dan sekitar 22 mm dari ujung cusp bukal. Sedangkan untuk gigi premolar kedua, diempatkan di mesial dasar prosessus zygomatikus dan sekitar 21 mm dari ujung cusp bukal.TEKNIK ANESTESIInfiltrasi Supraperiosteal

5.3 Gigi Molar Permanen I, II, dan III

Pemberian anestesi pada gigi permanen molar dilakukan dengan cara bukal infiltrasi. Adanya prosessus zygomatikus pada tulang maksila menyebabkan diperlukannya pemberian dua infiltrasi, yang pertama pada mesial prosessus zygomaticus untuk akar mesio distal, yang kedua diberikan pada bagian distal untuk akar disto bukal. Untuk akar mesio bukal ujung jarum sebaiknya sekitar 23 mm dari cusp mesio bukal. Sedangkan untuk akar disto bukal lebih pendek, sekitar 21 mm dari csusp disto bukal. Akar palatal yang terlalu jauh dari kortek bukal maksila yang terbagi, memerlukan adanya infiltrasi palatal. Untuk mencapainya diunakan jarum yang pendek, kira 3-4mm yang amsuk ke mukosa palatal, sekitar 8 mm dari apical ke margin ginggiva.TEKNIK ANESTESI1. Infiltrasi Supraperiosteal

2. PSA Nerve Block

Tabel 3. Gigi maksila dan teknik infiltrasi

GigiAnestesi pulpaJaringan lunak

BukalPalatal

InsisifIncisive(Inc)IANBIANB

Inferior alveolar (IANB)GGGG

Gow-Gates (GG)VAVA

Vazirani-Akinosi(VA)IncPDL

Periodontal ligament (PDL) injectionISIS

Intraseptal (IS)MentalInf

Intraosseous (IO)PDLIO

Infiltration (lateral incisor only)Inf

IO

CaninesInferior alveolarIANBIANB

Gow-GatesGGGG

Vazirani-AkinosiVAVA

IncisiveIncPDL

Periodontal ligament innjectionPDLIS

IntraseptalISInf

IntraosseousIOIO

Inf

Mental

PremolarInferior alveolarIANBIANB

Gow-GatesGGGG

Vazirani-AkinosiVAVA

IncisiveIncPDL

Periodontal ligament injectionPDLIS

IntraseptalISIO

IntraosseousIOInf

Mental

Inf

MolarsInferior alveolarIANBIANB

Gow-GatesGGGG

Vazirani-AkinosiVAVA

Periodontal ligament injectionPDLPDL

IntraseptalISIS

IntraosseousIOIO

InfInf

From: Mosby. 2007. Dental Drugs Consult.USA:Elsevier.

6. Anestesi Infiltasi pada Mandibula6.1 Gigi Insisive sentral, incisive lateral, dan kaninus

Jarum ditempatkan sehingga ujung jarum kira-kira 18 mm dari tepi incisal. Secara klinis, jarum ditempatkan jauh pada sulcus labial, dan ujungnya dimasukkan kebawah periosteum. Sekitar 0,75-1 ml yang diinjeksikan.TEKNIK ANESTESI

1. Infiltrasi Supraperiosteal

2. Infiltrasi Intraoseal

6.2 Gigi Premolar I dan II

Ujung jarum ditempatkan pada sulkus bukal, dekat dengan apek gigi yang bersangkutan. Membran mukosa ditarik kuat dan ujung jarum ditempatkan secara supperiosteum dengan kemiringan kearah tulang. Sekitar 0,5-1 ml cairan didepositkan baik pada aspek labial maupun aspek ingual.TEKNIK ANESTESI

Mental Block (Mandibular Block ++)

6.3 Gigi permanen molar I,II, dan III

Teknik dasarnya sama seperti gigi premolar, berbeda pada posisi jarum dalam hubungannya dengan gigi yang bersangkutan.4. Telunjuk/ibu jari a. Lipatan mukobukal b. Margo anterior ramus c. Krista obliqua eksterna 5. Melalui Trigonum Retromolar ( Krista Obliqua Interna 6. Pipi ditarik ke bukal 7. Suntikkan dari sisi berlawanan (inter P) ( menyentuh tulang (facies interna ramus) ( 1,5 2 cm8. Aspirasi ( deponir 1 - 1,8 cc9. Tarik 1 cm ( Lingual Block ( 0,5 cc

TEKNIK ANESTESI

Mandibular Block

7. Bahan dan dosisBeberapa anastetik lokal yang sering digunakan:1. KokainHanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit.2. Prokain (novokain)Untuk infiltrasi: larutan 0.25-0.5%Blok Saraf

: 1-2%Dosis 15 mg/ kg BB dan lama kerja 30-60 menit.3. Kloroprokain (nesakain)Derivat prokain dengan masa kerja lebih pendek.

4. Lidokain (lignocaine, xylocain, lidonest)Konsentrasi efektif minimal 0.25%Infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik.Kerja sekitar 1-1.5 jam tergantung konsentrasi larutan.Larutan standar 1 atau 1.5% untuk blok perifer 0.25-0.5% + adrenalin 200.000 untuk infiltrasi

0.5% untuk blok sensorik tanpa blok motorik

1.0% untuk blok motorik dan sensorik

2.0% untuk blok motorik pasien berotot (muskular)

4.0% atau 10% untuk topikal semprot faring-laring (pump spray)

5.0% bentuk jeli untuk dioleskan di pipa trakhea

5.0% lidokain dicampur 5.0% prilokain untuk topikal kulit

5.0% hiperbarik untuk analgesia intratekal (subaraknoid, subdural).

5. Bupivacain (marcain)Konsentrasi efektif minimal 0.125%.

Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.

Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8 jam.

Untuk anastesia spinal 0.5% volum antara 2-4 ml iso atau hiperbarik.

Untuk blok sensorik epidural 0.375% dan pembedahan 0.75%.

Dosis Bupivakain untuk Dewasa

ProsedurKonsentrasi %Volume

Infiltrasi

Blok minor perifer

Blok mayor perifer

Blok interkostal

Blok epidural

Lumbal

Kaudal

Analgesi postop

Spinal intratekal0.25-0.50

0.25-0.50

0.25-0.50

0.25-0.50

0.5

0.25-0.50

0.5

0.125

0.55-60 ml

5-30 ml

20-40 ml

3-8 ml

15-20 ml

5-60 ml

4-8 ml/ 4-8 jam (intermitten)

15 ml/ jam (continue)

2-4 ml

6. EMLA (eutetic mixture of local anesthetic)

Campuran emulsi minyak dalam air (krem) antara lidokain dan prilokain masing-masing 2.5% atau masing-masing 5%. EMLA dioleskan dikulit intak 1-2 jam sebelum tindakan untuk mengurangi nyeri akibat kanulasi pada vena atau arteri atau untuk miringotomi pada anak, mencabut bulu halus atau buang tato. Tidak dianjurkan untuk mukosa atau kulit terluka.

7. Ropivakain (naropin) dan levobupivakain (chirokain)

Penggunaannya seperti bupivakain, karena kedua obat tersebut merupakan isomer bagian kiri dari bupivakain yang dampak sampingnya lebih ringan dibandingkan bupivakain. Bagian isomer kanan dari bupivakain dampak sampingnya lebih besar.

Konsentrasi efektif minimal 0.25%.

TUGAS BM-1

ANESTESI LOKAL

Disusun Oleh :

Dewi Kurniasih (04121004040)

Dosen Pembimbing :

drg. Galuh Anggraini A

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014