39
TUGAS EKONOMI MONETER II ANALISIS TINGKAT LAJU INFLASI TAHUN 2008-2012 DI KOTA SEMARANG DI susun oleh : Indah Mei Setyawati C1A012097 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

TUGAS EKONOMI MONETER II

ANALISIS TINGKAT LAJU INFLASI TAHUN 2008-2012

DI KOTA SEMARANG

DI susun oleh :

Indah Mei Setyawati C1A012097

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

2015

Page 2: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum proses pembangunan di bidang ekonomi masih terus

berlangsung meskipun belum secepat yang diharapkan. Untuk mengukur keberhasilan

pembangunan tersebut perlu diukur dengan alat yang sesuai/tepat. Guna memenuhi

harapan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan Badan Pusat Statistik Kota

Semarang adalah menyajikan data statistik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Laju

Inflasi. Perubahan data Indeks Harga Konsumen merupakan indikator ekonomi makro

yang penting untuk memberikan gambaran tentang laju inflasi suatu daerah, dan lebih

jauh lagi dapat menggambarkan pola konsumsi masyarakat. Selain sebagai salah satu

indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi

perekonomian, laju inflasi juga menunjukkan keseimbangan antara penawaran dan

permintaan barang dan jasa.

Sedang yang dimaksud dengan inflasi adalah angka yang menggambarkan

perubahan (dalam persentase) IHK yang terjadi pada suatu periode waktu dengan

periode waktu sebelumnya. Harga konsumen mencakup semua barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat secara umum, diantaranya meliputi kelompok bahan

makanan, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, perumahan, sandang,

kesehatan, pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta transpor dan komunikasi.

Periode waktu tertentu (telah ditentukan) yang dipakai sebagai dasar pembanding

disebut sebagai periode dasar atau tahun dasar. IHK pada periode tahun dasar

ditentukan = 100.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa itu inflasi ?

2. Bagaimana laju/ tingkat inflasi nasional tahun 2008-2012?

3. Bagaimana laju/ tingkat inflasi kota semarang tahun 2008-2012?

4. Bagaimana perbandingan inflasi antara kota semarang dan lainnya serta

pengaruhnya ?

Page 3: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

1.3 Tujuan

Tujuan dari publikasi ini dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang

IHK dan perkembangannya setiap tahun di Kota Semarang. Sebagai bahan

pembanding dalam publikasi ini dicantumkan pula inflasi di kota lainnya di Provinsi

Jawa Tengah yang tercakup dalam penghitungan angka inflasi nasional.

Page 4: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus

menerus. Kenaikan harga dari masing-masing barang tidak perlu sama baik secara

mutlak maupun persentasinya. Demikian pula waktu kenaikannya tidak perlu

bersamaan. Yang perlu dicatat adalah kenaikan harga umum barang tersebut terjadi

secara terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali

saja meskipun dengan persentasi yang cukup besar bukanlah merupakan inflasi.

Kecuali bila kenaikan satu harga barang mendorong kenaikan harga barang lain.

Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga.

Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga barang-barang secara umum

mengalami kenaikan dan berlangsung dalam waktu yang lama terus-menerus. Inflasi

yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekonomi dimana para pelaku

ekonomi enggan untuk melakukan spekulasi dalam perekonomian. Disamping itu juga

bisa memperburuk tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum akibat harga-harga

yang naik. Sementara inflasi yang ringan justru mempunyai pengaruh yang positif

dalam mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional

dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan berinvestasi.

2.2 Inflasi Nasional

Inflasi di negara Indonesia dari tahun 2008-2012 dapat di uraikan sebagai

berikut :

A. Inflasi tahun 2008

Laju inflasi selama tahun 2008 sebesar 11,06 persen, dengan pola inflasi

terbesar menyebar pada bulan Januari, Mei dan Juni di semester pertama tahun

2008, yaitu masing-masing berturut-turut sebesar 1,77 persen, 1,41 persen dan

2,46 persen serta 1,37 persen di bulan Juli semester kedua.

Jika dilihat selama semester pertama pada tahun 2008 ternyata inflasi

tertinggi terjadi di bulan Juni 2008 sebesar 2,46 persen sedangkan di semester

kedua mencapai 1,37 persen terjadi pada bulan Juli 2008. Bahkan di semester

Page 5: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

kedua terutama pada bulan Desember sempat mengalami deflasi sebesar 0,04

persen dan inflasi terkecil selanjutnya terjadi di bulan November yang mencapai

0,12 persen.

Selama tahun 2008 inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan

makanan sebesar 16,35 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau sebesar 12,53 persen dan kelompok pengeluaran untuk perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar sebesar 10,92 persen, kelompok kesehatan sebesar

7,96 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok

sandang masing-masing mengalami inflasi sebesar 7,49 persen dan 7,33 persen.

Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil terjadi pada

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 6,86 persen.

Tingginya inflasi kelompok bahan makanan disebabkan oleh tingginya

perubahan harga yang terjadi pada beberapa komoditi seperti yang terjadi pada

sub kelompok kacang-kacangan hingga mencapai 43,83 persen, sub kelompok

ikan diawetkan sebesar 26,59 persen, kelompok ikan segar sebesar 25,40 persen

dan sub kelompok sayur-sayuran mencapai 22,05 persen. Sedangkan inflasi yang

terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seperti biasa

disebabkan oleh tingginya perubahan harga yang terjadi pada sub 6 kelompok

makanan jadi. Di kelompok sandang, inflasi sangat didominasi oleh perubahan

harga yang terjadi pada sub kelompok barang pribadi (seperti emas) dan sandang

lainnya

B. Inflasi tahun 2009

Laju inflasi nasional selama tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat

signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 2,78 persen.

Penurunan inflasi yang sangat besar terjadi mencerminkan keadaan ekonomi yang

stabil terutama setelah pemilihan presiden. Pola inflasi terbesar menyebar pada

bulan Pebruari dan Maret di semester pertama tahun 2009 bahkan pada bulan

Januari dan April terjadi deflasi masing-masing sebesar -0,07 persen dan -0,31

persen. Sedangkan pada semester dua inflasi terbesar terjadi pada bulan

September (Puasa dan Lebaran) sebesar 1,05 persen dan pada bulan November

terjadi deflasi sebesar – 0,03 persen.

Page 6: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Jika dilihat selama semester pertama pada tahun 2009 ternyata inflasi

tertinggi terjadi di bulan Maret sebesar 0,22 persen sedangkan di semester kedua

mencapai 1,05 persen terjadi pada bulan September 2009. Bahkan di semester

kedua terutama pada bulan November sempat mengalami deflasi sebesar -0,03

persen dan inflasi terkecil selanjutnya terjadi di bulan Oktober yang mencapai

0,19 persen.

Selama tahun 2009 inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 7,81 persen, diikuti dengan kelompok

sandang sebesar 6,00 persen dan kelompok pengeluaran untuk kesehatan; dan

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga masing-masing sebesar 3,89 persen,

kelompok bahan makanan sebesar 3,88 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran

transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar -3.67

persen.

Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau disebabkan oleh tingginya perubahan harga yang terjadi pada

sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Di kelompok sandang, inflasi

sangat didominasi oleh perubahan harga yang terjadi pada sub kelompok barang

pribadi (seperti emas) dan sandang lainnya. Sedangkan pada kelompok transpor,

kemunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi, sumbangan terbesar pada

kelompok transpor sebesar -5,54 persen.

Page 7: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

C. Inflasi tahun 2010

Selama tahun 2010 laju inflasi mencapai 6,96 persen, dengan inflasi

tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 1,57 persen. Perkembangan harga

berbagai komoditas pada bulan Juli 2010 menunjukkan adanya kenaikan secara

umum. Kenaikan harga tersebut terlihat pada kelompok bahan makanan;

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga; serta kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan.

Kenaikan harga selama bulan Juli 2010 terjadi pada komoditas: beras, jasa

perpanjangan STNK, daging ayam ras, cabai merah, bawang putih, cabai rawit,

ikan segar, telur ayam ras, bawang merah, kentang, nasi dengan lauk, gula pasir,

tarif kontrak rumah, tarif angkutan udara, daging sapi, kangkung, cabai hijau,

wortel, apel, jeruk, ayam goreng, rokok kretek filter, tarif sewa rumah, upah

tukang bukan mandor, bahan bakar rumahtangga, uang sekolah SD, uang sekolah

SLTP, uang sekolah SLTA, uang kuliah Akademi/Perguruan Tinggi dan jasa

pembuatan SIM. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah:

emas perhiasan, tomat sayur, tomat buah dan minyak goreng.

Sedangkan pada bulan Maret 2010 terjadi deflasi sebesar 0,14 persen,

dimana dari 66 kota terdapat 47 kota mengalami deflasi dan 19 kota mengalami

inflasi. Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh

penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,91 persen. Komoditas

yang mengalami penurunan harga selama bulan Maret 2010 antara lain: beras,

cabe merah, ikan segar, cabe rawit, emas perhiasan, gula pasir, bahan bakar

rumahtangga dan telepon seluler.

Angka inflasi cenderung tinggi/meningkat ketika lebaran karena

kecenderungan peningkatan harga bahan makanan, makanan jadi dan sandang.

Lebaran pada tahun 2010 jatuh pada awal bulan September tetapi terlihat bahwa

inflasi pada bulan September 2010 sebesar 0,44 persen, lebih rendah dibandingkan

inflasi bulan Agustus 2010 sebesar 0,76 persen, hal ini terjadi karena peningkatan

konsumsi untuk menyambut lebaran dilakukan pada bulan Agustus. Hal ini

terlihat dari beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga secara

signifikan pada bulan Agustus 2010 yaitu: beras, ikan segar, tariff angkutan udara,

Page 8: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

daging ayam ras,daging sapi, cabai rawit, minyak goring, nasi dengan lauk, mie

kering instan, bayam, kentang, papaya, pisang, ketupat/lontong sayur, mie, gula

pasir, rokok kretek dan rokok kretek filter.

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi terbesar (15,64 persen)

terutama sub kelompok bumbu-bumbuan diikuti padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya serta sayursayuran. Kelompok makanan jadi, minumam, rokok dan

tembakau mengalami inflasi terbesar kedua yaitu sebesar 6,96 persen. Hal ini

lebih dipicu oleh naiknya permintaan bahan makanan untuk persiapan hari-hari

besar agama.

Kelompok kesehatan serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan pada tahun 2010 cenderung rendah yaitu hanya berkisar sekitar 2

persen. Sub kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi sebesar

0,67 persen sedangkan jasa keuangan mengalami perubahan yang tidak terlalu

besar dan cenderung stabil.

D. Inflasi tahun 2011

Laju inflasi selama tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun

2011, dimana inflasi pada tahun 2011 adalah sebesar 3,79 persen. Inflasi ini lebih

rendah dibandingkan asumsi APBN-P 2011 yang ditetapkan sebesar 5,65 persen.

Dari kondisi itu memberikan gambaran bahwa dibandingkan tahun 2010,

pemerintah lebih siap memasok bahan makanan dan makanan jadi. Rendahnya

inflasi ini juga merupakan keberhasilan pemerintah dan Bank Indonesia dalam

mengendalikan harga pangan dan barang-barang yang masuk dalam kelompok

inflasi inti. Selama tahun 2011 inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu

sebesar 0,93 persen. Hal ini lebih dipicu oleh naiknya permintaan bahan makanan

untuk persiapan hari raya agama. Inflasi pada bulan tersebut terjadi karena adanya

kenaikan harga yang cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh naiknya indeks

pada kelompok bahan makanan; kelompok sandang; kelompokan pendidikan,

rekreasi, dan olahraga; dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Sepanjang tahun 2011 terjadi deflasi pada bulan Maret (0,32 persen), bulan

April (0,31 persen) dan bulan Oktober (0,12 persen). Deflasi Maret, April dan

Oktober terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya

Page 9: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

indeks pada kelompok bahan makanan terutama sub kelompok bumbu-bumbuan

serta daging dan hasil-hasilnya. Penyebab deflasi pada bulan Maret selain

dikarenakan penurunan harga dan stabilisasi harga yang dilakukan oleh

pemerintah juga disebabkan oleh penguatan nilai rupiah. Deflasi pada bulan Maret

ini merupakan deflasi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir seiring dengan

turunnya harga sejumlah barang dan komoditas.

Deflasi pada bulan April masih terjadi karena pada bulan ini musim panen

masih terus berlanjut dan rupiah semakin menguat terhadap dollar serta kebijakan

pemerintah yang membebaskan bea masuk 57 komoditas pangan sehingga

kebijakan itu akan membantu mengurangi pangan impor. Sedangkan deflasi pada

bulan Oktober terjadi karena penurunan harga emas dan pengaruh krisis global

sehingga nilai ekspor mengalami penurunan. Kondisi deflasi sebenarnya cukup

baik namun apabila terjadi secara terus-menerus akan menjadi tidak baik karena

ini dapat menggambarkan perekonomian yang tidak bergerak. Deflasi nasional

selama tahun 2011 tidak menjadi masalah yang serius karena masih memberikan

konstribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Page 10: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Secara umum penyebab inflasi tahun 2011 adalah tingginya harga

komoditas internasional, harga minyak dunia yang terus meningkat, meningkatnya

permintaan beberapa komoditas terutama pangan, serta rencana kebijakan

pemerintah yang akan menaikkan tarif LPG, TDL dan pengurangan BBM

bersubsidi. Komoditi penyebab inflasi pada tahun 2011 adalah: beras, cabe merah,

rokok kretek, angkutan lebaran, sewa rumah dan tarif uang kuliah. Agustus 2011,

emas menjadi penyebab tertinggi inflasi namun hanya memberikan kontribusi

sebesar 0,19 persen hal ini disebabkan oleh lamanya efek dari penurunan harga

emas tersebut terhadap perekonomian.

E. Inflasi tahun 2012

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia sepanjang tahun

2012 mencapai 4,3%. Angka inflasi tahun ini merupakan angka terendah selama 2

tahun terakhir, yaitu tahun 2011 sebesar 7,39% dan 2010 sebesar 6,39%. Inflasi

tahun 2012 tersebut jauh dibawah target pemerintah dalam APBN-P 2012 yang

ditetapkan sebesar 6,8%. Laju inflasi tahun 2012 yang hanya mencapai 4,3%

merupakan hal yang positif, akan tetapi hal ini disebabkan karena tidak adanya

kenaikan BBM di tahun 2012.

2.3 Inflasi kota Semarang

Inflasi di kota Semarang dalam tahun 2008-2012 dapat diuraikan sebagai

berikut :

A. Inflasi kota Semarang tahun 2008

Laju inflasi Kota Semarang selama kurun waktu enam bulan pertama

mencapai 7,12 persen, dan 10,34 persen selama tahun kalender. Pola ini tidak jauh

berbeda dengan pola nasional dimana laju inflasi dienam bulan pertama mencapai

7,37 persen dan 11,06 persen untuk kurun waktu satu tahun . Namun bila dilihat

inflasi bulanan, inflasi tertinggi terjadi di bulan Juni sebesar 2,40 persen disusul

bulan Maret sebesar 1,47 persen. Pada tahun 2008 Kota Semarang juga

mengalami deflasi sama seperti kondisi nasional yang terjadi pada bulan

Page 11: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Desember yaitu sebesar 0,42 persen atau sepuluh kali lebih tinggi dari angka

nasional yang hanya mencapai 0,04 persen.

Grafik Inflasi Umum Kota Semarang 2008-2009

Naiknya inflasi yang terjadi pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007

disebabkan oleh tingginya perubahan harga beberapa komoditi pada kelompok

pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau hingga mencapai 13,23

persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah kelompok bahan makanan

sebesar 12,93 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

sebesar 12,00 persen, kelompok kesehatan sebesar 8,44 persen. Sedangkan 7

kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor,

kommunikasi dan jasa keuangan yang hanya sebesar 4,88 persen. Inflasi yang

terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman , rokok dan tembakau didorong

oleh kenaikan harga beberapa komoditi seperti yang terjadi pada sub kelompok

makanan jadi yang mencapai 16,46 persen, sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol sebesar 11,51 persen, dan sub kelompok minuman tidak beralkohol

sebesar 2,91 persen. Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan

makanan sedikit banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga sub kelompok daging

dan hasi-hasilnya (28,22 persen). Begitu juga perubahan harga sebesar 26,49

persen pada sub kelompok sayur-sayuran dan perubahan harga sebesar 20,86

persen pada sub kelompok ikan segar cukup berpengaruh pada kenaikan inflasi

kelompok bahan makanan.

Page 12: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

B. Inflasi Kota Semarang Tahun 2009

Laju inflasi Kota Semarang selama kurun waktu enam bulan pertama

tahun 2009 mencapai 0,78 persen, dan 3,19 persen selama tahun kalender. Pola ini

agak jauh berbeda dengan pola nasional dimana laju inflasi di enam bulan pertama

mencapai 0,21 persen dan 2,78 persen untuk kurun waktu satu tahun. Namun bila

dilihat inflasi bulanan, inflasi tertinggi terjadi di bulan September sebesar 1,17

persen disusul bulan Maret sebesar 0,67 persen. Pada tahun 2009 Kota Semarang

juga mengalami deflasi sama seperti kondisi nasional yang terjadi pada bulan

Januari (-0,09%), April (-0,17%) dan November (-0,27%).

Turunnya inflasi yang terjadi pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008

disebabkan oleh rendahnya perubahan harga beberapa komoditi pada kelompok

pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah

kelompok sandang sebesar 7,67 persen, hal ini menggambarkan bahwa Kota

Semarang merupakan salah satu pusat perdagangan sandang, kelompok

berikutnya adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 6,83

persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,37 persen, kemudian kelompok bahan

makanan sebesar 2,86 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami

deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang hanya

sebesar -3,06 persen.

Inflasi yang terjadi pada kelompok sandang didorong oleh kenaikan harga

barang pribadi dan sandang lainnya. Sedangkan kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditi

seperti yang terjadi pada sub kelompok makanan jadi yang mencapai 4,25 persen,

sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 7,10 persen, dan sub

kelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 17,28 persen.

Page 13: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Sedangkan inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sedikit

banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga sub kelompok daging dan hasi-

hasilnya (5,02 persen). Begitu juga perubahan harga sebesar 25,09 persen pada

sub kelompok bumbu-bumbuan dan perubahan harga sebesar 6,02 persen pada

sub kelompok ikan diawetkan cukup berpengaruh pada kenaikan inflasi

kelompok bahan makanan.

C. Inflasi Kota Semarang tahun 2010

Inflasi kota Semarang lebih rendah dibanding dengan angka nasional yaitu

sebesar 6,90 persen. Pada semester pertama laju inflasi kota Semarang sebesar

2,25 persen dan pada semester kedua sebesar 4,65 persen. Nampak di semester

dua inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli (1,73 persen) , menurun dibulan

Agustus dan meningkat kembali di bulan September sedangkan di bulan Maret

sempat mengalami deflasi sebesar 0,20 persen namun meningkat lagi di bulan

Desember menjadi 0,70 persen. Pola inflasi bulanan pada tahun 2010 di kota

Semarang hampir sama dengan nasional. Inflasi yang tinggi terjadi di semester

kedua, pada bulan Juli, September dan Desember dimana terdapat peningkatan

harga dan kecenderungan peningkatan konsumsi barang dan jasa pada masa

liburan sekolah menjelang tahun ajaran baru serta perayaan hari raya agama.

Inflasi daging, ikan segar, lemak dan minyak, penyelenggaraan rumahtangga, jasa

pendidikan dan transpor cukup tinggi pada bulan September. Inflasi bahan

makanan tertinggi terjadi pada bulan Juli (5,04 persen); inflasi makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau tertinggi terjadi pada bulan Januari (1,21 persen);

Page 14: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terjadi pada bulan September

(1,10 persen); inflasi sandang tertinggi terjadi pada bulan November (1,25

persen); inflasi kesehatan tertinggi terjadi pada bulan Oktober (0,38 persen);

inflasi pendidikan, rekreasi dan olahraga tertinggi terjadi pada bulan September

(1,87 persen); sedangkan inflasi transpor, komunikasi dan jasa keuangan tertinggi

terjadi pada bulan Juli (2,84 persen). Kondisi inflasi yang tinggi pada bulan Juli

terdapat pada kelompok bahan makanan, sub kelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan serta sarana dan penunjang transpor. Sedangkan pada bulan Maret

kota Semarang sempat mengalami deflasi sebesar 0,20 persen. Hal ini lebih

disebabkan adanya penurunan harga pada beberapa komoditi dan perubahan stok

bahan makanan pada bulan tersebut akibat panen dibanyak daerah membuat

hargaharga komoditi bahan makanan (seperti beras, ikan segar dan bumbu-

bumbuan) menurun. Deflasi padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (seperti

beras) mengalami deflasi hingga bulan Mei. Terjadi pula deflasi pada sub

komoditi sandang pada bulan Februari (0,07 persen) dan April (0,02 persen).

Inflasi barang pribadi dan sandang lain meningkat pada bulan Juni untuk

menyambut tahun ajaran baru di bukan Juli. Sandang laki-laki meningkat dibulan

Agustus dan sandang wanita meningkat dibulan September

D. Inflasi kota Semarang tahun 2011

Inflasi Kota Semarang pada 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010

yaitu sebesar 2,84 persen, tidak jauh berbeda dengan inflasi nasional yang juga

turun pada tahun 2011 ini. Laju inflasi disemester pertama lebih rendah dari pada

semester kedua karena pada semester pertama terdapat 3 kali deflasi yaitu pada

bulan Pebruari, Maret dan April, sedangkan deflasi pada semester kedua terjadi di

bulan Oktober. Namun jika dilihat bulanan, inflasi tertinggi ada pada bulan Juli

yaitu 0,67 persen, kemudian bulan Januari sebesar 0,60 persen dan diikuti bulan

Agustus sebesar 0,57 persen.

Page 15: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok

sandang hingga mencapai 5,46 persen. Kelompok pengeluaran berikutnya adalah

kelompok pendidikan sebesar 4,78 persen, kelompok perumahan sebesar

3,35persen, kelompok makanan jadi sebesar 2,89 persen, kelompok kesehatan

sebesar 2,35 persen, kelompok bahan makanan sebesar 2,06 persen. Sedangkan

kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor

yang hanya sebesar 1,67 persen.

Inflasi yang tinggi pada bulan Januari ada pada bumbu-bumbuan, ikan

segar, beras, lemak dan minyak, serta buah-buahan. Demikian halnya pada bulan

Mei yaitu pada jasa perawatan jasmani, lemak dan minyak. Beras; telur, susu, dan

hasil-hasilnya; buah-buahan; bumbu-bumbuan; bahan makanan lainnya;

tembakau dan minuman beralkohol memberikan andil cukup tinggi untuk inflasi

bulan Juni. Inflasi yang tinggi pada bulan Juli terjadi pada beras; daging dan

hasil-hasilnya; telur, susu, dan hasil-hasilnya; sayur-sayuran; buahbuahan; bahan

makanan lainnya; kursus-kursus/pelatihan; serta perlengkapan/peralatan

pendidikan. Pada bulan Agustus yaitu barang pribadi dan sandang lain, jasa

pendidikan, perlengkapan/peralatan pendidikan serta transpor. Tembakau dan

minuman beralkohol; biaya tempat tinggal; barang pribadi dan sandang lain; jasa

kesehatan; jasa pendidikan serta beberapa komoditi bahan makanan adalah

pemicu inflasi bulan September. Walaupun bulan Oktober mengalami deflasi,

terjadi inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan jasa perawatan jasmani.

Inflasi yang tinggi pada bulan November dan Desember terdapat pada kelompok

Page 16: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

bahan makanan. Deflasi pada bulan Pebruari terjadi pada kelompok bahan

makanan (1,17 persen), pada bulan Maret terjadi pada kelompok bahan makanan

(1,89 persen) serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,01 persen).

Deflasi pada bulan April terjadi pada kelompok bahan makanan (2,73 persen),

kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,02 persen) serta kelompok

transpor, komunikasi dan jasa keuangan (0,05 persen). Sedangkan deflasi pada

bulan Oktober ada pada kelompok bahan makanan (0,64 persen), kelompok

sandang (0,45 persen) serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

(0,87 persen).

E. Inflasi kota Semarang 2012

Inflasi Tahun Kalender 2012 di Kota Semarang masih berkisar 4,30 %.

Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Agustus 0,88% dan terendah pada bulan

September sebesar -0,09% atau terjadi deflasi. Pada bulan Agustus terjadi inflasi

sebesar 0,88% terutama disebabkan karena adanya kenaikan indeks pada

kelompok Pendidikan, rekreasi (2,09%) dan kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau (1,71%), sedangkan indek kelompok yang mengalami

kenaikan relative kecil yaitu kelompok perumahan (0,13%) dan kesehatan

(0,37%).

Inflasi terendah pada tahun 2012 terjadi dibulan September, akibat inflasi

bulan Agustus yang tinggi pada bulan september justru terjadi deflasi sebesar -

0,09%. Hal ini disebabkan dibeberapa kelompok justru mengalami penurun.

Penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar -0,57%, kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau -0,05%, transportasi -0,05 %.

Sedangkan kelompok yang lain pada bulan September mengalami kenaikan yang

variatif, kenaikan terbesar terjadi pada kelompok sandang yaitu sebesar 1,09 %.

Bulan terakhir di Tahun 2012 yaitu Desember terjadi inflasi sebesar

0,43%, lebih tinggi 0,42% dibanding inflasi bulan November. Inflasi sebesar

0,43% terutama disebabkan adanya peningkatan indeks pada kelompok bahan

makanan sebesar 1,39%, perumahan (0,29%), sandang (0,25%). Kenaikan indek

kelompok ini diakibatkan karena meningkatnya kebutuhan kelompok bahan

makanan dan sandang menjelang perayaan Natalan dan Tahun Baru. Dari

beberapa kota di sekitar Kota Semarang, Kota Demak, Kota Kendal dan Kota

Salatiga, selama satu tahun kalender 2012, inflasi tertinggi terjadi di Kota

Page 17: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Semarang sebesar 4,85%. Inflasi Kota Semarang 4,56% berada diurutan kedua

tertinggi diantara kota-kota sekitarnya sedangkan inflasi terendah di Kota Kendal

sebesar 3,96%.

Inflasi Kota Semarang lebih tinggi 0,32% dari inflasi Jawa Tengah yang

sebesar 4,24%. Secara umum inflasi tahun kelander di Semarang dan kota kota di

Propinsi Jawa Tengah yang masih dibawah 2 digit, hal ini menunjukkan

perekonomian dalam kondisi relatif stabil

2.4 Perbandingan inflasi Semarang dengan daerah lain

A. Perbandingan inflasi tahun 2008

1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah

Laju inflasi Kota Semarang lebih rendah bila dibandingkan Kota

Purwokerto yang mencapai 12,06 persen, namun lebih tinggi dari Kota Tegal

sebesar 8,52 persen dan Surakarta hanya sebesar 6,96 persen.

Dilihat dari pola setiap enam bulan, terlihat pola yang sama dari

keempat kota dibandingkan dengan pola nasional. Laju inflasi dari Januari

sampai dengan Desember 2008 cenderung meningkat hampir dua kali lipat

jika dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2008 terlihat ada satu bulan disetiap

kota mengalami deflasi, seperti Kota Semarang, Surakarta dan Tegal

mengalami deflasi pada bulan Desember . Namun untuk Kota Purwokerto

mengalami deflasi di bulan November. Perbedaan kondisi ini sangat

dipengaruhi oleh persediaan dan permintaan barang dan jasa di masing-masing

daerah.

Perubahan harga di sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok

ikan segar cukup berpengaruh pada perubahan inflasi yang terjadi di kelompok

pengeluaran bahan makanan, dimana kelompok bahan makanan di Kota Tegal

dan Purwokerto mengalami inflasi terbesar dibandingkan dengan kelompok

pengeluaran lainnya. Sedangkan untuk Kota Semarang kelompok pengeluaran

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menunjukkan adanya kenaikan

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok pengeluaran lainnya. Di

Kota Surakarta kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan

baker mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok

pengeluaran lainnya.

Page 18: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

2. Perbandingan inflasi enam ibu kota besar di pulau jawa

Enam ibukota besar di Pulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,

Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya semuanya mengalami inflasi. Inflasi

tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 13,91 persen kemudian disusul oleh

Kota Jakarta sebesar 11,11 persen, yang berarti inflasi di kedua ibukota

tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 11,06 persen. Kota Semarang,

Bandung dan Yogyakarta masing-masing mengalami inflasi sebesar 10,34

persen, 10,23 persen, 9,88 persen. Sedangkan inflasi terendah dari keenam

kota tersebut adalah Kota Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 8,73

persen.

B. Perbandingan inflasi tahun 2009

1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah

Laju inflasi Kota Semarang tahun 2009 sebesar 3,19 persen lebih

rendah bila dibandingkan Kota Tegal yang mencapai 5,83 persen, namun lebih

tinggi dari Kota Purwokerto sebesar 2,83 persen dan Surakarta hanya sebesar

2,63 persen. Dilihat dari pola setiap enam bulan, terlihat mempunyai

kecenderungan pola yang sama dari keempat kota dibandingkan dengan pola

nasional. Laju inflasi dari Januari sampai dengan Desember 2009 cenderung

relatif kecil dibandingkan pada tahun 2008. Pada tahun 2009 dari pemantauan

terlihat ada tiga bulan di dua kota yang mengalami deflasi yaitu Kota

Semarang dan Surakarta yang terjadi pada bulan Januari, april dan November,

sedangkan Kota Purwokerto mengalami deflasi dua kali pada bulan Januari

dan April namun untuk Kota Tegal selama tahun 2009 terjadi deflasi pada

bulan Maret dan Oktober. Perbedaan kondisi ini sangat dipengaruhi oleh

persediaan dan permintaan barang dan jasa di masing-masing daerah.

Page 19: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

2. Perbandingan inflasi enam ibu kota di pulau jawa

Enam ibukota besar di pulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,

Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2009 semuanya mengalami

inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 4,57 persen kemudian

disusul oleh Kota Surabaya sebesar 3,39 persen, yang berarti inflasi di kedua

ibukota tersebut lebih tinggi dari angka nasional sebesar 2,78 persen. Kota

Semarang, Jakarta dan Yogyakarta masing-masing mengalami inflasi sebesar

3,19 persen, 2,34 persen, 2,93 persen. Sedangkan inflasi terendah dari enam

kota tersebut adalah Kota Bandung yang mengalami inflasi sebesar 2,11

persen

C. Perbandingan inflasi tahun 2010

1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah

Empat kota besar yang dibandingkan adalah Semarang, Surakarta,

Purwokerto, dan Tegal. Secara umum inflasi di ke empat kota besar tersebut

lebih rendah daripada inflasi nasional. Inflasi bahan makanan tertinggi terjadi

di kota Surakarta (21,62 persen). Inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau tertinggi ada pada kota Semarang (7,30 persen). Inflasi perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar terjadi di kota Semarang (3,63 persen) dan

kota Tegal (3,63 persen). Inflasi sandang tertinggi ada pada kota Semarang

Page 20: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

(6,29 persen), inflasi kesehatan tertinggi ada pada kota Purwokerto (4,22

persen). Inflasi pendidikan, rekreasi, dan olahraga tertinggi terjadi pada kota

Tegal (5,48 persen). Inflasi transpor, komunikasi dan jasa keuangan tertinggi

ada pada kota Semarang (3,62 persen). Selama tahun 2010 terdapat deflasi di

beberapa sub kelompok. Kota Semarang mengalami deflasi pada sub

kelompok perlengkapan rumahtangga (28,00 persen) dan rekreasi (1,31

persen). Kota Surakarta mengalami deflasi pada sub kelompok ikan segar

(2,26 persen), ikan diawetkan (0,61 persen), buah-buahan (0,85 persen),

perlengkapan rumahtangga (0,18 persen) dan perlengkapan/peralatan

pendidikan (0,11 persen). Kota Purwokerto mengalami deflasi pada sub

kelompok ikan diawetkan (1,44 persen), kacangkacangan (1,16 persen), buah-

buahan (0,02 persen), serta komunikasi dan pengiriman (1,41 persen). Kota

Tegal hanya mengalami deflasi pada sub kelompok ikan segar (1,20 persen),

dan ikan diawetkan (7,76 persen). Terdapat kesamaan pola inflasi pada empat

kota besar tersebut untuk sub kelompok bumbu-bumbuan, tembakau dan

minuman beralkohol, biaya tempat tinggal, barang pribadi dan sandang lain,

jasa pendidikan serta sarana dan penunjang transport

2. Perbandingan inflasi enam ibu kota di jawa tengah

Enam kota besar yang dibandingkan adalah Semarang, Jakarta, Serang,

Bandung, Yogyakarta, Surabaya. Dari keenam kota besar tersebut yang

mempunyai angka diatas nasional yaitu Yogyakarta (7,38 persen), Surabaya

(7,33 persen) dan Semarang (7,11) .

Pada tahun ini, Surabaya mengalami inflasi yang tinggi untuk

kelompok sandang (8,38 persen); pendidikan, rekreasi, dan olahraga (5,81

persen); serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan (3,66 persen).

Yogyakarta mengalami inflasi yang tinggi pada kelompok bahan makanan

(18,86 persen); perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (5,49 persen);

serta kesehatan (1,97 persen). Inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau tertinggi terjadi pada kota Jakarta (8,89 persen). Pada

tahun 2010 ini terdapat deflasi untuk kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan di kota Jakarta (3, 67 persen), Bandung (5,96 persen) dan

Yogyakarta (1,23 persen).

Bumbu-bumbuan di kota Semarang, Serang, Bandung, Yogyakarta dan

Surabaya mengalami perubahan harga yang paling tinggi dibandingkan sub

Page 21: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

kelompok pada kelompok bahan makanan lainnya, sedangkan di Jakarta yang

tertinggi perubahan harganya adalah sub kelompok padi-padian, umbi-umbian

dan hasilnya (38,74 persen). Tembakau dan minuman beralkohol di kota

Semarang, Serang, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya mengalami perubahan

harga yang paling tinggi dibandingkan sub kelompok lainnya pada kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; sedangkan di Jakarta yang

tertinggi perubahan harganya adalah sub kelompok makanan jadi (11,09

persen).

D. Perbandingan inflasi tahun 2011

1. Perbandingan inflasi empat kota di jawa tengah

Laju inflasi di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto dan Tegal lebih

rendah dibandingkan nasional. Inflasi tertinggi ada pada kota Purwokerto (3,40

persen), diikuti kota Semarang (2,87 persen) kemudian kota Tegal (2,68

persen) sedangkan inflasi terendah ada pada kota Surakarta (1,93 persen).

Awal tahun 2011 terjadi inflasi yang cukup tinggi untuk komoditas cabe

dikarenakan pengaruh cuaca ekstrim yang menyebabkan hujan sehingga

mengakibatkan gagal panen untuk cabe. Selama tahun 2011 kota Semarang

dan Surakarta mengalami deflasi sebanyak 4 kali, kota Tegal mengalami

deflasi sebanyak 3 kali sedangkan kota Purwokerto mengalami deflasi

sebanyak 2 kali. Kota Surakarta mengalami deflasi pada kelompok bahan

makanan sebesar 2,02 persen, sub kelompok yang memberikan sumbangan

cukup besar bagi deflasi pada kota ini adalah ikan segar (1,67 persen), sayur-

sayuran (1,17 persen), bumbu-bumbuan (35,13 persen) serta lemak dan

minyak (7,56 persen). Sub kelompok komunikasi dan pengiriman juga

mengalami deflasi sebesar (1,54 persen). Inflasi yang tinggi ada pada sub

kelompok bahan makanan lainnya, tembakau dan minuman beralkohol, barang

pribadi dan sandang lain serta kursus-kursus/pelatihan. Deflasi di kota

Semarang ada pada sub kelompok bumbu-bumbuan, lemak dan minyak,

minuman yang tidak beralkohol, rekreasi, komunikasi dan pengiriman. Sub

kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya serta barang pribadi dan

sandang lain merupakan sub kelompok yang memberikan andil cukup tinggi

untuk inflasi kota Semarang pada tahun 2011. Deflasi di kota Purwokerto ada

pada sub kelompok sayur-sayuran, bumbu-bumbuan, minuman tidak

Page 22: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

beralkohol, perlengkapan rumah tangga, serta komunikasi dan pengiriman.

Inflasi yang tinggi ada pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan

hasilnya; sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol serta sub

kelompok barang pribadi dan sandang lainnya.

2. Perbandingan inflasi enam kota besar di jawa tengah

Enam ibukota besar dipulau Jawa seperti Semarang, Jakarta, Serang,

Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya semuanya mengalami inflasi. Inflasi

tertinggi terjadi di kota Surabaya sebesar 4,72 persen kemudian disusul oleh

kota Jakarta sebesar 3,97 persen dan kota Yogyakarta sebesar 3,88 persen,

sedangkan inflasi di tiga kota lainnya lebih rendah daripada nasional yaitu

Semarang sebesar 2,87 persen, Serang sebesar 2,78 dan Bandung sebesar 2,75

persen. Sub kelompok bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, minuman yang

tidak beralkohol, rekreasi, komunikasi dan pengiriman mengalami deflasi

selama bulan Desember terdapat komoditi beras yang memberikan andil paling

besar untuk inflasi kota Jakarta; komoditi tukang bukan mandor, beras dan

tomat sayur memberi andil yang besar untuk inflasi Bandung; komoditi beras

dan cabe merah memberi andil yang besar untuk inflasi kota Yogyakarta;

tomat sayur memberikan andil paling besar untuk inflasi kota Surabaya;

komoditi beras, cabe merah, tomat gula memberikan andil cukup besar untuk

inflasi kota Serang; cabe merah dan beras memberikan andil cukup besar

untuk inflasi kota Semarang.

Page 23: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

E. Perbandingan inflasi tahun 2012

1. Perbandingan inflasi enam ibu kota di pulau jawa

Dari enam ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di DKI Jakarta sebesar 4,52 persen diikuti Surabaya

sebesar 4,39 persen; Bandung sebesar 4,02 persen; Serang sebesar 4,41 persen,

kota surakarta 2,87 persen, kota purwokerto 4,73 persen, kota tegal 3,09 persen ,

dan Yogyakarta sebesar 4,31 persen. Laju inflasi tahun kalender Desember 2012

dan laju inflasi “year on year” ( Desember 2012 terhadap Desember 2013 )

sebesar 4,24 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang mengalami inflasi

sebesar 7,99 persen.

Page 24: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) setiap tahun atau perubahan

Indeks Harga Konsumen (IHK) sepanjang tahun 2008-2009 menunjukkan pergerakan

yang menurun, terutama inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 10,34 persen

dan deflasi terendah terjadi pada tahun 2011 bulan november yaitu sebesar -0,27 persen.

Prosentase perubahan indeks harga Thn 2008 Kelompok pengeluaran yang mengalami

inflasi tertinggi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

hingga mencapai 13,23 persen. kelompok bahan makanan sebesar 12,93 persen,

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 12,00 persen,

kelompok kesehatan sebesar 8,44 persen. Sedangkan 7 kelompok pengeluaran yang

mengalami inflasi terkecil adalah kelompok transpor, kommunikasi dan jasa keuangan

yang hanya sebesar 4,88 persen

Thn 2009, Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah

kelompok sandang sebesar 7,67 persen, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

sebesar 6,83 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar

4,37 persen, kemudian kelompok bahan makanan sebesar 2,86 persen.

Thn 2010, inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,10 persen,

inflasi sandang tertinggi1,25 persen, inflasi kesehatan tertinggi 0,38 persen, inflasi

pendidikan, rekreasi dan olahraga tertinggi 1,87 persen, sedangkan inflasi transpor,

komunikasi dan jasa keuangan 2,84 persen. Kondisi inflasi yang tinggi pada bulan Juli

terdapat pada kelompok bahan makanan, sub kelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan serta sarana dan penunjang transpor.

Thn 2011, Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah

kelompok sandang hingga mencapai 5,46 persen, kelompok pendidikan sebesar 4,78

persen, kelompok perumahan sebesar 3,35persen, kelompok makanan jadi sebesar

2,89 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,35 persen, kelompok bahan makanan

sebesar 2,06 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi

terkecil adalah kelompok transpor yang hanya sebesar 1,67 persen.

Page 25: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

Thn 2012 terjadi inflasi sebesar 0,43%, lebih tinggi 0,42% dibanding inflasi

bulan November. Inflasi sebesar 0,43% terutama disebabkan adanya peningkatan

indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 1,39%, perumahan (0,29%), sandang

(0,25%).

Koordinasi beberapa instansi terkait dalam mengendalikan dan mencukupi

kebutuhan barang dan jasa di Semarang terutama dalam mengantisipasi kebijakan-

kebijakan pusat, misal kenaikan harga BBM, Listrik perlu ditingkatkan. Disamping

itu perlu ada perhatian yang lebih intens terkait siklus musiman seperti musim

kemarau, panen, ramadhan, dan hari raya yang cukup berpengaruh terhadap inflasi.

Namun demikian, inflasi di Semarang masih tergolong inflasi yang ringan, sehingga

mencerminkan keadaan ekonomi yang relatif stabil di Semarang.

Page 26: TUGAS EKONOMI MONETER II.doc

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda dan BPS kota semarang. 2012. “indeks harga konsumen & inflasi

kota semarang 2010/2011”

http://bappeda.semarangkota.go.id/v2/wpcontent/uploads/2013/03/zIHK2011.pdf (on-

line)

Bappeda dan BPS kota semarang. 2010. “indeks harga konsumen & inflasi

kota semarang 2008/2009”

http://bappeda.semarangkota.go.id/uploaded/publikasi/Buku_Indeks_Harga_Konsum

en_Kota_Semarang_2008_2009.pdf (on-line)

Bappeda dan BPS kota semarang . 2014. “kota semarang dalam angka”

dda_kab_semarang-libre.pdf (on-line)