Upload
tria-dia-citrasiwi
View
21
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
AKUNTANSI INTERNASIONAL
STRUKTUR BIAYA DAN PENERIMAAN USAHATANI
TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L.)
DI DESA ABIAN TUBUH UTARA KELURAHAN CAKRANEGARA SELATAN
BARU
NAMA KELOMPOK :
TRIA DIA CITRASIWI (A1C010115)
I MADE LINGGA PERMADI D. (A1C011055)
I NYOMAN SUARDIJAYA (A1C011057)
RIA AYUNING KUSUMASARI (A1C011127)
FIRDHA SURYAWANIS FADILHA (A1C211041)
GITA PARANATA (A1C211047)
TRI AYU ORDIANTI (A1C211149)
YUHANA (A1C211159)
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berusahatani merupakan upaya untuk meningkatkan produksi baik untuk tujuan
konsumsi maupun untuk tujuan meningkatkan pendapatan petani. Banyak faktor yang
mempengaruhi keputusan petani dalam usahatani yang dilaksanakan. Menurut Shanner
(1982) faktor-faktor tersebut meliputi lingkungan fisik (tanah dan agroklimat), biologi,
kondisi pengairan, ketersediaan teknologi, sistem penunjang (modal/kredit, pasar input/
output, penyuluhan dan sumber daya petani). Pada kenyataannya petani selalu diharapkan
pada berbagai kebutuhan dalam memilih usahatani komoditas yang akan diusahakan,
alokasi biaya dan pencapaian keuntungan yang tinggi.
Biaya mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan
usahatani, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan
besarnya harga pokok (biaya per unit) dari produk yang dihasilkan (Soeharjo dan Patong,
1973).
Rendahnya pendapatan usahatani erat kaitannya dengan beberapa faktor antara lain
aplikasi teknologi, luas penguasaan lahan usaha dan tingkat efisiensi usahatani. Kenaikan
harga output yang diterima petani tidak sebanding dengan kenaikan haraga input produksi
yang harus dibayar, bersama dengan semakin lambatnya peningkatan produktivitas sehingga
berakibat rendahnya tingkat efisiensi dan pendapatan usahatani. Upaya peningkatan
efisiensi usahatani bukan persoalan yang sederhana. Gugus variabel yang harus
dipertimbangkan petani sangat banyak, bukan hanya yang berdimensi teknis dan ekonomis
tetapi juga sosial budaya (Sumaryanto,.2004).
Analisis biaya dan pendapatan sangat diperlukan sebagai bahan dalam mengambil
keputusan mengenai penggunaan teknologi dan didalam memilih prioritas yang paling baik
untuk waktu yang akan datang dengan tujuan untuk meningkatkan produksi usahatani dan
memperbaiki taraf hidup (Hadisapoetro,1973). Di samping itu analisis biaya dan
pendapatan usahatani sangat diperlukan untuk menentukan kebijaksanaan pemerintah di
dalam mendorong kegairahan petani untuk meningkatkan produksi usahataninya misalnya di
dalam menentukan harga dasar, harga sarana produksi dan sebagainya.
Profitabilitas usahatani erat kaitannya dengan beberapa faktor antara lain
aplikasi teknologi, luas penguasaan lahan usaha, harga input dan harga output. Jika
kenaikan harga output yang diterima petani tidak sebanding dengan kenaikan harga input
produksi yang harus dibayar petani disertai dengan semakin lambatnya peningkatan
produktivitas berakibat rendahnya efisiensi dan pendapatan petani.
Sistem usahatani komoditas berkembang sejalan dengan berkembangnya intensifikasi
pertanian melalui teknologi benih unggul, pemupukan dan mekanisasi. Perkembangan ini
telah mampu meningkatkan produksi secara signifikan, marketable surplus dan
meningkatnya komersialisasi usahatani.
Aspek lingkungan abiotik (iklim) seperti radiasi surya, suhu maksimum dan minimum,
pola curah hujan menentukan kualitas produk, produktivitas tanaman, kecepatan tumbuh dan
penuaan tanaman (Makarim et.al, 1999). Menurut Nurmanaf et.al (2005) musim tanam
berpengaruh pula pada tingkat efisiensi dan biaya per unit produk.
Adanya perbedaan unsur iklim dari musim ke musim akan menyebabkan adanya
waktu tanam yang efisien dan efektif untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dengan
input yang sama. Untuk tanaman pangan di lahan kering ketersediaan air tanah jelas
menentukan waktu tanam yang tepat sehingga input produksi yang diberikan dapat lebih
efisien. Adanya kendala kekurangan air dapat mengurangi produktivitas potensial tanaman.
Air bagi pertanian pangan tidak hanya menentukan produktivitas tanaman tetapi juga
terhadap intensitas tanam dan luas tanam potensial (Adimihardja et.al,1999). Air tidak
selalu tersedia sepanjang tahun terutama pada musim kemarau.
Uraian di ataslah yang menggerakan hati penulis untuk melakukan penelitian ini, guna
mengetahui komponen biaya yang dikeluarkan untuk usahatani padi, serta besarnya
penerimaan yang dihasilkan dari usahatani tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Berapa biaya yang dikeluarkan oleh petani padi di Desa Abiantubuh Utara Kelurahan
Cakranegara Selatan Baru?
2. Berapa penerimaan dan keuntungan yang diperoleh petani padi di Desa Abiantubuh
Utara Kelurahan Cakranegara Selatan Baru?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh petani padi di Desa
Abiantubuh Utara Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.
2. Mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh petani padi di Desa
Abiantubuh Utara Kelurahan Cakranegara Selatan Baru.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang kami lakukan ini memeliki beberapa manfaat, antara lain :
1. Manfaat Secara Akademis
Penelitian ini dapat membantu penulis untuk memenuhi syarat tugas akhir mata kuliah
Akuntansi Internasional.
2. Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi petani yang diteliti
ataupun petani lain, dan juga calon petani, dalam melakukan usaha tani, khususnya
mengenai pengelolaan biaya. Agar dapat melakukan produksi secara lebih efisien,
sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar.
3. Manfaat Secara Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi pemerintah dalam
menentukan kebijakan penetapan harga dasar input maupun output pertanian, agar
dapat melindungi keberlangsungan usahatani di Indonesia umumnya, dan di NTB
khususnya.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Padi
Tanaman padi yang memiliki bahasa latin Oryza sativa L. ini merupakan salah satu
tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis
tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga
(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau
Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia
sekitar 1500 SM.
Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan
gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas
penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae. Terna semusim, berakar
serabut,batang sangat pendek,struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun
yang saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak,daun berbentuk lanset,warna
hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang pendek dan
jarang,bagian bunga tersusun majemuk,tipe malai bercabang,satuan bunga disebut floret yang
terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula,tipe buah bulir atau kariopsis yang tidak
dapat dibedakan mana buah dan bijinya,bentuk hampir bulat hingga lonjong,ukuran 3mm
hingga 15mm,tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut
sekam,struktur dominan padi yang biasa dikonsuksi yaitu jenis enduspermium
2.2 Proses Penanamman Padi
Hal pertama yang harus di lakukan adalah membuat tempat benih padi. Tempat ini
yang nantinya menjadi tempat benih padi ditaburkan. Benih padi ditaburkan setelah direndam
selama dua hari dua malam, ditiriskan selama 3 hari sampai muncul bakal tunas (bitik putih).
Benih padi ditaburkan di tempat yang disediakan. Sawah yang hendak ditanami padi
dialiri air dan dibajak. Bisa menggunakan bajak sapi atau mesin (tracktor). Setelah dibajak
masih perlu diratakan kembali (sorok) agar air yang mengairi nantinya tidak membuat
kubangan. Untuk musim kemarau lebih direndahkan di tepi ujung, agar air yang masuk ke
area pertanian rata hingga ke tepi. Membuat garis pada lahan yang akan ditanami padi bisa
menggunakan legowo atau sama sisi. Kemudian proses selanjutnya adalah menanam padi
tersebut yang biasa dilakukan oleh wanita.
Setelah sekitar satu minggu usia tanaman padi diberikan pupuk. Untuk kali ini
pertanian menyarankan untuk lebih banyak menggunakan pupuk kandang. Membersihkan
dari rumput, merupakan hal yang dilakukan hingga tiga kali dalam satu kali masa tanam.
Yang pertama adalah mengambil rumput tua atau rumput yang masih hidup setelah dibajak.
Kedua melandak, membersihkan tanaman padi dari rumput kecil yang baru tumbuh dengan
alat osrok atau landak. Ketiga mencabut rumput yang masih tumbuh setelah proses osrok atau
landak.
Proses selanjutnya adalah pemupukan kedua. Jadi setelah proses pembersihan dari
rumput harus dipupuk lagi. Proses pemupukan kedua ini adalah proses terakhir sebelum
panen.
Selain hal tersebut ada pula proses pemberian pestisida, namun hal ini tidak ditentukan
masanya. Pestisida diberikan saat terjadi gejala penyakit atau serangan hama. Yang menjadi
kecemasan warga untuk saat ini adalah tidak adanya pestisida untuk memerangi penyakit
Abang. Sebuah penyakit tanaman padi, yang menyerang setelah masa pembersihan rumput.
Penyakit ini awalnya berupa tanaman padi yang memerah satu helai, kemudian menyebar.
Tanaman yang terjangkit penyakit ini sudah tidak bisa dipulihakan dan gagal panen.
Tanaman yang terjangkit penyakit ini akan tetap hidup dengan warna daun orange ke
kuningan, namun tidak berbuah dan tetap pendek.
2.3 Pemanenan
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan
mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis, serta
menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi
dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap
ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 % apabila pemanen padi dilakukan secara tidak
tepat.
1. Umur Panen Padi
Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Pedoman Penanganan Pasca Panen Padi 7
a. 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.
b.Malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga merata.
c. Kadar air gabah 22 – 26 % yang diukur dengan moisture tester.
2. Alat dan Mesin Pemanen Padi
Pemanenan padi harus meng- gunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan, ekonomis dan ergo- nomis. Alat dan mesin yang digunakan untuk
memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat
dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti berkembangnya varietas baru
yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa
kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah
diintroduksikan reaper, stripper dan combine harvester. Berikut ini adalah cara-cara
pemanen padi dengan menggunakan ani-ani, sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.
a. Cara Pemanenan Padi dengan Ani-ani.
Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 – 20 mm,
panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 – 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk
memotong padi varietas lokal yang berpostur tinggi. Pemanenan padi dengan ani-ani
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong.
Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan.
Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai ter-
potong.
Kumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam ke- ranjang.
b. Cara Pemanen Padi dengan Sabit
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit terdiri 2
jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/bergerigi pada umumnya digunakan
untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur pendek seperti IR-64 dan
Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjur- kan karena dapat menekan kehilangan
hasil sebesar 3 % (Damardjati et al, 1989; Nugraha et al, 1990). Spesifikasi sabit bergerigi
yaitu:
Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ± 2 cm dan panjang 15 cm.
Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12– 16
gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong
tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara potong
bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal
thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah dilakukan bila perontokan
menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen padi dengan sabit biasa/bergerigi:
Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3 bagian
tinggi tanaman.
Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas tanaman
(tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan tangan kanan hingga
jerami terputus.
c. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip
kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini sewaktu
bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau me-
robohkan tanaman tersebut kearah samping mesin reaper dan ada pula yang mengikat
tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini
terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.
Penggunaan reaper di- anjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan
dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak
becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar
6,1 %. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper :
Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan
sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat
berputarnya mesin reaper.
Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
Pemotongan dilakukan se- kaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar
satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
d. Cara Pemanenan padi dengan Reaper Binder
Reaper binder merupa- kan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan
mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar.
Berikut ini cara peng- operasian mesin reaper binder :
Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong / panen padi
dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m
sebagai tempat berputarnya mesin stripper.
Sebelum mesin dihidup- kan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen.
Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.
Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus dan akan
terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang sudah terpotong
diikat dengan tali peng- ikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut.
Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
2.4 Sistem Panen
Sistem panen harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Pemanenan dilakukan dengan sistem beregu/kelompok.
b. Pemanenan dan perontokan dilakukan oleh kelompok pemanen.
c. Jumlah pemanen antara 5 – 7 orang yang dilengkapi dengan 1 unit pedal thresher atau
15 –20 orang yang dilengkapi 1 unit power thresher.
BAB III
TATA LAKSANA PENELITIAN
1.1 Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Desa Abiantubuh Utara, Kelurahan cakranegara Selatan
Baru. Dengan alasan petani yang menjadi subjek penelitian telah menjalani usahatani lebih
dari 30 tahun, dan hanya beliau yang masih bertahan dilingkungan tersebut. Lahan pertanian
yang berada disekitar sana telah berubah fungsi menjadi perumahan. Hal ini lah yang
membuat kami tertarik untuk mengetahui bagaimana pengelolaan biaya yang dilakukan oleh
petani bersangkutan, serta jumlah pendapatan yang diterima sehingga mampu bertahan
hingga sekarang.
1.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data adalah :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan secara langsung di lapangan pada saat proses dan kegiatan
yang dilakukan oleh petani.
2. Wawancara
Wawancara langsung dengan pemilik berkaitan dengan proses, dan hal-hal yang
belum dimengerti untuk menggali informasi lebih banyak.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi dari internet sebagai bahan refrensi
dalam mengembangkan tulisan ini.
1.3 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Peneliti melaksanakan turun lapangan sebanyak empat kali, dengan rincian sebagai berikut :
1. Tanggal 14 november 2013, meminta ijin kepada pemilik untuk melakukan penelitian.
2. Tanggal 20 november 2013, melakukan wawancara dengan pemilik, terkait dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani.
3. Tanggal 27 november 2013, melakukan pengamatan proses penyiangan (pembersihan
lahan dari hama rumput).
4. Tanggal 7 november 2013, mengkonfirmasi biaya-biaya dan hal–hal lain yang belum
diperoleh peneliti.
Bab IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Petani dan Lahan Pertanian
4.2 Analisi Biaya dan Pendapatan
TABEL PENDAPATAN, BIAYA DAN KEUNTUNGAN
NO
KOMPONEN BIAYA HARGA VOLUME BIAYA/skali
tanam Total
biaya/tahun
A. BIAYA SARANA PRODUKS
per satuan (Rp) (Rp) (Rp)
1 Sewa Lahan 1.000.000
3.000.000
2 Benih 10.000 22 kg
220.000
660.000
3 Pembuatan persemaian
4Pemupukan persemaian + obatt untuk beniha. urea 2.000 200 kg 400.000 1.200.000
b. SP 36 3.400 100 kg
340.000
1.020.000
5Gegaleng/merapikan pematang
6 penyemprotan
a. Obat 20.000 65 bungkus
1.300.000
3.900.000
b. Matador 40.000
120.000
7 Pangsang 30.000 2 kg
60.000
180.000
Sub Total A 3.360.000
10.080.000
B. TENAGA KERJA
1Persiapan Olah Lahan (Termasuk traktor)
10.000 60 orang
600.000
1.800.000
2 Tanam 600.000
1.800.000
3 Nyabut bibit 421.000
1.263.000
4 Pemupukan 50.000 2 orang
100.000
300.000
5 Penyiangan (nyabut rumput) 40.000 10 orang
400.000
1.200.000
6 Penyemprotan 50.000 2 orang
100.000
300.000
7 Panen 3.500 360 kg
1.260.000
3.780.000
Sub Total B 3.481.000
10.443.000
TOTAL BIAYA (A+B) 6.841.000
20.523.000
PENDAPATAN 350.000 30 kwintal
10.500.000
31.500.000
KEUNTUNGAN 3.659.000
10.977.000
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, kami mengelompokkan
pembiayaan yang dimulai dari biaya yang dikeluarkan pada saat penanaman padi hingga
panen. Secara keseluruhan, jika dilihat dari table di atas maka komponen biaya yang
digunakan adalah biaya yang terdiri dari Biaya Sarana Produksi yang meliputi : Sewa
Lahan, Benih, Sp36, Urea, Obat, Matador, Pangsang, dan Serangkaian Biaya Tenaga Kerja
terdiri dari : Persiapan Olah Lahan (termasuk Traktor), Tanam, Nyabut Bibit, Pemupukan,
Penyiangan (Nyabut Rumput), Penyemprotan, dan Panen.
Selama periode satu tahun dapat dilakukan panen sebanyak tiga kali (per 4 bulan).
Untuk setahun secara keseluruhan jumlah dari biaya-biaya yang telah disebutkan antara lain :
Biaya sarana produksi Rp. 10.080.000 dan Biaya tenaga kerja Rp.10.443.000.
Jadi total biaya yang dikeluarkan oleh petani selama 1 tahun adalah Rp. 20.523.000 sehingga
dalam satu kali panen petani mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6.841.000.
Pendapatan yang diterima oleh petani sebesar Rp.31.500.000 per tahun dengan penjualan
sebanyak 30 kwintal dengan Rp.350.000@kwintal .
Jadi keuntungan yang diperoleh untuk satu tahun sebesar Rp. 10.977.000 dan keuntungan
yang diperoleh dalam sekali panennya adalah Rp 3.659.000.
Adapun rincian biaya yang dikeluarkan berdasarkan pengelompokan proses penanaman padi
yaitu sebagai berikut:
Tahap Pengolahan Tanah Dan Pembibitan
Sebelum melakukan proses pembibitan hal yang pertama dilakukan adalah
pengolahan tanah yang akan menjadi tempat tumbuhnya padi. Pada pengolahan tahan
ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu Persiapan Lahan dan Persiapan Irigasi. Persiapan lahan meliputi pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain, penggemburan tanah
dan pemberian pupuk. Saluran irigasi juga perlu di persiapkan agar saat proses penanaman air
yang dibutuhkan oleh tanaman terjamin. Kemudian setelah tanah sudah diolah barulah benih
dapat disebarkan. Dari kegiatan tersebut akan muncul biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya
tersebut terdiri dari biaya sarana produksi yaitu Benih dan Sp36 serta biaya tenaga
kerja yaitu Biaya Persiapan Olah Lahan termasuk Traktor , Biaya Nyabut Bibit dan
Biaya Penanaman, dimana total biaya tersebut dalam sekali tanam yaitu : Rp.
2.181.000 (Rp.220.000 + Rp 340.000 + Rp.600.000 + Rp 421.000 + Rp 600.000)
sehingga untuk satu tahunnya biaya yang dikeluarkan adalah Rp 6.543.000
(3*2.181.000)
Tahap Pemeliharaan Tanaman Padi Sawah
Dalam tahap ini hal yang dilakukan meliputi:
Penyulaman, yg di lakukan pada saat padi berumur 2 minggu.
Penyiangan, di lakukan untuk mengendalikan gulma atau rumput liar serta
pencabutan tanaman padi yang tidak sehat dan terserang penyakit.
Pengairan, pada budidaya padi sawah, air merupakan kebutuhan yang sangat
vital. Agar kondisi tanaman padi terjaga dengan baik, maka sebaiknya lahan
berada dalam kondisi cukup becek dengan genangan air tidak lebih dari 1 cm dari
permukaan tanah sawah. Koadar air lahan harus tetap terkontrol hingga 10 hari
menjelang panen.
Pemupukan, pemupukan biasanya di lakukan dalam 3 kali. Yaitu saat padi
berumur 7 hari setelah tanam, 20 hari setelah tanam dan 35 hari setelah tanam.
Pengendalian Hama dan Penyakit. Hama dan penyakit tanaman padi sawah
cukup beragam. Hama yang perlu di waspadai adalah tikus, wereng, sundep dan
harus di adakan pengendalian atau pemberantasan dan apa bila ada serangan
sebaiknya di semprot dengan insektisida.
Dari keseluruhan kegiatan tersebut maka dapat dihitung biaya-biaya terkait
terdiri dari Biaya Sarana Produksi yaitu Urea, Biaya Obat, Pangsang dan Matador
masing-masing Rp. 400.000, Rp. 1.300.000, Rp 60.000, dan Rp.40.000 sehingga total
yang dibutuhkan untuk biaya sarana produksi dalam tahap ini adalah Rp.1.800.000
serta Biaya Tenaga Kerja yaitu Pemupukan, Penyiangan, Penyemprotan yang masing-
masingnya adalah Rp. 100.000, Rp. 400.000 dan Rp 100.000 dimana total biaya
tenaga kerjanya adalah Rp 600.000
Jadi dalam tahap ini secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 2.400.000
(Rp.1.800.000 + Rp 600.000 )
Tahap Panen
Panen di lakukan pada saat tanaman padi sudah umur 130 hari atau sudah 90%
menguning. Biaya yang dikeluarkan untuk tahap ini adalah Rp. 1.260.000 per sekali
tanam dengan total panen Sebanyak 360 kg.
Bab V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berusah tani merupakan upaya untuk meningkatkan produksi baik untuk tujuan
konsumsi maupun untuk tujuan meningkatkan pendapatan petani. Dalam kegiatan
tersebut Biaya mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan
usahatani, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu menentukan
besarnya harga pokok (biaya per unit) dari produk yang dihasilkan namun hal itu juga
akan diimbangi dengan adanya pendapatan dan keuntungan yang diperoleh oleh petani.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis biaya pada usahatani padi sawah di Desa
Abiantubuh Utara, Kelurahan cakranegara Selatan Baru, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan usaha tani yang ada di desa tersebut menghasilkan keuntungan bagi para
petaninya hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses
penanaman hingga panen lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan yang di terima
oleh petani dari hasil usahatani tersebut.
Komponen-komponen biaya yang dikeluarkan terdiri dari Biaya - Biaya Sarana
Produksi yang meliputi : Sewa Lahan, Benih, Sp36, Urea, Obat, Matador, Pangsang, dan
Serangkaian Biaya Tenaga Kerja yang terdiri dari : Persiapan Olah Lahan (termasuk
Traktor), Tanam, Nyabut Bibit, Pemupukan, Penyiangan (Nyabut Rumput),
Penyemprotan, dan Panen.
Dari keseluruhan biaya tersebut, dalam satu tahun petani mengeluarkan biaya Rp.
20.523.000 untuk 3 kali panen sedangkan Pendapatan yang diterima oleh petani sebesar
Rp.31.500.000 per tahun. Jadi keuntungan yang diperoleh untuk satu tahun sebesar Rp.
10.977.000 dan keuntungan yang diperoleh dalam sekali panennya adalah Rp 3.659.000.
5.2 Saran
Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih serius dalam mengembangkan dunia
pertanian terutama pada tanaman padi agar lebih baik lagi untuk kedepannya.
Diharapkan juga bagi pemerintah untuk lebih mempedulikan rakyat kecil termasuk
kesejahteraan petani karena Negara Indonesia merupakan salah satu Negara pemasok
padi terbesar untuk dunia, sehingga para petani akan memberikan konstribusi
pendapatan untuk negara.
Pemerintah seharusnya memberikan sosialisasi terhadap metode penanaman padi yang
baik dan benar agar para petani bisa menerapkan metode penanaman padi yang
memberikan output padi yang lebih banyak sehingga bisa menekan biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh petani namun memberikan hasil yang maksimal.
5.3 Lampiran
Pembagian tugas pada saat pembuatan laporan (Desk Job)
NO. NIM Nama KelompokTUGAS
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5 Lain - lain
1 A1C010115TRIA DIA CITRASIWI - - - - - JILID & PRINT, KONSUMSI,
OBSERVASI
2 A1C011055I MADE LINGGA PERMADI D. - o - o o
WAWANCARA, OBSERVASI
3 A1C011057I NYOMAN SUARDIJAYA o o o o - WAWANCARA,
OBSERVASI
4 A1C011127RIA AYUNING KUSUMASARI - - - - -
JILID & PRINT, KONSUMSI
5 A1C211041FIRDHA SURYAWANIS F. - o - o o OBSERVASI,
WAWANCARA
6 A1C211047 GITA PARANATA - o o o - DOKUMENTASI, OBSERVASI
7 A1C211149 TRI AYU ORDIANTI o - o o - EDIT LAPORAN, OBSERVASI
8 A1C211159 YUHANA - - - - - JILID & PRINT, OBSERVASI, KONSUMSI