Upload
ran
View
99
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
Maharani P.R
18052010501
kulo nuwun : secara harfiah berarti ‘saya permisi.’ ungkapan ini dipakai saat
sedang mengetuk pintu rumah orang, untuk dibukakan pintu.
Walaupun dapat bermakna memohon permisi, namun kata ini
justru tidak pernah dipakai untuk berpamitan.
Gomen kudasai : Gomen arti yang sebenarnya adalah, mengijinkan, melepaskan,
menghentikan. Sedangkan kudasai adalah kata untuk menyatakan
permintaan, dalam bahasa Inggris seperti please. Maka bila dilihat
secara etimologis, kata ini berarti ‘tolong lepaskanlah, tolong
ijinkanlah, tolong hentikanlah’. Kata ini banyak sekali dipakai
orang Jepang ketika sedang bertamu, sebelum memasuki rumah
biasanya mereka mengucapkan ’gomen kudasai’ yang dapat
diartikan dengan ’permisi.’
nyuwun sewu : secara harfiah berarti ’minta seribu.’ Ungkapan ini sering diujarkan
saat meminta maaf dan permisi. Untuk arti permisi ini biasanya
diucapkan ketika lewat di depan orang yang lebih tua sambil
membungkukkan badan.
Sumimasen :berasal dari bentuk positif kata kerja sumu artinya ‘selesai’,
sedangkan sumimasen adalah bentuk negatifnya, maka dapat
diartikan menjadi ‘tidak selesai’. Lalu apa kaitannya dengan
ungkapan rasa ‘maaf ‘ itu sendiri? Sesungguhnya orang Jepang ingin
mengatakan apa yang dilakukannya terus menerus membuat orang
terganggu, dan tidak selesai-selesai juga, makanya mengatakan
‘tidak selesai’. Sehingga ungkapan ini sering digunakan untuk
meminta maaf karena mengganggu, membuat mitra wicara tidak
nyaman. Nuansa makna yang dikandung menekankan suatu
ungkapan permohonan maaf dengan rasa hormat. Misalnya seorang
mahasiswa yang mengganggu pembimbingnya dan meminta maaf,
atau seseorang yang ingin mengganggu untuk menanyakan alamat,
atau meminta maaf karena mau lewat dan sebagainya.
Pareng-pareng : pareng dalam bahasa Jawa berarti ’boleh.’ Namun ujaran pareng-
pareng digunakan saat selesai bertamu sebagai ujaran paling akhir,
sebelum meninggalkan rumah tuan rumah. Kata ini biasanya
diujarkan sambil sedikit menganggukan kepala dan tersenyum.
Shitsureisimasu : Arti yang sebenarnya dari kata ini adalah ‘melakukan hal yang
tidak sopan’, ‘berbuat tidak sopan’. Maksudnya adalah ‘maaf kalau
saya tidak sopan tapi bagaimanapun saya akan mengganggu Anda’,
‘maaf atas ketidaksopanan saya’. Ungkapan ini digunakan untuk
menyatakan permintaan maaf karena sesuatu yang ditakutkan telah
berbuat tidak sopan atau tidak berkenan di hati mitra wicara.
Misalnya saat kita akan masuk atau meninggalkan ruangan setelah
mengganggu orang lain.
Bocah ku : secara harfiah bermakna ’anak ku’, namun, ungkapan ini memiliki
perbedaan makna dalam masyarakat. Bocah ku berarti ’pacar ku.’
Dalam bahasa Jawa, bocah mempunyai makna ’orang sendiri’ atau
uchi dalam konsep bahasa Jepang. Oleh karena itu, orang sendiri
beararti orang yang dekat, orang yang dekat ini dianggap pacar.
Koibito : berasal dari kanji 恋 yang berarti cinta dan kanji 人 yang berarti orang.
Jadi, koibito bermakna pacar. Namun dalam masyarakat Jepang,
kata ini jarang dipakai, karena koibito memiliki makna sebagai
orang yang sangat dicintai dan akan pasti akan dinikahi. Orang
Jepang tidak menyukai ungkapan ini karena terkesan ada beban
kalau kita akan menikah dengan orang itu suatu hari nanti, padahal
belum tentu. Namun demikian, ada beberapa orang yang masih
menggunakan kata ini, yakni pada pasangan yang bertunangan dan
akan segera menikah. secara umum, orang Jepang tidak suka
menggunakan kata ini. selain terkesan kuno, ungkapan ini tidak
umum lagi pemakaiannya. Orang Jepang lebih suka memakai kata
kareshi / bo-i furendo atau kanojo / ga-ru furendo. Selain terkesan
lebih modern, kata-kata tersebut dianggap tidak mempunyai beban
seperti kata koibito.
garwa :garwa berarti istri / suami. Bagi orang Jawa, garwa (dibaca garwo) bukan
hanya berarti istri/suami, melainkan memiliki makna lebih, yakni ‘sigaring
nyowo’ yang berarti belahan nyawa/jiwa.
fuufu : berasal dari kanji,おっと
夫 bermakna suami atau laki-laki, sedangkanふ
婦bermakna
perempuan atau istri. Oleh karena itu, untuk menyebut pasangan suami
istri digunakan istilah fuufu, yang secara kanji memang berarti suami istri.
guru : Guru bagi orang Jawa adalah sosok yang bisa ‘digugu lan ditiru.’
Maksudnya sosok yang bisa dipercaya omongannya dan tercermin dalam
tingkah laku kesehariannya yang bisa ditiru. Jadi, guru itu levelnya lebih
baik daripada orang biasa.
sensei : bahasa Jepang pun memiliki filosofi tersendiri mengenai sensei. Berasal dari
kanji 先 yang berarti sebelumnya dan kanji 生 yang berarti lahir. Dalam
konsep orang Jepang, guru adalah orang yang lahir lebih dulu dari kita.
Maka, orang yang lahir lebih dulu dari kita, dianggap lebih berpengalaman
dan memiliki lebih banyak ilmu, maka dari itu disebutlah kata sensei.
wanita : Kata wanita (dibaca wanito), berasal dari gabungan kata wani (berani) dan
tata (teratur). Kata bentukan ini mengandung dua arti, wani ditata (berani
diatur) dan wani nata (berani mengatur). Sebutan wani ditata mengandung
maksud bahwa perempuan harus tetap tunduk kepada laki-laki, sedangkan
kata wani nata mempunyai maksud bahwa perempuan sebagai ibu rumah
tangga harus bertanggung jawab atas pendidikan anak dan pengaturan
kesejahteraan, kesehatan, dan kerapian keluarga.
onna : Onna berarti perempuan, yang memiliki organ tubuh yang digunakan untuk
melahirkan. Berikut ini adalah beberapa filosofi orang Jepang mengenai
kata onna. Onna berarti juga (1) wanita yang pada umumnya tidak ada
hubungannya dengan usia, (2) wanita yang sudah dewasa (seinen) atau
wanita yang sudah tampak sekali kematangannya dalam karakteristik
seksualnya, (3) wanita yang pada umumnya dapat diperhatikan sebagai
orang yang memiliki pembawaaan lemah lembut, tidak tegas, serta tidak
keras atau kasar.
Matamu :secara harfiah berarti alat indera penglihatan. Namun ketika diucapkan
dalam bahasa Jawa akan menjadi sangat kasar. Ungkapan ini diucapkan
sebagai ungkapan atas kebodohan seseorang, yang berarti seandainya
orang itu punya mata untuk melihat, maka ia akan bisa berpikir dalam
otaknya untuk tidak melakukan hal yang bodoh. Walau begitu, ungkapan
ini tidak bermaksud menyinggung tuna netra. Kata ini merupakan cikal
bakal merk Dagadu, suvenir khas Jogja.
ahou : berdasarkan kanjinyaおく
阿berarti afrika, memuji. Sedangkan kanjiあき
呆berarti
menakjubkan, jijik. Ahou sendiri berarti bodoh, yang secara kanji dapat
disimpulkan bahwa ’saya merasa jijik untuk memuji kamu’ yang berarti
saya jijik memuji karena kamu bodoh.
Moto duiten : secara harfiah berarti ’mata yang memiliki uang.’ Ujaran ini digunakan
untuk orang yang matre atau mengukur segalanya dengan uang. Masih
sejalan dengan konsep matamu dalam bahasa Jawa, ungkapan ini terkesan
sangat kasar, karena berhubungan dengan mata. Justru akan lebih sopan
jika digunakan kata matre sebagai penggantinya.
Shusendo : jika dilihat dari kanjinyaしゅせんど
守銭奴、かみ
守bermakna menjaga, melindungi, dan
mematuhi. kanjiぜに
銭bermakna koin atau uang, kanjiやつ
奴bermakna orang
jahat, budak. berdasarkan susunan kanjinya, dapat kita pahami bahwa
shusendo berarti orang yang sangat menjaga atau mengagungkan uang.
Melalui kanji 奴 dapat kita pahami, bahwa dalam konsep orang Jepang
orang macam ini digolongkan sebagai orang yang tidak baik.
prajurit : prawira jujur lan ngirit (perwira jujur yang hemat). Sebagaimana guru,
prajurit atau tentara adalah profesi yang terhormat yang menjunjung tinggi
nilai. Seorang prajurit adalah seorang ksatria yang jujur dan saling percaya
untuk membentuk kekompakan dan kekuatan tim, sekaligus harus pandai
berhemat agar bisa hidup di medan perang yang ganas.
Samurai : Istilah samurai pada awalnya digunakan untuk menyebut orang yang
mengabdi kepada bangsawan. Berawal dari kata “saburau” yang populer
pada zaman Nara (710-784), yang pengucapannya bergeser menjadi
saburai. Samurai adalah starata sosial paling tinggi pada era keshogunan
Tokugawa diantara tiga strata lain, petani, pengrajin dan pedagang.
Mereka berada dalam tata nilai dimana pengabdian pada majikan menjadi
pilihan hidup. Dibalik penampilan yang terkesan sangar para samurai
menyimpan ajaran ajaran filosofis yang begitu luhur dalam diri mereka.