75
INOVASI PADA DIMENSI PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUMTINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: M. Agus Martawijaya NIM. 09A17002 A. PENDAHULUAN Dalam perjalanan sejarah, kurikulum pendidikan nasional kita telah mengalami perubahan, dimulai dari kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004, dan kurikulum 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan oleh kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis disertai berbagai inovasi sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua perubahan kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita. 1

Tugas makalah-inovasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas makalah-inovasi

INOVASI PADA DIMENSI PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN FISIKA DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUMTINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Oleh:M. Agus Martawijaya

NIM. 09A17002

A. PENDAHULUAN

Dalam perjalanan sejarah, kurikulum pendidikan nasional kita telah

mengalami perubahan, dimulai dari kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum

1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,

kurikulum 2004, dan kurikulum 2006. Perubahan tersebut merupakan

konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,

ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini

disebabkan oleh kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis disertai berbagai inovasi sesuai dengan tuntutan

dan perubahan yang terjadi di masyarakat.

Semua perubahan kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan

yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan

pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang

berbeda-beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan

tertentu yang ingin dicapai untuk memajukan pendidikan nasional kita.

Di dalam http://www.jambiekspres.co.id/index.php/guruku/858 diungkapkan

bahwa perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang

ingin dicapai dapat diuraikan seperti berikut ini.

1. Kurikulum 1947

Kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu,

kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial

Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan

sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem

pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu

1

Page 2: Tugas makalah-inovasi

masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai

development conformism, bertujuan untuk membentukan karakter manusia

Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka

bumi ini.

2. Kurikulum 1952

Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia

mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana

Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem

pendidikan nasional. Hal yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum

1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Kurikulum 1964Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali

menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana

Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari

kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat

mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga

pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi

pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran

diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,

emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar

lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu

dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.

Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada

pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan

pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya

untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,

mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan

2

Page 3: Tugas makalah-inovasi

keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi

kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

5. Kurikulum 1975Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien

dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang

manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.

Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan

Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu

rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:

petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat

pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak

dikritik, karena pendidik dibebani kesibukan menulis rincian mengenai apa yang

akan dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengutamakan penerapan pendekatan proses (process

skill approach), tetapi faktor pencapaiian tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga

sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi peserta didik

ditempatkan sebagai subjek belajar, mereka digiring untuk melakukan berbagai

keterampilan proses (dari keterampilan proses dasar sampai kepada

keterampilan proses terintegrasi) melalui “Cara Belajar Peserta didik Aktif

(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984 berorientasi

kepada tujuan instruksional dengan berdasar pada pandangan bahwa pemberian

pengalaman belajar kepada peserta didik dalam waktu belajar yang sangat

terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,

sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan

adalah tujuan apa yang harus dicapai peserta didik.

7. Kurikulum 1994

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan

dilakspeserta didikan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu

pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.

3

Page 4: Tugas makalah-inovasi

Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga

tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dapat

menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada

pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan

masalah.

8. Kurikulum 2004 (KBK)

Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi

(KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan

kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan

standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa

pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan

perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu

dikembangkan suatu kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman

pembelajaran yang berorientasi kepada ketercapaian kompetensi peserta didik

baik secara individual maupun klasikal.

9. Kurikulum 2006 (KTSP)

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.

Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh

peserta didik hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan

Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah pendidik lebih

diberikan kebebasan untuk merencpeserta didikan pembelajaran sesuai dengan

lingkungan dan kondisi peserta didik serta kondisi di mana sekolah berada. Hal

ini disebabkan oleh karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL),

standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk

setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan

sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah

koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

Melalui implementasi KTSP diharapkan agar fungsi dan tujuan

pendidikan nasional dapat terwujud. Pada pasal 3 Undang-Undang Republik

4

Page 5: Tugas makalah-inovasi

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UUSP Tahun 2003) dinyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berkenaan fungsi dan tujuan pendidikan nasional kita, pada bagian

“penjelasan” UUSPN Tahun 2003 tercantum Visi dan Misi pendidikan nasional

sebagai bagian dari strategi pembaruan sistem pendidikan. Adapun Visi

Pendidikan Nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan sebaga pranata

sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara

Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sedangkan Misi

Pendidikan Nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan

kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat

Indonesia; (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka

mewujudkan masyarakat belajar; (3) meningkatkan kesiapan masukan dan

kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian

yang bermoral; (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga

pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan (5)

memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, maka cukup beralasan jika semua oknum

yang terlibat langsung dalam pengelolaan sistem pendidikan harus melakukan

berbagai inovasi dalam melakspeserta didikan tugas dan tanggung jawabnya.

Inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang

buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi

5

Page 6: Tugas makalah-inovasi

seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru tersebut dapat

berupa hasil invensi atau discoveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu atau untuk memecahkan masalah (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009).

Pendidik sebagai salah oknum yang dibebani tugas dan tanggung jawab

utama untuk melaksanankan pembelajaran hendaknya mampu melakukan

berbagai inovasi pada setiap dimensi pembelajaran (dimensi perencanaan

pembelajaran, dimensi pelaksanaan pembelajaran, dan dimensi penilaian

pembelajaran). Papa dimensi perencanaan pembelajaran sesungguhnya sudah

tergambar aspek-aspek yang tercakup pada dimensi pelaksanaan pembelajaran

dan dimensi penilaian pembelajaran. Oleh karena itu, dalam makalah akan

diungkapkan inovasi pada dimensi perencanaan pembelajaran dalam

implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan bagi pendidik mata pelajaran

fisika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

B. PEMBAHASAN

Fisika adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan

alam. Salah satu ciri mata pelajaran Fisika adalah adanya kerjasama

antara eksperimen dan teori. Teori dalam Fisika tak lain adalah

pemodelan ilmiah terhadap berbagai dasar dan kebenarannya harus

diuji dengan eksperimen. Ciri Fisika ini dikenal sebagai metode ilmiah.

Dalam permasalahan yang alamiah seringkali memerlukan

keterpaduan berbagai komponen sebagai dasar logika deskripsi

permasalahan yang ada (Dirjen Pendidikan Menengah dalam Rosita

Budi Indrayanti, 2006).

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti

mikroelektronika dengan ukuran yang sangat kecil, tetapi mampu memuat

banyak informasi. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga

memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras

berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta

6

Page 7: Tugas makalah-inovasi

pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa

pemahaman yang baik tentang fisika. Oleh karena itu, peserta didik pada setiap

jenjang pendidikan hendaknya memiliki pengetahuan tentang fisika.

Di dalam buku Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh /

Model Silabus SMA / MA Mata Pelajaran Fisika (BSNP, 2006) dinyatakan bahwa

mata pelajaran Fisika di SMA dikembangkan dengan mengacu pada

pengembangan Fisika yang ditunjukkan untuk mendidik peserta didik agar

mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas.

Hal ini didasari oleh tujuan Fisika, yakni mengamati, memahami dan

memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi.

Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada melatih

kemampuan berpikir dan bernalar eksperimental yang mencakup tata laksana

percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik

di dalam laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan peserta didik.

Selanjutnya, dengan didukung kemampuan matematis yang dimiliki,

peserta didik dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar

yang taat asas. Kemampuan berpikir dan bernalar ini dilatihkan melalui

pengelolaan data yang akurat, yang kebenarannya tidak diragukan lagi untuk

selanjutnya dengan menggunakan perangkat matematis dibangunlah konsep,

prinsip, hukum dan teori. Untuk melengkapi pemahaman yang lebih utuh tentang

Fisika, maka perlu diperkenalkan pula postulat. Melalui konsep, prinsip, hukum,

teori dan postulat ini dirumuskan materi pemersatu dalam Fisika (unifying

conceptual).

Beberapa deskripsi keadaan diantaranya yang dapat dianggap sebagai

materi pemersatu adalah deskripsi keadaan gerak (kinematika translasi dan

rotasi), deskripsi interaksi mekanik (hukum Newton, gerak translasi dan rotasi,

energi, momentum linier, momentum sudut). Konsep kerja sebagai upaya

menampilkan deskripsi interaksi dan perubahan energi. Adapun konsep daya

yang merupakan besaran laju perubahan energi melalui gaya dan impuls adalah

deskripsi interkasi yang menyatakan perubahan momentum.

7

Page 8: Tugas makalah-inovasi

Untuk deskripsi keadaan mikroskopis yang digunakan sebagai materi

pemersatu antara lain konsep gelombang yang menyatakan deskripsi keadaan

atomis. Deskripsi mengenai partikel identik menghasilkan prinsip Pauli

sedangkan deskripsi interaksi kelistrikan dan interaksi kemagnetan serta medan

elektromagnet mampu mengubah pandangan Fisika ke arah yang lebih rumit

dan menarik perhatian banyak pihak.

Sejalan dengan uraian di depan, keilmuan Fisika mencakup perangkat

keilmuan, perangkat pengamatan, dan perangkat analisis. Keempat perangkat

tersebut bersinergi satu sama lain dalam membangun konsep, prinsip, teori, dan

hukum Fisika. Selanjutnya untuk memperoleh pemahaman mengenai keutuhan

Fisika SMA juga diperkenalkan adanya postulat-postulat sederhana.

Perangkat keilmuan mencakup obyek telaah Fisika yang meliputi: zat,

energi, gelombang dan medan. Sedangkan telaah keilmuan mencakup

bangunan ilmu yang meliputi: mekanika, termofisika, gravitasi, optika, kelistrikan

dan kemagnetan, Fisika atom dan inti

Perangkat pengamatan mencakup perangkat untuk melakspeserta didikan

observasi untuk menelaah fenomena obyek dan kejadian fisis pada daerah

makroskopis maupun mikroskopis. Perangkat ini mencakup alat ukur besaran

fisis dan tata kerja dalam pelaksanaan eksperimen. Dalam kaitan ini disamping

pemahaman alat ukur secara benar, diperlukan pula tata kerja dalam

pelaksanaan eksperimen.

Perangkat analisis merupakan perangkat dalam melakspeserta didikan

perhitungan terhadap hasil pengukuran. Perangkat ini meliputi penguasaan

matematis di kalangan peserta didik baik penguasaan trigonometri, aljabar,

geometri bidang dan ruang sebagai upaya menelaah bangun ilmu secara akurat.

Pada bagian lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi setiap mata pelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah dinyatakan bawa fisika pada satuan pendidikan SMA/MA

dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan

beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta

didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan

8

Page 9: Tugas makalah-inovasi

kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam

kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan

yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan

sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan

yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran fisika

dilakspeserta didikan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu

aspek penting kecakapan hidup (BSNP, 2006)

Pada bagian yang sama dinyatakan bahwa mata pelajaran fisika di

SMA/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam hal: (1)

membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; (2)

memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain; (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat

merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,

merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan

tertulis; (4) mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif; dan (5) menguasai konsep dan prinsip fisika serta

mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk dapat mencapai tujuan mata pelajaran fisika pada satuan

pendidikan SMA/MA, maka pendidik mata pelajaran fisika harus melakukan

inovasi pada setiap dimensi pembelajaran fisika. Namun sebelum itu, terlebih

dahulu dikemukakan secara singkat mengenai “apa sesungguhnya pembelajaran

itu ?”.

Terdapat beberapa pengertian mengenai pembelajaran, antara lain: (1)

kegiatan peserta didik yang direncpeserta didikan oleh pendidik untuk dialami

9

Page 10: Tugas makalah-inovasi

peserta didik selama kegiatan belajar-mengajar (Mulyati Arifin, 2000); (3)

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sedemikian

rupa, sehingga tingkah laku peserta didik menjadi berubah ke arah yang lebih

baik (Darsono, 2002); dan (3) pembelajaran ádalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(UUSPN Tahun 2003, pasal 1).

Pengertian tersebut di atas nampaknya masih bersifat umum. Haryanto

(dalam Basuki Dwi Sulistyo, 2007) mengemukakan pengertian pembelajaran

yang bersifat khusus, menurut pandangan dari beberapa teori belajar, yaitu: (1)

pembelajaran adalah suatu usaha pendidik membentuk tingkah laku yang

diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan

subjek belajar serta perlu diberikan reinforcement (hadiah) untuk meningkatkan

motivasi kegiatan belajar (teori behavioristik); (2) pembelajaran adalah cara

pendidik memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar

memahami apa yang dipelajari (teori kognitif); (3) pembelajaran adalah usaha

pendidik memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga peserta didik

lebih mudah mengaturnya menjadi suatu Gestalt atau pola bermakna, sehingga

bantuan pendidik diperlukan untuk mengaktualkan potensi yang terdapat pada

diri peserta didik (teori Gestalt); dan (4) pembelajaran adalah memberikan

kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara

mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (teori Humanistik).

Berkenaan dengan pengertian pembelajaran, Darsono (2002)

mengemukakan beberapa ciri-ciri pembelajaran, yaitu: (1) pembelajaran

dilakukan secara sadar dan direncpeserta didikan secara sistematis; (2)

pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik dalam

belajar; (3) pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi peserta didik; (4) pembelajaran dapat menggunakan alat bantu

belajar yang tepat dan menyenangkan bagi peserta didik; dan (5) pembelajaran

dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun

psikologis.

10

Page 11: Tugas makalah-inovasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan perencanaan,

baik tertulis maupun tidak tertulis. Dari beberapa pengertian tentang

perencanaan, Husaini Usman (2008) menyimpulkan bahwa perencanaan adalah

kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan.

Ia melanjutkan bahwa dari definisi perencanaan tersebut, perencanaan

mengandung unsur: (1) sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya; (2)

adanya proses; (3) hasil yang ingin dicapai; dan (4) menyangkut masa depan

dalam waktu tertentu.

Berkenaan dengan implementasi KTSP, di mana tenaga pendidik diberi

kewenangan atau otonomi penuh untuk melakukan perencanaan pembelajaran

terhadap mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan lingkungan dan kondisi

peserta didik serta kondisi di mana sekolah berada. Selain program tahunan

(prota) dan Program semester (prosem), dimensi perencanaan proses

pembelajaran fisika yang harus memiliki nuansa inovasi. Perencanaan proses

pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi

dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,

alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil

belajar, dan sumber belajar (BSNP, 2007)

1. Inovasi pada Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Fisika

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab

pertanyaan-pertanyaan: (1) apa kompetensi yang harus dicapai peserta didik

yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi

pokok; (2) bagaimana cara mencapainya yang dijabarkan dalam pengalaman

belajar beserta alokasi waktu dan alat sera sumber belajar yang diperlukan; dan

(3) bagaimana mengetahui pencapaian kompetensi yang ditandai dengan

penyusunan indikator sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang

akan dinilai (Puskur, 2006).

11

Page 12: Tugas makalah-inovasi

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah dinyatakan bahwa silabus sebagai acuan pengembangan RPP

memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan

pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),

serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh

para pendidik secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah

sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Pendidik

Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Pendidik (PKG), dan Dinas

Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan

SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk

SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di

bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

a. Prinsip Pengembangan Silabus

Terlepas dari siapa yang mengembangkan silabus, di dalam buku

Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh / Model Silabus SMA / MA

Mata Pelajaran Fisika (BSNP, 2006) dinyatakan bahwa dalam pengembangan

silabus, para pengembang harus mengikuti prinsip pengembangan silabus,

yaitu: ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual,

fleksibel, serta menyeluruh.

Prinsip ilmiah mengisyaratkan bahwa Keseluruhan materi dan kegiatan

yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Sumber-sumber yang dijadikan

sebagai rujukan dalam memilih materi dan kegiatan pembelajaran, serta

penetapan penilaian memiliki landasan teori yang sudah teruji kebenarannya.

Oleh karena itu materi pembelajaran yang masih diperdebatkan misalnya, tidak

boleh digunakan karena belum teruji kebenarannya. Begitu pula dalam

12

Page 13: Tugas makalah-inovasi

mengembangkan bahan ajar, sumber referensi yang digunakan harus jelas dan

otentik. Beberapa lembar kerja peserta didik yang beredar disinyalir belum

diverivikasi tidak boleh diimplimentasikan, sehingga pendidik diharapkan mampu

menyusun sendiri lembar kerja peserta didik yang inovatif dengan berdasar

kepada situasi dan kondisi di mana sekolah berada dan karakterisistik peserta

didik.

Prinsip relevan mengisyaratkan bahwa cakupan, kedalaman, tingkat

kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

Pendidik secara cermat dan teliti merancang kegiatan pembelajaran, indikator

dan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat berpikir pesereta didik. Standar

kompetensi yang berkaitan dengan mekanika di kelas X misalnya, hendaknya

dirancang lebih sederhana dibanding dengan standar kompetensi yang hampir

sama di kelas XI. Selain tingkat berpikir yang berbeda, kebutuhan dan potensi

kelas XI sudah lebih spesifik karena peserta didik ada dalam kelompok program

IPA. Dengan demikian tingkat kesukaran, cakupan dan kedalaman materi

menjadi berbeda. Perbedaan tingkat kesukaran, cakupan, dan kedalaman materi

dapat terjadi karena perbedaan sekolah berdasarkan potensi peserta didik atau

daya dukungnya. Oleh karena itu, pendidik hendaknya mampu melakukan

inovasi dalam pengembangan materi pembelajaran tanpa terpengaruh oleh

pendidik dari sekolah lain.

Prinsip sistematis mengisyaratkan bahwa komponen-komponen silabus

saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Hubungan

antara kompetensi dasar dengan materi dan kegiatan pembelajaran serta

penilaian harus sistematis dan koheren. Pemilihan materi pembelajaran,

indikator, kegiatan pembelajaran serta penilaian harus merupakan kesatuan

yang utuh. Kompetensi mengukur seperti di kelas X dengan kegiatan

pembelajaran praktik secara sistematis memerlukan penilaian kinerja, tidak

cukup hanya sebatas dengan penilaian tertulis. Begitu pula dalam memilih

materi dan membelajarkan KD 1.2 di kelas X tentang penjumlahan vektor,

pendidik perlu mengkonstruksi konsep vektor melalui tahap-tahap yang

13

Page 14: Tugas makalah-inovasi

sistematis. Pendidik perlu memperagakan beberapa contoh bentuk-bentuk

vektor yang bisa dipahami oleh peserta didik. Perlu dihindari penanaman konsep

dimulai dari definisi yang abstrak bagi peserta didik. Oleh karena itu, pendidik

harus mampu merancang materi dan kegiatan pembelajaran inovatif dengan

memulainya dari hal-hal yang konkret.

Prinsip konsisten mengisyaratkan bahwa adanya hubungan yang

konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok,

pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian. Konsistensi

diperlukan dalam semua langkah pengembangan silabus terutama dalam

kegiatan pembelajaran dan penilaian. Sebagai contoh beberapa konsep dan

prinsip penulisan hasil pengukuran secara konsisten harus digunakan dalam

semua kompetensi di semua tingkatan kelas. Kekeliruan yang sering terjadi

pendidik hanya menggunakan prinsip penulisan hasil pengukuran pada KD 1.1

di kelas X. Angka penting tidak lagi digunakan oleh pendidik mau pun peserta

didik ketika menuliskan hasil pengukuran melalui praktik atau latihan

penyelesaian soal.

Prinsip memadai mengisyaratkan bahwa Cakupan indikator, materi

pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk

menunjang pencapaian kompetensi dasar.

Indikator harus memadai sehingga mencapai kompetensi yang diperlukan.

Keseluruhan indikator dalam satu KD minimal harus mencapai tingkat

kompetensi dalam KD, meskipun dapat dikembangkan lebih tinggi jika

kondisinya memungkinkan

Materi harus memadai dari kedalaman dan keluasannya.

Pengalaman belajar yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran

memadai dalam keragaman dan kekayaannya. Pengalaman aktif di kelas

melalui praktik dan bersentuhan langsung dengan objek atau miniatur objek

yang dipelajari sangat disarankan dalam mata pelajaran fisika

Penilaian memadai sehingga keseluruhan indikator dan KD terukur

keberhasilannya baik dari aspek pengetahuanh, praktik, dan/atau sikap.

14

Page 15: Tugas makalah-inovasi

Pemanfaatan sumber belajar harus memadai baik referensi, media atau

alat yang digunakan termasuk lingkungan sebagai sumber belajar.

Contoh pengalaman belajar yang memadai untuk pembelajaran tentang

listrik di kelas X semester 2 dapat dilakukan melalui:

strategi ekspositori di kelas dalam kegiatan tatap muka,

kegiatan praktik dalam kegiatan tatap muka atau tugas terstruktur, dan

kegiatan eksplorasi lingkungan atau melalui jelajah internet dalam

kegiatan tugas mandiri tidak terstruktur.

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,

dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

Indikator harus memadai sehingga mencapai kompetensi yang diperlukan.

Keseluruhan indikator dalam satu KD minimal harus mencapai tingkat

kompetensi dalam KD, meskipun dapat dikembangkan lebih tinggi jika

kondisinya memungkinkan

Materi harus memadai dari kedalaman dan keluasannya.

Pengalaman belajar yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran

memadai dalam keragaman dan kekayaannya. Pengalaman aktif di kelas

melalui praktik dan bersentuhan langsung dengan objek atau miniatur objek

yang dipelajari sangat disarankan dalam mata pelajaran fisika

Penilaian memadai sehingga keseluruhan indikator dan KD terukur

keberhasilannya baik dari aspek pengetahuanh, praktik, dan/atau sikap.

Pemanfaatan sumber belajar harus memadai baik referensi, media atau

alat yang digunakan termasuk lingkungan sebagai sumber belajar.

Contoh pengalaman belajar yang memadai untuk pembelajaran tentang

listrik di kelas X semester 2 dapat dilakukan melalui:

strategi ekspositori di kelas dalam kegiatan tatap muka,

kegiatan praktik dalam kegiatan tatap muka atau tugas terstruktur, dan

kegiatan eksplorasi lingkungan atau melalui jelajah internet dalam

kegiatan tugas mandiri tidak terstruktur.

Prinsip aktual dan kontekstual mengisyaratkan bahwa cakupan indikator,

materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian

15

Page 16: Tugas makalah-inovasi

memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Penggunaan materi yang aktual dan

kontekstual dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian lebih memotivasi

peserta didik. Hal ini disebabkan karena fakta yang aktual yang menjadi isu

publik (misalnya masalah nuklir) serta kontekstual yang menjadi kebutuhan hidup

manusia (masalah hemat energi) akan lebih menarik menjadi bahan kajian

dalam diskusi. Oleh karena masalah yang diajukan dalam pembelajaran

hendaknya mampu mengembangkan pikiran-pikiran inovatif dari peserta didik

dalam rangka penyelesaiannya.

Prinsip fleksibel mengisyaratkan bahwa keseluruhan komponen silabus

dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan

yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Variasi peserta didik yang

berbeda gaya belajar (misalnya kinestetik, visual-verbal, atau interpersonal)

dapat diakomodasi dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang beragam,

penilaian yang bervariasi maupun sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dan

penilaian melalui praktik di laboratorium akan memunculkan potensi terbaik

peserta didik yang memiliki gaya belajar psikokinetetik. Sedangkan diskusi

pemecahan masalah dan latihan soal memunculkan potensi terbaik peserta didik

dengan kecerdasan verbal dan logik-matematik. Oleh karena itu, pendidik

hendaknya mampu menerapkan model-model pembelajaran dan bentuk-bentuk

penilaian hasil belajar yang inovatif.

Prinsip menyeluruh mengisyaratkan bahwa Komponen silabus mencakup

keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor). Rumusan indikator

dikembangkan sebaiknya mencakup ketiga ranah tersebut. Oleh karena itu

dibutuhkan inovasi dari pendidik dalam melakukan pemilihan kegiatan maupun

materi pembelajaran yang dapat menampilkan indikator kompetensi.

b. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran

sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal

berikut ini.

16

Page 17: Tugas makalah-inovasi

(1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan

materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di pada SI;

(2) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata

pelajaran;

(3) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata

pelajaran;

(4) keterkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Fisika,

Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta Standar

Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan.

Hasil kajian terhadap SK, KD dan SKL dijadikan pertimbangan dalam

mengembangkan silabus yang mencakup kegiataan pembelajaran, materi

pembelajaran, dan penilaian. Beberapa rumusan SKL yang terlihat lepas dari

mata pelajaran fisika seharusnya diisikapi dengan merancang silabus yang

mendukung pencapaian standar kompetensi secara keseluruhan.

2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian

kompetensi dasar dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini.

(1) potensi peserta didik;

(2) relevansi dengan karakteristik daerah;

(3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

spritual peserta didik;

(4) kebermanfaatan bagi peserta didik;

(5) struktur keilmuan;

(6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

(7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

dan

(8) alokasi waktu.

Materi pelajaran fisika mencakup fakta, konsep, prinsip atau hukum, dan

prosedur. Pemilihan materi pembelajaran harus sesuai dengan tuntutan

kompetensi yang dapat diketahui melalui kata kerja operasional yang digunakan.

Misalnya kata kerja mengukur pada kompetensi 1.1 kelas X semester 1

17

Page 18: Tugas makalah-inovasi

memerlukan pemilihan materi pembelajaran prosedural. Sedangkan kompetensi

dasar mendeskripsikan perkembangan teori atom di kelas XII semester 2

memerlukan materi pembelajaran fakta, konsep, dan prinsip. Beberapa contoh

pengukuran yang berlaku di daerah dapat dijadikan sebagai materi

pembelajaran.

3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar

yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,

peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam

rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud

dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi

dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup

yang perlu dikuasai peserta didik.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk tatap muka, kegiatan tugas

terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Kegiatan pembelajaran harus

didesain dengan metode dan strategi yang efektif dan bervariasi sehingga

peserta didik kaya akan pengalaman belajar.

Strategi yang dapat digunakan pada kegiatan tatap muka adalah

ekspositori atau discovery-inquiry dengan metode ceramah interaktif, diskusi

kelas, demonstrasi dan lain-lain. Dalam kegiatan tugas terstruktur dan mandiri

tidak terstruktur digunakan strategi discovery inquiry dengan metode observasi,

eksperimen, penugasan, dan lain-lain.

Dalam strategi ekspositori peran pendidik cenderung lebih dominan.

Pemilihan strategi ekpositori berdasarkan karakteristik materi yang dominan

pada konsep dan prinsip, serta lebih abstrak. Sementara sumber belajar

langsung berupa alat atau model yang tersedia terbatas. Kompetensi dasar

berkaitan dengan relativitas dan teori kinetik gas misalnya lebih tepat

menggunakan strategi ekspositori.

Strategi discovery-inquiry memberikan pengalaman belajar lebih kaya

bagi peserta didik. Peran pendidik relatif tidak dominan, dengan menggunakan

metode ekperimen, observasi, presentasi hasil kerja individu atau kelompok, dan

18

Page 19: Tugas makalah-inovasi

lain-lain. Pemilihan strategi ini berdasarkan karakteristik kompetensi yang

dituntut dominan pada fakta dan prosedural. Kompetensi dasar berkaitan dengan

mendeskripsikan karakteristik gerak dan mengukur merupakan contoh KD yang

dapat menggunakan strategi discovery-inquiry.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut.

(1) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para

pendidik, khususnya pendidik, agar dapat melakspeserta didikan proses

pembelajaran secara profesional;

(2) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan

oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar;

(3) penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran;

(4) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua

unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta

didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi.

Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangkan berdasarkan

karakteristik kompetensi dasar, standar kompetensi, potensi peserta didik dan

daerah, serta lingkungan. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran mata

pelajaran fisika, kegiatan pembelajaran dilakukan melalui kegiatan keterampilan

proses, meliputi eksplorasi (untuk memperoleh informasi, fakta), eksperimen,

dan pemecahan masalah (untuk menguatkan pemahaman konsep dan prinsip).

Setiap kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mencapai kompetensi

dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan intensitas pencapaian kompetensi

yang beragam. Kegiatan eksplorasi (informasi dan fakta) dilakukan untuk

memberikan kesempatan kepada peserta didik mengkonstruksi pengetahuan

sesuai tuntutan kompetensi dasar. Kegiatan eksperimen dilakukan untuk

memperkuat kompetensi yang dicapai. Sedangkan kegiatan pemecahan

masalah yang dilakukan dalam diskusi kelas bertujuan untuk menguatkan

kompetensi dalam penguasaan konsep maupun prinsip sesuai dengan

kompetensi dasar.

19

Page 20: Tugas makalah-inovasi

4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang

ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan

karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah

dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat

diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan karakteristik SK-KD

melalui telaah kata kerja operasional yang digunakan. Untuk kompetensi yang

menuntut penguasaan konsep dan prinsip menggunakan kata kerja operasional

yang sesuai dan berbeda untuk kompetensi yang menuntut kemapuan

opersional atau prosedural.

5) Penentuan Jenis Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan

berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non

tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap,

penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan

portofolio, dan penilaian diri.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta

didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut.

(1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi;

(2) penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa

dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan

untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya;

(3) sistem yang direncpeserta didikan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian

hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki

dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik;

20

Page 21: Tugas makalah-inovasi

(4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa

perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi bagi peserta

didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan

program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria

ketuntasan;

(5) sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang

ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran

menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus

diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik

wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan yang

berupa informasi yang dibutuhkan.

Jenis dan bentuk penilaian tes yang dapat digunakan untuk menilai hasil

belajar mata pelajaran fisika adalah tes tertulis dalam bentuk uraian dan/atau

pilihan ganda pada saat ulangan harian, ulangan tengah semester, atau ulangan

akhir semester. Jenis dan bentuk penilaian non tes untuk menilai proses dan

hasil belajar dalam bentuk pengamatan kinerja, sikap, hasil karya atau produk,

atau laporan hasil praktik.

6) Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada

jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan

mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat

kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang

dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai

kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Alokasi

waktu per semester untuk mata pelajaran fisika kelas X (sepuluh) berjumlah

minimal 36 jam pelajaran yang diperoleh dari alokasi waktu 2 jam pelajaran per

minggu dikalikan 18 minggu efektif dalam satu semester. Alokasi waktu per

semester untuk mata pelajaran fisika kelas XI (sebelas) dan XII (duabelas)

minimal berjumlah 72 jam pelajaran yang diperoleh dari alokasi waktu 4 jam

pelajaran per minggu dikalikan 18 minggu efektif dalam satu semester.

21

Page 22: Tugas makalah-inovasi

7) Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan

untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,

narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber

belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi.

Bahan ajar disusun dan dikembangkan oleh pendidik sebagai acuan

kegiatan peserta didik maupun materi yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Penentuan bahan ajar didasarkan pada standar kompetensi,

kompetensi dasar dan kegiatan pembelajaran baik dalam bentuk cetak maupun

non cetak. Bahan ajar cetak dapat berupa buku, modul, lembar kerja, hands out,

foto, atau gambar. Bahan ajar non cetak dalam bentuk VCD, CD interaktif, atau

bahan presentasi.

Pemilihan alat dan media untuk kegiatan pembelajaran disesuaikan

dengan tuntutan kompetensi, karakteristik satuan pendidikan, dan kebutuhan

peserta didik. Prioritas pemilihan alat dan media dilakukan guna mendukung

pencapaian kompetensi peserta didik secara optimal. Alat dan media

pembelajaran fisika dapat memanfaatkan alat di laboratorium atau alat peraga

yang tersedia maupun alat peraga yang dikembangkan pendidik/peserta didik

secara inovasi.

c. Format dan Contoh Silabus

Dalam penyusunannya, silabus sekurang-kurangnya memuat komponen

berikut ini.

Identitas Silabus

Standar Kompentensi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok/Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator

Penilaian

22

Page 23: Tugas makalah-inovasi

Alokasi Waktu

Sumber Belajar

Komponen-komponen silabus di atas, selanjutnya dapat disajikan dalam

contoh format silabus secara horisontal atau vertikal sebagai berikut.

Format 1: Horizontal

SILABUS

Sekolah : ...............................Kelas : ...............................Mata Pelajaran : ...............................Semester : ...............................Standar Kompetensi : ...............................

Kompetensi Dasar

MateriPokok /Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

IndikatorPenilaian

Alokasi Waktu

Sumber BelajarTeknik Bentuk

InstrumenContoh

Instrumen1.1.

Format 2: VertikalSILABUS

Nama Sekolah :....................................Mata Pelajaran :....................................Kelas/Semester :....................................

1. Standar Kompetensi : ...................... 2. Kompetensi Dasar : ...................... 3.Materi Pokok/Pembelajaran : ......................4. Kegiatan Pembelajaran : .......................5. Indikator : .......................6. Penilaian : .......................7. Alokasi Waktu : .......................8. Sumber Belajar : .......................

23

Page 24: Tugas makalah-inovasi

Contoh Silabus:

SILABUS

Nama Sekolah : SMP XXX

Mata Pelajaran : IPA-Fisika

Kelas/Semester : VII/1

1. Standar Kompetensi : Memahami prosedur ilmiah untuk

mempelajari benda-benda alam

dengan menggunakan peralatan

2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan besaran pokok dan

besaran turunan beserta satuannya

3.Materi Pokok/Pembelajaran : Besaran dan Satuan

4. Kegiatan Pembelajaran :

a. Berdiskusi untuk dapat menunjukkan pengertian besaran pokok dan

besaran turunan.

b. Berdiskusi untuk dapat mengelompok besaran pokok dan besaran

turunan beserta satuannya.

c. Berdiskusi untuk dapat menunjukkan definisi besaran-besaran pokok.

d. Berdiskusi untuk dapat menemukan satuan besaran turunan

berdasarkan rumus besaran tersebut.

e. Berdiskusi untuk dapat mengkonversi nilai satuan besaran pokok dan

besaran turunan.

f. Berdiskusi untuk dapat menemukan rumus besaran turunan berdasarkan

satuannya

5. Indikator:

a. Mengemukakan pengertian besaran turunan.

b. Mengemukakan definisi 1 meter

c. Mengemukakan satuan berat berdasarkan rumus w = m.g

24

Page 25: Tugas makalah-inovasi

d. Mengkonversi nilai satuan kecepatan dari dam/jam menjadi m/s

6. Penilaian :

a. Teknik: Tes dan Non-Tes

b. Bentuk Tes: Uraian Singkat dan Bentuk Non-Tes: Observasi

c. Contoh Item Tes: Tuliskan pengertian besaran turunan !

Contoh Item Non-Tes:

Mengemukakan pendapat: 5 4 3 2 1

7. Alokasi Waktu : 4 x 40 menit

8. Sumber Belajar :

a. Kartu-kartu yang berisi pengertian besaran pokok dan besaran turunan

(benar dan salah).

b. Kartu-kartu yang berisi nama besaran pokok dan besaran turunan,serta

satuannya.

c. Kartu-kartu yang berisi definisi besaran-besaran pokok.

d. Carta konversi satuan besaran pokok (MKS ke CGS dan SI ke Sistem

Inggris).

e. Carta contoh perolehan rumus besaran turunan berada satuannya dan

contoh perolehan satuan besaran turunan berdasarkan rumusnya.

2. Inovasi pada Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Fisika

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam

silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)

kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator

untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.

25

Page 26: Tugas makalah-inovasi

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran minimal berisi : tujuan pembelajaran,tujuan pembelajaran,

materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajan,materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber dan media pembelajan,

dan penilaian hasil belajardan penilaian hasil belajar

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan

terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran tertentu. Pengertian lain menyebutkan, bahwa tujuan

pembelajaran adalah pernyataan mengenai aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotor yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada

setiap proses pembelajaran (Subiyanto, 1988).

Perumusan tujuan pembelajaran merupakan tahapan penting dalam

rangkaian penyusunan RPP. Hal ini cukup beralasan karena: (1) dengan adanya

tujuan pembelajaran, peserta didik dapat mengatur waktu, energi, dan

pemusatan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (2) dengan

adanya tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengatur kegiatan (pengelolaan

kelas, penggunaan sumber/media pembelajaran, dan menggunaan model

pembelajaran) untuk mencapai tujuan pembelajaran; dan (3) dengan adanya

tujuan pembelajaran, evaluator dapat menyusun alat evaluasi dengan tujuan

pembelajaran.

Rumusan tujuan pembelajaran yang baik hendaknya melibatkan unsur

ABCD, yaitu Audience (pelaku yang menjadi subjek pembelajaran, yaitu peserta

ALUR PENYUSUNAN RPPALUR PENYUSUNAN RPP

SILABUSSILABUS

RPPRPP

SK dan KDSK dan KD

26

Page 27: Tugas makalah-inovasi

didik), Behavior (jenis atau tingkatan perilaku khusus yang diharapkan dilakukan

peserta didik), Condition (syarat/keadaan yang harus dipenuhi oleh tingkah laku

pada saat dievaluasi), dan Degree (derajat atau tingkatan keberhasilan peserta

didik dalam mencapai perilaku yang diharapkan)

Contoh: Setelah memperhatikan getaran pegas pada layar LCD, peserta

didik berdiskusi dalam kelompok kecil untuk dapat menuliskan hubungan antara

frekuensi, periode, massa beban dengan benar.

Dalam konteks KTSP, tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat

dicapai oleh peserta didik dalam setiap pembelajaran (termasuk pembelajaran

fisika) tetap berorientasi kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang terdiri atas

tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotor yang bermuara kepada

pencapaian kecakapan hidup peserta didik (kecakapan intelektual, kecakapan

sosial, dan kecakapan spritual).

1) Tujuan Kognitif

Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir, meliputi:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(1) Pengetahuan

Pengetahuan berkenaan dengan ingatan, yaitu segala sesuatu yang

terekam di dalam otak seseorang. Pengetahuan dapat dibedakan atas:

a) Pengetahuan mengenai hal-hal pokok, seperti: (1) pengetahuan tentang

terminologi; dan (2) pengetahuan tentang fakta-fakta khusus.

b) Pengetahuan mengenai cara memperlakukan hal-hal pokok, seperti: (1)

pengetahuan tentang konvensi; (2) pengetahuan tentang kecenderungan

dan urutan; (3) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (4)

pengetahuan tentang tolok ukur; dan (5) pengetahuan tentang metodologi.

c) Pengetahuan mengenai hal yang umum dan abstrak, seperti: (1)

pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan (1) pengetahuan

tentan teori dan struktur.

27

Page 28: Tugas makalah-inovasi

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan pengetahuan:

- menyebutkan - mengulang

- menunjukkan - mencatat

- menyatakan - menghafal

(2) Pemahaman

Pemahaman berkenaan dengan inti sari dari sesuatu, yaitu suatu bentuk

pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan, dan dapat menggunakan materi atau ide yang

dikomunikasikan itu tanpa harus menghubungkannya dengan materi lain.

Pemahaman dapat dibedakan atas:

a) translasi, yaitu kemampuan untuk memahami suatu materi atau ide yang

dinyatakan dengan cara asli yang dikenal sebelumnya.

b) Interprestasi, yaitu kemampuan untuk memahami suatu materi atau ide

yang direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain (grafik, tabel, atau

diagram).

c) ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk meramalkan kelanjutan

kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan menge-mukakan

akibat, konsekuensi, implikasi, dan sebagainya sejalan dengan kondisi

yang digambarkan dalam komunikasi yang ada.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan pemahaman:

- menjelaskan - membedakan

- memperkirakan - mencontohkan

- mengubah - membandingkan

(3) Penerapan

Penerapan berkenaan dengan penggunaan abstraksi dalam situasi

tertentu dan konkret. Abstraksi dapat berupa: teori, hukum, prinsip, aturan,

prosedur, metode, dan sebagainya. Dalam mata pelajaran fisika, situasi tertentu

dan konkret yang dimaksudkan berkenaan dengan pemanfaatan abstraksi fisika

dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang ada kaitannya dengan

fisika.

28

Page 29: Tugas makalah-inovasi

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan penerapan:

- menentukan - menggunakan

- mengoperasikan - melakspeserta didikan

- memproses - memecahkan

(4) Analisis

Analisis berkenaan dengan pemisahan atau penguraian suatu ide atau

pengertian menjadi unsur-unsur penyusunnya sehingga ide atau pengertian itu

relatif menjadi lebih jelas dan atau hubungan antara ide-ide sehingga menjadi

lebih eksplisit. Analisis dapat dibedakan atas:

a) Analisis unsur-unsur, yaitu kemampuan mengenali asumsi-asumsi

yang tidak dinyatakan; keterampilan membedakan fakta dari hipotesis.

b) Analisis hubungan, yaitu kemampuan memeriksa konsistensi hipotesis

dengan informasi dan asumsi yang ada; kemampuan untuk memahami

hubungan antara ide-ide.

c) Analisis prinsip-prinsip keteraturan, yaitu kemampuan mengenal

relevansi dan signifikansi sesuatu; menghubungkan deduksi atau

kesimpulan dengan postulat atau premis pada suatu teori.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan analisis:

- memerinci - menyeleksi

- menemukan - menguji

- mengaitkan - menegaskan

(5) Sintesis

Sintesis berkenaan dengan kemampuan menyusun bagian-bagaian atau

unsur-unsur sehingga membentuk suatu kesatuan yang sebelumnya tidak

nampak dengan jelas. Sintesis dapat dibedakan atas:

a) Sintesis untuk menghasilkan suatu komunikasi atau eksperimen yang

mencerminkan penyusunan ide-ide.

b) Sintesis untuk menghasilkan suatu rencana atau usulan mengenai

pelaksanaan sesuatu.

29

Page 30: Tugas makalah-inovasi

c) Sintesis untuk menderivasi suatu hubungan abstrak; kemampuan

menemukan hubungan abstrak dengan mengklasifikasi data yang ada.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan sintesis:

- mengumpulkan - membentuk

- mengkode - merancang

- mengkombinasikan - mengkategorikan

(6) Evaluasi

Evaluasi berkenaan dengan penentuan secara kualitatif atau kuantitatif

suatu nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolok

ukur tertentu. Evaluasi dapat dibedakan atas:

a) Evaluasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan hal internal,

seperti: ketelitian yang logis, konsistensi, dan tolok yang lain;

kemampuan untuk melihat adanya ketidakberesan dalam logika suatu

pernyataan atau sederetan pernyataan yang diajukan untuk

mendukung suatu hipotesis.

b) Evaluasi untuk pengambilan keputusan berdasarkan tolok ukur

eksternal, seperti: pembandingan teori-teori, fakta-fakta, teori-teori

yang berhubungan dengan fenomena-fenomena tertentu; kemampuan

menggunakan standar eksternal untuk membandingkan suatu

prosedur atau produk dengan prosedur atau produk lain yang telah

terkenal.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan evaluasi:

- memilih - mengkritik

- memperjelas - menyimpulkan

- menilai - memutuskan

2) Tujuan Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan perasaan/kesadaran, seperti: senang

atau tidak senang. Ranah afektif terdiri atas lima dengan urutan dari yang paling

sederhana sampai ke yang paling kompleks adalah: (1) penerimaan; (2)

penanggapan; (3) penilaian; (4) organisasi; dan (5) pemeranan.

30

Page 31: Tugas makalah-inovasi

Penerimaan berkenaan dengan kesediaan untuk memberi perhatian

kepada fenomena atau stimulus tertentu. Penerimaan dibedakan atas:

(1) Kesadaran: hampir bersifat kognitif; contoh: kesadaran tentang warna,

bentuk, susunan, keteraturan di sekitar kita.

(2) Kemauan menerima: masih bersifat kognitif; contoh: mendengarkan

dengan baik jika ada orang lain berbicara kepadanya.

(3) Perhatian yang terkendali atau terarah: suatu stimulus akan

diperhatikan jika lebih disukai dari stimulus lain; contoh: kepekaan

terhadap nilai-nilai yang berada pada suatu peristiwa.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan penerimaan:

- mengukuti - memilih

- menggunakan - mengidentifikasi

- mengemukakan - menjawab

Penanggapan berkenaan dengan pemberian respons sebagai wujud

peran aktif. Dalam penanggapan, orang merasa terlibat dalam fenomena atau

aktivitas tertentu, sehingga ia mencar-cari dan memperoleh kepuasan dengan

mengerjakan aktivitas itu. Penanggapan dibedakan atas:

(1) Kesepakatan pada penanggapan: peserta didik memang memberikan

respons tetapi mungkin ia merasa tidak sepenuhnya berkewajiban

untuk melakukannya; contoh: mematuhi peraturan laboratorium Fisika.

(2) Kemauan menanggapi: orang merasa wajib bertingkah laku tertentu;

dengan suka rela membaca atau berdiskusi tentang masalah Fisika

dalam kehidupan sehari-hari.

(3) Kepuasan pada tanggapan: tanggapan yang disertai perasaan puas;

contoh memperoleh kesenangan dalam kerja kelompok di laboratorium

Fisika.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan penanggapan:

- membantu - membentuk

- menjawab - memenuhi

- melaporkan - menyambut

31

Page 32: Tugas makalah-inovasi

Penilaian berkenaan dengan pemilihan, penghargaan dan pengagungan

terhadap benda, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian dibedakan atas:

(1) Penerimaan nilai berkenaan dengan respons yang konsisten, seperti:

menumbuhkan rasa persaudaraan dengan teman-teman di sekolah.

(2) Pemilihan nilai berkenaan dengan perasaan terlibat dan memegang

tegus suatu nilai, menginginkannya, dan mencarinya, seperti: merasa

bertanggung jawab untuk membantu teman yang mengalami kesulitan

belajar fisika.

(3) Keterlibatan berkenaan dengan kesadaran dalam memegang teguh

nilai yang diyakini baik, berusaha mengembangkannya, dan

melibatkan diri lebih dalam pada nilai tersebut, seperti: keyakinan

akan efektivitas pembelajaran kooperatif.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan penilaian:

- melengkapi - memilih

- mengikuti - membentuk

- mempertimbangkan - mempelajari

Organisasi berkenaan dengan kemampuan mempersatukan nilai-nilai

yang berbeda, menyelesaikan pertentangan-pertentangan antara nilai-nilai

tersebut, dan mulai membina sistem nilai yang konsisten secara internal.

Organisasi dibedakan atas:

(1) Konseptualisasi nilai berkenaan dengan kesadaran yang

memungkinkan seseorang memandang tinggi dan memegang teguh

nilai-nilai itu, sepert: memantapkan pendirian mengenai tanggung

jawab masyarakat untuk melestarikan sumber daya alam.

(2) Organisasi sistem nilai berkenaan dengan kesadaran untuk

menghasilkan suatu nilai yang baru, nilai yang lebih kompleks, atau

nilai yang lebih tinggi. Seperti: memilih kebijakan yang menguntungkan

seluruh rakyat, dan bukan kebijakan yang hanya menguntungkan diri

sendiri atau golongan.

32

Page 33: Tugas makalah-inovasi

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan organisasi:

- mengatur - mengubah

- melengkapi - mempersiapkan

- mempersatukan - mengintegrasikan

Pemeranan berkenaan dengan nilai-nilai yang telah memperoleh tempat

dalam hirarki nilai seseorang, disusun menjadi semacam sistem yang

mempunyai konsistensi internal, yang mengendalikan tingkah laku orang itu

menurut pola tertentu. Pemeranan dibedakan atas:

(1) Generalisasi berkenaan dengan ”kelompok sikap” yang menjadi dasar

tingkah laku seseorang, seperti: kesediaan untuk memperbaiki

keputusan dan mengubah tingkah laku berkat sesuatu yang

meyakinkan.

(2) Pemeranan berkenaan dengan puncak proses internalisasi, berkenaan

dengan pandangan seseorang terhadap alam semesta, filsafat hidup.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan pemeranan:

- menggunakan - menunjukkan

- mempraktikkan - memerankan

- membuktikan - merevisi

3) Tujuan Psikomotor

Tujuan psikomotor berkenaan dengan keterampilan fisik, keterampilan

motorik, atau keterampilan tangan. Tujuan psikomotor teradiri atas: (1) persepsi;

(2) kesiapan; (3) respons terpimpin; (4) mekanisme; (5) respons yang kompleks;

(6) penyesuaian; dan (7) mencipta.

Persepsi berkenaan dengan kesadaran akan suatu stimulus, menyeleksi

stimulus terarah sampai menterjemahkannya dalam pengamatan stimulus

terarah kepada kegiatan yang ditampilkan.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan persepsi:

- memilih - mengidentifikasi

- memisahkan - membedakan

- mengaitkan - mendeskripsikan

33

Page 34: Tugas makalah-inovasi

Kesiapan berkenaan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan tertentu,

termasuk kegiatan mental, emosi, dan fisik.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan kesiapan:

- memulai - menunjukkan

- memperagakan - melaksanakan

- menanggapi - memindahkan

Respons terpimpin berkenaan dengan keterampilan meniru gerakan,

gerakan coba-coba, performansi yang memadai berdasarkan tolok ukur tertentu.

Mekanisme berkenaan dengan perubahan respons yang dipelajari menjadi

kebiasaan; gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan respon terpimpin; mekanisme:

- merakit - mencampur

- mengukur - menyetel

- membuka - menggunakan

Respons yang kompleks berkenaan dengan pola gerakan yang telah

berkembang dengan baik, sehingga seseorang dapat mengubah pola

gerakannya agr sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan respons yang kompleks:

- mengatur - membangun

- membetulkan - memasang

- membedah - membentuk

Mencipta berkenaan dengan keterampilan menciptakan pola-pola baru

agar sesuai dengan situasi yang dihadapi (kerampilan tingkat tinggi).

Contoh kata-kata operasional untuk tujuan mencipta:

- menyusun - merancang

- mencipta - membangun

- mengubah - mengkombinasi

b. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, dan stándar kompetensi. Materi

34

Page 35: Tugas makalah-inovasi

pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada

dalam silabus.

c. Mencantumkan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap metode

pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan taktik

pembelajaran senantiasa dibingkai oleh model pembelajaran. (Ahmad Sudrajat,

2010). Oleh karena itu, pendidik harus mampu memaknai model- model

pembelajaran yang inovatif seperti yang terungkap di dalam beberapa

kepustakaan.

Pembelajaran inovatif hendaknya berlandaskan paradigma konstruktivistik

sehingga dapat membantu peserta didik untuk menginternalisasi, membentuk

kembali, atau mentransformasi informasi baru. Trianto (2007) mengungkapkan

beberapa model pembelajaran inovatif berlandaskan paradigma konstruktivistik,

yakni: (1) model Reasoning and Problem Solving; (2) model Inquiry Training; (3)

model Problem-Based Instruction; (4) model Pembelajaran Perubahan

Konseptual; (5) model Group Investigation; (6) model problem-based learning;

(7) model Penelitian Jurisprudensial; dan (8) model Penelitian Sosial.

Berkenaan dengan model-model pembelajaran inovatif tersebut di atas,

Tim Pengembang Sekolah Unggulan Provinsi Sulawesi Selatan (2007),

mengungkapkan beberapa strategi pembelajaran yang mendukung model

pembelajaran efektif yang dikembangkannya, yaitu: (1) Pembelajaran Berbasis

Masalah; (2) Pembelajaran Inquiry dan Discovery; (3) Pembelajaran Berbasis

Proyek/Tugas; (4) Pembelajaran Kooperatif dengan berbagai tipe (jigsaw, STAD,

NHT, GI, dan lain-lain); (5) Pembelajaran Partisipatori; dan (6) Pembelajaran

Scaffolding

d. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-

langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan

35

Page 36: Tugas makalah-inovasi

memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai

dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai

dengan modelnya.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran apapun yang direncpeserta

didikan hendaknya disesuaikan dengan perencanaan pengelolaan kelas.

Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

pencapaian sistem belajar yang optimal. Pengelolaan kelas atau pengelolaan

sistem pembelajaran sangat menekankan pentingnya penciptaan suasana

belajar yang kondusif, agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara

maksimal. Untuk itu, pendidik diharapkan mampu memberikan pelayanan

pendidikan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang inovatif.

Pembelajaran yang inovatif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif.

Kelas yang kondusif adalah kelas dengan lingkungan belajar yang mendorong

terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Model pembelajaran apapun

yang diterapkan oleh pendidik akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung

dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif. Oleh karena itu, pendidik perlu

merencanakan penataan dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian

rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap peserta didik

untuk terlibat dalam proses pembelajaran.

Tim Pengembang Sekolah Unggulan Provinsi Sulawesi Selatan (2007)

mengemukakan beberapa petunjuk dalam mengelola kelas agar kondusif bagi

terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif, yakni sebagai berikut.

a. Penciptaan Atmosfir Belajar

Atmosfir atau iklim belajar yang kondusif di kelas memegang peranan

penting dalam menstimulasi dan mempertahankan keterlibatan peserta didik

dalam belajar. Oleh karena itu, pendidik perlu menciptakan iklim komunikasi dan

interaksi dalam kelas yang kondusif bagi proses pembelajaran. Proses

pembelajaran harus lebih humanis, sehingga orientasi pembelajaran tidak lagi

pada tuntutan penguasaan mata pelajaran, tetapi lebih pada diri peserta didik

yang bersangkutan (active leaner). Tugas pendidik lebih sebagai fasilitator,

36

Page 37: Tugas makalah-inovasi

mediator, moderator dalam proses belajar. Atmosfir belajar tidak lagi bersifat

menekan, memaksa, dan membebani, melainkan bersifat merangsang,

memancing, memotivasi, dan menyenangkan. Beberapa kondisi dan iklim kelas

yang inovatif dan dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang

efektif adalah: menyenangkan, mencerdaskan, menguatkan, serta hidup dan

memberi kebebasan.

b. Pengaturan Meja-kursi

Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan peserta didik dapat saling

berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk

melakukan aktivitas belajar merupakan aspek pembelajaran yang harus

direncanakan secara inovatif. Khusus dalam pembelajaran fisika, meja-kursi

hendaknya dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel yang

memungkinkan peserta didik dapat melakukan berbagai jenis keterampilan

proses, seperti: observasi, klasifikasi, prediksi, interpretasi, merancang

percobaan, melakukan percobaan, menarik kesimpulan, dan

mengkomunikasikan (Conny Semiawan, dkk., 1988). Terdapat beberapa

bentuk penataan meja-kursi yang bersifat inovatif dan dapat direncanakan oleh

pendidik guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar peserta didik dalam

proses pembelajaran fisika antara lain: model huruf U, model Corak Tim, model

Meja Konferensi, model Lingkaran, model Fishbowl, model Breakout groupings, dan

model Workstation.

5. Mencantumkan Sumber dan Media Pembelajaran

Pemilihan sumber dan media pembelajaran mengacu pada perumusan

yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber

belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan

bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber

belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan

judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

Pembelajaran yang inovatif perlu didukung berbagai sumber dan media

pembelajaran. Bagian ini kerapkali terabaikan dengan berbagai alasan seperti,

37

Page 38: Tugas makalah-inovasi

terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media

yang tepat, biaya tidak tersedia dan sejumlah alasan lain. Alasan-alasan tersebut

sebenarnya tidak perlu muncul, karena ada banyak jenis sumber dan media

yang dapat digunakan, disesuaikan dengan kondisi waktu, keuangan maupun

materi yang akan disampaikan. Setiap jenis sumber dan media pembelajaran

memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi

(Kemp, 1985).

Sumber dan media pembelajaran memiliki fungsi yang jelas, yaitu:

memperjelas, memudahkan, dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan

disampaikan kepada peserta didik dengan harapan motivasi belajar mereka

dapat meningkat dan proses pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif

(Raharjo, 1991). Hal ini cukup beralasan karena sumber dan media

pembelajaran memiliki potensi untuk membangkitkan proses pembelajaran yang

efektif, antara lain sebagai berikut.

a. Sumber dan media pembelajaran dapat menghadirkan obyek langka dan

berbahaya ke dalam situasi pembelajaran.

b. Sumber dan media pembelajaran dapat menjadikan konsep abstrak

menjadi konkret.

c. Sumber dan media pembelajaran dapat memberikan kesamaan persepsi

mengenai suatu obyek.

d. Sumber dan media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan waktu,

tempat, jumlah, ukuran, dan jarak suatu obyek.

e. Sumber dan media pembelajaran dapat menyajikan ulangan informasi

mengenai suatu obyek dan taat azas tanpa pernah jemu.

f. Sumber dan media pembelajaran dapat menjadikan suasana

pembelajaran yang santai, menarik, dan kurang formal.

Sumber dan media belajar termasuk salah kompenen utama pada Silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Sri Joko Yunanto

(2005) bahwa sumber adalah bahan yang mencakup media belajar, alat peraga,

alat permainan yang bertujuan untuk memberikan pengalaman atau informasi

(pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik pada proses

38

Page 39: Tugas makalah-inovasi

pembelajaran. Berkenaan dengan kebermaknaan perolehan pengalaman

peserta didik pada proses pembelajaran, Edgar Dale mengemukakan kerucut

pengelaman (cone of Experience) yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari gambar tersebut di atas dapat kita lihat rentangan tingkat

pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-

simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan

tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap komponen-komponen lain pada

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Peserta didik SMP/MTs dan SMA/MA umumnya berada pada usia

operasional formal. Pada usia ini peserta didik sudah mampu berpikir sistematis

dan logis terhadap hal-hal yang bersifat abstrak. Dengan demikian, pendidik

dalam pembelajaran hendaknya mampu memanfaatkan sumber dan media

pembelajaran yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman

belajar secara konkret maupun abstrak, sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai (tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotor).

Terdapat sejumlah sumber dan media pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan oleh pendidik dalam pembelajaran fisika, yakni sebagai berikut.

39

Pengalaman Langsung

Pengalaman Buatan

Demonstrasi

Dramatisasi

Pameran

Gambar Hidup

Radio, Rekaman, Gambar Mati

Lambang Verbal

Lambang Visual

Karyawisata

Page 40: Tugas makalah-inovasi

a. Lingkungan Sekitar

Di lingkungan sekitar peserta didik terdapat sejumlah sumber dan media

pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pengalaman belajar secara konkret. UNESCO mendefinisikan lingkungan

sebagai faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi dan budaya yang berpengaruh

secara langsung atau tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan

individu (Sri Redjeki, 1985). Apakah peserta didik sudah akrab dengan faktor-

faktor tersebut, sesuai dengan materi pembelajaran yang digariskan oleh

kurikulum yang berlaku ?. Jawabannya: belum tentu akrab. Oleh karena itu,

jadikanlah faktor-faktor tersebut sebagai sumber dan media pembelajaran bagi

mereka.

Belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media

pembelajaran dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: membawa peserta didik

ke lingkungan untuk belajar dan membawa sumber-sumber dari lingkungan

untuk dipelajari oleh peserta didik (Nasution, 1982). Peserta didik dibawa ke

lingkungan untuk belajar jika obyeknya sulit dimasukkan ke dalam kelas karena

keterbatasan ruang dan waktu, serta biaya.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran

adalah sebagai berikut.

Pertama, mengunjungi suatu obyek di lingkungan sekitar untuk

mengidentifikasi konsep-konsep apa pada obyek tersebut yang dapat dipelajari

oleh peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kedua, menjelaskan kepada peserta didik mengenai tujuan kunjungan ke

obyek, misalnya: topik pembelajaran dan jenis kegiatan yang akan dilakukan.

Ketiga, mengorganisasikan peserta didik ke dalam bentuk kelompok atau

perorangan.

Keempat, memberikan tugas kelompok atau perorangan

40

Page 41: Tugas makalah-inovasi

Kelima, mengunjungi obyek atau mendatangkannya dalam kelas agar

terjadi proses pembelajaran.

Keenam, peserta didik berinteraksi dengan obyek (pengalaman belajar),

merumuskan kesimpulan, dan membuat laporan.

Ketujuh, peserta didik mengkomunikasikan hasil pembelaja-rannya dalam

bentuk laporan atau pajangan di kelas.

Kedelapan, melakukan penilaian dan tindak lanjut.

b. Situasi Buatan

Situasi buatan dapat diartikan sebagai benda-benda atau kejadian-

kejadian tiruan dari yang sebenarnya, karena benda-benda atau kejadian-

kejadian tersebut sulit di dapat, terlalu besar, terlalu kecil, terlalu jauh, dan

sebagainya. Situasi sosial atau peristiwa bersejarah dapat dihadirkan di dalam

kelas dalam bentuk dramatisasi yang diperankan oleh peserta didik atau

pendidik bersama peserta didik. Dalam pembelajaran fisika, situasi buatan

mengenai obyek fisika dapat dihadirkan di kelas dalam bentuk model (benda

tiruan dalam bentuk tiga dimensi), misalnya model atom, model lintasan elektron,

model perpindahan energi, dan sebagainya.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam

memanfaatkan situasi buatan pada pembelajaran adalah sebagai berikut.

Pertama, menetapkan benda-benda atau kejadian-kejadian tiruan sesuai

dengan tujuan pembelajaran.

Kedua, mengorganisasikan peserta didik secara kelompok atau

perorangan.

Ketiga, memberikan tugas kelompok atau perorangan kepada peserta

didik.

Keempat, peserta didik berinteraksi dengan benda-benda atau kejadian-

kejadian tiruan sesuai dengan strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas yang

diterapkan oleh pendidik.

41

Page 42: Tugas makalah-inovasi

Kelima, peserta didik merumuskan kesimpulan atau membuat laporan.

Keenam, peserta didik mengkomunikasikan hasil pembela-jarannya dalam

bentuk laporan atau pajangan di kelas.

Ketujuh, melakukan penilaian dan tindak lanjut.

c. Media Audio-Visual

Video dan film dapat dimanfaatkan oleh pendidik dalam pembelajaran

fisika sebagai media audio-visual bagi peserta didik, terutama jika materi

pembelajaran berkenaan dengan suatu proses yang kejadiannya pada masa

lalu, membutuhkan waktu yang lama, atau membutuhkan waktu yang sangat

singkat.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik untuk memanfaat

video atau film dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

Pertama, memilih video atau film yang materinya sesuai dengan tujuan

pembelajaran (sebaiknya video atau film tersebut dicoba sebelum ditayang di

depan peserta didik).

Kedua, menata ruangan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

Ketiga, mengorganisasikan peserta didik secara kelompok atau

perorangan.

Keempat, menayangkan video atau film.

Kelima, kegiatan lanjutan bagi peserta didik setelah mencermati

penayangan video atau film (berdiskusi, melakukan percobaan, merumuskan

kesimpulan, atau membuat laporan).

Keenam, peserta didik mengkomunkasikan hasil pembela-jarannya dalam

bentuk laporan atau panjangan di kelas.

Ketujuh, melaksanakan penilaian dan tindak lanjut.

42

Page 43: Tugas makalah-inovasi

d. Media Visualisasi Verbal

Media visualisasi verbal berupa gambar yang disertai dengan penjelasan

(lisan atau tertulis). Gambar yang dimaksudkan adalah gambar diam, baik yang

diproyeksikan (film bingkai, film rangkai, dan transparansi) maupun yang tidak

(gambar/foto, poster, kartun, sketsa, bagan, dan sebagainya).

Kondisi atau kualitas gambar diam yang digunakan sebagai media

pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan tingkatan perkembangan peserta

didik sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran yang berakhir pada salah

konsep. Bagi peserta didik SMP, gambar simbolik atau sketsa suatu obyek

sudah dapat dimengerti.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam

memanfaatkan media visualisasi verbal dapat disesuaikan dengan langkah-

langkah yang telah dicontohkan sebelumnya. Dalam pembelajaran, gambar diam

dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar secara mandiri, misalnya

menulis pertanyaan-pertanyaan tentang gambar, menulis sebuah ceritera yang

berkenaan dengan gambar, dan menggunakan gambar untuk berceritera di

depan kelas. Selain itu, serangkaian gambar diam dapat menginformasikan

kepada mengenai suatu proses atau peristiwa, misalnya peristiwa terjadinya arus

listrik, terjadinya perpindahan panas, dan perubahan energi.

e. Media Audio Verbal

Media audio verbal dalam pembelajaran biasanya dikemas dalam bentuk

rekaman kaset tape recorder atau dalam bentuk ceramah oleh pendidik. Salah

satu alasan mengenai pemanfaatan tape recorder sebagai media pembelajaran

fisika adalah untuk melatih kemampuan pendengaran peserta didik untuk

menyimak konsep-konsep fisika yang dideklarasikan.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam

memanfaatkan media audio verbal dapat disesuaikan dengan langkah-langkah

yang telah dicontohkan sebelumnya. Namun demikian, yang perlu diperhatikan

oleh pendidik adalah kejelasan suara yang dapat dicermati oleh peserta didik,

baik dalam belajar secara mandiri, kelompok kecil, maupun secara klasikal.

43

Page 44: Tugas makalah-inovasi

Pemanfaatan tape recorder sebagai media pembelajaran dapat dipadukan

dengan media lain, seperti media cetak (buku atau modul).

f. Media Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Sejak diberlakukannya Kurikulum 2006, Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technology (ICT)

berfungsi sebagai media pembelajaran fisika yang inovastif. Sebagai media

pembelajaran, pendidik dianjurkan untuk memanfaatkan fasilitas TIK khususnya

komputer untuk memfasilitasi pembelajaran fisika bagi peserta.

Komputer sebagai media pembelajaran memiliki banyak kelebihan

dibandingkan media lainnya. Komputer dapat diisi berbagai jenis materi

pembelajaran dan peserta didik dapat berinteraksi langsung dengannya, seperti:

menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan mensimulasikan suatu

proses. Bahkan komputer dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk

melakukan pembelajaran melalui internet.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam

memanfaatkan media komputer dapat disesuaikan dengan langkah-langkah

yang telah dicontohkan sebelumnya.

6. Mencantumkan Penilaian

Dalam KTSP, penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan oleh:

pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Berkenaan RPP, BSNP (2007)

menggariskan bahwa pendidik pada kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Teknologi (termasuk mata pelajaran fisika), terdapat beberapa teknik penilaian

dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang dapat dilakukan oleh pendidik,

seperti pada tabel di bawah ini.

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

Tes Tertulis Tes pilihan: pilihan ganda, menjodohkan, benar salah, dan lain-lain.

Tes isian: isian singkat dan uraianObservasi Lembar Observasi (lembar pengamatan)

44

Page 45: Tugas makalah-inovasi

Tes Praktik (Tes Kinerja) Tes Tulis Keterampilan Tes Identifikasi Tes Simulasi Tes Uji Petik Kerja

Penugasan Individual atau Kelompok

Pekerjaan rumah Proyek

Tes Lisan Daftar pertanyaan

Penilaian Portofolio Lembar penilaian Portofolio

Jurnal Buku catatan jurnal

Penilaian Diri Kuesioner/lembar penilaian diri

Penilaian Antar Teman Lembar penilaian antar teman

7. Format dan Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam implementasi KTSP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dapat disusun dengan mengikuti format untuk beberapa kali pertemuan atau

format untuk satu kali pertemuan.

Format RPP untuk beberapa kali pertemuan adalah sebagai berikut.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SMP/MTs : ...................................Mata Pelajaran : ...................................Kelas/Semester : ...................................Standar Kompetensi: ...................................Kompetensi Dasar : ...................................Indikator : ...................................Alokasi Waktu : … jam pelajaran (… x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran : ...................................

B. Materi Pembelajaran : ...................................

C. Metode Pembelajaran : ..................................

D. Langkah-langkah Kegiatan PembelajaranPertemuan 1:

Kegiatan Awal ........................................ Kegiatan Inti ........................................ Kegiatan Akhir ........................................

45

Page 46: Tugas makalah-inovasi

Pertemuan 2: Kegiatan Awal ........................................ Kegiatan Inti ........................................ Kegiatan Akhir ........................................

dan seterusnya.

E. Sumber Belajar : ...................................F. Penilaian : ...................................

Format RPP untuk satu kali pertemuan adalah sebagai berikut.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

SMP/MTs : ...................................Mata Pelajaran : ...................................Kelas/Semester : ...................................Standar Kompetensi: ...................................Kompetensi Dasar : ...................................Indikator : ...................................Alokasi Waktu : … jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran : ...................................B. Materi Pembelajaran : ...................................C. Metode Pembelajaran : ..................................D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal ........................................... Kegiatan Inti ........................................... Kegiatan Akhir ...........................................

E. Sumber Belajar : ...................................F. Penilaian : ...................................

Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

SMP/MTs : XXXMata Pelajaran : IPA-FisikaKelas/Semester : VII/1Standar Kompetensi: Memahami wujud zat dan perubahannyaKompetensi Dasar : Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam

kehidupan sehari-hariIndikator :1. Mengemukakan definisi massa jenis 2. Menentukan massa jenis benda yang

berbentuk bola

46

Page 47: Tugas makalah-inovasi

Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran

A. Tujuan Pembelajaran : 1.Disediakan sejumlah data tentang massa dan volume beberapa jenis benda, peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil untuk menemukan definisi atau rumus massa jenis dengan benar

2.Dengan menggunakan Neraca Ohauss 310, peserta didik secara individu dapat mengukur massa benda berbentuk selinder (besi, aluminium, dan tembaga) dengan benar.

3.Dengan menggunakan Jangka Sorong, peserta didik secara individu dapat mengukur volume benda berbentuk selinder(besi, aluminium, dan tembaga) dengan benar

4.Dengan menggunakan data hasil pengukuran pada tujuan 2 dan 3, peserta didik secara individu dapat menentukan massa jenis benda (besi, aluminium, dan tembaga) dengan benar.

5.Disediakan data mengenai massa dan diameter bola kaca, peserta didik secara individu dapat menentukan massa jenis kaca dengan benar.

B. Materi Pembelajaran :

Massa Jenis

a. Pengertian Massa JenisMassa jenis (ρ) adalah ciri khas suatu jenis zat (materi) sehingga

dapat dibedakan dengan zat yang lain. Nilai massa jenis suatu jenis zat diperoleh dari perbandingan atau hasil bagi antara massa dan volume zat tersebut. Rumus untuk menentukan massa jenis suatu zat adalah sebagai berikut.

ρ = mzat/Vzat

Satuan massa jenis adalah kg/m3 atau grm/cm3. Jika berat zat dibagi dengan volumenya, maka hasil yang diperoleh adalah besaran berat jenis (BJ). Rumus untuk menentukan berat jenis adalah sebagai berikut.

BJ = wzat/Vzat

Satuan berat jenis adalah newton/m3 atau dyne/cm3

b. Penentuan Massa Jenis

Pengukuran massa benda padat yang bentuknya beraturan

Massa Benda (kubus)

47

Page 48: Tugas makalah-inovasi

No Jenis bendaMassa

kilogram gram1 Tembaga2 Besi3 Aluminium

c. Pengukuran volume benda padat yang bentuknya beraturan

Volume Benda (selinder)

No Jenis bendaVolume

m3 cm3

1 Tembaga2 Besi3 Aluminium

d. Penentuan massa jenis benda padat yang bentuknya beraturan

Massa Jenis Benda (bola)

No Jenis bendaMassa Jenis

kg/m3 gram/cm3

1 Tembaga2 Besi3 Aluminium

Massa Jenis Berbagai Benda

No Jenis bendaMassa Jenis

kg/m3 g/cm3

1 Tembaga 8900 8,92 Besi 7900 7,93 Aluminium 2700 2,14 Air 1000 1,05 Alkohol 790 0,796 Minyak tanah 800 0,8

C. Metode Pembelajaran : Pembelajaran Kooperatif Tipe STADD. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan Awal Pengetahuan Prasyarat : Mengetahui rumus untuk menentukan

volume bangun ruang (kubus, balok, selinder, dan bola)

48

Page 49: Tugas makalah-inovasi

Motivasi : Akhir-akhir ini kita biasa mendengar berita tentang penipuan. Orang tertipu karena membeli emas palsu atau bensin yang tidak murni. Apakah kalian mau tertipu akan keaslian atau kemurnian suatu zat. Jika tidak mau, kalian harus mengikuti pembelajaran ini dengan baik.

2. Kegiatan Inti : 1. Pendidik menyampaikan perlunya pengetahuan massa jenis dan keterampilan untuk menentukan massa jenis benda padat dan benda cair.

2. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok kecil (3-4 orang) untuk menemukakan definisi dan rumus massa jenis berdasarkan data yang tersedia.

3. Setiap anggota kelompok melakukan pengukuran massa benda dengan menggunakan neraca Ohauss 310 dibantu oleh teman dalam kelompok.

4. Setiap anggota kelompok melakukan pengukuran volume benda dengan menggunakan jangka sorong dibantu oleh teman dalam kelompok

5. Peserta didik berdiskusi untuk menentukan massa jenis benda padat (besi, aluminium, dan tembaga) berdasarkan hasil pengukuran massa dan volume yang dilakukan sebelumnya, serta mencocokkannya dengan nilai pustaka massa jenis benda tersebut

6. Peserta didik secara individu mengerjakan kuis

3. Kegiatan Penutup : - Refleksi Pembelajaran - Pemberian Tugas Rumah

E. Sumber Belajar : - Tabel yang berisi berbagai massa dan volume suatu jenis benda.

- Jangka Sorong dan Neraca Ohauss 310 - Daftar massa jenis berbagai jenis zat - Charta rumus volume bagun ruang

F. Penilaian : Penilaian Kognitif

1. Apa yang dimaksud massa jenis ?

49

Page 50: Tugas makalah-inovasi

2. Sebuah benda berbentuk setengah bola memiliki massa 0,25 kg. Jika diameter benda itu 10 cm berapa massa jenis benda tersebut dalam satuan kg/m3.

Penilaian Afektif1. Kerjasama dalam kelompok: 5 4 3 2 1 2. Mengemukakan pendapat : 5 4 3 2 1 3. Menerima pendapat : 5 4 3 2 1

Penilaian Psikomotor1. Mengukur massa : 5 4 3 2 1 2. Mengukur volume : 5 4 3 2 1

C. PENUTUP

Untuk mencapai tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA tenaga pendidik harus mampu melakukan berbagai

inovasi dalam mengimplementasikan KTSP. Inovasi pertama dan utama yang

harus dilakukan oleh pendidik mata pelajaran fisika adalah dalam menyusun

perencanaan proses pembelajaran. Hal ini cukup beralasan karena perencanaan

proses pembelajaran sangat penting untuk membantu pendidik dan peserta

dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga

memungkinkan terjadinya peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

Perencanaa proses pembelajaran yang semestinya disusun oleh pendidik

secara mandiri adalah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Setiap komponen silabus dan RPP tidak serta merta ditulis, tetapi membutuhkan

pemikiran inovatif dari pendidik dengan memperhatikan situasi dan kondisi

lingkungan sekolah, serta karakteristik peserta didik.

Fisika sebaga salah satu mata pelajaran pada jenjang pendidikan

SMP/MTs dan SMA/MA memiliki keunikan di banding mata pelajaran lain, baik

dari segi karakteristik materinya maupun dari segi proses pembelajarannya.

Materi mata pelajaran fisika tidak dapat dipisahkan dari keterampilan proses

sains. Oleh karena itu, inovasi dalam perencanaan proses pembelajaran sangat

dibutuhkan agar pembelajaran fisika dapat berlangsung secara bermakna bagi

peserta didik.

50

Page 51: Tugas makalah-inovasi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sudrajat, 2010, Model Pembelajaran Inovatif, http:// akhmadsudrajat. wordpress.com

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Isi, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Petunjuk Teknis Pengenbangan Silabus dan Contoh / Model Silabus SMA/MA, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2007, Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

Basuki Dwi Sulistyo, 2007, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007, Universitas Negeri Semarang: Semarang

Conny Semiawan, dkk., 1988, Pendekatan keterampilan proses, Gramedia: Jakarta.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:2003.

http://www.jambiekspres.co.id/index.php/guruku/858, 2010, Perjalanan Kurikulum di Indonesia

Husaini Usman, 2008, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Bumi Aksara: Jakarta.

Nasution, S.. 1982. Teknologi Pendidikan, Jemmars: Bandung

51

Page 52: Tugas makalah-inovasi

Pusat Kurikulum, 2006, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPS Terpadu Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Balitbang Depdiknas : Jakarta.

Rahardjo, R., 1991, Desain Media (Pengantar Pembuatan OHT), Nuffic/Depdikbud/ AA: Jakarta.

Rosita Budi Indaryanti, 2006, Manajemen Pembelajaran yang Kreatif pada Mata Pelajaran Sains Fisika di SMP Negeri 3 Kartasura, Unismuh Surakarta: Surakarta.

Sri Redjeki, 1995, Pengajaran IPA dengan Menggunakan Lingkungan sebagai Sumber belajar dan Pengajaran Tradisional di Sekolah Dasar, FPS IKIP Bandung: Bandung.

Subiyanto, 1988, Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, P2LPTK, Depdikbud: Jakarta.

Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisti, Prestasi Pustaka: Jakarta

Udin Syaefuddin Sa’ud, 2009, Inovasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung

Universitas Negeri Makassar, 2007, Panduan Model Pembelajaran Efektif, UNM: Makassar.

52