Upload
arinimeidapitaloka
View
1.346
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Benlakang
Secara sederhana inovasi dimaknai sebagai pembaruan atau perubahan dengan
ditandai oleh adanya hal yang baru. Upaya untuk mencari hal yang baru itu, mungkin
disebabkan oleh beberapa hal antara lain dalam upaya memecahkan masalah yang
dihadapi seseorang atau kelompok. Dengan demikian, sesuatu ide atau temuan yang baru
atau perubahan baru tetapi kurang membawa dampak kepada upaya pemecahan masalah
tidak dapat diklasifikasikan sebagai inovasi.
Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan
diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Oleh sebab itu, inovasi pada dasarnya merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan
hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil
olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan
dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu kedaan
tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat. Dalam bidang pendidikan,
misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak
dilontarkan model-model inovasi dalam berbagai bidang antara lain : usaha pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan
relevansi pendidikan. Kesemuanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa
diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan di
Tanah Air. Beberapa contoh inovasi antara lain : program belajar jarak jauh, manajemen
berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran konstektual (contectual
learning), pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Pakem).
Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang
sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang
pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi
pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb.
Tidak bisa diragukan lagi bahwasanya manusia tak akan terlepas dengan
mengeksplorasi segala sumber daya yang dimilikinya. Dengan cara mencurahkan segala
daya dan kemampuanya untuk selalu berinofasi menemukan sesuatu yang baru yang
dapat membantu hidupnya menjadi lebih baik. Jika manusia tidak menggali segala
kemampuanya maka ia akan tertinggal bahkan tergerus oleh zaman yang selalu
berkembang.
Dalam dunia pendidikan Inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena tanpa
inovasi akan terjadi kemandekan pada dunia pendidikan yang kemudian berimbas pada
pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, social dan lain-lain.
2. Batasan Masalah
Dalam Penulisan makalah kali ini penulis membatasi pada :
1. Pengertian Inovasi pendidikan
2. Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesia
3. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan
4. Penolakan (Resistance)
5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
6. Langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum
BAB II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Inovasi Pendidikan
Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah
invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru
artinya hasil karya manuasia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang
sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha
menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan
discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi adalah penemuan
yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal
yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Maka dapat ditarik
kesimpulan Ibahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide,
barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia
pendidkan. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan
kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu
upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak
hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta
pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan
pendidikan.
2. Inovasi pendidikan dan model pembelajaran di Indonesia
a. Top Down Inovation
Inovasi model Top Down ini sengaja diciptakan oleh atasan (pemerintah) sebagai
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan
sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara
mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik
untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk
menolak pelaksanaannya.
Contoh adalah yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini.
Seperti penerapan kurikulum, kebijakan desentralisasi pendidikan dan lain-lain.
b. bottom up Inovation
Yaitu model ionovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan
dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Biasanya dilakukan oleh para guru.
c. Desentralisasi dan Demokratisasi pendidikan.
Perjalanan pendidikan nasional yang panjang mencapai suatu masa yang
demokratis kalau tidak dapat disebut liberal-ketika pada saat ini otonomisasi pendidikan
melalui berbagai instrument kebijakan, mulai UU No. 2 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, privatisasi perguruan tinggi negeri-dengan status baru yaitu Badan
Hukum Milik Negara (BHMN) melalui PP No. 60 tahun 2000, sampai UU No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yang mengatur konsep,
sistem dan pola pendidikan, pembiayaan pendidikan, juga kewenangan di sektor
pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun daerah. Dalam konteks ini pula,
pendidikan berusaha dikembalikan untuk melahirkan insan-insan akademis dan
intelektual yang diharapkan dapat membangun bangsa secara demokratis, bukan
menghancurkan bangsa dengan budaya-budaya korupsi kolusi dan nepotisme, dimana
peran pendidikan (agama, moral dan kenegaraan) yang didapat dibangku sekolah dengan
tidak semestinya.
Jika kita merujuk pada undang-undang Undang-Undang No.22 Tahun 1999
tentang otonomi pemerintahan daerah maka Desentralisasi pendidikan bisa diartikan
sebagai pemberian kewenangan untuk mengatur pendidikan di daerah.
Ada dua konsep desentralisasi pendidikan.
Pertama, desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan. Desentralisasi lebih
kepada kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.
Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang
lebih besar di tingkat sekolah.
Konsep pertama berkaitan dengan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan
dari pusat ke daerah sebagai bagian demokratisasi. Konsep kedua lebih fokus mengenai
pemberian kewenangan yang lebih besar kepada manajemen di tingkat sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
d. KTSP
KTSP yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan
kurikulum yang bersifat operasional dan dilaksanakan dimasing-masing tingkat satuan
pendidikan. Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-undang Sikdiknas No. 20
Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun oleh masing-masing sekolah
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penyerahan pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pada tiap sekolah dengan mengacu pada Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan bertujuan agar kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan
karakter dan tingkat kemampuan sekolah masing-masing.
Pedoman penilaian dan penentuan kelulusan peserta didik mengacu pada SKL
yang meliputi kompetensi untuk kelompok mata pelajaran atau kompetensi untuk seluruh
mata pelajaran yang dinilai berdasarkan kualifikasi kemampuan mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan.
Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
e. Quantum learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang
dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan
merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum
digunakan. Namun,
Bobbi DePorter mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk
membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan
perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari
upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen
yang
disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan
pasti
mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif
atau
negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di
dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih
jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang
terampil
dalam seni pengajaran sugestif bermunculan.
Selanjutnya Porter dkk mendefinisikan quantum learning sebagai “interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.” Mereka mengasumsikan kekuatan
energi sebagai bagian penting dari tiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik
E = mc2, mereka alihkan ihwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia yang “secara
fisik adalah materi”. “Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin
cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya”. Pada kaitan
inilah, quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar
f. Contextual Teaching and Learning /CTL
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan
sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan
pendekatan kontekstual
g. cooperative learning
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model
pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran
Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang
terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson &
Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi
personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran
gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan
bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling
bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
f. Active learning
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik
dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang
mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan
untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
g. PAKEMadalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk
kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil
belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran
yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif,
maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
3. Kendala-kendala Dalam Inovasi Pendidikan
Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi pendidikan
a. konflik dan motivasi yang kurang sehat
b. lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
c. keuangan (finacial) yang tidak terpenuhi
d. penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi
e. kurang adanya hubungan sosial dan publikasi (Subandiyah 1992:81).
4. Penolakan (Resistance)
Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat diterima oleh
para pelaksanaan inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:
1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan dan bahkan
pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi tersebut dianggap oleh guru.
atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan kepunyaan orang lain yang tidak perlu
dilaksanakan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka.
2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat sekarang,
karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan bertahun-tahun dan tidak
ingin diubah. Disamping itu sistem yang mereka miliki dianggap oleh mereka
memberikan rasa aman atau kepuasan serta sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal
senada diungkapkan pula Day dkk (1987) dimana guru tetap mempertahankan sistem
yang ada.
3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat (khususnya
Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru
dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro (1987:36) yang mengatakan bahwa
"mismatch between teacher's intention and practice is important barrier to the success of
the innovatory program".
4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat merupakan
kecenderungan sebuah proyek dimana segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi
dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau kalau finasial dan
keuangannya sudah tidak ada lagi. Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya
terpaksa melakukan perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak
punya wewenang untuk merubahnya.
5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan sekolah atau
guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai dengan kemauan mereka
dan situasi sekolah mereka.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama
yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan
fasilitas, dan program/tujuan,
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru
sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di
luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah
penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan
kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru
dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya
kepala sekolah dan
tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu
sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai
dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya
memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa
melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang
diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka
menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus
dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan
kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang
luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator
dan lain sebagainya. (Wright 1987)
2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar,
siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa
dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik,
pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan.
Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,
walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu
mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen. Peran
siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur
lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran
pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam
memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak
atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut,
tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program
pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam
pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-
unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-
program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai
dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembahruan pendidikan,
perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum
diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya
akan berjalan searah.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam
dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan
pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan
inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi
pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama
fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan
pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi
pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku,
meja dan sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat.
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung
terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun
negatif, dalam pelaklsanaan pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung
atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang
ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik
terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat
sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila
mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi
pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam
melaksanakan inovasi pendidikan.
5. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum, sesuai dengan prinsip-prinsio kurikulum 1975,
ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, agar kurikulum yang dilaksanakan
memberi harapan semua pihak yaitu, murid, orang tua, masyarakat dan pemerintah.
Prof. winarno Surachmad (1977 ; 23) mengemukakan prinsip-prinsip tersebut
adalah prinsip relevansi, efektivitas, efisiensi, kontinuitas dan fleksibilitas. Untuk itu
diuraikan dibawah ini :
a. Prinsip Relevansi
Yang dimaksud dengan prinsip relevansi kesesuaian antara pendidikan dengan
tuntutan kehidupan. Prinsip relevansi pendidikan dengan kehidupan ini, sekurang-
kurangnya terdapat yiga segi yang harus sesuai (relevant), yaitu relevansi pendidikan
dengan lingkungan siswa, relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan yang
akan datang, dan relevansi pendidikan dengan tuntutan pekerjaan.
b. Prinsip Efektifitas
Yang dimaksud prinsip efektifitas dalam pendidikan adalah sampai sejumlah
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pendidikan yang telah dirumuskandapat tercapai.
Prinsip efektivitas pendidikan dapat ditin jau dari dua segi efektivitas mengajar guru dan
efektiviktas bekerja murid.
c. Prinsip Efisiensi
Yang dimaksud dengan prinsip efisiensi dalam pendidikan yaitu seimbangnya
usaha yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan hasil yang dicapai oleh
lulusan atau siswa. Dalam pengembangan kurikulum hal-hal yang diperhatikan dalam
prinsip efisiensi ini adalah waktu yang digunakan, tenaga yang dikeluarkan, peralatan dan
biaya yang dikeluarkan hendaknya minimal dapat mencapai hasil atau tujuan yang
diharapkan.
d. Prinsip Kesinambungan
Yang dimaksud dengan prinsip kesinambungan (kontinuitas) dalam pendidikan
adalah saling berhubungan atau jalin menjalinnya program pendidikan atau tingkat
pendidikan dengan program pendidikan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Prinsip
kesinambungan ini dapat ditinjau drai dua segi yaitu kesinambungan antara berbagai
tingkat pendidikan (sekolah) dan kesinambungan antara berbagai bidang studi.
a. Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah
Dalam penyusunan kurikulum hendaknya dipertimbangkan hal-hal :
1) Bahan pelajaran yang diberikan pada sekolah yang lebih tinggi hendaknya
merupakan kelanjutan dari sekolah sebelumnya.
2) Bahan pelajaran yeng telah diberikan pada sekolah yang lebih rendah, hendaknya
tidak diberikan pada sekolah yang lebih tinggi.
b. Kesinambungan antara berbagai bidang studi
Maksudnya adalah bahan yang diajarkan dalam suatu bidang studi tertentu
mempunyai hubungan dengan bidang lainnya. Oleh karena itu hendaknya diusahakan
sedemikian rupa dalam penetapan urutan penyajian diperhatikan agar hubungan dapat
berjalan dengan baik.
e. Prinsip Fleksibilitas
Yang dimaksud dengan prinsip fleksibilitas adalah adanya aktivitas atau ruang
gerak yaitu, memberikan kebebasan, sehingga tidak baku.
Dalam kurikulum prinsip fleksibilitas mencakup fleksibilitas murid dalam
memilih program pendidikan dan fleksibilitas guru dalam memilih program
pendidikan dan fleksibilitas guru dalam mengembangkan program pengajaran.
1. Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan
Yang dimaksud fleksibilitas pemilihan program pendidikan dengan
mewujudkannya program-program pilihan bagi murid sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
2. Fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran
Yang dimaksud fleksibilitas disini adalah dengan diberikannya
kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan program pengajaran yang
berpegang kepada tujuan dan pelajaran yang tertera dalam kurikulum yang masih
bersifat umum.
f. Prinsip berorientasi pada tujuan
Yang dimaksud dengan prinsip yang berorientasi pada tujuan (out put oriented)
adalah penetapan bahan dan jam pelajaran yang bersumber rumusan kepada tujuan-
tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, baik tujuan umum, tujuan
institusional sampai kepada tujuan intruksional.
g. Prinsip pendidikan seumur hidup
Yang dimaksud dengan prinsip pendidikan seumur hidup berarti bahwa setiap
manusia diharapkan untuk selalu berkembang sepanjang hidupnya. Dan masa sekolah
bukan satu-satunya masa bagi orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian saja
dari waktu belajar yang berlangsung seumur hidup tersebut.
6. Langkah-langkah Pengembangan Kurikulum
Langkah pengembangan kurikulum dibagi menjadi tiga fase yaitu :
1. Fase pengembangan program tingkat lembaga
Pengembangan tingkat lembaga ini mencakup perumusan tujuan institusional,
penetapan isi dan struktur program dan penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum.
a. Perumusan tujuan lembaga (institusional)
Adalah rumusan tujuan pendidikan yang terdiri dari rumusan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diharpkan dicapai anak setelah menyelesaikan
keseluruhan program pendidikan pada suatu sekolah tertentu
Ciri-ciri tujuan institusional (suatu sekolah dapat ditinjau dari segi kategori,
aspek yang diukur dan ditingkat kekhususannya, adalag sebagai berikut :
1) Kategori tujuan institusional
Tujuan intsitusional mempunyai 2 kategori yaitu tujuan institusional
umum dan tujuan institusional khusus. Tujuan institusional umum
menggambarkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap ayng bersifat
umum. Sedangkan tujuan institusional khusus merupakan penjabaran dari
tujuan institusional umum, yang berisi rumusan pengetahuan, keterampilan
dan sikap pula, yang walupun rumusan masih bersifat umum.
2) Aspek yang dicakup dalam rumusan tujuan institusional adalah aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap
3) Tingkat kekhususan
Tujuan institusional merupakan penjabaran tujuan nasional yang
kemudian dijabarkan lagi kepada tuyjuan kurikuler dan tujuan instruksional.
b. Penetapan isi dan struktur program
Adalah penetapan bidang-bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan penetapan struktur program mencakup :
1) Jenis program pendidikan (umum, akademis, keguruan, kejuruan, spesialisasi,
dsb).
2) Sistem dan jumlah kelas serta unit waktu yang digunakan.
3) Jumlah bidang studi yang diajarkan perminggu/perhari.
4) Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perminggu atau perhari.
c. Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum
Langkah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan, yang meliputi
:
1) Melaksanakan pengajaran
2) Mengadakan penilaian
3) Mengadakan bimbingan dan penyuluhan, dan
4) Melaksanakan administrasi dan supervisi
2. Fase pengembangan program setiap bidang studi
Langkah-langkah untuk melaksanakan pengembangan program setiap bidang studi :
a. Merumuskan tujuan kurikulum
Adalah rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dimiliki
murid dalam setiap bidang studi, setelah murid menyelesaikan program pendidikan di
sekolah secara keseluruhan.
b. Merumuskan tujuan instruksional
Adalah rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang merupakan perincian dari
tujuan kurikuler, sebagai dasar untuk menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan
dalam setiap bidang studi.
c. Menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan
Atas dasar tujuan instruksional di atas, maka langkah selanjutnya menetapkan pokok
bahasan/sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi.
d. Menyusun garis-garis besar pengajaran, terdiri :
1) Atas dasar tujuan kurikuler, tujuan instruksional dan pokok bahasan/sub pokok
bahasan, maka disusunlah garis-garis besar pengajaran (GBPP) yang berisikan
tujuan pengajaran, bahan pengajaran (pokok/sub pokok bahasan) yang telah
disusun perkelas dan persemester yang disertai keterangan jumlah jam dan
sumber bahan yang dapat digunakan.
2) Setelah GBPP selesai disusun, maka dibuatlah pedoman khusus melaksanakan
pengajaran dari masing-masing bidang studi seperti cara/metoda yang digunakan,
alat yang digunakan, cara menilai dan sebagainya.
3. Fase pengembangan program pengajaran di kelas
Tugas guru dalam rangka mengembangkan program pengajaran adalah :
a. Menetapkan satuan bahasan dari bahan pengajaran yang tercantum dalam GBPP
b. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuan bahasan
yang nanti akan dilaksanakan di kelas.
6. Kesimpulan
Inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus
melibatakan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi
seperti guru dan siswa. Disamping itu, keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh
satu atau dua faktor saja, tapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas.
Daftar Pustaka
Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani Rusyam (1991) Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran. Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya- Bandung 1991.
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/0145.html