Upload
aditya-dian-tjokroatmodjo
View
115
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PENGENDALIAN MUTU
PENGOLAHAN KERUPUK UDANG
Disusun Oleh :
1. Aditya Dian P (H0911002)
2. Chairun Nisa’ M.N (H0911014)
3. Erina Widayani (H0911022)
4. Kherianda Nadhilah (H0911034)
5. Mardinawati W. P (H0911036)
6. Monica Oktavia (H0911040)
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
I. DESKRIPSI PRODUK
A. Identitas
Kerupuk udang adalah kerupuk yang dibuat dengan bahan baku utama tepung
tapioka dan udang. Udang yang digunakan adalah udang segar dan bahan baku lain
yang digunakan antara lain tepung terigu, gula, garam, telur, kecap, dan air.
B. Cara Mengonsumsi
Cara mengkonsumsi kerupuk udang sama dengan kerupuk lain digunakan
sebagai pelengkap lauk saat makan dan dapat pula sebagai camilan yang gurih dan
lezat.
C. Cara Penyimpanan
Penyimpanan kerupuk yang baik (mentah maupun telah digoreng) adalah dalam
wadah tertutup rapat, di tempat yang tidak lembab. Apabila kerupuk mentah disimpan
di tempat yang lembab, pada suatu saat akan ditumbuhi oleh jamur, sehingga tidak
dapat dikonsumsi lagi (Koswara, 2009). Sedangkan untuk penyimpanan kerupuk skala
perusahaan adalah dengan menggunakan kemasan primer dan sekunder. Artinya pada
kemasan primer, kerupuk dikemas dalam plastik, kemudian dimasukkan ke dalam
karton, dan di "sring". Setelah kemasan selesai kemudian dimasukkan ke dalam karton
besar. Pada kemasan dalam dicantumkan kode produksi dan tanggal kadaluarsa
sedangkan pada bagian luar dicantumkan tanggal produksi. Hal ini dimaksudkan agar
pada saat pengiriman dan pemasaran dapat menerapkan sistem FIFO (first in and first
out). Barang yang telah dikemas kemudian disusun dalam gudang (Afifah, 1998).
D. Diagram Alir Proses Pengolahan dan Parameter Proses
Tahapan Parameter Proses pembuatan kerupuk udang dimulai dari penerimaan
bahan baku. Bahan baku yang digunakan tepung tapioka yang digunakan yaitu meliputi
syarat organoleptik seperti sehat, tidak berbau apek, murni dan tidak ada benda asing.
Kemudian udang segar yang memiliki ciri-ciri warna transparan, tidak berbau, dan
tidak berlendir. Bahan baku ketiga adalah telur bebek, karena lebih efisien dan banyak
mengandung gizi. Kemudian gula dan garam dan air yang ditambahkan secukupnya
sesuai kebutuhan.
Setelah pemilihan bahan baku kemudian proses Mixing dengan perbandingan
antara air : tepung tapioca 5 : 9. Kemudian pembentukan, yang biasanya dilakukan
dengan membentuk adonan menjadi bulat lonjong. Pengukusan dilakukan dengan suhu
yang optimal sampai warnanya bening. Proses selanjutnya adalah pendinginan yang
dilakukan dalam suhu kamar kurang lebih selama 12 jam, agar terbentuk adonan yang
Penerimaan bahan baku
Udang Garam, gula, telur, air Tp. tapioka
PencampuranPembersihan, penghancuran
Mixing
Pembentukan
Pengukusan
Pendingin
Pemotongan
Penebaran
Pengeringan
Penggorengan
Pendinginan
Pengepakan
keras. Setelah pendinginan kemudian dipotong tipis-tipis dengan ketebalan 2 mm
dengan menggunakan alat potong mesin. Pengeringan matahari sampai kerupuk mudah
patah ketika dihancurkan. Setelah kering kerupuk digoreng. Penggorengan dilakukan
dengan suhu penggorengan 170oC sambil dibolak-balik, penggorengan dilakukan
selama 1 menit. Setelah digoreng kerupuk siap dikemas. Pengepakan dilakukan plastik
bening, dan di segel sehingga tidak ada udara langsung yang masuk.
Sumber : Afifah (2013)
II. SIFAT PRODUK DAN STASIUN PENGENDALIAN
A. Kerenyahan
Kerenyahan merupakan sifat penting dalam penerimaan produk hasil
penggorengan seperti kerupuk. Kerupuk udang dikatakan renyah apabila kerupuk
digigit akan mengeluarkan bunyi “kriuk” dan teksturnya kering. Kerenyahan kerupuk
ditentukan pada proses penggorengan. Susanto (1995) menerangkan semakin banyak
air yang tidak teruapkan selama penggorengan, menyebabkan tingkat pengembangan
kerupuk menjadi rendah dan mengakibatkan tingkat kerenyahan kerupuk menurun.
Dengan demikian kadar air kerupuk merupakan karakteristik tersembunyi yang juga
menentukan sifat produk. Proses pengolahan yang menjadi stasiun pengendalian dan
dapat mempengaruhi kerenyahan kerupuk yaitu:
1. Mixing
Komposisi yang yang digunakan pada proses mixing dapat mempengaruhi
kerenyahan bahan (misalnya: penambahan telur tidak lebih dari 15 persen (persen
total dari telur yang ditambahkan) telah dapat meningkatkan rasa, kerenyahan dan
pengembangan volume).
2. Pemotongan
Tebal tipisnya kerupuk mempengaruhi kerenyahan produk kerupuk.
3. Penebaran
Pada proses penebaran, kerupuk jangan ditumpuk agar dihasilkan kerupuk yang
keringnya merata dan teksturnya baik sehingga menghasilkan kerupuk yang renyah.
4. Pengeringan
Pada proses pengeringan inilah yang sangat menentukan kualitas kerenyahan
kerupuk. Jika proses pengeringan tidak merata dan tidak berjalan dengan optimal maka
kerupuk nantinya tidak memiliki tekstur yang baik (tidak renyah).
5. Penggorengan
Pada proses penggorengan kerupuk, suhunya harus tinggi dalam waktu singkat
dan minyak harus banyak untuk menggoreng agar didapatkan kerenyahan yang baik.
B. Rasa
Rasa yang dihasilkan kerupuk udang yaitu gurih dan berasa khas udang. Rasa gurih
dipengaruhi oleh komposisi gula, garam, dan bumbu yaitu bawang merah bawang putih
dan ketumbar. Sedangkan rasa khas udang dipengaruhi oleh komposisi udangnya.
Proses pengolahan yang menjadi stasiun pengendalian dan dapat mempengaruhi rasa
kerupuk yaitu:
1. Mixing
Pada proses mixing, untuk memperbaiki atau menambah cita rasa, dapat
ditambahkan bumbu atau bahan penyedap kedalam adonan kerupuk.
2. Penggorengan
Pada saat menggoreng, hendaknya jangan terlalu lama agar tidak overcooked atau
gosong karena jika gosong maka akan menghasilkan rasa yang tidak enak dan
menurunkan penerimaan konsumen terhadap produk.
C. Aroma
Aroma yang dihasilkan kerupuk udang yaitu aroma khas udang. Aroma ini
dipengaruhi oleh komposisi bumbu dan udang yang digunakan. Proses pengolahan
yang menjadi stasiun pengendalian dan dapat mempengaruhi aroma kerupuk yaitu:
1. Mixing
Pada proses mixing, pencampuran bahan baku yaitu udang dan bahan lainnya
menentukan aroma yang dihasilkan pada kerupuk agar kerupuk tidak berbau amis
sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Penggorengan
Pada saat menggoreng, hendaknya jangan terlalu lama agar tidak overcooked atau
gosong karena jika gosong maka akan menghasilkan bau gosong yang tidak enak dan
menurunkan penerimaan konsumen terhadap produk.
D. Kenampakan (Warna dan Kemekaran)
Warna yang dihasilkan kerupuk udang yaitu putih keemasan. Warna ini diperoleh
saat proses penggorengan sempurna. Kemekaran merupakan salah satu parameter
penentu mutu kerupuk. Kemekaran yang baik akan menyebabkan kerupuk renyah.
Kemekaran kerupuk dipengaruhi oleh kadar air kerupuk mentah, komposisi bahan, dan
kandungan protein. Istanti (2005) menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kemekaran kerupuk adalah kandungan protein. Kandungan protein yang tinggi
cenderung menurunkan daya kembang kerupuk, karena kantong-kantong udara kerupuk
yang dihasilkan semakin kecil karena padatnya kantong-kantong udara tersebut terisi
oleh bahan lain (protein). Proses pengolahan yang menjadi stasiun pengendalian dan
dapat mempengaruhi kenampakan kerupuk yaitu:
1. Mixing
Pada proses mixing, bahan-bahan yang ditambahkan pada adonan kerupuk dapat
mempengaruhi warna dan tingkat kemekaran kerupuk. Warna kerupuk yang dihasilkan
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan.
2. Pengukusan
Perubahan warna terjadi pada adonan kerupuk setelah adonan mengalami
pengukusan. Perubahan warna ini disebabkan oleh adanya proses browning dari protein
dan karbohidrat, yang merupakan reaksi pencoklatan non enzimatis. Kandungan protein
mempengaruhi intensitas reaksi pencoklatan tersebut.
3. Penggorengan
Penggorengan kerupuk bertujuan untuk menghasilkan kerupuk goreng yang
mengembang dan renyah. Proses penggorengan jangan terlalu lama agar tidak
overcooked atau gosong karena jika gosong maka akan menghasilkan warna yang
kurang disukai konsumen.
4. Pengeringan
Kadar air yang terkandung dalam kerupuk mentah akan mempengaruhi kualitas
dan kapasitas pengembangan kerupuk dalam proses penggorengan selanjutnya. Tingkat
kekeringan tertentu akan menghasilkan tekanan uap yang maksimum pada proses
penggorengan sehingga gel pati kerupuk bisa mengembang.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Diana Nur. 2013. Sistem Produksi dan Pengawasan Mutu Kerupuk Udang Berkualitas Ekspor. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.
Istanti I. 2005. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadaap Sifat Fisik dan Sensori Kerupuk Ikan Sapu-sapu (Hyposarcus pardalis) yang Dikeringkan dengan Menggunakan Sinar Matahari. Skripsi. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Ebookpangan.com
Susanto, T. 1995. Kemungkinan Tulang Ternak Sebagai Bahan Baku Gelatin. Prosiding Seminar Sehari Aspekaspek Agribisnis Bidang Peternakan Surabaya.
Syafriyudin Dan Dwi Prasetyo Purwanto. 2009. Oven Pengering Kerupuk Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535 Menggunakan Pemanas Pada Industri Rumah Tangga. Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 70-79.