18
HUKUM KETENAGAKERJAAN MEDIASI KASUS ANTARA PT BENZIN INDONESIA PERKASA DENGAN ESSYAB ZENDY HARDONO Disusun oleh: Gianina Yoane (205120057) Imelda Tobing (205120125) Vivin Caronia (205120129) Jesslyne Ariestya Angela (205120132) Amina Rahmaniar (205120142) 1

tugas perburuhan

  • Upload
    niar

  • View
    254

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

HUKUM KETENAGAKERJAANMEDIASI KASUS ANTARAPT BENZIN INDONESIA PERKASADENGAN ESSYAB ZENDY HARDONO

Disusun oleh:Gianina Yoane (205120057)Imelda Tobing (205120125)Vivin Caronia (205120129)Jesslyne Ariestya Angela (205120132)Amina Rahmaniar (205120142)

UNIVERSITAS TARUMANAGARAFAKULTAS HUKUM2014 2015DAFTAR ISIKata PengantariBAB I PENDAHULUAN................................................................................................1A. Latar Belakang........1B. Rumusan Masalah.......2C. Manfaat Penulisan......2

BAB II TINJAUAN UMUM DAN PEMBAHASAN..3A. Teori dan Dasar-Dasar Hukum.................................................................................3I. Korupsi...............................................................................................................3II. Gabungan Tindak Pidana...................................................................................3III. Perbuatan Berlanjut............................................................................................9IV. Pemberatan Pidana............................................................................................10V. Penyertaan Pidana.............................................................................................15B. Azas-Azas Pidana....................................................................................................20BAB III ANALISA HUKUM........................................................................................24

BAB IV PENUTUPKesimpulan......28Daftar Pustaka.....29

KATA PENGANTARPertama-tama, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyusun Makalah Mediasi Kasus antara PT Benzin Indonesia Perkasa dengan Essyab Zendy Hardono dalam Hukum Ketenagakerjaan.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu aspek penilaian mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan Universitas Tarumanagara 2014/2015. Makalah ini berisi uraian dan jabaran serta pengetahuan yang didapat penulis dari sumber terpercaya yang dapat dipastikan keabsahannya melalui metode pengamatan dengan terjun langsung ke lapangan. Makalah ini diciptakan sebagai persiapan dan alat bantu bagi mahasiswa untuk memahami dan memperdalam wawasan mengenai mediasi dalam bidang hukum ketenagakerjaan khususnya yang terjadi di antara pengusaha dengan tenaga kerjanya.Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah di kesempatan yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima Kasih.

Jakarta, 4 Mei 2014

Penulis

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA KASUSA. Duduk PerkaraB. Proses MediasiC. Dalih Para PihakD. Argumentasi Penulis Menurut pendapat kami mengenai permasalahan antara PT Benzine Indonesia Perkasa terhadap saudara Essyab Zendy Hardono, terdapat beberapa hal yang dapat kami komentari, di antaranya adalah:1. Jangka waktu perjanjian kerjaPekerja sudah bekerja sejak bulan Mei 2010 dengan menandatangani kontrak kerja pada bulan April 2010 dan kontrak tersebut telah diperpanjang sebanyak lima kali dengan rincian sebagai berikut:a. Kontrak pertama: April 2010Mei 2011b. Kontrak kedua: April 2011Mei 2012c. Kontrak ketiga: April 2012Mei 2013d. Kontrak Keempat: April 2013Mei 2014e. Kontrak kelima: April 2014Mei 2015Menurut Pasal 59 ayat 4 Undang-Undang No.13 tahun 2003, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) hanya boleh dilakukan paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun, hal ini juga ditegaskan dalam pasal 3 ayat 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2004 PKWT hanya dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun.PKWT ini dapat pula dilakukan Pembaharuan yang mana Pembaruan perjanjian kerja dapat dilakukan 1 (satu) kalidanpaling lama 2 (dua) tahun. Pembaharuan ini dapat diadakan setelah lebih dari 30 hari sejak berakhirnya PKWT sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 59 ayat 6 Undang-Undang No.13 tahun 2003. Jadi total untuk masa PKWT adalah 5 tahun. Untuk perpanjangan PKWT Pengusaha/perusahaan harus memberitahukan maksudnya untuk memperpanjang PKWT secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan, paling lama 7 (tujuh) hari sebelum PKWT berakhir. Jika pengusaha tidak memberitahukan perpanjangan PKWT ini dalam wakktu 7 (tujuh) hari maka konsekuensinya adalah perjanjian kerjanya batal demi hukum dan menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), seperti yang diatur dalam UU No.13/2003 pasal 59 ayat 5. Untuk Pembaharuan dapat diadakan setelah lebih dari 30 hari sejak berakhirnya PKWT dan selama masa tenggang tersebut tidak ada hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja dan apabila PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari sejak berakhirnya PKWT, maka PKWT dapat berubah menjadi PKWTT.Jika kami lihat, perjanjian kerja /kontrak kerja yang diperpanjang maka dapat diasumsikan bahwa pekerja merupakan pekerja tidak tetap karena perjanjian kerja yang dilakukan oleh pengusaha dan pekerja memiliki jangka waktu tertentu tetapi jika kita melihat pada peraturan yang ada seperti Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No 100 tahun 2004 dimana total jangka waktu PKWT adalah 5 tahun (sudah termasuk perpanjangan dan pembaharuan) dan berdasarkan pendapat dari Pekerja maupun pengusaha pada saat melakukan penandatangan kontrak tidak dilakukan dengan tenggang waktu jadi demi hukum PKWT tersebut demi hukum berubah menjadi PKWTT hal itu berarti Pekerja juga berubah status menjadi pekerja tetap di perusahaan tersebut yang konsekuensiny adalah pekerja sudah mempunyai hak-hak sebagai karyawan tetap.Dan terkait masalah mengenai perjanjian kerja yang tidak diberikan oleh pengusaha pada pekerja, menurut ketentuan Menurut pasal 54 ayat (3) Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa perjanjian kerja dibuat sekurang-kurangnya rangkap 2 (dua), yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dimana pekerja/buruh dan pengusaha masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja. Jadi tidak ada alasan pengusaha untuk tidak memberikan perjanjian tersebut kepada pekerja dan juga pekerja harus mengerti pentingnya memiliki perjanjian kerja tersebu jadi sebelum menanda-tangani perjanjian, baca dan pelajari kontrak kerja terlebih dahulu karena didalam kontrak kerja pekerja dapat mengetahui syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban bagi pekerja dan pemberi kerja/pengusaha yang sesuai dengan Undang- undang, status pekerja dan yang terpenting adalah jika suatu saat terjadi perselisihan seperti ini.2. Gaji / UpahUpah terakhir yang diterima pekerja adalah sebesar Rp 2.440.301 jauh dibawah UMK Jakarta tahun 2015 yaitu sebesar Rp 2.693.000. walaupun Undang-Undang melarang pembayaran upah dibawah minimum namun pada kenyataannya semua itu dikembalikan lagi pada perjanjian antara pengusaha dan pekerja apabila keduanya sama-sama sepakat maka tidak jadi masalah walaupun menurut undang-undang tidak diperbolehkan. Dan membayar upah dibawar minimum merupakan suatu pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi pidana penjara 1-4 tahun dan atau denda sebesar 100 juta 400 juta rupiah.3. Cuti dan Upah LemburDalam kasus ini yang menjadi salah satu permasalahan adalah pekerja yang terus menerus bekerja bahkan pada hari libur kecuali sakit dan pada suatu hari pekerja meminta izin cuti kepada atasanya selama 1 hari namun hal tersebut tidak dihitung sebagai cuti melainkan alfa yang menjadi alasan pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha dan juga pekerja yang bekerja di hari libur tidak mendapatkan upah lembur.Mengenai Hak cuti Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak mengatur mengenai cuti tetapi kita dapat melihat pada pasal 79 ayat 1 dan 2 Undang Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam Pasal 79 ayat 1 terdapat ketentuan mengenai kewajiban pengusaha memberikan istirahat dan cuti kepada pekerja dan dalam ayat 2 mengenai waktu istirahat dan cuti yang meliputi :a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Ketentuan ini tidak pembedaan pekerja antara pekerja tetap maupun pekerja kontrak. cuti adalah hak setiap pekerja yang wajib diberikan oleh pengusaha kecuali jika memang ada kesepakatan terlebih dahulu mengenai cuti dan baik pengusaha maupun pekerja menyetujuinya. untuk waktu kerja harus dilihat dari perjanjian kerja berapa jumlah jam kerja dalam sehari atau seminggu tetapi dalam pasal 77 untuk jam kerja adalah 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi ketentuan tersebut harus membayar upah lembur sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 4 Tahun 2014 upah kerja lembur setelah 7 (tujuh) jam kerja dengan nilai lembur sebagai berikut: untuk waktu kerja 8 (delapan) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur untuk setiap hari kerja sebesar 1 (satu setengah) kali upah sejam untuk waktu kerja 9 (sembilan) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur untuk setiap hari kerja sebesar 3 (tiga setengah) kali upah sejam untuk waktu kerja 10 (sepuluh) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur untuk setiap hari kerja sebesar 5 (lima setengah) kali upah sejam untuk waktu kerja 11 (sebelas) jam 1 (satu) hari, wajib membayar upah kerja lembur untuk setiap hari kerja sebesar 7 (tujuh setengah) kali upah sejam.

Dalam hal pekerja/buruh dipekerjakan pada hari istirahat dalam periode kerja, maka perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut: untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam, wajib dibayar upah kerja lembur sekurang-kurangnya 2 (dua) kali upah sejam; untuk jam kerja pertama selebihnya dari 7 (tujuh) jam, wajib dibayar upah kerja lembur sebesar 3 (tiga) kali upah sejam untuk jam kerja kedua selebihnya dari 7 (tujuh) jam dan seterusnya, wajib dibayar upah kerja lembur sebesar 4 (empat) kali upah sejam.4. Alasan Pemutusan Hubungan Kerja dan PesangonPekerja yang meminta cuti selama 1 hari namun tidak dihitung sebagai cuti melainkan alfa tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Karena untuk dilakukan PHK diperlukan alasan-alasan yang jelas seperti yang diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan seperti : Karena pekerja melakukan kesalahan besar seperti penipuan,korupsi,penggelapan,mabuk,asusila, perjudian,membocorkan rahasia perusahaan. Pekerja ditahan yang berwajib Pekerja mengulangi kesalahan sekalipun telah diberikan peringatan Pekerja mengundurkan diri PHK karena perubahan status perusahaan PHK karena tutupm efisiensi atau pailit PHK yang terjadi karena meninggal dnia PHK karena memasuki usia pension PHK karena pekerja Mangkir selama 5 hari berturut-turut. PHK karena pengusaha melakukan kesalahanPemutusan hubungan kerja pada PKWT adalah otomatis saat masa kontrak tersebut habis dan baik dari pengusaha dan atau pekerja tidak ingin memperpanjang kontrak tersebut. Mengenai pesangon untuk PKWT sebenarnya tidak berhak atas pesangon apabila terjadi pengkahiran kontrak atau pemutusan hubungan kerja, dalam pasal 62 disebutkan bahwa Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. Namun dalam kasus ini kita melihat bahwa terjadi pelanggaran atas syarat-syarat PKWT yang mengakibatkan PKWT berubah menjadi PKWTT dan tentunya pekerja berhak atas pesangon, penghargaan masa kerja dan juga penggantian hak.

Jadi dalam kasus ini kami melihat banyak sekali pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha terhadap hak-hak pekerja mulai dari kontrak kerja, cuti, upah lembur, alasan pemecatan sepihak dan pesangon. Terlepas dari apakah pekerja merupakan pekerja PKWT atau PKWTT, pengusaha tidak memberikan hak pekerja terkait dengan upah lembur maupun cuti, kesalahan Pengusaha disini adalah pengusaha seakan-akan membodohi dan membohongi pekerja dengan terus memperpanjang kontrak kerja dengan pekerja dan berniat mempekerjakan pekerja dengan status pekerja tidak tetap tanpa memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dimana perjanjian kerja yang dilakukannya secara hukum dinyatakan batal demi hukum dan mengubah status pekerja menjadi pekerja tetap yang juga berdampak pada hak-hak pekerja yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Harus diakui memang karena minimnya kesempatan kerja saat ini orang akan menerima kerja tanpa memperhatikan hal-hal seperti itu yang terpenting bagi pekerja adalah bagaimana ia mendapatkan uang untuk menyambung hidup dan bagi pengusaha adalah bagaimana ia dapat menjalankan usahanya dengan mempekerjakan pekerja dengan gaji yang rendah.Proses sampai mediasi

Para pihak yakni pihak pekerja dan pihak perusahaan/pengusaha memasuki ruangan didampingi oleh mediator, dan mediator mempersilahkan duduk para pihak.Tahap sebelum mediasi adalah penawaran. Dalam tahap penawaran ini dimulai dengan mengisi daftar hadir yang disediakan oleh mediator, lalu pembagian berkas atas masing-masing pihak dan para pihak mulai membaca berkas yang sudah dibagikan . Pada tahap penawaran ini, para pihak ditawarkan oleh mediator dalam penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial ini yakni melalui konsiliator atau melalui arbiter dan kalau tidak kedua-duanya maka melalui mediasi. Kemudian mediator bertanya pada pihak pekerja bahwa penyelesaian apa yang dipilih, dan pihak pekerja memilih untuk penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui tahap mediasi, pihak perusahaan/ pengusaha juga sepakat untuk melakukan penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui tahap mediasi. Mediator lalu menulis surat kesepakatan penanganan penyelesaian perselisihan hubungan industrial, dan mediator menyerahkan surat kesepakatan kepada pihak pekerja dan pihak perusahaan/pengusaha untuk menandatangani surat tersebut. Mediator bertanya kembali pada para pihak, apakah tahap mediasi akan dilangsukan atau ditunda, para pihak sepakat tahap mediasi dapat dilangsukan pada Rabu tanggal 03 Juni 2015 pada pukul 10.13.Tahap mediasi kemudian dimulai oleh pertanyaan pertama dari mediator yakni apakah sudah melakukan bipartite atau belum, para pihak menjawab sudah. Lalu antara mediator, pihak pekerja, dan pihak perusahaan/pengusaha mulai membincangkan mengenai permasalahan yang muncul antara pihak pekerja dengan pihak pengusaha. Pihak pekerja mulai memberitahu bahwa dia telah bekerja di pihak perusahaan/pengusaha sejak April tahun 2010 hingga Mei 2015 dengan status sebagai pekerja kontrak. Pihak pekerja pun menjelaskan permasalahan yang dikarenakan karena pada 2 Februari 2015 lalu pihak pekerja mengajukan cuti selama 1 hari namun tidak diterima oleh kepala penjualan SPBU. Prosedur pengajuan cuti harus diajukan terlebih dahulu kepada pengawas. Pihak pekerja sudah mengajukan pengajuan cuti terlebih dahulu kepada pengawas, dan pengawas memberi izin namun, kepala penjualan tidak memberi izin dan pihak pekerja pun langsung cuti tanpa menghiraukan bahwa pengajuan cutinya belum disetujui, karena hal ini daftar hadir sipihak pekerja akhirnya menjadi kosong/alfa dan upah yang seharusnya diterima pun mnejadi berkurang sesuai dengan nominal upah dalam 1 hari bekerja. Hal ini yang menjadi masalah antara pihak pekerja dan pihak perusahaan/pengusaha. Berbincang-bincang pun semakin memanas antara pihak pekerja dan pihak perusahaan/pengusaha. Ditengah-tengah perbincangan mediator kemudian menawarkan penyelesaian dengan jalur musyawarah/winwinsolution/jalan tengah atau dengan menggunakan jalur hukum. Akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk menggunakan jalur musyawarah yakni dengan penawaran yang diberikan oleh pihak perusahaan/pengusaha yakni pihak pekerja bekerja lagi diperusahaan tersbut dengan status sebagai karyawan tetap dan upah yang sudah dipotong akan diganti oleh pihak perusahaan/pengusaha. Pihak pekerja masih bimbang dalam memberi keputusan yang tepat, hingga akhirnya mediator memutuskan untuk memberikan waktu kepada pihak pekerja untuk berfikir dan menemukan keputusan yang tepat begitupun dari pihak perusahaan/pengusaha. Tahap mediasi untuk yang pertama pun diakhiri yang akan dilanjut dengan mediasi kedua yang akan diadakan seminggu kemudian dengan keputusan yang sudah diambil oleh pihak pekerja, setelah itu saling salam-salaman antara mediator, pihak pekerja dan pihak perusahaan/pengusaha hingga meninggalkan ruangan.

Kronologi Masalah

Essyab Zendy Harpano, telah bekerja pada PT. Benzine Indonesia Perkasa sejak April tahun 2010 dan berakhir pada 9 Mei 2015. Essyab bekerja dengan menggunakan sistem kontrak. Kontrak ini diputihkan setiap dua tahun. Pada kontrak pertama yaitu April 2010 hingga Mei 2011, kontrak kerja yang kedua April 2011 hingga Mei 2012, kontrak kerja ketiga April 2012 hingga Mei 2013, dan kontrak kerja keempat pada April 2013 hingga Mei 2014, Essyab tidak pernah diberikan salinan kontak kerja yang dikarenakan hal tersebut merupakan kebijakan perusahaan.

Kontrak kerja kelima terjatuh pada bulan April 2014 hingga Mei 2015, dan tidak diperpanjang tanpa pemberitahuan dari HRD. Essyab mengetahui kabar tersebut dari kepala penjualan, yaitu Bapak Faisal. Essyab mempertanyakan alasan mengapa kontraknya tidak diperpanjang karena tidak adanya alasan yang kuat seperti pemberian SP, dan setelah itulah ia diberikan salinan kontrak kerja.

Essyab telah bekerja selama lima tahun tanpa henti dengan pengecualian cuti atau sakit. Selama ia bekerja, Essyab tidak pernah mendapatkan libur meskipun pada tanggal merah dan hari besar yang membuat ia berhak mendapatkan kompensasi. Pada Februari 2015, Essyab mengajukan hak cuti untuk izin bekerja selama satu hari kepada kepala penjualan. Pengajuan izin satu hari itu mendapatkan persetujuan dari pengawas, tetapi dituliskan alfa oleh kepala penjualan. Sebagai tambahan informasi, agar mendapatkan persetujuan dari kepala penjualan, pengaju harus memberikan uang rokok.

Pada tanggal 8 Mei 2015, Essyab bersama kedua orang tuanya menemui Bapak Zainal di kantor HRD untuk mempertanyakan kebenaran tidak diperpanjangnya kontrak kerja dan hal tersebut ternyata dibenarkan. Alasan tidak diperpanjangnya kontrak karena terdapat alfa satu hari yang sebenarnya merupakan hak cuti.

Pada 11 Mei 2015, Essyab mempertanyakan kebenaran tidak diperpanjangnya kontrak tersebut kepada Bapak William Widianata, dan beliau mengundang untuk membahas secara lisan mengenai masalah ini. Pada tanggal 12 Mei 2015, Essyab diminta untuk datang pada 13 Mei 2015 ke Kantor BSCJakarta.

Dalam pertemuan tersebut dibahas:1. Tidak diperpanjangnya kontrak kerja sesuai denganUNDANG-UNDANGREPUBLIK INDONESIA NOMOR13 TAHUN 2003Tentang Ketenagakerjaan.2. Melihat kontrak kerja yang tidak pernah terputus, Essyab menuntut diakui sebagai pekerja yang berstatus pegawai tetap, tetapi oleh perusahaan dikatakan tidak ada pegawai tetap dalam PT. Benzine.3. Kontrak kerja yang tidak diberikan telah dimusnahkan karena teralu banyak arsip.4. Jenis pekerjaan sebagai operator di PT. Benzine adalah pekerjaan tetap.5. Essyab dijanjikan berhak untuk mendapatkan- Packelaring / jamsostek;- Koperasi DPBU selama lima tahun bekerja;- Seragam kerja;- Pengembalian Ijazah yang ditahan.

Karena tidak ada titik temu atas masalah diatas, maka Essyab mengajukan masalah ini kepada pihak DISNAKERTRANS untuk memediasi, sehingga masalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan hukum yang berlaku.4