53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bersama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 adalah merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Mengenai pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah, secara khusus diatur dalam salah satu bab dari peraturan tersebut. Adapun tujuan dari pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah ini adalah untuk mewujudkan konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan dan hasil rencana pembangunan daerah, konsistensi antara rencana pembangunan jangka panjang daerah dengan rencana jangka panjang nasional dan rencana tata ruang wilayah 1

Tugas Perencanaan Dan Pengendalian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Perencanaan dan Pengendalian

Citation preview

malayu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bersama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 adalah merupakan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Mengenai pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah, secara khusus diatur dalam salah satu bab dari peraturan tersebut. Adapun tujuan dari pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan daerah ini adalah untuk mewujudkan konsistensi antara kebijakan dengan pelaksanaan dan hasil rencana pembangunan daerah, konsistensi antara rencana pembangunan jangka panjang daerah dengan rencana jangka panjang nasional dan rencana tata ruang wilayah nasional, konsistensi antara rencana pembangunan jangka menengah daerah dengan rencana jangka panjang daerah dan rencana tata ruang wilayah daerah, konsistensi antara rencana kerja pemerintah daerah dengan rencana jangka menengah daerah, dan kesesuaian antara capaian pembangunan daerah dengan indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Lebih lanjut diatur bahwa pengendalian dan evaluasi terhadap perencanaan pembangunan daerah, meliputi pengendalian dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan pembangunan daerah, pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan daerah, dan evaluasi terhadap hasil rencana pembangunan daerah. Dalam hal perencanaan jangka panjang dan jangka menengah, dokumen rencana yang dihasilkan memberikan arah kebijakan jangka panjang hingga program pembangunan daerah jangka menengah. Jika perhatian diarahkan pada pelaksanaan pembangunan yang diselenggarakan lebih nyata, maka akan berkaitan dengan rencana pembangunan jangka pendek atau tahunan. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah rencana yang disusun benar-benar dipedomani sebagai acuan untuk penyelenggaraan pembangunan, fokus perhatian perlu diarahkan pada perencanaan pembangunan jangka pendek atau tahunan.

untuk lingkup pelaksanaan rencana, sasaran dari pengendalian dan evaluasi adalah : (1) prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah; (2) rencana program dan kegiatan prioritas daerah; serta (3) pagu indikatif telah disusun dalam beberapa dokumen proses penetapan anggaran pembangunan seperti Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Plafon dan Prioritas Anggaran Sementara (PPAS), hingga dokumen anggaran sendiri yaitu dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Beberapa penelitian menggambarkan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah khususnya dalam proses penetapan APBD adalah titik yang paling kritis. Bias antara rencana dan pelaksanaan sangat sering terjadi pada titik ini. Sebuah rencana yang telah disusun sedemikian rupa secara teknokratis, ternyata dapat berubah menjadi sebuah penjabaran dari kebutuhan yang muncul pada proses di luar rencana. Sugiarto (2010) menyimpulkan bahwa penyusunan RAPBD pasca Musrenbang Kabupaten sepenuhnya di tangan tim anggaran eksekutif dan tim anggaran legislatif. Sementara, Bastian (2008) melakukan pantauan di lapangan dan menyimpulkan bahwa : (1) Kekeliruan penafsiran KUA dan PPAS telah terjadi secara luar biasa; (2) Konsensus prioritas program dan kegiatan dalam KUA dan PPAS sering tidak dianggap dalam proses penyusunan RAPBD sehingga ketidaksepakatan dalam pembahasan KUA dan PPAS ini telah menyebabkan berulang-ulangnya pembahasan; (3) Setelah pembahasan di tingkat komisi yang dilanjutkan panitia kerja RAPBD oleh DPRD, perubahan program dan kegiatan masih berjalan terus. Hal ini berpotensi mengakibatkan proses penyusunan RAPBD selalu terancam dibahas ulang dari titik awal. Sobari, 2007 (dalam Satries, 2011) menyimpulkan bahwa pemerintah daerah dan DPRD belum bisa menjamin bahwa seluruh usul masyarakat dalam Musrenbang akan direalisasikan dalam APBD. Hasil penelitian Satries (2011) mengarah pada kesimpulan adanya stigma bahwa pembangunan hanya tanggung jawab pemerintah daerah dan peran serta masyarakat khususnya dalam proses perencanaan pembangunan kerap diabaikan dengan alasan keberadaan wakil masyarakat sebagai representasi utuh seluruh masyarakat.

Grindle (1980) memperkenalkan model implementasi kebijakan sebagai proses politik dan administrasi. Model tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh beragam aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik administratif. Dalam analisanya terhadap praktek implementasi kebijakan publik di beberapa negara Dunia Ketiga, Grindle menjelaskan bahwa salah satu faktor penting yang menentukan hasil penerapan suatu kebijakan adalah kandungan kebijakan itu sendiri. Dari contoh beberapa kasus, ternyata kandungan kebijakan dan program ini sering menjadi faktor kritis karena dampak potensial yang mungkin ditimbulkannya dalam tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang ada. Memperhatikan kemungkinan tersebut, maka pertimbangan konteks atau lingkungan dimana suatu tindakan administratif ditetapkan merupakan hal yang penting.

Dalam proses mengadministrasikan setiap program, beberapa aktor akan membuat pilihan-pilihan atas alokasi-alokasi spesifik dari sumberdaya publik, sementara lainnya berupaya untuk mempengaruhi keputusan yang diambil. Setiap aktor mungkin mempunyai kepentingan tersendiri dan berupaya untuk mendapatkannya. Seringkali tujuan para aktor itu saling bertentangan, maka dari itu hasilnya kemudian akan ditentukan oleh strategi, sumberdaya, dan posisi kekuatan masing-masing aktor yang terlibat. Apa yang diimplementasikan kemudian adalah hasil perhitungan politis dari berbagai kepentingan dan kelompok-kelompok yang berkompetisi untuk mendapatkan sumberdaya yang terbatas, respon aparat pelaksana, dan sikap elit politik, semuanya kemudian berinteraksi dalam konteks kelembagaan yang ada. Maka, analisa mengenai implementasi kebijakan dapat berarti menilai kapabilitas kekuatan aktor yang terlibat, kepentingan-kepentingan mereka, strategi untuk mendapatkannya, serta rejim dimana mereka berinteraksi.

Di pihak lain, Quick (1980) sampai pada kesimpulan bahwa di negara-negara Dunia Ketiga kebijakan publik seringkali tidak jadi dilaksanakan sama sekali, dan mereka yang berhasil mengaturnya melalui proses implementasi yang berliku-liku sering melihat sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sejak awal oleh para perumus kebijakan yang bersangkutan. Secara ringkas ada beberapa proposisi yang disimpulkan Quick tentang pengambilan keputusan pada organisasi yang berupaya mengimplementasikan kebijakan yang tidak terdefinisi secara jelas tetapi secara politis penting :

a. Organisasi yang memiliki tujuan yang kurang jelas, bermakna ganda dan tidak terukur akan sulit mengembangkan solusi teknis rasional untuk permasalahan implementasi/ pelaksanaan kebijakan. Organisasi seperti ini tidak dapat menetapkan prioritas dan merumuskan kegiatan yang diperlukan, karena bagi organisasi ini kegiatan apapun yang dijalankan dapat menjadi berasalasan untuk banyak tujuan.

b. Jika dengan adanya tekanan politis sebuah organisasi tidak bisa melakukan penolakan, organisasi itu akan terpaksa menggunakan kriteria politis untuk menetapkan prioritas dan merumuskan kegiatan. Beberapa kriteria membutuhkan penyederhanaan struktur tujuan

c. operasional organisasi, menghapus beberapa tujuan yang tidak bisa diukur atau tujuan jangka panjang, serta hasil-hasil yang terukur.

d. Organisasi yang mengimplementasikan program-program yang bertujuan banyak akan menjadi rapuh akibat ketidakmampuan mereka untuk mencapai seluruh tujuan mereka dan kerapuhan ini meningkatkan kepekaan mereka terhadap keinginan dan harapan pemberi pengaruh politis mereka.

e. Politisasi kepemimpinan dalam sebuah organisasi akan menghambat operasi proses umpan balik dan pembelajaran yang normal.

f. Popularitas politik akan mengisolasi sebuah organisasi dari umpan balik aktor birokratik yang tidak berani mengkritisi bagian yang populer atau khawatir jika kritisi mereka dapat menghancurkan lawan populernya. Dalam kedua kasus tersebut, organisasi yang mengimplementasikan kebijakan akan mendapatkan sedikit bantuan dari organisasi yang lain dalam upaya memperbaiki kinerja tugasnya.

g. Ketersediaan sumberdaya menghambat proses umpan balik, karena membiarkan organisasi yang bersangkutan untuk menunda pengujian kritis pada setiap tindakannya. Membelanjakan lebih banyak uang adalah alternatif yang mudah dan tidak menyakitkan dari pengawasan mandiri yang kritis.

h. Popularitas meningkatkan kemampuan organisasi dan menurunkan kepekaannya terhadap lingkungan. Informasi kritis tidak perlu didengarkan karena sangat tidak relevan dalam menentukan status atau penganggaran (budget) sebuah organisasi. Organisasi yang populer akan sanggup untuk tidak belajar dari kesalahan mereka.

Uraian di atas menunjukkan bagaimana karakteristik program ideologis tertentu dapat melemahkan keefektifan implementasi atau pelaksanaan program, Popularitas politis mendorong adanya ketidakjelasan tujuan dan menghambat proses pengendalian dan evaluasi normal dalam organisasi pelaksana kebijakan.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) serta memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), RPJMD Provinsi Kepulauan Riau, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD). RPJMD Kota Tanjungpinang Tahun 2013-2018 merupakan dokumen perencanaan jangka menengah tahap ketiga dari pelaksanaan RPJPD Kota Tanjungpinang Tahun 2005-2025 yang mengamanatkan adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, pengembangan kompetensi SDM, pengembangan produk dan jasa unggulan, serta pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur sektor unggulan.

RPJMD sebagai bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memuat penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas, dan arah kebijakan keuangan daerah. Program proritas meliputi program SKPD, program lintas SKPD dan program kewilayahan. Proses penyusunannya menggunakan lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu : politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan bawah- atas (bottom-up). Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan suatu rencana karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda- agenda pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas melaksanakannya. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas - bawah dan, bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan.

Keberadaan RPJMD Kota Tanjungpinang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan Program Walikota dan Wakil Walikota Tanjungpinang Periode 2013 -

2018 yang dilantik pada tanggal 16 Januari 2013. Selanjutnya dijadikan pedoman dalam penyusunan Renstra SKPD dalam 5 (lima) tahun mendatang dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsistensi antara penjabaran visi dan misi kepala daerah yang tertuang dalam RPJMD Kota Tanjungpinang menjadi acuan atau pedoman setiap penyusunan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Tahunan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Tanjungpinang, penulis melihat pada satu sudut pandang yaitu implementasi rencana program prioritas kebijakan daerah Kota Tanjungpinang dengan program kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015. Untuk itu peneliti mencoba mengangkat sebuah judul penelitian yaitu Sinkronisasi Prioritas Kebijakan Daerah dengan Impelmentasi Program Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti secara mendalam guna mendapatkan suatu jawaban yang jelas, seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang bahwa Sinkronisasi Prioritas Kebijakan Daerah dengan Program Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Tanjungpinang menjadi begitu penting dalam pengendalian proses perencanaan pembangunan daerah Kota Tanjungpinang. Prioritas Kebijakan Daerah diharapkan dapat di implementasikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang memiliki Rencana Kerja Tahunan masing-masing sesuai Tugas Pokok dan Fungsi dari SKPD tersebut, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang, Badan Penanggulangan Daerah Kota Tanjungpinang merupakan SKPD yang mempunyai tugas membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan melaksanakan kebijakan daerah di bidang Penanggulangan Bencana Daerah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang merupakan satu unsur perangkat daerah Kota Tanjungpinang yang Misi Walikota Tanjungpinang Nomor 4 dan Nomor 8 yaitu : Misi 4 Membangun pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntable yang berorientasi pada pelayanan publik dan Misi 8 Melaksanakan pembangunan yang ramah lingkungan dengan penataan ruang yang efektif dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dari latar belakang masalah yang ada maka, penulis melihat salah satu sudut pandang masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada keselarasan dan kesesuaian Prioritas Program Kebijakan Daerah dengan Implementasi Program Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sinkronisasi program prioritas kebijakan daerah dengan implementasi program kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi para mahasiswa dalam proses perencanaan pembangunan daerah.

b. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian atau pembahasan dengan permasalahan yang sama dan memperkaya referensi atau literatur mengenai perencanaan pembangunan daerah.

1.4 Metode Penelitian

1.4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana peneliti berusaha untuk menjelaskan gambaran yang nyata tentang sinkronisasi prioritas program kebijakan pembangunan daerah dengan implementasi program kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015 dan memaparkan data dari hasil penelitian yang di peroleh dari lapangan dengan jelas dan sistematis tanpa menghubungkan atau mengkaitkan unsur-unsur yang lain dalam penelitian ini.

Menurut Sugiono (2005:11) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Sarwono (2006:193) mengatakan bahwa Kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.

1.4.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan batasan permasalahan dan sasaran atau objek penelitian, maka lokasi penelitian ditetapkan pada Kantor Badan Penanggulngan Bencana daerah Kota Tanjungpinang.

1.4.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data, fakta dan informasi dilapangan, penulis menggunakan teknik dan alat pengumpulan data dengan cara Observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung agar mendapat data yang lengkap tentang Sinkronisasi program prioritas kebijakan daerah dengan program kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015 dan kegiatan ini meliputi dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Alat yang digunakan adalah daftar cocok (checklist).

1.4.4 Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu peneliti akan memaparkan informasi atau data yang diperoleh langsung dari Instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang. Kemudian informasi atau data yang diperoleh akan dianalisis dan diberikan penjelasan sesuai dengan yang didapatkan dan ditarik suatu kesimpulan.

1.5 Konsep Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan atau interpretasi terhadap konsep yang digunakan, maka peneliti menggunakan konsep tentang sinkronisasi. Dalam penelitian ini pengertian sinkronisasi Prioritas Program Kebijakan Pembangunan Daerah dengan Implementasi Program Kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015 sebagai suatu upaya atau suatu kegiatan untuk menyelaraskan (membuat selaras), dan menyesuaikan (membuat sesuai) antara suatu prioritas kebijakan pembangunan daerah dengan program kegiatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015. Sinkronisasi yang akan dikaji adalah antara Prioritas Program Kebijakan Pembangunan Daerah sesuai Visi dan Misi Kepala Daerah dalam RPJMD Kota Tanjungpinang Tahun 2013-2018 dengan Rencana Kerja (Renja) SKPD BPBD Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015.

Untuk dapat melakukan penyesuaian dan penyelarasan atas prioritas program kebijakan dan implementasi program kegiatan tersebut, dapat di lihat dari bagian proses perencanaan pembangunan daerah menurut Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang mencakup perencanaan pembangunan daerah yaitu RPJMD dan Renja SKPD, tetapi untuk penelitian ini kesesuaian dan keselarasan dapat dilihat dari dua aspek sebagai berikut:

1. Program Prioritas Kebijakan Pembangunan Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2013-2018.

Program Prioritas adalah program yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah.

2. Rencana Kerja (Renja) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun Anggaran 2015.

Merupakan rencana kerja tahunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang berisikan program kegiatan dalam satu tahun anggaran.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sinkronisasi

Menurut Kamus Merriam Webster`s Collegiate edisi kesepuluh (1993:1196) synchronization adalah the act or result of synchronizing (tindakan atau hasil dari penyesuaian). Jadi yang dimaksud dengan sinkronisasi adalah hasil kesesuaian antara dokumen kebijakan yang satu dengan dokumen kebijakan yang lain. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2012 : 1314), kata sinkron berarti terjadi atau berlaku pada waktu yang sama ; serentak ; sejalan ; sejajar ; sesuai ; selaras. Sehubungan dengan judul penelitian ini, kata sinkronisasi berarti perihal menyinkronkan, penyerentakan. Tujuan dari sinkronisasi adalah untuk menyamakan, meyelaraskan atau menyesuaikan dokumen perencanaan dengan dokumen perencanaan yang lain secara hirarkis agar tujuan dan sasaran pembangunan daerah dari awal perencanaan dapat tercapai dan tepat sasaran pada saat implementasikan.

2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah

Dalam konteks pelaksanaan pembangunan daerah, sesuai dengan peran pemerintah daerah dalam era otonomi luas, perencanaan pembangunan daerah diperlukan karena pelaksanaan pembangunan didesentralisasikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sebelum menjelaskan tentang perencanaan pembangunan daerah, perlu dipahami terlebih dahulu perencanaan pembangunan. Riyadi, Deddy Supriady Bratakusumah (2004 ; 6) mengatakan perencanaan pembangunan merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan. Sebagai tahapan awal, perencanaan pembangunan akan menjadi bahan/pedoman/acuan dasar bagi pelaksanaan kegiatan pembangunan (action plan).

Menurut Sjafrizal (2009; 15), secara umum perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah, dan efisien sesuai dengan kondisi negara atau daerah bersangkutan. Karena itu perencanaan pembangunan hendaklah bersifat implementif (dapat dilaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan).

Kemudian ML Jhingan (1984) dalam Sjafrizal (2009; 16) seorang ahli perencanaan pembangunan bangsa India memberikan definisi yang lebih kongkrit mengenai Perencanaan Pembanguna tersebut, yaitu ; Perencanaan Pembangunan pada dasarnya adalah merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.

Kegiatan perencanaan pembangunan pada dasarnya merupakan kegiatan riset/ penelitian, karena proses pelaksanaannya akan banyak menggunakan metode-metode riset, mulai dari teknik pengumpulan data, analisis data, hingga studi lapangan/kelayakan dalam rangka mendapatkan data-data yang akurat, baik yang dilakukan secara konseptual/dokumentasi maupun eksperimental.

Perencanaan pembangunan tidak mungkin hanya dilakukan diatas meja, tanpa melihat realita dilapangan. Data-data real lapangan sebagai data primer merupakan ornamen-ornamen penting yang harus ada dan digunakan menjadi bahan dalam kegiatan perencanaan pembangunan.

Dengan demikian perancanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun non fisik (mental dan spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik.

Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area (wilayah) pembangunan dimana terbentuk konsep perencanaan pembagunan daerah (Riyadi, Deddy Supriadi Bratakusumah ; 2004 : 7) dapat dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumber daya yang ada dan harus memilki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetapi tetap berpegang pada azas prioritas.

Berarti, Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD) akan membentuk tiga hal pokok yang meliputi : perencanaan komunitas, menyangkut suatu area (daerah), dan sumber daya yang ada di dalamya. Pentingnya orientasi holisti dalam perencanaan pembangunan daerah, karena dengan tingkat kompleksitas yang besar tidak mungkin kita mengabaikan masalah-masalah yang muncul sebagai tuntutan kebutuhan sosial yang tak terelakkan. Tetapi dipihak lain adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki tidak memungkinkan pula untuk melakukan proses pembangunan yang langsung menyentuh atau mengatasi seluruh permasalahan dan tuntutan secara sekaligus. Dalam hal inilah penentuan prioritas perlu dilakukan, yang dalam prakteknya dilakukan melalui proses perencanaan.

Melakukan perencanaan pembangunan daerah berbeda dengan melakukan perencanaan proyek atau perencanaan-perencanaan kegiatan yang bersifat lebih spesifik dan mikro. Proses perencanaan pembangunan daerah jauh lebih kompleks dan rumit, karena menyangkut perencanaan pembangunan bagi suatu wilayah dengan berbagai komunitas, lingkungan dan kondisi sosial yang ada didalamnya. Apalagi bila mencakup wilayah pembangunan yang luas, kultur sosialnya amat heterogen, dengan tingkat kepentingan yang berbeda. Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat diartikan bahwa ; perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertetu.

Sedangkan oleh Affandi Anwar dan Setia Hadi dalam Riyadi (2004 ; 8) mengatakan perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu proses atau tahapan pengarahan kegiatan pembangunan disuatu wilayah tertentu yang melibatkan interaksi antara sumberdaya manusia dengan sumberdaya lain, termasuk sumberdaya alam dan lingkungan melalui investasi.

Dikatakan wilayah tertentu karena memang implementasinya hanya dapat digunakan didaerah tertentu, dimana penelusuran lapangan dilakukan, sehingga tidak mungkin diimplementasikan didaerah lain secara utuh, kecuali untuk hal-hal tertentu saja yang memiliki kesamaan kondisi dan tuntutan kebutuhan yang hampir sama.

Jenssen (1995) dalam Riyadi, Deddy Supriady Baratakusumah (2004;8) merekomendasikan bahwa perencanaan pembangunan daerah harus memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks tadi, sehingga prosesnya harus memperhitungkan kemampuan sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia, sumber daya fisik, sumber daya alam, keuangan, serta sumber-sumber daya lainnya. Dalam konteks ini ia menyebutnya dengan istilah pembangunan endogen, atau dengan kata lain pembangunan yang berbasis potensi.

Selain itu, perencanaan yang mempertimbangkan kondisi spatial suatu daerah juga menjadi hal penting dalam proses perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan daerah akan mencakup suatu raung tertentu, sehingga diperlukan adanya penataan ruang yang efektif, dimana tataruang akan mempengaruhi proses pembangunan beserta implikasinya.

Ciri-ciri pembangunan daerah menurut Riyadi, Deddy Supriady Bratakusumah (2004 ; 9) meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Menghasilkan program-program yang bersifat umum.

2. Analisis perencanaan bersifat makro/luas

3. Lebih efektif dan efisien digunakan untuk perencanaan jangka menengah dan panjang.

4. Memerlukan pengetahuan secara interdisipliner, general dan universal, namun tetap memiliki spesifikasi masing-masing yang jelas.

5. Fleksibel dan mudah untuk dijadikan sebagai acuan perencanaan pembangunan jangka pendek (1 tahunan).

Dengan melihat berbagai pengertian mengenai perencanaan maupun perencanaan pembangunan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua perencanaan adalah merupakan perencanaan pembangunan. Suatu perencanaan disebut sebagai perencanaan pembangunan apabila dipenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat pembangunan. Ciri suatu perencanaan pembangunan (agent of development) oleh karena perencanaan pembangunan sendiri merupakan bagian dari administrasi pembangunan yang menjadi bagian kewenangan pemerintah.

Bahwa Perencanaan Pembangunan Daerah memerlukan Koordinasi dari semua unsur yang terlibat dalam rangka menghasilkan sebuah program dan kegiatan yang holistik dan komprehensif, Selain itu Perencanaan Pembangunan fakta dan data dari potensi daerahnya, serta harus mempunyai sumberdaya yang mempunyai kemampuan yang baik secara interdisipliner, sehingga koordinasi sekali lagi sangat diperlukan dalam pembuatan sebuah perencanaan pembangunan yang terintegrasi, tersinkronisasi, dan menyeluruh.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prioritas Program Kebijakan Pembangunan Daerah Kota Tanjungpinang

Program Prioritas adalah program yang secara khusus berhubungan dengan capaian sasaran pembangunan daerah. Secara umum, program dibagi dalam 8 (delapan) kelompok. Adapun rincian program tersebut adalah sebagai berikut :

3.1.1 Sumber daya Manusia, Kesehatan dan Pendidikan

Program Wajib Belajar Sembilan Tahun

Program Pendidikan Menengah

Program Pendidikan Non Formal

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

Program Peningkatan Mutu Pendidikan

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Program Pengembangan dan Pengelolaan Perpustakaan

Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Program Kreatifitas Siswa

Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan

Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan

Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan

Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya

Program Obat dan Pembekalan Kesehatan

Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Program Pengawasan dan Pengendalian Makanan Kesehatan

Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Anak

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia

Program Promosi Kesehatan

Program Pengadaan, Peningkatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru- Paru/Rumah Sakit Mata

3.1.2 Kesejahteraan dan Ekonomi Kerakyatan

Program Promosi dan Pengembangan Produk Daerah

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan dalam Negeri

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan dalam Daerah

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor

Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial

Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi UMKM

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Program Perumusan Kebijakan Penanaman Modal dan Perizinan

Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi

Program Peningkatan dan Pengembangan Pengeloaan Keuangan Daerah

Program Pengembangan Fasilitas Pelayanan Publik

Program Pengembangan Pelayanan Prizinan

Program Pembinaan dan Pengembangan Tata Laksana Pelayanan Perizinan

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejateraan Sosial

Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

Program Pembinaan Panti Asuhan/Panti Jompo

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

Program Pembinaan Anak Terlantar

Program Peningkatan Mutu Pelaksanaan Kegiatan Bina Sosial

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan

Program Peningkatan kualitas dan produktivitas Tenaga Kerja

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan

Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa

Program Pengembangan Lembaga Otonomi Pedesaan

Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian

Program Peningkatan Pengolahan dan Pemasaran Peternakan

Program Penumbuhkembangan Usaha Petani Miskin/Desa

Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Program Percepatan dan Penganekaragaman Pangan

Program Pengembangan Data Informasi Ketahanan Pangan

Program Peningkatan Diversifikasi Pangan

Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan

3.1.3 Agama, Demokratisasi dan Gender

Agama, Demokratisasi dan Gender

Program Keluarga Sejahtera

Program Keluarga Berencana

Program Perlindungan Perempuan dan Kemitraan

Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan

Anak

Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan

Program Peningkatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

Program Pemeliharaan Kantratibmas dan pencegahan Tindak Kriminal

3.1.4 Pelayanan Publik yang Transparansi dan Akuntabel

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perhubungan

Program Peningkatan Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Program Pendidikan dan Pelatihan Formal

Program Penataan Administrasi Kependudukan

Program Perencanaan Pembangunan Daerah

Program Perlindungan Masyarakat Ketentraman dan Ketertiban

Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan

Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Program Peningkatan kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

Program PengembanganData/Informasi

3.1.5 Investasi

Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Pengembangan sarana dan prasarana perikanan

Program PengembanganIndustri Kecil danMenengah

Program PeningkatanIklimInvestasidanRealisasiInvestasi

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program pembangunanfasilitasdanprasaranaperhubungan

Program peningkatan Kulitas dan produktifiats tenaga kerja

Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan

3.1.6 Pariwisata dan Budaya Daerah

Program Pengelolaan kekayaan budaya

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

Program Pengembangan Nilai Budaya

3.1.7 Pemuda dan Olahraga

Program Peningkatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Olahraga

Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan

Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga

Program Pengembangan Perencanaan Olahraga Terpadu

Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda

3.1.8 Lingkungan Hidup dan Pekerjaan Umum

Program Lingkungan Sehat Perumahan

Program Pengendalian Banjir

Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Menengah dan Besar

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air minum dan Air Limbah

Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku

Program Pengembangan Perumahan

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

Program Pengendalian Pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup

Program peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan hidu

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Program Peningkatan Pengendalian Polusi

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Program Perencanaan Tata Ruang

Program Pemanfaatan Ruang

Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Program Pengelolaan Ruang Terbuka

3.2 Rencana Kerja (Renja) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang Tahun Anggaran 2015

Kode

Urusan/Bidang Urusan Pemerintahan Daerah dan Program/Kegiatan

Indikator Kinerja Program /Kegiatan

Rencana Tahun 2015 (tahun rencana)

Lokasi

Target Capaian Kinerja

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

I. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1

20

01

21

Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung

Meningkatnya Pelayanan Administrasi Kantor

Kota Tanjungpinang

Tersedianya Honorarium PNS dan Non PNS

1

20

01

62

Operasional Rutin Kantor

Meningkatnya Pelayanan Administrasi Perkantoran

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Pelayanan Administrasi Kantor

II. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1

20

02

12

Pengadaan Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga

Fasilitas Kantor Yang Memadai

Kota Tanjungpinang

Meningkatnya Kelancaran Kerja Aparatur

1

20

02

12

Pemeliharaan Rutin/ Berkala Gedung Kantor

Meningkatnya Kelancaran Kerja Aparatur

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1

20

02

24

Pemeliharaan Rutin/ Berkala Kendaraan Dinas/ Operasional

Meningkatnya Kelancaran Kerja Aparatur

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1

20

02

32

Pemeliharaan Rutin/ Berkala Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga

Meningkatnya Kelancaran Kerja Aparatur

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

III. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

1

20

03

02

Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya

Meningkatnya Disiplin Pegawai Dalam Berpakaian Dinas

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Pelayanan Aparatur

IV. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

1

20

04

01

Pendidikan dan Pelatihan Formal

Peningkatan Kinerja Aparatur

Kota Tanjungpinang

Peningkatan Sumber Daya Aparatur

V. Program Penanggulangan Bencana

1

20

35

01

Pelatihan Dasar PB Bagi Aparat dan Masyarakat

Jumlah Masyarakat Yang Terlatih

Kota Tanjungpinang

100 Orang

1

20

X5

X2

Penguatan Koordinasi Tentang Keadaan Tanggap Darurat

Meningkatnya Koordinasi dan Kerjasama yang Profesional dalam Keadaan Tanggap Darurat

Kota Tanjungpinang

30 Orang

1

20

35

03

Media Informasi Edukasi dan Sosialisasi Bencana

Meningkatnya Pencegahan dan Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Alam

Kota Tanjungpinang

15 Dokumen

1

20

X5

X4

Pengadaan Sarana dan Prasarana Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana

Optimalisasi Pelaksanaan Tanggap Darurat

Kota Tanjungpinang

10%

1

20

X5

X5

Penyiapan Logistik Tanggap Darurat Bencana

Optimalisasi Bantuan Logistik Tanggap Darurat

Kota Tanjungpinang

10%

1

20

35

06

Bimtek Penyelenggaraan Mitigasi Bencana

Meningkatnya Keterampilan dan Pengetahuan Aparatur

Kota Tanjungpinang

30 Orang

VI. Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

1

20

X6

X1

Pelatihan Penaggulangan Bencana Kebakaran

Jumlah Masyarakat Yang Terlatih

Kota Tanjungpinang

100 Orang

1

20

X6

X2

Inspeksi Peralatan Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Bangunan Gedung yang sesuai dengan standar Proteksi Kebakaran

Kota Tanjungpinang

12 Kali

1

20

X6

X3

Pembangunan Daerah Rawan Bencana

Berkurangnya Daerah Rawan Bencana

Kota Tanjungpinang

3 Daerah

1

20

16

14

Pengadaan Hydrant dan Penempatannya

Meningkatnya Fasilitas Penanggulangan Bencana Kebakaran

Kota Tanjungpinang

4 Lokasi

1

20

16

05

Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendukung Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Persentase Perlengkapan Penanggulangan Bencana Kebakaran

Kota Tanjungpinang

8%

VII. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur

1

20

X7

X1

Pemeliharaan Personil

Terciptanya Sumber Daya Aparatur Yang Tangguh

Kota Tanjungpinang

24 Kali/ Tahun

1

20

X7

X2

Fasilitasi Operasional Satgas/ Tim Reaksi Cepat (TRC)

Terwujudnya Penanganan Bencana Yang Efektif dan Efisien

Kota Tanjungpinang

20 Orang

1

20

X7

X3

Pembelajaran Wawasan Kebencanaan

Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Aparatur Penanggulangan Bencana

Kota Tanjungpinang

30 Orang

1

20

X7

X4

Bulan Pengurangan Resiko Bencana Nasional

Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Aparatur Penanggulangan Bencana

Kota Tanjungpinang

1 Kali

VIII. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana

1

20

X8

X1

Studi/ Pendataan Bahaya Abrasi Pantai dan Pasang Air Laut

Pengurangan Daerah Rawan Bencana

Kota Tanjungpinang

1 Dokumen

IX. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan

1

20

X9

X1

Pembangunan Daerah Rawan Bencana

Berkurangnya Daerah Rawan Bencana

Kota Tanjungpinang

3 Daerah

PAGE

31