Tugas Proposal Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Tradisi Tahlilan di RT 09, RW 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman, Yogyakarta.

TRADISI TAHLILAN DI RT 09, RW 03, KELURAHAN KLITREN LOR GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA. A. Latar Belakang Acara ritual tahlil yang menjadi aktivitas dalam rangkaian dari budaya slametan merupakan satu bentuk sktifitas budaya yang bernuansa agamis. Tahlil dalam budaya jawa bukan slametan merupakan satu bentuk aktivitas budaya yang bernuansa agamis. Tahlil dalam budaya Jawa bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri melainkan menjadi satu bagian dalam acara slametan. Aktivitas tahlil atau juga sering disebut dengan pelafalan kalimat toyyibah yang dilakukan dalam budaya jawa pada umumnya dilakukan dalam bentuk pengucapan bersamasama satu rangkaian pujian kepada Allah, sholawat dan doa restu beberapa pangkal ayat dalam Al-Quran. Aktivitas ini di pimpin oleh seorang yang dituakan sebagai tokoh agama yang di sebut kaum atau moden. Rangkaian kalimat-kalimat dalam tahlil tersebut telah tersusun secara baku dan terlembagakan dalam masyarakat jawa. Sistematika perangkaian kalimat-kalimat tahlil tersebut merupakan hasil pemikiran para ulama masa lalu, kemudian diajarkan secara turun temurun sehingga menjadi satu tradisi. Acara tahlil ini banyak di lakukan dalam masyarakat jawa Islam tradisionalis. Dimana masyarakat ini menjunjung tinggi budaya yang bernuansa religi Islam. Berbeda dengan masayarakat jawa yang berfaham islam modernis, kaum modernis berupaya mengamalkan ajaran agama Islam dengan mengambil dari sumber utamanya, yaitu Al-Quran dan Hadits. Islam modernis tidak membedakan apakah satu amalan ibadah sudah membudaya dalam masyarakat atau tidak, melainkan membedakan pada apakah amalan ibadah tersebut dalam nash (Al-Quran ataupun hadits), kecenderungan faham seperti ini sering disebut dengan faham Islam puritan. Demikian halnya dengan pelaksanaan tahlil dalam slametan, karena kalimat-kalimat dalam tahlil dibaca dalam susunan tertentu dengan jumlah pelafalan yang yang di tentukan. Menurut faham Islam modernis, hal tersebut merupakan satu bidah, karena amalan ibadah tersebut tidak berdasar pada sumber ajaran Al-quran maupun hadits. Umat Islam di desa Klitren khususnya RT 09, RW 03 pada umumnya cenderung pada faham Islam modernis , walaupun secara formal mereka tidak banyak menjadi satu organisasi Islam modernis, namun palin tidak cara peribadatan mahdhoh-nya (ibadah yang ditetapkan cara, 1

tempat dan waktu pelaksanannya) cenderung pada pola-pola modernis. Hal yang palimg menonjol dalam masalah ini adalah kondisi masjid dan ktifitas-aktifitas mereka di masjid. Setiap dua minggu sekali warga RT 09, RT 03 berkumpul bersama-bersama di masjid untuk melaksanakan pembacaan yasin dan tahlil. Tak hannya sebatas itu saja tapi tradisi tahlil juga di laksanakan sebagai simbol untuk mendoakan si mayat, yang dalam hal ini dilaksanakan empat tahap, yakni (3 hari sepeninggalnya si mayat, 7 hari, 40 hari, 100, hari dan yang terakhir adalah 1000 hari. Sehubungan dengan hal diatas yang menjadi dilema banyak orang dan khususnya penulis peribadi yakni setiap ikut melaksanakan serta mengamati tradisi tahlian di desa Klitren khusunya RT 09, RT 03 menarik perhatian penulis untuk menyusun tugas akhir semester genap dalam mata kuliah Metode Penelitian, penulis memberi judul dengan judul: TRADISI TAHLILAN DI RT 09, RT 03, KELURAHAN KLITREN LOR GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, permasalahan yang dapat di identidikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan majlis zikir dalam masyarakat modernis di desa Klitren Lor, Khusunya RT 09, RW 03? 2. Apa yng melatar belakangi diadakannya (tetap lestarinya) pelaksanaan majlis zikir (tahlil) dalam Masyarakat Islam modernis ini? 3. Seberapa faham masayarakat desa Klitren Lor, Khusunya RT 09, RW 03 mengenai tradisi tahlilan ini? C. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan majlis zikir dalam masyarakat modernis di desa Klitren Lor, Khusunya RT 09, RW 03? 2. Untuk mengetahui Apa yang melatar belakangi diadakannya (tetap lestarinya) pelaksanaan majlis zikir (tahlil) dalam Masyarakat Islam modernis ini? 3. Untuk mengetahui seberapa paham masyarakat desa Klitren Lor, Khusunya RT 09, RW 03 mengenai tradisi tahlilan ini?

Tradisi Tahlilan di RT 09, RW 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman, Yogyakarta.

D. Kerangka pemikiran Masyarakat Jawa, menurut Franz Magnis, dalam kehidupan sosialnya memiliki kaidah dasar, yang kaidah itu mempengaruhi masalah-masalah hubungan sosial, yaitu berupa prinsipprinsip rukun dan hormat atau menurut Niels Mulder prinsip hormat ini disebut prinsip hirarki .Kedua prinsip tersebut mengacu pada tujuan sosial masyarakat Jawa, yaitu tujuan keselarasan kehidupan berupa terciptanya kondisi masyarakat tanpa konflik, tanpa gejolak, menerima dan menaruh hormat pada individu-individu sesuai dengan posisi sosial yang di tempati. Karena kepopuleran tentang kerukunan masyarakat Jawa yang itu di buktikan dengan kekompakan dalam acara-acara atau tradisi keagamaan. Orang jawa menghendaki keteraturan hidup dalam lingkungan. Keteraturan disini berupa kehidupan yang terkoordinasi antara manusia dengan limgkungannya. Karena perinsip ini, maka budaya masyarakat jawa menciptakan streotip-streotip tentang hal-hal baru dan tradisi. Hal yang sudah di jalani dan berjalan dengan baik, tanpa konflik, itulah yang dianggap baik. Hal yang buruk adalah yang mengganggu atau mengacu keselarasan. Hal tersebut didukung dengan kondisi psikologis manusia pada umumnya yang cenderung tidak mengambil sikap-sikap yang bertentangan satu sama lain, karena pada dasarnya manusia bersifat konsisten, berbagai tindakannya diharapkan bersesuaian antara satu dengan yang lainnya. Prinsip keselarasan dalam budaya jawa mengantisipasi agar tidak terjadi kondisi disonan dengan menganjurkan orang untuk untuk tidak mengembangkan ambisi-ambisi untuk persaingan satu sama lain dan hendaknya puas dengan keduadukan yang diperoleh dengan menjalani tugas masing-masing. Ambisi persaingan, kelakuan kurang sopan, keinginan untuk mencapai keuntungan-keuntunganpribadi merupakan sumber ketidak harmonisan yang harus di cegah. Dalam hubungan ini maka masyarakat Jawa mengembangkan ajaran tata krama dalam prinsip hormat dan dan menganjurkan pola perilaku wedi (takut terhadap ancaman fisik dari yang memiliki otoritas memberi sanksi fisik), Isin (rasa tidak enak yang akan menurunkan derajat hirarki atau kehormatan pribadi individu karena perbuatan-perbuatan yang tidak mengikuti tata norma), sungkan (rasa tidak enak yang timbul yang timbul karena perbuatan yang dilakukan akan dianggap menurunkan derajat hirarki orang lain yang di hormati). Dalam tata krama berbahasa, diatur bagaimana seseorang menghormati orang lain, sebab itu orang yang menggunakan bahasa jawa maka secara otomatis ia meletakkan orang lain yang diajak bicara, orang ketiga yang I bicarakan dan sekaligus orang pertama (yang berbicara) pada strata 3

kehormatan tertentu, kesalahan penggunaan kata bahasa jawa berarti telah mengubah posisi kehormatan pihak-pihak yang terlibat pembicaraan. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam peneliian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dalam penelitian deskriptif, dititikberatkan pada observasi dan setting alamiah. Peneliti bertindak sebagai pengamat yang hanya membuat kategori prilaku, mengamati gejala dan mencatatnya dengan tidak memanipulasi variabel. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan hasil penelitian kualitatif tidak selalu mencari akibat sesuatu, tetapi lebih berupaya memahami situasi tertentu, kemudian mencoba mendalami dan menerobos gejala sampai pada kesimpulan. Artinya, dalam penelitian kualitatif lebih diartikan proses yang diamati seperti prilaku atau sikap. Sehingga dalam penyajian datanya berupa data deskriptif. 2. Data Yang Dihimpun Data yang akan dihimpun dalam penelitian adalah : 1. Gambaran umum lokasi Desa Klitren khususnya RT 09, RW 03, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, yang meliputi keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan sosial pendidikan dan keadaan sosial keagamaan. 2. Gambaran tentang pelaksanaan ritual tahlil oleh masyarakat sekitar 3. Sumber Data Sumber data penelitian ini dibedakan menjadi dua : 1. Sumber data primer, yaitu data-data yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang memberi informasi langsung dalam penelitian dan data tersebut diantaranya: 1. Respoden: Yaitu orang-orang yang memberikan pernyataan tentang suatu yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Dalam hal ini respondennya adalah masyarakat Desa

Tradisi Tahlilan di RT 09, RW 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman, Yogyakarta.

dan ketua RT 09, RW 03 2. Informan: yaitu orang-orang yang memberikan keterangan atau pernyataan ataupun informasi tentang sesuatu yang berkenaan dengn pihak lain. dalam hal ini sebagai informan adalah masyarakat RT 09, RW 03 Desa Klitren. 1. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang tidak langsung memberi informasi atau data tersebut. Dalam kaitan ini sumber data sekunder penelitian lapangan ini diantaranya: 1. Refleksi Paham Kekuasaan Jawa dalam Indonesia modern, karangan Facri Ali 2. Fungsi Tahlilan dan perubahan sosial di masyarakat Condong Catur, laporan hasil penilitian dari Husen madhai 3. Kebatinan dan dan hidup sehari-sehari Orang Jawa, karangan Neil Mulder 4. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini yang terjadi populasinya adalah para

Masyarakat RT 09, RW 03 desa Klitren tentang pelaksanaan rutinitas tradisi tahlilan. Sampel tersebut penulis ambil dari Takmir Masjid Al-Mutmainnah dan mbah moden (pimpinan tahlil). 5. Metode Penggalian Data Metode penggalian data yang penulis pakai adalah : 1. Pengamatan (observasi) Yaitu penulis dalam rangka memperoleh data dengan melihat dan mengamati secara langsung kegiatan pelaksanaan tradisi tahlilan guna memperoleh data yang meyakinkan dalam proses tersebut. 2. Wawancara (interview) Dalam mencari data, selain penulis menggunakan metode pengamatan, 5

penulis juga menggunakan wawancara langsung dengan pihak yang terkait, yaitu para masyarakat, takmir, ketua RT dan mbah moden 6. Teknik Pengolahan Data Setelah pengumpulan data yang diperoleh secara kualitatif, maka tahap berikutnya adalah teknik pengumpulan data dengan tahap sebagai berikut: 1. Pengolahan data secara editing, yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh dari proses ritual keagamaan (tahlilan) 2. Pengolahan data secara organizing, menganalisa hasil kumpulan data guna memperoleh gambaran tentang tradisi tahlilan 2. Metode Analisis Data 1. Metode induktif, metode ini dipakai untuk menganalisa data khusus berdasarkan kenyataan-kenyataan dari hasil riset kemudian diambil kesimpulan yang bersifat umum. 2. Metode deduktif, metode ini dipakai untuk mencari dasar-dasar ketentuan Nash Syar dari hasil ijtihad ulama sebelumnya untuk diterapkan pada kasus. G. Sistematika Pembahasan Sistematika dari penelitian ini diatur sebagai berikut: BAB I : Merupakan pendahuluan sistematika dari penelitian yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka,

Tradisi Tahlilan di RT 09, RW 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman, Yogyakarta.

Tujuan

Penelitian,

Kegunaan

Penelitian,

Definisi

Operasional,

Metode Penelitian yang mencakup Jenis Penelitian, Data, Sumber Data, Populasi dan Sampel, Metode Penggalian Data, Teknik Pengolahan Pembahasan. BAB II : Merupakan hasil analisa penulis dari tradisi tahlilan, yang meliputi Lingkungan sosial dan Majlis Tahlil RT 09, RW 03 desa Klitren Lor, kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, aktivitas Tahlil dan makna Religiunya, sitematika pelaksanaan Tahlil, makna dan fugsi ritual tahlil BAB III: Merupakan data penelitian yang meliputi keadaan umum Data, Metode Analisis Data, serta Sistematika

masyarakat yang terdiri dari keadaan geografis dan susunan pemerintahan, keadaan penduduk, keadaan sosial ekonomi, keadaan sosial pendidikan dan keadaan sosial agama, pelaksanaan

permodalan bersyarat yang terdiri dari latar belakang terjadinya permodalan bersyarat, cara pemberian modal, cara melakukan akad dan ijab qobul dan cara pembayaran. BAB IV: Merupakan kesimpulan yang diambil oleh penulis tentang penelitian yang telah dilaksanan

7

H. Rencana Tahapan Penelitian dan Estimasi Dana

NO

BULAN

TARGET

DANA YANG DI BUTUHKAN

1 2 3

Januari Februari Maret

Penghimpunan Data sementara Observasi lokasi penelitian Penyelesaian data populasi dan sampel masyarakat sekitar tentang obyek penelitian

Rp.350.000,00 Rp.500.000,00 Rp.450.00,00

4 5 6 7

April Mei Juni Juli

Observasi obyek penelitian Wawancara Penghimpunan data secara valid Pengolahan data dan hasil akhir TOTAL

Rp.270.000,00 Rp.160.000,00 Rp.410.000,00 Rp.625.000,00 Rp.2.765.000,00

Dari uaraian diatas sudah jelas kiranya, bahwa anggaran dana yang di butuhkan dalam penelitian Tradisi Tahlilan Di Rt 09, Rt 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman Yogyakarta sebesar Rp.2.765.000,00

Tradisi Tahlilan di RT 09, RW 03, Kelurahan Klitren Lor Gondokusuman, Yogyakarta.

I. Penutup. Akhirul kalam, tak pernah ada perkerjaan sukses zonder perencanaan. Semoga rencana penelitian keagamaan yang sejak awal diniatkan sebagai ibadah ini selalu dalam bimbingan dan rakhmat Allah SWT. Hanya dengan ridho-Nya jua, denyut nadi dan derap langkah kita semua untuk memuliakan agama-Nya akan mendapatkan banyak jalan dan kemudahan. Amien.

9