30
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Shallom....!!! Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya, kita masih dapat diberikan nikmat kesehatan sampai hari ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “ Fisiologi Fanatisme“ Makalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen psikiatri untuk menambah wawasan dan cara berfikir yang rasional sesuai dengan masalah – masalah yang dihadapi sekarang ini. Makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan teman – teman dan bimbingan dari dosen mata kuliah. Untuk itu Kami sangat mengharapkan Saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini di kemudian harinya. Ambon, 21 Oktober 2010 1

tugas psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikiatri

Citation preview

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi WabarokatuhShallom....!!!Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya, kita masih dapat diberikan nikmat kesehatan sampai hari ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul Fisiologi FanatismeMakalah ini merupakan tugas yang diberikan dosen psikiatri untuk menambah wawasan dan cara berfikir yang rasional sesuai dengan masalah masalah yang dihadapi sekarang ini.Makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan teman teman dan bimbingan dari dosen mata kuliah. Untuk itu Kami sangat mengharapkan Saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini di kemudian harinya.

Ambon, 21 Oktober 2010

Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2

BAB I PENDAHULUAN3A. LATAR BELAKANG3B. TUJUAN10BAB II PEMBAHASAN12A. PENGERTIAN FANATISME12B. JENIS JENIS FANATISME13C. PENGARUH FANATISME TERHADAP KELOMPOK16D. SOLUSI DAN CARA MENGHINDARI FANATISME18BAB III PENUTUP20A. KESIMPULAN 20B. SARAN20DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGMempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini. maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi dan hasil karya mereka. 1. Wilhelm Wundt (1832 - 1920) Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa- masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874. Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.

Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-prosesketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris. Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari study of the mind. Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychologydan Voelkerpsychologie. Principles of Physiological Psychology, dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran. Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi : Pleasant vs unpleasant High vs low arousal Concentrated vs relaxed attention

Teori ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial. Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun melalui diskusi-diskusi dengan para psikiater terkenal masa itu, Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol. 2. Ivan Pavlov (1849 - 1936) Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku.3. Sigmund Freud (1856 - 1939) Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist. Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut unconscious mind (alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905),dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905). mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah: The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu. Konsep Id, Ego, dan Super ego Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms) Pemikiran dan teori Sigmund Freud. Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari keriga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominant dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia. Di dalam unconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas. Freud mengembangkan konsep struktur mind dengan mengembangkan mind apparatus, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting yaitu id, ego, dan super ego. Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak didasari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego berkembang dari Id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Untuk menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensive self (pertahanan diri) yang dikenal defense mechanism. Dari ketiga macam konstruk kepribadian Freud, yaitu id, ego, dan superego adalah yang membedakan manusia dengan belum manusia atau manusia masih dalam tanda kutip "MANUSIA". Manusia yang seutuhnya memiliki ketiganya. Dan superego di sini berfungsi sebagai pengendali diri. Prosesnya berakhir sampai kepada manusia itu meninggal dunia, artinya proses ketiga konstruk kepribadian manusia tak akan berhenti selama masa hidupnya.4. Erik Erikson (1902 - 1994) Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan Identity: Youth and Crisis (1968). a. Teori Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego bukan menjadi budak lagi, namun dapat mengatur id, superego dan dibentuk oleh konteks cultural dan historik. Berikut adalah ego yang sempurna menurut Erikson 1. Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan. 2. Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan pronsip realita dari Freud. 3. Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Erikson, ego sebagian bersifat tak sadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni 1. Body Ego: Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri. 2. Ego Ideal: Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat Ideal. 3. Ego Identity: Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial. Teori Ego dari Erikson memandang bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.

Sekilas mengenai FanatismeFanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju, maupun di negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis. Pertanyaan yang muncul ialah apakah fanatisme itu merupakan sifat bawaan manusia atau karena direkayasa?1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau kelompok yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakan konsekwensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial.Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang segolongan dan ada yang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan "in group" dan "out group". Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang sefaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda. Ketidaksukaan itu tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of the unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi (distorsion of cognition).Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik dalam arti cinta buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan (narcisisme), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka, kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya. Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia, pasti secara serempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan dan berbeda-beda sebabnya.3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi seperti yang dimaksud oleh Freud ketika ia menyebut instink Eros dan Tanatos.4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar pada pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapat menumbuhkan tingkat emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dan kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya. Munculnya kelompok ultra ektrim dalam suatu masyarakat biasanya berawal dari terpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik) masyarakat dimana orang-orang itu tinggal.Dari empat teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurai perilaku fanatik seseorang/sekelompok orang, tidak cukup dengan menggunakan satu teori , karena fanatik bisa disebabkan oleh banyak faktor, bukan oleh satu faktor saja. Munculnya perilaku fanatik pada seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat atau di suatu masa. boleh jadi;a. Merupakan akibat logis dari sistem budaya lokal, tetapi boleh jadi,b. Merupakan perwujudan dari motif pemenuhan diri kebutuhan kejiwaan individu/sosial yang terlalu lama tidak terpenuhi.B. TUJUANSemua orang yang hidup di dunia ini dianugerahi Tuhan dengan dua peran penting yaitu sebagai makhluk individu makhluk sosial. Setiap peran tersebut mempunyai fungsi yang berbeda. Sebagai makhluk individu, seseorang mempunyai hak dan kewajiban atau privasi untuk menjalani kehidupan pribadinya secara bebas. Namun, kebebasan tersebut dibatasi oleh hak dan kewajiban orang lain. Dan sebagai makhluk sosial, seseorang mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan peran sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat secara bebas sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Dalam kaitannya sebagai makhluk sosial, seseorang membutuhkan suatu wadah yang biasanya dalam bentuk kelompok atau perkumpulan. Kelompok atau perkumpulan ini digunakan seseorang untuk menegaskan identitas sosialnya atau sekedar untuk menunjukkan eksistensinya pada orang lain. Dan dalam perkembangannya, saat seseorang hidup dan menjadi bagian dari sebuah kelompok, orang tersebut akan cenderung menjadi fanatik kepada kelompoknya. Fanatisme seperti ini dapat menimbulkan dampak buruk misalnya, konflik sosial jika seseorang yang fanatik tak mampu mengendalikan dirinya. Disini kami akan menjelaskan beberapa hal yang menyangkut dengan fanatisme beserta jenis-jenisnya serta pengaruh fanatisme terhadap konflik di dalam masyarakat.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIANBelakangan ini gejala maraknya fanatisme buta sedang melanda dunia,terutama tumbuh subur di kalangan orang muda. Bentuk-bentuk fanatisme buta ini sudah mengarah kepada perilaku yang membahayakan sehingga perlu dikaji secara seksama, menyangkut karakteristiknya, sebab-sebab timbulnya dan bagaimana upaya meredam dan menghindari bahayanya.

Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan mana tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Fanatisme biasanya tidak rationil, oleh karena itu argumenrational pun susah digunakan untuk meluruskannya. Fanatisme dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen yang mempengaruhi seseorang dalam;(a) berbuat sesuatu, menempuh sesuatu atau memberi sesuatu,(b) dalam berfikir dan memutuskan,(c) dalam mempersepsi dan memahami sesuatu, dan(d) dalam merasa.

Fanatik berbeda dengan fanatisme, fanatik merupakan sifat yang timbul saat seseorang menganut fanatisme. Dengan kata lain fanatisme merupakan sebab dan fanatik adalah akibat.

B. JENIS JENIS FANATISMESecara psikologis, seseorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami apa-apa yang ada di luar dirinya, tidak faham terhadap masalah orang atau kelompok lain, tidak mengerti faham atau filsafat selain yang mereka yakini. Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya, benar atau salah. Secara garis besar fanatisme mengambil bentuk;(a) fanatik warna kulit,(b) fanatik etnik/kesukuan, dan(c) fanatik klas sosial.

Fanatik Agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau klas sosial. Pada hakikatnya, fanatisme merupakan usaha perlawanan kepada kelompok dominan dari kelompok-kelompok minoritas yang pada umumnya tertindas. Minoritas bisa dalam arti jumlah manusia (kuantitas), bisa juga dalam arti minoritas peran (Kualitas). Di negara besar semacam Amerika misalnya juga masih terdapat kelompok fanatik seperti:1). Fanatisme kulit hitam (negro)2). Fanatisme anti Yahudi3). Fanatisme pemuda kelahiran Amerika melawan imigran4). Fanatisme kelompok agama melawan kelompok agama lain.

Analisis Terhadap FanatismeFanatisme dapat dijumpai di setiap lapisan masyarakat, di negeri maju, maupun di negeri terbelakang, pada kelompok intelektual maupun pada kelompak awam, pada masyarakat beragama maupun pada masyarakat atheis.

1. Sebagian ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa sikap fanatik itu merupakan sifat natural (fitrah) manusia, dengan alasan bahwa pada lapisan masyarakat manusia di manapun dapat dijumpai individu atau kelompok yang memilki sikap fanatik. Dikatakan bahwa fanatisme itu merupakan konsekwensi logis dari kemajemukan sosial atau heteroginitas dunia, karena sikap fanatik tak mungkin timbul tanpa didahului perjumpaan dua kelompok sosial. Dalam kemajemukan itu manusia menemukan kenyataan ada orang yang segolongan dan ada yang berada di luar golongannya. Kemajemukan itu kemudian melahirkan pengelompokan "in group" dan "out group". Fanatisme dalam persepsi ini dipandang sebagai bentuk solidaritas terhadap orang-orang yang sepaham, dan tidak menyukai kepada orang yang berbeda faham. Ketidak sukaan itu tidak berdasar argumen logis, tetapi sekedar tidak suka kepada apa yang tidak disukai (dislike of the unlike). Sikap fanatik itu menyerupai bias dimana seseorang tidak dapat lagi melihat masalah secara jernih dan logis, disebabkan karena adanya kerusakan dalam sistem persepsi (distorsion of cognition). Jika ditelusuri akar permasalahannya, fanatik - dalam arti cinta buta kepada yang disukai dan antipati kepada yang tidak disukai - dapat dihubungkan dengan perasaan cinta diri yang berlebihan (narcisisme), yakni bermula dari kagum diri, kemudian membanggakan kelebihan yang ada pada dirinya atau kelompoknya, dan selanjutnya pada tingkatan tertentu dapat berkembang menjadi rasa tidak suka, kemudian menjadi benci kepada orang lain, atau orang yang berbeda dengan mereka. Sifat ini merupakan perwujudan dari egoisme yang sempit.

2. Pendapat kedua mengatakan bahwa fanatisme bukan fitrah manusia, tetapi merupakan hal yang dapat direkayasa. Alasan dari pendapat ini ialah bahwa anak-anak, dimanapun dapat bergaul akrab dengan sesama anak-anak, tanpa membedakan warna kulit ataupun agama. Anak-anak dari berbagai jenis bangsa dapat bergaul akrab secara alami sebelum ditanamkan suatu pandangan oleh orang tuanya atau masyarakatnya. Seandainya fanatik itu merupakan bawaan manusia, pasti secaraserempak dapat dijumpai gejala fanatik di sembarang tempat dan disembarang waktu. Nyatanya fanatisme itu muncul secara berserakan dan berbeda-beda sebabnya.

3. Teori lain menyebutkan bahwa fanatisme berakar dari tabiat agressi seperti yang dimaksud oleh Sigmund Freud ketika ia menyebut instink Eros (ingin tetap hidup) dan instink Tanatos (siap mati).

4. Ada teori lain yang lebih masuk akal yaitu bahwa fanatisme itu berakar pada pengalaman hidup secara aktual. Pengalaman kegagalan dan frustrasi terutama pada masa kanak-kanak dapat menumbuhkan tingkat emosi yang menyerupai dendam dan agressi kepada kesuksesan, dan kesuksesan itu kemudian dipersonifikasi menjadi orang lain yang sukses. Seseorang yang selalu gagal terkadang merasa tidak disukai oleh orang lain yang sukses. Perasaan itu kemudian berkembang menjadi merasa terancam oleh orang sukses yang akan menghancurkan dirinya. Munculnya kelompok ultra ekstrim dalam suatu masyarakat biasanya berawal dari terpinggirkannya peran sekelompok orang dalam sistem sosial (ekonomi dan politik) masyarakat dimana orang-orangitu tinggal. Di Indonesia, ketika kelompok Islam dipinggirkan secara politik pada zaman Orde Baru terutama pada masa kelompok elit Kristen Katolik (Beni Murdani, Sudomo, Radius Prawiro, Andrianus Moy, Sumarlin, Hutahuruk, Jendral Pangabean) secara efektif mengontrol pembangunan Indonesia, maka banyak kelompok Islam merasa terancam, dan mereka menjadi fanatik. Ketika menjelang akhir Orde Baru di mana kelompok Kristen Katolik mulai tersingkir sehingga kabinet dan parlemen disebut ijo royo-royo (banyak orang Islamnya), giliran orang Kristen yang merasa terancam, dan kemudian menjadi ekstrim, agresif dan destruktif seperti yang terjadi di Kupang dan Ambon , Poso, juga Kalteng (juga secara tersembunyi di Jakarta).

Jalan fikiran orang fanatik itu bermula dari perasaan bahwa orang lain tidak menyukai dirinya, dan bahkan mengancam eksistensi dirinya. Perasaan ini berkembang sedemikian rupa sehinga ia menjadi frustrasi. Frustrasi menumbuhkan rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain. Selanjutnya perasaan itu berkembang menjadi rasa bencikepada orang lain. Sebagai orang yang merasa terancam maka secara psikologis ia terdorong untuk membela diri dari ancaman, dan dengan prinsip lebih baik menyerang lebih dahulu daripada diserang, maka orang itu menjadi agressif. Teori ini dapat digunakan untuk menganalisa perilaku agressip (1) orang Palestina yang merasa terancam oleh orang Yahudi Israel, agresif kepada warga dan tentara Israel, dan (2) perilaku orang Yahudi yang merasa terkepung oleh negara-negara Arab agresif kepada orang Palestina. Teori ini juga dapat digunakan untuk menganalisa (3) perilaku ektrim kelompok sempalan Islam di Indonesia pada masa orde baru (yang merasa ditekan oleh sistem politik yang didominasi oleh oknum-oknum anti Islam), agresif kepada Pemerintah.

Dari empat teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurai perilaku fanatik seseorang/sekelompok orang, tidak cukup dengan menggunakan satu teori, karena fanatik bisa disebabkan oleh banyak faktor, bukan oleh satu faktor saja. Munculnya perilaku fanatik pada seseorang atau sekelompok orang di suatu tempat atau di masa. boleh jadi (a) merupakan akibat lagis dari sistem budaya lokal, tetapi boleh jadi (b) merupakan perwujudan dari motif pemenuhan diri kebutuhan kejiwaan individu/sosial yang terlalu lama tidak terpenuhi.

C. PENGARUH FANATISME TERHADAP KONFLIK

Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengikuti sesuatu yang dapat mengakomodir keinginanya atau kepentingannya untuk itu seseorang akan mencari kelompok yang mempunyai satu tujuan dengannya agar tujuan orang tersebut lebih cepat tercapai. Saat seseorang sudah mempunyai kelompok yang sejalan dengannya, seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengagung-agungkan kelompoknya agar terlihat lebih menonjol dibandingkan kelompok lain. Cara yang digunakan untuk mencapai hal tersebut tidak jarang adalah cara-cara kotor misalnya, fitnah dan lain sebagainya. Dalam taraf seperti ini seseorang sudah dapat disebut fanatik karena orang yang fanatik mempunyai kecenderungan sifat yang egois, memaksakan pendapatnya dan tidak menghargai pendapat orang lain yang boleh jadi benar. Satu hal yang perlu dicermati saat seseorang menjadi fanatik terhadap suatu kelompok adalah sifat eksklusif yang mengangap kelompoknya paling unggul dan akhirnya tidak mau berinteraksi dengan kelompok lain. Hal seperti harus dicegah karena dapat berakibat buruk pada tatanan sosial yang ada.

Saat massa yang fanatik dari beberapa kelompok dalam jumlah besar bertemu dan terpusat di satu titik atau lokasi maka potensi konflik yang dapat ditimbulkan akan semakin besar. Masalah yang sepele seperti saling bersenggolan atau saling ejek mampu memicu terjadinya konflik yang besar. Dan biasanya konflik yang seperti ini akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama walaupun sudah dilakukan mediasi antar kelompok yang bertikai. Kelompok- kelompok yang bertikai tersebut akan tetap menyinpan dendam ke kelompok seterunya walaupun dalam kehidupan sehari-hari sudah terlihat damai ibarat kata pepatah seperti api dalam sekam. dan suatu saat konflik yang lebih besar alan terjadi. Contohnya : Perseteruan kelompok suporter Persebaya, Bonek dengan kelompok suporter Arema, Aremania yang akhirnya meledak tahun lalu saat semifinal Copa Dji Sam Soe di Stadion Gelora 10 Nopember. Ini adalah puncak dari serentetan konflik yang sering terjadi antar kedua kelompok tersebut. Kekerasan dalam sebuah fanatisme tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang yang mempunyai pendidikan tinggi melakukan kekerasan kepada orang atau kelompok lain hanya karena merasa kelompoknya direndahkan atau dikalahkan kelompok lain. Contohnya : kerusuhan yang dilakukan mahasiswa UKI di Jakarta beberapa saat yang lalu. Banyak hal yang dapat melatarbelakangi terjadinya suatu konflik, misalnya : perbedaan ideologi, etnis, agama, budaya, dan lain sebagainya. Dan bila kita rumuskan pokok persoalan tersebut adalah adanya perbedaan baik antar individu maupun antar kelompok dan tidak adanya toleransi dalam memandang perbedaan tersebut. Paradigma inilah yang harus diubah setiap orang yang fanatik yaitu memandang orang lain bukan dari perbedaan yang ada tetapi dari persamaan apa yang ada yang ada diantara mereka. Dengan mengubah paradigma ini potensi terjadinya konflik dapat ditekan sekecil mungkin. Sudah banyak sekali korban yang jatuh akibat sebuah konflik antar kelompok yang fanatik, misalnya : Perang Dunia I menelan korban sebanyak 10 juta jiwa, Perang Dunia II mengorbankan 50 juta jiwa, kejahatan NAZI pimpinan Adolf Hitler yang membunuh lebih dari 6 juta orang Yahudi hanya karena untuk mempertahankan kemurnian ras arya agar tidak dikotori orang Yahudi. (Jacob, 2000). Belum lagi peristiwa-peristiwa berdarah lain yang menelan korban tak terhitung lagi jumlahnya.

D. SOLUSI DAN CARA MENGHINDARI PERILAKU FANATISME

Cara Mengobati Perilaku Fanatik Karena perilaku fanatik mempunyai akar yang berbeda-beda, maka cara penyembuhannya juga berbeda-beda.

1. Pengobatan yang sifatnya sekedar mengurangi atau mereduksi sikap fanatik harus menyentuh masalah yang menjadi sebab munculnya perilaku fanatik.

2. Jika perilaku fanatik itu disebabkan oleh banyak faktor maka dalam waktu yang sama berbagai cara harus dilakukan secara serempak (simultan). Perilaku fanatik yang disebabkan oleh masalah ketimpangan ekonomi, pengobatannya harus menyentuh masalah ekonomi, dan perilaku fanatik yang disebabkan oleh perasaan tertekan, terpojok dan terancam, maka pengobatannya juga dengan menghilangkan sebab-sebab timbulnya perasaan itu. Pada akhirnya, pelaksanaan hukum dan kebijaksanaan ekonomi yang memenuhi tuntutan rasa keadilan masyarakat secara alamiah akan melunturkan sikap fanatik pada mereka yang selama ini merasa teraniaya dan terancam.Klien dan Konselor Perilaku FanatikPada umumnya orang yang memiliki pandangan fanatik merasa tidak membutuhkan nasehat dari orang lain selain sesama (in group) mereka. Oleh karena itu konselorlah yang harus aktif berusaha mendekati klien. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor terhadap klien fanatik antara lain :a). Mengajak berfikir rasional. Pada umumnya orang fanatik tidak rational dalam memandang masalah yang diyakininya benar. Jika ia dapat kembali berfikir rationil dalam bidang yang diyakini itu maka secara otomatis sikap fanatiknya akan mencair.b). Menunjukkan contoh-contoh yang pernah terjadi akibat dari perilaku fanatik. Pada umumnya perilaku fanatik berakhir dengan kekacauan, kegagalan atau bahkan penjara. Orang yang telah sadar dari kekeliruannya berpandangan fanatik biasanya kemudian mentertawakan diri sendiri atas kepicikannya di masa lalu.

3). Sedangkan konselor perilaku fanatik disamping harus memiliki wawasankonseling, secara khusus ia harus memiliki pengalaman yang luas sehingga ia tidak menggurui tetapi menggelitik cara berfikir klienyang tidak rationil itu. Selain itu, berikut ini adalah cara-cara yang dirasa mampu untuk tidak menjerumuskan diri kita terhadap sikap fanatisme:

1. Membuka diri dari segala macam keadaan tanpa mendahulukan emosi. Dengan ini hati kita akan terlatih lebih bersikap netral dalam setiap keadaan, khususnya dalam mengetahui teori-teori baru.

2. Setelah kita membuka diri, maka sebaiknya kita mengkomparasikan antara teori lama dan teori yang baru kita kenal, dan tidak ada salahnya juga kita meminta pendapat orang lain.3. Saling menghormati kepada sesama manusia yang berbeda pilihan dengan kita. Yakni dengan anggapan bahwa ini mutlak adalah pilihan pribadi dan murni tidak ada paksaan.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Orang yang fanatik terhadap sesuatu mempunyai kecenderungan untuk tidak menghargai pendapat orang lain dan selalu menganggap dirinya yang paling benar walaupun kadang harus bertentangan dengan hukum. Fanatisme dapat menyebabkan konflik antar 2 pihak yang atau lebih jika pihak-pihak yang bersangkutan tidak mempunyai titik temu terhadap perbedaan yang ada diantara mereka. Hal-hal yang melatarbelakangi suatu konflik dalam fanatisme adalah adanya perbedaan antar kelompok. Untuk meminimalisir terjadinya konflik, setiap kelompok harus mengubah prinsip mereka yaitu melihat kelompok lain bukan dari perbedaan tetapi dari persamaan apa yang ada diantara mereka.

B.SARAN

Bila dijabarkan, fanatisme mempunyai pengertian sebagai berikut sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok yang menganut paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan atau konflik seriusSeseorang mempunyai kecenderungan untuk mengikuti sesuatu yang dapat mengakomodir keinginanya atau kepentingannya untuk itu seseorang akan mencari kelompok yang mempunyai satu tujuan dengannya agar tujuan orang tersebut lebih cepat tercapai. oleh karena itu, janganlah kita terlalu terpengaruh dengan kepribadian yang fanatik terhadap sesuatu, karena mungkin banyak kerugian yang akan kita dapatkan selain mengganggu orang lain hal ini juga dapat berpengaruh buruk kepada diri kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.e-psikologi.com/epsi/tokoh_detail.asp

Psikologi sebagai ilmu mandiri

Magnis, Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/08/psikologi-fanatik.html

http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2010/01/19/fanatisme/

http://www.managementsite.com/311/Struggling-with-violence-and-fanatism.aspx

21