25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan cemas, di mana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari 2 . Gangguan ini adalah suatu contoh dari efek positif di mana penelitian modern telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada awal tahun 1980- an, gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang dan berespons buruk terhadap terapi, namun sekarang gangguan obsesif-kompulsif lebih sering ditemukan dan responsif terhadap terapi 1 . Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa anak-anak, pada beberapa kasus dapat pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak yang mengalami gangguan ini daripada yang sudah menikah 1 . 1

makalah Psikiatri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: makalah Psikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan cemas, di mana pikiran

seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan

ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga

menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari2.

Gangguan ini adalah suatu contoh dari efek positif di mana penelitian

modern telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Pada awal tahun

1980-an, gangguan obsesif-kompulsif dianggap sebagai gangguan yang jarang

dan berespons buruk terhadap terapi, namun sekarang gangguan obsesif-

kompulsif lebih sering ditemukan dan responsif terhadap terapi1.

Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala

sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala

setelah usia 35 tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada

masa remaja atau masa anak-anak, pada beberapa kasus dapat pada usia 2 tahun.

Orang yang hidup sendirian lebih banyak yang mengalami gangguan ini daripada

yang sudah menikah1.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang

gangguan obsesif-kompulsif agar bermanfaat bagi pembaca dalam menangani

penyakit ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi

Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide atau sensasi yang mengganggu

(intrusif). Suatu kompulsif adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan

1

Page 2: makalah Psikiatri

atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan

melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika seseorang

memaksa untuk melakukan suatu kompulsi, kecemasan semakin meningkat1.

Pengertian obsesi menurut Kaplan, Sadock dan Grebb (1994) adalah

pemikiran, ide atau sensasi yang muncul secara berulang-ulang. Menurut Davison

dan Neale (2001), hal-hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, dan individu

merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol.

Sedangkan kompulsi menurut Davison dan Neale (2001) adalah perilaku atau

tindakan mental yang berulang, dimana individu merasa didorong untuk

menampilkannya untuk mengurangi stress2.

Menurut buku abnormal psychology edisi ke 6, obsesi adalah pikiran, ide,

impuls atau image yang datang secara persisten dan mengganggu. Orang yang

mengalami obsesi, menyadari pemikiran tersebut mengganggu pikiran meraka

namun tidak berdaya untuk menolaknya atau melakukan hal lain untuk berhenti

memikirkannya. Kompulsif adalah tindakan yang dilakukan secara repetitif dan

terlihat bertujuan untuk merespon pikiran atau ide yang tidak terkontrol tersebut,

dan terlihat seperti ritualistik dan stereotype6.

Obsesi meningkatkan kecemasan individu, sedangkan menampilkannya

atau melakukan kompulsi dapat menguranginya (Kaplan, Sadock dan Grebb

(1994))2. Beberapa kompulsi yang umum menurut Davison dan Neale (2001)

antara lain:

1. Mengikuti kebersihan dan keteraturan, terkadang dengan ritual tertentu

yang dapat memakan waktu berjam-jam.

2. Menghindari obyek tertentu.

3. Menampilkan kegiatan-kegiatan praktis yang repetitive, anh dan bersifat

pencegahan, misalnya menghitung.

4. Memeriksa berkali-kali untuk memastikan bahwa perilaku yang sudah

ditampilkan benar-benar telah dikerjakan.

5. Menampilkan perilaku tertentu seperti makan dengan sangat perlahan-

lahan.

2

Page 3: makalah Psikiatri

Contoh Kasus:

Ny. Ita, 34 tahun, ibu dari 2 anak, dating menemui psikolog dengan keluhan

perilaku yang mengganggu. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan,

ditemukan bahwa Ny. Ita disarankan ke psikolog oleh suaminya, karena

beberapa perilakunya yang cenderung berlebihan. Menurut Ny. Ita, ia adalah

pecinta kebersihan dan takut akan kuman yang ada di mana-mana. Ny. Ita

menceritakan, bahwa tiap hari ia mandi hingga 6 kali, dan mencuci tangan lebih

sering lagi. Setiap kali mandi, Ny. Ita menyabuni badannya sebanyak 5 kali, jika

tidak, ia merasa belum bersih. Demikian juga juka sedang cuci tangan, ia

berkali-kali membersihkan tangan dengan sabun. Sebelum mandi Ny. Ita selalu

berusaha membersihkan dan menyikat lantai kamar mandi dan kloset terlebih

dahulu. Akibatnya waktu Ny. Ita banyak terbuang dalam kegiatan mandi dan

mencuci tangan. Ny. Ita memperkirakan kebiasaan itu berlangsung saat ia SMA,

dan makin lama makin parah. Ny. Ita merasa terganggu dengan kebiasaan ini,

karena membuang waktunya dan membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas

lainnya. Namun demikian Ny. Ita tidak berdaya untuk menghentikannya, dan

ingin mencari pertolongan untuk dapat mengontrol perilakunya tersebut3.

Seseorang dengan gangguan obsesif-kompulsif biasanya menyadari

irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-

distonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat merupakan gangguan yang

menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan

dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi

pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan

anggota keluarga3.

2.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi

umum adalah 2 sampai 3 persen. Dan beberapa peneliti memperkirakan bahwa

gangguan obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat

jalan di klinik psikiatrik. Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita sama

kemungkinan terkena untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena dari

perempuan1.

3

Page 4: makalah Psikiatri

Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki

onset usia yang agak lebih awal (rata-rata 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-

rata 22 tahun). Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki

onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki

onset gejala setelah usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena

gangguan obsesif-kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan1.

Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih jarang di antara golongan

kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk

gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah

kira-kira 67 persen dan fobia sosial adalah kira-kira 25 persen1.

2.3 Etiologi

Sudut Pandang Psikoanalisa

Obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan

agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet training

yang kasar. Individu menjadi terfikasi pada masa anal (Davison dan Neale,

2001)2. Freud mengemukakan beberapa mekanisme defensif utama yang

menentukan kualitas simtom yaitu isolasi, undoing dan reaksi formasi. Sedangkan

Adler memandang obsesif-kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten1.

Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek

dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls

yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan

dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek

yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari

gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan dengannya1.

Undoing (meruntuhkan), adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan

dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat pikiran atau impuls

obsesional yang menakutkan. Reaksi formasi, melibatkan pola perilaku yang

bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan

impuls dasar1.

4

Page 5: makalah Psikiatri

Sudut Pandang Cognitive Behavioral

Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah

perilaku yang dipelajari dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison

dan Neale, 2001). Ide lain yang muncul adalah kompulsif memeriksa terjadi

karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan

dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar

dilakukan dan yang imajinasi membuat seseorang memeriksa berkali-kali.

Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan

untuk mengabaikan stimulus (Davison dan Neale, 2001)2.

Strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau

ritualistik dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara bertahap,

karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang

menyakitkan (kecemasan), strategi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola

perilaku kompulsif yang dipelajari2.

Sudut Pandang Biologis

Davison dan Neale menjelaskan bahwa salah satu penjelasan yang

mungkin tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah keterlibatan neurotransmiter

di otak, khususnya serotonin. Selain itu terdapat pula beberapa bukti tentang

keterlibatan faktor genetik dalam pembentukan gangguan. Data menunjukkan

bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat yang

mempengaruhi sistem neurotransmiter lain2.

Penelitain klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin, sebagai

contoh, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinalis dan

afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang

berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan

berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif-

kompulsif1.

2.4 Gambaran Klinis dan Diagnosis

5

Page 6: makalah Psikiatri

Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran,

keraguan, kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk

melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.

Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang

atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah

dikunci. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau

membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya4.

Obsesi dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum1:

1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan

terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi

sentral dan sering kali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan

melawan gagasan atau impuls awal.

3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien); yaitu ia dialami sebagai

asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk

psikologis.

4.Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,

orang biasanya menyadari sebagai mustahil atau tidak masuk akal.

5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu

dorongan yang kuat untuk menahannya.

Penderita bisa terobsesi oleh segala hal dan ritual yang dilakukan tidak

selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang

jika penderita menjalankan ritual tersebut. Penderita yang merasa khawatir

tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan

tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran

timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku

celananya4.

Pola yang paling sering ditemukan adalah suatu obsesi akan kontaminasi,

diikuti oleh mencuci atau disertai oleh penghindaran obsesif terhadap objek yang

kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti sering kali sukar untuk

6

Page 7: makalah Psikiatri

dihindari (sebagai contoh, feses,urin,debu, atau kuman). Pasien mungkin secara

teru-menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci tangan secara

berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi keluar rumah karena takut akan

kuman1.

Walaupun kecemasan adalah respons emosional yang paling sering

terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan kejijikan yang obsesif juga sering

ditemukan. Pasien dengan obsesi kontaminasi biasanya percaya bahwa

kontaminasi adalah ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang oleh

kontak ringan1.

Pola kedua yang tersering adalah obsesi keraguan, diikuti oleh pengecekan

yang kompulsi. Obsesi sering kali melibatkan suatu bahaya kekerasan (seperti

lupa mematikan kompor atau tidak mengunci pintu). Pengecekan tersebut

mungkin menyebabkan pasien pulang beberapa kali ke rumah untuk memeriksa

kompor. Pasien memiliki keragu-raguan terhadap diri sendiri yang obsesional,

saat mereka selalu merasa bersalah karena melupakan atau melakukan sesuatu1.

Pola ketiga yang tersering adalah pola dengan semata-mata pikiran

obsesional yang mengganggu tanpa suatu kompulsi. Obsesi tersebut biasanya

berupa pikiran berulang akan suatu tindakan seksual atau agresi yang dicela oleh

pasien1.

Pola keempat yang tersering adalah kebutuhan akan simetrisitas atau

ketepatan, yang dapat menyebabkan perlambatan kompulsi. Pasien secara harfiah

menghabiskan waktu berjam-jam untuk makan atau mencukur wajahnya.

Penumpukan obsesi dan kompulsi religius adalah sering pada pasien obsesif-

kompulsif. Trichotilomania (menarik rambut kompulsif) dan menggigit kuku

mungkin merupakan kompulsi yang berhubungan dengan gangguan obsesif-

kompulsif1.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif berdasarkan DSM-

IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder ed. 4)1

A. Salah satu obsesi atau kompulsi:

Obsesi seperti yang didefenisikan oleh (1),(2),(3), dan (4):

7

Page 8: makalah Psikiatri

Pikiran, impuls, atau bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada

suatu saat selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuaim dan menyebabkan

kecemasan dan penderitaan yang jelas.

(1) Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran

yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

(2) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau

bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan

lain.

(3) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional

adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran)

Kompulsi seperti yang didefenisikan oleh (1) dan (2):

(1) Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan

mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang

berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respons

terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara

kaku.

(2) Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan

penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, tetapi

perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang

realistik dengan apa mereka anggap untuk menetralkan atau mencegah, atau jelas

berlebihan.

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari

bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini

tidak berlaku bagi anak-anak.

C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas menghabiskan

waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari); atau secara bermakna

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik) atau

aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya.

D. Jika terdapat gangguan Aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak

terbatas padanya (misalnya, preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan

8

Page 9: makalah Psikiatri

makan; menarik rambut jika terdapat trikotilomania; permasalahan pada

penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika

terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu

penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau

fantasi seksual jika terdapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat

gangguan depresi berat).

E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Sebutkan jika:

Dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode

terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan

atau tidak beralasan.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif berdasarkan

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia, edisi ke III)5

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selam sedikitnya dua

minggu berturut-turut.

Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu

aktivitas penderita.

Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

(a) harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

(b) sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

(c) pikiran untuk melakukan hal tersebut diatas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau

anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas);

(d) gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Ada kaitan erat antara gejala obsesif terutama pikiran obsesif, dengan

9

Page 10: makalah Psikiatri

depresi. Penderita gangguan obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan

gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat

menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresif-nya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala

depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif.

Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari

gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan

depresif pada saat gejala obsesif kmpulsif tersebut timbul.

Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap

depresi sebagai diagnosis yang primer.

Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling

bertahan saat gejala yang lain menghilang.

Gejala obsesif “sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia,

sindrom Tourette, atau gangguan mental organik, harus dianggap sebagai bagian

dari kondisi tersebut.

2.5 Diagnosis Banding

Persyaratan diagnostik DSM-IV tentang ketegangan personal dan

gangguan fungsional membedakan gangguan obsesif-kompulsif dari pikiran dan

kebiasaan berlebihan yang umumnya atau ringan. Gangguan neurologis utama

yang dipertimbangkan di dalam diagnosis banding adalah gangguan Tourette,

gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis dan kadang-kadang, komplikasi

trauma dan pascaensefalitik1.

Gangguan Tourette.

Gejala karakteristik dari gangguan Tourette adalah tik motorik dan vokal

yang sering dan hampir setiap hari terjadi. Gangguan dan gangguan obsesif-

kompulsif memiliki onset usia yang sama dan gejala yang mirip. Kira-kira 90

persen dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif, dan sebanyak dua

pertiganya memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif1.

10

Page 11: makalah Psikiatri

2.6 Prognosis

Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif

memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif2.

Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan)

pada kompulsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu

perawatan di rumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan

waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) (yaitu, penerimaan

obsesi dan kompulsi), dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan

kepribadian skizotipal)1.

Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang

baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik. Isi

obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis3.

2.7 Terapi

Psikoterapi

Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif-kompulsif umumnya

diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Ada beberapa faktor

OCD sangat sulit untuk disembuhkan, penderita OCD kesulitan mengidentifikasi

kesalahan (penyimpangan perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai

bentuk penyimpangan perilaku yang tidak normal4.

Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya

itu diketahui pasti sangat menganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah

dengan perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan

dengan baik-baik saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian

informasi mengenai kondisi yang dialami oleh individu oleh praktisi secara tidak

tepat dapat membuat individu merasa enggan untuk mengikuti terapi4.

Beberapa psikoterapi yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif:

Exposure and Response Prevention

11

Page 12: makalah Psikiatri

Terapi ini dikenal pula dengan sebutan flooding, diciptakan oleh Victor

Meyer (1996), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang

menimbulkan tindakan kompulsif (seperti memegang sepatu yang kotor) dan

kemudian menahan diri agar tidak menampilkan ritual yang biasa dilakukan (yaitu

mencuci tangan)2.

Mencegah individu menampilkan perilaku yang menjadi ritualnya

membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan, sehingga

memungkinkan kecemasan menjadi hilang2.

Rational-Emotive Behavior Therapy

Terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk membantu pasien

menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi menurut apa yang

mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu sempurna.

Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani pasien

gangguan obsesif-kompulsif. Pada pendekatan ini pasien didorong untuk menguji

ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak

menampilkan perilaku kompulsi2.

Cognitive-behavioural therapy (CBT)

Terapi yang sering digunakan dalam pemberian treatment pelbagai

gangguan kecemasan termasuk OCD. Dalam CBT penderita OCD pada perilaku

mencuci tangan diatur waktu kapan ia mesti mencuci tangannya secara bertahap.

Bila terjadi peningkatan kecemasan barulah terapis memberikan izin untuk

individu OCD mencuci tangannya. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan

hilang secara perlahan kebiasaan-kebiasaannya itu4.

Dalam CBT terapis juga melatih pernafasan, latihan relaksasi dan

manajemen stres pada individu ketika menghadapi situasi konflik yang

memberikan kecemasan, rasa takut atau stres muncul dalam diri individu.

Pemberian terapi selama 3 bulan atau lebih4.

Farmakoterapi

12

Page 13: makalah Psikiatri

Penanganan yang paling menjanjikan pada pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif adalah dengan penggabungan dari segi biologis dan psikologis

dan biasanya dikombinasikan secara bergantian/berintegrasi (Jenike,2004).

Sampai saat ini pengobatan dengan clomipramine atau SSRI (Serotonin-Specific

Reuptake Inhibitor) yang lain, seperti fluoxetine (Prozac) atau sertraline (Zoloft)

telah dibuktikan sebagain pengobatan yang paling efektif pada gangguan obsesif-

kompulsif (Foa et al, 2005)6.

Beberapa obat yang digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif-kompulsif:

Trisiklik

Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan

obat-obatan lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs.

Pemberian obat ini dimulai dengan dosis rendah4.

Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum

tidur dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai

tiga hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampaknya efek samping

yang membatasi dosis. Karena clomipramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini

disertai efek samping yang biasanya dari obat tersebut, termasuk sedasi, hipotensi,

disfungsi seksual, dan efek samping antikolinergik (sebagai contoh, mulut

kering)1.

SSRI (Serotonin Specific Reuptake Inhibitor)

SSRI yang sekarang tersedia di Amerika Serikat adalah fluozetine,

sertraline (Zoloft) dan paroxetine (Paxil). Penelitian tentang fluoxetine dalam

gangguan obsesif-kompulsif telah menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari

untuk mencapai manfaat terapeutik. Walaupun SSRI disertai dengan

overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping

gastrointestinal1.

SSRI ditoleransi dengan lebih baik daripada trisiklik, dengan demikian

kadang-kadang dipakai sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan

obsesif-kompulsif. Jika pengobatan dengan clomipramine atau suatu SSRI tidal

13

Page 14: makalah Psikiatri

berhasil, banyak ahli terapi memperkuat obat pertama dengan menambahkan

lithium (Eskalith)4.

MAOI (Monoamine oxidase inhibitor)

Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil), tranylcypromine (Parnate) dan

isocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOI harus diikuti pantangan makanan

yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang rasa sakit

(seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi

dengan MOAI dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi4.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14

Page 15: makalah Psikiatri

Obsesif-kompulsif disorder adalah suatu gangguan kecemasan, di mana

obsesif adalah pikiran, ide ataupun gagasan yang menetap dan beruntun sehingga

memprovokasi rasa cemas pada penderita dan memaksa penderita melakukan

tindakan tertentu secara berulang-ulang yang disebut kompulsif sebagai pereda

rasa cemas, sehingga dapat menimbulkan stress dan mengganggu produktifitas

sehari-hari. Penangannya dapat dilakukan dengan psikoterapi, dengan berbagai

metode dari para ahli dan dengan farmakoterapi yaitu obat golongan trisiklik,

SSRI dan MAOI. Kombinasi dari kedua pengobatan tersebut dapat menghasilkan

efek terapeutik yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb BA. Sinopsis Psikiatri. 2010. Tanggerang :

15

Page 16: makalah Psikiatri

Binarupa Aksara.

2. Fausiah, F., Widury,J. 2008. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, Jakarta :

Universitas Indonesia (UI-Press).

3. Lukluk, Z dan Bandiah, S. 2008. Pisikologi Kesehatan. Jogjakarta : Mitra

Cendikia.

4. http://gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html.com

5. Muslim,Rusdi.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan

PPDGJ-III. Jakarta : FK Unika Atma Jaya.

6. Halgin RP, Whitbourne SK. 2009, Abnormal Psychology, New York : Mc

Graw Hill.

16