32
Laporan Refreshing Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan Penyakit pada Telinga Disusun Oleh : Rinto Hadiarto 2005730061 Pembimbing : dr. H. Denny PM, Sp.THT BAGIAN/SMF THT RSIJ PONDOK KOPI 1 | Page

Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

Page 1: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Laporan Refreshing

Embriologi, Anatomi, Fisiologi dan Penyakit pada Telinga

Disusun Oleh :

Rinto Hadiarto

2005730061

Pembimbing :

dr. H. Denny PM, Sp.THT

BAGIAN/SMF THT RSIJ PONDOK KOPI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2010

1 | P a g e

Page 2: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Pendahuluan

Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga adalah modal dasar untuk memahami

fungsi, dan tentunya patologi dan pengobatan telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan

disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit telinga

dan kesimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting

daripada fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak

dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu secara filogenetik,

mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organisme terhadap lingkungan

berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung bagian vestibulum dari

keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata

kita dan alat perasa pada tendon dalam.

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu; telinga luar, telinga tengah

dan telinga dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam

seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami

kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal.

2 | P a g e

Page 3: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Embriologi Telinga

Telinga Luar

Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timfani

mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang

telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian

terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab

dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangun ini. Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-

pinggir celah brankial pertama dan arkus brakialis pertama dan kedua, aurikula dipersarafi

oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan

oksipitalis minor merupakan cabang pleksus servikalis.

Telinga tengah

Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi

udara ini meluas ke dalam resesus tubotimfanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-

tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula

berasal dari rawan arkus brakialis. Untuk mempermudah pemikiran ini maleus dapat

dianggap berasal dari rawan arkus brakialis pertama (kartilago Meckel), sedangkan inkus dan

stapes dari rawan arkus brakialis kedua ( kartilago Reichert). Saraf korda timfani berasal dari

arkus kedua (fasialis) menuju arkus brakialis ketiga ( glossofaringeus) menuju saraf fasialis.

Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari

otot-otot arkus brakialis. Otot tensor timfani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus

pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis ( saraf kranial kelima). Otot stapedius-berasal

dari arkus kedua, dipersarafi oleh cabang saraf ke tujuh.

Telinga dalam

Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda

ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur dibawah

permukaan sebagai vesikel otika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang sedang

berkembang dan sekelompok neuron yang dikenal sebagai ganglion akustikofasialis.

Ganglion ini penting dalam perkembangan dari saraf fasialis, akustikus dan vestibularis.

Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang terletak dekat terhadap tabung saraf

yang sedang berkembang dankelak akan menjadi duktus endolimfatikus. Vesikel otika

kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan sakulus inferior. Dari utrikulus

3 | P a g e

Page 4: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang

diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian

membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus

berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis

untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus untuk membentuk makula, dan dalam

koklea untuk membentuk organ corti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan

neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuron-neuron inilah yang membentuk ganglia

saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf koklearis.

Mesenkim disekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan

disekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Rawan ini diserap pada daerah-daerah

tertentu disekitar apa yang sekarang dikenal sebagai labirin membranosa, menyisakan suatu

rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus koklearis dan

membentuk rongga perilimfatik labirin tulang. Labirin membranosa berisi endolimfe. Tulang

yang berasal dari kapsula rawan vesikel otika adalah jenis tulang khusus yang dikenal sebagai

tulang endokondral.

Anatomi Telinga

Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timfani. Daun

telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan

rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam

rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3cm. Pad asepertida bagian luar kulit

liang teling terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat =kelenjar

serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada

duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kulit liang telinga

langsung terletak diatas tulang. Bahkan radang yang amat ringan terasa sangat nyeri karena

tidak ada ruang untuk ekspansi. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan

berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus posteroinferior liang telinga, dan kemudian

berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga

merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan mencari saraf fasialis; patokan

lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

4 | P a g e

Page 5: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Gambar 1, anatomi telinga luar

Membrana Timfani

Membrana timfani adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan peuncaknya,

umbo, mengarah ke medial. Membrana timfani umumnya bulat. Penting untuk disadari

bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus

maleus dan inkus, meluas melampauibatas atas membrana timfani, dan bahwa ada bagian

hipo timpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timfani. Membrana timfani

tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana

tangkai maleus dilekatkan dan lapisan mukosa bagian dalamlapisan fibrosa tidak terdapat

diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timfani yang disebut

membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Gambar 2, membrana timfani

5 | P a g e

Page 6: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Telinga Tengah

Gambar 3, telinga tengah

Telinga tengah yang berisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam

sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut

berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral kearah umbo dari

membrana timfani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.

Dinding superior telinga berbatasan dengan lantai fossa kranii media. Pada bagian

atas dinding posterior terdapat aditus ad antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah saraf

fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu

piramid tulang menuju leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah

stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi dimedial maleus, untuk keluar

dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan

saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion

submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari duapertiga anterior lidah.

Dasar telinga adalah atap bulbus jugularis yang sebelah superolateral menjadi sinus

sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena

utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari

dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Diatas kanalis ini, muara

tuba eustachius dan otot tensor timfaniyang menempati daerah superior tuba kemudian

membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.

Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas,

membran timpani dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah. Bangunan yang

ppaling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran koklea

yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra rotundum

6 | P a g e

Page 7: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra

ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopii bertulang yang dilalui saraf

fasialis terletak diatas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga

piramid stapedium di posterior. Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tida dengan

puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah

dinding lateral fossa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah duramater pada

daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Tonjolan kanalis

semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah kedua patokan ini berjalan saraf

fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen

stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding

lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior

auruikula

Gambar 4, Telinga tengah dengan batas-batasnya

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan

vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timfani dengan skala vestibuli. Kanalis

semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak

lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli disebelah atas, skala timfani di

sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala

7 | P a g e

Page 8: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

timfani berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe. Ion dan garam yang

terdapat di perilimfa berbeda dengan di endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar

skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissner’s Membrane) sedangkan dasar skala

media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria

dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut

luar dan kanallis Corti, yang membentuk organ Corti.

Gambar 5, telinga dalam yang terdiri dari koklea dan vestibulum

Innervasi Telinga

Telinga dipersarafi oleh nervus kranial ke delapan yaitu nervus vestibulokoklearis. Nervus

vestibulokoklearis terdiri dari dua bagian: salah satu daripadanya pengumpulan sensibilitas

dari bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan

keseimbangan, serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada

pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, lantas kemudian bergerak terus

menuju serebelum. Bagian koklearis pada nervus vestibulokoklearis adalah saraf pendengar

yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan kepada sebuah nukleus

khusus yang berada tepat dibelakang talamus, lantas dari sana dipancarkan lagi menuju pusat

penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis.

Vaskularisasi telinga

Telinga di perdarahi oleh pembuluh-pembuluh darah kecil diantaranya adalah ramus cochleae

a. Labyrinthi yang memperdarahi badian koklea, ramus vestibulares a.labyrinthi yang

memperdarahi vestibulum. V. Spiralis anterior, v. Spiralis posterior, V. Laminae spiralis, Vv.

Vestibulares, dan V. Canaliculi cochleae.

8 | P a g e

Page 9: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timfani, diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timfani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong, sehingga

perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan

membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya

defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion

bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks serebri /

korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Fisiologi Keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seorang terhadap lingkungan di sekitarnya

tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler labirin, organ visual dan proprioseptif.

Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga

menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan

pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap

pelebarannnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis

semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan

utrikulus, yang disebut dengan ampula. Di dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri

dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang

disebut kupula.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan

endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia

menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke

dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang pelepasan

neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensorik melalui saraf

9 | P a g e

Page 10: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

aferen ke pusat keseimbangan otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka

terjadi hiperpolarisasi.

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat

rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi

biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat

percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi

mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung. Sistem vestibuler berhubungan

dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh

bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung

berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin

Gambar 6, organ keseimbangan

Penyakit Pada Telinga

Otitis Media Akut

Definisi

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,

tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Etiologi

Kuman penyebab pada OMA ialah bakteri piogenik seperti Streptococcus

hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang

ditemukan juga Hemofilus influenza, Eshericia colli, Streptokokus anhemoliticus,

Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.

Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5

tahun. Hal tersebut dikarenakan Tuba eustachius pada anak lebih pendek, lebih

horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.

Patofisiologi

10 | P a g e

Page 11: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa

saluran nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba

eustakius. Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan

fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga

tengah.

Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring hingga ke

telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia

tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani

dengan akumulasi sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi

proses supurasi di telinga tengah.

Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5

stadium, stadium oklusi tuba eustachius, stadium hiperemis, stadium supurasi,

stadium perforasi, stadium resolusi.

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan

negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-

kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna

keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.

Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan

virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau

seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah

terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar

terlihat.

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,

menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga

luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,

serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

11 | P a g e

Page 12: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Apabila tekanan nanah di dalam kavum timpani tidak berkuran, maka

terjadi iskemia, akibatnya tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul

tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.

Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang lebih

lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada

stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan

nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka

insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang

(perforasi tidak mudah menutup kembali.

4. Stadium Perforasi

Terjadi ruptur membran timpani terjadi karena beberapa sebab, antara

lain karena terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang

tinggi. Setelah terjadi ruptur, nanah akan keluar dan mengalir dari telinga

tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah akan menjadi tenang,

suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani

perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka

sekret akan berkurang dan menjadi kering. Bila daya tahan tubuh baik atau

virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan

sekret yang terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan

gejala sisa (sequele) berupa Otitis Media Serosa bila sekret menetap di

kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.

Gejala Klinik OMA

Gejala klinik tergantung dari stadium serta usia pasien. Pada anak yang sudah

dapat berbicara, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di

samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.

Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, di samping rasa nyeri terdapat

pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.

Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ilaah suhu tinggi hingga mencapai 39,50

12 | P a g e

Page 13: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit

waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang

sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga,

suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.

Terapi

Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.

Stadium Oklusi

Tujuan pengobatan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga

tekanan begatif di telinga hilang. Dapat diberikan obat tetes hidung berupa HCl

efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1 % dalam

larutan fisiologik untuk yang berumur > 12 tahun dan pada orang dewasa.

Disamping itu, sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila

penyebab penyakit adalah kuman, bukan virus atau alergi.

Stadium Presupurasi

Dapat diberikan antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran

timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik

yang dianjurkan adalah golongan penisilin intramuskular agar didapatkan

konsentrasi yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang

terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.

Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selam 7 hari. Bila pasien alergi terhadap

penisilin, maka diberikan eritromisin.

Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/ kg BB per hari,

dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/ kg BB/ hari dibagi dalam 3 dosis,

atau eritromisin 40 mg/ kg BB/ hari.

Stadium Supurasi

Diberikan antibiotika dan lebih baik disertai miringotomi, bila membran

timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan

ruptur dapat dihindari.

13 | P a g e

Page 14: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Stadium Perforasi

Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat keluarnya sekret

secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2

3 % selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan

perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

Stadium Resulosi

Membran timpani berangsur kembali normal, sekret tidak ada lagi dan

perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan

tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membran timpani.

Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah.

Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3

minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi

mastoiditis.

Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3

minggu, maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Subakut. Bila perforasi

menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka

keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK).

Komplikasi

Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses

sub periosteal sampai komplikasi yang berat (meningtis dan abses otak). Sekarang

setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapatkan

sebagai komplikasi dari OMSK.

Otitis Media Supuratif Kronik

Definisi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata

(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.

Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus

atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Perjalanan Penyakit

14 | P a g e

Page 15: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi ottis media

supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi

kurang dari 2 bulan, maka disebut Otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor

penyebab OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberika, terapi yang

tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang)

atau higiene buruk.

Jenis-Jenis Perforasi

Perforasi Sentral kecil

Perforasi Sentral (kecil) Perforasi Sentral (Sub Total)

Perforasi sentral sub total

Perforasi Atik

Perforasi Atik Perforasi Postero Superior/

Marginal

Perforasi postero superior/ marginal

Letak Perforasi

Letak perforasi adalah di membran timpani dan mengetahui letak perforasi

penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK. Perforasi membran timpani dapat

ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi

terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa membran

15 | P a g e

Page 16: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan

dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak

di pars flaksida.

Jenis OMSK

Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK

tenang.

a) OMSK aktif , merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum

timpani secara aktif.

b) OMSK tenang , ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninyaterlihat basah

atau kering.

OMSK tipe Benigna

Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat

kolesteatoma.

OMSK tipe Maligna

Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah

suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). OMSK tipe maligna

dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada

OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma

pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe

maligna.

Diagnosis OMSK

Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:

1. Anamnesis (history-taking)

Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita

seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang

paling sering dijumpai adalah telinga berair, adanya secret di liang telinga yang

pada tipe tubotimpanal sekretnya lebih banyak dan seperti berbenang (mukous),

16 | P a g e

Page 17: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

tidak berbau busuk dan intermiten, sedangkan pada tipe atikoantral, sekretnya lebih

sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau

polip, maka sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita

datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah.

2. Pemeriksaan otoskopi

Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari

perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.

3. Pemeriksaan audiologi

Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai

hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan

pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang.

Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus

dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.

4. Pemeriksaan radiologi

Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schüller berguna untuk

menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif

menunjukkan anatomi tulang temporal dan kolesteatoma.

Tanda Klinik OMSK Tipe Maligna

Mengingat OMSK tipe maligna seringkali menimbulkan komplikasi yang

berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru

dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi

pedoman akan adanya OMSK tipe maligna, yaitu perforasi pada marginal atau pada

atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan

pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler

(belakang telinga), polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal

dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatom pada telinga tengah (sering terlihat di

epitimpanium), sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatom) atau

terlihat bayangan kolesteatom pada foto rontgen mastoid.

Terapi OMSK

Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-

ulang, karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi.

Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu:

17 | P a g e

Page 18: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah

berhubungan dengan dunia luar.

b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal.

c. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid.

d. Gizi dan higiene yang kurang.

Tipe Benigna

Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang

keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3 %

selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan

memeberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.

Karena semua obat tetes yang mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga

dianjurkan penggunaan obat tetes telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari

1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan

antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap

penisilin). Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resistensi terhadap

ampisilin, dapat diberikan ampisilin asam klavulat.

Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama 2

bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini

bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran

timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan

pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau

terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu,

mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan

tonsilektomi.

Tipe Maligna

Prinsip terapi ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi dengan atau tanpa

timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan

terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal

retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian

dilakukan mastoidektomi.

18 | P a g e

Page 19: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Jenis Pembedahan Pada OMSK

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronik, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:

a. Mastoidektomi sederhana

Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan

konservatif tidak sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang

mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya supaya infeksi tenang dan

telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak

diperbaiki.

b. Mastoidektomi radikal

Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang

sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani

dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga

luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga

daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur

hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak

terjadi infeksi kembali.

c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi

belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan

dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang

semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan

pendengaranyang masih ada.

d. Miringoplasti

Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga

dengan nama timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada

membran timpani. Tujuannya adalah mencegah berulangnya infeksi telinga

tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi menetap. Dilakukan pada

OMSK benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya

disebabkan oleh perforasi membran timpani.

e. Timpanoplasti

19 | P a g e

Page 20: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau

OMSK benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan

medikamentosa. Tujuannya adalah menyembuhkan penyakit serta

memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran

timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.

Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka

dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi

kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan

jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua

tahap dengan jarak waktu 6 sampai dengan 12 bulan.

f. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)

Merupakan teknik operasi yang dilakukan pada kasus Maligna dan

Benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk

menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan

teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang

telinga).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,

dikerjakan melalui dua jalan (cobined approach), yaitu melalui liang telinga

dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik

operasi ini dilakukan pada OMSK maligna belum disepakati oleh para ahli,

karena sering terjadi kekambuhan kolesteatom.

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau

kolesteatom, sarana yag tersedia dan pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya

infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan

kombinasi dari jenis operasi tersebut atau modifikasinya.

20 | P a g e

Page 21: Tugas Refreshing Embriologi Anatomi Dn Fisio Telinga Rinto New

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta,1997

2. Guyton,AC, Hall,JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati setiawan,

ed. 9, 1997, Jakarta: EGC

3. Pearce, Evelyn C, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta,2004

4. Spanner, Spalteholz, Atlas Anatomi Manusia, Bagian ke II, edisi 16, Hipokrates,

Jakarta,1994.

5. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Leher edisi 5, FK UI, 2008.

21 | P a g e