159
Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 1,2 Laboratorium klinik dibagi menjadi dua yaitu laboratorium klinik umum dan laboratorium klinik khusus. Laboratorium klinik umum adalah laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik dan imunologi klinik serta bidang 1

Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan

pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,

parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang

berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang

upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.1,2

Laboratorium klinik dibagi menjadi dua yaitu laboratorium klinik umum

dan laboratorium klinik khusus. Laboratorium klinik umum adalah laboratorium

yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,

mikrobiologi klinik, parasitologi klinik dan imunologi klinik serta bidang

lainnya. Laboratorium klinik khusus adalah laboratorium yang melaksanakan

pelayanan satu bidang pemeriksaan khusus dengan kemampuan pemeriksaan

tertentu.1,2

Tugas laboratorium klinik adalah memberikan informasi hasil pemeriksaan

laboratorium kepada klinisi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis dan

tindak lanjut pengobatan terhadap penderita.3

Berdasarkan hasil Konsensus Prosedur Laboratorium Mikrobiologi Klinik

pada tahun 2005, dijelaskan bahwa Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK)

adalah laboratorium yang mengkhususkan diri untuk secara profesional

1

Page 2: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

melaksanakan pemeriksaan mikrobiologi terhadap spesimen klinik dan spesimen

lain yang berkaitan dengan pengendalian infeksi dan memberikan ekspertis

dalam bidang mikrobiologi klinik. Agar LMK dapat melakukan pemeriksaan

laboratorium yang reliable, akurat, cepat dan bermanfaat, maka alur pemeriksaan

atau prosedur LMK harus diperhatikan secara seksama.4

Alur prosedur LMK dibagi dalam tiga tahap yaitu pra analitik, analitik, dan

post analitik. Akurasi hasil pemeriksaan laboratorium ditentukan oleh proses

mulai dari tahapan pra analitik, analitik, dan post analitik pemeriksaan.4

Salah satu proses yang penting pada tahapan pra analitik adalah proses

pengambilan spesimen yang meliputi persiapan pasien sebelum pemeriksaan,

identifikasi pasien, rekuisisi (permintaan pemeriksaan laboratorium) dan

verifikasi pemeriksaan, pengembilan, pengumpulan, dan transportasi spesimen,

serta universal precaution.5

Titik kritis pada tahap pra analitik adalah pengambilan spesimen yang

benar, meliputi pemilihan wadah spesimen, jenis spesimen, cara pengambilan

spesimen, volume spesimen, dan pengiriman spesimen yang benar.6

Spesimen merupakan bagian terpenting dalam mengawali suatu

pemeriksaan, karena baik buruknya kualitas hasil pemeriksaan mikrobiologi

tergantung pada spesimen yang diambil dengan tepat. Pemilihan spesimen,

waktu, dan metode pengambilan spesimen menentukan hasil pemeriksaan

mikrobiologi. Spesimen harus diperoleh dari lokasi yang tepat dan diolah

dengan metode yang dapat mendukung patogen untuk tetap hidup dan tumbuh.

2

Page 3: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Adanya kontaminasi mikroorganisme dapat mengganggu hasil pemeriksaan.

Oleh karena itu, cara pengambilan, penyimpanan, dan transportasi spesimen

yang benar juga menjadi faktor penentu kualitas pemeriksaan.4

Laboratorium Mikrobiologi dan Patologi Anatomi mempunyai tujuan

pokok dalam pelayanan laboratorium, yaitu memperoleh kualitas hasil

pemeriksaan yang optimal. Para petugas harus menyadari tentang apa yang

dibutuhkan dari hasil pemeriksaan untuk dapat menolong penderita. Jawaban

yang tidak adekuat merupakan hasil yang buruk, tetapi jawaban yang berlebihan

dapat merupakan pemborosan. Dalam hal ini harus ada komunikasi dua arah

yang baik antara klinik dan laboratorium untuk dapat memberikan pelayanan

sebaik-baiknya bagi pasien.7,8,9

Dalam aplikasi pelayanan mikrobiologi klinik, pihak laboratorium sedapat

mungkin mengusahakan untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang bahan

spesimen/ material klinik yang akan diperiksa. Jenis spesimen paling sering

diproses oleh laboratorium mikrobiologi adalah spesimen darah, spesimen urin,

spesimen feses, spesimen cairan tubuh (cairan serebrospinal, cairan sinovium,

cairan pleura), spesimen saluran napas, spesimen saluran genital, spesimen

saluran cerna, spesimen kulit, spesimen mata/ telinga, spesimen luka, jaringan

dan biopsi. Sedangkan jenis spesimen yang paling sering diproses oleh

laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksaan sitologi adalah sputum, urin,

bilasan bronkus, sekret puting susu, aspirasi jarum halus dan pap smear.7,8,10,11

Selain mengetahui jenis spesimen apa yang diminta, perlu juga diketahui

3

Page 4: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

apa diagnosis penyakitnya atau diagnosis sementaranya, bagaimana cara

transportasi spesimen, kapan spesimen diambil dari penderita, bagaimana

riwayat pengobatan sebelumnya dan riwayat sekarang.7,8

Untuk itu dipelukan sosialisasi mengenai cara-cara pengambilan spesimen

yang benar sesuai dengan standard yang tepat, sehingga dapat dicapai hasil yang

akurat.5

Laboratorium mikrobiologi dan patologi anatomi harus mampu

mempertahankan kualitas sejak bahan diambil dari penderita, apakah tepat

waktunya, apakah cukup jumlahnya, apakah memenuhi syarat untuk diperiksa,

dsb. Keberhasilan laboratorium klinik mikrobiologi dan patologi anatomi untuk

identifikasi penyebab penyakit maupun monitoring penyakit sangat bergantung

pada pengambilan dan pengiriman spesimen pasien ke laboratorium yang

dilakukan secara benar. Yang pertama dan yang terpenting adalah tempat

pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil terbaik

mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh

pejamu. Pengambilan spesimen terutama untuk pemeriksaan mikrobiologi harus

dilakukan dengan cara yang meminimalkan pencemaran oleh flora endogen

pejamu.

Pengiriman spesimen ke laboratorium harus dilakukan di bawah kondisi

yang mempertahankan viabilitas agen infeksiosa atau integritas produk-

produknya. Waktu pengiriman ke laboratorium harus cukup singkat untuk

membatasi pertumbuhan berlebihan flora pencemar karena pada umumnya hasil

4

Page 5: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

pemeriksaan yang sering diperoleh dari laboratorium tidak mencerminkan

bakteri patogen sebagai penyebab infeksi melainkan merupakan kontaminasi

dari flora normal yang sifatnya endogen dan mikroba dari lingkungan.7,8,14

Kendala yang timbul dalam tata laksana operasional adalah bahwa kualitas

pemeriksaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : spesimen salah,

kesalahan dalam pengambilan spesimen, penyimpanan dan transportasi,

pengolahan dan identifikasi, kesalahan pada metoda atau alat yang

dipergunakan, kesalahan oleh tenaga laboratorium, kesalahan dalam membaca

hasil dan menulis laporan atau dalam interpretasi hasil.7 Kesalahan pada salah

satu di antaranya akan berakibat fatal (kuman gagal tumbuh, tumbuhnya flora

normal atau kuman kontaminan). Informasi hasil pemeriksaan biakan kuman

tidak hanya berguna dalam pengelolaan pasien saja, namun berguna untuk

pengaturan kebijakan formulasi antibiotik dan pengendalian infeksi di rumah

sakit.6

Pembahasan tentang laboratorium mikrobiologi dan patologi anatomi

terutama mengenai aspek pra analitik yang terdiri dari persiapan pasien,

pengambilan spesimen, pengiriman dan penyimpanan spesimen untuk masing-

masing jenis spesimen akan dibahas secara khusus dalam makalah ini.

1.2 Lembar Permintaan, Label Spesimen, dan Alasan Penolakan Spesimen

Pemeriksaan Laboratorium

Informasi yang perlu dicantumkan pada lembar permintaan pemeriksaan

5

Page 6: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

laboratorium:

1) Nama dokter yang meminta pemeriksaan.

2) Nama lengkap pasien

3) Nomor rekam medis pasien

4) Umur atau tanggal lahir pasien

5) Nama ruangan, nomor kamar, nomor tempat tidur (jika perlu)

6) Jenis pemeriksaan yang diminta

7) Tanggal permintaan pemeriksaan.

8) Informasi billing dan kode ICD-9 (jika perlu)

9) Status pemeriksaan (misal, puasa, tampung 24 jam, dan lain-lain)

10) Perhatian khusus (misal, alergi lateks)12,13

Labelling pada tabung/botol kutur/wadah spesimen lainnya, dilakukan

segera setelah pengambilan spesimen, jangan pernah dilakukan sebelum

pengambilan spesimen. Jika tidak menggunakan label yang dicetak secara

komputerisasi, maka informasi pada label tersebut harus ditulis dengan tinta

permanen. Informasi yang perlu dicantumkan pada label spesimen pemeriksaan

laboratorium :

1) Nama lengkap pasien

2) Nomor rekam medis pasien

3) Tanggal dan waktu pengambilan spesimen

4) Inisial pengambil spesimen (untuk spesimen yang pengambilannya dibantu oleh

tenaga ahli)

6

Page 7: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

5) Informasi tambahan, seperti "puasa"

6) Cara pengambilan spesimen

7) Jenis spesimen dan permintaan pemeriksaan

8) Jika sampel untuk > 1 pemeriksaan, berilah tanda, misal untuk 3 pemeriksaan,

beri tanda: ‘1 dari 3’, ‘2 dari 3’, ‘3 dari 3’.12,13

Alasan-alasan penolakan spesimen, adalah sebagai berikut:

1) Hemolisis/lipemia

2) Adanya gumpalan dalam spesimen yang sudah diberi antikoagulan

3) Spesimen tanpa puasa sedangkan yang diminta spesimen puasa

4) Tabung darah yang tidak cocok

5) Pengambilan yang terlalu cepat, volume yang salah

6) Penyimpanan spesimen yang salah

7) Kondisi transportasi spesimen yang salah (es untuk gas darah)

8) Ketidaksesuaian antara daftar permintaan dan label spesimen

9) Spesimen yang tidak terlabeli atau salah label (identitas pasien salah atau tidak

lengkap)

10) Spesimen yang terkontaminasi/wadah bocor

11) Tidak diketahui waktu pengambilan spesimen6,12

1.3. Syarat Pengambilan Spesimen

Syarat pengambilan spesimen secara umum, adalah sebagai berikut:

1) Benar tempat pengambilan : spesimen harus mewakili material lokasi infeksi

7

Page 8: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dan sedapat mungkin terhindar dari kontaminasi kuman dan jaringan

sekitarnya. Misalnya swab tenggorok pada radang tonsil diambil dari fossa

peritonsilar dan jangan sampai menyentuh permukaan daerah orofaring

lainnya.

2) Benar waktu pengambilan : waktu pengambilan spesimen harus optimal agar

didapat kuman dalam jumlah banyak. Untuk ini dibutuhkan pengetahuan

tentang patofisiologi dan perjalanan alami penyakit. Misalnya untuk demam

tifoid, spesimen terbaik yang diambil pada minggu pertama demam adalah

darah, sedangkan pada minggu ke-2 dan ke-3 adalah feses atau urin.

3) Benar volume spesimen : volume spesimen harus cukup karena untuk

meningkatkan kemungkinan terjaringnya kuman penyebab. Misalnya

volume biakan darah dibutuhkan 3-5 ml darah untuk anak-anak dan 5-10 ml

darah untuk dewasa.

4) Benar cara dan alat pengambilan spesimen : alat pengambilan spesimen

harus disesuaikan dengan jenis spesimen karena dapat mempengaruhi

pemulihan atau recovery kuman. Penggunaan swab kapas tidak dianjurkan

karena swab kapas mengandung asam lemak dan calcium alginate yang

bersifat toksik terhadap kuman sehingga dapat menghambat kuman

fastidious tertentu. Oleh karena itu dianjurkan menggunakan swab dari

bahan Dakron atau polyester. Penggunaan swab untuk biakan anaerob tidak

dianjurkan dan sebaiknya spesimen diaspirasi menggunakan jarum.

5) Benar wadah : wadah spesimen harus disesuaikan dengan jenis spesimen.

8

Page 9: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Wadah yang digunakan harus steril, sesuai dengan jenis spesimennya, dan

mudah digunakan terutama bila pasien harus mengumpulkan spesimen

sendiri. Wadah harus bertutup ulir, agar tertutup kuat untuk mencegah tunpah

atau bocor selama transportasi spesimen. Jangan beri label pada tutupnya

melainkan pada wadahnya. Label berisi informasi, yaitu nama lengkap

pasien, nomor identitas (nomor rekam medik atau lainnya), sumber

spesimen, tanggal dan jam pengambilan spesimen.

6) Bila memungkinkan, spesimen diambil sebelum pemberian antibiotik. Hal

ini bertujuan untuk meningkatkan pemulihan atau recovery kuman.

7) Cuci tangan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen : tindakan aseptik

pada saat pengambilan spesimen sangat penting untuk menghindari

tercemarnya spesimen oleh flora normal.6

Syarat pengambilan spesimen secara khusus untuk pemeriksaan

mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:

1) Spesimen diambil pada tahap awal penyakit karena jumlah kuman dalam

spesimen akan lebih tinggi

2) Spesimen sebaiknya diambil pada saat demam/suhu tinggi karena jumlah

kuman akan lebih banyak

3) Spesimen sebaiknya diambil sebelum pemberian antibiotik. Bila sudah

mendapat antibiotik, pengambilan dilakukan sebelum pemberian dosis

antibiotik berikutnya.6

4) Volume Spesimen

9

Page 10: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Volume spesimen yang diambil harus adekuat untuk permintaan

pemeriksaan mikrobiologi. Jika volume yang diterima sedikit maka klinisi dan

perawat harus diberitahukan, salah satunya adalah penambahan sampel dapat

diminta atau klinisi harus membuat suatu prioritas pemeriksaan. Jika

pengambilan spesimen dengan swab, tangkai swab poliester bahan plastik

dapat digunakan karena cocok untuk banyak mikroorganisme. Kalsium alginat

tidak digunakan jika pengambilan sampel untuk kultur virus karena dapat

menginaktifkan virus herpes simplek (HSV); kapas dapat sebagai racun dari

Neisseria gonorrhoe, tangkai bahan kayu harus dihindari karena dapat

menjadi bahan toksik bagi Chlamydia trachomatis. Cara swab tidak optimal

untuk deteksi bakteri anaerob, mikobakteria atau jamur dan jangan dipakai

jika curiga adanya organisme tersebut. Sampel jaringan dan aspirasi cairan

yang tepat lebih dipakai dengan menggunakan spesimen swab untuk

penyembuhan dari organisme patogen.15

5) Tipe Spesimen

Tipe spesimen bergantung pada patogen yang akan diisolasi, spesimen

yang diambil harus merupakan representatif dari infeksi atau penyakitnya,

misalnya untuk mengisolasi N. gonorrhoeae maka spesimen yang diambil

adalah endocervical swab (bukan vaginal swab), untuk mengisolasi patogen

dari saluran pernapasan maka spesimen yang diambil adalah dahak (sputum)

bukan air ludah (saliva).15

6) Waktu untuk Pengambilan Spesimen

10

Page 11: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Untuk respon optimal deteksi bakteri patogen pada penyakit infeksi maka

spesimen harus di ambil pada waktunya jika kemungkinan penyembuhan

dengan agen yang dicurigai, sebagai contoh yaitu kemungkinan penyembuhan

dari banyak virus pada fase akut penyakit. Spesimen untuk penyembuhan

bakteri idealnya harus diambil sebelum terapi antimikroba dimulai.15

7) Pengambilan Spesimen

Spesimen harus diperoleh dari bagian yang terinfeksi dengan

kontaminasi minimal dari jaringan sekitarnya dan sekresi organ dan harus di

ambil pada wadah steril kecuali spesimen feses. Seluruh spesimen harus diberi

label dan nomor identifikasi pasien dari siapa pengambilan spesimen tersebut,

sumber spesimen, tanggal dan jam pengambilan.15

8) Pengiriman Spesimen

Setelah diambil, spesimen harus ditempatkan pada kantong biohazard

dan dibawa ke laboratorium secepatnya. Jika keterlambatan tidak dapat

dihindari maka urin, sputum dan spesimen saluran napas lainnya, feses, dan

spesimen untuk deteksi C.trachomatis atau virus dapat di simpan di lemari es

untuk mencegah pertumbuhan berlebihan flora normal. Cairan serebrospinal

dan cairan tubuh yang lain, darah dan spesimen untuk penyembuhan

N.gonorrhoe harus disimpan pada suhu kamar karena jika disimpan kedalam

lemari es dapat mematikan kuman patogen yang akan diperiksa.15

9) Spesimen yang tidak dapat diterima

Setiap kepala laboratorium harus membuat kriteria untuk menolak

11

Page 12: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

spesimen yang tidak dapat diterima untuk kultur. Banyak klinisi mikrobiologi

setuju bahwa spesimen yang ditolak adalah :

Mislabeled atau unlabeled dan atau tidak adanya formulir permintaan

pemeriksaan.

Sumber spesimen tidak ditulis di form.

Ketidaksesuaian spesimen dengan permintaan pemeriksaan (kultur

anaerob untuk sputum).

Tidak layaknya container atau transport media.

Spesimen melebihi waktu toleransi.

Spesimen diterima dalam keadaan Expired Date dari container.

Urine terkontaminasi dengan tinja.

Tinja terkontaminasi dengan urin.

Kultur viral yang dikoleksi dengan swab calcium alginate atau tangkai

kayu.

Spesimen jaringan dalam formalin.15,16

Spesimen berikut juga harus ditolak untuk kultur anaerob :

Bilasan lambung

Urin dari aspirasi supra pubik

Feses (kecuali untuk penyembuhan Clostridium difficile pada penelitian

atau untuk diagnosa hubungan bakteri dengan keracunan makanan)

Spesimen orofaring, kecuali sampel dari jaringan dalam melalui prosedur

bedah

12

Page 13: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Sputum

Swab bagian ileostomi atau kolostomi

Spesimen daerah kulit superfisial15

Jenis spesimen mikrobiologi secara garis besar terdiri atas :

Cairan tubuh, termasuk eksudat dan ekskreta : darah, LCS, urin, sputum,

nanah.

Jaringan tubuh : biopsi, hasil operasi

Konsep dasar pengambilan spesimen (Postulat Koch).

Jenis spesimen : harus merupakan bahan yang benar-benar berasal dari

tempat infeksi sebenarnya (hindari kontaminasi, baik dari flora normal

tubuh maupun dari luar).

Waktu : pengambilan pada waktu optimal dengan kemungkinan paling

baik mendapatkan mikroorganisme penyebab.

Jumlah : jumlah harus cukup tergantung dengan jenis pemeriksaan yang

akan dilakukan

Alat : alat yang sesuai untuk koleksi : wadah (aerob-anaerob), maupun

media. Wadah diberi label yang berisi identitas, sumber, nama dokter dan

jam/tanggal pengambilan

Hindari kontaminasi baik saat pengambilan maupun saat pengiriman.

Gunakan wadah yang tepat untuk menghindari kontaminasi, tumpah,

kerusakan material pemeriksaan, dan keselamatan pekerja dan

lingkungan.

13

Page 14: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Beri label yang berisi tentang : nama, nomor identifikasi, sumber

material, tanggal dan jam, inisial kolektor.

Formulir permintaan pemeriksaan : diisi lengkap data label, jenis

pemeriksaan yang diminta, diagnosis klinis, nama dan tanda tangan

dokter yang meminta.

1.4 Penyerahan ke Laboratorium Rujukan

Jika spesimen atau kultur harus dikirim ke laboratorium yang di

rekomendasikan, harus disegel untuk mencegah bahaya. Kultur bakteri dan jamur

harus ditanam di tabung media padat. Tutup tabung atau vial pertama harus di segel

menggunakan plester tahan air dan dimasukkan ke wadah penyimpanan kedua,

dikelilingi oleh bahan segel yang kuat dan menyerap bahan spesimen atau kultur

jika terjadi kebocoran atau rusak pada wadah pertama. Jika botol yang disimpan

pada wadah penyimpanan kedua banyak atau lebih dari satu maka sampel harus

diletakkan terpisah-pisah dan tidak bersinggungan dengan botol yang lain. Wadah

penyimpanan kedua harus ditutup dan dikirim menggunakan wadah yang terbuat

dari bahan fiber atau plastik yang keras. Semua botol sampel yang ada tersimpan

didalam harus tertutup antara wadah penyimpan kedua dan segel luar. Wadah

penyimpan kedua dan penyimpan terluar harus cukup kuat memelihara integritas

suhu dan tekanan udara. Jika spesimen harus dikirim menggunakan dry ice maka

harus ditandai “spesimen beku, dry ice”. Dry ice harus disimpan diluar wadah

penyimpanan kedua untuk mencegah penguapan dry ice tersebut. Semua spesimen

infeksi yang dikirim harus di beri label yang berisi alamat, nama dan nomor

telepon pengirim.15

14

Page 15: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

BAB II

PENGAMBILAN SPESIMEN

UNTUK PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

2.1. Urin

Diagnosis ISK dibuat berdasarkan anamnesis adanya gejala/tanda ISK,

pemeriksaan fisik dan penunjang. Tes yang terpenting adalah kultur urin sebagai

baku emas diagnosis.

Ada banyak mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tetapi

pada umumnya adalah bakteri gram negatif. Escherichia coli (E. Coli)

menyebabkan hampir 80% sedangkan Staphylococcus saphrophyticus sekitar 10-

15

Page 16: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

15% dan Proteus mirabilis serta Klebsiella 2-5% kasus. Kuman gram negatif lain

seperti Serratia dan Pseudomonas merupakan penyebab infeksi saluran kemih

pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Escherichia coli tumbuh baik pada

hampir semua media yang biasa dipakai di laboratorium mikrobiologi.

Saluran kemih bagian atas dari uretra biasanya steril pada manusia yang

sehat tetapi uretra menjadi tempat koloni dari bakteri yang berbeda, sehingga

spesimen urin yang dikumpulkan dengan metode non-invasif (seperti clean catch

pada spesimen mid-stream) menjadi terkontaminasi selama proses, untuk itu

perlunya prosedur pra analitik yang baik dan tepat.9

Spesimen urin ditampung dalam wadah urin steril, kering, tidak bocor,

bertutup ulir, bermulut lebar (terutama untuk perempuan), alas datar (agar tidak

tumpah), terbuat dari bahan yang jernih (plastik atau kaca) agar dapat menilai

warna dan kejernihan spesimen urin. Pengumpulan spesimen urin pediatrik

menggunakan kantong dengan pelekat.5,6,18

Persiapan pasien

- Anamnesis apakah pasien sementara mendapat terapi antibiotik .

- Memberikan informasi tentang cara pengambilan urin yang benar.

- Disarankan untuk tidak buang air kecil pada malam hari.9

Pengambilan spesimen

- Waktu pengambilan sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau 48-72

jam setelah diterapi antibiotik terakhir. Disarankan urin pagi pertama,

16

Page 17: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

atau urin diambil 2 jam setelah buang air kecil terakhir karena pada saat

ini mikroorganisme penginfeksi berada dalam jumlah terbanyak.10,14

- Spesimen dapat diperoleh dengan cara clean catch midstream,

kateterisasi atau dari aspirasi suprapubik. Spesimen dari kateterisasi atau

clean catch dari perempuan dan laki-laki yang tidak disunat memerlukan

disinfeksi daerah periuretra sebelum pengambila spesimen. Spesimen

clean catch harus diambil dari porsi tengah (mid stream) untuk

menghindari pencemaran dari flora periuretra transien. Walaupun sudah

dilakukan tindakan dengan sangat hati-hati, spesimen clean catch dan

kateterisasi akan tercemar oleh sejumlah kecil mikroorganisme, dan

pengiriman ke laboratorium harus dilakukan dengan benar untuk

mencegah multiplikasi berlebihan mikroba pencemar. Penyimpanan

spesimen pada suhu 40C setelah pengambilan dan selama pengiriman

merupakan tindakan efektif.

Gambar Wadah Spesimen Urin : pot urin, pediatric urine collection bag,

17

Page 18: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Cara pengambilan spesimen urine adalah sebagai berikut:

1. Spesimen Urin Midstream Clean Catch

Prosedur pengumpulan spesimen urin midstream clean catch, adalah

sebagai berikut:

Perempuan Laki-Laki

Sebelum pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk bersih/tissue.

Siapkan 1 kasa steril+air sabun , 2 kasa steril+air/salin hangat , 1 kasa steril kering. Jangan memakai larutan antiseptik.

Siapkan juga pot urin steril dan jangan dibuka sebelum pembersihan muara uretra dilakukan

Dengan 2 jari, kedua labia dipisahkan dan daerah vagina dibersihkan dengan potongan kasa steril+air sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah .

Preputium ditarik ke belakang dengan satu tangan (jika tidak dikhitan) hingga muncul ujung penis dan daerah ujung penis dibersihkan dengan potongan kasa steril+air sabun . Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah

Daerah tersebut dibilas dgn potongan kasa steril+air/salin hangat, dari arah depan ke belakang. Selama pembilasan, kedua labia tetap dipisahkan dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.

Ujung penis dibilas dengan potongan kasa steril+air/salin hangat.

Ulangi pembilasan sekali lagi, lalu daerah tersebut dikeringkan dengan potongan kasa steril kering. Kemudian buang kasa yang telah digunakan ke tempat sampah.

Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih.

Dengan tetap menahan preputium ke belakang, mulailah berkemih.

18

Page 19: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Pancaran urin yang mula-mula keluar dibuang, kmdn aliran urin selanjutnya ditampung di pot urin steril sampai ± ⅓ - ½ pot terisi.

Hentikan penampungan sebelum berkemih selesai.

Setelah selesai, pot urin ditutup dengan rapat dan dinding luar pot dibersihkan dari urin yang tertumpah. Spesimen segera dikirim ke laboratorium

Sesudah pengumpulan urin, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih dan mengeringkannya dengan handuk bersih/tissue.

Digunakan untuk pemeriksaan rutin dan kultur bakteri.

2. Spesimen Urin dari Kateter

Digunakan untuk pasien-pasien yang tidak kooperatif, tidak dapat mengeluarkan

urine, atau tidak dapat mengontrol miksi.17

Prosedur pengambilan spesimen urin dari kateter secara konvensional, adalah

sebagai berikut:

Kateter diklem selama ± 30 menit pada tube yang tidak terisi urin, beberapa

centimeter sebelah distal dari tempat penusukan, supaya terjadi akumulasi

urin.

Tempat penusukan kateter (karet) sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung

distal kateter yang berada dalam kandung kemih.

Lakukan tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dengan

19

Page 20: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

alkohol 70%.

Lakukan aspirasi urin dengan menggunakan syringe sebanyak 10-12 ml.

Urin dari syringe langsung dimasukkan ke dalam pot, tutup rapat, labelling.

Spesimen urin dikirim segera ke laboratorium.

3. Spesimen Urin dari Aspirasi Suprapubik

Digunakan untuk pasien yang tidak kooperatif.

Prosedur ini biasanya digunakan untuk pemeriksaan sitologi, kultur bakteri

(terutama untuk mikroba anaerob), pada bayi di mana kontaminasi spesimen

urine tidak dapat dihindarkan.17

Prosedur pengumpulan spesimen urin dari aspirasi suprapubik, adalah sebagai

berikut:7

Pasien diposisikan

Anak → supine dengan frog-legged position

Dewasa → supine

Desinfeksi kulit dilakukan di daerah suprapubik dengan povidone iodine 10%, kemudian sisa Povidone iodine dibersihkan dengan alkohol 70%.

Anestesi lokal dengan lidocaine pada daerah yang akan ditusuk/diaspirasi (linea mediana, 2 cm di atas simphisis pubis)

20

Page 21: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Aspirasi urin, dengan memasukkan jarum/needle yang dihubungkan dengan syringe 10-20 mL ke titik suprapubik

Anak → dengan needle 22 G, membentuk sudut 10o-20o terhadap garis tegak lurus, sedikit ke arah cephal (karena VU masih termasuk organ abdomen)

Dewasa → dengan needle 20 G, membentuk sudut 10o-20o terhadap garis tegak lurus, sedikit ke arah caudal (karena VU termasuk organ pelvis)

Masukkan jarum hingga urin terlihat di syringe, aspirasi urin sebanyak 10-20 mL.

Bila penusukan tidak berhasil, cabut jarum hingga ujung jarum di jaringan sub kutan, lalu masukkan lagi dengan sudut 10o ke arah yang sedikit berbeda. Maksimal diulang 3 kali percobaan.

Setelah urin diperoleh, cabut jarum, beri sedikit tekanan pada tempat penusukan dengan kassa steril, lalu diberi plester.

Urin dimasukkan ke dalam pot, tutup rapat, labelling. Spesimen urin dikirim segera ke laboratorium.

Pada keadaan normal, kandung kemih itu steril, sehingga aspirasi suprapubik

akan memberikan spesimen untuk kultur yang benar-benar bebas dari

kontaminasi luar. Selain itu juga digunakan untuk pemeriksaan sitologi.

4. Spesimen Urin pada Pediatrik menggunakan Pediatric Urine Collection Bag

Laki-Laki Perempuan

21

Page 22: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Terlebih dahulu area skrotum dibersihkan dari minyak dan dikeringkan. Buka kantong pembungkus Pediatric Urine Collection Bag

Terlebih dahulu area perineal dibersihkan dari minyak dan dikeringkan. Buka kantong pembungkus Pediatric Urine Collection Bag

Buka bagian perekat (perekat di daerah depan rektum terlebih dahulu), untuk kemudian dilekatkan dengan arah ke depan.

Kedua labia dipisahkan dan ditekankan bagian perekat secara perlahan-lahan ke area antara kedua labia.

Masukkan penis secara perlahan-lahan ke dalam bag (kantong).

Sempurnakan perlekatan dgn menekankan bagian perekat ke area genital bagian atas/depan.

Bag urin sudah diposisikan untuk pengumpulan spesimen jangka pendek.

Popok bisa kembali digunakan, sembari menunggu volume urin yang dibutuhkan

Urin yang terkumpul di bag urin, dapat dipindahkan ke pot urin untuk kemudian dikirim ke laboratorium.

Pengiriman dan penyimpanan spesimen urin

- Semua spesimen urine harus segera dikirim ke laboratorium dan harus

diproses dalam waktu 2 jam setelah ditampung.

- Jika keterlambatan dalam transportasi atau pemrosesan tidak dapat

dihindari, spesimen didinginkan/ disimpan dalam lemari es (2-8°C) segera

setelah pengambilan, selanjutnya harus telah dites di laboratorium dalam

waktu maksimal 18 jam.

- Pengiriman spesimen dilakukan dengan menggunakan “cool box” (2-8°C),

22

Page 23: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

kecuali jika waktu perjalanan kurang dari 1 jam.

- Tabung pengawet urin yang mengandung asam borat dan dijual di pasaran

dapat menstabilkan hitung koloni patogen dan pencemar (bersifat

bakteriostatik) serta bermanfaat apabila spesimen diperkirakan berada

dalam suhu kamar yang cukup lama.

- Alat biakan dipslide agar yang diinokulasikan segera setelah spesimen

diambil juga bermanfaat untuk mengurangi masalah yang berkaitan dengan

keterlambatan pengiriman spesimen.

- Koleksi kit yang berisi pengawet untuk mempertahankan populasi stabil

bakteri selama 24 jam pada suhu ruangan yang tersedia di pasaran tetapi

tidak memberikan keuntungan dibandingkan dengan penyimpanan di dalam

lemari es.8,10

2.2. Apus Uretra dan Cervical

Persiapan pasien

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

- Spesimen usap uretra dikumpulkan minimal 2 jam setelah pasien

berkemih.

- Waktu pengambilan spesimen apus uretral dapat diambil kapan saja

sesuai indikasi.9,10

23

Page 24: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Spesimen cervical dikumpulkan untuk menentukan etiologi dari cervisitis

dan untuk mengidentifikasi orang tanpa gejala terinfeksi dengan

organisme penyebab penyakit menular seksual

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus uretra

dan apus servical adalah sebagai berikut:5,6

Swab steril jenis dakron.

Tabung steril berisi media transport.

Normal saline steril

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Prosedur pengambilan spesimen apus uretral pada laki-laki dan apus cervical

pada perempuan, adalah sebagai berikut:5,19

Laki-Laki Perempuan

Pasien diminta untuk tidak kencing selama 1 jam sebelum pemeriksaan. Apabila pasien mengeluarkan sekret uretra, spesimen dapat diambil langsung.

Bersihkan area ectocervix dengan swab untuk menghilangkan mucous dan pus. Lalu buang swab tersebut.

Swab yang telah dibasahi normal saline Swab yang telah dibasahi normal

24

Page 25: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

steril, dimasukkan ke dalam uretra ± 3-4 cm pada laki-laki.

saline steril, dimasukkan ke dalam uretra ± 1-2 cm pada wanita.

Swab diputar selama 2 detik , lalu dikeluarkan secara perlahan-lahan.

Swab diputar selama 5-10 detik , lalu dikeluarkan secara perlahan-lahan.

Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.

Setelah pengumpulan spesimen apus uretral dan apus cervical dilakukan,

maka:5,6,20

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport, pada suhu 2oC hingga 30oC dapat disimpan selama 60 hari, dan

pada suhu -20oC hingga -70oC dapat disimpan selama 90 hari.

Pengiriman dan penyimpanan spesimen

25

Page 26: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Spesimen usap dapat ditempatkan dalam sistem pengiriman tabung dan

dikirim ke laboratorium secepatnya dalam waktu 2 jam.

- Jika keterlambatan dalam pengiriman tidak dapat dihindari, swab harus

ditinggal pada suhu kamar, tidak didinginkan.10

2.3. Sekret vagina

Sekret vagina berguna dalam menentukan etiologi dari vulvovaginitis dan

vaginosis bakteri (dinamakan demikian karena kondisi ini noninvasif). Pada

wanita post pubertas, patogen yang paling umum adalah Gardnerella vaginalis

(bekerja sama dengan anaerob seperti Mobiluncus spp.), Candida sp, dan

Trichomonas vaginalis.10

Persiapan pasien

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.21

Pengambilan spesimen

- Ambil lidi kapas steril yang pertama.

- Bersihkan sekitar mulut serviks/rahim dengan lidi kapas steril kemudian

ke fornix posterior dan dinding vagina.

- Slide diletakkan di meja jika tidak ada asisten, jika ada asisten pembuatan

preparat dapat dilakukan oleh asisten.

- Dari lidi kapas pertama ini buatlah apusan berupa dua lingkaran kecil

pada sisi kanan dan kiri slide untuk pemeriksaan sediaan basah, olesan

jangan terlalu tebal atau tipis.

26

Page 27: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Lakukan pemeriksaan keasaman vagina dengan menempelkan lidi kapas

yang telah digunakan untuk mengambil sediaan dari forniks dan dinding

vagina pada kertas pH.

- Buang lidi kapas yang sudah digunakan ke dalam tempat sampah

infeksius.

- Ambil lidi kapas steril kedua.

- Masukkan lidi kapas steril ke dalam saluran endoserviks sedalam 1 – 1.5

cm, putar lidi kapas searah jarum jam 2-3 kali (10-30 detik) untuk

dapatkan sampel yang cukup.

- Tarik lidi kapas pelan-pelan tanpa menyentuh dinding vagina.

- Buatlah hapusan pada kaca objek kedua dengan cara menggulirkan lidi

kapas dengan berhati-hati.22

Pengiriman dan penyimpanan spesimen

Spesimen yang sudah diambil dengan menggunakan lidi kapas steril

dimasukkan ke dalam media transpor (Amies agar) dan dikirim ke

laboratorium.23

2.4. Darah

Pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan kultur darah adalah

prosedur untuk mendeteksi infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri dan

jamur. Infeksi bakteri patogen pada darah merupakan infeksi penting pada

laboratorium mikrobiologi. Kultur darah sangat penting dalam mengidentifikasi

27

Page 28: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

bakteri untuk bakterimia, sepsis, infeksi katup jantung prostetik, tromboplebitis

supuratif, aneurisma jamur dan infeksi cangkok vaskular. Kultur darah juga

sangat berguna untuk diagnosa beberapa infeksi virus dan infeksi karena jamur

terutama Candida, Cryptococcus neoformans, Fusarium dan Histoplasma

capsulatum. Parasit dideteksi pada darah menggunakan mikroskop dengan

melakukan apusan darah tepi. Secara umum, darah harus diambil untuk kultur

sebelum terapi antimikroba dengan gejala klinis demam ( suhu 38˚C atau lebih),

hipotermia (suhu 36˚C atau kurang), leukositosis, granulositopenia atau

hipotensi.9,10

Persiapan pasien

- Waktu yang optimal untuk melakukan kultur darah jika di curigai

bakterimia atau fungimia adalah sesaat sebelum temperatur mencapai

puncak, dianjurkan pengambilan darah sebanyak 3 kali dalam selang

waktu 1 jam.

- Perlu mengetahui terapi yang diperoleh terutama dosis dan waktu

pemberian obat. Sebaiknya sebelum diterapi antibiotik atau sampai 72

jam setelah diterapi antibiotik terakhir, tapi bila telah diterapi

menggunakan media yang mengandung Resin, yang berfungsi mengikat

antibiotik dalam darah pasien maka pasien tidak perlu berhenti minum

antibiotik pada saat pengambilan darah.5,9,10

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam prosedur pengambilan darah vena

untuk pemeriksaan mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:5,6,24,25,26

28

Page 29: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Povidone iodine 10%

Luer adapter

Isopropyl alcohol 70%

Tube holder

Wing needle set

Hand schoen

Botol kultur Tabung Sodium Polyanethol Sulfonate (SPS)

Macam-macam botol kultur beserta kuman yang dapat dikultur di dalamnya, sebagai berikut:27,28

No. Botol Kultur Gambar Kuman

1. Aerob Neisseria meningitidis

Haemophilus influenza

Streptococcus pneumoniae*

Streptococcus pyogenes

Pseudomonas aeruginosa

Candida glabrata

Staphylococcus aureus

Escherichia coli

Alcaligenes faecalis

a. Standard

b. Plus enrichment peptone / soybean-casein

2. Anaerob Clostridium perfringens

29

Page 30: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Bacteroides fragilis*

Bacteroides vulgatus

Streptococcus pneumoniae

Escherichia coli

Staphylococcus aureus

a. Standard

b. Plus enrichment peptone / soybean-casein

3. Pediatrik enrichment

4. Isolator (tabung kultur darah)

Pediatrik. Cocok untuk kultur sumsum tulang dan spesimen pediatrik lainnya. Dewasa. Cocok untuk untuk kultur darah untuk Bartonella, Neisseria, Malessezia.

Prosedur pengambilan darah vena untuk pemeriksaan mikrobiologi (kultur), adalah sebagai berikut:5,6,24,25,26

1. Susun alat dan bahan yang diperlukan. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

2. Posisikan pasien dengan tepat (lengan lurus di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke atas). Pasang torniket 3-4 inchi di atas tempat pungsi dan minta pasien untuk mengepal tanpa memompa kepalan tangan.

3. Pilih vena yang sesuai untuk pungsi.

30

Page 31: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

4. Bersihkan daerah yang akan dipungsi dengan povidone iodine 10% (gerakan dari tengah memutar ke tepi), biarkan selama 1-2 menit. Lalu ulangi hal yang sama dengan isopropyl alcohol 70%, biarkan kering secara alami. Jangan menyentuh lagi area yang sudah dibersihkan.

5. Sebelum disambungkan, penutup botol kultur dibuka, lalu desinfeksi septumnya dgn alkohol 70% dan biarkan kering.

6. Berilah tanda pada botol kultur sesuai dengan kebutuhan. Perhatikan petunjuk volume minimal dan volume yang direkomendasikan untuk tiap botol kultur / tabung lainnya.

7. Metode A Sambungkan syringe 10 mL ke wing needle set.

Metode B

Sambungkan luer adapter pada wing needle set dengan tube holder.

Tancapkan luer adapter pada septum tutup botol kultur aerob terlebih dahulu

8. Masukkan jarum ke dalam kulit dengan sudut tertentu (10-15o untuk wing needle, ≤ 30o untuk needle biasa) terhadap lengan, dengan ujung jarum menghadap ke atas: Ikuti geografi vena dengan jarum. Masukkan jarum dengan tenang dan cukup cepat

untuk meminimalkan ketidaknyamanan pasien.

9. Ketika darah mulai mengalir, lepaskan tourniquet dan kepalan tangan dibuka.. Jangan pernah menarik jarum tanpa melepas tourniquet.

10. Metode A Tarik barel syringe secara perlahan, hingga

darah mengalir ke dalam syringe. Jangan menarik terlalu cepat untuk mencegah hemolisis atau membuat vena kolaps.

31

Page 32: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Hisap darah hingga volume tertentu (10 mL pada dewasa, 1-4 mL pada anak)

Setelah darah yang terambil cukup volumenya, lepaskan syringe dari wing needle set, sambungkan needle 18 G ke syringe, untuk kemudian dipindahkan ke dalam botol kultur (biarkan mengalir sendiri)

Ulangi prosedur yang sama untuk botol kultur anaerob, dengan syringe yang berbeda.

Metode B

Darah akan mengalir ke botol kultur anaerob. Setelah mencapai tanda yang dibuat di botol, lepaskan botol dari luer adapter, untuk kemudian luer adapter ditancapkan ke botol kultur anaerob.

Lakukan hal yang sama, apabila dibutuhkan pemeriksaan darah lainnya (disesuaikan dengan urutan "order of draw")

11. Botol kultur aerob dan tabung yang telah terisi darah, dicampur dengan cara dibolak-balikkan 180O secara gentle.

12. Setelah darah yang diambil telah cukup volumenya, tarik jarum, dan kemudian berikan tekanan pada tempat pengambilan. Tempelkan plester di atas bola kapas atau kasa untuk menghentikan perdarahan dan menghindari hematom.

13. Labelling dan segera dikirim ke laboratorium.

Tabung isolator, botol kultur pediatrik enrichment, dan botol kultur aerob

harus diisi terlebih dahulu daripada botol kultur anaerob.29 Hindari masuknya

udara ke dalam botol kultur anaerob, dengan cara membuang udara yang ada

pada syringe sebelum memasukkan darah ke dalam botol kultur anaerob.26

Pengambilan darah sebanyak 20 mL langsung menggunakan satu syringe

tidaklah dianjurkan. Akan ada risiko terbentuknya aerosol ketika jarum dipindah

32

Page 33: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dari botol pertama, sehingga terjadi "spray back".26

Pengiriman dan penyimpanan spesimen darah

- Spesimen darah dibawa ke laboratorium pada suhu kamar secepat

mungkin (<2 jam) setelah pengambilan dengan menyertakan formulir

permintaan tes yang berisi tanggal permintaan, tanggal dan jam

pengambilan spesimen, identitas pasien, identitas pengirim, identitas

spesimen, tes laboratorium yang diminta, nama pengambil spesimen,

transpor media/ pengawet yang digunakan serta keterangan klinis yang

terdiri dari diagnosis atau riwayat singkat dan terapi.

- Jika tidak segera dikirim ke laboratorium maka penyimpanan terbaik

adalah pada suhu 37°C tapi sebaiknya tidak lebih dari 24 jam. Bila tidak

ada inkubator, dapat disimpan dekat lampu. Kultur darah tidak boleh

dimasukkan ke lemari es.8,10

2.5. Feses

Pengambilan spesimen feses segar atau dengan apusan rektal berguna

untuk menentukan etiologi infeksi diare atau keracunan makanan serta berperan

untuk memastikan diagnosa botulisme, diagnosa dan infeksi yang disebabkan

oleh adenoviruses, enterovirus, beberapa patogen menular seksual, protozoa dan

cacing usus, dan dalam beberapa kasus, cacing dari saluran pernapasan dan

empedu.10

Spesimen feses sebaiknya dikumpulkan pada stadium awal diare, ketika

33

Page 34: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

kuman patogen dalam jumlah terbanyak, dan sebaiknya sebelum pemberian

antimikrobial.30

Persiapan pasien

- Untuk pemeriksaan feces segar, pasien diharuskan buang air kecil

terlebih dahulu agar tinja tidak tercemar urin. Spesimen dapat diambil

kapan saja sesuai indikasi.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen feses

adalah:5,30

Pot steril yang bermulut lebar, memiliki

sendok plastik pada tutupnya, bertutup ulir

rapat.

Medium transport

Cary-Blair (semi solid medium), cocok

untuk semua kuman patogen enterik.

Alkali peptone water (liquid medium), cocok

untuk Vibrio spp.

Prosedur pengambilan spesimen feses, adalah sebagai berikut:5

Pengumpulan spesimen tidak boleh tercampur oleh air, urin, atau kertas

tissue.

Feses dapat langsung dimasukkan pada pot steril yang bermulut lebar.

Jika menggunakan pot steril yang bermulut kecil dengan sendok plastik

34

Page 35: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

di tutupnya, maka feses dapat ditampung terlebih dahulu dalam

pengumpulan (yg kering, bersih, bebas urin), kemudian dapat

dimasukkan pada pot steril dengan menggunakan sendok plastik

tersebut.

Jika feses berkonsistensi cair, maka harus langsung dikumpulkan ke

dalam pot steril tersebut.

Volume feses padat 2-5 gram, volume feses cair 10-15 ml.

Spesimen harus dibawa ke laboratorium secepatnya, dan dilakukan

pemeriksaan dalam waktu maksimal 2 jam.

Setelah pengumpulan spesimen feses dilakukan, maka:5,30

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di

media transport (Cary-Blair), pada suhu kamar atau disimpan di

refrigerator selama 1 minggu.

2.6. Apus Rektal

Secara ideal, spesimen feses segar lebih dipilih daripada apus rektal.

Akan tetapi spesimen apus rektal dapat diterima, pada keadaan dimana

pengumpulan feses tidak dapat segera dilakukan, atau ketika transportasi

spesimen feses ke laboratorium ditunda.31 Spesimen feses sebaiknya

dikumpulkan pada stadium awal diare, ketika kuman patogen dalam jumlah

terbanyak, dan sebaiknya sebelum pemberian antimikrobial.31

35

Page 36: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus

rektal, adalah sebagai berikut:5

Swab steril jenis dakron. Swab dari kapas tidak direkomendasikan, karena

mengandung asam lemak dan Ca alginate yang bersifat toksik terhadap

kuman.

Tabung steril berisi media transport

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Prosedur pengambilan spesimen apus rektal, adalah sebagai berikut:5

Swab dimasukkan ke dalam anus 2-3 cm.

Swab diputar dan dibiarkan selama ± 10 detik di dalam anus, agar menyerap.

Swab secara perlahan ditarik keluar.

Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen

harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.

Setelah pengumpulan spesimen apus rektal dilakukan, maka:

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

36

Page 37: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport (Amies atau Stuart), pada suhu kamar atau disimpan di refrigerator

selama 1 minggu.

2.7. Sputum

Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan oleh paru-paru, bronkus

dan trakea. Sputum diproses di laboratorium untuk mengetahui kuman penyebab

infeksi pada saluran napas bawah.6

Persiapan pasien sebelum pengumpulan sputum, adalah sebagai berikut:5,6

Malam hari sebelum pengambilan sputum, pasien dianjurkan untuk

menyikat gigi dan berkumur untuk menurunkan kontaminasi spesimen.

Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam

hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliceryl

guaiacolat 200 mg.

Waktu pengumpulan spesimen yang direkomendasikan, adalah sebagai

berikut:6,32

Waktu terbaik untuk pengambilan adalah di pagi hari ketika bangun

tidur, karena selama semalam sputum terkumpul sehingga konsentrasi

kuman menjadi lebih banyak.

Namun bila tidak memungkinkan diperoleh sampel pagi hari, maka

sputum yang diambil sewaktu juga dapat diterima.

Untuk pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA), dibutuhkan sputum SPS

(Sewaktu Pagi Sewaktu)

1) Sewaktu I

Sputum dikumpulkan di dalam pot 1, saat pertama sekali datang. Ketika

37

Page 38: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

pulang, pasien membawa pulang pot 2 untuk mengumpulkan sputum pada

pagi hari kedua.

2) Pagi

Sputum dikumpulkan di dalam pot 2, di rumah pada pagi hari kedua

setelah bangun tidur.

3) Sewaktu II

Sputum dikumpulkan di dalam pot 3, pada hari kedua di laboratorium saat

menyerahkan pot 2.

Ketiga spesimen tersebut harus diambil 2 hari berturut-turut.

Persiapan pasien sebelum pengumpulan sputum, adalah sebagai berikut:5,6

Malam hari sebelum pengambilan sputum, pasien dianjurkan untuk

menyikat gigi dan berkumur untuk menurunkan kontaminasi spesimen.

Bila pasien mengalami kesulitan mengeluarkan sputum, pada malam

hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat Gliceryl

guaiacolat 200 mg.

Alat dan bahan yang diperlukan saat pengumpulan spesimen sputum:5,6

Wadah bersih, bermulut lebar, terbuat dari plastik, tidak mudah pecah

dan bocor, bertutup ulir, dengan volume ± 25 mL.

Cara melakukan pengumpulan spesimen sputum, adalah sebagai berikut:5,6

Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan

dilakukan dan dijelaskan perbedaan antara sputum dan ludah.

Pengambilan sputum pada tempat terbuka (ventilasi baik), jauh dari

kerumuman orang.

Sebelum pengambilan spesimen pasien diminta untuk berkumur 3 kali

38

Page 39: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dengan air minum, bila memakai gigi palsu sebaiknya dilepas.

Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.

Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali , kemudian

keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali

sampai sputum keluar.

Sputum yang dikeluarkan, ditampung langsung di dalam wadah, dengan

cara mendekatkan wadah ke mulut

Sputum tersebut diamati berkualitas baik atau tidak. Sputum yang

berkualitas baik adalah kental, purulen, dan volume cukup (2-5 mL).

Setelah ditutup rapat, spesimen harus dibawa ke laboratorium

secepatnya.

Gambar Tempat Pengumpulan Spesimen Sputum

39

Page 40: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Gambar Prosedur Pengambilan Spesimen Sputum

Setelah pengumpulan spesimen sputum dilakukan, maka:5,6

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium dan segera tiba di

laboratorium dalam waktu 1 jam, bila tidak memungkinkan harus

diletakkan pada media transpor.

Media transpor yang digunakan untuk spesimen sputum adalah sebagai

berikut:

Media Transpor Kegunaan Keterangan

Amies medium Kuman anaerob/ anaerob fakultatif

Bagus untuk anaerob fakultatif

Stuart’s medium Kuman anaerob/ anaerob fakultatif

Bagus untuk swab

40

Page 41: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Penyimpanan sputum pada pot steril berpenutup dengan jangka waktu <

24 jam pada suhu ruang atau disimpan di dalam refrigerator. .

Untuk pemeriksaan kultur, pilih spesimen sputum yang purulen, dengan

menggunakan steril swab, sputum diinokulasikan ke dalam media kultur.30

Media kultur yang rutin digunakan adalah sebagai berikut:30

Blood agar

Chocolate agar

MacConkey agar.

2.8. Spesimen Nasofaring / Apus Nasofaring

Waktu pengambilan spesimen apus nasofaring dapat diambil kapan saja

sesuai indikasi. Spesimen nasofaring yang didapat dari aspirasi, bilasan dan

swab lebih sering untuk diagnosa infeksi virus pada saluran napas tapi dapat

juga measles, pneumonia Chlamydia trachomatis pada neonatus, difteri dan

pertusis. Spesimen dari hidung juga dapat digunakan untuk identifikasi

Staphylococcus aureus.7

Untuk menemukan virus lebih cocok dilakukan swab. Spesimen dari

bilasan dan swab diambil untuk deteksi bakteri Bordetella pertussis sedangkan

spesimen dari swab digunakan untuk deteksi Chlamydia trachomatis,

Chlamydophilia pneumonia dan Corynebacterium diphtheria. 10

Persiapan pasien9,10

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

41

Page 42: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Spesimen usap nasofaring bisa dilakukan setiap saat terutama pada fase

akut dan sebaiknya sebelum pemberian antimikroba.

- Dilakukan 2 kali pengambilan, satu untuk pemeriksaan mikroskopis dan

yang lain untuk biakan (kultur).

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus

nasofaring, adalah sebagai berikut:

Swab steril jenis dakron.

Tabung steril berisi media transport.

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.5

Prosedur pengambilan spesimen apus nasofaring, adalah sebagai berikut:5

Pasien duduk (bila mampu) dan diusahakan agar kepala tidak bergerak

selama pengambilan. Kepala ditengadahkan dengan sudut 70o.

Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kotoran. Bila ada

kotoran, bersihkan terlebih dahulu.

Jarak antara ujung hidung dengan bagian bawah telinga, memberikan

estimasi seberapa jauh, swab harus dimasukkan. Masukkan swab ke

dalam lubang hidung dengan menyelusuri permukaan bawah saluran

nasal hingga mencapai nasofaring (sampai menemui tahanan). Jangan

42

Page 43: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

memaksa memasukkan swab apabila didapatkan obstuksi sebelum

mencapai nasofaring, keluarkan swab dan coba lubang hidung lainnya.

Swab diputar perlahan selama 5-10 detik untuk melepaskan sel epitel.

Swab dikeluarkan dan segera dimasukkan ke dalam tabung.

Apabila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur sekaligus,

maka lakukan pengambilan sebanyak 2 kali dengan swab yang berbeda.

Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan

spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.

Pemeriksaan segera dilakukan dalam waktu < 2 jam atau apabila

menggunakan media transpor dapat disimpan pada suhu 40C di dalam

refrigerator selama 4 hari dan -200C untuk waktu yang lebih lama.

43

Page 44: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Gambar Prosedur Pengambilan Spesimen Apus Nasofaring.

Setelah pengumpulan spesimen apus nasofaring dilakukan, maka:5

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di

media transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC dapat disimpan

selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama.

44

Page 45: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

2.9. Apus Orofaring

Penyebab radang tenggorok paling umum adalah Streptococcus pyogenes

(Stereptococcus grup A), Staphylococcus aureus dan Streptococcus viridan

tertentu. Banyak juga bakteri gram negatif yang dapat diisolasi seperti

Legionella spp., Pseudomonas spp., Bordetella pertussis., Hemophillus spp. dan

Corynebacterium diphtheria. 15

Waktu pengambilan spesimen apus orofaring dapat diambil kapan saja sesuai

indikasi.5

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus

orofaring, adalah sebagai berikut:5

Swab steril jenis dakron

Tabung steril berisi media transport

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Tongue depressor.

Prosedur pengambilan spesimen apus orofaring, adalah sebagai berikut:5

Pasien duduk (bila mampu) menghadap ke sumber cahaya dan

diusahakan agar kepala pasien tidak bergerak selama proses

pengambilan swab.

Lidah ditekan ke bawah dengan Tongue depressor, kemudian swab steril

diapuskan ke:

1) Setiap tonsil

2) Bagian belakang faring

45

Page 46: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

3) Area inflamasi/ulserasi/eksudasi/lesi

Swab tidak boleh menyentuh permukaan lidah dan buccal

Setiap daerah permukaan minimal diambil 2 apusan, 1 untuk membuat

preparat apus dan lainnya disimpan untuk pemeriksaan lebih lanjut

(misal, kultur)

Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan spesimen

harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.

Setelah pengumpulan spesimen apus orofaring dilakukan, maka:5

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC (refrigerator) dapat disimpan

selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang lebih

lama.

2.10. Apus Nasal

Waktu pengambilan spesimen apus nasal dapat diambil kapan saja sesuai

indikasi.5

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus nasal,

46

Page 47: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

adalah sebagai berikut:5

Swab steril jenis dakron

Tabung steril berisi media transport

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Prosedur pengambilan spesimen apus nasal, adalah sebagai berikut:1

Pasien duduk (bila mampu) menghadap ke sumber cahaya.

Bila pada lubang hidung terdapat kotoran, maka dibersihkan terlebih

dahulu.

Swab dimasukkan ke dalam lubang hidung ±2 cm, swab diputar

sehingga mengenai mukosa hidung selama ±3 detik.

Apabila akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan kultur, lakukan

sebanyak 2 kali dengan swab yang berbeda.

Swab dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan

spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin.

Setelah pengumpulan spesimen apus nasal dilakukan, maka:5

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4oC (refrigerator) dapat disimpan

47

Page 48: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

selama 4 hari, dan pada suhu -20oC dapat disimpan dalam waktu yang lebih

lama.

2.11. Apus Luka

Persiapan pasien

Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

Waktu pengambilan spesimen apus luka dapat diambil kapan saja sesuai

indikasi.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus luka,

adalah sebagai berikut:5

Swab steril jenis dakron

Tabung steril berisi media transport.

Larutan normal saline steril.

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Prosedur pengambilan spesimen apus luka, adalah sebagai berikut:5

Lepaskan pembalut luka

Luka dibersihkan dgn normal saline steril untuk menghilangkan kotoran/

flora normal/ eksudat. Tunggu 1-2 menit sebelum dilakukan swab

Swab dioleskan ke bagian dasar luka dari satu ujung ke ujung yang lain

dengan gerakan zig zag, sembari memutar swab.

Jangan mengambil pus untuk kultur dan jangan mengoles pada bagian

luka yang sudah mengering.

Swab segera dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan

spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin. Jangan

48

Page 49: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

mengirimkan swab yang sudah kering.

Setelah pengumpulan spesimen apus luka dilakukan, maka:5

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium, pemeriksaan segera

dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport (Amies atau Stuart), pada suhu 4-8oC dapat bertahan selama 18

jam.

2.12. Apus Konjungtiva / Mata

Spesimen konjungtiva dari kerokan atau swab diambil untuk mengetahui

etiologi kuman yang menyebabkan konjungtivitis. Bakteri merupakan penyebab

umum dari konjungtivitis, dan penyebab umum lainnya adalah Streptococcus

pneumoniae, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada

dewasa; dan Haemophilus influenzae, Streptoccus pneumoniae, Staphylococcus

aureus pada anak. Trakoma, karena Chlamydia trachomatis, adalah penyebab

utama kebutaan di dunia. Chlamydia trachomatis juga menyebabkan

konjungtivitis inklusi pada neonatus dan jarang pada dewasa. Virus merupakan

penyebab konjungtivitis akut sekitar 15-20%, dan di Amerika Serikat

kebanyakan konjungtivitis viral karena adenovirus. Parasit jarang sebagai

49

Page 50: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

penyebab konjungtivitis.10

Waktu pengambilan spesimen apus konjungtiva dapat diambil kapan saja

sesuai indikasi dan sebelum pemberian antibiotik.5

Persiapan pasien 10,22

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

- Pengambilan dilakukan sebelum pemberian antibiotik local aplication,

irigasi dengan larutan dan pemberian obat-obatan lainnya.

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pengumpulan spesimen apus

konjungtiva , adalah sebagai berikut:5

Swab steril jenis dakron

Tabung steril berisi media transport.

Larutan normal saline steril.

Alat pelindung diri, kacamata pelindung, masker, hand scoen.

Prosedur pengambilan spesimen apus konjungtiva, adalah sebagai berikut:5

Apus diambil dari kedua mata walaupun hanya salah satunya tidak

terdapat infeksi (untuk membandingkan flora normal dan patogenitas

dari organisme yang didapat dari isolat).

Pastikan sumber cahaya mencukupi untuk pengambilan spesimen.

Pasien dapat duduk atau berbaring. Pastikan posisi kepala pasien dalam

keadaan bersandar.

Apabila terdapat pus, bersihkan dulu dengan swab steril yang telah

dibasahi salin steril, lalu buang swab tersebut.

50

Page 51: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Instruksikan pasien untuk melihat ke arah atas tanpa menggerakkan

kepala, sembari menahan konjungtiva palpebra bagian bawah.

Swab steril yg telah dibasahi salin steril, diapuskan sepanjang sisi

konjungtiva palpebra bawah dan konjungtiva palpebra atas, masing-

masing sebanyak 2-3 kali. Pastikan swab tidak mengenai kulit di

sekitarnya.

Swab segera dimasukkan ke dalam tabung, lalu tabung ditutup rapat, dan

spesimen harus dibawa ke laboratorium secepat mungkin. Jangan

mengirimkan swab yang sudah kering.

Setelah pengumpulan spesimen apus konjungtiva dilakukan, maka:5

Labelling pada wadah spesimen (bukan pada tutup wadah).

Spesimen harus segera dibawa ke laboratorium.

Jika terdapat penundaan pemeriksaan, maka spesimen ditempatkan di media

transport pada suhu kamar 15-30oC.

2.13. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal (CSS) diproduksi oleh plexus choroideus pada dua

ventrikel lumbar dan ventrikel tiga dan empat. Pada orang dewasa, kira-kira 20

51

Page 52: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

mL CSS diproduksi tiap jamnya. CSS mengalir melalui cavum subarachnoid

yang terletak di antara arachnoid dan pia mater. Untuk menjaga volume 90-150

mL pada dewasa dan 10-60 mL pada neonatus, aliran CSS direabsorbsi kembali

ke dalam pembuluh darah kapiler pada granulasi arachnoid. Sel-sel pada

granulasi arachnoid berperan sebagai katup satu arah yang respon terhadap

tekanan antara sistem saraf pusat (SSP) dan mencegah refluks CSS.33

Cairan serebrospinal diambil untuk diagnosa meningitis dan agak jarang

untuk viral ensefalitis. Meningitis infeksi merupakan keadaan darurat yang

memerlukan terapi seawal mungkin untuk mencegah kematian dan kerusakan

saraf yang fatal.10

CSS mempunyai beberapa fungsi utama : (1) Memberikan dukungan

fisik terhadap otak; (2) Memberikan efek protektif terhadap perubahan

mendadak pada tekanan vena atau arteri; (3) Menyediakan fungsi ekskresi

sampah karena otak tidak mempunyai sistem limfatik; (4) Merupakan jalur

dimana hypotalamus releasing factor ditransportasikan ke sel-sel eminensia

mediana; (5) Memelihara sistem homeostasis ionik SSP.35

Indikasi dilakukannya pungsi lumbal dibagi menjadi 4 kategori mayor

penyakit, yaitu infeksi meningeal, perdarahan subarachnoid, keganasan primer

atau metastasis, dan penyakit demielinasi.35

Kontraindikasi absolut dilakukannya pungsi lumbal adalah adanya

infeksi kulit pada tempat pungsi dan adanya ketidaksesuaian tekanan antara

kompartemen supratentorial dan infratentorial. Kontraindikasi relatif

52

Page 53: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dilakukannya pungsi lumbal adalah peningkatan TIK, koagulopati, abses

serebri.34

Persiapan pasien 5,14,15,21

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

- Pasien puasa sebelum dilakukan pengambilan spesimen.

- Cairan serebrospinal/ otak dapat diambil setiap saat, sebaiknya sebelum

pemberian antimikroba.

- Tindakan asepsis dilakukan oleh dokter.

Pengambilan spesimen 17

- Tempat pengambilan spesimen adalah antara tulang L 3-4 (L3-4)

(dewasa) dan L4-5 (anak).

Bahan yang dibutuhkan

- Desinfektan kulit (Alkohol 70%, Yodium tingtur)

- Kain steril, plester dan sarung tangan steril

- Semprit dan jarum

- Novokain 0,5-1% (anastesi lokal lain)

- Dua buah jarum pungsi lumbal, nomor 20-22

- 3 Buah botol kecil steril bertutup ulir. Diperlukan 3-4 tabung plastik

steril yang telah diberi label sebagai tabung pertama, kedua dan ketiga

atau keempat. Hindari penggunaan tabung kaca karena akan

menyebabkan adhesi sel pada kaca sehingga mempengaruhi

pemeriksaan jumlah dan hitung jenis sel.

53

Page 54: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Manometer air

Cara Pengambilan 5,14

- Beri penjelasan & Inform Consent.

- Penderita terfiksasi (tidak bergerak-gerak).

- Posisi pasien miring membongkok dengan kepala hampir menyentuh

lutut.

- Lakukan tindakan asepsis.

- Tusukkan jarum antara L 3-4 atau L 4-5.

- Diperlukan sekitar 10-20 ml cairan otak/ serebrospinal yang ditampung

dalam 3-4 tabung plastik steril yang telah diberi label sebagai tabung

pertama, kedua dan ketiga/ keempat.

- Cairan serebrospinal yang pertama keluar ditampung dalam tabung

pertama dan kemudian diikuti dengan tabung kedua, ketiga dan bila perlu

keempat.

- Spesimen yang diambil dari tabung pertama digunakan untuk

pemeriksaan kimiawi dan serologik sedangkan tabung kedua untuk

pemeriksaan mikrobiologik dan tabung ketiga untuk pemeriksaan

sitologik. Tabung keempat sebagai cadangan untuk pemeriksaan

tambahan/ khusus.

- Tabung pertama tidak boleh untuk pemeriksaan mikrobiologik karena

kemungkinan terkontaminasi oleh flora normal kulit. Pemeriksaan

sitologik dilakukan pada spesimen tabung ketiga untuk menghindari

54

Page 55: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

kontaminasi sel akibat trauma pungsi.

- Setelah pengambilan, spesimen serebrospinal harus segera dikirim ke

laboratorium karena sel-sel dalam cairan serebrospinal mulai mengalami

degradasi dalam waktu 30 menit setelah keluar dari tubuh dan penundaan

pemeriksaan akan mengakibatkan kadar glukosa akan menurun karena

degradasi.

- Cantumkan identitas dengan jelas pada tabung dan gunakan surat

pengantar ke laboratorium.

Pengiriman dan penyimpanan spesimen 5,15

- Spesimen harus sudah tiba di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah

pengambilan, jika tidak memungkinkan maka spesimen harus disimpan

dalam lemari es atau media transport dalam beberapa jam saja (dalam

waktu singkat). Penyimpanan pada suhu dingin (4-8°C) dapat

memperlambat proses degenerasi sel dan perubahan kimiawi tetapi yang

terbaik adalah segera melakukan pemeriksaan.

- Jika pada pemeriksaan makroskopik cairan serebrospinal tampak purulen

(sangat keruh), cairan serebrospinal dapat langsung diperiksa tanpa

disentrifugasi, sedangkan pada semua kasus non purulen maka cairan

serebrospinal harus disentrifugasi dalam tabung steril (lebih disukai

dalam tabung kerucut 15 ml dengan tutup ulir) pada 2000 rpm selama 15-

20 menit. Buang supernatan dengan menggunakan pipet Pasteur steril

yang terpasang karet penghisap dan pindahkan ke tabung lain untuk

55

Page 56: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

pemeriksaan kimia atau serologis. Sedimen digunakan untuk pemeriksaan

mikrobiologi lanjutan.

- Pemeriksaan mikrobiologik harus segera dilakukan dan spesimen jangan

disimpan dalam refrigenerator karena menghambat perkembangbiakan

bakteri yang sulit tumbuh seperti Neisseria meningitidis dan

Haemophillus influenzae. Spesimen serebrospinal sebaiknya diletakkan

pada suhu kamar.

- Sisa spesimen dapat dibekukan pada -20°C untuk pemeriksaan kimiawi,

serologik dan materi genetik tambahan. Hanya komponen protein dan

materi genetik (dengan persiapan yang sesuai) yang dapat diperiksa dari

spesimen serebrospinal yang pernah disimpan.

-

2.14. Cairan Tubuh yang Lain

Enterovirus, terutama virus Coxsackie A dan B sebagai penyebab umum

perikarditis. Virus ini dapat ditemukan pada cairan perikardium dengan

melakukan kultur konvensional tetapi karena tidak dapat ditemukan pada semua

kasus maka bilasan tenggorokan dan feses (yang lebih dapat digunakan untuk

penemuan virus) ditambah dengan cairan perikardial lebih disarankan untuk

isolasi virus pada pasien yang dicurigai menderita perikarditis enterovirus. Virus

lain (virus HSV, Varisela, CMV, Epstein-Barr, Hepatitis B, Mumps dan

Influenza) merupakan agen yang jarang menyebabkan perikarditis dan biasanya

56

Page 57: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

tidak terdeteksi di cairan perikardial.

Persiapan pasien

Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

Pengambilan spesimen

- Cairan diambil dari rongga perikardial, torak dan peritoneal atau cairan

sendi dengan melakukan aspirasi menggunakan jarum dan spuit.

- Jumlah volume yang diperlukan untuk isolasi bakteri adalah 1-5 ml, dan

volume 10-15 ml digunakan untuk penemuan mikobakteria dan jamur.

- Untuk mendiagnosa peritonitis dengan dialisis peritoneal diambil

cairannya sebanyak 50 ml lalu dimasukkan ke dalam wadah steril.36

Pengiriman dan penyimpanan spesimen

Untuk pengiriman maka cairan dimasukkan di wadah steril dan dibawa

ke laboratorium. Cantumkan identitas dengan jelas dan gunakan surat

pengantar ke laboratorium.

2.15. Cairan Sinovial

Cairan sinovial, sering disebut sebagai cairan sendi, adalah cairan kental

di dalam rongga sendi yang bergerak (diarthrosis) atau sendi sinovial. Tulang-

tulang pada sendi sinovial, mempunyai tepi berupa kartilago (tulang rawan)

sendi dan dipisahkan oleh rongga yang berisi cairan sinovial. Sendi dilingkupi

oleh kapsul sendi fibrosa yang dibatasi membran sinovial. Membran sinovial

mengandung sel-sel khusus yang disebut sinoviosit.33

57

Page 58: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Gambar Sendi dan cairan sinovial.33

Kartilago sendi dan cairan sinovial menguragi friksi antar tulang-tulang

selama pergerakan sendi.5 Selain berperan sebagai pelumas, cairan sinovial juga

menyediakan nutrien untuk kartilago sendi dan mengurangi shock pada kompresi

sendi yang terjadi selama aktivitas seperti jalan dan jogging.33

Cairan sinovial merupakan ultrafiltrat dari plasma darah yang melewati

membran sinovial.5 Filtrasi membran sinovial tidak selektif, ion-ion dan

molekul-molekul kecil (seperti Na+, K+, glukosa, urea) melewati membran

sinovial masuk ke dalam rongga sendi, sehingga konsentrasinya mirip dengan

konsentrasi di plasma darah, molekul-molekul besar tidak ada atau ada dalam

jumlah sedikit.3,5 Sinoviosit mensekresi ke dalam cairan sinovial,

mukopolisakarida yang mengandung asam hialuronat dan sejumlah kecil protein

(¼ dari konsentrasi di plasma darah).5 Resorpsi molekul sinovial dilakukan oleh

sistem limfatik yang tidak bergantung pada ukuran molekul.12

Kerusakan pada membran sendi menyebabkan terjadinya nyeri dan

kekakuan pada sendi, yang secara keseluruhan dikenal sebagai arthritis.5 Hasil

laboratorium dari analisis cairan sinovial dapat digunakan untuk menentukan

sebab patologis dari arthritis tersebut.5 Macam kategori arthritis berdasarkan tipe

58

Page 59: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

reaksinya, yaitu noninflammatory (Grup I), inflammatory (Grup II),

infectious/septic (Grup III), hemorrhagic (Grup IV). (strasinger, henrys).

Pemeriksaan terhadap cairan sinovial yang banyak dilakukan adalah hitung

leukosit, differential (perbedaan kadar glukosa di darah dan di cairan sinovial),

pengecatan Gram, kultur, dan pemeriksaan kristal.12,33

Cairan sinovial diambil melalui aspirasi jarum yang disebut

arthrosentesis. Indikasi pelaksanaan arthrosentesis adalah pasien dengan efusi

sendi yang tidak terdiagnosis jelas penyebabnya atau perubahan klinis yang

signifikan yang berhubungan dengan efusi sendi. Kehati-hatian diperlukan untuk

mencegah terjadinya aspirasi sendi steril pada seseorang dengan bakterimia atau

melalui infeksi kulit atau jaringan lunak periartikuler ke dalam sendi steril.12

Jumlah cairan sinovial yang ada bervariasi berdasarkan ukuran sendi dan

banyaknya cairan yang terbentuk di sendi. Misal, cairan sinovial pada rongga

sendi lutut orang dewasa normalnya kurang dari 3,5 mL atau tidak lebih dari 4

mL , tapi dapat meningkat menjadi lebih dari 25 mL pada keadaan inflamasi.

Pada beberapa contoh, hanya sedikit cairan sinovial yang diperoleh, tapi ini

masih dapat digunakan untuk analisis mikroskopik atau kultur. Volume cairan

sinovial yang diperoleh harus dicatat.33

Lokasi arthrosentesis yang dapat dilakukan, adalah sebagai berikut:37

59

Page 60: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Sendi lutut Sendi pergelangan

kaki

Sendi siku Sendi MCP

Sendi bahu Sendi MTP

60

Page 61: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Sendi pergelangan

tangan

TMJ

Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur arthrosentesis,

adalah sebagai berikut:37

- Antiseptik

- Kassa steril.

- Duk lubang steril

- Hand scoen steril.

- Syringe

- Needle

- Lidocaine 1%

- Tabung spesimen.

Prosedur arthrosentesis yang dilakukan, adalah sebagai berikut:12,33

Sebelum dilakukan arthrosentesis, sendi dimanipulasi (ditekuk-tekuk atau

digoyang-goyang) terlebih dahulu untuk memastikan tercampurnya isi cairan

sinovial.

61

Page 62: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Bisa menggunakan USG untuk menentukan lokasi aspirasi.

Lokasi aspirasi ditentukan, lalu lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah

diberi chlorhexidine atau povidone-iodine. Kemudian tutup dengan duk lubang

steril.

Lakukan anestesi lokal dengan lidocaine 1%.

Cairan sinovial diambil dengan menggunakan jarum sekali pakai dan syringe

plastik, untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Pada arthrosentesis rutin,

syringe diheparinisasi dengan 25 U sodium heparin/mL cairan sinovial. Hal

tersebut dikarenakan, cairan sinovial yang normal tidak akan membeku, akan

tetapi pada penyakit sendi, cairan sinovial dapat mengandung fibrinogen dan

akan terbentuk bekuan.

Setelah aspirasi dilakukan, cabut jarum, dan pasang plester di tempat penusukan.

Gambar Prosedur Arthrosentesis pada sendi lutut.

Idealnya, jika jumlah cairan sinovial yang diambil mencukupi, spesimen

dibagi menjadi tiga bagian utama atau didistribusikan ke dalam tabung

berdasarkan permintaan pemeriksaan, sebagai berikut:12,33

1-2 mL Tabung steril berisi sodium heparin 143 U/tabung (tabung dengan tutup hijau)

Untuk pengecatan Gram dan kultur.

62

Page 63: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

2-5 mL Tabung berisi sodium heparin atau liquid ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

Untuk pemeriksaan mikroskopik, penghitungan sel.

5 mL Tabung tanpa antikoagulan Untuk pemeriksaan lainnya (misal, analisis kimia klinik). Dengan tabung ini, cairan sinovial harus disentrifus dan dipisahkan untuk mencegah elemen seluler mengganggu analisis kimiawi dan serologik

TAMBAHANTabung berisi sodium fluoride Untuk analisis glukosa.

Antikoagulan oxalate, lithium heparin, dan powdered (bubuk) ethylene-

diaminetetraacetic acid (EDTA) tidak digunakan karena dapat menyebabkan

timbulnya artefak kristal yang dapat menyebabkan salah interpretasi pada

pemeriksaan mikroskopik (analisis kristal).12,33

Idealnya, seluruh pemeriksaan dilakukan secepat mungkin untuk

mencegah sel lisis dan kemungkinan perubahan pada kristal-kristal.33

2.16. Cairan Pleural

Cavum pleura merupakan rongga potensial yang dibatasi oleh

mesotelium dari pleura parietal dan pleura visceral. Cavum pleura normalnya

berisi sedikit cairan yang memfasilitasi pergerakan kedua membran terhadap

satu sama lain. Cairan pleura merupakan filtrat plasma yang berasal dari kapiler

pleura parietal. Cairan pleura diproduksi secara terus-menerus tergantung pada

tekanan hidrostatik kapiler, tekanan onkotik plasma, dan permeabilitas kapiler.

Cairan pleura direabsorbsi melalui sistem limfatik dan venula-venula dari pleura

63

Page 64: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

visceral.12,33

Akumulasi cairan pleura, yang disebut efusi (serous) pleura, merupakan

hasil dari ketidakseimbangan antara produksi dan reabsorbsi cairan tersebut.12,33

Gambar 3.4. Cavum pleura dan cairan pleura.28

Cairan pleura untuk pemeriksaan laboratorium diambil dengan aspirasi

jarum ke dalam cavum pleura, yang dikenal dengan istilah thoracosentesis.

Indikasi dilakukannya prosedur thoracosentesis, adalah sebagai

berikut:12,33

- Setiap efusi pleura yang terdiagnosis.

- Untuk tujuan terapeutik pada pasien dengan efusi masif yang simptomatik.

Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur thoracosentesis,

adalah sebagai berikut:38

64

Page 65: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Thoracentesis device - yang terdiri

dari 8-French catheter dengan 18-

gauge 7.5-inchi. (19-cm) needle

dengan 3-way stopcock

Jika thoracentesis device tidak

tersedia, maka gunakan 18-gauge

needle or a 12-gauge intravenous

(IV) catheter yang dihubungkan ke

60-mL syringe , lalu dihubungkan

3-way stopcock.

Injection needle – 22, 25 gauge

Luer-Lok syringe - 5, 10, 60 mL

Antiseptic - Chlorhexidine

Lidocaine - 1% or 2% solution

Tabung spesimen

Drainage bag atau botol vacuum

Drape - 24 × 30 in., with 4-in. fenestration with adhesive strip

Duk steril lubang

Scalpel - No. 11 blade

Plester dan kassa steril

Hand scoen steril

Prosedur thoracosentesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: 38

65

Page 66: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Bisa menggunakan USG untuk mengetahui kondisi

cairan pleura

Posisikan pasien dengan posisi duduk, sedikit

membungkuk ke depan, dengan kepala ditopang

dengan lengan/bantal di atas meja. Atau posisi tidur

telentang, dengan lengan ipsilateral diangkat ke

atas.

Lokasi aspirasi ditentukan (SIC VI linea mid

axillaris atau SIC VII linea mid scapularis), lalu

lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah

diberi chlorhexidine atau povidone-iodine.

Kemudian tutup dengan duk lubang steril.

Lakukan anestesi lokal infiltratif dengan lidocaine

1-2% ke kulit, jaringan subkutan, periosteum

costae, otot intercaostae, dan pleura parietal.

Robek sedikit dengan scalpel, lalu masukkan

thoracocentesis device atau iv catheter, melewati

supracostae (untuk menghindari nervus di

infracostae), masuk (± 5 cm) hingga cairan pleura

didapatkan.

Kumpulkan cairan pleura sesuai kebutuhan

pemeriksaan dengan syringe, lalu hubungkan

thoracocentesis device atau iv catheter dengan 3-

way stopcock, lalu dihubungkan dengan drainage

bag atau botol vacuum.

66

Page 67: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Drainage cairan pleura jangan melebihi 1500 cc

untuk menghindari terjadinya edema. Cabut

peralatan dan pasang plester pada tempat

penusukan

Setelah spesimen cairan pleura diaspirasi, kemudian ditempatkan ke

dalam tabung, sebagai berikut:33

Tabung ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

Untuk hitung sel dan differential

Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan sitologi. Cairan pleura perlu disentrifugasi.

Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin

Untuk pemeriksaan kimia klinik.

Untuk pemeriksaan kimia klinik cairan serous, hasilnya akan

dibandingkan dengan konsentrasi pada pemeriksaan kimia klinik plasma, karena

pada dasarnya cairan tersebut merupakan ultrafiltrat plasma. Oleh karena itu,

pengambilan spesimen darah perlu dilakukan pada waktu yang bersamaan

dengan pengambilan cairan pleura.33

Spesimen untuk pemeriksaan pH harus dipertahankan anaerob di dalam

es. Aliquot untuk kultur bakteri aerob dan anaerob paling baik diinokulasikan

pada media kultur darah. Jika dicurigai adanya keganasan, infeksi jamur, atau

infeksi mikobakterium, semua sisa cairan (≥100 mL) harus diserahkan untuk

memaksimalkan hasil pengecatan dan kultur.12

Untuk pemeriksaan sitologi, spesimen bisa disimpan sampai 48 jam

67

Page 68: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dalam refrigerator dengan hasil yang memuaskan. Untuk pemeriksaan pH, cairan

dikumpulkan secara anaerob dalam syringe berisi heparin dan diserahkan ke

laboratorium dengan es.12

Spesimen yang terlalu purulen tidak memerlukan pengukuran pH dan

dapat menyumbat analyzer.12

2.17. Cairan Perikardial

Cairan perikardial normal 10-50 mL terdapat di rongga perikardial,

dimana proses produksinya mirip dengan cairan pleura.12

Gambar 3.5. Rongga Perikardial dan Cairan Perikardial.

Cairan perikardial untuk pemeriksaan laboratorium diambil dengan

aspirasi jarum ke dalam rongga perikardial, yang dikenal dengan istilah

perikardiosentesis.33

Indikasi dilakukannya prosedur perikardiosentesis, adalah sebagai

berikut:33

Efusi perikardial yang tidak diketahui sebabnya.

68

Page 69: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Efusi masif dengan tanda-tanda cardiac tamponade.

Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur perikardiosentesis,

adalah sebagai berikut: 39

Pericardiocentesis device

Antiseptic solution

Kassa steril.

Handscoen steril.

Duk lubang steril

Anestesi lokal (lidocaine 1%)

Syringes, 10 mL dan 60 mL

Scalpel, No. 11

Needles 18 dan 25 Gauge

Spinal needle 18 Gauge

iv tubing / catheter

3 ways stopcock

Prosedur perikardiosentesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:39

Pastikan pasien terpasang iv line, suplemen oksigen, pengukur saturasi oksigen, dan monitor jantung.

Bisa menggunakan USG untuk mengetahui kondisi cairan pericardial

Posisikan pasien dengan posisi setengah duduk dengan posisi kepala 30o-45o , posisi ini membuat posisi jantung lebih dekat dengan dinding dada anterior. Tapi posisi supine juga dapat digunakan.

69

Page 70: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Lokasi aspirasi ditentukan (yang paling sering digunakan adalah subxiphoid atau perpotongan line parasternalis dengan costae VI), lalu lakukan desinfeksi dengan kassa steril yang telah diberi chlorhexidine atau povidone-iodine. Kemudian tutup dengan duk lubang steril.

Lakukan anestesi lokal infiltratif dengan lidocaine 1-2% ke kulit, jaringan subkutan, dan ke jaringan yang lebih dalam.

Robek sedikit dengan scalpel, lalu masukkan spinal needle yang telah dihubungkan dengan syringe 20-60 mL yang diisi normal saline 5 mL. Saat penusukan spinal needle membentuk sudut 45oC terhadap dinding abdomen, dengan arah penusukan ke bahu kiri. Suntikkan sesekali 1 mL normal saline untuk memastikan bahwa lumen jarum tetap paten. Pasang aligator clip pada pangkal spinal needle untuk lead V1 monitor EKG.

Masukkan spinal needle secara perlahan-lahan hingga kedalaman ± 5 cm. Amati ada tidaknya perubahan gelombang EKG, bila ada perubahan, ada kemungkinan spinal needle mengenai miokardium.

Aspirasi cairan perikardial sesuai kebutuhan pemeriksaan. Untuk drainage efusi perikardial, lepas syringe, lalu diganti 3 ways stopcock yang dihubungkan dengan iv tubing/catheter, untuk mengalirkan ke dalam drainage bag.

Setelah tidak ada cairan yang mengalir, cabut jarum, lalu pasang plester/kassa steril pada tempat penusukan.

Volume minimal yang dibutuhkan untuk tiap pemeriksaan laboratorium

adalah 2 mL. Untuk pengecatan gram dan kultur dibutuhkan minimal 3 botol kultur.12

Setelah spesimen cairan perikardial diaspirasi, kemudian ditempatkan ke

dalam tabung, sebagai berikut:33

Tabung ethylenediaminetetraacetic acid Untuk hitung sel dan differential

70

Page 71: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

(EDTA)Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan

sitologi. Cairan perikardial perlu disentrifugasi.

Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin

Untuk pemeriksaan kimia klinik.

Untuk menjaga stabilitas spesimen cairan perikardial adalah sebagai berikut:

Disimpan pada suhu kamar (tahan 7 hari)

Disimpan di refrigerator (tahan 7 hari)

Dibekukan (tahan 28 hari)

Karena sel itu dapat berdegenerasi selama penyimpanan, maka spesimen

cairan perikardial untuk pemeriksaan sitopatologi harus segera dikirim ke

laboratorium secepat mungkin dalam keadaan fresh atau didinginkan 2-8oC.

Jika hasil pericardiosentesis berwarna merah, perlu dibedakan apakah ini

darah dari ruang jantung atau merupakan efusi pericardial yang hemoragik, dengan

cara:12

Darah dari Ruang Jantung Darah dari Efusi HemoragikNilai hematokrit sebanding dengan darah perifer.

Hematokrit mempunyai nilai yang lebih rendah dari darah perifer.

BGA mempunyai hasil yang mirip dengan darah vena atau arteri.

pH dan PaO2 biasanya lebih rendah dari darah perifer, PaCO2 lebih tinggi daripada darah vena atau arteri.

Darah akan membeku. Biasanya tidak membeku.

Cairan Peritoneal

Cairan peritoneal merupakan cairan yang ada di rongga peritoneum.

Akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum disebut ascites. Parasentesis adalah

prosedur untuk mendapatkan cairan peritoneal, dengan memasukkan jarum atau

kateter ke dalam rongga peritoneum, untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik.40

Indikasi dilakukannya parasentesis untuk tujuan diagnostik, adalah pada

keadaan:40

71

Page 72: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Ascites dengan onset baru: evaluasi cairan untuk menentukan etiologi,

membedakan transudat atau eksudat, mendeteksi adanya sel kanker, atau

atas pertimbangan lainnya.

Suspek peritonitis bakterial spontan atau sekunder.

Indikasi dilakukannya parasentesis untuk tujuan terapeutik, adalah pada

keadaan:40

Gangguan pernapasan akibat ascites.

Nyeri abdomen atau sindrom abdominal kompartmen akibat ascites.

Kontra indikasi dilakukannya parasentesis adalah sebagai berikut:40

Kontraindikasi absolut

Akut abdomen

Kontraindikasi relatif

Trombositopeni berat (< 20.000/µL)

Sebaiknya mendapat transfusi TC sebelum tindakan

Koagulopati (INR > 2)

Sebaiknya mendapat transfusi FFP sebelum tindakan

Kehamilan

Selulitis dianding abdomen

Kandung kemih yang penuh

72

Page 73: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Adhesi intra abdominal

Alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk prosedur parasentesis, adalah

sebagai berikut:40

Antiseptic swab sticks

Duk steril

Lidocaine 1%

Syringe, 10 mL dan 60 mL

Injection needles, 22 dan 25

Gauge

Scalpel, blade no. 11

Catheter, 8F, over 18 ga × 7

1/2" needle with 3-way

stopcock, self-sealing valve,

and a 5-mL Luer-Lock syringe

Introducer needle, 20 Gauge

Tubing set with roller clamp

Kantong drainage atau botol

vacuum

Tabung spesimen (3)

Kassa steril

73

Page 74: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Hand scoen steril

Plester

Prosedur parasentesis yang dilakukan, adalah sebagai berikut:40

1. Posisikan pasien. Pada ascites berat, pasien diposisikan telentang. Pada ascites ringan, pasien diposisikan lateral decubitus (dengan tempat penusukan yang berdekatan dengan bed), sehingga usus yang berisi udara bergerak ke atas.

2. Dapat menggunakan USG sebagai petunjuk, untuk menghindari kandung kemih yang penuh dan adhesi usus-usus.

3. Lokasi penusukan yang direkomendasikan:

2 cm di inferior umbilikal pada linea mediana

5 cm di superior dan medial SIAS pada kedua sisi

Untuk meminimalisir komplikasi, hindari tempat penusukan berupa caput medusa, kulit terinfeksi, dan jaringan parut (scar).4. Kosongkan VU pasien dengan pemasangan Foley

catheter. Beri desinfektan pada lokasi penusukan. Tutup lokasi penusukan dengan duk lubang steril

5. Injeksikan anestesi lokal lidocaine, dengan needle 25 G diinjeksikan ke kulit, dengan needle 20 G diinjeksikan ke jaringan yang lebih dalam hingga ke peritoneum.

6. Menggunakan scalpel blade no. 11, buat sedikit robekan untuk memudahkan masuknya catheter. Masukkan jarum yang telah dihubungkan dengan catheter. 3-ways stopcock, dan syringe. Masukkan perlahan-lahan tiap 5 mm, hingga cairan peritoneal mengalir ke dalam syringe. Masukkan catheter

74

Page 75: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

sedikit lagi (2-5 mm), untuk mencegah lepasnya catheter dari rongga peritoneum

7. Atur 3-ways stopcock, sehingga tidak ada kebocoran saat mengambil needle dari catheter.

8. Pasang syringe 60 mL pada catheter, dengan mengatur 3-ways stopcock sedemikian rupa, sehingga dapat mengambil cairan peritoneal untuk spesimen pemeriksaan laboratorium (3 tabung)

9. Hubungkan catheter dengan kantong drainage atau botol vacuum, hingga mendapat drainage cairan peritoneal yang cukup.

10. Cabut catheter, sembari memberikan tekanan dengan kassa untuk mencegah perdarahan, lalu pasang plester pada tempat penusukan.

Setelah spesimen cairan peritoneal diaspirasi, kemudian ditempatkan ke dalam

tabung, sebagai berikut:33

Tabung ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)

Untuk hitung sel dan differential

Tabung steril heparin Untuk pemeriksaan mikrobiologi dan sitologi. Cairan asites perlu disentrifugasi.

Tabung tanpa antikoagulan (plain) atau tabung heparin

Untuk pemeriksaan kimia klinik.

75

Page 76: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

BAB III

PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN

PATOLOGI ANATOMI

3.1 Pendahuluan

Diagnosis histopatologi dan sitologi, yang merupakan hasil interpretasi

76

Page 77: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

pemeriksaan histopatologi dan sitopatologi, sampai saat ini masih merupakan

"baku emas" bagi diagnosis sebagian besar penyakit. Ketepatan diagnosis

histopatologi dan sitopatologi bergantung pada penanganan dan pengolahan

bahan pemeriksaan yang baik sehingga dapat diinterpretasikan serta dapat

dikembangkan lebih lanjut untuk pemeriksaan molekuler dan genetik.41

Penanganan bahan pemeriksaan yang baik dan benar merupakan tugas

bersama antara Rumah Sakit, klinisi, dan Sentra Diagnostik Patologi Anatomik.

Mutu hasil proses jaringan sangat erat hubungannya dengan penanganan bahan

pemeriksaan yang benar sejak awal jaringan/sel dan cairan dipisahkan dari tubuh.

Tahap ini dilakukan di kamar tindakan atau klinik, disebut sebagai penanganan

pra-analitik. Pada tahap ini, kegiatan utamanya ialah melakukan pencatatan data

pasien dan preservasi jaringan/sel pasca operasi/biopsi.41

Penanganan bahan pemeriksaan yang dilaksanakan di tempat pengambilan

bahan pemeriksaan dan menjadi tanggung jawab pihak klinik. Tahap ini

merupakan tonggak pertama yang merupakan syarat agar hasil pemrosesan bahan

pemeriksaan dan penanganan selanjutnya dapat berlangsung dengan baik.

Tercakup dalam tahap ini adalah : 41

A. Kelengkapan Identitas Pasien dan Keterangan Klinik yang Relevan

Administrasi

Pengisian formulir pengantar tentang pasien yang mencakup data :

Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, suku, agama,

pekerjaan

Keterangan klinik : lokasi dan ukuran lesi, durasi, keluhan lain yang

berhubungan, termasuk keterangan tentang penyakit atau pemeriksaan

Patologi Anatomik terdahulu, dan penyakit yang mudah menular atau

perlu penanganan khusus seperti AIDS, keterangan klinis khusus lainnya

yang diperlukan (misal riwayat obstetri ginekologi).

Hasil pemeriksaan : diagnosis klinik serta pemeriksaan penunjang

yang lain seperti : data laboratorium klinik, ataupun radiologi yang

77

Page 78: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

berkaitan.

Status ekonomi : seperti asuransi, kelas rawat, dll.

Cara Mendapatkan Bahan

Keterangan tentang cara memperoleh bahan pemeriksaan seperti operasi,

insisi, eksisi, kerokan, sikatan, bilasan, apusan, pungsi biopsi spirasi jarum

halus (FNAB), nekropsi.

Lokasi Bahan/Organ

Dikemukakan bila ada pengambilan bahan secara khusus dan perlu

penanganan khusus, seperti :

Jenis jaringan tertentu

Pemeriksaan radikalitas operasi

Batas sayatan dan tanda khusus (misal memberi benang atau gambar

jaringan dengan keterangannya)

Kondisi Lesi

Misalnya berupa bentuk, benjolan, ukuran, konsistensi, terfiksir atau

tidak, warna dan tampilan jaringan saat operasi.

B. Penanganan Jaringan dan Cairan/Apusan Pasca Biopsi/Operasi

Penanganan Jaringan

Persiapan wadah yang besarnya sesuai dengan jaringan yang akan

disimpan. Sebaiknya jaringan tidak dipaksakan dimasukkan dalam

wadah yang lebih kecil dari ukuran jaringan, sehingga terjadi penekukan

yang dapat merusak bentuk jaringan.

Isi wadah dengan formalin 10% bufer dengan volume minimal 5 kali

volume jaringan.

Masukkan sesegera mungkin jaringan segar ke dalam wadah formalin

(kurang dari 30 menit).

Jika jaringan berukuran besar (misalnya mastektomi), lakukan irisan

sejajar berjarak kira-kira 1 cm agar seluruh bagian jaringan terpapar

formalin. Irisan harus sedemikian rupa sehingga masih dapat dengan

78

Page 79: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

mudah dilakukan rekonstruksi oleh Spesialis Patologi Anatomik.

Beri label identitas pasien dan jenis jaringan yang diambil agar tidak

tertukar, segera dikirim ke Sentra Diagnostik Patologi Anatomik disertai

formulir pengantar yang telah diisi lengkap.

Fiksasi

Fiksasi merupakan langkah yang sangat penting dan harus

dilaksanakan dengan sempurna menggunakan zat fiksator yang baik,

karena sangat mempengaruhi langkah selanjutnya dalam pengolahan

jaringan.

Tujuan fiksasi adalah :

Mencegah terjadinya autolysis dan pengaruh bakteri

Mempertahankan bentuk dan isi jaringan mendekati keadaan

sebelum difiksasi.

Memungkinkan proses pengolahan jaringan selanjutnya berjalan

dengan baik.

Mempertahankan komponen-komponen jaringan atau sel

(mengusahakan agar sesedikit mungkin molekul yang hilang pada

proses selanjutnya)

Pada pengolahan jaringan, dapat dipastikan ada unsur-unsur

jaringan yang hilang atau rusak. Fiksasi yang baik ialah yang

memungkinkan unsur protein tetap ada atau berkurangnya minimal.

Unsur lipid akan selalu hilang kecuali menggunakan teknik khusus

(potong beku).

Ada banyak zat yang bisa dipakai untuk fiksasi, tetapi secara

empiris terbukti untuk pemeriksaan rutin (morfologi) dan

immunohistokimia, zat formalin 10% dengan PH sekitar 7 adalah yang

optimum.

Untuk keperluan lain zat fiksasi yang baik, antara lain :

Misalnya : - alkohol 96% untuk sediaan apus

79

Page 80: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- ethanol/methanol untuk asam nukleat

Volume zat fiksasi juga harus diperhatikan, yang baik adalah

1:5-10 untuk jaringan. Konsentrasi formalin berpengaruh pada kecepatan

infiltrasinya. Konsentrasi tinggi, infiltrasinya cepat tetapi bagian jaringan

yang sudah terfiksasi menjadi keras dan akan menghambat penetrasi

selanjutnya.

Penanganan Cairan dan Apusan

Bahan apusan diapuskan pada gelas obyek, dan segera dimasukkan

dalam cairan fiksasi alkohol 96% minimal selama 30 menit. Sesudah 30

menit, gelas obyek dapat dikeringkan dan dikirim ke Sentra Diagnostik

Patologi Anatomik.

Bahan cairan dapat dikirim segera ke Sentra Diagnostik Patologi

Anatomik tanpa fiksasi (sesegera mungkin) atau dimasukkan dalam

cairan fiksasi alkohol 50% ââ (volume 1:1)

Bahan apusan sitologi aspirasi dapat dibiarkan kering dalam suhu udara

kamar (untuk pulasan Giemsa), kemudian dikirim ke Sentra Diagnostik

Patologik Anatomik (dengan keterangan yang jelas)

Bahan sputum sebaiknya dikirim segera di dalam wadah tertutup, tanpa

fiksasi.

3.2 Pra Analitik Pemeriksaan Cervix Uteri (Pap Smear)

Untuk skrining kanker cervix uteri, dilakukan Papanicolaou test atau yang

lebih dikenal dengan Pap smear. Pemeriksaan ini melibatkan sel-sel

pengelupasan dari zona transformasi cervix uteri, yang memungkinkan untuk

dilakukannya pemeriksaan sel-sel secara mikroskopis untuk mendeteksi lesi

kanker atau prakanker.42

Pap smear adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang

80

Page 81: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

diperoleh dari apusan serviks. Kegunaan pap smear adalah untuk mendeteksi

dini kanker leher rahim, evaluasi pengobatan, proses radang/ infeksi dan

hormonal.

Pemeriksaan Pap smear ada dua metode, yaitu metode konvensional dan

metode liquid-based cytology. Pada metode konvensional, dapat menimbulkan

adanya penyulit (seperti darah dan debris) pada slide, yang dapat menyulitkan

interpretasi.41 Akan tetapi, kedua metode tersebut dapat diterima oleh the

American College of Obstetricians and Gynecologists.42

Persiapan pasien sebelum melakukan prosedur Pap smear, adalah sebagai

berikut:42

Menjadwalkan pelaksanaan Pap smear, dua minggu (10-18 hari) setelah hari

pertama menstruasi terakhirnya.

Tidak menggunakan vaginal douche selama 48 jam sebelum Pap smear.

Tidak menggunakan tampon, busa pengendalian kelahiran (birth control

foams), jeli atau krim vagina lain, atau obat vagina selama 48 jam sebelum

Pap smear.

Tidak berhubungan seksual selama 48 jam sebelum Pap smear.

Hal-hal yang perlu ditulis pada formulir permintaan pemeriksaan

laboratorium, adalah sebagai berikut:42

Nama pasien

Jenis kelamin

Umur dan/atau tanggal lahir

81

Page 82: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Status menstruasi (siklus menstruasi terakhir, histerektomi, hamil,

postpartum, terapi hormonal)

Riwayat hasil pemeriksaan sitologi cervix uteri abnormal, terapi/ biopsi/

operasi sebelumnya

Status risiko pasien untuk berkembang menjadi kanker cervix (misal, risiko

tinggi)

Sumber/ asal spesimen (misal, cervix, vagina)

Alat dan bahan yang diperlukan untuk prosedur Pap' smear, adalah sebagai

berikut:42

Meja periksa, dengan penopang kaki. Lampu periksa. Hand scoen. Spekulum. Spatula dan cytobrush (endocervical brush). Gelas preparat (object glass). Broom-like device Liquid-based cytology container (berisi larutan

pengawet berbasis alkohol, yang digunakan untuk pengawet, medium transport, dan medium antibakterial bagi spesimen ginekologi).

Swab yang ujungnya terbuat dari kapas, tidak dianjurkan untuk digunakan,

oleh karena sel-sel akan melekat pada kapas, sehingga menyebabkan spesimen yang

tidak lengkap.42

82

Page 83: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Prosedur Pap smear yang dilakukan adalah sebagai berikut:42

Metode Konvensional dengan Menggunakan Spatula dan Cytobrush

Pasien diposisikan supine dengan dorsal

lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja

periksa).

Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.

Yang pertama kali diambil adalah spesimen

ectocervix. Spatula dimasukkan hingga lekukan

spatula bersinggungan dengan leher rahim, lalu

diputar 360o mengelilingi cervix, dengan

mempertahankan spesimen di permukaan atas

spatula.

Selanjutnya adalah mengambil spesimen

endocervix. Cytobrush dimasukkan ke dalam

kanal endocervix, hingga hanya bulu terakhir

yang dapat terlihat, lalu diputar 45-90o.

Oleskan/hapuskan spesimen yang ada pada

spatula ke separuh bagian object glass dengan

gerakan searah, mebuat hapusan yang merata dan

tipis memanjang. Lalu oleskan/hapuskan

spesimen yang ada pada cytobrush ke separuh

bagian lainnya dari object glass, dengan tekanan

lembut dan gerakan berputar searah.

Fiksasi preparat, bisa dengan menggunakan spray

(disemprotkan dengan jarak 15-25 cm dari

preparat), atau dengan etil alkohol 95%, tunggu

kering hingga kurang lebih 15 menit.

83

Page 84: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Preparat yang sudah kering, dimasukkan ke

dalam plastic slide holder, untuk kemudian

dikirim ke laboratorium. Labelling.

Metode Konvensional dengan Menggunakan Broom-like device

Pasien diposisikan supine dengan dorsal

lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja

periksa).

Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.

Spesimen ectocervix dan endocervix dapat

dikumpulkan sekaligus dengan broom-like

device. Broom-like device dimasukkan hingga

bulu tengahnya masuk ke dalam kanal

endocervix, sedangkan bulu lateralnya

bersinggungan dengan ectocervix, dengan

tekanan lembut diputar 360o, diulang sebanyak 5

kali.

Oleskan/hapuskan spesimen pada object glass

dengan cara broom-like device dioleskan gerakan

searah, mebuat hapusan yang merata dan tipis

memanjang. Lalu balik broom-like device

tersebut, dan lakukan pengolesan yang sama di

area yang sama.

Fiksasi preparat, bisa dengan menggunakan spray

(disemprotkan dengan jarak 15-25 cm dari

preparat), atau dengan etil alkohol 95%, tunggu

kering hingga kurang lebih 15 menit.

84

Page 85: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Preparat yang sudah kering, dimasukkan ke

dalam plastic slide holder, untuk kemudian

dikirim ke laboratorium. Labelling.

Metode liquid-based cytology dengan Menggunakan Spatula dan Cytobrush

Pasien diposisikan supine dengan dorsal

lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja

periksa).

Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.

Pengambilan spesimen ectocervix dengan spatula,

menggunakan cara yang sama dengan metode

konvensional.

Setelah pengambilan spesimen ectocervix, spatula

dibilas di dalam vial (Liquid-based cytology

container) dengan cara mengaduk-adukkannya

sebanyak 10 kali, lalu spatula dibuang.

Pengambilan spesimen endocervix dengan

cytobrush, menggunakan cara yang sama dengan

metode konvensional.

Setelah pengambilan spesimen endocervix,

cytobrush dibilas di dalam vial (Liquid-based

cytology container) dengan cara mengaduk-

adukkannya sebanyak 10 kali, sambil ditekan-

tekankan ke dinding vial, lalu cytobrush dibuang.

Tutup rapat vial, labelling, masukkan ke dalam

tas palstik spesimen, kirim ke laboratorium.

85

Page 86: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Metode liquid-based cytology dengan Menggunakan Broom-like device

Pasien diposisikan supine dengan dorsal

lithotomy (coccygeus pasien berada di tepi meja

periksa).

Spekulum dipasangkan ke dalam vagina.

Pengambilan spesimen ectocervix dan endocervix

dengan Broom-like device, menggunakan cara

yang sama dengan metode konvensional.

Setelah pengambilan spesimen ectocervix dan

endocervix, Broom-like device dibilas di dalam

vial (Liquid-based cytology container) dengan

cara menekan-nekannya ke dasar vial sebanyak

10 kali, hingga bulunya terpisah. Langkah

terakhir adalah mengaduk-adukkannya, lalu

broom-like device dibuang.

Tutup rapat vial, labelling, masukkan ke dalam

tas palstik spesimen, kirim ke laboratorium.

3.3 Bone Marrow Aspiration (BMA) dan Bone Marrow Biopsy (BMB)

Sumsum tulang dapat diperoleh dengan cara:43

1) Aspirasi

BMA adalah pengambilan sejumlah kecil cairan dan sel-sel sumsum tulang

melalui jarum yang dimasukkan ke dalam tulang.

BMA akan memberikan informasi numerik dan penampilan sitologi dari sel-sel

86

Page 87: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

sumsum tulang.

Biasa digunakan untuk kepentingan:

a) Hematologi dan imunologi (memeriksa berbagai kelainan sel-sel darah yang

dibentuk di dalam sumsum tulang)

b) Memeriksa kelainan kromosom.

c) Mikrobiologi (kultur - mencari penyebab infeksi).

d) Transplantasi (pengumpulan susmsum tulang untuk transplantasi stem cell)

2) Biopsi (biopsi perkutaneus trephine atau biopsi operasi)

BMB adalah pengambilan sejumlah kecil tulang beserta sumsum tulang yang

ada di dalamnya.

Biopsi perkutaneus trephine akan menunjukkan hubungan spasial antara sel-sel

dengan struktur sumsum tulang secara keseluruhan

Tempat pengambilan sumsum tulang, adalah sebagai berikut:44

Untuk anak < 18 bulan : pada Tibia regio antero medial (tepat di bawah tuberositas tibia)Hanya untuk BMA.

Untuk usia > 12 tahun & orang obesitas : pada manubrium sterni (1 cm di atas angulus manubrium sterni dan sedikit geser dari linea mediana) atau setinggi SIC 2 pada linea mediana.Hanya untuk BMA.

87

Page 88: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Crista iliakaDapat untuk BMA dan BMB.

Spina iliaka posterior superior (SIPS)Dapat untuk BMA dan BMB.

Spina iliaka anterior superior (SIAS)Dapat untuk BMA dan BMB.

Macam jarum yang digunakan untuk pengambilan sumsum tulang, adalah sebagai berikut:44

Jarum untuk BMA

Salah needleMempunyai pengaman/Guard berupa sekrup di sisi samping jarum, memungkinkan terjadinya slip (jarum masuk lebih dalam dari yang diinginkan), sehingga kurang aman.

Klima needleMempunyai pengaman/Guard berupa sekrup di sepanjang jarum, sehingga lebih aman.Disarankan untuk BMA di sternum.

Jarum untuk BMB

Jamshidi needle

88

Page 89: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Williams' and Nicholson's needle modified Sacker's trephine

Islam trephine needle

Prosedur BMA pada SIPS adalah sebagai berikut:44

Posisikan pasien lateral dekubitus (tungkai atas fleksi, tungkai bawah lurus). Raba bagian crista iliaca, tentukan letak SIPS, lalu tandai dengan pena. Gunakan APD. Oleskan povidone iodine dengan

sponge/kassa pada lokasi BMA dan sekitarnya,dgn gerakan memutar.Pasang duk steril lubang pada lokasi BMA.

Anestesi lokal lidocaine 1% disuntikkan subcutan ke lokasi BMA, dengan syringe+needle 25 G. Setelah itu, ganti dengan needle 22 G, pd lokasi yang sama, lakukan anestesi ke jaringan yang lebih dalam- jaringan sub kutan dan periosteum.

Pastikan terlebih dahulu anestesi sudah adekuat atau belum, dengan cara menusukkan ujung jarum ke periosteum. Apabila masih nyeri, dapat dilakukan penambahan lidocaine.

Buat insisi kulit dengan blade kecil di tempat BMA, lalu masukkan jarum aspirasi dengan stylette masih terkunci di dalamnya. Setelah menyentuh tulang, jarum aspirasi dimasukkan perlahan sambil diputar searah & berlawanan arah jarum jam, hingga menembus korteks tulang dan masuk ke rongga sumsum tulang (ditandai dengan berkurangnya tekanan secara tiba-tiba).

Penetrasi awal tidak boleh lebih dari 1 cm. Setelah masuk rongga sumsum tulang, stylette dilepas, lalu pasangkan syringe 1-2 mL ke jarum aspirasi. Aspirasi sebanyak 0,3 mL (dalam waktu < 5 detik). Jumlah lebih dari itu tidak direkomendasikan, karena kemungkinan akan diencerkan oleh darah perifer.

89

Page 90: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Jika ada pemeriksaan tambahan, pasangkan syringe yang berbeda, lalu aspirasi sumsum tulang sebanyak 5-10 mL.

Tarik keluar jarum aspirasi, sembari menekan lokasi aspirasi dengan kassa steril dan plester.

Karena sumsum tulang lebih cepat membeku daripada darah perifer, maka

preparat hapus dari material aspirasi dibuat langsung di samping pasien tanpa

ditunda.46 Preparat hapus difiksasi dengan metanol selama 20 menit, untuk kemudian

dicat.46 Sisa material aspirasi dikirim ke laboratorium dalam botol berisi antikoagulan

EDTA untuk kemudian dibuat preparat hapus lainnya.46 Sebaiknya memilih tabung

EDTA ukuran pediatrik untuk menghindari kelebihan jumlah antikoagulan.44

Untuk pemeriksaan sumsum tulang tambahan, spesimen dipindahkan ke

dalam tabung berisi antikoagulan, dimana jenis antikoagulan disesuaikan dengan

jenis pemeriksaan yang diminta.44

a. Heparin untuk analisis sitogenetik.b. Heparin atau EDTA untuk immunophenotyphing.c. Formalin untuk persiapan sitoblok.d. Gluaraldehid untuk pemeriksaan ultrastruktural.

Prosedur BMB pada SIPS adalah sebagai berikut: 44,46

Posisikan pasien lateral dekubitus (tungkai atas fleksi, tungkai bawah lurus). Raba bagian crista iliaca, tentukan letak SIPS, lalu tandai dengan pena. Gunakan APD. Oleskan povidone iodine dengan

sponge/kassa pada lokasi BMB dan sekitarnya,dgn gerakan memutar.Pasang duk steril lubang pada lokasi BMB.

90

Page 91: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Anestesi lokal lidocaine 1% disuntikkan subcutan ke lokasi BMB, dengan syringe+needle 25 G. Setelah itu, ganti dengan needle 22 G, pd lokasi yang sama, lakukan anestesi ke jaringan yang lebih dalam- jaringan sub kutan dan periosteum.

Pastikan terlebih dahulu anestesi sudah adekuat atau belum, dengan cara menusukkan ujung jarum ke periosteum. Apabila masih nyeri, dapat dilakukan penambahan lidocaine.

Buat insisi kulit dengan blade kecil di tempat BMB, lalu masukkan jarum biopsi dengan stylette masih terkunci di dalamnya. Setelah menyentuh tulang, stylette dilepaskan terlebih dahulu, jarum biopsi dimasukkan perlahan sambil diputar searah & berlawanan arah jarum jam, hingga menembus korteks tulang dan masuk ke rongga sumsum tulang (ditandai dengan berkurangnya tekanan secara tiba-tiba).

Spesimen sumsum tulang yang diperoleh jarum biopsi mempunyai panjang ± 1,6 - 3 cm.Kemudian jarum ditarik lagi ± 2-3 mm, kemudian dimasukkan lagi sedikit dengan sudut yang berbeda, untuk membantu mengamankan spesimen.

Setelah itu, perlahan tarik keluar jarum biopsi sembari diputar searah dan berlawanan arah jarum jam.

Keluarkan spesimen dari dalam jarum dengan memasukkan "probe" (sejenis kawat).

Tekan lokasi biopsi dengan kassa steril dan plester.

Spesimen hasil BMB harus difiksasi dalam normal saline 10%, buffer hingga

pH 7, untuk 12-48 jam sebelum dekalsifikasi, dehidrasi, dan ditanam pada lilin

91

Page 92: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

parafin untuk pemeriksaan histologi.46

3.4 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sputum

Sitologi sputum digunakan untuk mendeteksi sel ganas saluran napas

bagian bawah dan untuk mendiagnosis infeksi pada penderita.

Persiapan pasien

- Pasien diberi penjelasan tentang cara batuk yang benar dan perbedaan

sputum dengan ludah.

- Bila pasien kesulitan mengeluarkan sputum (sputum sedikit) pada malam

hari sebelumnya disuruh minum teh manis atau diberi obat pengencer dahak

(ekspektoran)

Pengambilan sampel

- Sputum pasien dapat diambil dengan cara batuk, bronkoskopi, dan dapat

dirangsang dengan uap air garam (saline).

- Untuk pasien rawat inap/ jalan sputum pagi diambil dengan batuk dalam.

Penanganan dan pengiriman sampel

- Sampel dimasukkan ke dalam wadah bersih, diberi label, jangan diberi bahan

fiksatif.

- Sputum harus segera dikirim ke laboratorium dengan keterangan klinik

lengkap.

3.5 Pra Analtik Pemeriksaan Sitologi Urin

92

Page 93: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Sitologi urin dilakukan untuk mendeteksi neoplasma yang timbul pada

mukosa kandung kemih, ureter dan pelvis renis.

Persiapan pasien

- Anamnesis apakah pasien sementara mendapat terapi antibiotik.

- Memberikan informasi tentang cara pengambilan urin yang benar.

- Disarankan untuk tidak buang air kecil pada malam hari.

Pengambilan sampel

- Sampel berupa urin yang dikemihkan (voided urine) atau melalui kateter (

catheterized urine).

- Urin yang dikemihkan dikumpulkan sendiri oleh penderita, ditaruh dalam

wadah bersih dan diberi label jelas.

- Urin yang paling baik adalah urin pagi, dikemihkan sedikit baru

ditampung.

- Urin kateter diambil oleh dokter/ perawat dan dimasukkan ke dalam

wadah bersih dengan minimal volume 50-100 ml.

. Penanganan dan pengiriman sampel:

Urin yang dikemihkan:

Kirim segera ke laboratorium, tanpa bahan fiksatif.

Bila tidak segera dikirim, masukkan ke dalam lemari es.

Bila pengiriman jauh maka dapat diberikan bahan fiksatif: alkohol

50% (volume 1:1).

Urin kateter:

93

Page 94: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Segera kirim ke laboratorium dengan keterangan lengkap. Urin

dapat tahan sampai 24 jam.

Bila diperkirakan akan terlambat maka berikan bahan fiksatif

dalam jumlah yang sama dengan urin. Urin dapat tahan tanpa

batas waktu.

3.6 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sikatan/Bilasan Bronkus (Bronchial

Washing/Brushing)

Sitologi bilasan bronkus dilakukan untuk mendeteksi dan

mengklasifikasikan tumor-tumor percabangan bronkus. Bilasan bronkus (bronchial

washing) adalah tindakan membilas daerah bronkus dan cabang – cabangnya

dengan cairan normal saline melalui bronkoskop, sedangkan sikatan bronkus

(bronchial brushing) merupakan tindakan menyikat daerah bronkus yang di curigai

terdapat kelainan. 47

Persiapan pasien

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, indikasi

dan komplikasi yang mungkin timbul.

- Setelah mengerti dan setuju,pasien dan keluarga menandatangani surat ijin

tindakan.

- Pemeriksaan DPL,BT,CT,ureum, elektrolit dan AGD.

- Foto toraks PA dan lateral, sepirometri dan EKG.

94

Page 95: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Pada pasien asma di berikan nebulisasi dengan beta 2 agonis 30 menit

sebelum tindakan.

- Pasien dengan gangguan perdarahan/pembekuan diberikan rombosit atau

FFP segera sebelum tindakan.

- Pasien puasa minimal 4 jam sebelum tindakan.

- Pasien dipasang IVFD

- Pemeriksaan hemodinamik pada pasien (tekanan darah, nadi, frekuensi

pernafasan dan suhu).

Pengambilan sampel

- Setelah bronkoskop berada pada daerah bronkus yang dicurigai terdapat

kelainan,alat sikat di masukan ke dalam bronkoskop.

- Di lakukan sikatan beberapa kali sampai di rasa cukup.

- Setelah selesai sikatan,alat sikat di tarik ke dalam kanal bronkoskop dan di

keluarkan dari trakea bronkial bersama bronkoskop.

- Setelah berada di luar, sikat di keluarkan dari ujung bronkoskop sepanjang ±

5cm, kemudian sikat dijentikkan pada gelas obyek dan di buat sediaan apus

(bila sikat tanpa selubung, untuk pemeriksaan kanker paru) atau ujung sikat di

gunting dan di masukan kedalam pot steril berisi media transpor / media

kultur (sikat kateter ganda untuk pemeriksaan mikroorganisme).

- Sediaan apus untuk pemeriksaan sitologi di rendam.

- Bahan dikumpulkan dalam wadah steril tanpa bahan fiksatif.

- Beri jelas label nama, nomor dan lokasi.

95

Page 96: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Penanganan dan pengiriman sampel

- Bila segera dikirim/ letak dekat laboratorium: oleskan pada gelas objek

bersih tanpa bahan fiksatif .

- Bila jauh maka diberi 1 cc bahan fiksatif dan segera kirim ke

laboratorium.

- Sikat dipotong ± 2-4 cm, masukkan dalam 15 cc saline dan segera kirim ke

laboratorium.

3.7 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Sekret Puting Susu

Sitologi sekret puting susu dilakukan untuk mendeteksi dini sel ganas pada

penderita dengan sekret puting susu (nipple discharge), sensivitas pemeriksaan ini

rendah.

Persiapan pasien

- Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.

Pengambilan sampel

- Tekan seluruh permukaan areola dengan ibu jari dan telunjuk.

- Bila teraba massa: daerah antara massa dan areola dapat pula ditekan.

- Hapuskan dengan rata diatas gelas objek, fiksasi segera dengan bahan

fiksatif spray dari jarak kira-kira 10-15 cm, biarkan selama kira-kira 2 detik.

- Bila mungkin buat lebih dari satu slide.

96

Page 97: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Penanganan dan pengiriman sampel

Letakkan gelas objek dalam wadah tertutup dan kirim ke laboratorium disertai

dengan keterangan klinik lengkap.

3.8 Pra Analitik Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus (FNA)

Sitologi aspirasi jarum halus digunakan untuk mendiagnosis neoplasma

atau menyingkirkan kemungkinan neoplasma, umumnya dilakukan pada kelainan

payudara, hati, paru (TB), kelenjar limfe, pankreas, kelenjar liur dan tiroid.

Persiapan pasien

- Pasien tidak dibenarkan makan anti koagulan dan status pembekuan darah

harus diperiksa.

- Pasien dapat diberikan obat penenang ringan bila merasa cemas.

Pengambilan sampel

Sampel untuk lesi yang letaknya superfisial :

- Siapkan 2 gelas objek yang bersih, beri label penderita.

- Bersihkan kulit diatas lesi dengan kapas alkohol

- Umumnya tidak perlu anestesi lokal

- Tusukkan jarum ke kulit sampai lesi

- Gerakkan jarum maju - mundur beberapa kali sampai diaspirasi.

- Semprotkan bahan aspirasi ke gelas objek, hapus rata dengan gelas objek

lain.

- Keringkan di udara terbuka atau difiksasi.

97

Page 98: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

- Masukkan gelas objek ke wadah pembawa, segera kirim ke laboratorium

disertai keterangan klinik lengkap.

Sampel untuk lesi yang letaknya dalam :

- Sebaiknya di bawah bimbingan radiologik (USG/ Rontgen/ CT-Scan).

- Teknik pengambilan seperti pada lesi superfisial.

- Bahan aspirasi disemprotkan di atas gelas objek, ratakan degan gelas objek

lain, keringkan atau difiksasi.

- Dapat langsung dipulas dengan HE/ Giemsa/ Diff Quick.

- Langsung dapat diperiksa di bawah mikroskop.

- Prosedur ini dapat diulang bila bahan masih kurang.

- Pemeriksaan dengan cytocentrifuge atau blok parafin dapat dilakukan

dengan membilas spuit.

- Jaringan yang diperoleh dapat difiksasi untuk pemeriksaan histologi atau

imunohistokimia.

Penanganan dan pengiriman sampel

- Tidak ada batas waktu untuk sediaan yang sudah difiksasi atau dikeringkan

di udara.

- Bahan hasil bilasan harus segera dikirim ke laboratorium agar sel tidak

lisis.

- Bahan yang perlu cytocentrifuge jangan difiksasi karena akan

menggumpal.

- Dapat pula dikirim langsung dengan spuit bila jarak dengan laboratorium

98

Page 99: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

dekat.

3.9 Pra Analitik Biopsi untuk Pemeriksaan Patologi Anatomi

Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia

untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi kebanyakan dlakukan untuk

mengetahui adanya kanker. Bagian apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh

maupun benjolan dapat diperiksa. X-ray, CT scan ataupun ultrasound dapat

dilakukan terlebih dahulu untuk mengalokasikan area biopsi. Biopsi dapat

dilakukan juga dengan  proses pembedahan. Dengan demikian biopsi adalah

pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosa klinisi, bukan untuk terapi

kanker kecuali biopsi eksisional dimana selain pengambilan sampel juga

mengangkat semua massa atau kelainan yang ada. 48

Bentuk yang paling sederhana dari biopsi adalah pengambilan sebagian

potongan tumor yang viable seperti pada kulit atau permukaan lain yang mudah

dijangkau dengan tang pemotong yang sesuai. Prosedur semacam ini umumnya

tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya dilakukan tanpa pemberian Novocain

selama kanker tidak disuplai oleh saraf. Namun, kadang diperlukan biopsi yang

melibatkan jaringan sehat serta yang dicurigai sakit untuk mendapatkan sel yang

hidup. Dalam hal ini , tentu diperlukan anastesi lokal.

Ada beberapa jenis biopsi yaitu:

Biposi insisional yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan

dengan pisau bedah. Dilakukan bius total atau lokal tergantung lokasi massa,

99

Page 100: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

lalu dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil

sedikit untuk diperiksa. 49

Gambar Biopsi insisional.Kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit

untuk diperiksa.

Biopsi eksisional yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai untuk

kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Metode ini dilakukan di bawah bius

umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa

tumor kecil dan belum ada metastase atau penyebaran tumor. 49

Gambar Biopsi Eksisional.Pengambilan seluruh massa yang dicurigai.

Biopsi jarum yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara

disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya

100

Page 101: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

area sekitar jarum) dan bisa dilakukan langsung atau dibantu dengan radiologi

seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai

massa atau lokasi yang diinginkan. Bila biopsi jarum menggunakan jarum

berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan

jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. 49

Gambar Biopsi jarumBisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi

seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuatjarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi : prinsipnya sama yaitu pengambilan

sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan

endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran

tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi

dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan

jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel. 49

101

Page 102: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Gambar Biopsi jarum dengan bantuan endoskopi.

Punch biopsy : biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini

dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian

ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrumen tajam di dalamnya akan

mengambil jaringan kulit yang ditekan. Dilakukan bius lokal dan bila

pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit. 49

102

Page 103: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

Gambar Punch biopsy.Dilakukan pada kelainan di kulit/ mengambil

jaringan kulit.

Persiapan Pasien

Selama 1 minggu sebelumnya harus menghentikan segala macam

konsumsi obat yang membuat pembekuan darah terganggu seperti aspirin,

Coumadin dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). 48

Pengambilan sampel

- Pasien berbaring diatas meja operasi sesuai dengan posisi tumor.

- Daerah yang akan dibiopsi didesinfeksi dengan povidone iodine 10%.

- Dilakukan drapping dengan linen steril berlubang.

- Pada biopsi insisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips.

- Pada biopsi eksisional, dilakukan sayatan dengan mess berbentuk elips

dengan margin 1-2 cm diluar tumor.

- Jaringan subkutan dijahit dengan benang absorbable dengan simpul di

dalam.

- Kulit dijahit dengan benang non absorbable dengan jahitan satu-satu.

Penanganan dan pengiriman sampel

- Spesimen yang diperoleh difiksasi dalam larutan formalin 10%

dengan perbandingan volume minimal 1:5, dan semua bagian

spesimen harus terendam dalam larutan formalin.

- Untuk spesimen/ sampel yang berdarah dapat dibilas terlebih dulu dengan

103

Page 104: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

NaCl fisiologis sebantar dan kemudian baru direndam ke dalam larutan

formalin.

- Jaringan yang sudah difiksasi kemudian dikirim untuk pemeriksaan

patologi dan atau imunohistokimia.

BAB IV

PENUTUP

Sebuah laboratorium mikrobiologi atau patologi anatomi harus mampu

mempertahankan kualitas spesimen sejak spesimen tersebut diambil dari penderita,

apakah tepat waktunya, apakah cukup jumlahnya, apakah memenuhi syarat untuk

diperiksa, dsb. Keberhasilan laboratorium klinik mikrobiologi dan patologi anatomi

104

Page 105: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

untuk identifikasi penyebab penyakit sangat bergantung pada pengambilan dan

pengiriman spesimen pasien ke laboratorium yang dilakukan secara benar.

Syarat dan kriteria pra analitik pada pemeriksaan mikrobiologi dan patologi

anatomi terdiri dari tipe spesimen, waktu untuk pengambilan spesimen, volume

spesimen, pengambilan spesimen dan pengiriman spesimen. Untuk mendapatkan

suatu spesimen yang baik maka yang pertama dan yang terpenting adalah tempat

pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil terbaik

mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh pejamu.

Pengambilan spesimen itu sendiri harus dilakukan dengan cara yang meminimalkan

pencemaran oleh flora endogen pejamu. Pengiriman spesimen ke laboratorium harus

dilakukan di bawah kondisi yang mempertahankan viabilitas agen infeksiosa atau

integritas produk-produknya dan menggunakan media transpor yang sesuai untuk

masing-masing spesimen. Waktu pengiriman harus ke laboratorium harus cukup

singkat untuk membatasi pertumbuhan berlebihan flora pencemar.

Secara keseluruhan langkah-langkah pra analitik sangatlah penting untuk

akurasi diagnosa suatu penyakit. Bila semua kriteria dan standar pra analitik dapat

terpenuhi maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pemeriksaan laboratorium

mikrobiologi dan patologi anatomi secara komprehensif dengan hasil yang akurat.

Pengetahuan tentang pra analitik untuk pemeriksaan mikrobiologi dan

patologi anatomi ini juga harus diketahui oleh seorang patologi klinik yang bekerja di

sebuah rumah sakit atau laboratorium klinik yang tidak memiliki ahli mikrobiologi

dan ahli patologi anatomi.

105

Page 106: Tugas Sampling Bu Suci (Indah) Revisi 4

106