Upload
mochammad-immam-d
View
1.173
Download
118
Embed Size (px)
Citation preview
Pengambilan Keputusan dengan Tujuan Jamak
Jenis Keputusan
Sebagaimana telah diketahui bahwa jenis keputusan dibedakan menjadi 3 jenis
(Hartono, 1999), yaitu:
1. Keputusan Terstruktur (Structured Decision)
Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang-ulang dan
bersifat rutin. Prosedur untuk pengambilan keputusan sangat jelas.Keputusan ini
terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Keputusan pemesanan barang
dan keputusan penagihan piutang merupakan contoh darikeputusan terstruktur.
2. Keputusan Semi Terstruktur (Semistructured Decision)
Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat yaitusebagian
keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harusdilakukan oleh
pengambil keputusan. Pengevaluasian kredit, penjadwalan produksimerupakan
contoh dari keputusan semi terstruktur.
3. Keputusan Tidak Terstruktur (Unstructured Decision)
Keputusan tidak terstruktur adalah keputusan yang penangannya sulit danrumit, karena
tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan inimenuntut
pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan iniumumnya
terjadi pada manajemen tingkat atas. Pengembangan teknologi baru,keputusan untuk
bergabung dengan perusahaan lain merupakan contoh darikeputusan tidak terstruktur
Suatu pengambilan keputusan hanya memiliki satu tujuan yang rasional, seperti
memaksimalkan keuntungan (Profit Maximazation) atau kepuasan bagi orang banyak.
Namun demikian, situasi keputusan dengan tujuan tunggal dalam banyak kasus
bukanlah situasi yang dipertahankan. Yang dimaksud dengan keputusan (decision)
adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan.
Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting
diantara keduanya. Dalam pengambilan keputusan bertujuan tunggal, pengambilan
keputusan memfokuskan dirinya pada satu tujuan dan berusaha memaksimalkan nilai
hasil keputusannya. Akan tetapi, dalam pengambilan keputusan dengan tujuan jamak,
pengambilan keputusan dihadapkan pada berbagai keputusan yang memiliki tujuan
yang sering kali bersifat antagonis satu sama lain. Suatu keputusan dapat dilakukan
dalam sehari-hari seperti pada pengambilan keputusan membeli rumah yang bukan
Cuma didasarkan pada harga dan angsuran yang lebih murah, tetapi juga melibatkan
lokasi, desain, akses transportasi, keamanan lingkungan, daerah sanitasi lingkungan, dan
daerah lingkungan sekitar hal ini yang dapat menjadi pertimbangan dalam hal
pembelian sebuah rumah.
Seandainya keseluruhan faktor seandainya keseluruhan faktor yang
dipertimbangkan tersebut koheren satu lain, keputusan yang diambil tidaklah akan
sesulit jika berbagai faktor yang dipertimbangkan itu bertabrakan satu sama lainnya.
Apabila menghendaki keputusan yang dekat dari sisi lokasi, tentu saja harganya akan
sangat mahal. Sebaliknya jika menginginkan sebuah rumah berharga murah, maka
lokasi yang didapat akan semakin jauh dari pusat kota. Sehingga didapat sebuah
kesimpulan dalam pengambilan keutusan yang terdiri dari pemilihan perumahan kota A
dengan jarak yang terdekat dengan kota namun harganya lebih mahal atau memilih
perumahan kota B dengan posisi yang jarak menuju kota sangat jauh dengan akses
transportasi yang sukar, namun harganya lebih murah. Persoalan pengambilan
keputusan dengan tujuan jamak (Multiple Attribute Decision Making) menjadi lebih
mudah apabila pengambilan keputusan mampu untuk membuat peringkat kepentingan
dari berbagai relevan, dan menyatukannya secara integral. Kualitas dari sebuah
keputusan juga berkaitan dengan sebuah sistem informasi yang dapat menyangkut
secara terperinci segala sesuatu yang dianggap menjadi kebutuhan bagi masing-masing
masyarakat. Dari sebuah sistem informasi didapat sebuah kualitas informasi ditentukan
oleh beberapa hal, yaitu :
1. Relevan (Relevancy), dalam hal ini informasi yang diterima harus
memberikan manfaat bagi pemakainya. Kadar relevancy informasi antara
orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung kepada kebutuhan
masing-masing pengguna informasi tersebut. How is the message used for
problem solving (decision masking)?
2. Akurat (Accurate), yaitu berarti informasi harus bebas dari kesalahan-
kesalahan. Selain itu informasi yang didapatkan tidak boleh bias atau
menyesatkan bagi penggunanya, serta harus dapat mencerminkan dengan
jelas maksud dari informasi tersebut. Ketidak akuratan data terjadi karena
sumber dari informasi tersebut mengalami gangguan dalam penyampaiannya
baik hal itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sehingga menyebabkan
data asli tersebut berubah atau rusak.
Secara garis besarnya, keakuratan dari sistem informasi yang digunakan sebagai
suatu pengambilan keputusan didapat dari sebuah komponen, yang terdiri dari :
a) Completeness ; Are necessary message items present ? Hal ini dapat berarti
bahwa informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan
yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya
akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan
secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk
mengontrol atau memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi
tersebut.
b) Correctness ; Are message items correct ? maksudnya bahwa informasi yang
diterima kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Kebenaran dari informasi
tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan.
c) Security ; Did the message reach all or only the intended systems users?
Informasi yang diterima harus terjamin keamanan datanya.
d) Time Lines (Tepat waktu); Informasi yang dibutuhkan oleh si pemakai tidak
dalam hal penyampaiannya tidak boleh terlambat (usang) karena informasi yang
usang maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai yang baik dan kualitasnya
pun menjadi buruk sehingga tidak berguna lagi. Jika informasi tersebut
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka akan berakibat fatal
sehingga salah dalam pengambilan keputusan tersebut. Kondisi tersebut
mengakibatkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk
mendapatkan, mengolah serta mengirimnya memerlukan teknologi terbaru.
e) Economy (Ekonomis); What level of resources is needed to move information
through the problem-solving cycle ?. Kualitas dari Informasi yang digunakan
dalam pengambilan keputusan juga bergantung pada nilai ekonomi yang
terdapat didalamnya.
f) Efficiency (Efisien); What level of resources is required for each unit of
information output ?
g) Reliability (Dapat dipercaya); Informasi yang didapatkan oleh pemakai harus
dapat dipercaya, hal ini menentukan terhadap kualitas informasi serta dalam hal
pengambilan keputusan setiap tingkatan manajemen.
Sebagian besar pendekatan MADM dilakukan melalui dua langkah (Kusumadewi,
2006), yaitu: pertama, melakukan agregasi terhadap keputusan-keputusan yang tanggap
terhadap semua tujuan pada setiap alternatif, kedua,melakukan perangkingan alternatif-
alternatif keputusan tersebut berdasarkan hasil agregasi keputusan.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa,masalah MADM adalah mengevaluasi m
alternatif Ai (i=1 , 2, …., m) terhadapsekumpulan atribut atau kriteria C j (j=1, 2, …, n),
di mana setiap atribut saling tidak bergantung satu sama lainya. Matriks keputusan
setiap alternatif terhadap setiapatribut, X, diberikan sebagai:
Di mana xij merupakan rating kinerja alternatif ke-i terhadap atribut ke-j. Nilai bobot
yang menunjukan tingkat kepentingan relatif setiap atribut, diberikan sebagai,w:
w = {w1, w2, ..., wn}
Rating kinerja (X), dan nilai bobot (w) merupakan nilai utama yangmerepresentasikan
preferensi absolut dari pengambil keputusan. Masalah MADM
diakhiri dengan proses perankingan untuk mendapatkan alternatif terbaik yangdiperoleh
berdasarkan nilai keseluruhan preferensi yang diberikan (Kusumadewi,2006)
Penentuan Atribut
Analisis keputusan atribut berganda sangat bergantung pada proses penentuan atribut
oleh pembuat keputusan karena dengan atribut tersebut pembuatkeputusan akan
mengevaluasi pencapaian tujuan keputusan. Dalam melakukan pengayan ide atribut ada
dua cara yang dapat ditempuh pembuat keputusan yaitumenggunakan panel ahli dan
melakukan surveyliteratur (Keneyet al ., 1976). Atribut yang digunakan harus mewakili
tujuan yang ingin dicapai.Proses pencarian hinga sub-subatribut yang lebih kecil terus
dilakukanhingga diperoleh atribut yang nyata. Hal-hal yang harus dimiliki oleh atribut
(Pardee, 1969) sebagai berikut:
a. Atribut harus lengkap, atribut telah mewakili semua hal yang relevan terhadap
keputusan akhir.
b. Atribut saling terpisah satu dengan yang lain, atribut tidak harus bergantung pada
atribut lain sehingga dapat dilakukan proses trade-off pada langkahs elanjutnya dan
menghindari double-counting.c.
Atribut dibatasi pada hal yang penting (signifikan) bagi kinerja. Atribut diawalioleh
tujuan utama yang abstrak dan ditingkat paling bawah (akhir) atribut akansangat jelas,
tidak saling bertentangan dan logis.
Pembobotan Atribut
Atribut tidak selalu memiliki tingkat kepentingan yang sama. Dengan pemberian
pembobotan yang berbeda, pembuat keputusan dapat menuangkan pertimbangan nilai
kepentingan yang berbeda di antara atribut keputusan. Bobot juga akan membimbing
seorang manajer proyek atau manajer program untuk mengupayakan hal terbaik dalam
pencapaian target yang memiliki bobot terbesar karena besarnya bobot juga
mengambarkan tingkat tangung jawab yang lebih besar terhadap atribut tersebut.
Contoh penilaian dan pembobotan dalam Malcom Baldrige Award (dari Departemen
Perindustrian Amerika Serikat pada industri yangada di negaranya) (Basyaib, 2006):
Pengambilan keputusan dengan atribut jamak sebagai pemilihan berbagai
alternatif yang disifati dengan adanya berbagai atribut lainnya yang saling bersangkut
paut dengan inti persoalan yang ada. Dalam memasukkan tujuan jamak ke persoalan
tersebut sebagai persyaratan pengambilan keputusan, persoalan yang akan dihadapi
adalah dalam hal sulitnya mengkompromikan berbagai atribut yang digunakan karena
dampak perbedaan ukuran satuan (Measurement Unit) dari berbagai atribut yang
digunakan.
Hal lain yang secara intuitif bisa langsung dirasakan sebagai kesukaran dalam
sebuah pengambilan keputusan semacam inilah yang mengalami kesulitan dalam
menentukan berbagai atribut yang relevan untuk digunakan saat memilih berbagai
alternatif yang tersedia. Menentukan sebuah atribut yang penting dalam
mempertimbangkan sebuah keputusan yang meyangkut dalam ketepatan penentuan.
Terdapat beberapa jenis sistem pengambilan keputusan, yaitu :
a) Keputusan tak terprogram : tidak terprogram, tidak ada metode pasti
untuk menangani masalah.
b) Keputusan terprogram : bersifat berulang dan rutin, sedemikian sehingga
suatu produsen
Berdasarkan model dari sebuah sistem pengambilan keputusan terdiri dari :
a) Model matematika
b) Database
c) Perangkat lunak
Super Goal
Pengusulan Super Goal (sasaran super) sebagai atribut acuan dalam masalah
pengambilan keputusan dengan tujuan jamak menurut Pardee (1969). Sasaran super
merupakan atribut yang normatif, bersifat lengkap, dan menyeluruh. Sasaran super
diisyaratkan bersifat mutually exclusive yang dapat diterjemahkan secara koheren dan
logis ke dalam atribut-atribut yang lebih rendah tanpa terjadi konflik, serta maksimum
berjumlah tujuh hal. Dapat ditampilkan seperti gambar di bawah ini bentuk sasaran
super yang terjadi dalam pengambilan keputusan
Penyebab dari pembatasan super goal ke dalam tujuh item tersebut adalah karena dalam
pengambilan keputusan beratribut jamak, pengambilan keputusan harus menemukan
priorias utama di antara item-item atribut yang melalui cara pembandingan
berpasangan. Manusia dalam melakukan pembandingan hanya sanggup bersikap
konsisten dalam membandingkan sesuatu apabila jumlah yang dibandingkan tidak
melebih dari tujuh item yang telah disebutkan diatas atau dengan keinginan tersendiri
dalam menemukan ketujuh item tersebut.
Good SitesEcon Impact (less cost)
capital costlabor
transport
Utilities
Tax
operat cost
Funct Impact (higher productivity)Labor
Utility
Transport
Public Accept(better commun rel)
Attitude of local ATZ
Atitude of local GOV
Qual of Life(better living condit)
Housing
Climate & terrain
Health care
Crime
Pembandingan Atribut
Ranking Atribut
Pembandingan atribut dilakukan dalam rangka memberikan nilai atau bobot
(weight) diantara atribut-atribut yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara
natural atau secara logisnya, apabila tidak terdapat preferensi diantara atribut-atribut
yang tercantum maka bobot dari setiap atribut adalah In
dimana n adalah jumlah atribut.
Namun dalam pengambilan keputusan seorang manajer sering kali memiliki
kepentingan yang berbeda relatif terhadap atribut-atribut yang digunakan. Sebagai
contoh dalam persoalan penentuan lokasi pendirian sebuah pabrik, mungkin manajer
memandang bahwa “Public acceptance” (penerimaan masyarakat) adalah sebagai
prioritas utama yang harus dijunjung sebagai persyaratan dalam membangun sebuah
pabrik, sedangkan sementara manajer lain memandang bahwa “economic impact”
adalah hal yang harus dipertimbangkan pertama kali. Sehingga dalam keputusan dari
tiap manajer selalu berbeda dalam sistem pengambilan keputusannya dengan segala
pertimbangan dan pemilihan suatu lokasi.
Ranking atribut merupakan metode paling sederhana dalam menentukan
prioritas antar atribut. Metode ini dimulai dengan membandingkan preferensi dua
atribut, misalkan X1> X2 , X3> X2 , X 3> X1. Penggunaan simbol p diperuntukkan bagi
semua X i> X j. Sementara itu, penggunaan simbol-simbol x penggunaannya selain dari
simbol tersebut. Menurut Yoon dan Hwang (1995) menyarankan ∑C untuk
menyatakan frekuensi bagi setiap atribut yang dinyatakan lebih disukai dibandingkan
dengan yang lainnya. Ranking diantara atribut kemudian dapat diurutkan berdasarkan
∑C sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
X1 X2 X3 X4 X5 ∑C Ranking
X1 - P P P P 4 1
X2 X - X P X 1 4
X3 X P - P X 2 2
X4 X X X - X 0 5
X5 X P P P - 3 3
Tabel 1. Ranking Atribut
Pembobotan Atribut
Menurut Seaver dan Edward (1981) menyarankan ranking atas atribut bisa
dillihat secara subjektif, namun terpenting adalah bagaimana memberikan sebuah bobot
atau nilai pada atribut-atribut tersebut. Secara menyeluruh terdapat dua cara endekatan
yang disarankan. Pertama adalah metode-metode kebalikan rank (rank reciprocal
method) dan yang kedua adalah bobot penjumlahan rank (rank sum weight method).
Dalam sebuah metode kebalikan rank, formula yang digunakan adalah
W j=
1r j
∑ 1rk
Dimana W j= adalah bobot dari atribut j dan r j adalah rank dari atribut j. Sementara itu.
Metode kebalikan rank menggunakan formula sebagai berikut.
W j=(n−r j+1)
∑ (¿ n−r k+1)¿
Dimana n adalah jumlah atribut. Untuk lebih jelasnya, bobot dari atribut X1 s . d X 5 yang
dapat dilihat pada tabel 2
Atribut Rank 1/r W j1 (n−r j+1) W j
X1 1 1,0 0,44 5 0,33
X2 4 0,3 0,11 2 0,13
X3 3 0,3 0,15 3 0,20
X4 5 0,2 0,09 1 0,07
X5 2 0,5 0,22 4 0,27
2,3 15
Tabel 2. Pembobotan Atribut
Yang terpenting dari sistem pembobotan atribut adalah dengan menggunakan
salah satu dari dua metode yang telah disebutkan. Dari dua metode tersebut adalah
bahwa dasar pembuatan ranking dilakukan dengan menggunakan cara subjektif atau
cara ranking atribut, dimana kedua cara tersebut hanya mampu membedakan preferensi
satu atribut dibandingkan dengan atribut lainnya, namun tidak mampu membedakan
seberapa besar preferensi satu atribut dibandingkan dengan atribut lainnya. Menurut
Thomas Saaty (1980) merumuskan sebuah metode yang mampu membedakan, baik
dengan preferensi relatif dari sebuah atribut maupun jarak preferensi atribut tersebut
dibandingkan dengan atribut lainnya.
Rasio Pemberian Bobot
Menurut Saaty, dalam sebuah rasio pemberian bobot (weighting) dengan
menggunakan skala 1-7 dengan penjabaran dengan penjabaran : 1 (dua atribut sama
penting); 3 (atribut pertama sedikit lebih penting), 5 atribut pertama jauh lebih penting);
dan 7 (atribtu pertama secara ekstrem lebih penting). Denganc cara ini, pengambil
keputusan tidak saja mampu membedaka ranking preferensi sebuah atribut, namun juga
jarak preferensi kedua atribut yang dibandingkan. Skala tengah (2,4,6) masih
dimungkinkan untuk diaplikasikan dalam metode Saaty.
Thomas L. Saaty adalah seorang profesor pionir Operation Research dan
penyusun textbook pertama dalam Mathematical Methods of Operational Research dan
sistem antrian. Ia adalah profesor dari Pittsburg University, Amerika Serikat kelahiran
Irak. Saaty adalah satu dari sedikit expert dalam metode pengambilan keputusan
(Decision Making).
Lahirnya AHP diawali pada tahun 1960. Thomas L Saaty ditunjuk memimpin
“research project for arms control and disarmament agency” di Departemen Pertahanan
Amerika mengenai masalah mis-komunikasi antara ilmuwan dan pengacara dalam
mengambil keputusan tentang nilai persenjataan Amerika Serikat dan posisi AS di
dunia. Thomas L Saaty merasa ada kebutuhan simple way dalam pembuatan keputusan.
Maka lahirlah AHP.
Thomas L. Saaty adalah seorang profesor pionir Operation Research dan
penyusun textbook pertama dalam Mathematical Methods of Operational Research dan
sistem antrian. Ia adalah profesor dari Pittsburg University, Amerika Serikat kelahiran
Irak. Saaty adalah satu dari sedikit expert dalam metode pengambilan keputusan
(Decision Making).
Lahirnya AHP diawali pada tahun 1960. Thomas L Saaty ditunjuk memimpin
“research project for arms control and disarmament agency” di Departemen Pertahanan
Amerika mengenai masalah mis-komunikasi antara ilmuwan dan pengacara dalam
mengambil keputusan tentang nilai persenjataan Amerika Serikat dan posisi AS di
dunia. Thomas L Saaty merasa ada kebutuhan simple way dalam pembuatan keputusan.
Maka lahirlah AHP.
Penilaian yang diberikan dalam penggunaan metode AHP ini memberikan kita
keluwuesan dalam menilai, yaitu AHP menunjukkan pertimbangan dan nilai-nilai
pribadi secara logis (Saaty, 1993:23). Metode Saaty (Analisis Hirarki Proses) yang
digunakan dalam studi ini dikarenakan metode ini mempunyai keuntungan antara lain
(Saaty, 1993:27) :
1. Mekanisme pendekatan, yaitu suatu konsep operasional guna menyelesaikan
studi proyek ini secara terarah dan sesuai dengan kerangka acuan kerja.
Termasuk dalam pola dan konsep operasional tersebut adalah cara yang
digunakan dalam menggali dan menemukan permasalahan yang ada.
Selanjutnya setiap data dan fakta yang masuk dianalisis dengan metode
standar dan berbagai pemanfaatan ilmiah lainnya, serta standar perencanaan
tata ruang yang berlaku. Metode ini adalah suatu cara praktis untuk
menangani secara kualitatif bermacam hubungan fungsional dalam suatu
jaringan yang kompleks.
2. Mempunyai kemampuan memadukan perencanaan ke depan (yang
diproyeksikan) dan perencanaan ke belakang (yang diinginkan) dengan cara
yang interaktif, yang mencerminkan pertimbangan dari semua staf
manajerial yang berkepentingan.
3. Merupakan cara baru untuk menganalisa suatu permasalahan dengan
kemampuan antara lain:
Memadukan data yang sudah ada dengan pertimbangan subyektif tentang
faktor-faktor tak wujud
Memasukkan pertimbangan beberapa orang dalam memecahkan
konfliks.
Melakukan analisis sensitivitas dan revisi biaya murah
Menggunakan prioritas marginal maupun prioritas rata-rata untuk
membimbing pengalokasian
Meningkatkan kemampuan manajemen untuk melakukan pertimbangan
secara eksplisit.
4. Suatu teknik yang melengkapi berbagai teknik lain, prioritas
(meminimaumkan resiko) untuk memilih proyek atau aktivitas.
5. Suatu pengganti tunggal untuk aneka ragam skema untuk memproyeksikan
masa depan dan melindungi terhadap resiko dan ketidakpastian.
AHP menunjukkan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari satu bagian
masalah dengan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil gabungan.
Prosesnya adalah mengidentifikasi, memahami dan menilai interaksi dari suatu sistem
secara keseluruhan. Proses tersebut dilakukan pula pada studi ini, dimana diidentifikasi
dahulu kriteria-kriteria yang merupakan faktor penilai dalam penentuan pemilihan
lokasi kawasan pusat pemerintahan, kemudian memberikan bobot. Dalam pemberian
bobot tersebut ada preferensi antar-atribut yang harus dilakukan terlebih dahulu.
Adapun preferensi antar-atribut ditunjukkan pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Preferensi antar-atribut metode Saaty
x1 x3 x3
x1 1 1/3 ½
x2 3 1 3
x3 2 1/3 1
Pada metode Saaty, pengambil keputusan cukup member nilai preferensi antar-
atribut sebanyak (n2 – n)/2 + n sel (cell).
Pada contoh ini, pengambil keputusan cukup member nilai preferensi sebanyak
(9 – n)/2 + 3 sel, yaitu sebanyak 6 sel. Sel lain berisi nilai inverse sel bayangannya.
Sebagai contoh, sel (1,2) berisi interval sel bayangannya, yaitu sel (2,1). Dengan
demikian, nilai sel (1,2) adalah 1/3. Sel (3,2) bernilai 1/3 sehingga sel (2,3) bernilai 3.
Setelah nilai preferensi setiap setiap atribut ditentukan selanjutnya adalah memperoleh
bobot atribut dengan menghitung rata-rata geometris setiap baris sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 5.4.
=
Tabel 5.4. Prosedur perhitungan bobot Saaty
Rata-rata Geometrik Bobot
X1 (1 x 1/3 x ½)1/3 = 0,5503 0,1571
X2 (3 x 1 x 3)1/3 = 2.0801 0,5936
X3 (2 x 1/3 x 1)1/3 = 0,8736 0,2439
Jumlah = 3,5040
Bobot setiap atribut dihitung dengan membagi niali rata-rata geometris atribut
tertentu terhadap jumlah rata-rata geometris keseluruhan atribut. Sebagai contoh, bobot
atribut X1 adalah 0,5503/3,5040 = 0,1571.
Pemilihan Alternatif
Pemilihan alternatif dilakukan dengan maksud mampu memilih alternatif terbaik
dari sejumlah alternatif yang tersedia baik untuk umur alternatif yang sama maupun
umur yang berbeda dengan metode yang tepat. Tujuan dalam memilih alternatif adalah
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis yang optimal.
Dalam menyiapkan alternatif, ada beberapa persyaratan yaitu antara lain :
Alternatif harus bersifat exhausive (lengkap).
Alternatif harus bersifat mutual exclusive (tidak boleh muncul dlm 2
alternatif)
A.Dengan metode net present value (NPV)
1. Jika Umur masing-masing alternatif sama
Menghitung NPV dari masing-masing alternatif dengan formula
Bandingkan NPV masing-masing alternatif
Keputusan NPV terbesar merupakan alternatif terbaik.
2.Jika Umur masing-masing Alternatif tidak sama
Dilakukan proses penyamaan umur alternatif ini dapat dilakukan dengan 3
metode, yaitu:
Metode penyamaan umur dengan angka kelipatan persekutuan terkecil
(KPK).
Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang
Metode penyamaan umur dengan suatu umur yg ditetapkan
a) Menyamakan umur dengan Metode KPK
Metode ini mengasumsikan setiap alternatif akan dilakukan ”re-
investasi semu” sebanyak hasil bagi KPK dengan umur alternatif yangg
bersangkutan dikurang satu. Sehingga cash flow yang akan
diperhitungkan merupakan cash flow keseluruhan sepanjang umur KPK
tersebut.
b) Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpanjang
Dalam metode ini umur dipatok sama dengan umur terpanjang
dari alternatif tersedia, dan yang lainnya tetap dilakukan reinvestasi semu
sejumlah periode kekurangan dengan memperhatikan nilai buku pada
periode terpotong menjadi nilai sisa dari reinvestasi semunya.
c) Metode penyamaan umur dengan umur alternatif terpendek
Umur yang diambil adalah umur terpendek, sehingga umur yang
panjang dipotong dengan memperhatikan nilai buku (BV) sebagai nilai
sisa dari alternatif terpotong
Pengambilan keputusan pada dasaranya merupakan pemilihan sebuah alternative
dari sejumlah alternaitf yang tersedia. Dalam pengambilan keputusan dengan tujuan
tunggal, seperti dalam hal pemilihan alternative dengan metode net present value
(NPV), tujuan pemilihan adalah mencari alternativ yang menghasilkan NPV paling
besar. Persoalan menjadi tidak sederhana pada saat tujuan kedua (atribut kedua)
dimasukkan kedalam persoalan ini. Misalnya, selain NPV, keputusan investasi ini harus
pula mempertimbangkan dampak social yang ditumbulkan oleh investasi yang dilakun.
Persoalan muncul apabila berbagai alternative investasi memiliki referensi dampak
social yang tidak koheren dengan referensi NPV-nya. Bagaimana jika sebuah alternative
investasi yang memberikan nilai NPV paling besar ternyata juga memberikan dampak
polusi paling besar?
2 metode pemilihan secara alternative dalam situasi keputusan dengan tujuan
jamak yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah metode pembobotan sederhana
(simple weighting mthod) dan metode eliminasi sekual (sequintal elimination method)
Metode pembobotan sederhana
Dalam pemilihan alternatif, metode pembobotan sederhana menggunakan rumus
dibawah ini
V (A) maks = ∑ wjvj maks
Dimana V (A)maks adalah nilai maksimum dari alternative yang merupakan hasil
penjumlahan dari perkalian bobot atrbut tertentu (wj) dengan nilai setiap bobot (vj) yang
maksimum. Contohnya adalah jika pengambilan keputusan dihadapkan pada 6 alternatif
(alternative A – A6) dengan menggunakan 5 atribut T1-T5 dalam sebuah situasi
keputusan, sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Prosedur Perhitungan Metode Pembobotan Sederhana
Alternatif
Bobot
T1 T2 T3 T4 T5 Total0,4 0,3 0,1 0,15 0,05
A1 10 1/10 5 8 9 6,18
A25 1/7 5 5 5 3,54
A310 1/7 6 5 7 5,74
A47 1/5 7 7 7 4,96
A55 1/3 4 3 4 3,15
A65 1/6 5 5 6 3,60
Nilai masing-masing sel dalam Tabel 5.5 berupa nilai referensi dari NPV, nilai
biaya masing-masing alternative, jumlah tenaga kerja yang diserap masing-masing
alternatif, atau hal-hal lain sesuai dengan atribut yang digunakan, dimana nilai 0 adalah
referensi terendah (tidak prefer) dan nilai 10 adalah nilai referensi tertinggi. Missal saja,
A1-A6 memberikan NPV sebesar 10M, 5 M, 10M, 7 M, 5M, 5M. Sedangkan NPV yang
diijinakan minimal adalah 1M. Dengan demikian, nilai preferensi A1 sampai A6 dalam
hal NPV (T1) adalah (10/1, 5/1, 10/1, 7/1, 5/1, 5/1). Nilai preferensi biaya – seperti pada
kolom 3 tabel 5.5 – merupakan inverse dari biaya masing-masing terhadap biaya
maksimum yang diperbolehkan. Misalnya, biaya social dalam bentuk biaya perbaikan
lingkungan alternative A1 sampa dengan A6 adalah (1/10, 1/7, 1/7, 1/5, 1/3, 1/6). Nilai
– nilai lain untuk atribut berikutnya dapat diisi dengan menggunakan logika yang sama.
Nilai maksimum yang diperoleh pada alternative A1 sebesar 6,18 (dan seterusnya untuk
alternatif yang lain).
Pembobotan Sederhana Dalam Paktik
Persaingan merek sepatu nike dengan adidas memaksa nike untuk memikirkan
langkah-langkah strateis yang harus dilakukannya. Ada tiga langkah yang menjadi
alternatif pilihan, yaitu :
1. Nike memainkan peran lebih baik dalam meningkatkan kondisi kerja,
2. Nike mengembangkan lebih banyak lagi produk-produk yang inovatif dan
melestarikan lingkungan,
3. Nike mengeluarkan produk-produk untuk konsumen atau pasar yang berusia
lebih muda.
Ada empat kriteria yang relevan dalam pemilihan alternaif ini yaitu:
1. Konsumen
2. Pemegang saham
3. Rekanan bisnis dan
4. Masyarakat.
Tabel 5.6 menggambarkan situasi tempat kriteria tempat tersebut.
Tabel 5.6 Pilihan Strategis bagi Nike
Alternatif
Bobot
KonsumnPemegang
SahamRekan Masyarakat
Total
0,3 0,2 0,3 0,2
Kondisi
kerja2 4 2 8 3,6
Produk
inovatif8 5 5 8 6,5
Pasar lebih
muda8 6 7 9 7,5
Dengan melihat pada analisis tersebut, tampaknya nike harus mempertimbangkan
alernatif untuk memasuki asar yang lebih muda sebagai pilihan strategisnya. Strategi ini
memberikan nilai lebih bagi konsumen dan masyarakat. Bagi pemegang saham,
tampaknya langkah ini juga merupakan langkah yang bisa dianggap akan meningkatkan
nilai pemegang saham (Shareholders Dare’s Value). Rekanan bisnis nike juga akan
menganggap langkah ini sebagai kesempatan yang lebih luas dari mereka untuk
menjalin bisnis bersama nike.
Metode Eleminasi Sekual
Terkadang dalam sebuah situasi keputusan, terdapat atribut tertentu yang mutlak
harus dipenuhi sehingga metode pembobotan sederhana yang mengandung konsekuensi
menerima nilai atribut yang tidak memenuhi syarat dalam proses perata-rataan tidak
bisa digunakan. Contohnya dalam persoalan pemilihan kontraktor sebuah gedung.
Sering kali, ada persaratan biaya yang tidak boleh melebihi angka tertentu dengan
pengalaman kontraktor yang minimal harus dipenuhi dalam pengerjaan pembangunan
gedung seperti itu.
Tabel 5.7 Proses Eliminasi Alternatif dalam Metode Eliminasi Sekual
Kriteria Kontraktor 1 Kontraktor 2 Kontraktor 3 Kontraktor 4
Biaya proyek
(<500 juta)350 juta 450 juta 400 juta 500 juta
Pengalaman
(> 10 tahun)20 tahun 12 tahun 15 tahun 10 tahun
Rekam kerja
keterlambatan
(< 2 bulan)
1 bulan 1 bulan 2 bulan 0,5 bulan
Kualitas (>6) 8 7 6,5 8
Metode eliminasi sekual dimulai dengan proses eliminasi alternatif yang tidak
memenuhi atribut terpenting. Kemudian, meetode ini diteruskan dengn proses eliminasi
alternative untuk atribut berikutnya, dan seterusnya. Proses ini baru berakhir etelah
tidak ada lagi alternative yang bisa dieliminasi. Dengan mencermati table 5.7, pembaca
dapat memahami bahwa kontrator 4 tereliminasi pada criteria pertma, yaitu biaya
proyek (cost of project) harus lebih rendah dari Rp500 juta. Selanjutnya, kontraktor 3
tereliminasi pada atribut berikutnya, yaitu rekam jejak (track record)-nya untuk
keterlambatan penyelesaian proyek proyek yang tidak boleh melebihi dua bulan.
SAW ( Simple Additive Weighting)
Salah satu metode penyelesaian masalah MADM adalah denganmenggunakan
metode SAW. Metode SAW sering juga dikenal istilah metode penjumlahan terbobot.
Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahanterbobot dari rating kinerja
pada setiap alternatif dari semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses
normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapatdiperbandingkan dengan
semua rating alternatif yang ada (Kusumadewi, 2005).
Kelebihan Metode SAW
Kelebihan dari model SAW dibandingkan dengan model pengambilankeputusan
yang lain terletak pada kemampuannya untuk melakukan penilaiansecara lebih tepat
karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot prefensi yangsudah ditentukan, selain
itu SAW juga dapat menyeleksi alternative terbaik darisejumlah alternatif yang ada
karena adanya proses perankingan setelah menentukannilai bobot untuk setiap atribut