Upload
rosi-retnowati
View
22
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Terstruktur Opt Gulma Hama
Citation preview
TUGAS TERSTRUKTUR
ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
GULMA HARENDONG (Melastoma sp.) MENJADI INANG HAMA TEH (Helopeltis antonii)
NAMA : ROSI RETNOWATI
NIM : A1L011003
PRODI : AGROTEKNOLOGI (A)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
Tanaman teh (Camellia sinensis L.) telah lama diusahakan orang sebagai tanaman
perkebunan dan tersebar di benua-benua Afrika, Australia, dan Asia termasuk Indonesia
(Adisewejo, 1982). Teh merupakan bahan perdagangan yang dikonsumsi oleh penduduk dunia.
Kebiasaaan minum teh diduga berasal dari China yang kemudian berkembang di Jepang dan
Eropa (Wibowo et al., 1997). Sekitar sejuta ton teh dikonsumsi penduduk di seluruh dunia, baik
di negara yang menghasilkan teh maupun di negara yang harus mengimpor berpuluh-puluh
maupun beratus-ratus ton teh tiap tahun (Siswoputranto, 1978).
Persaingan perdagangan teh di pasar dunia merupakan tantangan bagi Indonesia untuk
meningkatkan produksi teh baik kualitas maupun kuantitasnya. Produksi teh di Indonesia ditinjau
dari sentra produksi teh yang hampir menyebar ke berbagai daerah, maka Jawa Barat memegang
peranan penting dengan produksi yang tinggi dari areal yang terluas. Daerah- daerah yang
mengusahakan tanaman teh lainnya adalah Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Laju pertumbuhan areal penanaman setiap
tahun dari tahun 1984-1989 mencapai 3,2%. Hal ini tercermin dari perhatian pemerintah
terhadap usaha pengembangan, pembudayaan dan perluasan terhadap usaha teh hingga ke daerah
lain ( Nazzarudin et al., 1996).
Luas lahan perkebunan teh yang semakin berkurang bukan menjadi penghambat untuk
meningkatkan produksi teh. Usaha peningkatan produksi teh masih dapat dilakukan yaitu dengan
peremajaan. Nazzarudin et al.(1996), mengatakan bahwa kunci keberhasilan pada semua
pertanaman adalah perawatan yang baik dan teratur. Dengan perawatan ini, tanaman akan
tumbuh sehat, segar dan produksinya tinggi. Perawatan perkebunan teh harus dilakukan sejak
tanaman masih kecil, semenjak pembibitan. Perawatan tersebut meliputi pemupukan,
pemangkasan, pengendalian gulma, dan peremajaan. Setelah umur 40 tahun, usia kritis dari
tanaman teh mulai berjalan. Pertumbuhannya kurang baik dan daun yang dihasilkan lebih sedikit
serta ukurannya lebih kecil. Untuk itu perlu diadakan program peremajaan maupun rehabilitasi
kebun berlangsung secara terus-menerus maka produktivitas kebun teh diharapkan akan
meningkat dengan kualitas yang baik serta biaya produksi yang rendah. Usaha peremajaan kebun
teh ini membutuhkan bahan tanaman dalam jumlah yang banyak dengan umur yang relatif sama
dan seragam.
Dalam usaha pengembangan dan peningkatan mutu hasil tanaman teh akan selalu
dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat membatasi, antara lain serangan hama dan patogen.
Menghadapi masalah hama dan patogen tidaklah mudah, karena terbatasnya pengetahuan tentang
pengendaliannya atau bilamana pengetahuan itu telah ada namaun sarana dan prasarana belum
ada. Tanaman mengalami sakit, tidak normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil
tanaman mengalami penurunan.
Keadaan tanaman teh yang tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh, penggunaan bibit
atau klon-klon yang rentan merupakan suatu predisposisi terjadinya serangan hama dan patogen
pada tanaman teh di perkebunan. Hama dan patogen tanaman teh merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi produksi tanaman teh.
II. GULMA SEBAGAI INANG HAMA
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma menyaingi tanaman terutama
dalam memperoleh air, hara, dan cahaya. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam
memperoleh hara. Gulma dapat menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium
hingga tiga kali daya serap tanaman. Pemupukan merangsang pertumbuhan gulma sehingga
meningkatkan daya saingnya. Nitrogen merupakan hara utama yang menjadi kurang tersedia
bagi tanaman karena persaingan dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah
diketahui melalui warna daun yang pucat.
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada bidang
pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut
disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah,
cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat. Pertumbuhan tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya
penurunan hasil tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan
gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan hasil akibat gulma
diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat
tercampurnya biji-biji gulma dengan hasil panen pada saat panen maupun akibat tercampurnya
biji-biji gulma sewaktu pengolahan hasil.
Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam pengolahan
tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya produksi. Gulma pada
saluran irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat
menjadi inang bagi hama atau patogen penyakit. Misalnya gulma ceplukan (Physalis angulata)
menjadi inang penyakit virus pada kentang, Gulma famili Graminae sebagai inang patogen
Macrophoma sp. Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit
bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga asiatica) dapat menjadi
parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma Orobanche spp. pada padi, jagung, tebu,
gandum, dan tembakau. Gulma juga dapat menimbulkan alelopati pada tanaman yang
menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman.
Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman
lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati.
Ciri-ciri hama antara lain :
Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
Umumnya berasal dari golongan hewan ( tikus, serangga, ulat, dan lain-lain)
Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehinggatanaman menjadi mati atau tetap
hidup tetapi tidak banyak memberikan hasil
Organisme hama biasanya lebih mudah diatasi karena hama tampak oleh mata dan dapat
dilihat secara langsung
Secara garis besar, hama tanaman dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut :
• Kelompok hewan menyusui (Mamalia), seperti tikus
• Kelompok serangga (Insekta), seperti belalang
• Kelompok burung (Aves), seperti burung pipit
Helopeltis antonii merupakan hama penting pada beberapa tanaman perkebunan antara
lain kakao, jambu mete dan teh, sehingga keberadaannya di lapang perlu mendapat perhatian
yang serius. H. antonii merusak tanaman sejak di pembibitan. Bagian tanaman yang diserang
adalah pucuk, daun muda, tunas, tangkai muda, ranting muda, bunga, buah dan biji. Mempunyai
siklus hidup lebih kurang 24 hari, dan selama hidupnya mengalami lima kali pergantian kulit.
Pengendalian H. antonii dengan insektisida sintetis telah terbukti
efektif, tetapi berpotensi menimbulkan dampak negative bagi lingkungan
sehingga umumnya digunakan sebagai alternatif terakhir.Alternatif
pengendalian lainnya seperti pengendalian secara mekanis, fisik, kultur
teknis, dan hayati belum dilakukan secara optimal. Pengendalian dengan
musuh alami mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan,
karena aman bagi lingkungan dan musuh alami tersedia di alam.
H. antonii juga merupakan salah satu hama yang sering menimbulkan
kerugian di beberapa kebun teh. Populasi hama lebih dari 8
ekor/m2 (terdiri atas 2 ekor dewasa dan 6 ekor nimfa) dan intensitas
serangan 65,50% dapat menurunkan produksi pucuk teh klon Kiara-8
sebesar 87,60% selama 8 minggu (Darmadi 1989 dalam Atmadja 2003).
H. antonii selalu menjadi masalah di berbagai perkebunan teh di Indonesia.
Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh H. antonii dapat mencapai 40% bahkan lebih.
Helopeltis sp. termasuk ke dalam ordo Hemiptera, dan famili Miridae.
Serangga ini bertubuh kecil ramping dengan tanda yang spesifik yaitu
adanya tonjolan yang berbentuk jarum pada mesoskutelum. Helopeltis sp.
merupakan genus yang mempunyai banyak spesies.
H. antonii dapat diklasifikasikan ke dalam
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
Genus : Helopeltis
Spesies: H. antonii Signoret (Pracaya, 1991).
Stadium Telur
Menurut Killin dan Atmadja (2000), telur mulai diletakkan serangga
betina pada pucuk jambu mete pada hari kelima sampai ketujuh dari saat
serangga menjadi dewasa. Telur diletakkan secara berkelompok 2-3 butir
dalam jaringan tanaman yang lunak, seperti bakal buah, ranting muda,
bagian sisi bawah tulang daun, tangkai buah, dan buah yang masih muda.
Setiap ekor serangga betina meletakkan telur rata-rata 18 butir. Menurut
Wardoyo (1993), jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor serangga betina
selama hidupnya pada tanaman kakao rata-rata 67-229 butir dan banyaknya telur yang
menetas rata-rata 23-134 butir, atau fertilisasi telur 58,80%. Telur berwarna putih dengan
panjang 1,5-2,0 mm. berbentuk seperti tabung test sedikit bengkok dengan tutup yang bulat
dengan dua rambut pada satu ujung. Keberadaan telur pada jaringan bagian tanaman ditandai
dengan munculnya benang seperti lilin agak bengkok dan tidak sama panjangnya di permukaan
jaringan tanaman. Dalam waktu 6-8 hari, telur-telur tersebut mulai menetas menjadi nimfa.
Stadium Nimfa
Periode stadia nimfa berkisar antara 10-14 hari.Instar pertama berwarna coklat
bening,yangkemudian berubah menjadi coklat. Untuk nimfa instar kedua, tubuh berwarna
coklat muda, antena coklat tua, tonjolan pada toraks terlihat jelas dan bakal sayap mulai
terlihat. Nimfa instar keempat dan kelima ciri morfologinya sama.
Stadium Dewasa
Nimfa instar pertama sampai serangan dewasa memerlukan waktu 24 hari. Rata-rata
lamanya hidup serangga betina dewasa adalah 7-16 hari, dan serangga dewasa jantan 6-37 hari
(Killin dan Admadja 2000). Rata-rata hidup serangga dewasa jantan dan betina pada jambu mete
berkisar 24 hari.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini pada tanaman teh, daur petik yang lebih
pendek dengan standar petikan medium meningkatkan produksi pucuk secara komulatif dalam
satuan waktu tertentu dibandingkan daur petik yang lebih panjang. Hal ini dikarenakan daur
petik yang lebih panjang akan memberikan kesempatan pada telur yang diletakkan pada
internodus pucuk teh untuk menetas, karena masa inkubasi telur berkisar 8-15 hari.
Strategi pengendalian ada beberapa macam, antara lain :
Secara mekanis, yaitu dengan menangkap langsung hama tersebut
Secara kultur teknis, yaitu
Dengan pemupukan yang tepat dan teratur. Pada tanaman teh, pemberian
pupuk yang tepat dan teratur diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Dengan pemangkasan. Pada tanaman teh, pemangkasan umumnya secara
periodik2-4 tahun sekali, tergantung kecepatan pertumbuhan.
Pemangkasan akan mempengaruhi iklim mikro, diikuti pertumbuhan
tunas dan pucuk muda, sehingga terjadi perubahan kualitas makanan
H. antonii.
Dengan penanaman pohon pelindung. Pada tanaman teh, penanaman
pohon pelindung dapat menambah keragaman tanaman, sehingga baik
hama, predator, parasitoid, dan entomopatogen berada pada jumlah
yang seimbang. Sehingga populasi H. antonii dapat ditekan oleh
organisme lainnya.
Secara hayati, yaitu
Pemanfaatan musuh alami dengan Beauveria bassiana, yang
diaplikasikan pada waktu pagi atau sore hari, dengan menambah perekat
perata dengan bahan aktif alkil aril alkoksilat dan asam oleat (18%)
(Wahyono, 2006). Dan juga jamur Metarhizium sp. yang berperan
sebagai biota pengendali secara hayati di kebun teh (Darmadi, 1990).
Penyemprotan menggunakan pestisida nabati ekstrak biji mimba
(Azadirachta indica) yang diperas langsung dan ekstrak biji srikaya.
Penggunaan limbah tembakau (Nicotiana tabacum)sebagai pestisida
nabati.
Penyemprotan dengan pestisida nabati minyak masoyi ( Massoia
aromatica).
Introduksi musuh alami antara lain parasitoid dan predator yang
spesifik. Predator H. antonii antara lain dari kelompok Mantidae,
Reduviidae, Arachnidae, dan semut. Ada juga cacing parasit yaitu
Agumarata paradacamadata. Parasitoid Eupharus helopeltianus
yang merupakan musuh alami yang paling potensial (Atmadja,2003)
Secara kimiawi. Jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan H.
antonii adalah dari insektisida yang mengandung bahan aktif siflutrin, tiodikarb, asefat,
sipermetrin, dekametrin, klorpirifos, fention, karbamat, metomil, dan formation (Sulistyowati
dan Sardjono, 1988).
Sumber : Amini Kanthi Rahayu, SP dalam “KEBERADAAN Helopeltis
antonii SEBAGAI HAMA PADA BEBERAPA TANAMAN
PERKEBUNAN DAN PENGENDALIANNYA “