39
LAPORAN OBSERVASI TUNANETRA (SMK NEGERI 8 SURAKARTA) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd DISUSUN OLEH: 1. Bariqul Amalia Nisa (K2311011) 2. Dwi Putri Sabariasih (K2311022) 3. Uly Azmi Masna (K2311080) Tugas 2 Pendidikan Inklusi -1

Tugasii pend.inklusi tunanetra

  • Upload
    dwii-s

  • View
    1.202

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugasii pend.inklusi tunanetra

LAPORAN OBSERVASI TUNANETRA

(SMK NEGERI 8 SURAKARTA)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. Bariqul Amalia Nisa (K2311011)

2. Dwi Putri Sabariasih (K2311022)

3. Uly Azmi Masna (K2311080)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -1

Page 2: Tugasii pend.inklusi tunanetra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk menjamin

keberlangsungan hidup agar lebih bermartabat dan untuk mengembangkan

potensi dirinya melalui proses pembelajaranatau cara lain yang dikenal dan

diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan suatu sistem Pendidikan Nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang. Oleh karena itu seluruh

komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah

satu tujuan negara Indonesia.

Penyandang tunanetra merupakan individu yang memiliki hak yang

sama seperti individu normal di dalam pendidikan. Hak mereka tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1997 tentang penyandang

cacat pasal 11 yang berbunyi setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan

untuk mendapat pendidikan pada satuan, jalur, dan jenjang pendidikan sesuai

jenis dan derajat kecacatan, sedangkan pasal 12 menekankan bahwa setiap

lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada

penyandang cacat sebagai peserta didik pada satuan, jalur, jenis dan pendidikan

sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya serta kemampuannya. Dengan

demikian hak para penyandang cacat termasuk para penyandang tunarungu

memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan dan hal tersebut dijamin

oleh undang-undang.

Pentingnya pemberian pendidikan khusus bagi anak yang mengalami

hambatan penglihatan di Indonesia masih sangat kurang usaha dan antusiasnya.

Hal ini terlihat pada kesadaran sebagian besar para orangtua yang belum

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -2

Page 3: Tugasii pend.inklusi tunanetra

memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya yang mengalami hambatan

dalam penglihatan. Pentingnya pendidikan dini di keluarga berdampak pada

kondisi anak saat masuk ke lingkungan sekolah. Apabila orangtua sejak dini

sudah memberikan pendidikan, kondisi anak ketika masuk sekolah tidak begitu

buruk. Namun bagi orangtua yang belum memberikan pendidikan bagi anaknya

hal ini bisa dilihat dari kondisi anak saat memasuki bangku sekolah yang

mengalami kesulitan. Anak dalam keadaan tidak tahu tentang dirinya yaitu

bahwa dirinya mengalami hambatan dalam penglihatan.

Kurangnya sikap menerima dan ikhlas dari orangtua juga ikut

mewarnai pendidikan bagi anak tunanetra. Sikap tidak mau menerima dengan

kenyataan yang ada membuat kondisi anak semakin menarik diri. Ini jelas

mengganggu perkembangan psikologisnya. Anak yang memiliki sejuta potensi

terancam tidak bisa dikembangkan dengan maksimal.

Untuk itu mulailah menumbuhkan kesadaran bahwa anak tunanetra

juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, memiliki kebutuhan

untuk bisa diterima di dalam masyarakat dengan keterbatasan yang ada serta

perlunya dukungan secara moril untuk perkembangan mental anak tunanetra

supaya memiliki kepercayaan diri terhadap potensi yang dimilikinya. Perlu juga

mengubah paradigma lama tentang anak tunanetra bahwa anak tunanetra tidak

mampu untuk hidup mandiri. Yang terpenting adalah sikap orangtua untuk

menerima dengan ikhlas kondisi keterbatasan pada anak.

Pada kesempatan ini dilakukan observasi anak tunanetra di SMK

Negeri 8 Surakarta. Dimana sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi yang

menerima ABK dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan

dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK).

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian tunanetra dan klasifikasinya

2. Mengetahu faktor penyebab ketunanetraan

3. Mengetahui karakteristik anak tunanetra dan strategi belajarnya

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -3

Page 4: Tugasii pend.inklusi tunanetra

4. Mengetahui sistem pendidikan (kurikulum), model pembelajaran, model

tes,media pembelajaran anak tunanetra di sekolah reguler

5. Mengetahui hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada anak tunanetra

di sekolah reguler

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -4

Page 5: Tugasii pend.inklusi tunanetra

BAB II

ISI

2.1 PELAKSANAAN OBSERVASI

Observasi kami lakukan dua kali yang bertempat di SMK Negeri 8

Surakarta. SMK Negeri 8 Surakarta terletak di JL. Sangihe, Kepatihan Wetan

Jebres Surakarta, Jawa Tengah.. Pada tanggal 16 Maret 2013 kami berangkat

pada pukul 09.30 WIB dan berakhir melakukan observasi pada pukul 11.30 WIB.

Sesampai disana kami menyerahkan surat izin observasi dan langsung diberi

kesempatan untuk melakukan observasi . Setelah itu kami diajak menuju ruang

Bimbingan Konseling. Setelah menyampaikan maksud dan tujuan kami datang

ke SMK Negeri 8 Surakarta kami langsung mewawancarai Ibu Sri Saptaningsih

selaku Guru Bimbingan Konseling. Pada hari sabtu kami tidak bisa

mewawancarai siswa tunanetra yang bersekolah di SMK Negeri 8 Surakarta

karena pada saat kami sampai disana KBM sudah dibubarkan karena pada hari

senin akan diadakan Ujian Sekolah. Kemudian pada hari selasa 19 Maret 2013

kami kembali melakukan observasi untuk mewawancarai langsung siswi

tunanetra, setelah menunggu 1 jam akhirnya kami bias mewawancarai siswi

tunanetra setelah ia selesai mengikuti Ujian sekolah. Kami tidak bias melakukan

observasi saat di kelas mengingat sedang diadakan Ujian sekolah, sehingga

observasi kami lakukan dengan wawancara.

2.2 IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah : SMK Negeri 8 Surakarta

Nama Sekolah Lama : 1. Konservatori Karawitan (KOKAR)

2. SMKI Negeri Surakarta

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 781036104001

Nomor Induk Sekolah (NIS) : 400008

Nomor Pokok Sekolah Nasional : 20328154

Status Sekolah : Negeri

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -5

Page 6: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Waktu Penyelenggaraan : Pagi

Alamat

Jalan : Sangihe

Kelurahan : Kepatihan Wetan

Kecamatan : Jebres

Kota : Surakarta

Propinsi : Jawa Tengah

Kode Pos : 57129

Nomor Telepon : (0271) 632225

Nomor Fax : (0271) 636074

E-mail : [email protected]

Web Site : smkn3solo.net

Surat Keputusan Pendirian

SK Pendirian : Nomor. 554/K/3-b

Tanggal : 17 Juli 1950

Pembukaan : 27 Agustus 1950

SK Perubahan Nama I : Nomor.0292/0/1976

Tanggal : 9 Desember 1976

SK terakhir Status Sekolah : Nomor.036/0/1997

Tanggal : 7 Maret 1997

Lembaga Pengeluar SK : Departemen Pendidikan dan

KebudayaanRI

Kepala Sekolah

Nama Lengkap : Dra. Ties Setyaningsih,M.Pd,MM

NIP : 19660524 199601 2 001

No. SK Pengangkatan : 821.2/209/2012

Tanggal : 13 Sepetember 2012

TMT : 13 Desember 2012

Lembaga Pengeluar SK : Wali Kota Surakarta

Bidang Keahlian : Seni Pertunjukan

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -6

Page 7: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Program Keahlian : Seni Karawitan

Seni Tari

Seni Pendalangan

Seni Musik

Seni Teater

Tanah dan Bangunan

Status Tanah : Milik Sendiri

Luas Tanah : 18.137 m²

Luas Bangunan : 7.217.02 m²

Nomor Pokok Wajib Pajak : 00.004.227.5.526

Nomor Sertifikat Tanah : 29 dan 44

Akreditasi Sekolah

Lembaga Pengeluar SK : BAN Propinsi Jawa Tengah

Nomor :

Tanggal : 9 Nopember 2010

Komp. Keahlian S. Karawitan : Terakreditasi A Nilai 93

Komp. Keahlian S. Tari : Terakreditasi A Nilai 93

Komp. Keahlian S. Pedalangan : Terakreditasi A Nilai 92

Komp. Keahlian S.Musik : Terakreditasi A Nilai 90

Sertifikat ISO 9001 : 2008

Status : Tersertifikasi

Nomor : 01 100 065387

Tanggal : 27 Agustus 2009

Lembaga Pengeluar : PT TUV Rheinland Group

Penetapan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

Nomr : 4294/C5/Kep/KU/2009

Tanggal : 07 Oktober 2009

Lembaga Pengeluar : Direktorat Pembinaan SMK

Nomor Rekening : Bank BRI Cabang Urip Sumoharjo

(atas nama SMK Negeri 8 Surakarta)

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -7

Page 8: Tugasii pend.inklusi tunanetra

1065-01-000553-53-3

Visi Sekolah

Menjadi Sekolah pelestari budaya, berkarakter, professional, membumi dan

mengglobal

Misi Sekolah

a. Menumbuhkan semangat dalam melestarikan budaya

b. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran Agama yang dianut dan budaya

bangsa sebagai sumber kearifan dalam bertindak.

c. Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara optimal yang

berorientasi pada pencapaian keunggulan kompetensi berstandar Nasional /

Internasional.

d. Mengembangkan hubungan sekolah dengan institusi pasangan yang

mempunyai reputasi Nasional / Internasional secara berkelanjutan.

e. Menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu sebagai suatu proses

peningkatan unjuk kerja.

TUJUAN SEKOLAH

1. Menghasilkan tamatan pelestari budaya bangsa yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menghasilkan tamatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

professional dalam bidang seni pertunjukan.

3. Menghasilkan tamatan yang mampu memasuki dunia kerja ditingkat nasional

maupun internasional, serta mampu berwirausaha secara profesional.

4. Mewujudkan sekolah menjadi SMK bertaraf Internasional.

SASARAN

1. Mencetak tenaga kerja yang trampil dalam bidang seni Karawitan, Tari,

Pedalangan, Musik dan Teater, sesuai dengan kebutuhan pembangunan.

2. Sebagai pelestari dan pengembang kesenian yang relevan dengan

perkembangan yang terjadi dalam masyarakat

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -8

Page 9: Tugasii pend.inklusi tunanetra

FASILITAS SEKOLAH

1. R. Teori

2. R. Praktik/Studio Karawitan 

3. R. Praktik/Studio Tari 

4. R. Praktik/Studio Pedalangan

5. R. Praktik/Studio Musik 

6. R. Praktik/Studio Teater/ Open Stage

7. R. Practical/Auditorium

8. R. Praktik/Pendapa / Joglo 

9. R. Studio Rekaman 

10. R. Lab. Komputer 

11. R. Lab. Bahasa 

12. R. Lab Multimedia 

13. R. Lab. IPA

14. R. Perpustakaan 

15. Lap. Tennis

16. Lap. Volly Ball

17. Masjid 

18. Internet On-line / Hotspot Area

19. Koperasi Sekolah / Kantin 

2.3 HASIL OBSERVASI

a. Dengan Guru Bimbingan Konseling

Guru Bimbingan Konseling SMK Negeri 8 Surakarta yang kami

wawancarai bernama Ibu Sri Saptaningsih. Beliau adalah lulusan Pendidikan

Luar Biasa UNS. Beliau diangakat menjadi PNS pada tahun 1981. Sejak awal

kelulusannya beliau mengajar di SMK Negeri 8 Surakarta.

Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih tidak ada perbedaan kurikulum

antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan anak berkebutuhan khusus

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -9

Page 10: Tugasii pend.inklusi tunanetra

(ABK), hanya ada modifikasi. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit

perbedaan yaitu adanya metode pull out pada waktu-waktu tertentu. Metode pull

out dilaksanakan ketika siswa tuna netra ataupun siswa ABK lainnya mengalami

kesusahan dalam pelajaran dan meminta pembelajaran tersendiri untuknya.

Metode pull out ini bias dilaksanakan di luar jam pelajaran ada pula yang

dilakukan bersamaan dengan jam pelajaran. Tutor sebaya juga merupakan

metode yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup

membantu siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang

pandai karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan.

Ibu Sri Saptaningsih juga memberikan penjelasan bahwa media yang

dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya sama, hanya

untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan lebih konkret,

konsep materi harus jelas, dan ABK tuna netra dapat merasakan, mengalaminya

secara langsung. Contohnya adalah konsep mengenai panas, maka siswa tuna

netra dikenalkan langsung dengan panas yaitu dengan cara tangannya

didekatkan pada lilin yang menyala. Dengan cara tersebut maka ABK tuna netra

lebih memahami konsep panas. Sedangkan untuk mata pelajaran yang biasa

menggunakan kemampuan hafalan, pihak sekolah meminjamkan mp4 yang berisi

rekaman materi. Pinjaman mp4 ini boleh dibawa pulang, sehingga ABK tuna

netra ini dapat tetap belajar mandiri di rumah. Guru juga dituntut lebih kreatif

dalam membuat dan menggunakan media, agar ABK tuna netra dapat memahami

materi. Dalam menjelaskan materi pun guru harus memilih diksi yang mudah

dipahami oleh ABK tuna netra ,selain itu agar mereka dapat membayangkan apa

yang dijelaskan gurunya. Untuk menunjang kreativitas guru maka diadakan

training penulisan huruf Braille bagi guru-guru di SMK Negeri 8 Surakarta,

sehingga saat ini para guru sudah memahami dan mampu menulis huruf Braille

walaupun belum terlalu mumpuni.

Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah

lainnya, yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada

kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK kemudian

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -10

Page 11: Tugasii pend.inklusi tunanetra

mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang membacakan

soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan soal dan menulis

jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang bertuliskan huruf

Braille itu ditransfer dalam huruf alphabet. Jawaban siswa tuna netra yang

menggunakan huruf Braille itu sebagai bukti otentik bahwa siswa tuna netra

mengerjakan sendiri soal tesnya. Akan tetapi kenyataanya, yang menulis jawaban

adalah guru yang membacakan soal, jawabannya murni dari siswa tuna netra. Hal

ini sering terjadi karena mengerjakan soal tes secara ideal dilakukan oleh siswa

tuna netra membutuhkan waktu lama, sehingga pihak sekolah mengijinkan guru

yang menulis jawabannya. Selain itu untuk seluruh siswa ABK diberikan

tambahan waktu dalam mengerjakan soal tes mengingat keterbatasan yang

mereka miliki.

Di SMK Negeri 8 Surakarta tidak ada guru pendamping khusus (GPK).

Guru pendamping khusus (GPK) ini akan didatangkan ke SMK Negeri 8

Surakarta ketika ada kesulitan yang tidak dapat diatasi oleh pihak sekolah. GPK

ini biasanya didatangkan dari YKAB Surakarta.

Walaupun siswa tuna netra mempunyai keterbatasan, akan tetapi

keterbatasan ini tidak menghalangi semangat mereka untuk berprestasi bahkan

dalam olimpiade dan tetap semangat untuk melanjutkan sekolah. Contohnya

adalah siswa SMK Negeri 8 Surakarta, Maryatun yang melanjutkan sekolah ke

jenjang yang lebih tinggi, saat ini Maryatun sedang melanjutkan studinya di ISI

Solo. Kebanyakan dari lulusan SMK Negeri 8 Surakarta yang ABK memilih

untuk melanjutkan di ISI. Karena pada dasarnya mereka berasal dari SMK.

Bagi siswa ABK setiap hari senin – jumat mereka selalu mengunjungi

ruangan BK, karena pada hari-hari itu mereka harus berkoordinasi, lapor dan

lain-lain. Terkadang mereka juga menitipkan barang-barang mereka di ruang BK

seperti menitipkan kursi roda atau yang lainnya. Guru BK di SMK Negeri 8

Surakarta mempunyai peranan penting terhadap ABK, karena Guru BK yang

sering berkordinasi dengan wali murid ABK mengenai hal-hal yang dapat

menunjang kebaikan bagi ABK.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -11

Page 12: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Menurut penuturan Ibu Sri Saptaningsih di SMK Negeri 8 Surakarta

terdapat 11 siswa ABK, dengan rincian tuna netra 5 siswa (1 siswa kelas XII, 2

siswa kelas XI, dan 2 siswa kelas X), Tuna Daksa 1 siswa kelas XII, Low

Vission 2 siswa (1 siswa kelas XI dan I siswa kelas X), autis 1 siswa kelas XI,

kurang pendengaran 1 siswa kelas X, dan amputasi lengan kanan kelas XII.

b. Dengan Siswi Tuna Netra

Nama : Tri Rizki Wahyu Djari

Kelas : XII

Jurusan : Musik

Alamat : Vila Payung Indah A no.38, Pundakpayung,Semarang

Hambatan : Buta total

Siswi tuna netra yang kami wawancarai ini biasa dipanggil Rizki.

Rizki sebenarnya berasal dari Jayapura, akan tetapi sejak 3 tahun yang lalu

pindah ke Semarang. Sebelumnya Rizki tinggal di asrama YKAB Surakarta,

akan tetapi sejak memasuki kelas XII ia pindah dan lebih memilih kos di

dekat sekolahnya SMK Negeri 8 Surakarta karena mendekati Ujian Nasional.

Ibu Kosnya mengantarnya ke sekolah ketika ia akan berangkat ke sekolah.

Kebutaan yang dialami Rizki tidak diperoleh sejak lahir. Awalnya ia

adalah yang normal, akan tetapi semuanya berubah ketika tahun 2005 ia

mengidap penyakit hipertiroid yaitu saat ia duduk di bangku sekolah

menengah pertama (SMP). Penyakit hipertiroid ini kemudian menyerang saraf

matanya sehingga ia menjadi buta di tahun 2008. Sampai saat ini Rizki masih

mengkonsumsi obat untuk hopertiroid, jika penyakitnya sembuh maka Rizki

akan bisa melihat lagi. Terkadang saat penyakitnya ini sedikit membaik, ia

dapat melihat bayangan. Akan tetapi ketika ia sedang mengalami stree maka

tenggorokannya terasa sangat sakit sekali, “seperti dicekik orang” ujar Rizki

ketika kami wawancarai. Bagi Rizki yang mengalami kebutaan, tidur

merupakan hiburan yang cukup menyenangkan untuk dirinya.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -12

Page 13: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Walaupun Rizki mengalami keterbatasan, Rizki mempunyai kelebihan, di

antaranya ia lancar berbahasa Inggris dan menurutnya bahasa Inggris itu lebih

mudah daripada Bahasa Jawa, selain itu ia tetap memiliki cita-cita yang tinggi.

Awalnya ia ingin menjadi pemusik, akan tetapi karena pariturenya susah,

Rizki lebih memilih menjadi Guru. Saat ini Rizki sedang mengurus

pendaftaran SNMPTN di UNNES dengan pilihan Pendidikan dan Sastra

Inggris, dan di UNS ia memilih PLB dan PGSD.

2.4 PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI TUNANETRA

Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

tidak dapat melihat (KBBI, 1989:p.971) dan menurut literatur berbahasa Inggris

visually handicapped atau visual impaired. Pada umumnya orang mengira bahwa

tunanetra identik dengan buta, padahal tidaklah demikian karena tunanetra dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori.

Anak yang mengalami gangguan penglihatan dapat didefinisikan sebagai

anak yang rusak penglihatannya yang walaupun dibantu dengan perbaikan, masih

mempunyai pengaruh yang merugikan bagi anak yang yang bersangkutan (Scholl,

1986:p.29). Pengertian ini mencakup anak yang masih memiliki sisa penglihatan dan

yang buta.

Dengan demikian, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera

penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan

sehari-hari seperti orang awas.

Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain :

Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang

didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu :

1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman penglihatan.

2. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-

kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -13

Page 14: Tugasii pend.inklusi tunanetra

3. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki

kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap

proses perkembangan pribadi.

4. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala

kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.

5. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-

latihan penyesuaian diri.

6. Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan)

Klasifikasi anak tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan,

yaitu :

1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki

hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti

program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang

menggunakan fungsi penglihatan.

2. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan

sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar

mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang

bercetak tebal.

3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat

melihat.

Menurut WHO, klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan klinis, yaitu :

1. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau

memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

2. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai

dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

Menurut Hathaway, klasifikasi didasarkan dari segi pendidikan, yaitu :

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -14

Page 15: Tugasii pend.inklusi tunanetra

1. Anak yang memiliki ketajaman penglihatan 20/70 atau kurang setelah

memperoleh pelayanan medik.

2. Anak yang mempunyai penyimpangan penglihatan dari yang normal dan

menurut ahli mata dapat bermanfaat dengan menyediakan atau memberikan

fasilitas pendidikan yang khusus.

Kirk (1962:p.214) mengutip klasifikasi ketunanetraan, yaitu :

1. Anak yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai dengan

2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di depan

wajahnya.

2. Anak yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia tidak

dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.

3. Anak yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang

memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat

membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.

4. Anak yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang

memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia tidak

dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang lebih kecil.

5. Anak yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan 20/200

atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak ini tidak dapat

membaca huruf 10 point.

Menurut Howard dan Orlansky, klasifikasi didasarkan pada kelainan-

kelainan yang terjadi pada mata, yaitu :

Kelainan ini disebabkan karena adanya kesalahan pembiasan pada

mata. Hal ini terjadi bila cahaya tidak terfokus sehingga tidak jatuh pada

retina. Peristiwa ini dapat diperbaiki dengan memberikan lensa atau lensa

kontak. Kelainan-kelainan itu, antara lain :

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -15

Page 16: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di

belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan.

Untuk membantu proses penglihatan pada penderita Myopia digunakan

kacamata koreksi dengan lensa negatif.

Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh

di depan retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk

membantu proses penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata

koreksi dengan lensa positif.

Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan

karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola

mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak

terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada

penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris.

2.5 FAKTOR PENYEBAB KETUNANETRAAN

Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:

1. Pre-natal

Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya

dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan,

antara lain:

a. Keturunan

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil

perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang

tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa,

penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit

demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama

biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan

periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.

b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -16

Page 17: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan

dapat disebabkan oleh:

Gangguan waktu ibu hamil.

Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu

selama pertumbuhan janin dalam kandungan.

Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar

air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem

susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.

Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor

dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau

pada bola mata itu sendiri.

Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata

sehingga hilangnya fungsi penglihatan.

2. Post-natal

Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau

setelah bayi lahir antara lain:

1. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan

alat-alat atau benda keras.

2. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil

gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir

mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.

3. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:

Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.

Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.

Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata

menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.

Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata,

sehingga tekanan pada bola mata meningkat.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -17

Page 18: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena

diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat

dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.

Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah

tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi

masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk

melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.

Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena

lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan

yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada

inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi

dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat

menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan

meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering

menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.

Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya

benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari

kendaraan, dll.

2.6 KARAKTERISTIK ANAK TUNANETRA

1. Fisik (Physical)

Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya

lainnya. Perbedaan nyata diantara mereka hanya terdapat pada organ

penglihatannya.

Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya :

Mata juling

Sering berkedip

Menyipitkan mata

(kelopak) mata merah

Mata infeksi

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -18

Page 19: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Gerakan mata tak beraturan dan cepat

Mata selalu berair (mengeluarkan air mata)

Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata.

2. Perilaku (Behavior)

Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam

mengenal anak yang mengalami gangguan penglihatan secara dini :

Menggosok mata secara berlebihan.

Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau

mencondongkan kepala ke depan.

Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat

memerlukan penggunaan mata.

Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila

mengerjakan suatu pekerjaan.

Membawa bukunya ke dekat mata.

Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.

Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.

Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang

memerlukan penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.

Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.

Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan

penglihatan jarak jauh.

Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti :

Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.

Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.

Merasa pusing atau sakit kepala.

Kabur atau penglihatan ganda.

3. Psikis

Secara psikis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Mental/intelektual

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -19

Page 20: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh

dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas

atas sampai batas bawah, jadi ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan

ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni memiliki

kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga punya

emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa,

gelisah, bahagia dan sebagainya.

b. Sosial

Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan

ibu, ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang

kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima kehadiran

anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara keluarga.

Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan orang

lain terhadap dirinya.

Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan

timbulnya beberapa masalah antara lain:

1. Curiga terhadap orang lain

2. Perasaan mudah tersinggung

3. Ketergantungan yang berlebihan

5. Low Vision

Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:

1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat.

2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.

3. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian

bening di depan mata) terlihat berkabut.

4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.

5. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau

saat mencoba melihat sesuatu.

6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -20

Page 21: Tugasii pend.inklusi tunanetra

7. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal

tetapi masih tidak dapat melihat dengan jelas.

2.7 STRATEGI BELAJAR

Permasalahan strategi pembelajaran dalam pendidikan anak tunanetra

didasarkan pada dua pemikiran, yaitu :

1)      Upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kondisi anak (di

satu sisi).

2)      Upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi,

untuk mengimbangi kelemahan yang disebabkan hilangnya fungsi penglihatan

(di sisi lain).

Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan, antara lain :

1) Prinsip Individual

Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun

(PLB maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya

perbedaan-perbedaan individu. Dalam pendidikan tunanetra, dimensi

perbedaan individu itu sendiri menjadi lebih luas dan kompleks. Di samping

adanya perbedaan-perbedaan umum seperti usia, kemampuan mental, fisik,

kesehatan, sosial, dan budaya, anak tunanetra menunjukkan sejumlah

perbedaan khusus yang terkait dengan ketunanetraannya (tingkat

ketunanetraan, masa terjadinya kecacatan, sebab-sebab ketunanetraan,

dampak sosial-psikologis akibat kecacatan, dll). Secara umum, harus ada

beberapa perbedaan layanan pendidikan antara anak low vision dengan anak

yang buta total. Prinsip layanan individu ini lebih jauh mengisyaratkan

perlunya guru untuk merancang strategi pembelajaran yang sesuai dengan

keadaan anak. Inilah alasan dasar terhadap perlunya (Individual Education

Program – IEP).

2) Prinsip kekonkritan/pengalaman Penginderaan

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -21

Page 22: Tugasii pend.inklusi tunanetra

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan

anak tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang

dipelajarinya. Dalam bahasa Bower (1986) disebut sebagai pengalaman

penginderaan langsung. Anak tunanetra tidak dapat belajar melalui

pengamatan visual yang memiliki dimensi jarak, bunga yang sedang mekar,

pesawat yang sedang terbang, atau seekor semut yang sedang mengangkut

makanan. Strategi pembelajaran harus memungkinkan adanya akses langsung

terhadap objek, atau situasi. Anak tunanetra harus dibimbing untuk meraba,

mendengar, mencium, mengecap, mengalami situasi secara langsung dan juga

melihat bagi anak low vision. Prinsip ini sangat erat kaitannya dengan

komponen alat/media dan lingkungan pembelajaran. Untuk memenuhi prinsip

kekonkritan, perlu tersedia alat atau media pembelajaran yang mendukung

dan relevan. Pembahasan mengenai alat pembelajaran akan disampaikan pada

bagian khusus.

3) Prinsip Totalitas

Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan

siswa untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat

terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman

penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep. Dalam

bahasa Bower (1986) gagasan ini disebut sebagai multi sensory approach,

yaitupenggunaan semua alat indera yang masih berfungsi secara menyeluruh

mengenai suatu objek. Untuk mendapatkan gambaran mengenai burung, anak

tunanetra harus melibatkan perabaan untuk mengenai ukuran bentuk, sifat

permukaan, kehangatan. Dia juga harus memanfaatkan pendengarannya untuk

mengenali suara burung dan bahkan mungkin juga penciumannya agar

mengenali bau khas burung. Pengalaman anak mengenai burung akan menjadi

lebih luas dan menyeluruh dibandingkan dengan anak yang hanya

menggunakan satu inderanya dalam mengamati burung tersebut. Hilangnya

penglihatan pada anak tunanetra menyebabkan dirinya menjadi sulit untuk

mendapatkan gambaran yang utuh/menyeluruh mengenai objek-objek yang

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -22

Page 23: Tugasii pend.inklusi tunanetra

tidak bisa diamati secara seretak (suatu situasi atau benda berukuran besar).

Oleh sebab itu, perabaan dengan beberapa tekhnik penggunaannya menjadi

sangatlah penting.

4) Prinsip Aktivitas Mandiri (Selfactivity)

Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak

tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan

menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu memudahkan

siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya untuk

belajar. Prinsip ini pun mengisyaratkan bahwa strategi pembelajaran harus

memungkinkan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan mendengar dan

mencatat. Keharusan ini memiliki implikasi terhadap perlunya siswa

mengetahui, menguasai, dan menjalani proses dalam memperoleh fakta atau

konsep. Isi pelajaran (fakta, konsep) adalah penting bagi anak, tetapi akan

lebih penting lagi bila anak menguasai dan mengalami guna mendapatkan isi

pelajaran tersebut.

2.8 HAMBATAN PELAKSAAN PENDIDIKAN ANAK TUNANETRA

Pada umumnya anak tunanetra mengalami berbagai

hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya

beberapa masalah antara lain:

1.  Curiga terhadap orang lain

Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra

kurang mampu berorientasi dengan llingkungan, sehingga

kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang

berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang

lain.

Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan

kemampuan bergerak dan berbuat, maka latihan-latihan orientasi

dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan

membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan

rasa percaya diri.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -23

Page 24: Tugasii pend.inklusi tunanetra

2. Perasaan mudah tersinggung

Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh

terbatasnya rangsangan visual yang diterima. Pengalaman sehari-

hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang

tunanetra yang emosional.

3.  Ketergantungan yang berlebihan

Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi

kesulitan diri sendiri, cenderung mengharapkan pertolongan orang

lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong diri

sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana

seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dibiasakan dilakukan

sendiri sejak kecil.

Kebanyakan anak tunanetra memang cenderung memiliki

berbagai masalah baik yang berhubungan dengan masalah

pendidikan, sosial, emosi, kesehatan, pengisian waktu luang,

maupun pekerjaan. Permasalahan tersebut perlu diantisipasi

dengan memberikan layanan pendidikan, arahan, bimbingan,

latihan dan kesempatan yang luas bagi anak tunanetra sehingga

permasalah yang timbul dalam berbagai aspek dapat ditanggulangi

sedini mungkin. Sedangkan pada tahapan sensori motorik,

hambatan sosial yang dialami anak tunanetra secara langsung akan

menghambat kemampuannya dalam pengamatan dan

penginderaan terhadap dunia sekitarnya. Namun secara umum

anak tunanetra cenderung memiliki daya ingat yang tinggi tapi

rendah dalam penguasaan konsep dan memiliki indera

pendengaran yang sangat tajam.

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -24

Page 25: Tugasii pend.inklusi tunanetra

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Tunanetra adalah seseorang yang memiliki Hambatan dalam penglihatan atau

tidak berfungsinya indera penglihatan.

2. Faktor penyebab ketunanetraan antara lain pre-natal (saat dalam kandungan)

dan post-natal (saat bayi dan setelahnya)

3. kurikulum antara anak tidak berkebutuhan khusus (ATBK) dan

anakberkebutuhan khusus (ABK), hanya ada modifikasi.

4. Dari segi metode pembelajaran ada sedikit perbedaan yaitu adanya metode

pull out pada waktu-waktu tertentu. Tutor sebaya juga merupakan metode

yang digunakan di SMK Negeri 8 Surakarta, karena hal ini cukup membantu

siswa ABK yang mengalami kesusahan. Contohnya : siswa yang pandai

karawitan mengajari siswa tuna netra belajar karawitan.

5. Media yang dipergunakan bagi ATBK dengan ABK tunanetra pada intinya

sama, hanya untuk anak ABK tuna netra media yang digunakan diusahakan

lebih konkret, konsep materi harus jelas, dan ABK tuna netra dapat

merasakan, mengalaminya secara langsung. Contohnya adalah konsep

mengenai panas, maka siswa tuna netra dikenalkan langsung dengan panas

yaitu dengan cara tangannya didekatkan pada lilin yang menyala.

6. Model tes di SMK Negeri 8 Surakarta sama seperti sekolah-sekolah lainnya,

yaitu tes dilakukan secara bersama-sama di dalam kelas. Akan tetapi ada

kekhususan bagi seluruh anak ABK, mereka dikumpulkan di ruang BK

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -25

Page 26: Tugasii pend.inklusi tunanetra

kemudian mengerjakan tes di ruang BK. Bagi siswa tuna netra ada guru yang

membacakan soalnya. Idealnya siswa tuna netra itu kemudian mengerjakan

soal dan menulis jawabannya dalam huruf Braille, kemudian jawaban yang

bertuliskan huruf Braille itu ditransfer dalam huruf alphabet

DAFTAR PUSTAKA

http://autisme.or.id/sekolah/sekolah-inklusi

http://sepucuktunasbangsa.blogspot.com/2011/01/kurikulum-dan-pendidikan-

inklusif-bagi.html

http://trimurjoko.com

http://id.wikipedia.org/wiki/SMK_Negeri_8_Surakarta

http://www.smkn8solo.net/new/index.php

http://repository.upi.edu/operator/.../s_plb_054949_chapter2.pdf

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -26

Page 27: Tugasii pend.inklusi tunanetra

LAMPIRAN

Foto bersama Ibu Bimbingan konseling dan salah satu siswi tunanetra

Tugas 2 Pendidikan Inklusi -27