Click here to load reader
Upload
azmi-sanjaya
View
461
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
qewqwrw
Citation preview
Suhu badan normal manusia (axila) adalah 36.5-37.2 derajat celsius. jika
suhu badan anda >37.2 celsius tapi <38 derajat celsius dikatakan subfebris
(mendekati febris, febris adalah demam).
Subfebris adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan "badan
anget". Biasanya memakai batas 37.8-38,3 derajat Celcius. Diatas 38,3
disebut febris. Jika anda merasa badan anda meriang, anget-anget selama
suhu dibawah 38, inilah yg disebut subfebris.
Pyrexia pengertian sederhana yaitu terjadinya peningkatan dari temperatur
tubuh (dimana kemungkinan atau tidak disebabkan oleh penyakit).
Suhu tubuh naik:
1. Pyrexia (demam) adalah terjadinya kenaikan suhu badan diatas normal
2. Hiperpirexia adalah demam yang tinggi biasanya diatas 41° C
3. Pyrexia terjadi dengan berbagai cara biasanya tergantung pada proses
penyakit terbagi dalam:
a. Febris intermitten yaitu demam badan selang-seling (suhu badan normal
atau abnormal
b. Febris remitten yaitu bila suhu badan turun naik beberapa derajat diatas
normal tetapi tidak mencapai titik normal selama naik tersebut
c. Febris continuous yaitu demam terjadi terus menerus dan hanya sedikit
turunnya. Jika suhu turun mendadak disebut krisis.
Discharge adalah substansi yang dikeluarkan oleh tubuh, dapat merupakan
suatu proses normal (fisiologis), dapat pula karena penyakit(patologis).
Discharge dapat berbentuk :
Serous: Berupa cairan jernih seperti air, biasanya mengandung enzim-enzim.
Contohnya: Discharge yang keluar dari kelenjar pancreas, pleura dan
kelenjar air mata.
Mukous: Berupa lendir kental yang dikeluarkan membrana mukosa yang
mengandung mucin, berbagai garam anorganik, dan epitel-epitel yang lepas
atau lekosit.
Keluarnya discharge mucous dapat berlebihan pada keadaan tertentu,
misalnya: rangsangan pedas, asam, dan lezat pada kelenjar ludah,
rangsangan asam pada getah lambung, dan rangsangan seksual pada
genitalia. Discharge mucous itu dikeluarkan oleh semua membrana mukosa,
baik mulut, hidung, tenggorok, lambung, traktus urogenital.
Purulen: Merupakan cairan yang keluar akibat inflamasi/radang yang
mengandung pus/nanah. Biasanya merupakan akibat dari infeksi kuman
pembentuk pus yaitu staphylococcus, streptococcus, pneumococcus,
gonococcus. Mukopurulen kental seperti gel (mukus).
Seropurulen cair, encer (serous).
Bone resorpsion: Resorpsi adalah proses asimilasi atau pemecahan. Pada
tulang, resorpsi mengacu pada pemecahan tulang oleh osteoklas yang
mengakibatkan pelepasan kalsium dan fosfat (mineral tulang) ke dalam
darah.
Bone sclerosis: Sclerosis adalah "peningkatan yang abnormal pada
kepadatan dan pengerasan tulang." Ketika pasien dengan osteoarthritis atau
osteoma terluka, tulang akan padat dan menebal, sehingga kepadatan tulang
meningkat.
Sequestrum adalah tulang yang sudah mati dan terlihat makroskopis.
Biasanya tulang mati ini sudah terpisah atau dalam proses memisahkan diri
dari tulang lainnya.
Involucrum adalah tulang baru yang terbentuk sekitar osteomyelitis akibat
stimulasi periosteum.
Angulasi adalah penyimpangan dari suatuu garis lurus, seperti pada tulang
yang sususannya jelek. Angulasi adalah fraktur dengan fragmen membentuk
sudut satu sama lain, penyebabnnya adalah gaya langsung atau lateral, yang
menyebabkan patahan dan hilangnya posisi anatomis. Trauma angulasi akan
menimbulkan fraktur tipe tranversal atau oblik pendek.
Angulasi tibia dan fibula (varus).
Beberapa penyebab demam adalah:
1. proses infeksi: virus, bakteri, jamur, parasit. Demam tinggi tiba-tiba disertai badan
pegal-pegal, sakit kepala biasanya disebabkan infeksi virus (sifatnya self limited
disease, cukup dengan bedrest kecuali beberapa virus khusus yg butuh penanganan
serius contoh demam berdarah, campak, dll).
Demam tinggi bertahap, naik pelan-pelan sering karena infeksi bakteri (pastikan
benar karena infeksi bakteri dengan dokter agar pemberian antibiotik benar-benar
tepat, bukan seperti skrg pemberian antibiotik yg sdh semakin umum dan bebas).
2. dehidrasi: seperti pada kasus muntaber ketika terjadi ketidakseimbangan cairan
yang masuk ke tubuh dan cairan keluar. penanganan demam karena penyebab ini,
optimalisasi pemberian cairan elektrolit (ion-ion tubuh)
3. penyakit autoimun : ketika antibodi tubuh kita menyerang sendiri sistem
pertahanan tubuh kita, sehingga terjadi pertempuran dengan "saudara sendiri".
sistem imum memanggil sel-sel radang, mediator peradangan sehingga muncul
gejala demam. contoh penyakit kawasaki disease, AIHA (auto-immune hemolytic
anemia), SLE (sistemik lupus eritematosus), juvenile idiopatik arthritis).
penyebabnya sampai skrg msh blm diketahui.
4. Keganasan (neoplasma) : demam yang memanjang (prolonged fever) lebih dari 14
hari atau sebulan, waspadai ada gejala keganasan, kasus sering pada anak keganasan
sel-sel darah putih (leukemia) tentunya harus diperkuat dengan pemeriksaan
penunjang.
Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang
sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari
mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak
berdasarkan suatu infeksi.
Pirogen merupakan substansi/zat yang dapat menyebabkan demam. Dapat
berasal dari luar(eksogen) atau dari dalam (endogen).
Penyebab eksogen demam antara lain bakteri, jamur, virus dan produk-
produk yang dihasilkan oleh agen-agen tersebut (misalendotoksin).
Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari
luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu
pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan
oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen
yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari
pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.
Penyebab nyeri tungkai
Nyeri tungkai juga sering terjadi karena cedera/trauma pada tungkai, yang
mungkin adalah cedera akut atau cedera karena overuse yang terbentuk
setelah beberapa waktu. Contoh cedera yang dapat menyebabkan nyeri
tungkai termasuk otot tegang, tulang kering splints, retak growth plate dan
patah tulang. Patah tulang menyebabkan nyeri akut yang mungkin cukup
parah. Infeksi pada kapsul sendi, tulang tungkai atau jaringan lain pada
tungkai dapat menyebabkan nyeri tungkai. Infeksi pada tulang disebut
osteomyelitis, dan dapat menjadi kondisi yang serius. Infeksi yang
mempengaruhi tulang dpt menyebar ke tulang dari jaringan di sekelilingnya
atau darah. Infeksi tulang jg dpt terjadi krn komplikasi operasi.
Infeksi dapat terjadi secara :
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan operasi pada
tulang.
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya.
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan secara
hematogen, bisa secara penyebaran dari fokus yang berdekatan dengan
infeksi, atau karena luka penetrasi. Trauma, iskemia, dan benda asing
meningkatkan kerentanan tulang akan terjadinya invasi mikroba pada lokasi
yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat bakteri dan menghambat
pertahanan host. Fagosit mencoba untuk menangani infeksi dan, dalam
prosesnya, enzim dilepaskan sehingga melisiskan tulang. Bakteri melarikan
diri dari pertahanan host dengan menempel kuat pada tulang yang rusak,
dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan melapisi tubuh
dan lapisan yang mendasari tubuh mereka sendiri dengan pelindung biofilm
yang kaya polisakarida.
Nanah menyebar ke dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan
intraosseous dan mempengaruhi aliran darah. Disebabkan infeksi yang tidak
diobati sehingga menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang menghasilkan
pemisahan fragmen devaskularisasi yang besar (sequester). Ketika nanah
menembus korteks, subperiosteal atau membentuk abses pada jaringan
lunak, dan peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru
(involucrum) sekitar sequester.
Infeksi pada tulang dapat terjadi dengan dua mekanisme yaitu melalui aliran
darah tulang dan melalui inokulasi langsung dari jaringan sekitar.
Infeksi melalui penyebaran darah terjadi disebabkan adanya bibit bakteri
pada aliran darah, keadaan ini ditandai dengan infeksi akut pada tulang yang
berasal dari bakteri yang berasal dari fokus infeks primer yang letaknya jauh
dari tulang yang mengalami peradangan. Lokasi yang paling sering terkena
adalah metaphyse yang bervaskularisasi tinggi dan dalam masa
perkembangan yang cepat. Perlambatan aliran darah yang terjadi pada
metaphyse distal menyebabkan mudahnya terjadi thrombosis dan dapat
menjadi tempat bertumbuhnya bakteri.
Infeksi yang terjadi akibat inokulasi langsung dari jaringan sekitar terjadi
akibat kontak langsung dari jaringan tulang dan bakteri akibat trauma atau
post operasi. Mekanisme ini dapat terjadi oleh karena: inokulasi bakteri
langsung akibat cedera tulang terbuka, bakteri yang berasal dari jaringan
sekitar tulang yang mengalami infeksi, atau sepsis setelah prosedur operasi.
Setelah infeksi terjadi pada daerah metafisis, terbentuk nanah di bawah
periosteum dan periosteum akan terangkat. Nanah yang terbentuk juga
mengakibatkan keluarnya discharge seropurulen pada sinus yang terbentuk.
Terangkatnya periosteum memperlihatkan gambaran periosteum yang
menebal pada hasil plain foto pasien. Selain itu juga karena terbentuk
jaringan granulasi pada periosteum dan lapisan tebal (kalus) di sekitar lokasi
fraktur. Pembuluh darah akan mengalami trombosis, dan trombosis septik ini
akan dapat mengakibatkan septikhemi atau piemi. Oleh karena perubahan
sekunder, adanya trombus pada pembuluh darah yang mengakibatkan
terganggunya aliran darah, maka tulang akan mengalami nekrosis.
Tulang nekrotik ini kemudian akan terpisah dari tulang yang sehat oleh kerja
osteoklas, membentuk sequester, yang didapatkan pada hasil plain foto
pasien. Bilamana masa akut penyakit telah lewat, maka osteoblas yang
berasal dari periosteum akan membentuk tulang baru di sekitar sequester dan
disebut involucrum. Involucrum mempunyai lubang disebut cloaca, kadang-
kadang sequester dapat keluar melalui lubang itu. Cloaca inilah yang diduga
menyebabkan gejala sinus hilang timbul pada pasien. Jadi, tubuh hanya
dapat menutupi tulang yang nekrotik itu dengan tulang baru tanpa dapat
mengabsorpsinya. Juga pada sumsum tulang ditempatkan tulang baru
sehingga densitas tulang bertambah dan terjadi sclerosis tulang, yang juga
ada pada hasil plain foto pasien. Proses neoosteogenesis ini menimbulkan
gambaran Garre’s sclerosing osteomyelitis.
—-Pada awalnya terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi
hyperemia dan oedem. Karena tulang bukan jaringan yang dapat berekspansi
maka tekanan dalam tulang ini menyebabka nyeri local yang hebat. Infeksi
dapat pecah ke ruang subperioeteum kemudian menembus subkutis dan
menyebar menjadi selulitis atau menjalar ke rongga subperiosteum ke
diafisis. Penjalaran subperiosteal kea rah diafisis akan merusak pembuluh
darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut
sekuester.
—-Pada tahap lanjut, periosteum akan membentuk tulang baru yang disebut
involukrum yang akan membungkus tulang yang mati dan menutup tempat
peradangan. Bila pembentukan tulang baru berlanjut, tempat tersebut
menjasi sklerotik, disebut Garres scleroting osteomyelitis.
Dengan adanya gejala-gejala seperti pyrexia, rubor, dan dolor mengarahkan
hipotesis ke arah infeksi bakteri piogenik. Hipotesis ini diperkuat dengan adanya
riwayat fraktur terbuka dua tahun yang lalu. Kemungkinan pasien terkontaminasi
kuman terjadi ketika terjadi fraktur terbuka yang mungkin tidak ditangani secara
steril oleh dukun tulang. Kuman dapat memasuki tulang melalui jalur hematogen,
penularan langsung dari tempat infeksi, atau melalui luka tusuk (Harrison, 1999).
Fagosit berusaha mengatasi infeksi dan dalam prosesnya akan melepaskan enzim
yang melisiskan tulang. Selain itu, fagosit juga akan melepaskan zat-zat seperti
bradikinin, histamin, dan sebagainya yang akan menimbulkan manifestasi seperti
pyrexia, rubor, dan dolor. Selain itu, naiknya tekanan dalam tulang juga akan
menimbulkan rasa nyeri. Pus yang terbentuk menyebar ke dalam saluran pembuluh
darah, meningkatkan tekanan dalam tulang dan mengganggu aliran darah, setelah itu
akan terbentuk sinus yang akan mengalirkan discharge seropurulen keluar dari
daerah infeksi, sinus ini akan membuka untuk mengalirkan discharge lalu menutup
kembali. Nekrosis tulang akibat iskemi menyebabkan pemisahan fragmen tulang
yang tidak mendapat vaskularisasi sehingga timbullah yang dinamakan dengan
skuester. Jika nanah menembus korteks, subperiosteum, atau jaringan lunak akan
membentuk abses dan periosteum yang terangkat mengendapkan tulang baru
(involukrum) disekitar skuestrum. Hal ini pula yang mengakibatkan terjadinya
gambaran penebalan periosteum.
Deformitas tulang yang terjadi dapat diakibatkan teknik penyambungan tulang yang
salah oleh dukun tulang sehingga pada akhirnya terjadi angulasi tibia dan fibula.
Bone resorpsion terjadi akibat reaksi inflamasi yang disebabkan oleh adanya fraktur
membuat pH darah menjadi asam sehingga kalsium larut dalam darah. Ekskoriasi
sekitar sinus terjadi akibat proses penyembuhan luka yang mengeluarkan zat-zat
tertentu yang dapat membuat rasa gatal sehingga terjadi luka garuk. Sklerosis sekitar
tulang terjadi akibat penambahan jaringan ikat pada angulasi tibia dan fibula.
Dari gejala awal, didapati nyeri, pyrexia (peningkatan suhu) dan
kemerahan, ini bisa sebagai salah satu petunjuk yang mengarah adanya
inflamasi, karena gejala-gejala inflamasi antara lain kalor (panas, suhu
meningkat dari suhu normal), rubor (berwarna kemerahan), tumor (ada
pembengkakakan), dolor (adanya nyeri) dan function lessa (luka).
Kemudian pada kulit pasien didapati sinus yang hilang timbul. Diartikan,
terdapat ruang kosong di bawah kulit yang menimbulkan cekungan yang
terlihat dari luar. Dan cekungan itu kadang terlihat namun kadang tidak. Hal
ini mungkin disebabkan adanya cloaca yang terdapat di involucrum dan
squestrum. Jadi kemungkinan patofisiologinya, pada saat jatuh 2,5 tahun
yang lalu itu, terdapat potongan tulang yang belum dibersihkan saat berobat
di dukun tulang. Potongan tulang ini merupakan tulang mati, karena sudah
tidak mendapat pasokan darah. Potongan tulang mati di sekitar tulang yang
masih sehat inilah yang disebut squestrum. Meskipun mati, squestrum ini,
sebagaimana tulang lain, memiliki periosteum (lapisan pelindung tulang).
Dimana priosteum ini merupakan salah satu tempat osteogenesis
(pembentukan tulang). Yang mana ada kemungkinan periosteum dari
squestrum ini masih aktif melakukan osteogenesis sehingga di sekitar
squestrum ini terdapat jaringan tulang baru yang disebut involucrum. Yang
kemudian juga terlihat di plain photo.
Di involucrum ini, terdapat suatu lubang yang disebut cloaca. Nah, dari
cloaca ini lah kemungkinan akan muncul pus. Munculnya pus ini
kemungkinan besar disebabkan adanya infeksi bakteri pada saat fraktur
dahulu, apalagi disebutkan frakturnya terbuka. Pus ini tidak terus menerus
keluar, system imun tubuh turut memegang peran penting di sini. Ketika
sistem imun tubuh lemah, tubuh tidak bisa melawan bakteri, sehingga
bakteri bisa menghasilkan pus yang dikeluarkan lewat cloaca, akibatnya
sinus tidak terlihat. Namun ketika sistem imun tubuh bagus, bisa melawan
bakteri dan pus tidak keluar dari cloaca, dan sinus tetap terlihat.
Pada pasien ditemukan angulasi tibia dan vibula (varus), ini mungkin
disebabkan penyembuhan yang kurang sempurna sehingga terjadi
deformitas. Adanya discharge seropurulen menunjukkan telah adanya infeksi
pada luka tersebut. Discharge yang seropurulen (jernih) menunjukkan kalau
bakteri yang menginfeksi adalah bakteri pyogenik. Karena jika bakteri non-
pyogenik, discharge-nya granulamatosa. Terus di sekitar tempat keluar
discharge terdapat ekskoriasi (pengelupasan kulit) kemungkinan disebabkan
discharge itu sendiri yang mengiritasi permukaan kulit, sehingga kulit
terkelupas. Dari hasil plain photo didapatkan penebalan periosteum, hal ini
dikarenakan tulang yang masih sehat terus melakukan osifikasi
intramembranosa, yaitu pembentukan tulang khususnya di daerah
periosteum. Itu sebabnya dari hasil photo plain tampak adanya penebalan
periosteum. Selain itu, juga terlihat adanya bone resorption. Hal ini
dikarenakan aktivitas osteoklas yang berlebihan. Jadi, karena adanya proses
inflamasi, sistem imun tubuh melepaskan makrofag, kemudian mediator-
mediator pengaktif osteoklas ikut dilepaskan. Osteoklas yang telah
diaktifkan kemudian meresorpsi tulang, sehingga kalsium dari tulang
berpindah ke darah. Adanya sclerosis (pengerasan) di sekitar tulang juga
disebabkan adanya proses osifikasi di periosteum, sehingga tampak
gambaran adanya sclerosis pada plain photo.
Adanya sequester dan involucrum seperti telah dijelaskan sebelumnya. Squester merupakan
potongan tulang mati pada saat fraktur 2 tahun lalu namun belum sempat dibersihkan.
Sedangkan involucrum adalah squestrum yang mengalami osifikasi intra membranosa,
sehingga sequester akan dikelilingi oleh involucrum.
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama dari tungkai bawah dan
terletak medial dari fibula atau tulang betis. Pada kondisi klinik, kedua
tulang ini dinamakan tulang cruris karena secara anatomis kedua tulang ini
pada beberapa keadaan seperti pada trauma yang mengenai tungkai bawah
kedua tulang ini sering mengalami fraktur. Pada kondisi trauma antomis dari
tulang tibia memungkinkan lebih sering terjadi fraktur terbuka dan disertai
kerusakan pada jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah)
sehingga memungkinkan terjadinya hubungan antara fragmen tulang yang
patah dengan udara luar.