Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL
DAN SARI BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn)
TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI
SKRIPSI
OLEH
DINAH LUTHFIYAH
51502021
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019
ii
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN
SARI BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn) TERHADAP
BAKTERI ESCHERICHIA COLI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat Sarjana
Farmasi (S.Farm)
Disusun Oleh :
DINAH LUTHFIYAH
51502021
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH
PALEMBANG
2019
iii
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SITI KHADIJAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SKRIPSI, AGUSTUS 2019
Dinah Luthfiyah
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Sari Murni Bawang Putih
(Allium sativum Linn) Terhadap Bakteri Escherichia coli
V + 62 Halaman + 12 Tabel + 3 Bagan + 2 Gambar + 4 Lampiran
ABSTRAK
Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam, yang salah
satu penyebabnya yaitu penularan dari bakteri Escherichia coli. Tingginya
kejadian diare di Indonesia maupun di Asia disebabkan oleh adanya resistensi
Escherichia coli terhadap berbagai antibiotik, sehingga peneliti berusaha untuk
mencari alternatif pengobatan dengan menggunakan tanaman herbal, salah
satunya adalah potensi Bawang Putih. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
etanol dan sari murni bawang putih terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan dengan metode difusi cakram
(KBM) dan dilusi cair (KHM). Ekstrak etanol dan sari murni bawang putih dibagi
menjadi 5 seri konsentrasi yaitu 30%, 45%, 60%, ciprofloxacin sebagai kontrol
positif dan aqua destilata sebagai kontrol negatif. Berdasarkan uji dilusi cair
diperoleh kadar hambat pada konsentrasi 45% baik itu ekstrak etanol bawang
putih maupun sari murni bawang putih. sedangkan pada uji difusi cakram
diperoleh kadar bunuh pada konsentrasi 30% dengan diameter 12,6mm pada
ekstrak etanol bawang putih sedangkan pada sari murni bawang putih diperoleh
kadar bunuh minimum pada konsentrasi 30% sebesar 8,3mm. Bawang putih dapat
membunuh bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 60%. Dari hasil penelitian
didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol dan sari murni bawang putih (Allium
sativum Linn) mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri
Escherichia coli.
Kata kunci: Bawang Putih (Allium sativum Linn), Escherichia coli,
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM).
iv
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
SITI KHADIJAH PALEMBANG
S1 PHARMACY STUDY PROGRAM
Thesis, AUGUST 2019
Dinah Luthfiyah
Antibacterial Activity Test of Ethanol Extract and Pure Garlic Extract
(Allium sativum Linn) Toward Bactery Escherichia coli
V + 62 Pages + 12 Tables + 3 Charts + 2 Images + 4 Appendices
ABSTRACT
Diarrhea is a bowel movement with a more fluid consistency than usual, with a
frequency of three or more times in a 24-hour period, one of which is the
transmission of Escherichia coli bacteria. The high incidence of diarrhea in
Indonesia and in Asia is caused by Escherichia coli resistance to various
antibiotics, so researchers are trying to find alternative treatments using herbal
plants, one of which is the potential of Garlic. The purpose of this study was to
determine the antibacterial activity of ethanol extract and pure garlic extract
against Escherichia coli bacteria. This research is an experimental study carried
out by the method of disk diffusion and liquid dilution. Ethanol extract and pure
garlic extract were divided into 5 series of concentrations namely 30%, 45%,
60%, ciprofloxacin as a positive control and aqua destilata as a negative control.
Based on the liquid dilution test obtained inhibitory levels at a concentration of
45% both ethanol extract of garlic and pure garlic extract. while the disk diffusion
test obtained kill concentration at a concentration of 30% with a diameter of 12.6
mm in ethanol extract of garlic while in pure garlic extract obtained a minimum
kill rate at a concentration of 30% of 8.3 mm. From the results of the study
concluded that the ethanol extract and pure extract of garlic (Allium sativum
Linn) can inhibit and kill the growth of Escherichia coli bacteria.
Keywords: Garlic (Allium sativum Linn), Escherichia coli. Minimum
Inhibitory Concentration, Minimum Kill rate Concentration
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Identitas
Nama : Dinah Luthfiyah
NIM : 51502021
Tempat/ Tanggal Lahir : Palembang, 11 Mei 1998
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Abdurrachman, S.E
Nama Ibu : Ns. Noviana, S.Kep.,M.Kes
Jumlah Saudara : 2 (Dua)
Anak Ke : 1 (Satu) dari 3 bersaudara
Alamat : Jl. Letkol H.M Effendi No.37 Rt/Rw
37/007 kel. kalidoni Palembang
2. Riwayat Pendidikan
- Tahun 2002-2003 : TK Aisyiyah Palembang
- Tahun 2003-2004 : SD IT Al-Furqon Palembang
- Tahun 2004-2009 : SD IT Izzuddin Palembang
- Tahun 2009-2012 : SMP Pusri Palembang
- Tahun 2012-2015 : SMK Negeri 6 Palembang
- Tahun 2015 sampai sekarang Mahasiswa STIK Siti Khadijah
Palembang Program Studi S1 Farmasi
ix
KATA PENGANTAR
حْمنِ يمِ الرَّ ح ب سْمِ الل ِ الرَّ
Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadiat Allah SWT karena berkat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul "Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum Linn.) dan Sari Bawang Putih
(Allium sativum Linn.) Terhadap Bakteri Escherichia coli".
Skripsi ini merupakan tugas akhir dan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi Program Studi S1 Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.
Tak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih kepada Kedua Orang Tua dan
saudara-saudara yang selalu mendoakan, memberikan perhatian, semangat dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Selain itu penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Dr. dr. H. Ibrahim Edy Sapada, M.Kes selaku Ketua STIK Siti
Khadijah Palembang sekaligus pembimbing II yang telah memberikan
waktu, tenaga, perhatian, bimbingan, semangat, dan motivasi dalam
membantu menyelesaikan Skripsi ini.
2. Ibu Gita Susanti, S.Farm., Apt., M.Kes selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang.
x
3. Bapak Drs. H. Masnir Alwi, Apt., MARS selaku Ketua Program Studi S1
Farmasi STIK Siti Khadijah Palembang dan selaku Pembimbing I yang
telah memberikan waktu, tenaga, perhatian, bimbingan, semangat dan
motivasi dalam membantu menyelesaikan Skripsi ini.
4. Bapak Muhammad Asrul, S.Si., Apt., M.Kes selaku Dosen Penguji, yang
dengan senang hati telah memberi masukan dan saran kepada penulis.
5. Seluruh Dosen Farmasi STIK Siti Khadijah yang selalu memberikan
masukan, saran, semangat dan motivasi.
6. Kepada teman teman sejawat yang telah membantu; milda, cahaya, herni,
valen dan tiara. Serta kepada seluruh teman 1 almamater.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari berbagai
pihak agar penulisan selanjutnya akan lebih baik. Semoga Skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Wassalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Palembang, Agustus 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
xi
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare ............................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Diare .................................................................. 7
2.1.2 Klasifiasi Diare ................................................................... 8
2.1.3 Penyebab Diare ................................................................... 9
2.1.4 Patofisiologi Diare .............................................................. 10
2.2 Bakteri ........................................................................................... 11
2.2.1 Escherichia coli .................................................................. 11
2.3 Antibakteri .................................................................................... 14
2.4 Bawang Putih ................................................................................ 15
2.4.1 Klasifikasi ........................................................................... 16
2.4.2 Morfologi ............................................................................ 16
2.4.3 Kandungan Senyawa Aktif ................................................... 18
2.4.4 Manfaat Tanaman ............................................................... 19
2.5 Faktor yang mempengaruhi............................................................ 20
2.6 Simplisia ....................................................................................... 22
2.7 Ekstrak ......................................................................................... 25
2.7.1 Metode Ekstraksi ................................................................ 25
2.7.2 Pembuatan Media................................................................. 27
2.7.3 Sterilisasi ............................................................................ 27
xii
2.7.4 Uji Aktivitas Antibakteri ..................................................... 30
2.7.5 Zona Daya Hambat ............................................................. 34
2.8 Kerangka Teori ............................................................................. 35
2.9 Penelitian Terkait .......................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 37
3.2 Kerangka Konsep ......................................................................... 37
3.3 Variabel Penelitian ........................................................................ 37
3.3.1 Variabel Bebas .................................................................... 37
3.3.2 Variabel Terikat .................................................................. 38
3.4 Tempat Penelitian .......................................................................... 38
3.5 Waktu Penelitian ........................................................................... 38
3.6 Instrumen Penelitian ..................................................................... 38
3.6.1 Alat ...................................................................................... 38
3.6.2 Bahan .................................................................................. 38
3.7 Prosedur Penelitian ....................................................................... 39
3.7.1 Pembuatan simplisia ............................................................ 39
3.7.2 Ekstraksi Bawang Putih ....................................................... 39
3.7.3 Pembuatan sari bawang putih ................................................40
3.7.4 Skrining Fitokimia ............................................................... 40
3.7.5 Sterilisasi Alat dan Bahan ................................................... 41
3.7.6 Pembuatan Larutan Uji ........................................................ 42
3.7.7 Pembuatan Larutan Kontrol ................................................. 42
3.7.8 Pembuatan Media................................................................. 42
3.7.9 Penyiapan Uji Bakteri ......................................................... 43
3.7.10 Uji Aktivitas antibakteri .......................................................44
3.7.11 Analisis Data ..................................................................... 45
3.8 Hipotesa ........................................................................................ 46
3.9 Definisi Operasional ...................................................................... 47
3.10 Alur Penelitian ............................................................................ 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 48
4.1.1 Hasil Ekstraksi .................................................................... 48
4.1.2 Hasil pembuatan Sari Bawang Putih .................................... 48
4.1.3 Hasil Skrining Fitokimia ...................................................... 49
4.1.4 Hasil Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol ................. 50
4.1.5 Hasil Uji Aktivitas Daya Hambat Sari Murni ....................... 51
4.1.6 Hasil Uji Aktivitas Daya Bunuh Ekstrak Etanol ................... 52
4.1.7 Hasil Uji Aktivitas Daya Bunuh Sari Murni ......................... 53
xiii
4.1.8 Analisis Data ........................................................................ 54
4.2 Pembahasan ................................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 61
5.2 Saran ............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Daya Hambat Bakteri ........................................................ 34
Tabel 2.2 Penelitian Terkait ........................................................................... 35
Tabel 3.1 Pembuatan Seri Konsentrasi ........................................................... 41
Tabel 3.2 Definisi Operasional ....................................................................... 46
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol .................................... 49
Tabel 4.2 H asil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol ................................... 50
Tabel 4.3 Hasil Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Etanol ....................... 50
Tabel 4.4 Hasil Konsentrasi Hambat Minimum Sari Murni ............................. 51
Tabel 4.5 Hasil Konsentrasi Bunuh Minimum Ekstrak Etanol ......................... 52
Tabel 4.6 Hasil Konsentrasi Bunuh Minimum Sari Murni ............................... 53
Tabel 4.7 Hasil Perbandingan uji Statistik Two-way Anova ............................ 54
Tabel 4.8 Hasil Uji Post Hoc ........................................................................... 55
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 34
Bagan 3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 37
Bagan 3.2 Alur Penelitian ............................................................................... 47
vii
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Escherichia coli ........................................................................... 12
Gambar 2.2 Bawang Putih .............................................................................. 20
Gambar 4.1 Persamaan Linier Ekstrak Etanol...................................................57
Gambar 4.2 Persamaan Linier Sari Murni..........................................................58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 2. Analisis Anova Two Way
Lampiran 3. Sertifikat Bahan Baku Ciprofloxacin
Lampiran 4. Hasil Skrining Fitokimia
Lampiran 5. Sertifikat Bakteri Escherichia coli
Lampiran 6. Hasil Penelitian Ekstrak Etanol dan Sari Murni Bawang Putih
(Allium sativum Linn)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah kejadian buang
air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekuensi tiga kali
atau lebih dalam periode 24 jam. Diare merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas di kalangan anak-anak kurang dari 5 tahun. Secara global terjadi
peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun 2015-
2017. Pada tahun 2015, diare menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan
499.000 kematian di seluruh dunia tejadi pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data
WHO (2017) menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak dengan
angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya. Diare merupakan
penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia (2016), terjadi KLB diare
tiap tahun dari tahun 2013 sampai 2016 dengan disertai peningkataan CFR (Case
Fatality Rate). Pada tahun 2013, CFR diare adalah 1,08% meningkat menjadi
1,14% pada tahun 2014. Peningkatan CFR saat KLB di Indonesia terus terjadi
hingga 2,47% pada tahun 2015 dan 3,04% pada tahun 2016. Angka CFR ini
belum sesuai dengan yang diharapkan yaitu <1%.Data Kementrian Kesehatan
Indonesia (2016) menyatakan, jumlah kasus diare yang ditangani instansi
kesehatan di Indonesia menurun tiap tahunnya.
2
Pada tahun 2016, penderita diare di Indonesia yang ditangani sebanyak 46,4%
dari jumlah penderita diare keseluruhan yang tercatat berjumlah 6.897.463 orang.
Pada tahun 2015, jumlah kasus yang ditangani 4.017.861 orang, sedangkan pada
tahun 2014 jumlah penangan kasus diare oleh instansi kesehatan adalah 8.490.976
orang.
Penurunan jumlah kasus diare juga terjadi di provinsi Sumatera Selatan.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (2013-2017) menyatakan
kejadian diare mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2013 terjadi
51.226 kasus diare dan mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 44.213
kasus. Pada tahun 2015 jumlah kasus diare kembali mengalami penurunan
menjadi 38.721 kasus. Pada tahun 2016 kembali mengalami penurunan kasus
diare menjadi 37.896 kasus dan Pada tahun 2017 terjadi peningkatan kasus diare
menjadi 41.957 kasus. Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa kasus diare
naik pada tahun 2017 terdapar 41.957 kasus diare dan tidak ada yang meninggal
(Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2017).
Penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit.
Beberapa bakteri penyebab penyakit ini antara lain bakteri Escherichia coli,
Salmonella, Shigella, Vibrio, Clostridia perfringens, dan Staphylococcus. Pada
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, obat yang paling banyak
digunakan adalah antibiotik. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotik digunakan secara tidak tepat (Kemenkes, 2011). Maka perlu dicari
alternatif pengobatan diare dari bahan alam.
3
Banyak tanaman obat yang digunakan secara empiris oleh masyarakat
sebagai obat diare. Adapun tanaman obat yang dapat digunakan untuk membantu
mengatasi diare diantaranya mempunyai efek sebagai adstringen (pengelat) yaitu
dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan
diare dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan
antibakteri (Ibriani, 2012).
Di Indonesia banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan
penyakit diare adalahBawang putih (Allium sativum Linn.). Bawang putih telah
digunakan dari jaman dahulu hingga jaman modern. Bawang putih
menunjukkan sifat antibiotik yang luas tehadap bakteri gram positif dan gram
negatif, temasuk terhadap strain yang multi-resisten antibiotik (Ibriani, 2012).
Ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum Linn.) mengandung
senyawa metabolit sekunder seperti; flavonoid,Tanin, alkaloid, saponin, steroid,
terpenoid dan minyak atsiri. Tanin dapat mengerutkan membran sel atau
dinding sel yang dapat mengganggu permeabilitas sel bakteri. Alkaloid dapat
mengganggu komponen peptidoglikan pada sel bakteri sehingga dinding sel
tidak terbentuk sempurna. Saponin dapat merusak membran sitoplasma yang
menyebabkan bocornya membran sel. Wiryawan menguji efek antibakteri
bawang putih terhadap Salmonella thypimurium menemukan bahwa ekstrak
bawang putih tebukti memiliki efek antibakteri terhadap salmonella
thypimurium (Gyidian, 2017).
4
Ada salah satunya penelitian oleh Gyidian Upa (2017) yang berjudul
“Uji Aktivitas antibakteri ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn.)
terhadap bakteri Salmonella thypii dan Shigella dysentriae.” Yang
menyebutkan bahwa ekstrak etanol herba bawang putih dengan menggunakan
pelarut etanol 96% mengandung senyawa Alisin yang bersifat antibakteria
terhadap Salmonella thypii dan Escherichia colli.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian saya yang berjudul
“Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol bawang putih dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap bakteri Escherichia colli.” Dengan
perbandingan ciprofloxacin menggunakan konsentasi 30%, 45% dan 60%
dengan metode difusi dan dilusi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini yaitu:
Bawang putih mempunyai kandungan senyawa flavonoid, alkaloid,
tanin, steroid, terpenoid, minyak atsiri dan saponin yang memiliki sifat
antibakteri terhadap bakteri Escherichia colli sedangkan belum banyak
yang melakukan penelitian perbandingan terhadap ekstrak etanol
bawang putih dan sari murni bawang putih dengan bakteri tersebut.
5
1.3 Pertanyaan Peneliti
1. Apakah ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum Linn.) dan sari
bawang putih (Allium sativum Linn) memiliki aktivitas antibakteri
tehadap bakteri Escherichia colli?
2. Berapa besar daya hambat ekstrak etanol bawang putih (Allium
sativum Linn.) dan sari bawang putih (Allium sativum Linn) terhadap
bakteri Escherichia coli?
3. Manakah diantara ekstrak etanol dan sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn) yang memberikan efek antibakteri yang lebih
baik?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak
bawang putih (Allium sativum Linn.) dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn.) terhadap bakteri Escherichia colli.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui ekstrak etanol bawang putih (Allium
sativum Linn.) dan sari bawang putih (Allium sativum Linn)
memiliki aktivitas antibakteri tehadap bakteri Escherichia
coli.
6
2. Untuk mengetahui besar daya hambat ekstrak etanol bawang
putih (Allium sativum Linn.) dan sari bawang putih (Allium
sativum Linn) terhadap bakteri Esherichia coli.
3. Untuk mengetahui diantara ekstrak etanol dan sari murni
bawang putih (Allium sativum Linn) yang memberikan efek
antibakteri yang lebih baik
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai khasiat bawang putih (Allium sativum
Linn.) sebagai tanaman yang bermanfaat untuk pengobatan antibakteri
terhadap bakteri Escherichia colli.
1.5.2 Bagi Institusi
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan bahan masukan dan informasi
tentang antibakteri ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn.) terhadap
bakteri Escherichia colli.
1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ekstrak bawang
putih(Allium sativum Linn.)sebagai antibakteri terhadap bakteri jenis
lainnya.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Pengertian Diare
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah buang air besar
dengan konsistensi cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24
jam). Ingat, dua kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi
misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut
daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga
kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai
inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
seringnya buang air besar dalam sehari, muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau
anak Iebih dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dan satu minggu. Diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume cairan, dan
frekuensi dengan atau tanpa lendir darah. Diare merupakan penyakit yang terjadi
ketika terdapat perubahan konsistensi feses selama dan frekuensi buang air besar.
Seseorang dikatakan diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air
7
8
8
besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar berair tapi tidak berdarah
dalam waktu 24 jam (Depkes,2009).
Diare infeksi adalah bila penyebabnya infeksi, sedangkan diare noninfektif bila
tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut (Hidayat, 2008).
Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,
horomonal, atau toksikologik. Diare fungsional apabila tidak ditemukan penyebab
organik (Hidayat, 2008).
2.1.2 Klasifikasi Diare
Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang
dari dua minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,
disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti
atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat
terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan (Ayu, 2010).
2) Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal
diare. Batasan waktu 15 hari tersebut semata-mata suatu kesepakatan,
karena banyaknya usul untuk menentukan batasan waktu diare kronis
(Ayu, 2010).
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diare
spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang
9
9
disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik
adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Hidayat, 2008).
2.1.3Penyebab Diare
Menurut teori klasik diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus.
Penyelidikan telah dilakukan dan penyebab utama dari diare adalah bertumpuknya
cairan di usus akibat terganggunya resorbsi dan sekresi dari air dan elektrolit,
pada keadaan normal berlangsung pada waktu yang sama di sel – sel epitel
mukosa (Ayu, 2010). Penyakit diare dapat disebabkan oleh 3 jenis, yaitu:
1) Diare akibat virus Dapat melekat pada sel – sel mukosa yang menyebabkan
kerusakan, sehingga kapasitas resorbsi menurun, tetapi sekresi air dan elektrolit
bertambah. Diare ini terjadi beberapa hari hingga virusnya bertambah dan dapat
lenyap dengan sendirinya, dan biasanya terjadi selama 6 hari.
2) Diare akibat enterotoksin Penyebabnya adalah bakteri yang membentuk
enterotoksin yang terpenting adalah E.coli dan lebih jarang Shigella, Salmonella,
Vibrio parohaemolyticus, Campoylobacter jejuni, dan Entamoyba histolytice. Sel
– selnya melekat pada sel mukosa dan merusaknya. Diare ini bersifat self limiting
yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan kurang lebih 5 hari, dan
setelah itu sel – sel yang rusak diganti dengan sel – sel yang baru.
3) Diare akibat bakteri/diare invansif Bakteri – bakteri tertentu memperbanyak
diri dan membentuk toksin yang mana dapat diresorbsi ke dalam darah dan
menimbulkan gejala – gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala dan kejang
– kejang, disamping mencret berdarah dan lendir. Disebabkan oleh jenis
10
10
Salmonella, Shigella, jenis Coli tertentu dan basil Campylobacter jejuni (Ayu,
2010).
2.1.4 Patofisiologi Diare
Mekanisme terjadinya diare dapat dibagi menjadi kelompok osmotik,
sekretorik, eksudatif, dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan
yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air
dari plasma sehingga terjadi diare. Diare sekretorik bisa terjadi karena gangguan
pengangkutan (transport) elektrolit baik absorpsi yang berkurang ataupun sekresi
yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek,
atau laksatif non osmotik. Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi. Kelompok lain adalah
akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih
cepat, sehingga menyebabkan diare (Ayu, 2010).
11
11
2.2 Bakteri
2.2.1 Escherichia coli
1. Morfologi
Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewanJerman,
Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaanpada bayi hewan.
Pada 1885, beliau menggambarkan organisme inisebagai komunitas bakteri coli
(Escherich 1885) dengan membangunperlengkapan patogenitasnya di infeksi
saluran pencernaan.Nama “Bacterium Coli” sering digunakan sampai pada tahun
1991.Ketika Castellani dan Chalames menemukan genus Escherichia
danmenyusun tipe spesies E. Coli.
E.coli merupakan bakteri Gram negatif bersifat anaerob fakultatif dan
tidakdapat membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup pada berbagai substrat
dengan melakukan fermentasi anaerobik menghasilkan asam laktat, suksinat,
asetat, etanol, dan karbondioksida (Anonim 2008). E. coli termasuk family
Enterobacteriaceae, bentuknya batang atau koma, terdapat tunggal atau
berpasangan dalam rantai pendek. (Whittam., et al, 2011).
Escherichia coli yang diisolasi dari spesimen feses, urin, sputum, cairan
serebrospinal, maupun darah dapat dikultur dengan menggunakan media agar
Mac Conkey maupun agar EMB. Agar EMB yang mengandung satu jenis
gula dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan organisme memfermentasi
gula sehingga membentuk koloni berwarna kemerahan (Brooks et al., 2008).
12
12
2. Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli. (Hardjoeno, 2007)
Gambar 2.1 Bakteri Escherichia Colli
3. Patogenesis
Beberapa strain dari E. coli selama proses evolusi mendapat kemampuan
virulensi yang membantu mereka menginfeksi host. Jenis E. coli yang
patogen tersebut dapat mengakibatkan gangguan intestinal dan infeksi
saluran kemih (Prescott, 2008).
Di negara-negara berkembang E. coli patogen menyebabkan lebih kurang
seperempat dari seluruh kejadian diare. Transmisi kuman berlangsung secara
water borne atau food borne. Dulu dikenal ada 3 grup (kelompok E. coli patogen
13
13
penyebab diare yaitu ETEC, EPEC dan EIEC). Sekarang ditemukan 2 grup yang
diketahui pula sebagai penyebab diare yaitu EHEC dan EAEC.
1. ETEC (Entero Toxigenic E. coli)
ETEC adalah E. coli patogen penyebab utama diare akut dengandehidrasi
pada anak-anak dan orang dewasa di negara-negara yang mempunyai 2 musim
maupun 3 musim.
2. EPEC (Entero Pathogenic E. coli)
EPEC (Entero Pathogenic E. coli), merupakan strain pertama diantara
strain E. coli yang berhasil diidentifikasikan sebagai penyebab diare patogenik
pada pasien bayi dan anak-anak pada rumah sakit di Inggris dan beberapa negara
di Eropa(Whittam, et al, 2011).
3. EIEC (Enteroinvasive E. coli)
EIEC mempunyai beberapa persamaan dengan Shigella antara lain dalam
hal reaksi biokimia dengan gula-gula pendek, serologi dan sifat patogenitasnya.
Sebagaimana halnya dengan Shigella, EIECmengadakan penetrasi mukosa
ususdan mengadakan multiplikasi pada sel-sel epitel colon (usus besar).
Kerusakan yang terjadi pada epitel usus menimbulkan diare berdarah.
4. EHEC (Enterohaemorrhagic E. coli)
Di Amerika Utara dan beberapa daerah lainnya, EHEC menyebabkan
haemorrhagic colitis (radang usus besar). Transmisi EHEC terjadi melalui
makanan daging yang diolah dan dihidangkan secara tidak higienis. tapi dapat
pula terjadi secara person to person(kontak langsung) (Whittam et al, 2011).
14
14
5. EAEC (Entero Adherent E. coli)
EAEC telah ditemukan di beberapa negara di dunia ini. Transmisinya
dapat food-borne maupun water-borne. Patogenitas EAEC terjadi karena kuman
melekat rapat-rapat pada bagian mukosa intestinal sehingga menimbulkan
gangguan (Eslava., et al, 2009).
2.3 Antibakteri
Antibiotik adalah substansi yang diproduksi oleh mikroorganisme sebagai
metabolit sekunder dan dalam konsentrasi rendah dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh organisme lain. Jadi, antibiotik adalah bahan
antibateri yang dihasilkan oleh organisme hidup (Oksfriani, 2018).
Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya resistensi antibiotika dari
12 jenis bakteri seperti Enterobactericeae, Staphylococcus, Pseudomonas
aeruginosa, Acinetobacter baumanii, Klebsiella pneumonia dan penelitian lainnya
menunjukkan bahwa Escherichia colli resisten terhadap Ceftriaxone,
Levofloxacin, dan Doxycycline. Secara umum antibiotik ciprofloxacin
menunjukkan aktivitas antibakteri yang paling baik diantara amoxicillin,
Chlorampenicol dan Tetracycline. Drug Information Portal menyatakan bahwa
ciprofloxacin merupakan agen antibakteri yang dapat mengobati beberapa infeksi
yang disebabkan oleh Escherichia colli, Klebsiella pneumonia, Staphylococcus
aureus, dan Salmonella thypii (Oksfriani, 2018)
Terapi antibakteri harus digunakan pada kasus yang parah seperti pada
penyakit diare yang bertujuan untuk mengurangi durasi penyakit dan dapat
15
15
digunakan sebagai pencegahan diare. Namun peningkatan progresif dalam
resistensi antibiotik antara patogen enterik di negara berkembang menjadi area
penting untuk menjadi perhatian. Selain itu, penggunaan antibiotik secara
berlebihan pada pengobatan diare akan menyebabkan resistensi antibiotik
(Oksfriani, 2018).
Resistensi antibakteri menjadi semakin penting dalam pengobatan infeksi
terutama infeksi usus yang disebabkan oleh Shigella, Escherichia colli, Cholerae
dan Salmonella thypii. pada kasus diare yang dikarenakan bakteri Escherichia
colli dan Shigella dysentriae terjadinya resistensi terhadap antibiotik trimetoprim,
sulfametoksazol dan ampicillin. sedangkan ciprofloxacin dan sefotaksim
merupakan agen oral efektif dan aman yang diperlukan untuk mengobati diare
bakteri (Oksfriani, 2018).
Maka ciprofloxacin adalah antibakteri yang paling baik di gunakan untuk
menghambat pertumbuhan Escherichia colli sebagai agen penyebab diare.
2.4 Bawang Putih (Allium sativum Linn)
Tanaman bawang putih muncul pertama kali di Asia tengah menyebar ke
Cina, bagian Timur, Mediteranian dan akhirnya menyebar sampai ke bagianEropa
Barat dan Selatan, Afrika Utaran (Mesir) dan Meksiko (Arfa, 2014).
Bawang putih merupakan herba semusim berumpun yang mempunyai
ketinggian 60 cm. Dalampertumbuhannya bawang putih memerlukan pH yang
netral serta iklim yang sejukdan kering yang biasanya ditanam di daerah dataran
tinggi yang mendapat sinar matahari cukup. Walaupun demikian, ada beberapa
16
16
jenis bawang putih yang bisa juga ditanam di daerah dataran rendah (Rahmawati,
2012).
Bawang putih dengan kandungan senyawa yang kompleks memiliki
berbagaikhasiat sebagai antimikroba, antioksidan, anti kanker, immunodilator,
antiinflamasi, pengobatan penyakit jantung, dan hipoglikemi (Hanan, 2011).
2.4.1 Taksonomi Bawang Putih
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), tumbuhan bawang putih di
klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales (Liliflorae)
Famili : Liliales
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L. (Arfa, 2014)
2.4.2 Morfologi Bawang Putih
Struktur morfologi dari tanaman bawang putih meliputi akar, batang
utama,batang semu, umbi, bunga dan daun. Akar bawang putih terbentuk di
pangkal bawah batang utama. Akar ini merupakan akar yang dangkal dengan
kedalaman 10 cm. Bawang putih memiliki jenis akar serabut yang merupakan
penopang tegaknya tanaman sekaligus berfungsi untuk menyerap air dan unsur
17
17
hara dari tanah. Batang bawang putih terdiri dari batang utama dan semu (Arfa,
2014).
Batang utama terletak di pangkal dari umbi berbentuk cakram yang berada
di dalam tanah. Batang ini bersifat rudimenter yang terbentuk dari tunas vegetatif.
Sedangkan batang semu adalah yang muncul ke permukaan tanah terdiri dari
pelepah-pelepah daun.Umbi bawang putih terdiri dari beberapa umbi yang disebut
siung. Siung ini dibungkus oleh selaput tipis kuat yang merupakan pelapah daun
sehingga dari luar terlihat umbi yang berukuran besar. Ukuran umbi bervariasi
tergantung jumlah dan ukuran siung yang terdapat didalamnya. Jumlah siung pada
umbi berbeda tergantung dari varietas dan lingkunganya, biasanya terdapat 15-20
siung (Arfa, 2014).
Setiap tanaman memiliki 8-11 helai daun, yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya proses fotosintesis untuk pertumbuhan tanaman (Arfa, 2014). Tanaman
bawangputih biasanya tidak memilki bunga, namun pada beberapa varietas lain
ada yang memilki bunga denga ciri-ciri bewarna merah jambu, tangkai pendek,
dan bentuknya menyerupai umbi bawang (Rahmawati, 2012).
Gambar 2.2 Struktur morfologis tanaman bawang putih.
18
18
2.4.3 Senyawa aktif yang terkandung dalam Bawang Putih
Bawang putih mengandung senyawa sulfur, senyawa metabolit sekunder,
asamamino dan mineral seperti selenium. Bau yang khas dan efek obat dari
bawangputih karena mengandung senyawa sulfur yang tinggi.(Geffers, 2011).
Senyawa metabolit sekunder dari bawang putih termasuk ᵞglutamilpeptida,
scordinins, steroid, terpenoid, flavonoid, saponin, glikosida tanin, alkaloid dan
fenol berperan penting dalam efek pengobatan bawang putih. Metabolit sekunder
dari bawang putih membentuk suatu sistem kimiawi yang kompleks sebagai
pertahanan diri terhadap kerusakan dari mikroorganisme (Meriga, 2011).
Dalam penelitian terhadap ekstrak bawang putih yang menggunakan
pelaruthexane, kloroform, etilasetat, metanol, dan air untuk mengetahui fitokimia
dari bawang putih, didapatkan hasil yang berbeda oleh masing- masing ekstrak.
Steroid terdapat dalam semua ekstrak pelarut kecuali Hexane dan etil asetat.
Triterpen hanya terdapat dalam ekstrak metanol dan kloroform. Flavonoid,
alkaloid dan karbohidrat terdapat hanya terdapat dalam ekstrak etanol dan air.
Tanin dan glikosida terdapat dalam ekstrak metanol dan air tetapi dalam keadaan
lemah. Kehadiran senyawa aktif tertentu memainkan peran utama dalam
memutuskan khasiat dari ekstrak tanaman. (Meriga, 2011).
2.4.4 Manfaat Bawang Putih sebagai Antibakteri
Manfaat yang terkandung di dalam bawang putih yang bersifat antibakteri
adalah alisin, minyak atsiri, flavonoid, polifenol dan saponin. Alisin dan flavonoid
memiliki daya antibakteri (Zanuar, 2009).
19
19
Senyawa flavonoid yang terkandung dalam bawang putih memiliki daya
antibakteri. flavonoid merupakan senyawa polifenol yang memiliki atom karbon.
flavonoid yang terikat dalam tumbuhan terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon.
Saponin yang terkandung dalam bawang putih merupakan senyawa aktif
permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok di dalam air serta pada
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hidrolisis sel darah merah. beberapa
saponin juga bekerja sebagai antibakteri (Zanuar, 2009).
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar.
sneyawa ini bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen.
Alkaloid banyak memiliki kegiatan fisiologi yang menonjol sheingga sering
digunakan sebagai pengobatan (Arfa, 2014).
Senyawa terpenes yang mengandung unsur tambahan seperti oksigen
adalah terpenoid. terpenoid mampu menghambat pertumbuhan dari strain bakteri
gram positif. mekanisme aksi terpenoid diperkirakan sebagai antibakteri karena
melibatkan senyawa lipofilik yang merusak membran sel bakteri (Ayu, 2010).
2.5 Faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan teori Diah Hartini (2016), ada 3 faktor yang mempengaruhi:
1. Biologis
- Spesies tumbuhan
- Lokasi tumbuhan
- Waktu pemanenan
20
20
- Penyimpanan bahan tumbuhan
- Umur tumbuhan
- Bagian yang digunakan
2. Proses Ekstraksi
- Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa
hal.Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara
padat dan cair; sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar.
Dengan kata lain, jarak untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut
dalam padatan adalah kecil
- Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya
merupakan pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup
rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat
pelarut murni akan diapaki pada awalnya, tetapi setelah proses
ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik dan laju
ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang
dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
21
21
- Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang
diekstraksi) di dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan
temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
- Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan
menaikkan proses difusi, sehingga menaikkan perpindahan material
dari permukaan partikel ke zat pelarut.
3. Dosis
Dosis merupakan konsentrasi yaitu kadar suatu fisik, kimiawi
ataupun biologis yang dapat mempemgaruhi suatu organisme. secara
biologis, makin besar suatu suatu dosis maka akan makin besar pula
kadarnya.
2.6 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan (Dian, 2016).
Menurut “Materia Medika Indonesia” simplisia dibedakan menjadi
tiga, yaitu : simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).
22
22
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian
tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya atau sneyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni
(Sifudin et al, 2011).
Adapun beberapa tahapan dalam proses pembuatan simplisia yaitu:
1) Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda yang tergantung
pada beberapa faktor, antara lain: bagian tumbuhan yang digunakan, umur
tumbuhan atau bagian tumbuhan pada saat panen, waktu panen dan lingkungan
tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tumbuhan yang akan dipanen. Waktu panen yang
tepat pada saat bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa aktif dalam
jumlah yang terbesar. Senyawa aktif akan terbentuk secara maksimal di dalam
bagian tumbuhan atau tumbuhan pada umur tertentu.
2) Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal
simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
23
23
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat
pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba.
3) Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku
akan semakin cepat kering. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan
ukuran yang dikehendaki.
4) Pengeringan Proses
pengeringan simplisia, bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga
bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri dan menghilangkan
aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. Proses
pengeringan simplisia dilakukan dengan bantuan sinar matahari namun tidak
secara langsung melainkan di tutup dengan kain berwarna hitam yang bertujuan
agar tidak terjadinya pemanasan secara berlebihan yang dapat merusak senyawa
yang ada didalam simplisia.
5) Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses
pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau
bahan yang rusak.
24
24
6) Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan lainnya (Gunawan, 2010).
2.7 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan zat terlarut denganpelarutnya
berdasarkan titik didih pelarut. Pemilihan metode ekstraksitergantung pada sifat
bahan dan senyawa yang akan diisolasi.Tujuan ekstraksi bahan alam adalah
menarik komponen kimia yangterdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan
pada prinsip perpindahanmassa komponen zat kedalam pelarut, dimana
perpindahan mulai padalapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut (Eni R, 2018).
2.7.1 Metode Ekstraksi
Ada beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut menurut
departemen kesehatan indonesia, yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur kamar. Remaserasi berarti dilakukan pengulanagn
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama
dan seterusnya.
25
25
b. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruang. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(Penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara Panas
a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan
proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi
sempurna.
b. Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan den
26
26
c. gan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pedingin balik.
d. Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-50oC.
e. Infus adalah ekstraksi ddengan pelarut air pada temperatur penangas
air 96-98oC (bejana infus tercelup dengan penagas air mendidih selama
15-20 menit).
f. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( > 30oC) dan
temperatur sampai titik didih air (Depkes RI,2000).
2.7.2 Pembuatan Media
Media nutrien agar(NA) sebanyak 23 gram dimasukkan kedalam
erlenmeyer lalu dilarutkan dengan menambahkan 1 L aquades, kemudian
dipanaskan hingga mendididh di atas hot plate Sambil dihomogenkan dengan
menggunakan magnetic stirrer. Pembuatan nutrien broth (NB) yaitu dengan
melarutkan 8 gram NB dengan 1 L aquades kedalam erlenmeyer,
dihomogenkan dengan magnetic stirrer dan tutup alumunium foil, dipanaskan
hingga mendidih dengan hot plate kemudian kedua media tersebut di
sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121º C selama 15 menit dan tekanan 2
atm (Maria Anggelina,dkk,2015).
2.7.3 Sterilisasi
1. Definisi Sterilisasi
27
27
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh atau
memusnahkan semua mikroorganisme atau jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi mikroorganisme atau
jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh
mikroorganisme atau jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri.
Dalam kegiatan sehari-hari terutama berhubungan dengan industry dikenal
istilah sterilisasi komersial yaitu suatu proses untuk membunuh semua
mikroorganisme yag dapat menyebabkan kerusakan atau pembusukan produk
sepertiindustry makanan, atau produk-produk farmasi antara lain obat-obatan,
pada kondisi suhu penyimpanan yang telah ditetapkan (Djide, 2008).
2. Jenis-Jenis Sterilisasi
a. Perlakuan fisik
Untuk membunuh mikroorganisme atau jasad renik dapat digubakan beberapa
perlakuan fisik, misalnya dengan pemanasan kering, radiasi dan lain-lain.
1) Pemanasan Basah
Beberapa cara pemanasan basah dapat membunuh mikroorganisme, karena
panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein termasuk enzim-enzim
di dalam sel mikroorganisme.
a). Perebusan, air mendidih atau uap air pada suhu 1000C dapat
membunuh bentuk vegetatif dari mikroorganisme dan virus dalam waktu
lima menit, tetapi banyak spora bakteri yang tahan terhadap panas dan
masih tetap hidup setelah dilakukan pemanasan selama beberapa jam.
28
28
b). Pemanasan dengan tekanan, pengukuran dengan tekanan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat berupa autoklaf yaitu untuk
membunuh spora bakteri yang paling tahan panas. Spora paling tahan
panas akan mati pada suhu 1210C selama 15 menit.
c). Tindalisasi, proses sterilisasi dengan cara menggunakan pemanasan
dengan suhu 1000C selama 30 menit dan dilakukan setiap hari berturut-
turut selama 3 hari.
d). Pasteurisasi, adalah proses pemanasan pada suhu rendah yaitu 63-700C
selama 30 menit dan dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut.
Proses pasteurisasi ini biasanya dilakukan terhadap bahan atau zat-zat
yang ridak tahan pemanasan tinggi seperti susu.
` 2) Pemanasan Kering
Pemanasan kering sebenarnya kurang efektif untuk membunuh
mikroorganisme dibandingkan dengan pemanasan basah. Beberapa dengan
pemanasan basah yang menyebabkan terjadinya denaturasi protein,
pemanasan kering menyebabkan dehidrasi sel. Pemanasan kering sering
digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas laboratorium, dimana digunakan
oven dengan suhu 160- 1800C, selama 1,5-2 jam dengan system udara
statis.
3) Radiasi
Radiasi UV menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan
mempunyai aktivitas mutagenic pada sel-sel yang masih hidup (Djide,
29
29
2008).
b. Cara Mekanik (Penyaringan)
Cara-cara penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan
medium laboratorium dan larutan-larutan yang dapat mengalami
kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45
mikron atau kurang akan menghilangkan mikroorganisme yang terdapat di
dalam larutan tersebut (Djide, 2008).
c. Cara Kimia
Sterilisasi secara kimia digunakan adalah alkohol 96%, aseton formalin, sulfur
dioxide dan chlorine. Materi yang akan dibersihkan terlebih dahulu direndam
dalam alkohol atau aseton tab formalin selama kurang lebih 24 jam (Gabriel,
1996).
2.7.4 Uji aktivitas antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi, menggunakan kertas
cakram berdiameter 6 mm media NA yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam
cawan petri sebanyak 10 ml kemudian didiamkan hingga membeku. Bakteri yang
telah dinilai OD sebesar 0,6 generasi/jam diusapkan pada media NA yang telah
membeku metode ini dinamakan dengan metode swap (Maria
Anggelina,dkk,2015).
30
30
Kertas cakram berdiameter 6 mm direndam dalam larutan ekstrak bawang
putih dan sari bawang putih selama 15 menit, kemudia iinkubasi pada suhu 37ºC,
selanjutnya dilakukan pengamatan dan pengukuran zona hambat yang terbentuk
pada jam ke-24 dan jam ke-48 (Maria Anggelina,dkk,2015).
a. Metode Difusi
1. Disc Diffusion
Disc diffusion adalah sebuah metode pengujian untuk
menentukan aktifitas agen bakteri. kertas cakram yang berisis agen
bakteri diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami
koloni bakteri yang murni pada permukaannya. Area jernih yang
terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya hambatan
pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan
medium agar. Zona hambat yang terbentuk diukur untuk
menentukan pada bakteri sensitif atau resisten pada cara
pembandingan (Sylvia,2008).
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode
difusi Lempeng. Suatu lempeng kertas cakram yang mengandung
obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada permukaan medium
solid yang telah diinokulasi dengan organisme penguji di
permukaan. Setelah inkubasi, diameter zona inhibisi jernih yang
mengelilingi lempeng diukur sebagai nilai kekuatan inhibitorik
obat terhadap organisme penguji tersebut. Metode tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor fisika dan kimiawi di samping
31
31
interaksi sederhana antara obat dan mikroorganisme (yaitu sifat
medium dan difusibilitas, ukuran molekular dan kestabilan obat).
Bagaimanapun juga, standarisasi kondisi tetap memungkinkan
penentuan kerentanan organisme (Jawetz,dkk,2012).
Interpretasi hasil tes difusi harus didasarkan pada
perbandingan antara metode dilusi dan difusi. Perbandingan seperti
demikian telah menghasilkan nilai standar rujukan. Garis-garis
regresi linier dapat memperlihatkan hubungan antar log konsentrasi
inhibitorik minimum dalam tes dilusi dan diameter zona inhibisi
dalam tes difusi (Jawetz,dkk,2012).
Penggunaan lempeng tunggal untuk tiap antibiotik disertai
standarisasi kondisi tes secara cermat memungkinkan pelapor
bahwa suatu mikroorganisme resisten atau sensitif dengan
membandngkan ukuran zona inhibisi terhadap suatu standar untuk
obat yang sama (Jawetz,dkk,2012).
Menghambat di sekeliling lempeng yang mengandung obat
antimikroba dalam jumlah tertentu tidak menandakan sensitivitas
mikroba terhadap obat dalam konsentrasi yang sama per mililiter
medium, darah, atau urin (Jawetz,dkk,2012).
2. E-test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi minimal suatu agen antimikroba
32
32
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini
menggunakan srip plastik yang telah menggunakan agen
antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang
terletak pada permukaan medium agar yang telah ditanami bakteri
(Sylvia,2008).
3. Ditch-plate technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan antimikroba
pada parit yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan
petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji
digoreskan ke arah parit yang berisis agen antimikroba
4. Cup plate technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc
diffusion(miring). Metode ini dilakukan dengan cara membuat
sumuran pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme dan
pada sumuran tersebut diberi agen antimikroba
5. Gradient-plate technique
Metode ini menggunkan agen antimikroba dengan
konsentrasi bervariasi yang ditambahkan pada media agar dan
diletakkan dalam cawan petri pada posisi miring. Lalu
ditambahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mengering.
Mikroorganisme uji digoreskan pada media dan dihitung panjang
33
33
total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang dibandingkan
dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.
b. Diilusi
Metode diilusi dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Metode diilusi cair / broth dilution test (seial dilution)
Metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration) atau
Kadar Hambat Minimum, KHM dan MBC (Minimum Bactericidal
Concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang
dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen
antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba
uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat
jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya
dIkultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba ataupun
agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair
yang terlihat jernih setelah diinkubasi ditetapkan sebagai KBM (Nur
Atikah,2013).
2. Metode diilusi padat / solid diilution test
Metode ini serupa dengan metode diilusi cair namun menggunakan
media padat (solid). Keuntungan metode ini adalah satu konsentrasi
agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji
beberapa mikroba uji (Nur Atikah,2013).
34
34
2.7.5 Zona Daya Hambat
Perhitungan zona hambat dilakukan dengan cara mengukur diameter
hambat pada perlakuan dikuragi dengan diameter zona hambat pada control. Zona
hambat sama dengan diameter hambat pada perlakuan dikurangi diameter zona
hambat kontrol. Diameter zona hambat yang terbentuk adalah daerah bening yang
terbentuk disekitar sumuran yang telah ditetesi dengan ekstrak. Apabila terbentuk
zona hambat terhadap bakteri uji (pada konsentrasi 100%) maka pengujian terus
dilanjutkan pada konsentrasi yang lebih rendah untuk mencari konsentrasi hambat
minimum (KHM). KHM adalah konsentrasi terkecil dari suatu bioaktif yang
masih mempunyai hambatan atau aktivitas kepekaan terhadap bakteri (Suriyani
Abdullah,2011).
Tabel 2.1 Zona daya hambat menurut Nazri dkk dalam Hapsari (2015)
Diameter (mm) Respon hambatan pertumbuhan
0-5 mm Lemah
5-10 mm Sedang
10-20 mm Kuat
> 20 mm Sangat Kuat
35
35
2.8 Kerangka Teori
Berdasarkan teori Gyidian upa (2017) dan diperoleh kerangka teori
yaitu :
2.9Penelitian Terkait
No Nama peneliti Judul Tahun
1. Gyidian Upa Uji aktivitas antibakteri
ekstrak etanol Bawang Putih
(Allium sativum Linn.)
terhadap pertumbuhan bakteri
Salmonella thypii dan
Shigellae dysentriae
2017
2. Periskila Dina K Uji aktivitas antibakteri dari
ekstrak bawang putih lanang
2016
Biologis Tanaman :
1. spesies tanaman
2. lokasi tumbuhan
3. waktu
pemanenan
4. penyimpanan
bahan
5. umur tumbuhan
6. bagian yang
digunakan
Ekstraksi
1. metode ekstraksi
2. ukuran partikel
3. pengadukan
4. waktu ekstrasi
5. zat terlarut
6. pH
Konsentrasi 30%,
45% dan 60%
25
Aktivitas
Antibakteri ekstrak
etanol bawang
putih dan sari
bawang putih
(Allium sativum
Linn.) terhadap
Escherichia coli.
36
36
(Allium sativum) terhadap
pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan
melihat KBM dan KHM ekstrak etanol bawang putih dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
3.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
1. Skrining fitokimia
2. Konsentrasi ekstrak etanol bawang putih dan sari bawang putih (Allium
sativum Linn) 30%,45% dan 60%.
Skrining Fitokimia
Konsentrasi ekstrak bawang
putih dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn)
30%,45% dan 60%
aktivitas antibakteri ekstrak
bawang putih dan sari bawang
putih (Allium sativum Linn)
terhadap bakteri escherichia
coli
37
38
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antibakteri
Escherichia colli.
3.4 Tempat
Penelitian akan dilakukan di laboratorium farmakologi, laboratorium steril
dan laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah
Palembang.
3.5 Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2019.
3.6 Instrumen Penelitian
3.6.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah corong kaca, bunsen,
penjepit kayu, cawan petri, timbangan analitik, gelas ukur, pipet tetes,
tabung reaksi, bekker glass, erlenmeyer, jarum ose, kapas, alumunium foil,
gunting, autoklaf, inkubator, kertas cakram, Laminar Air Flow, kertas
saring dan kertas perkamen.
3.6.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain umbi bawang putih
(Allium sativum Linn), Aqua destilata, Nutrien Agar (NA), Nutrien Broth
(NB), etanol 96%, bakteri Escherichia colli, larutan NaCl 0,9%,
Ciprofloxacin.
39
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Pembuatan Simplisia
Bawang Putih yang diperoleh kemudian di sortasi basah dan dilakukan
pencucian dengan air mengalir untuk memastikan tidak ada kotoran di
bawang putih, setelah itu dilakukan perajangan menggunakan pisau lalu
diletakkan di wadah yang ditutupi dengan kain berwarna hitam lalu
dikeringkan dengan menggunakan sinar matahari namun tidak secara
langsung sampai simplisia kering. setelah bawang putih telah kering
kemudian di potong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil atau bisa
dibuat menjadi serbuk halus, setelah itu tempatkan bawang putih ke dalam
wadah yang tertutup rapat.
3.7.2 Ekstraksi Bawang Putih
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi. Pada
metode maserasi ini menggunakan pelarut etanol 96%. sebanyak 500 gram
bawang putih yang telah menjadi simplisia direndam dalam 2 liter pelarut
etanol 96% selama 3x24 jam. kemudian diambil filtratnya dengan
penyaringan. kemudian dilakukan penyaringan untuk emmisahkan filtrat
dari ampas. hasil saringan kemudian diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator sampai terbentuk ekstrak kental.
Randemen =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%
40
3.7.3 Pembuatan Sari Bawang Putih
pembuatan sari bawang putih dilakukan dengan mengupas dahulu bawang
putih, kemudian ditimbang sebanyak 250 gram dengan timbangan digital.
bawang putih dimasukkan ke dalam plastik dan ditumbuk hingga halus
menggunakan mortir dan stamper. Hasil tumbukan diperas dengan
menggunakan kasa yang sebelumnya sudah disterilisasi. sari bawang putih
yang didapat di tampung kemudian di sterilisasi (Maya, 2014).
3.7.4 Skrining Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang
terdapat pada ekstrak bawang putih. Uji fitokimia dilakukan terhadap
golongan senyawa alkaloid, steroid, saponin, tanin dan flavonoid. Prosedur
kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Alkaloid
uji alkaloid dilakukan dengan 2 macam reaksi yaitu :
- mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 5 tetes asam
klorida 2N dan beberapa tetes pereaksi Mayer. adanya Alkaloid
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih.
- mereaksikan ekstrak sebanya 1 mL ditambahkan dengan 5 tetes asam
klorida 2N dan beberapa tetes pereaksi degendrof. adanya alkaloid
ditunjukkan terbentuknya endapan atau larutan cokelat gelap.
41
2. Steroid
uji steroid dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL
dengan 0,5 mL kloroform lalu ditambahkan 0,5 mL CH3COOH glasial dan
2 mL H2SO4 pekat. adanya steroid ditunjukkan dengan timbulnya warna
biru atau ungu pekat.
3. Saponin
uji saponin dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 2 mL
dengan aquades ke dalam tabung reaksi lalu dikocok dengan kuat selama
10 menit, adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih atau
busa.
4. Tanin
uji tanin dilakukan dengan mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL
ditambahkan dengan 5 tetes metanol dan beberapa tetes FeCl3 10%.
adanya tanin ditunjukkan dengan timbulnya warna gelap yang pekat.
5. Flavonoid
uji flavonoid dilakukan dengan 2 rekasi yaitu :
- mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL dengan 1 tetes Mg dan 3 tetes HCl
pekat. adanya flavonoid ditunjukkan dnegan timbulnya warna terang
seperti putih keruh atau jingga.
42
- mereaksikan ekstrak sebanyak 1 mL dengan NaOH. adanya flavonoid
ditunjukkan dengan warna berbeda dari warna ekstrak di awal. (Fitri,
2013).
3.7.5 Sterilisasi Alat dan Bahan
Sebelum melakukan penelitian ini, alat dan bahan harus di sterilisasi
terlebih dahulu agar tidak ada mikroba yang terdapat pada alat dan bahan
yang digunakan dengan cara, semua alat dan bahan dibungkus dengan
menggunakan alumunium foil dan jika ada alat yang berbentuk lubang
atau berlubang maka harus diberi kapas terlebih dahulu agar air dari
autoklaf tidak akan masuk kedalam alat tersebut, setelah semuanya
terbungkus kemudian alat dan bahan di sterilisasi, alat dengan bahan kaca
di sterilisasi di dalam oven sedangkan alat dengan bahan bukan kaca di
sterilisasi di autoklaf dengan suhu 1210 selama 15 menit.
3.7.6 Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan larutan uji ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 30%, 45%
dan 70% (b/v) dilarutkan dalam aquades hingga 10 mL.
Tabel 3.2 Pembuatan Konsentrasi
Konsentrasi Volume
Total Ekstrak Aquades
30% 3 gr 7 mL 10 mL
45% 4,5gr 5.5 mL 10 mL
70% 7gr 3 ml 10 mL
43
3.7.7 Pembuatan Larutan Kontrol
Pembuatan larutan antibiotik menggunakan bahan baku
ciprofloxacin 500 mg dilarutkan dalam 100 ml aquadest sehingga
didapatkan 5mg/ml. Kemudian diambil 1 ml dan di tambahkan 100 ml
aquadest steril sehingga didapatkan konsentrasi 50 µg/ml larutan antibiotik
ini digunakan sebagai kontrol positif dan pelarut aquadest digunakan
sebagai kontrol negatif.
3.7.8 Pembuatan Media
1. Nutrien Agar
Serbuk NA sebanyak 23 gram dilarutkan dalam 1 liter aquades dan
dipanaskan sampai mendidi sampai semuanya larut lalu disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Nutrien Agar
dituang kedalam cawan petri sebanyak 15 ml kedalam cawan petri.
2. Nutrien Broth (NB)
Sebanyak 8 gram serbuk Nutrien Brothditambahkan dengan 1 liter
aquadest dipanaskan hingga larut diatas hot plate dan menggunakan
magnetik stiret sampai bening. Media disterilkan dalam autoklaf dengan
suhu 121 oC selama 15 menit.
3. Pembuatan Mc. Farland
Larutan H2SO4 0,3 N sebayak 99,5 ml dicampurkan dengan larutan
BaCl2, 2H2O 1,175% sebanyak 0,5 ml dalam erlenmayer. Kemudian
dikocok sampai terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dapat
digunakan sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri.
44
3.7.9 Penyiapan Bakteri Uji
1. Peremajaan Bakteri Uji
Biakan bakteri Escherichia colli masing-masing sebnayak satu ose
diinokulasikan kedalam media agar NA yang telah membeku secara terpisah dan
aseptis dengan meletakkan jarum ose yang mengandung biakan pada dasar
gerakan zig-zag (metode streak). selanjutnya diinokulasikan dalam inkubator pada
suhu 370C selama 3x24 jam.
2. Suspensi Bakteri
Bakteri di suspensikan dengan mencampurkan 1 ose biakan bakteri dengan
NaCl 0,9% steril, kemudian di vortex dan kekeruhannya di standarisasi dengan
konsentrasi 10-5 Mc Farland.
3.7.10 Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Bawang Putih dan Sari Bawang Putih
terhadap Bakteri Escherichia colli
1. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Bakteri di suspensikan dengan mencampurkan 1 ose biakan bakteri
dengan NaCl 0,9% steril, kemudian di vortex dan kekeruhannya di
standarisasi dengan konsentrasi 10-5 Mc Farland. Pada media Nutrien Agar
yang sudah membeku, diusapkan suspensi bakteri Escherichia colli dengan
menggunakan jarum ose. Kemudian kertas cakram berukuran 6 mm
direndam pada ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn.) dan sari
45
bawang putih dengan berbagai konsentrasi 30%, 45% dan 60%, lalu
letakkan kertas cakram pada cawan petri yang sudah ditanami bakteri.
sebagai kontrol positifnya kertas cakram direndam pada antibiotik
ciprofloxacin selama lebih kurang 15 menit, dan kontrol negatifnya kertas
cakram direndam dalam aquades lebih kurang 15 menit, kemudian
dikeringkan dan diletakkan pada permukaan media agar. kemudian
diinkubasi pada suhu 36-37% selama 18-24 jam. Kemudian diukur
diameter zona bening (clear zone) yang terbentuk dengan menggunakan
jangka sorong.
2. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Penentuan KHM dilakukan dengan menggunakan metode dilusi
cair/broth dilution test dengan konsentrasi larutan uji 30%, 45%, dan 60%
10 gr/ml dari ekstrak bawang putih dan sari bawang putih (Allium sativum
Linn), yang kemudian ditambahkan dengan suspensi bakteri uji 0,5 ml.
Lalu digojok dan larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
KHM.
3.7.11 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis
statistika Two-Way Anova dengan menggunakan hasil pengamatan dan variansi.
46
3.8 Hipotesa
Ada perbandingan antara pemberian konsentrasi ekstrak etanol bawang
putih dan sari bawang putih (Allium sativum Linn.) terhadap KHM dan KBM
bakteri Escherichia colli.
47
3.9 Definisi Operasional
Variabel
Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur
Hasil
Ukur Skala
Aktivitas
antibakteri
Escherichia
colli
Aktivitas
antibakteri dapat
dilihat pada
pertumbuhan
bakteri pada
media, Semakin
sedikit
pertumbuhan
bakteri maka
menandakan
konsentrasi hambat
minimum (KHM)
dan konsentrasi
Bunuh Minimum
(KBM)
Jangka
Sorong
Observasi/
Pengamatan
Positif (+)
jika keruh
Negatif (-)
jika
bening
(KHM)
Diameter
ukur zona
bening
dengan
mm
(KBM)
Rasio
Rasio
Variabel Independen
Konsentrasi
Ekstrak
Bawang
Putih
Konsentrasi
sari bawang
putih
Kadar ekstrak
bawang putih yang
diperoleh dengan
metode maserasi
menggunakan
pelarut etanol
96%.
Sari bawang putih
diperoleh dengan
cara di parut halus.
Checklist
Observasi/
Pengamatan
%
Rasio
Skrining
Fitokimia
Proses untuk
menentukan zat
yang terkandung
didalam tanaman
Plat tetes
dan pipet
tetes
Observasi/
Pengamatan
Flavonoid
saponin
Tanin
Alkaloid
Nominal
Tabel 3.3 Definisi Operasional
48
3.10 Alur Penelitian
Bagan 3.5 Alur Penelitian
Pembuatan simplisia Bawang Putih
Ekstraksi bawang putih (Allium sativum Linn)
menggunakan pelarut etanol 96%
Skrining Fitokimia
Pembuatan konsentrasi ekstrak etanol
bawang putih dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn), kontrol positif (+)
dan kontrol negatif (-)
Uji penentuan KHM dan KBM terhadap
suspensi bakteri Escherichia colli
menggunakan metode difusi dan metode
dilusi
Pengamatan
Pengolahan Data
Hasil
Metode Difusi Agar
dengan Cawan Petri
dan Metode Dilusi
dengan tabung reaksi
Pembuatan sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn.)
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium STIK Siti Khadijah Palembang.
Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :
4.1.1 Hasil Ekstraksi
Ekstraksi simplisia bawang putih (Allium sativum Linn.) dilakukan
menggunakan ekstraksi cara dingin, yaitu dengan metode maserasi. Sebanyak 500
gram simplisia bawang putih diekstraksi dengan 2 liter pelarut etanol 96% dengan
cara direndam selama 3 x 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan. Proses
maserasi dilakukan sebanyak 2 kali. Maserat yang diperoleh dari maserasi
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak
kental. Total ekstrak etanol 96% bawang putih yang diperoleh sebanyak 15,7
gram dengan persen randemen 3,14%.
Randemen % = 15,7 gr/ 500 grx 100
= 3,14%
4.1.2 Hasil Pembuatan Sari Bawang putih
Pada proses pembuatan sari bawang putih didapatkan 60 mL sari murni
bawang putih dari 250 gr bawang putih segar yang di parut halus. hasil sari
bawang putih kemudian di pindahkan ke botol kaca kemudian ditutup rapat dan di
sterilisasi dengan suhu 1210 selama 15 menit sebelum digunakan.
49
50
4.1.3 Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol dan sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn.) sehingga dapat diketahui senyawa yang berpotensi sebagai
antibakteri. Hasil skrining fitokimia menunjukkan reaksi positif terhadap
flavonoid, saponin, steroid dan tanin yang dapat berperan sebagai antibakteri.
Berdasarkan skrining fitokimia yang dilakukan, didapatkan hasil
identifikasi senyawa seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia ekstrak etanol
bawang putih (Allium sativum Linn.)
No Identifikasi Senyawa Hasil Analisa
Ekstrak
1 Alkaloid -
2 Steroid +
3 Terpenoid -
4 Tanin +
5 Saponin +
6 Flavonoid +
Sumber : Penelitian
Keterangan :
(+) menunjukkan reaksi positif
(-) menunjukkan reaksi negatif
Dari tabel diatas diketahui bahwa ekstrak etanol bawang putihbawang
putih positif mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin dan steroid.
51
Tabel 4.2 Hasil Uji Skrining Fitokimia sari murni
bawang putih (Allium sativum Linn.)
No Identifikasi Senyawa Hasil Analisa
Sari murni
1 Alkaloid -
2 Steroid +
3 Terpenoid -
4 Tanin +
5 Saponin +
6 Flavonoid +
Sumber : Penelitian
Keterangan :
(+) menunjukkan reaksi positif
(-) menunjukkan reaksi negatif
Dari tabel diatas diketahui bahwa sari murni bawang putih bawang putih
positif mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin dan steroid.
4.1.4 Uji Aktivitas Daya Hambat Ekstrak Etanol
Berdasarkan uji aktivitas daya hambat ekstrak etanol bawang putih yang
dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3Hasil Pengamatan nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri Escherichia coli(Metode Dilusi Cair)
No Konsentrasi Hasil analisa
P1 P2 P3
1 30% + + +
2 45% - - -
3 70% - - -
4 Kontrol + - - -
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Tanda positif (+) : Menunjukkan ada pertumbuhan bakteri
Tanda negatif (-) : Menunjukkan tidak ada pertumbuhan bakteri
52
Kontrol (+) : Ciprofloxacin
Kontrol (-) : Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.3. diketahui bahwa pada konsentrasi 30% telah dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
4.1.5 Uji Aktivitas Daya Hambat Sari Murni Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas daya hambat sari murni bawang putih yang
dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4Hasil Pengamatan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Sari murni bawang putih (Allium sativum Linn.) terhadap
Bakteri Escherichia coli (Metode Dilusi Cair)
No Konsentrasi Hasil analisa
P1 P2 P3
1 30% + + +
2 45% - - -
3 70% - - -
4 Kontrol + - - -
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Tanda positif (+) : menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri
Tanda negatif (-) : menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri
Kontrol (+) : Ciprofloxacin
Kontrol (-) : Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
53
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.4. diketahui bahwa pada konsentrasi 30% sudah dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
4.1.6 Uji Aktivitas Daya Bunuh Ekstrak Etanol Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas daya bunuh ekstrak etanol bawang putih yang
dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5Hasil Pengamatan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri Escherichia coli(Metode Difusi)
No Konsentrasi Hasil analisa Rata –
rata
Respon Hambat P1 P2 P3
1 30% 8,9
mm
12,4
mm
11,7
mm
11 mm Kuat
2 45% 12,2
mm
13,2
mm
12,8
mm
12,7 mm Kuat
3 70% 13,1
mm
15,7
mm
15 mm 14,6 mm Kuat
4 Kontrol + 26,6
mm
26,6
mm
26,6
mm
26,6 mm Sangat
Kuat
5 Kontrol - 0 0 0 0 Lemah
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Kontrol (+) : Ciprofloxacin
Kontrol (-) : Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.5. menunjukkan bahwa perlakuan pada cawan petri dengan
konsentrasi 30%; 45% dan 60% replikasi sebanyak 3 kali, semuanya terbentuk
54
zona bening. selain itu, kontrol positif juga mampu membunuh pertumbuhan
bakteri dengan adanya zona bening yang terbentuk disekitar media. sedangkan
untuk kontrol negatif tidak terbentuk zona bening pada media.
4.1.7 Uji Aktivitas Daya Bunuh Sari Murni Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas daya unuh sari murni bawang putih yang
dilakukan didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
Sari Murni Bawang Putih (Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri Escherichia coli (Metode Difusi)
No Konsentrasi Hasil analisa
Rata –rata Respon Hambat P1 P2 P3
1 30% 7,9 mm 8 mm 9,1 mm 8,3 mm Sedang
2 45% 8,7 mm 8,2 mm 9,9 mm 8,9 mm Sedang
3 70% 9,5 mm 9,2 mm 10,3 mm 9,6 mm Sedang
4 Kontrol + 26,6
mm
26,6 mm 26,6 mm 26,6 mm Sangat
Kuat
5 Kontrol - 0 0 0 0 Lemah
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Kontrol (+) : Ciprofloxacin
Kontrol (-) : Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
55
Dari tabel 4.6. menunjukkan bahwa perlakuan pada cawan petri dengan
konsentrasi 30%; 45% dan 60% replikasi sebanyak 3 kali, semuanya terbentuk
zona bening. selain itu, kontrol positif juga mampu membunuh pertumbuhan
bakteri dengan adanya zona bening yang terbentuk disekitar media. sedangkan
untuk kontrol negatif tidak terbentuk zona bening pada media.
4.1.8 Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang dilakukan perlu diketahui apakah perbedaan
daya hambat berbagai konsentrasi dari ekstrak etanol dan sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli tersebut,
maka dilakukan uji statistik Two-Way Anova, dan diperoleh hasil perbandingan
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Perbandingan pada uji statistik Two-way anova
No Konsentrasi Rata - rata zona hambat
Sig. Ekstrak Etanol Sari Murni
1 30% 11 mm 8,3 mm 0,000
2 45% 12,7 mm 8,5 mm 0,000
3 60% 14,6 mm 9,6 mm 0,000
Dari hasil analisis statistik di atas, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
memiliki zona bening yang lebih besar dibandingkan dengan sari murni bawang
putih. dengan adanya p=0,000 (<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna
pada konsentrasi ekstrak etanol dan sari murni bawang putih (Allium sativum
Linn) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Karena hasil
yang didapatkan bermakna, maka uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test.
56
Tabel 4.8 Hasil Uji post hoc test terhadap daerah hambat Escherichia coli
Multiple Comparisons
Dependent Variable: DIAMETER
Bonferroni
(I)
KONSENTRASI
(J)
KONSENTRASI
Mean
Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
30% 45% ,50 ,500 1,000 -,89 1,89
60% -1,75* ,500 ,013 -3,14 -,36
45% 30% -,50 ,500 1,000 -1,89 ,89
60% -2,25* ,500 ,002 -3,64 -,86
60% 30% 1,75* ,500 ,013 ,36 3,14
45% 2,25* ,500 ,002 ,86 3,64
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,000.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Pada pengujian tukey post hoc test yang dilakukan untuk menilai kategori
dari variabel konsentrasi yang memiliki perbedaan didapatkan hasil uji yang
menunjukkan perbedaan signifikan. hasil tersebut dapat dilihat pada konsentrasi
45% dengan 60% dan 60% dengan 45% dengan nilai signifikan p=0,002.
57
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium teknologi steril STIK Siti
Khadijah Palembang pada bulan Juli - Agustus 2019. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat aktivitas antibakteri yang lebih baik di antara ekstrak etanol dan sari
murni bawang putih (Allium sativum Linn) dalam menghambat dan membunuh
pertumbuhan Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak etanol dan sari murni bawang
putih (Allium sativum Linn). Bawang putih (Allium sativum Linn) yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari Pasar Lemabang Kota Palembang. Bawang
putih yang didapat kemudian di buat menjadi simplisia kering seperti yang
dilakukan pada prosedur kerja. bawang putih yang telah di cuci bersih dengan air
kemudian di rajang. Menurut Martin (2011), perajangan simplisia bertujuan agar
semakin kecil partikel maka akan semakin luas permukaan dan akan semakin luas
pula kontak dengan lingkungan yang artinya akan semakin mempercepat proses
penguapan. kemudian simplisia dikeringkan dengan cahaya matahari namun
secara tidak langsung, bagian atasnya dilapisi dengan kain berwarna hitam
dikarenakan untuk menghindari sinar ultraviolet secara langsung yang ada di
dalam sinar matahari karena sinar ultraviolet adalah katalisator untuk
mempercepat reaksi (Fessenden, 1989). setelah simplisia menjadi kering
kemudian simplisia di haluskan kembali dengan cara di cacah lebih kecil ataupun
di blender dengan tujuan memperkecil partikel agar mempercepat proses ekstraksi
(Endang, dkk, 2014).
58
Ekstraksi bawang putih dilakukan menggunakan metode maserasi, metode
maserasi dipilih karena merupakan salah satu metode ekstraksi cara dingin dimana
metode ini dilakukan dengan merendam simplisia di dalam pelarut pada suhu
kamar sehingga kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminimalisasi (Endang
dkk, 2014). pelarut yang digunakan dalam metode maserasi yaitu etanol 96%.
Pemilihan etanol 96% adalah karena titik didih dari etanol adalah 700 sehingga
lebih mudah untuk menurunkan tekanan ke 500, selain itu etanol lebih mudah
menguap dibandingkan dengan air (Martin, 2011).
Setelah dilakukannya metode maserasi, maserat yang didapat kemudian di
kentalkan dengan rotary vacuum evaporator dan water bath. Dijelaskan oleh
Khunaifi (2010) bahwa pengentalan dengan menggunakan bantuan rotary vacuum
evaporator akan menurunkan tekanan uap pelarut, sehingga pelarut akan menguap
di bawah titik didih normalnya. Tujuannya adalah agar komponen fitokimia yang
terdapat dalam ekstrak tidak mengalami kerusakan akibat pemanasan yang
berlebihan. sedangkan untuk water bath bertujuan untuk menguapkan sisa cairan
penyari dan diperoleh ekstrak kental (Sholichah dkk, 2019). Selanjutnya adalah
proses pembuatan sari murni bawang putih yaitu dengan cara dihaluskan dan di
ambil sarinya.
Setelah proses ekstraksi kemudian dilakukannya skrining fitokimia seperti
pada tabel 4.4 dan tabel 4.5. Menurut Gydian dkk (2017) di dalam bawang putih
terdapat metabolit sekunder berupa flavonoid, tanin, saponin, dan steroid.
Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan, benar adanya terdapat metabolit
sekunder tersebut. hasil penelitian ini didukung dengan teori Lingga dan Rustama
59
(2005) bahwa di dalam bawang putih terdapat metabolit sekunder berupa
flavonoid, tanin, saponin, dan steoid yang berperan sebagai antibakteri.
Berdasarkan teori, hasil dan penelitian terkait, maka menurut asumsi peneliti di
dalam bawang putih benar adanya terdapat metabolit sekunder berupa flavonoid,
tanin, saponin, dan terpenes yang berperan sebagai antibakteri.
Ekstrak bawang putih dan sari murni bawang putih dibuat dalam 3
konsentrasi yaitu 30%, 45% dan 60% yang dilarutkan menggunakan aquadest
steril. larutan konsentrasi tersebut digunakan untuk uji kadar hambat minimum
(KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) bersamaan dengan kontrol positif
yaitu ciprofloxacin yang berasal dari PT. Indofarma Jakarta dan kontrol negatif
yaitu aqua destilata. penggunaan ciprofloxacin dikarenakan ciprofloxacin
merupakan golongan flurokuinolon yang bersifat bakterisid.
Kadar Hambat Minimum (KHM) pada ekstrak bawang putih berdasarkan
tabel 4. 3 KHM terlihat pada konsentrasi 45%, berdasarkan penelitian terkait yang
dilakukan oleh Irmudita (2008) menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimum
(KHM) ekstrak etanol bawang putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli pada konsentrasi 50%. Hal ini dapat dilihat bahwa penelitian
yang dilakukan menghasilkan KHM lebih baik dibandingkan peneliti terkait.
Sedangkan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada sari murni bawang putih
berdasarkan tabel 4.4 KHM terlihat pada konsentrasi 45% sari murni bawang
putih dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
60
Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada ekstrak bawang putih berdasarkan
tabel 4.5. dapat dilihat bahwa besarnya zona bening yang terbentuk terus menerus
meningkat seiring dengan bertambah besarnya konsentrasi ekstrak etanol bawang
putih. Zona bening terbesar terdapat pada konsentrasi 60% yaitu 15,7mm.
sedangkan zona bening terendah terdapat pada konsentrasi 30% yaitu 8,9mm.
semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula kandungan zat aktif didalamnya
sehingga aktivitas antibakterinya akan semakin besar dan juga sebaliknya semakin
rendah konsentrasi akan semakin sedikit kandungan zat aktif di dalamnya
sehingga aktivitas antibakteri akan semakin berkurang (Khairunnisa, 2018).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Periskila (2016), KBM pada ekstrak
bawang putih pada konsentrasi 10% hanya dapat menghambat namun belum dapat
membunuh bakteri Escherichia coli. Namun pada penelitian yang dilakukan, telah
terbentuk zona bening pada konsentrasi 30%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
etanol bawang putih dapat membunuh pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Sedangkan pada Kadar Bunuh Minimum (KBM) sari murni bawang putih
beradasarkan tabel 4.6. zona bening terbesar terdapat pada konsentrasi 60% yaitu
10,3mm dan yang terendah pada konsentrasi 30% yaitu 7,9mm.
Dari hasil penelitian yang didapat dilakukan analisa data menggunakan uji
statistik Two-Way Anova yang hasilnya adalah pengaruh semua variabel
independen (ekstrak, konsentrasi dan interaksi ekstrak dengan konsentrasi) secara
bersama-sama terhadap variabel dependen ( diameter daerah hambat Escherichia
coli) memiliki nilai signifikansi 0,000 (< 0,05) yang berarti model valid. Pengaruh
ekstrak terhadap diameter daerah hambat bakteri Escherichia coli berpengaruh
61
signifikansi karena memiliki nilai 0,000 (< 0,05). Pengaruh konsnetrasi terhadap
diameter daerah hambat Escherichia coli memiliki nilai 0,000 (< 0,05).
Sedangkan Pengaruh interaksi ekstrak dan konsentrasi terhadap diameter daerah
hambat Escherichia coli memiliki nilai 0,000 (< 0,05) sehingga dapat dikatakan
signifikan. R kuadrat menunjukkan nilai 0,838 dimana mendekati 1 maka korelasi
kuat. Selanjutnya dilakukan pengujian untuk menilai kategori dari variabel
konsentrasi yang memiliki perbedaan signifikan dengan Turkey post hoc. Hasilnya
variabel konsentrasi menunjukkan perbedaan daya bunuh signifikan yaitu pada
konsentrasi 45% dengan 60% dan 60% dengan 45% dengan nilai signifikansi
p=0,002. (< 0,05).
Dengan melihat fakta hasil penelitian, dapat disimpulkan ekstrak etanol
dan sari bawang putih dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli, namun pada penelitian yang dilakukan ekstrak etanol bawang
putih lebih baik dalam hal membunuh dan menghambat bakteri Escherichia coli
daripada sari murni bawang putih. Hal ini membuktikan bahwa hipotesa yang
telah disusun sebelumnya adalah benar. Namun aplikasi klinis dari penelitian ini
masih memerlukan penelitian lebih lanjut agar dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif khususnya di bidang farmasi.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan untuk melihat aktivitas
antibakteri ekstrak etanol dan sari murni bawang putih (Allium sativum Linn)
pada bakteri Escherichia coli, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengaruh ekstrak etanol dan sari murni bawang putih (Allium sativum
Linn) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli.
2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa :
a) Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol bawang
putih (Allium sativum Linn) terhadap bakteri Escherichia coli
yaitu 30%
b) Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap bakteri Escherichia coli yaitu 45%.
c) Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap bakteri Escherichia coli yaitu 30%,
45% dan 60%.
d) Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn) terhadap bakteri Escherichia coli yaitu 30%,
45% dan 60%.
62
63
3. Ekstrak etanol bawang putih lebih baik dalam menghambat dan
membunuh bakteri Escherichia coli dibandingkan dengan sari murni
bawang putih.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa
ekstrak etanol dan sari bawang putih (Allium sativum Linn) mempunyai aktivitas
sebagai antibakteri pada bakteri Escherichia coli sehingga disarankan untuk :
1. Dengan adanya penelitian ini didapatkan hasil bahwa bawang putih yang
selama ini dianggap masyaratkat sebagai bahan/bumbu masakan memiliki
ativitas sebagai antibakteri sehingga di mohon kepada Prodi S1 Farmasi
STIK SITI Khadijah Palembang untuk dapat melakukan penyuluhan
kepada masyarakat.
2. Sebagai referensi tentang manfaat bawang putih (Allium sativum Linn),
sehingga dapat digunakan bagi praktek mahasiswa kesehatan masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya untuk menambah pengetahuan dan referensi
sehingga nantinya bisa melakukan penelitian tentang bawang putih
terhadap bakteri yang belum pernah diteliti atau dibuat sediaan formulasi
sebagai antibakteri dari bawang putih.
64
LAMPIRAN
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian
Setelah proses maserasi didapatkan hasil
maserat seperti gambar diatas
Hasil maserat yang didapat kemudian di ekstrak
dengan Rotary vacuum evaporator
66
dari hasil evaporasi ekstrak kemudian di kentalkan dengan waterbath untuk
memperoleh ekstrak kental
gambar diatas adalah ekstrak etanol bawang putih yang telah di encerkan
beradasarkan konsentrasi 30%,45% dan 60%
Gambar diatas adalah sari murni bawang putih yang telah di encerkan
berdasarkan konsentrasi 30%,45% dan 60%
67
Gambar diatas merupakan larutan antibiotik ciprofloxac in 50µg sebagai
kontrol positif
Gambar diatas merupakan suspensi bakteri Escherichia coli
68
selanjutnya, sebelum perlakuan dilakukan dimulai dengan skrining fitokimia
seperti pada gambar dibawah ini
ini adalah hasil skrining fitokimia pada ekstrak etanol bawang putih yang
positif mengandung flavonoid, tanin, steroid dan saponin.
gambar diatas adalah hasil skrining fitokimia pada sari murni bawang putih
yang positif mengandung flavonoid, tanin, steroid dan saponin.
69
perlakuan dimulai dengan uji konsentrasi hambat minimum (KHM)
dimana pada nomor 1 (30%), 2 (45%) dan 3 (60%) adalah uji KHM sari
murni bawang putih. sedangkan pada nomor 4 (30%), 5 (45%) dan 6 (60%)
adalah uji KHM Ekstrak etanol bawang putih.
1
2 3
4 5 6
70
Selanjutnya, hasil uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) Pada ekstrak
etanol bawang putih
gambar diatas adalah replikasi 1
gambar diatas adalah replikasi 2
71
Gambar diatas adalah replikasi 3
72
Selanjutnya, hasil uji konsentrasi bunuh minimum (KBM) Pada sari murnil
bawang putih
Gambar diatas adalah replikasi 1
Gambar diatas adalah replikasi 2
73
Gambar diatas adalah replikasi 3
Dibawah ini adalah lampiran gambar pada uji kontrol positif dan Negatif
74
LAMPIRAN 2. Analisis Anova Two way
Descriptive Statistics
Dependent Variable: DIAMETER
JENISEKSTRAK KONSENTRASI Mean Std. Deviation N
ekstrak kental
30% 2,00 1,000 3
45% 5,00 1,000 3
60% 8,00 1,000 3
Total 5,00 2,739 9
sari murni
30% 11,00 1,000 3
45% 14,00 1,000 3
60% 17,00 1,000 3
Total 14,00 2,739 9
kontrol positif
30% 19,00 . 1
45% 19,00 . 1
60% 19,00 . 1
Total 19,00 ,000 3
kontrol negatif
30% 22,00 . 1
45% ,00 . 1
60% ,00 . 1
Total 7,33 12,702 3
Total
30% 10,00 7,783 8
45% 9,50 6,612 8
60% 11,75 6,756 8
Total 10,42 6,827 24
75
Dependent Variable: DIAMETER
F df1 df2 Sig.
,545 11 12 ,838
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: DIAMETER
Source Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1059,833a 11 96,348 96,348 ,000
Intercept 2312,000 1 2312,000 2312,000 ,000
JENISEKSTRAK 629,167 3 209,722 209,722 ,000
KONSENTRASI 49,000 2 24,500 24,500 ,000
JENISEKSTRAK *
KONSENTRASI 408,333 6 68,056 68,056 ,000
Error 12,000 12 1,000
Total 3676,000 24
Corrected Total 1071,833 23
a. R Squared = ,989 (Adjusted R Squared = ,979)
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
76
Lampiran 3. Sertifikat Ciprofloxacin
77
Lampiran 4. Sertifikat Escherichia coli
78
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, 2015. Uji Daya Antibakteri Bawang Putih (Allium sativum Linn)
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia colli.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Arfa, Samudera. 2014. Uji AKtivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik
Prahayangan.
Ayu, F. 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Perilaku Ibu
Terhadap Penanganan Diare Pada Anak Didesa Jatisobo Kecamatan
Polokarto Kabumen Sukoharjo.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2009. Buku saku keperawatan.Pediatik, Jakarta,
EGC.
Dinkes. 2017. Profil Kesehatan Kota Palembang Tahun 2017. Sumatera Selatan.
Palembang.
Fessenden, Ralph J., Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik Edisi ketiga Jilid I.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Gydian, Upa. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Putih
(Allium sativum Linn)Terhadap pertumbuhan Bakteri Salmonella
Thypiiriumum dan Escherichia colli. Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran UHO.
Hidayat, Ahmad. 2008. Identifikasi Senyawa Organosulfur Terhadap Kasus
Diarrhea. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Harborne, J.B, 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Moderen Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro
Edisi II. Hal 4-7 : 69-76. ITB. Bandung
Ibriani. 2013 Uji aktivitas antimikroba Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Terhadap Bakteri Staphylococus aureus dan Salmonella
thypiiriumum secara in vitro. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Farmasi UIN Syarif Hiadayatullah. Jakarta.
79
Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih,
N.M., Harsono, S., Alimsardjono, L., Edisi XXII
Jawetz, E, Melnick, L.L, Adelburg, E. A.2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jawetz Melnick & Adelbreg. 2013 Mikrobiologi Kedoktteran. Edisi 25. Jakarta:
Salemba Medika.
Khairunnisa, 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Nanas
Terhadap Bakteri Escherichia coli Beserta Analisis Kualitatifnya. Program
Studi S1 Farmasi Stik Siti Khadijah Palembang.
Khomsah, Mutia. 2018. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Gambir
(Uncaria Gambir Roxb) Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat
Propionibacterium Acnes ATCC27853TM dan Staphylococcus Epidermis
ATCC 8853TM. Program Studi S1 Farmasi Stik Siti Khadijah Palembang.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2011. Farmasi Fisik:Dasar-dasar
Farmasi fisik dalam ilmu Farmasetika Edisi ketiga. Jakarta. UI Press.
Mikaili, Abdul. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstra Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Pada Terhadap Bakteri Eschericia coli. Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang.
Microbesinfo. 2014. Definition, Classification, Morphology And Cultural
Characteristics Of Shigella. Microbiology And Infectious Diseases.
Diakses Jumat, 15 Maret 2019 (http://microbesinfo.com/2014/09/definition-
classification-morphology-and-cultural-characteristics-of-shigella/).
Nur Atikah. 2015. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Heksana Bawang
Putih (Allium sativum Linn) Terhadap Bakteri Eschericia coli dan
Staphylococcus aureus. Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
Oksfriani. 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri Escherichia colli
Penyebab Diare Balita Di Kota Manado. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Periskila, Dina K. 2016. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak bawang putih lanang
(Allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan
80
Staphylococcus aureus. Program Studi Biologi Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
Puspitasari, Anggun. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Alpukat (Persea
american MIL) Terhadap Penyebab Diare Esherichia coli dan Bacillus
cereus. Program Studi S1 Farmasi Stik Siti Khadijah Palembang.
Rahmawati. 2012. Klasifikasi dan Manfaat Bawang Putih (Allium sativum
Linn).Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
Saputra, Hari. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum Linn)
Sebagai Antibakteri Terhadap Vibrio Cholerae dan Staphylococcus
Aureus Secara In Vitro Dengan Metode Difusi Cakram. Program Studi
Sujudi, 2002. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Universitas Indonesia.
Suma SA. 2014. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Akut
Pada Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan
Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango Tahun 2013.Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo..
Umar, Zein, Khalid, dkk. 2017. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
WHO. 2016. Dysenterie (Shigellosis). Diakses Selasa, 18 Maret 2019.
(http://www.who.int/selection_medicines)
Wijaya Ariyani Ayu. 2010. Evaluasi Penggunaan Antibitika Untuk Penyakit
Diare Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
81
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN SARI
MURNI BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn) TERHADAP BAKTERI
Escherichia coli
Dinah Luthfiyah
51502021
Program Studi S1 Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Khadijah
Jln. Demang Lebar Daun, Palembang
ABSTRAK
Diare adalah kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari
biasanya, dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam periode 24 jam, yang salah
satu penyebabnya yaitu penularan dari bakteri Escherichia coli. Tingginya
kejadian diare di Indonesia maupun di Asia disebabkan oleh adanya resistensi
Escherichia coli terhadap berbagai antibiotik, sehingga peneliti berusaha untuk
mencari alternatif pengobatan dengan menggunakan tanaman herbal, salah
satunya adalah potensi Bawang Putih. Penelitian ini adalah penelitian
eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
etanol dan sari murni bawang putih terhadap bakteri Escherichia coli. Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan dengan metode difusi cakram
(KBM) dan dilusi cair (KHM). Ekstrak etanol dan sari murni bawang putih dibagi
menjadi 5 seri konsentrasi yaitu 30%, 45%, 60%, ciprofloxacin sebagai kontrol
positif dan aqua destilata sebagai kontrol negatif. Berdasarkan uji dilusi cair
diperoleh kadar hambat pada konsentrasi 45% baik itu ekstrak etanol bawang
putih maupun sari murni bawang putih. sedangkan pada uji difusi cakram
diperoleh kadar bunuh pada konsentrasi 30% dengan diameter 12,6mm pada
ekstrak etanol bawang putih sedangkan pada sari murni bawang putih diperoleh
kadar bunuh minimum pada konsentrasi 30% sebesar 8,3mm. Bawang putih dapat
membunuh bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 60%. Dari hasil penelitian
didapatkan kesimpulan bahwa ekstrak etanol dan sari murni bawang putih (Allium
sativum Linn) mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri
Escherichia coli.
Kata kunci: Bawang Putih (Allium sativum Linn), Escherichia coli,
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM).
82
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization
(WHO) diare adalah kejadian buang
air besar dengan konsistensi lebih
cair dari biasanya, dengan frekuensi
tiga kali atau lebih dalam periode 24
jam. Diare merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas di
kalangan anak-anak kurang dari 5
tahun. Secara global terjadi
peningkatan kejadian diare dan
kematian akibat diare pada balita dari
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015,
diare menyebabkan sekitar 688 juta
orang sakit dan 499.000 kematian di
seluruh dunia tejadi pada anak-anak
dibawah 5 tahun. Data WHO (2017)
menyatakan, hampir 1,7 miliar kasus
diare terjadi pada anak dengan angka
kematian sekitar 525.000 pada anak
balita tiap tahunnya. Diare
merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB)
yang sering disertai dengan
kematian.
Berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia (2016), terjadi
KLB diare tiap tahun dari tahun 2013
sampai 2016 dengan disertai
peningkataan CFR (Case Fatality
Rate). Pada tahun 2013, CFR diare
adalah 1,08% meningkat menjadi
1,14% pada tahun 2014. Peningkatan
CFR saat KLB di Indonesia terus
terjadi hingga 2,47% pada tahun
2015 dan 3,04% pada tahun 2016.
Angka CFR ini belum sesuai dengan
yang diharapkan yaitu <1%.Data
Kementrian Kesehatan Indonesia
(2016) menyatakan, jumlah kasus
diare yang ditangani instansi
kesehatan di Indonesia menurun tiap
tahunnya.
Pada tahun 2016, penderita
diare di Indonesia yang ditangani
sebanyak 46,4% dari jumlah
penderita diare keseluruhan yang
tercatat berjumlah 6.897.463 orang.
Pada tahun 2015, jumlah kasus yang
ditangani 4.017.861 orang,
sedangkan pada tahun 2014 jumlah
penangan kasus diare oleh instansi
kesehatan adalah 8.490.976 orang.
Penurunan jumlah kasus
diare juga terjadi di provinsi
Sumatera Selatan. Data Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
(2013-2017) menyatakan kejadian
diare mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada tahun 2013 terjadi
51.226 kasus diare dan mengalami
penurunan pada tahun 2014 menjadi
44.213 kasus. Pada tahun 2015
jumlah kasus diare kembali
mengalami penurunan menjadi
38.721 kasus. Pada tahun 2016
kembali mengalami penurunan
kasus diare menjadi 37.896 kasus
dan Pada tahun 2017 terjadi
peningkatan kasus diare menjadi
41.957 kasus. Berdasarkan data
diatas, menunjukkan bahwa kasus
diare naik pada tahun 2017 terdapar
41.957 kasus diare dan tidak ada
yang meninggal (Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan,
2017).
Penyakit diare dapat
disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, dan parasit. Beberapa bakteri
penyebab penyakit ini antara lain
bakteri Escherichia coli, Salmonella,
Shigella, Vibrio, Clostridia
perfringens, dan Staphylococcus.
Pada penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri, obat yang
paling banyak digunakan adalah
antibiotik. Berbagai studi
83
menemukan bahwa sekitar 40-62%
antibiotik digunakan secara tidak
tepat (Kemenkes, 2011). Maka perlu
dicari alternatif pengobatan diare dari
bahan alam.
Banyak tanaman obat yang
digunakan secara empiris oleh
masyarakat sebagai obat diare.
Adapun tanaman obat yang dapat
digunakan untuk membantu
mengatasi diare diantaranya
mempunyai efek sebagai adstringen
(pengelat) yaitu dapat mengerutkan
selaput lendir usus sehingga
mengurangi pengeluaran cairan diare
dan disentri, selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang,
dan antibakteri (Ibriani, 2012).
Di Indonesia banyak sekali
tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat tradisional. Salah satu
jenis tanaman yang dapat digunakan
untuk pengobatan penyakit diare
adalahBawang putih (Allium
sativum Linn.). Bawang putih telah
digunakan dari jaman dahulu hingga
jaman modern. Bawang putih
menunjukkan sifat antibiotik yang
luas tehadap bakteri gram positif
dan gram negatif, temasuk terhadap
strain yang multi-resisten antibiotik
(Ibriani, 2012).
Ekstrak etanol bawang putih
(Allium sativum Linn.)
mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti; flavonoid,Tanin,
alkaloid, saponin, steroid, terpenoid
dan minyak atsiri. Tanin dapat
mengerutkan membran sel atau
dinding sel yang dapat mengganggu
permeabilitas sel bakteri. Alkaloid
dapat mengganggu komponen
peptidoglikan pada sel bakteri
sehingga dinding sel tidak terbentuk
sempurna. Saponin dapat merusak
membran sitoplasma yang
menyebabkan bocornya membran
sel. Wiryawan menguji efek
antibakteri bawang putih terhadap
Salmonella thypimurium
menemukan bahwa ekstrak bawang
putih tebukti memiliki efek
antibakteri terhadap salmonella
thypimurium (Gyidian, 2017).
1.2 TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1 TUJUAN
1. Untuk mengetahui ekstrak
etanol bawang putih (Allium
sativum Linn.) dan sari
bawang putih (Allium
sativum Linn) memiliki
aktivitas antibakteri tehadap
bakteri Escherichia coli.
2. Untuk mengetahui besar
daya hambat ekstrak etanol
bawang putih (Allium
sativum Linn.) dan sari
bawang putih (Allium
sativum Linn) terhadap
bakteri Esherichia coli.
3.Untuk mengetahui diantara
ekstrak etanol dan sari murni
bawang putih (Allium
sativum Linn) yang
memberikan efek antibakteri
yang lebih baik
1.2.2 MANFAAT
a. Manfaat Teoritis
Penelitian Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol
dan Sari Bawang Putih
(Allium sativum Linn) ini
diharapkan dapat dijadikan
sebagai referensi atau sumber
informasi mengenai
pemanfaatan
84
tanaman obat sehingga dapat merangsang
timbulnya ide-ide baru untuk
mengembangkan penelitian yang sudah
ada.
b. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada
mahasiswa maupun masyarakat bahwa
ekstrak Bawang Putih (Allium sativum
Linn) dapat berperan sebagai antibakteri.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Antibakteri
Antibiotik adalah substansi yang
diproduksi oleh mikroorganisme sebagai
metabolit sekunder dan dalam konsentrasi
rendah dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh organisme lain. Jadi,
antibiotik adalah bahan antibateri yang
dihasilkan oleh organisme hidup
(Oksfriani, 2018).
Beberapa penelitian telah
menunjukkan adanya resistensi
antibiotika dari 12 jenis bakteri seperti
Enterobactericeae, Staphylococcus,
Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter
baumanii, Klebsiella pneumonia dan
penelitian lainnya menunjukkan bahwa
Escherichia colli resisten terhadap
Ceftriaxone, Levofloxacin, dan
Doxycycline. Secara umum antibiotik
ciprofloxacin menunjukkan aktivitas
antibakteri yang paling baik diantara
amoxicillin, Chlorampenicol dan
Tetracycline. Drug Information Portal
menyatakan bahwa ciprofloxacin
merupakan agen antibakteri yang dapat
mengobati beberapa infeksi yang
disebabkan oleh Escherichia colli,
Klebsiella pneumonia, Staphylococcus
aureus, dan Salmonella thypii (Oksfriani,
2018)
Terapi antibakteri harus digunakan
pada kasus yang parah seperti pada
penyakit diare yang bertujuan untuk
mengurangi durasi penyakit dan dapat
digunakan sebagai pencegahan diare.
Namun peningkatan progresif dalam
resistensi antibiotik antara patogen
enterik di negara berkembang menjadi
area penting untuk menjadi perhatian.
Selain itu, penggunaan antibiotik secara
berlebihan pada pengobatan diare akan
menyebabkan resistensi antibiotik
(Oksfriani, 2018).
Resistensi antibakteri menjadi
semakin penting dalam pengobatan
infeksi terutama infeksi usus yang
disebabkan oleh Shigella,
Escherichia colli, Cholerae dan
Salmonella thypii. pada kasus diare
yang dikarenakan bakteri
Escherichia colli dan Shigella
dysentriae terjadinya resistensi
terhadap antibiotik trimetoprim,
sulfametoksazol dan ampicillin.
sedangkan ciprofloxacin dan
sefotaksim merupakan agen oral
efektif dan aman yang diperlukan
untuk mengobati diare bakteri
(Oksfriani, 2018).
Maka ciprofloxacin adalah
antibakteri yang paling baik di
gunakan untuk menghambat
pertumbuhan Escherichia colli
sebagai agen penyebab diare.
2.2 Tinjauan Bawang Putih
Tanaman bawang putih
muncul pertama kali di Asia tengah
menyebar ke
Cina, bagian Timur, Mediteranian
dan akhirnya menyebar sampai ke
bagianEropa Barat dan Selatan,
Afrika Utaran (Mesir) dan Meksiko
(Arfa, 2014).
85
Bawang putih merupakan
herba semusim berumpun yang
mempunyai ketinggian 60 cm.
Dalampertumbuhannya bawang putih
memerlukan pH yang netral serta
iklim yang sejukdan kering yang
biasanya ditanam di daerah dataran
tinggi yang mendapat sinar matahari
cukup. Walaupun demikian, ada
beberapa jenis bawang putih yang
bisa juga ditanam di daerah dataran
rendah (Rahmawati, 2012).
Bawang putih dengan
kandungan senyawa yang kompleks
memiliki berbagaikhasiat sebagai
antimikroba, antioksidan, anti
kanker, immunodilator,
antiinflamasi, pengobatan penyakit
jantung, dan hipoglikemi (Hanan,
2011).
Manfaat yang terkandung di dalam
bawang putih yang bersifat
antibakteri adalah alisin, minyak
atsiri, flavonoid, polifenol dan
saponin. Alisin dan flavonoid
memiliki daya antibakteri (Zanuar,
2009).
Senyawa flavonoid yang
terkandung dalam bawang putih
memiliki daya antibakteri. flavonoid
merupakan senyawa polifenol yang
memiliki atom karbon. flavonoid
yang terikat dalam tumbuhan terikat
pada gula sebagai glikosida dan
aglikon.
Saponin yang terkandung
dalam bawang putih merupakan
senyawa aktif permukaan yang kuat
dan menimbulkan busa jika dikocok
di dalam air serta pada konsentrasi
yang rendah sering menyebabkan
hidrolisis sel darah merah. beberapa
saponin juga bekerja sebagai
antibakteri (Zanuar, 2009).
Alkaloid merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder
yang terbesar. sneyawa ini bersifat
basa yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen. Alkaloid banyak
memiliki kegiatan fisiologi yang
menonjol sheingga sering digunakan
sebagai pengobatan (Arfa, 2014).
Senyawa terpenes yang
mengandung unsur tambahan seperti
oksigen adalah terpenoid. terpenoid
mampu menghambat pertumbuhan
dari strain bakteri gram positif.
mekanisme aksi terpenoid
diperkirakan sebagai antibakteri
karena melibatkan senyawa lipofilik
yang merusak membran sel bakteri
(Ayu, 2010).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Simplisia
Bawang Putih yang diperoleh
kemudian di sortasi basah dan
dilakukan pencucian dengan
air mengalir untuk
memastikan tidak ada kotoran
di bawang putih, setelah itu
dilakukan perajangan
menggunakan pisau lalu
diletakkan di wadah yang
ditutupi dengan kain
berwarna hitam lalu
dikeringkan dengan
menggunakan sinar matahari
namun tidak secara langsung
sampai simplisia kering.
setelah bawang putih telah
kering kemudian di potong-
potong menjadi ukuran yang
lebih kecil atau bisa dibuat
menjadi serbuk halus, setelah
itu tempatkan bawang putih
86
ke dalam wadah yang tertutup
rapat.
b. Ekstraksi Bawang Putih
Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode
maserasi. Pada metode
maserasi ini menggunakan
pelarut etanol 96%. sebanyak
500 gram bawang putih yang
telah menjadi simplisia
direndam dalam 2 liter
pelarut etanol 96% selama
3x24 jam. kemudian diambil
filtratnya dengan
penyaringan. kemudian
dilakukan penyaringan untuk
emmisahkan filtrat dari
ampas. hasil saringan
kemudian diuapkan dengan
rotary vacuum evaporator
sampai terbentuk ekstrak
kental. Randemen
=𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%
c. Pembuatan Sari Bawang
Putih
pembuatan sari bawang putih
dilakukan dengan mengupas
dahulu bawang putih,
kemudian ditimbang
sebanyak 250 gram dengan
timbangan digital. bawang
putih dimasukkan ke dalam
plastik dan ditumbuk hingga
halus menggunakan mortir
dan stamper. Hasil tumbukan
diperas dengan menggunakan
kasa yang sebelumnya sudah
disterilisasi. sari bawang
putih yang didapat di
tampung kemudian di
sterilisasi (Maya, 2014).
d. Skrining Fitokimia
Penapisan fitokimia
dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa yang
terdapat pada ekstrak bawang
putih. Uji fitokimia dilakukan
terhadap golongan senyawa
alkaloid, steroid, saponin,
tanin dan flavonoid. Prosedur
kerja yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Alkaloid
uji alkaloid dilakukan
dengan 2 macam reaksi yaitu
:
- mereaksikan ekstrak
sebanyak 1 mL ditambahkan
dengan 5 tetes asam klorida
2N dan beberapa tetes
pereaksi Mayer. adanya
Alkaloid ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan putih.
- mereaksikan ekstrak
sebanya 1 mL ditambahkan
dengan 5 tetes asam klorida
2N dan beberapa tetes
pereaksi degendrof. adanya
alkaloid ditunjukkan
terbentuknya endapan atau
larutan cokelat gelap.
2. Steroid
uji steroid dilakukan
dengan mereaksikan ekstrak
sebanyak 1 mL dengan 0,5
mL kloroform lalu
ditambahkan 0,5 mL
CH3COOH glasial dan 2 mL
H2SO4 pekat. adanya steroid
ditunjukkan dengan
timbulnya warna biru atau
ungu pekat.
87
3. Saponin
uji saponin dilakukan
dengan mereaksikan ekstrak
sebanyak 2 mL dengan
aquades ke dalam tabung
reaksi lalu dikocok dengan
kuat selama 10 menit, adanya
saponin ditunjukkan dengan
terbentuknya buih atau busa.
4. Tanin
uji tanin dilakukan
dengan mereaksikan ekstrak
sebanyak 1 mL ditambahkan
dengan 5 tetes metanol dan
beberapa tetes FeCl3 10%.
adanya tanin ditunjukkan
dengan timbulnya warna
gelap yang pekat.
5. Flavonoid
uji flavonoid
dilakukan dengan 2 rekasi
yaitu :
- mereaksikan ekstrak
sebanyak 1 mL dengan 1 tetes
Mg dan 3 tetes HCl pekat.
adanya flavonoid ditunjukkan
dnegan timbulnya warna
terang seperti putih keruh
atau jingga.
e. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sebelum melakukan
penelitian ini, alat dan bahan
harus di sterilisasi terlebih
dahulu agar tidak ada
mikroba yang terdapat pada
alat dan bahan yang
digunakan dengan cara,
semua alat dan bahan
dibungkus dengan
menggunakan alumunium foil
dan jika ada alat yang
berbentuk lubang atau
berlubang maka harus diberi
kapas terlebih dahulu agar air
dari autoklaf tidak akan
masuk kedalam alat tersebut,
setelah semuanya terbungkus
kemudian alat dan bahan di
sterilisasi, alat dengan bahan
kaca di sterilisasi di dalam
oven sedangkan alat dengan
bahan bukan kaca di
sterilisasi di autoklaf dengan
suhu 1210 selama 15 menit.
f. Pembuatan Larutan Uji
Pembuatan larutan uji ekstrak
bawang putih dengan
konsentrasi 30%, 45% dan
70% (b/v) dilarutkan dalam
aquades hingga 10 mL.
g. Pembuatan Larutan
Kontrol
Pembuatan larutan
antibiotik menggunakan
bahan baku ciprofloxacin 500
mg dilarutkan dalam 100 ml
aquadest sehingga didapatkan
5mg/ml. Kemudian diambil 1
ml dan di tambahkan 100 ml
aquadest steril sehingga
didapatkan konsentrasi 50
µg/ml larutan antibiotik ini
digunakan sebagai kontrol
positif dan pelarut aquadest
digunakan sebagai kontrol
negatif.
h. Pembuatan Media
1. Nutrien Agar
Serbuk NA sebanyak
23 gram dilarutkan dalam
1 liter aquades dan
dipanaskan sampai
mendidi sampai semuanya
larut lalu disterilkan dalam
88
autoklaf pada suhu 121 oC
selama 15 menit. Nutrien
Agar dituang kedalam
cawan petri sebanyak 15
ml kedalam cawan petri.
2. Nutrien Broth (NB)
Sebanyak 8 gram
serbuk Nutrien
Brothditambahkan dengan
1 liter aquadest dipanaskan
hingga larut diatas hot
plate dan menggunakan
magnetik stiret sampai
bening. Media disterilkan
dalam autoklaf dengan
suhu 121 oC selama 15
menit.
3. Pembuatan Mc. Farland
Larutan H2SO4 0,3 N
sebayak 99,5 ml
dicampurkan dengan
larutan BaCl2, 2H2O
1,175% sebanyak 0,5 ml
dalam erlenmayer.
Kemudian dikocok sampai
terbentuk larutan yang
keruh. Kekeruhan ini dapat
digunakan sebagai standar
kekeruhan suspensi
bakteri.
i. Penyiapan Bakteri Uji
1. Peremajaan Bakteri Uji
Biakan bakteri Escherichia
colli masing-masing
sebnayak satu ose
diinokulasikan kedalam
media agar NA yang telah
membeku secara terpisah dan
aseptis dengan meletakkan
jarum ose yang mengandung
biakan pada dasar gerakan
zig-zag (metode streak).
selanjutnya diinokulasikan
dalam inkubator pada suhu
370C selama 3x24 jam.
2. Suspensi Bakteri
Bakteri di suspensikan
dengan mencampurkan 1 ose
biakan bakteri dengan NaCl
0,9% steril, kemudian di
vortex dan kekeruhannya di
standarisasi dengan
konsentrasi 10-5 Mc Farland.
j. Uji Efektivitas Ekstrak
Etanol Bawang Putih dan Sari
Bawang Putih terhadap
Bakteri Escherichia colli
1. Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM)
Bakteri di suspensikan
dengan mencampurkan 1 ose
biakan bakteri dengan NaCl
0,9% steril, kemudian di
vortex dan kekeruhannya di
standarisasi dengan
konsentrasi 10-5 Mc Farland.
Pada media Nutrien Agar
yang sudah membeku,
diusapkan suspensi bakteri
Escherichia colli dengan
menggunakan jarum ose.
Kemudian kertas cakram
berukuran 6 mm direndam
pada ekstrak bawang putih
(Allium sativum Linn.) dan
sari bawang putih dengan
berbagai konsentrasi 30%,
45% dan 60%, lalu letakkan
kertas cakram pada cawan
petri yang sudah ditanami
bakteri. sebagai kontrol
positifnya kertas cakram
direndam pada antibiotik
ciprofloxacin selama lebih
89
kurang 15 menit, dan kontrol
negatifnya kertas cakram
direndam dalam aquades
lebih kurang 15 menit,
kemudian dikeringkan dan
diletakkan pada permukaan
media agar. kemudian
diinkubasi pada suhu 36-37%
selama 18-24 jam. Kemudian
diukur diameter zona bening
(clear zone) yang terbentuk
dengan menggunakan jangka
sorong.
2. Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM)
Penentuan KHM
dilakukan dengan
menggunakan metode dilusi
cair/broth dilution test dengan
konsentrasi larutan uji 30%,
45%, dan 60% 10 gr/ml dari
ekstrak bawang putih dan sari
bawang putih (Allium sativum
Linn), yang kemudian
ditambahkan dengan suspensi
bakteri uji 0,5 ml. Lalu
digojok dan larutan uji agen
antimikroba pada kadar
terkecil yang terlihat jernih
tanpa adanya pertumbuhan
mikroba uji ditetapkan
sebagai KHM.
k. Analisis Data
Analisis data dalam
penelitian dilakukan dengan
menggunakan analisis statistika Two-
Way Anova dengan menggunakan
hasil pengamatan dan variansi.
4. PEMBAHASAN
4.1 Hasil Ekstraksi
Ekstraksi simplisia bawang
putih (Allium sativum Linn.)
dilakukan menggunakan ekstraksi
cara dingin, yaitu dengan metode
maserasi. Sebanyak 500 gram
simplisia bawang putih diekstraksi
dengan 2 liter pelarut etanol 96%
dengan cara direndam selama 3 x 24
jam sambil sesekali dilakukan
pengadukan. Proses maserasi
dilakukan sebanyak 2 kali. Maserat
yang diperoleh dari maserasi
dipekatkan dengan menggunakan
rotary evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental. Total ekstrak etanol
96% bawang putih yang diperoleh
sebanyak 15,7 gram dengan persen
randemen 3,14%.
Randemen % =
15,7 gr/ 500 grx
100
=
3,14%
4.2 Hasil Pembuatan Sari
Bawang putih
Pada proses pembuatan sari
bawang putih didapatkan 60 mL sari
murni bawang putih dari 250 gr
bawang putih segar yang di parut
halus. hasil sari bawang putih
kemudian di pindahkan ke botol kaca
kemudian ditutup rapat dan di
sterilisasi dengan suhu 1210 selama
15 menit sebelum digunakan.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia bertujuan
untuk mengetahui kandungan
metabolit sekunder yang terkandung
dalam ekstrak etanol dan sari murni
bawang putih (Allium sativum Linn.)
sehingga dapat diketahui senyawa
yang berpotensi sebagai antibakteri.
Hasil skrining fitokimia
menunjukkan reaksi positif terhadap
flavonoid, saponin, steroid dan tanin
90
yang dapat berperan sebagai
antibakteri.
Berdasarkan skrining
fitokimia yang dilakukan, didapatkan
hasil identifikasi senyawa seperti
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining
Fitokimia ekstrak etanol
bawang putih
(Allium sativum Linn.)
N
o
Identifika
si
Senyawa
Hasil
Analis
a
Ekstra
k
1 Alkaloid -
2 Steroid +
3 Terpenoi
d
-
4 Tanin +
5 Saponin +
6 Flavonoid +
Sumber : Penelitian
Keterangan :
(+) menunjukkan
reaksi positif
(-) menunjukkan
reaksi negatif
Dari tabel diatas diketahui
bahwa ekstrak etanol bawang
putihbawang putih positif
mengandung senyawa flavonoid,
tanin, saponin dan steroid.
Tabel 4.2 Hasil Uji Skrining
Fitokimia sari murni
bawang putih
(Allium sativum Linn.)
N
o
Identifika
si
Senyawa
Hasil
Analis
a
Sari
murni
1 Alkaloid -
2 Steroid +
3 Terpenoi
d
-
4 Tanin +
5 Saponin +
6 Flavonoid +
Sumber :
Penelitian
Keterangan :
(+) menunjukkan
reaksi positif
(-) menunjukkan
reaksi negatif
Dari tabel diatas diketahui
bahwa sari murni bawang putih
bawang putih positif mengandung
senyawa flavonoid, tanin, saponin
dan steroid.
4.4 Uji Aktivitas Daya Hambat
Ekstrak Etanol
Berdasarkan uji aktivitas
daya hambat ekstrak etanol bawang
putih yang dilakukan didapatkan
hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3Hasil Pengamatan nilai
Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM)Ekstrak Etanol Bawang Putih
(Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri
Escherichia coli(Metode Dilusi Cair)
No Konsentrasi Hasil analisa
91
P1 P2 P3
1 30% + + +
2 45% - - -
3 70% - - -
4 Kontrol + - - -
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Tanda positif (+):
Menunjukkan ada
pertumbuhan bakteri
Tanda negatif (-) :
Menunjukkan tidak ada
pertumbuhan bakteri
Kontrol (+): Ciprofloxacin
Kontrol (-): Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.3. diketahui
bahwa pada konsentrasi 30% telah
dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli.
4.5 Uji Aktivitas Daya Hambat
Sari Murni Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas
daya hambat sari murni bawang
putih yang dilakukan didapatkan
hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4Hasil Pengamatan
nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM). Sari murni bawang putih
(Allium sativum Linn.) terhadap
Bakteri Escherichia coli (Metode
Dilusi Cair)
No Konsentrasi Hasil analisa
P1 P2 P3
1 30% + + +
2 45% - - -
3 70% - - -
4 Kontrol + - - -
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Tanda positif (+):
menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri
Tanda negatif (-) :
menunjukkan tidak adanya
pertumbuhan bakteri
Kontrol (+): Ciprofloxacin
Kontrol (-): Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.4. diketahui
bahwa pada konsentrasi 30% sudah
dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli.
4.6 Uji Aktivitas Daya Bunuh
Ekstrak Etanol Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas
daya bunuh ekstrak etanol bawang
putih yang dilakukan didapatkan
hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5Hasil Pengamatan nilai
Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM)
Ekstrak Etanol Bawang
Putih (Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri
Escherichia coli(Metode Difusi)
92
No Konsentrasi Hasil analisa Rata –
rata
Respon
Hambat P1 P2 P3
1 30% 8,9
mm
12,4
mm
11,7
mm
11 mm Kuat
2 45% 12,2
mm
13,2
mm
12,8
mm
12,7 mm Kuat
3 70% 13,1
mm
15,7
mm
15 mm 14,6 mm Kuat
4 Kontrol + 26,6
mm
26,6
mm
26,6
mm
26,6 mm Sangat
Kuat
5 Kontrol - 0 0 0 0 Lemah
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Kontrol (+) :
Ciprofloxacin
Kontrol (-) : Aquadest
steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan
1
P3 : Pengulangan
2
Dari tabel 4.5. menunjukkan bahwa
perlakuan pada cawan petri dengan
konsentrasi 30%; 45% dan 60%
replikasi sebanyak 3 kali, semuanya
terbentuk zona bening. selain itu,
kontrol positif juga mampu
membunuh pertumbuhan bakteri
dengan adanya zona bening yang
terbentuk disekitar media. sedangkan
untuk kontrol negatif tidak terbentuk
zona bening pada media.
4.7 Uji Aktivitas Daya Bunuh
Sari Murni Bawang Putih
Berdasarkan uji aktivitas
daya unuh sari murni bawang putih
yang dilakukan didapatkan hasil
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan nilai
Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM)
Sari Murni Bawang
Putih (Allium sativum Linn.)
terhadap Bakteri
Escherichia coli (Metode Difusi)
No Konse
ntrasi
Hasil analisa Rata –rata
P1 P2 P3
1 30% 7,9
mm
8 mm 9,1 mm 8,3 mm
2 45% 8,7
mm
8,2 mm 9,9 mm 8,9 mm
3 70% 9,5
mm
9,2 mm 10,3 mm 9,6 mm
4 Kontr
ol +
26,6
mm
26,6
mm
26,6 mm 26,6 mm
5 Kontr
ol -
0 0 0 0
Sumber : Penelitian
Keterangan :
Kontrol (+): Ciprofloxacin
Kontrol (-): Aquadest steril
P1 : Perlakuan
P2 : Pengulangan 1
P3 : Pengulangan 2
Dari tabel 4.6. menunjukkan
bahwa perlakuan pada cawan petri
dengan konsentrasi 30%; 45% dan
60% replikasi sebanyak 3 kali,
semuanya terbentuk zona bening.
selain itu, kontrol positif juga mampu
membunuh pertumbuhan bakteri
dengan adanya zona bening yang
terbentuk disekitar media. sedangkan
untuk kontrol negatif tidak terbentuk
zona bening pada media.
4.8 Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan perlu diketahui apakah
93
perbedaan daya hambat berbagai
konsentrasi dari ekstrak etanol dan
sari murni bawang putih (Allium
sativum Linn) terhadap pertumbuhan
bakteri Escherichia coli tersebut,
maka dilakukan uji statistik Two-
Way Anova, dan diperoleh hasil
perbandingan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Perbandingan
pada uji statistik Two-way anova
N
o
Konsent
rasi
Rata - rata
zona hambat
Sig. Ekstrak
Etan
ol
Sari
Mur
ni
1 30% 11
mm
8,3
mm
0,0
00
2 45% 12,7
mm
8,5
mm
0,0
00
3 60% 14,6
mm
9,6
mm
0,0
00
Dari hasil analisis statistik di
atas, menunjukkan bahwa ekstrak
etanol memiliki zona bening yang
lebih besar dibandingkan dengan sari
murni bawang putih. dengan adanya
p=0,000 (<0,05) yang berarti ada
perbedaan yang bermakna pada
konsentrasi ekstrak etanol dan sari
murni bawang putih (Allium sativum
Linn) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia
coli. Karena hasil yang didapatkan
bermakna, maka uji dilanjutkan
dengan uji Post Hoc Test.
94
4.9 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di
laboratorium teknologi steril STIK
Siti Khadijah Palembang pada bulan
Juli - Agustus 2019. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat aktivitas
antibakteri yang lebih baik di antara
ekstrak etanol dan sari murni bawang
putih (Allium sativum Linn) dalam
menghambat dan membunuh
pertumbuhan Escherichia coli.
Penelitian ini menggunakan
sampel ekstrak etanol dan sari murni
bawang putih (Allium sativum Linn).
Bawang putih (Allium sativum Linn)
yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Pasar Lemabang Kota
Palembang. Bawang putih yang
didapat kemudian di buat menjadi
simplisia kering seperti yang
dilakukan pada prosedur kerja.
bawang putih yang telah di cuci
bersih dengan air kemudian di
rajang. Menurut Martin (2011),
perajangan simplisia bertujuan agar
semakin kecil partikel maka akan
semakin luas permukaan dan akan
semakin luas pula kontak dengan
lingkungan yang artinya akan
semakin mempercepat proses
penguapan. kemudian simplisia
dikeringkan dengan cahaya matahari
namun secara tidak langsung, bagian
atasnya dilapisi dengan kain
berwarna hitam dikarenakan untuk
menghindari sinar ultraviolet secara
langsung yang ada di dalam sinar
Tabel 4.8 Hasil Uji post hoc test terhadap daerah hambat Escherichia coli
Multiple Comparisons
Dependent Variable: DIAMETER
Bonferroni
(I) KONSENTRASI
(J) KONSENTRASI
Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
30% 45% ,50 ,500 1,000 -,89 1,89
60% -1,75* ,500 ,013 -3,14 -,36
45% 30% -,50 ,500 1,000 -1,89 ,89
60% -2,25* ,500 ,002 -3,64 -,86
60% 30% 1,75* ,500 ,013 ,36 3,14
45% 2,25* ,500 ,002 ,86 3,64
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,000.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.
Pada pengujian tukey post hoc test yang dilakukan untuk menilai kategori
dari variabel konsentrasi yang memiliki perbedaan didapatkan hasil uji yang
menunjukkan perbedaan signifikan. hasil tersebut dapat dilihat pada konsentrasi
45% dengan 60% dan 60% dengan 45% dengan nilai signifikan p=0,002.
95
matahari karena sinar ultraviolet
adalah katalisator untuk
mempercepat reaksi (Fessenden,
1989). setelah simplisia menjadi
kering kemudian simplisia di
haluskan kembali dengan cara di
cacah lebih kecil ataupun di blender
dengan tujuan memperkecil partikel
agar mempercepat proses ekstraksi
(Endang, dkk, 2014).
Ekstraksi bawang putih
dilakukan menggunakan metode
maserasi, metode maserasi dipilih
karena merupakan salah satu metode
ekstraksi cara dingin dimana metode
ini dilakukan dengan merendam
simplisia di dalam pelarut pada suhu
kamar sehingga kerusakan atau
degradasi metabolit dapat
diminimalisasi (Endang dkk, 2014).
pelarut yang digunakan dalam
metode maserasi yaitu etanol 96%.
Pemilihan etanol 96% adalah karena
titik didih dari etanol adalah 700
sehingga lebih mudah untuk
menurunkan tekanan ke 500, selain
itu etanol lebih mudah menguap
dibandingkan dengan air (Martin,
2011).
Setelah dilakukannya metode
maserasi, maserat yang didapat
kemudian di kentalkan dengan rotary
vacuum evaporator dan water bath.
Dijelaskan oleh Khunaifi (2010)
bahwa pengentalan dengan
menggunakan bantuan rotary
vacuum evaporator akan
menurunkan tekanan uap pelarut,
sehingga pelarut akan menguap di
bawah titik didih normalnya.
Tujuannya adalah agar komponen
fitokimia yang terdapat dalam
ekstrak tidak mengalami kerusakan
akibat pemanasan yang berlebihan.
sedangkan untuk water bath
bertujuan untuk menguapkan sisa
cairan penyari dan diperoleh ekstrak
kental (Sholichah dkk, 2019).
Selanjutnya adalah proses pembuatan
sari murni bawang putih yaitu
dengan cara dihaluskan dan di ambil
sarinya.
Setelah proses ekstraksi
kemudian dilakukannya skrining
fitokimia seperti pada tabel 4.4 dan
tabel 4.5. Menurut Gydian dkk
(2017) di dalam bawang putih
terdapat metabolit sekunder berupa
flavonoid, tanin, saponin, dan
steroid. Berdasarkan dengan
penelitian yang dilakukan, benar
adanya terdapat metabolit sekunder
tersebut. hasil penelitian ini
didukung dengan teori Lingga dan
Rustama (2005) bahwa di dalam
bawang putih terdapat metabolit
sekunder berupa flavonoid, tanin,
saponin, dan steoid yang berperan
sebagai antibakteri. Berdasarkan
teori, hasil dan penelitian terkait,
maka menurut asumsi peneliti di
dalam bawang putih benar adanya
terdapat metabolit sekunder berupa
flavonoid, tanin, saponin, dan
terpenes yang berperan sebagai
antibakteri.
Ekstrak bawang putih dan
sari murni bawang putih dibuat
dalam 3 konsentrasi yaitu 30%, 45%
dan 60% yang dilarutkan
menggunakan aquadest steril. larutan
konsentrasi tersebut digunakan untuk
uji kadar hambat minimum (KHM)
dan uji kadar bunuh minimum
(KBM) bersamaan dengan kontrol
positif yaitu ciprofloxacin yang
berasal dari PT. Indofarma Jakarta
dan kontrol negatif yaitu aqua
destilata. penggunaan ciprofloxacin
dikarenakan ciprofloxacin
96
merupakan golongan flurokuinolon
yang bersifat bakterisid.
Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada ekstrak bawang putih
berdasarkan tabel 4. 3 KHM
terlihat pada konsentrasi 45%,
berdasarkan penelitian terkait yang
dilakukan oleh Irmudita (2008)
menunjukkan bahwa Kadar Hambat
Minimum (KHM) ekstrak etanol
bawang putih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia
coli pada konsentrasi 50%. Hal ini
dapat dilihat bahwa penelitian yang
dilakukan menghasilkan KHM lebih
baik dibandingkan peneliti terkait.
Sedangkan Kadar Hambat Minimum
(KHM) pada sari murni bawang
putih berdasarkan tabel 4.4 KHM
terlihat pada konsentrasi 45% sari
murni bawang putih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli.
Kadar Bunuh Minimum
(KBM) pada ekstrak bawang putih
berdasarkan tabel 4.5. dapat dilihat
bahwa besarnya zona bening yang
terbentuk terus menerus meningkat
seiring dengan bertambah besarnya
konsentrasi ekstrak etanol bawang
putih. Zona bening terbesar terdapat
pada konsentrasi 60% yaitu 15,7mm.
sedangkan zona bening terendah
terdapat pada konsentrasi 30% yaitu
8,9mm. semakin tinggi konsentrasi
semakin tinggi pula kandungan zat
aktif didalamnya sehingga aktivitas
antibakterinya akan semakin besar
dan juga sebaliknya semakin rendah
konsentrasi akan semakin sedikit
kandungan zat aktif di dalamnya
sehingga aktivitas antibakteri akan
semakin berkurang (Khairunnisa,
2018). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Periskila (2016),
KBM pada ekstrak bawang putih
pada konsentrasi 10% hanya dapat
menghambat namun belum dapat
membunuh bakteri Escherichia coli.
Namun pada penelitian yang
dilakukan, telah terbentuk zona
bening pada konsentrasi 30%. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak etanol
bawang putih dapat membunuh
pertumbuhan bakteri Escherichia
coli. Sedangkan pada Kadar Bunuh
Minimum (KBM) sari murni bawang
putih beradasarkan tabel 4.6. zona
bening terbesar terdapat pada
konsentrasi 60% yaitu 10,3mm dan
yang terendah pada konsentrasi 30%
yaitu 7,9mm.
Dari hasil penelitian yang
didapat dilakukan analisa data
menggunakan uji statistik Two-Way
Anova yang hasilnya adalah
pengaruh semua variabel independen
(ekstrak, konsentrasi dan interaksi
ekstrak dengan konsentrasi) secara
bersama-sama terhadap variabel
dependen ( diameter daerah hambat
Escherichia coli) memiliki nilai
signifikansi 0,000 (< 0,05) yang
berarti model valid. Pengaruh ekstrak
terhadap diameter daerah hambat
bakteri Escherichia coli berpengaruh
signifikansi karena memiliki nilai
0,000 (< 0,05). Pengaruh konsnetrasi
terhadap diameter daerah hambat
Escherichia coli memiliki nilai 0,000
(< 0,05). Sedangkan Pengaruh
interaksi ekstrak dan konsentrasi
terhadap diameter daerah hambat
Escherichia coli memiliki nilai 0,000
(< 0,05) sehingga dapat dikatakan
signifikan. R kuadrat menunjukkan
nilai 0,838 dimana mendekati 1 maka
korelasi kuat. Selanjutnya dilakukan
pengujian untuk menilai kategori dari
variabel konsentrasi yang memiliki
perbedaan signifikan dengan Turkey
97
post hoc. Hasilnya variabel
konsentrasi menunjukkan perbedaan
daya bunuh signifikan yaitu pada
konsentrasi 45% dengan 60% dan
60% dengan 45% dengan nilai
signifikansi p=0,002. (< 0,05).
Dengan melihat fakta hasil
penelitian, dapat disimpulkan ekstrak
etanol dan sari bawang putih dapat
membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia
coli, namun pada penelitian yang
dilakukan ekstrak etanol bawang
putih lebih baik dalam hal
membunuh dan menghambat bakteri
Escherichia coli daripada sari murni
bawang putih. Hal ini membuktikan
bahwa hipotesa yang telah disusun
sebelumnya adalah benar. Namun
aplikasi klinis dari penelitian ini
masih memerlukan penelitian lebih
lanjut agar dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif khususnya di
bidang farmasi.
5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan untuk melihat aktivitas
antibakteri ekstrak etanol dan sari
murni bawang putih (Allium sativum
Linn) pada bakteri Escherichia coli,
didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengaruh ekstrak etanol dan
sari murni bawang putih (Allium
sativum Linn) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli.
2. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa :
a) Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) ekstrak etanol
bawang putih (Allium
sativum Linn) terhadap bakteri
Escherichia coli
yaitu 30%
b) Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) sari murni bawang
putih (Allium sativum Linn)
terhadap bakteri Escherichia coli
yaitu 45%.
c) Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak etanol
bawang putih (Allium
sativum Linn) terhadap bakteri
Escherichia coli yaitu 30%,
45% dan 60%.
d) Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) sari murni bawang
putih (Allium sativum Linn)
terhadap bakteri Escherichia coli
yaitu 30%, 45% dan 60%.
3. Ekstrak etanol bawang putih
lebih baik dalam menghambat dan
membunuh bakteri
Escherichia coli dibandingkan
dengan sari murni bawang putih.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh
dari penelitian ini diketahui bahwa
ekstrak etanol dan sari bawang putih
(Allium sativum Linn) mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri pada
bakteri Escherichia coli sehingga
disarankan untuk :
1. Dengan adanya penelitian ini
didapatkan hasil bahwa
bawang putih yang selama ini
dianggap masyaratkat sebagai
bahan/bumbu masakan
memiliki ativitas sebagai
antibakteri sehingga di
mohon kepada Prodi S1
Farmasi STIK SITI Khadijah
Palembang untuk dapat
98
melakukan penyuluhan
kepada masyarakat.
2. Sebagai referensi tentang
manfaat bawang putih
(Allium sativum Linn),
sehingga dapat digunakan
bagi praktek mahasiswa
kesehatan masyarakat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
untuk menambah
pengetahuan dan referensi
sehingga nantinya bisa
melakukan penelitian tentang
bawang putih terhadap
bakteri yang belum pernah
diteliti atau dibuat sediaan
formulasi sebagai antibakteri
dari bawang putih.
99
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, 2015. Uji Daya Antibakteri
Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Terhadap
Bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia colli.
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Arfa, Samudera. 2014. Uji AKtivitas
Antibakteri Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum Linn)
Terhadap Bakteri
Streptococcus mutans.
Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas
Katolik Prahayangan.
Ayu, F. 2010. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Dengan Perilaku Ibu
Terhadap Penanganan Diare
Pada Anak Didesa Jatisobo
Kecamatan Polokarto
Kabumen Sukoharjo.Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Betz Cecily L, Sowden Linda A.
2009. Buku saku
keperawatan.Pediatik,
Jakarta, EGC.
Dinkes. 2017. Profil Kesehatan Kota
Palembang Tahun 2017.
Sumatera Selatan.
Palembang.
Fessenden, Ralph J., Fessenden, Joan
S. 1982. Kimia Organik Edisi
ketiga Jilid I. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Gydian, Upa. 2017. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol
Bawang Putih (Allium
sativum Linn)Terhadap
pertumbuhan Bakteri
Salmonella Thypiiriumum
dan Escherichia colli.
Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran
UHO.
Hidayat, Ahmad. 2008. Identifikasi
Senyawa Organosulfur
Terhadap Kasus Diarrhea.
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program
Studi Farmasi UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Harborne, J.B, 1996. Metode
Fitokimia Penuntun Cara
Moderen Menganalisis
Tumbuhan. Diterjemahkan
oleh Kosasih Padmawinata
dan Imam Sudiro Edisi II.
Hal 4-7 : 69-76. ITB.
Bandung
Ibriani. 2013 Uji aktivitas
antimikroba Ekstrak Etanol
Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Terhadap
Bakteri Staphylococus aureus
dan Salmonella thypiiriumum
secara in vitro. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi
Farmasi UIN Syarif
Hiadayatullah. Jakarta.
100
Jawetz, E., Melnick, J.L. &
Adelberg, E.A., 2005,
Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh
Mudihardi, E., Kuntaman,
Wasito, E. B., Mertaniasih,
N.M., Harsono, S.,
Alimsardjono, L., Edisi XXII
Jawetz, E, Melnick, L.L, Adelburg,
E. A.2008. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Jawetz Melnick & Adelbreg. 2013
Mikrobiologi Kedoktteran.
Edisi 25. Jakarta: Salemba
Medika.
Khairunnisa, 2018. Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol
Kulit Buah Nanas Terhadap
Bakteri Escherichia coli
Beserta Analisis
Kualitatifnya. Program Studi
S1 Farmasi Stik Siti Khadijah
Palembang.
Khomsah, Mutia. 2018. Uji
Efektivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Gambir
(Uncaria Gambir Roxb)
Terhadap Bakteri Penyebab
Jerawat Propionibacterium
Acnes ATCC27853TM dan
Staphylococcus Epidermis
ATCC 8853TM. Program Studi
S1 Farmasi Stik Siti Khadijah
Palembang.
Martin, A., J. Swarbrick, dan A.
Cammarata. 2011. Farmasi
Fisik:Dasar-dasar Farmasi
fisik dalam ilmu Farmasetika
Edisi ketiga. Jakarta. UI
Press.
Mikaili, Abdul. 2013. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstra Bawang
Putih (Allium sativum Linn)
Pada Terhadap Bakteri
Eschericia coli. Jurusan
Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang.
Microbesinfo. 2014. Definition,
Classification, Morphology
And Cultural Characteristics
Of Shigella. Microbiology
And Infectious Diseases.
Diakses Jumat, 15 Maret
2019
(http://microbesinfo.com/2014
/09/definition-classification-
morphology-and-cultural-
characteristics-of-shigella/).
Nur Atikah. 2015. Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol
Dan Heksana Bawang Putih
(Allium sativum Linn)
Terhadap Bakteri Eschericia
coli dan Staphylococcus
aureus. Fakultas
Teknobiologi, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
Oksfriani. 2018. Uji Sensitivitas
Antibiotik Terhadap Bakteri
Escherichia colli Penyebab
Diare Balita Di Kota
101
Manado. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi. Manado.
Periskila, Dina K. 2016. Uji aktivitas
antibakteri dari ekstrak
bawang putih lanang (Allium
sativum) terhadap
pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
Program Studi Biologi
Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Puspitasari, Anggun. 2018. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Biji Alpukat (Persea
american MIL) Terhadap
Penyebab Diare Esherichia
coli dan Bacillus cereus.
Program Studi S1 Farmasi
Stik Siti Khadijah
Palembang.
Rahmawati. 2012. Klasifikasi dan
Manfaat Bawang Putih
(Allium sativum
Linn).Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Saputra, Hari. 2016. Uji Efektivitas
Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum Linn)
Sebagai Antibakteri
Terhadap Vibrio Cholerae
dan Staphylococcus Aureus
Secara In Vitro Dengan
Metode Difusi Cakram.
Program Studi
Sujudi, 2002. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Suma SA. 2014. Faktor –Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Akut Pada
Balita Diwilayah Kerja
Puskesmas Bulango Utara
Kecamatan Bulango Utara
Kabupaten Bone Bolango
Tahun 2013.Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan.
Universitas Negeri
Gorontalo..
Umar, Zein, Khalid, dkk. 2017.
Diare Akut Disebabkan
Bakteri. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
WHO. 2016. Dysenterie
(Shigellosis). Diakses Selasa,
18 Maret 2019.
(http://www.who.int/selection
_medicines)
Wijaya Ariyani Ayu. 2010. Evaluasi
Penggunaan Antibitika Untuk
Penyakit Diare Pada Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009.
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
102
102