5
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di beberapa rumah sakit di Indonesia, penyakit disentri menduduki peringkat pertama sampai ke empat. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysenteriae (Zein et al., 2004). Sebagian besar kasus infeksi Shigella terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun (Jawetz et al., 2005) dan kelompok yang paling rentan terinfeksi adalah anak-anak usia 1-4 tahun (Radji, 2011). Shigella dysenteriae merupakan bakteri penyebab infeksi terutama di daerah saluran pencernaan. Bakteri ini memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas dan mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan syaraf pusat. Eksotoksin merupakan enteroktoksin yang dapat menimbulkan diare yang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun (Jawetz et al., 2005). Selama ini pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysentriae dilakukan dengan pemberian 1

uji aktivitas antibakteri kedelai terhadap Shigella dysentriae

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latar belakang

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di beberapa rumah sakit di Indonesia, penyakit disentri menduduki peringkat pertama sampai ke empat. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysenteriae (Zein et al., 2004). Sebagian besar kasus infeksi Shigella terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun (Jawetz et al., 2005) dan kelompok yang paling rentan terinfeksi adalah anak-anak usia 1-4 tahun (Radji, 2011). Shigella dysenteriae merupakan bakteri penyebab infeksi terutama di daerah saluran pencernaan. Bakteri ini memproduksi eksotoksin yang tidak tahan panas dan mempengaruhi saluran pencernaan dan susunan syaraf pusat. Eksotoksin merupakan enteroktoksin yang dapat menimbulkan diare yang menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun (Jawetz et al., 2005). Selama ini pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysentriae dilakukan dengan pemberian antibiotik seperti tertrasiklin, ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol (Jawetz et al., 2005). Namun, sudah banyak dilaporkan penggunaan atibiotik yang tidak rasional dari pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Shigella dysentriae telah menimbulkan resistensi terhadap beberapa antibiotik seperti kotrimoksazol, ampisilin, dan kloramfenikol (Health Technology Assesssment Indonesia, 2005). Dengan adanya kasus resistensi tersebut maka perlu dilakukan pencarian obat baru yang relatif aman sebagai pengobatan alternatif. Pemanfaatan herbal merupakan salah satu solusi terhadap masalah tersebut.Baru-baru ini ekstrak tanaman telah dimanfaatkan sebagai sumber produk antibiotika alami sebagai obat alternatif untuk pengobatan penyakit menular (Achryya et al., 2010). Salah satu sumber antibakteri alami adalah tanaman kedelai (Glycine max L. Merill). Identifikasi senyawa aktif pada tanaman kedelai menunjukan adanya kandungan terpenoid. Senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki daya antibakteri dengan aktivitasnya pada dinding sel, membran sel, protein, metabolisme sel, dan sintesis asam nukleat (Tanaka et al., 2002). Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian potensi antibakteri dari ekstrak etanol daun kedelai spesies Glycine max L. Merill terhadap Shigella dysentriae.

1.2 Identifikasi MasalahAdapun masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang tersebut adalah:1. Apakah metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol daun kedelai?2. Apakah ekstrak etanol daun kedelai memiliki aktivitas antibakteri terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313?3. Berapakah konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsentrasi bunuh minimum ekstrak etanol daun kedelai terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313?

1.3Tujuan penelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolit sekunder, aktivitas antibakteri, konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsentrasi bakterisidal minimum ekstrak etanol serta kandungan kimia dalam ekstrak etanol daun kedelai (Glycine max (L.) Merill) terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.4Kegunaan PenelitianKegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah mengenai ekstrak etanol daun kedelai sebagai antibakteri terhadap Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.5Metode PenelitianAdapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:1. Pengumpulan bahan dan determinasi daun Kedelai (Glycine max (L.) Merill).2. Ekstraksi simplisia daun kedelai.3. Pemeriksaan kualitas ekstrak meliputi penetapan kadar air, penapisan fitokimia dan profil kromatografi ekstrak.4. Uji konfirmasi bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.5. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kedelai terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.6. Uji konsentrasi hambat tumbuh minimum dan konsetrasi bunuh minimum ekstrak etanol daun kedelai terhadap bakteri Shigella dysentriae ATCC 13313.

1.6Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Farmasi dan Laboratorium Farmasi Bahan alam Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran dari bulan Januari sampai Juni 2015.1