81
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang batang tanduk dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, anggota-anggota tubuh, wajah dan kepala (Bariqina dan Ideawati, 2001). Rambut dapat tumbuh di seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Rambut sendiri bentuknya kecil seperti benang tipis dan tumbuh keluar dari kulit tapi tidak memiliki syaraf perasa sehingga tidak terasa sakit kalau dipotong (Machmudah dan Ismiatun, 2004). Rambut yang terdapat hampir di seluruh permukaan tubuh memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, salah satunya fungsi estetika bagi laki-laki dan perempuan, selain itu juga berfungsi sebagai mahkota kecantikan bagi perempuan. Kerontokan rambut sering diakhiri dengan kebotakan merupakan problema estetika yang sangat dikhawatirkan setiap orang. Kerontokan rambut umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu bahan kimia, obat-obatan, infeks kulit kepala setempat dan umur. Berbagai produk kosmetik, baik yang berasal dari bahan sintesis maupun alami, telah banyak dipakaikan untuk mengatasi kerontokan rambut dan kebotakan. Pada penggunaannya, terkadang produk sintesis dapat menimbulkan efek samping sehingga perawatan rambut secara tradisional dengan menggunakan herbal kembali diminati. Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan

uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

Embed Size (px)

DESCRIPTION

daya penyubur rambut

Citation preview

Page 1: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai

batang batang tanduk dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, anggota-anggota

tubuh, wajah dan kepala (Bariqina dan Ideawati, 2001). Rambut dapat tumbuh di

seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Rambut

sendiri bentuknya kecil seperti benang tipis dan tumbuh keluar dari kulit tapi

tidak memiliki syaraf perasa sehingga tidak terasa sakit kalau dipotong

(Machmudah dan Ismiatun, 2004). Rambut yang terdapat hampir di seluruh

permukaan tubuh memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, salah

satunya fungsi estetika bagi laki-laki dan perempuan, selain itu juga berfungsi

sebagai mahkota kecantikan bagi perempuan. Kerontokan rambut sering diakhiri

dengan kebotakan merupakan problema estetika yang sangat dikhawatirkan setiap

orang.

Kerontokan rambut umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

bahan kimia, obat-obatan, infeks kulit kepala setempat dan umur. Berbagai

produk kosmetik, baik yang berasal dari bahan sintesis maupun alami, telah

banyak dipakaikan untuk mengatasi kerontokan rambut dan kebotakan. Pada

penggunaannya, terkadang produk sintesis dapat menimbulkan efek samping

sehingga perawatan rambut secara tradisional dengan menggunakan herbal

kembali diminati. Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang

mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan

Page 2: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

2

kulit kepala. Penggunaan bahan-bahan yang berfungsi sebagai penumbuh rambut

(misalnya counter irritant) dalam konsentrasi rendah akan menyebabkan

kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga meningkatkan aliran darah pada

kapiler kulit (Tranggono, 1992).

Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Zainul, Jatmiko dan Agitya

tahun 2013 dengan judul “Efek Perasaan Daun Kacang Panjang [Vigna sinensis

(L.) Savi ex Hassk] Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan” menunjukkan

bahwa hasil perasan daun kacang panjang dapat menyuburkan rambut pada

konsentrasi 15% yang sebanding dengan Hair Tonik. Hal ini disebabkan karena

perasan daun kacang panjang mengandung saponin, flavonoid dan polifenol

masing-masing berperan dalam menunjang pertumbuhan rambut (Zainul, dkk

2013).

Saponin berfungsi sebagai pembentuk busa dan meningkatkan pembelahan

sel pada fase anagen pertumbuhan rambut, flavonoid berfungsi sebagai bakterisid

dan antivirus yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan virus pada semua

fase pertumbuhan rambut , serta polifenol berfungsi sebagai antiseptik yang

digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada semua fase

pertumbuhan rambut dan aktivitas keratolitik yang dapat mencegah pengerasan

kulit kepala yang dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah mempengaruhi

fase anagen pada pertumbuhan rambut (Zainul, dkk 2013). Disamping itu

kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan zat besi yang terdapat pada daun

kacang panjang merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut

( Hutapea, 1994).

Page 3: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

3

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada penelitian ini dicoba untuk

mengembangkan manfaat daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex

Hassk] dalam salah satu bentuk sediaan farmasi yaitu gel. Dipilih gel karena gel

merupakan bentuk sediaan yang praktis baik dari segi bentuk pembuatan dan

penggunaan, bentuknya juga menarik (transparan), tidak menimbulkan rasa

lengket dan kemasannya mudah di bawa-bawa. Untuk mendapatkan formula gel

yang baik, maka pada penelitian ini tidak menggunakan perasan air tetapi ekstrak

kental daun kacang panjang sehingga kadar air yang tinggi dapat dikurangi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ekstrak daun kacang

panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dapat diformulasi dalam bentuk

sediaan gel dan apakah gel ekstrak daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi

ex Hassk] ini masih mempunyai aktifitas dalam merangsang pertumbuhan rambut.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak daun kacang panjang

[Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dalam bentuk sediaan gel dan untuk

mengetahui aktivitas merangsang pertumbuhan rambut dari sediaan gel tersebut.

1.4. Manfaat Peneliitan

1. Melengkapi data untuk pengembangan sediaan farmasi yang mengandung

ekstrak dari daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hassk ]

dalam bentuk gel.

2. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa daun kacang panjang

[Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dapat merangsang pertumbuhan

rambut.

Page 4: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Botani Kacang Panjang [Vigna sinensis (L) Savi Ex Hask]

2.1.1. Klasifikasi

Menurut Hutapea et al., 1994:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)

Genus : Vigna

Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hask

2.1.2. Nama Daerah

Nama umum asparagus kacang, kacang panjang, kacang tunggak

sayur, tiang sitao, tapi umumnya dikenal di seluruh daerah Indonesia

dengan nama kacang panjang, gak dau (India), jiang dou (Mandarin), dan

fak ayo (Thailand) (Sulihandari, 2013). Sinonim Vigna unguiculata (L.)

Walp, Vigna cylindrical Endl., Vigna catjang (Burm.) Walp (Hutapea,

1994).

2.1.3. Morfologi

Tumbuhan kacang panjang merupakan tumbuhan semak menjalar,

semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tegak, silindris ,lunak

berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong,

berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat,

Page 5: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

5

ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih

4 cm, dan berwarna hijau ( Hutapea, 1994 ) . Bunga tumbuhan ini terdapat

pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm,

berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna

putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm,

berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning,

panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tumbuhan ini

berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong,

pipih, berwarna coklat muda dan akarnya tunggang berwarna coklat

muda ( Hutapea, 1994 ) .

2.1.4. Kandungan dan Khasiat Tumbuhan

Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin 3-O-

galaktosida, sianidin 3-O, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin 3-O-

glukosida, peonidin3-O glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol

atau glikosida flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-

O-glukosida, kuersetin 3-O-6′asetilglukosida (Wong, and Chang 2004),

aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio, et all

2000).

Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol. Selain itu

juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor,

potasium, sodium, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan

niasin ( Hutapea, 1994 ) .

Kacang panjang (Vigna sinensis ) memiliki kandungan betakaroten

yang berperan sebagai antioksidan dan berfungsi sebagai antikanker,

Page 6: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

6

antivirus, dan antibakteri. Kandungan fitoestrogen pada kulit biji memacu

poliferasi sel jika berikatan dengan reseptor esterogen tumbuhan kacang

panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara

(Sulihandari, 2013).

2.1.5. Jenis-Jenis Kacang Panjang

Terdapat dua golongan kacang panjang yang mempunyai

perbedaan menyolok, yaitu (Sulihandari, 2013) :

1. Kacang Panjang Tipe Merambat (Lanjaran)

Golongan kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] terdiri

dari dua tipe yaitu :

a. Kacang lanjaran biasa [Vigna sinensis var. Sesquipedalis (Stickin)

Savi ex Hassk], batangnya panjang sekali dan membelit. Panjang

polongnya mencapai 40 cm dan warnanya saat masih muda hijau

tetapi setelah tua menjadi putih. Biji polongnya ada yang berwarna

kuning, coklat, hitam, putih dan kuning kemerah-merahan. Besar

bijinya antara (5-6) mm x 8-9) mm.

b. Kacang usus, panjang batangnya seperti pada kacang lanjaran

biasa, hanya polongnya sangat panjang hingga mencapai lebih

dari 80 cm. Saat masih muda, polong berwarna keputih-putihan,

setelah tua menjadi putih kekuning-kuningan. Biji polongnya

bulat panjang, kadang sedikit melengkung agak pipih dan

warnanya putih atau blorok (putih bernoda merah). Besar bijinya

antara 5-6 mm x 8-9 mm.

Page 7: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

7

2. Kacang Panjang Tipe Tegak (Tidak Merambat)

Kacang panjang yang tidak membelit tidak membutuhkan lanjaran

karena buahnya terkumpul di bawah dekat tanah. Jenis kacang panjang

tanpa lanjaran ini merupakan bastar (hibrida). Kacang panjang ini

dicirikan dengan daunnya berbulu halus dan polongnya halus lemas

karena tidak begitu berserat. Tipe yang termasuk dalam kacang tolo

sebagai berikut:

a. Kacang tolo/kacang tunggak/kacang dadap/kacang sapu [V.

Unguiculata (L.) Walp], berbatang tidak begitu panjang dan tidak

membelit. Jika membelit, hanya ujung yang sangat pendek saja

yang membelit. Oleh karena itu, tumbuhan ini tidak pernah diberi

lanjaran. Polong kacang tolo pendek, panjangnya berkisar 10 cm,

berwarna hijau, kaku, serta tidak mudah dipatahkan. Polong yang

kering berwarna kuning, keras, dan mudah pecah. Daunnya juga

kaku dan agak kasar. Biji kacang ini bulat panjang, agak pipih dan

ujungnya agak jorong. Bijinya berwarna kuning coklat dan

besarnya antara 4-6 mm x 7-8 mm.

b. Kacang uci/kacang ondel [V. Umbellata (Thumb) Ohwi dan

Ohashi] disebut kacang beras karena digunakan sebagai campuran

nasi atau lepet. Kacang ini sebetulnya tidak termasuk suku Vigna

sp., tetapi termasuk jenis Phaseolus calcaratus Roxb. Kacang uci

bersifat setengah membelit, tetapi tidak pernah diberi lanjaran. Biji

kacang ini kecil sekali, berbentuk bulat panjang, ada yang

berwarna merah, hijau dan hitam. Besar bijinya antara 1,5-2 mm x

Page 8: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

8

5-6 mm. Daun kacang ini agak kasar dan kaku seperti kacang

dadap hingga tidak pernah disayur.

c. Kacang busito/kacang hibrida/kacang harapan (V. Sinensis ssp.

Hybridus L.). Kacang busito mirip kacang panjang lanjaran biasa,

hanya batangnya pendek dan biasanya sedikit membelit, dengan

polong kacang busito pendek antara 25-35 cm.

2.2. Rambut

Menurut ilmu yang mempelajari rambut atau trichology, ada 2

jenis rambut manusia rambut terminal yang umumnya kasar, bermedula

dan terpigmentasi dan rambut vellus yang berupa rambut halus, tidak

bermedula dan biasanya tidak berpigmen (Soedibyo dan Dalimartha, 1998

; Djuanda, dkk 2010).

2.2.1. Anatomi Rambut

Secara anatomi rambut terdiri dari batang rambut yang merupakan

bagian yang berada diatas permukaan kulit dan akar kulit yang tertanam

pada dermis. Akar rambut merupakan yang berada di bawah lapisan kulit

hingga ke lapisan subkutan. Akar rambut terdiri dari dua bagian yaitu

bulbus dan papil. Bulbus atau disebut umbi rambut akan ikut dengan

rambut bila tercabut sedangkan papil atau bibit rambut akan tertinggal bila

rambut tercabut (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Setiap akar rambut dikelilingi oleh pembuluh darah dan kelenjar

lemak yang dinamakan kelenjar sebasea. Darah yang berasal dari pembuluh

darah secara terus-menerus akan mensuplai oksigen dan makanan seperti

protein, vitamin, mineral. Demikian juga dengan kelenjar sebasea yang

Page 9: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

9

mengeluarkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala . Setiap

folikel rambut dilekatkan dengan otot penegak mengkerut bila kedinginan

atau ketakutan sehingga menyebabkan rambut bisa berdiri (Soedibyo, dan

Dalimartha, 1998).

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di permukaan

kulit. Setiap batang rambut terdiri dari tiga lapisan yang masing–masing

mempunyai fungsi tersendiri. Kutikula yang keras karena mengandung

keratin. Lapisan ini berguna untuk melindungi rambut terhadap teriknya

matahari maupun pengaruh lain dari luar. Lapisan kedua korteks. Lapisan

ini mengandung pigmen melanin sehingga rambut mempunyai warna.

Lapisan paling dalam dinamakan medula atau sumsum rambut. Lapisan ini

terdiri dari lapisan sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak dan

rongga udara (Soedibyo dan Dalimartha, 1998)

Gambar 1. Anatomi Rambut (Djuanda, dkk 2010)

2.2.2. Siklus Pertumbuhan Rambut Rambut

Pertmbuhan dan pergantian setiap folikel rambut mengikuti suatu

siklus yang meliputi fase anagen yaitu fase pertumbuhan aktif, fase

katagen yaitu fase transisi dan fase telogen yaitu fase istirahat. Lamanya

Page 10: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

10

satu fase dari siklus bervariasi tergantung usia induvidu serta tempat

bertumbuh rambut. Proses penuaan dan pergantian rambut tidak serempak

untuk keseluruhan rambut, tapi terjadi secara bergantian sesuai usia folikel

rambut.

A. Fase Anagen

Fase inisiasi atau fase awal pertumbuhan aktif rambut. Sel-sel

matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel

yang lebih tua ke atas. Di kulit kepala normal dengan rembut sehat,

sekitar 85 % dari keseluruhan rambut berada dalam fase ini. Fase ini

berlangsung 2-6 tahun (Soedibyo, dan Dalimartha, 1998 ; Djuanda,

dkk 2010).

B. Fase Katagen

Masa peralihan yang didahului dengan berkurangnya mitosis

sel-sel matriks kemudian terhenti sama sekali. Mitosis yang berhenti

mengakibatkan bagian bawah kandung rambut menjadi pendek dan

selubung jaringan ikat menjadi lebih tebal. Masa peralihan ini

berlangsung selama 2-3 minggu (Soedibyo dan Dalimartha, 1998 ;

Djuanda, dkk 2010 ).

C. Fase Telogen

Fase ini merupakan fase istirahat yang terjadi selama 5-6

minggu tergantung kondisi kesehatan seseorang dan sekitar 9-14%

dari keseluruhan rambut berada pada fase ini. Fase telogen dimulai

dengan memendeknya sel-sel epitel dan terbentuk tunas kecil yang

Page 11: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

11

membuat rambut baru, sehingga rambut lama akan terdorong keluar

(Soedibyo dan Dalimartha, 1998 ; Djuanda, dkk 2010).

Gambar 2. Siklus Pertumbuhan Rambut (Djuanda, dkk 2010)

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut, yaitu:

A. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen dan tiroksin.

Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi

pada penderita alopesia androgenik hormon androgen bahkan

mempercepat waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita,

hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi

memperpanjang fase anagen. Hormon tiroksin dapat mempercepat

fase anagen (Djuanda, dkk 2010).

B. Nutrisi

Air dengan mineral tertentu merupakan nutrisi yang penting

karena hampir seperempat dari berat rambut terdiri dari air.

Kelembaban akibat adanya air menyebabkan rambut menjadi

lembut. Selain air, ada juga beberapa zat yang penting agar dapat

Page 12: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

12

memiliki rambut yang sehat dan bercahaya, yaitu (Soedibyo, dan

Dalimartha, 1998) :

a. Protein

Protein merupakan zat dasar utama pembangunan rambut,

namun mengkonsumsi protein secara berlebihan juga tidak

dianjurkan karena mengakibatkan rambut menjadi tidak sehat

(Pearce, 1987).

b. Vitamin A

Untuk mendapatkan rambut yang lembut dan menjaga agar

kulit kepala tetap sehat perlu vitamin A. Tubuh mendapat vitamin

A melalui dua sumber, yaitu melalui retinol yang didapat dari

makanan yang berasal dari hewan dan melalui beta karoten yang

didapat dari makanan yang berasal dari (Soedibyo, dan

Dalimartha, 1998).

c. Vitamin E

Untuk kesehatan rambut dan kuku diperlukan vitamin E.

Makanan yang merupakan sumber vitamin E antara lain telur,

susu, daging, alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian,

minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak jagung, selada,

kol dan beberapa sayuran seperti brokoli, bayam dan lainnya

(Soedibyo dan Dalimartha,1998).

d. Vitamin B kompleks

Semua vitamin B penting untuk mempertahankan sirkulasi dan

warna rambut. Vitamin B kompleks mengandung sejumlah

Page 13: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

13

vitamin yang bisa didapat dari sumber yang sama antara lain hati

dan ragi. Vitamin B kompleks terdiri dari tiamin (vitamin B1),

riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat (niasin), asam pantotenat

(vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin, kolin, inositol,

asam para-amino benzoate (PABA), asam folat, dan

sianokobalamin (vitamin B12) (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Biotin merupakan suatu jenis vitamin B kompleks yang

terpenting untuk menjaga kesehatan rambut. Biotin ini banyak

ditambahkan pada berbagai produk shampoo. Makanan yang kaya

akan biotin antara lain kacang-kacangan, biji-bijian, hati, kuning

telur, ragi, dan sayuran (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

e. Vitamin C

Untuk kekuatan, kelenturan rambut, serta menjaga agar rambut

tidak rusak dan bercabang diperlukan vitamin C yang cukup

(Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

f. Yodium

Untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal

diperlukan yodium yang cukup. Bila asupan yodium dari makanan

berkurang maka sintesis hormon tiroid juga akan berkurang.

Keadaan ini menyebabkan turunnya kadar tiroksin bebas.

Berkurangnya kadar tiroksin (T4) di dalam darah akan

menyebabkan rambut menjadi kusam dan ujungnya pecah-pecah

(Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Page 14: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

14

g. Zat Besi

Zat tersebut merupakan mineral penting untuk menjaga

kesehatan rambut, kemampuan darah untuk mengangkut oksigen

dan zat makanan ke seluruh jaringan termasuk rambut dan

kulit kepala, tergantung dari kandungan zat besi (Soedibyo dan

Dalimartha, 1998).

h. Sistein

Zat tersebut merupakan asam amino yang ditemukan dalam

jumlah besar pada rambut dan kuku. Sistein bisa didapat dari telur,

daging dan produk dari susu (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

2.2.4. Patologi Rambut

A. Kerontokan rambut (efluvium)

Kerontokan rambut adalah lepasnya rambut dari kulit kepala.

Kerontokan rambut (effluvium) ada 2 macam bergantung pada fase

mana kerontokan tersebut terjadi, yaitu (Meenakshi, et all,2001) :

1. Effluvium telogen, yaitu kerontokan rambut yang terjadi pada

rambut yang sedang dalam masa istirahat. Misalnya akibat stress,

demam tinggi, atau penyakit kronis.

2. Effluvium anagen, yaitu kerontokan yang terjadi pada rambut yang

sedang dalam masa tumbuh. Misalnya akibat pemakaian obat

sitostatik.

Angka kerontokan rambut perhari yang normal adalah 0-40 helai.

jika lebih berarti tidak normal. Hal-hal yang menyebabkan kerontokan

rambut secara berlebihan antara lain umur, keturunan (genetik),

Page 15: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

15

trauma dan stress, infeksi kulit kepala setempat, penyakit-penyakit

tertentu, bahan kimia, obat-obatan, dan stress lingkungan serta

kehamilan (Bariqina dan Zahida, 2004).

B. Kebotakan (alopesia)

Kebotakan adalah kondisi tidak tumbuhnya rambut disebahagian

tempat pada kulit kepala atau sama sekali tidak tumbuh. Hal ini terjadi

saat folikel pada kulit kepala mati dan gagal memproduksi rambut

baru (Meenakshi, et all, 2001).

Kebotakan ada 4 macam tergantung pada besar dan luasnya daerah

yang terkena, yaitu:

1. Alopesia difusa, yaitu kebotakan rambut yang mengenai seluruh

bagian kepala namun masih ada sedikit rambut yang tersisa

sehingga rambut terlihat sangat jarang.

2. Alopesia acrata, yaitu kehilangan seleruh rambut pada satu atau

beberapa bagian kepala sehingga terlihat bercak botak diantara

bagian yang lain yang rambutnya baik.

3. Alopesia totalis, yaitu kehilangan seluruh rambut diseluruh rambut

kepala mengenai hampir >75% daerah kepala atau lebih.

4. Alopesia universalis, yaitu kehilangan seluruh rambut diseluruh

bagian badan, termasuk kumis, jenggot, alis dan ketiak.

Penyebab terjadinya alopesia karena berbagai factor, misalnya

bawaan (keturunan), penyakit umum (kurang gizi, kelenjar tubuh yang

tidak berfungsi dengan baik, dan penyakit infeksi), penyakit rambut

dan kepala (ketombe), keadaan psikis (stres), keadaan mekanis

Page 16: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

16

(pemakaian topi secara terus-menerus) (Bariqina dan Zahida, 2004 ).

2.2.5. Pengobatan Kerontokan dan Kebotakan Rambut (Wasitaatmadja,

1997)

A. Terapi topikal

Misalnya dengan pemberian counter iritan (antralin 0,2-0,5 %),

kortikosteriod (halsinonid), alergen topical (dinitroklorobenzen 0,05-2

% dalam aseton)

B. Terapi sistemik

Misalnya dengan pemberian kortikosteroid potensi rendah (kortison,

prednison), fotokimia, hormonal (etinilestradiol), vitamin A, vitamin

E.

2.2.6. Perawatan Kerontokan dan Kebotakan (Wasitaatmadja, 1997)

Perawatan rambut dapat dilakukan dengan menggunakan tonik

rambut (bahan-bahan iritan misalnya gingseng, lidah buaya, vitamin, dan

lain-lain), Sampo sebagai pembersih rambut dapat ditambahkan penguat

rambut, kondisioner, creambath yang disertai pemijatan pada kulit kepala.

2.2.7. Pencegahan Kerontokan dan Kebotakan Rambut (Wasitaatmadja,

1997)

A. Menjaga kesehatan kulit khususnya dan kesehatan seluruh tubuh

umumnya agar tidak dikenai penyakiit kulit atau penyakit sisitemik

lainnya yang mengganggu pertumbuhan rambut.

B. Melakukan perawatan rambut secara baik dan benar.

Page 17: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

17

2.3. Kulit

Kulit merupakan organ yang terdapat pada bagian luar tubuh,

memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan aktifitas

manusia. Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam dalam upaya

menyesuaikan tubuh dengan lingkungan, secara morfologi kulit

merupakan organ penutup, sedangkan secara fisiologis kulit berfungsi

(Pearce, 1987):

1. Melindungi bagian tubuh terhadap gangguan fisika dan kimia serta

gangguan infeksi luar akibat mikroorganisme.

2. Alat perasa terhadap perubahan suhu dan nyeri.

3. Mengatur suhu tubuh.

4. Sebagai tempat absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,

larutan dan bahan padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih

mudah diserap begitupun yang larut lemak.

5. Tempat memproduksi vitamin D dari 7 hidroksi koesterol sengan

bantuan UV dari matahari.

6. Tempat pembentukan pigmen yang mempengaruhi warna kulit.

7. Menjaga keseimbangan air, elektrolit dan eksresi keringat.

2.3.1. Anatomi Kulit

Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi

umumnya dibagi dalam 3 lapisan jaringan yaitu (Anif, 1997 ; Pearce,

1987):

1. Lapisan epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar dengan tebal 0,16 mm pada

Page 18: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

18

pelupuk mata, 0,8 mm pada telapak tangan dan telapak kaki yang

berfungsi sebagai selaput pelindung bakteri, iritasi kimia, alergi, dan

lain-lain. Epidermis terdiri dari lima lapisan, yaitu:

a. Stratum korneum (lapisan tanduk)

Susunan korneum merupakan lapisan kulit yang paling luar

dan terdiri dari beberapa lapisan sel gepeng yang mati, tidak

berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat

tanduk). Beberapa lapis sel mati berkeratin sangat hidrofil dan bila

tercelup pada bagian air akan mengembang hal ini untuk menjaga

permukaan kulit agar tetap halus dan lentur.

b. Stratum basilum (daerah rintang )

Stratum basilum terdapat langsung dibawah lapisan

korneum dan merupakan bagian lapisan sel gepeng tanpa inti

dengan protoplasma yang telah berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada lapisan kaki dan

tangan.

c. Stratum granulosum

Stratum granulosum ini merupakan 2 atau 3 lapis sel

gepeng dengan protoplasma berbutir dan terdapat inti diantaranya.

Stratum ini berperan aktif dalam proses keratinisasi.

d. Stratum spinosum (lapisan sel duri)

Stratum spinosum terdiri atas lapis sel yang berbentuk

poligenal, protoplasmanya jernih karena mengandung glikogen

dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke

Page 19: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

19

permukaan makin gepeng bentuknya.

e. Stratum germinativum (lapisan sel basal)

Stratum germinativum terdiri atas sel yang berbentuk

kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal

berbaris seperti pagar, dan seel membentuk melanin (melanosit).

Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah.

2. Lapisan dermis

Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis. Lapisan terdiri dari 2 lapisan, yaitu:

a. Pari papilari, yaitu lapisan yang menonjol ke epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pari reticular, yaitu bagian dibawah yang menonjol kearah sub

kutan, bagian ini terdiri atas serabut penunjang, misalnya serabut

kolagen, elastin, dan retikulin yang bertanggung jawab untuk sifat

penting dari kulit.

3. Lapisan hypodermis (subkutan)

Lapisan subkutan merupakan lapisan yang langsung berada di

bawah lapisan dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak

tegas. Sel-selnya yang terbanyak adalah liposit yang meghasilkan

banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah,

limfe, kantung rambut dan di lapisan subkutan terdapat kelenjar

keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan

terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.

Page 20: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

20

2.3.2. pH Kulit

Kulit normal mempunyai pH berkisar dari 4-6 (Anif, 1997), 4,5-7

(Swarbrick dan Boylan, 1992) . Keasaman dari kulit disebabkan oleh

adanya suatu film pelidung dari kulit yang berasal dari zat-zat yang

bersifat asam amino seperti asam amino, asam laktat, dan asam lemak

yang merupakan sekresi dari kelenjar sebasea (Swarbrick dan Boylan,

1992).

2.3.3. Jenis-jenis Kulit Kepala (Pearce, 1987)

Sesuai dengan jenis-jenis kulit pada umumnya, kulit kepala

juga dapat dibedakan menjadi tiga jenis :

a. Berminyak : Bila dilakukan dengan menggosokkan ujung jari tangan

maka akan terasa lengket karena kelenjar kulit bekerja berlebihan,

kulit tebal dan pori-pori jelas terlihat.

b. Normal : normal kelihatan segar dan bagus, bersih, karena kelenjar

kulit bekerja tidak berlebihan maupun tidak kurang aktif.

c. Kering : kelihatan tipis, bersisik karena kelenjar palit tidak aktif.

2.4. Gel

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang

terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang

kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel,

1989).

2.4.1. Keuntungan dan Kerugian Gel

Gel lebih menguntungkan dibandingkan dengan sediaan semi

padat lainnya, diantaranya lebih mudah dalam pembuatan, mudah

Page 21: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

21

dioleskan pada kulit, mempunyai bentuk yang menarik, menimbulkan rasa

dingin melalui proses penguapan air yang lembab pada kulit dan mudah di

cuci setelah di oleskan. Sedangkan kerugiannya gel tidak cocok untuk

bahan obat yang tidak larut air karena dapat mengeras dan membatu,

sehingga dapat merusak sediaan. Hal ini dapat diatasi dengan

menggunakan pelarut organik yang dapat melarutkan zat aktif yang tidak

larut air yang dikenal dengan organogel (Voight, 1994)

2.4.2. Syarat-syarat Gel

Gel yang baik harus memenuhi persyaratan berikut (Martin, et all 1993 ;

Carter, 1997 ):

1. Homogen

Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air

atau pelarut organik yang cocok untuk menjamin homogenitas

sehingga pembagian dosis sesuai dengan tujuan terapi yang

diharapkan.

2. Bila dasar yang cocok dengan zat aktif

Bila ditinjau sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan harus

cocok dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang

diinginkan.

3. Konsistensi

Konsistensi gel yang menghasilkan aliran pseudoplastis tiksotropik

karena sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan jika

dioleskan pada kulit tanpa penekanan yang berarti pada pemencetan

gel dapat keluar dari wadah.

Page 22: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

22

4. Stabil

Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan

dan penyimpanan.

2.4.3. Bahan Pembentuk Gel

Bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk massa gel

biasanya adalah hidrokolid organik (misanya tragakan, Na alginate,

turunan selulosa, dan turunan polikarboksilat) dan hidrokoloid anorganik

(misalnya kalamin, bentonit, dan veegum) (Carter, 1997).

1. Tragakan

Jumlah tragakan yang dibutuhkan sebagai pembentuk gel

tergantung pada tujuan penggunaan. Sebagai lubrikan biasanya

digunakan dengan konsentrasi 2-3 % sedangkan sebagai pembawa

obat topikal digunakan sekitar 5 %. Penggunaan tragakan kurang

disukai karena viskositasnya dipengaruhi oleh pH dan film yang

ditinggalkan pada kulit cendrung membentuk flek dan mudah

terdegradasi oleh mikroba.

2. Natrium alginat

Natrium alginat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi

1,5-2% sedangkan pada topikal digunakan 5-10%. Natrium alginat

kurang disukai karena warna kuning tua dan membentuk massa gel

yang kurang baik.

3. Derivat selulosa

Derivate selulosa penggunaanya lebih luas sebagai bahan

pembentuk gel karena dapat menghasilkan gel yang netral terhadap

Page 23: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

23

alkali dan asam dengan viskositas yang sangat stabil dan resistensinya

sangat baik terhadap mikroba, kejernihannya yang tinggi karena bebas

dari bahan pengotor pada kulit. Derivat selulosa yang biasanya di

pakai adalah Na CMC, HPMC, HPC (Hidroxy Prophyl Celulosa) dan

lain-lain. HPMC lebih disukai dibandingkan dengan turunan selulosa

lain karena punya jarak pH kestabilan yang sangat luas yaitu 3-11.

4. Pektin

Pektin dapat digunakan sebagai dasar gel untuk produk asam.

Penggunaannya hampir selalu dengan gliserin sebagai humektan

dalam basis gel untuk sediaan topikal. Pektin sangat mudah

mengalami degradasi oleh mikroba, sehingga faktor penyimpanan

perlu mendapat perhatian khusus.

5. Bentonit

Bentonit digunakan sebagai basis gel untuk topikal 7-20 %. Gel

yang dihasilkan mempunyai pH 9 sehingga kurang cocok untuk kulit.

2.4.4. Pembuatan Gel

Pembuatan gel sangat bervariasi tergantung pada bahan dasar dan

bahan obat yang digunakan, viskositas, konsistensi sistim koloid atau

sistim dispersi dan faktor lain yang erat pengaruhnya terhadap proses

pembuatan. Pembuatan gel dapat dilakukan dengan pencampuran bahan

dalam keadaan dingin atau dengan pemanasan. Pencampuran dalam

keadaan dingin dilakukan dengan cara mencampur bahan-bahan

sedemikian rupa sehingga dihasilkan sediaan yang terdispersi secara

homogen. Sedangkan pencampuran secara pemanasan dilakukan dengan

Page 24: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

24

mencampur sebahagian atau seluruh bahan gel kemudian dipanaskan atau

dikembangkan dalam air panas. Umumnya pembuatan gel dengan

viskositas rendah jauh lebih mudah dibandingkan dengan gel viskositas

rendah (Carter, 1997 ).

Pada proses pembuatan gel mula-mula campuran basis diaduk kuat

untuk mencegah terjadinya pengendapan, kemudian diaduk perlahan

untuk mencegah terbentuknya gelembung udara sampai sediaan cukup

kental dan tidak terlalu lengket untuk dituang. Basis yang telah terbentuk

ditambahkan kedalam bahan obat yang sudah dilarutkan dalam air atau

dalam pelarut yang cocok. Untuk bahan yang tidak tahan pemanasan

ditambahkan setelah basis gel dingin (Martin 1993 ; Voight, 1994)

2.4.5. Penyimpanan Gel

Sediaan gel merupakan sediaan yang banyak mengandung air atau

pelarut lain yang mudah menguap seperti etanol, maka pada waktu

penyimpanan besar kemungkinan terjadinya penguapan yang akan

menyebabkan sediaan menjadi lebih padat dan kering (xerogel). Untuk

mencegah hal tersebut maka wadah penyimpanan gel harus diperhatikan

dan biasanya disimpan dalam wadah bermulut lebar, tertutup rapat dan

disimpan ditempat sejuk (Voight, 1994).

Page 25: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

25

2.4.6. Formulasi Gel

Bahan-bahan tembahan yang digunakan dalam pembuatan gel antara lain :

A. HPMC

Gambar 3. Rumus Bangun HPMC (Wade and Weller, 1994)

Rumus molekul : CH3 CH(OH)CH2

HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose) terdapat dalam bentuk

granular atau berserat berwarna putih krem yang tidak berbau dan tidak

berasa. HPMC larut dalam air dingin membentuk larutan koloidal,

praktis tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter, tetapi larut dalam

campuran etanol-diklorometan atau metanol-diklorometanol. HPMC

inkompatibel dengan beberapa agen pengoksida HPMC berfungsi sebagai

pengemulsi, suspending agent (konsentrasi 0,45-1%),penyalut tablet

(konsentrasi 2-5% w/w) dan penstabil dalam sediaan topical (Wade and

Weller, 1994). HPMC dalam formula.ini digunakan sebagai gelling agent,

biasanya digunakan dalam konsentrasi 2-10 (Swarbrick, dan Boylan,

1992).

B. Propilen Glikol

Gambar 4. Rumus Bangun Propilen Glikol (Wade and Weller, 1994)

Page 26: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

26

Rumus molekul : C3H8O2

Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, manis, kental dan praktis

tidak berbau. Senyawa ini larut dalam aseton, kloroform, air, gliserin, eter

dan etanol namun tidak larut dalam minyak mineral. Propilen glikol dapat

digunakan sebagai humektan, plastisizer, pelarut, stabilizer dan

disinfektan. Dalam formula ini digunakan sebagai humektan. Konsentrasi

propilenglikol sebagai humektan yaitu 5-15% (Wade and Weller, 1994).

C. Metil paraben

Gambar 5. Rumus Bangun Metil Paraben (Wade and Weller, 1994)

Rumus molekul: C3 H8 O3

Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk kristal putih atau

tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol,

sedikit larut dalam air. Memiliki aktivitas sebagai pengawet antimikroba

untuk sediaan kosmetik, makanan dan sediaan farmasi. Efektif pada

rentang pH yang besar dan mempunyai spektrum antimikroba yang luas

meskipun lebih efektif terhadap jamur. Campuran paraben digunakan

untuk mendapatkan pengawet yang efektif. Konsentrasi yang digunakan

untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade, and Weller, 1994).

Page 27: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

27

2.4.7. Evaluasi Gel

Evaluasi gel sama dengan evaluasi sediaan sediaan setengah padat

lainnya yaitu meliputi:

1. Pemeriksaan pemeriaan (DepKes RI, 1979)

Pemeriksaan ini dilakukan secara visual meliputi bertuk, warna,

bau.

2. Pemeriksaan homogenitas (DepKes RI, 1979)

Homogenitas dalam sediaan farmasi sangat penting atinya karena

sifat ini mencerminkan secara merata pembagian zat aktif kedalam

suatu pembawa sehingga dapat diharapkan dosis terpenuhi sesuai

dengan tujuan penggunaannya. Hal ini dapat ditunjukkan bila suatu gel

dioleskan pada sekeping kaca transparan maka gel tersebut harus

menujukkan susunan yang homogen.

3. Pemeriksaan stabilitas dengan pendinginan (Voight, 1994)

Pengaruh perubahan suhu disini dapat diartikan sebagai kenaikan

atau penurunan suhu diatas atau dibawah suhu kamar. Selain dapat

mempengaruhi kestabilan partikel juga akan menentukan khasiat zat

aktif.

4. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979; Martin, et all 1993)

Stabiitas dan efektifitas serta penetrasi zat berkhasiat kedalam kulit

sangat dipengaruhi oleh pH sediaan. Untuk itu dipilih basis gel yang

mempunyai pH mendekati pH kestabilan zat khasiat dan pH normal

Page 28: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

28

kulit. Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH

meter.

5. Uji iritasi kulit (DepKes RI, 1989)

Umumnya reaksi kulit akan segera menimbulkan iritasi kulit sesaat

sesudah perlekatan atau penyentuhan pada kulit yang dikenal dengan

iritasi primer. Tetapi bila iritasai timbul beberapa jam setelah pelekatan

atau penyentuhan iritan maka akan dikenal dengan iritasi sekunder.

Tanda-tanda yang ditimbulkan oleh iritasi dapat berupa eritema atau

vesika. Uji ini dikenal dengan uji tempel atau pacth test. Pengujian ini

lansung pada manusia.

6. Daya menyebar pada kulit (Voight, 1994)

Daya menyebar pada kulit berhubungan dengan konsistensi dan

viskositas dari gel. Daya menyebar ini sangat penting pada pengolesan

sediaan pada kulit, dimana sediaan dengan daya menyebar yang baik

akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit. Pengujian

dilakukan dengan metoda ekstensiometri prinsipnya menghitung

pertambahan luas yang diberikan sediaan bila diberi beban dengan

berat tertentu dalam selang waktu tertentu. Hasil pengukuran dapat

dibandingkan dengan sejenis yang beredar dipasaran yang

diperlakukan sama.

7. Uji efek sediaan (Zainul, dkk 2013)

Uji aktifitas penyubur rambut dilakukan dengan menggunakan

kelinci sebagai hewan percobaan. Kelinci dicukur bulunya kemudian

Page 29: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

29

di oleskan krim perontok. Sediaan uji diberikan lansung pada kulit

kellinci yang telah dirontokkan bulunya dan perubahan yang terjadi

diamati setiap hari yang menunjukkan pertumbuhan bulu kelinci.

Page 30: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Farmasetika dan

laboratorium farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan

Perintis Padang selama lebih kurang 7 bulan.

3.2. Metodalogi Penelitian

3.2.1. Alat

Lemari pendingin, timbangan analitik, pH meter, pinset, oven,

gelas ukur, beker glass, erlemeyer, tabung reaksi dan rak tabung, cawan

penguap, batang pengaduk, spatel, kaca arloji, objek glass, lumpang dan

stamfer, pipet tetes, krus porselen , plastik transparan dan alat gunting.

3.2.2. Bahan

Ekstrak daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hassk],

HPMC, metil paraben, propilenglikol, air suling, etanol, H2SO4 2N, eter,

asam asetat, kloroform, aquadest, FeCl3, serbuk Mg, HCl p, amoniak.

3.2.3. Hewan Percobaan

Hewan percobaan terdiri dari 5 ekor kelinci putih jantan yang

dibeli dipasar raya Padang Sumatera Barat dengan ciri berwarna putih dan

berat ± 1-1,5 kg.

Page 31: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

31

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kacang

panjang yang diambil dari Air Dingin Lubuk Minturun, Kecamatan Koto

Tangah, Padang.

3.3.2. Identifikasi Sampel

Identifikasi dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas

Padang.

3.3.3. Persiapan Sampel

1 kg sampel dibersihkan dan dirajang kemudian dimaserasi dengan

alkohol 96 % selama 5 hari. Maserat disaring dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan, kemudian pekatkan dengan rotari evaporator hingga

diperoleh ekstrak kental (Voight, 1994).

3.3.4. Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Kacang Panjang [Vigna sinensis

(L.) Savi Ex Hassk]

1. Pemeriaan (DepKes RI, 1979)

Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk,

warna, bau dan rasa.

2. Kelarutan (DepKes RI, 1979)

Pemeriksaan dilakukan kelarutan terhadap air, eter dan etanol

dengan menggunakan buret.

Page 32: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

32

3. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979)

Pemeriksaan pH dengan menggunakan alat pH meter. Alat ini

dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar pH 4

(dapar asetat) dan pH 7 (dapar fosfat). Elektroda di cuci dengan air

suling, keringkan dengan tisue. Pengukuran pH dilakukan dengan

cara: 1 gram zat diencerkan dengan air suling hingga 10 ml elektroda

dicelupkan dalam wadah tersebut biarkan angka bergerak sampai

posisi konstan. Angka yang ditunjukkan oleh pH meter merupakan

nilai pH ekstrak daun kacang panjang.

4. Penetapan susut pengeringan (Voight, 1994)

Zat ditimbang 1 gram, masukkan dalam krus yang telah ditara, lalu

panaskan dalam oven temperatur 105 ᴼC selama 1 jam. Keluarkan dan

masukkan dalam desikator, lalu timbang krus yang berisi sampel yang

telah dikeringkan dan ulangi pemanasan sampai diperoleh bobot tetap.

5. Identifikasi (Harbone, 1987)

Pemeriksaan kandungan kimia metabolit sekunder dilakukan

terhadap ekstrak daun kacang panjang, ambil 50 mg sampel

tambahkan air suling dan kloroforom (1:1) kemudian di kocok kuat

dan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air

digunakan untuk pengujian senyawa flavonoid, tanin, fenolik,

polifenol dan saponin. Sedangkan lapisan kloroform digunakan untuk

pemeriksaan alkaloid dan terpenoid serta steroid.

Page 33: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

33

A. Uji saponin

Ambil lapisan air, kocok kuat-kuat dalam tabung reaksi,

terbentuknya busa yang permanen (±15 menit) menunjukkan

adanya saponin.

B. Uji Polifenol

Ambil lapisan air lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah FeCl3,

terjadi perubahan warna menjadi biru, hingga hitam menunjukkan

adanya senyawa polifenol.

C. Uji Flavonoid (“sianidin test”)

Ambil lapisan air 1-2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan

serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan

adanya flavonoid.

D. Uji Terpanoid dan Steroid (Metode “ Simes”)

Ambil sedikit lapisan kloforom tambahkan norit, tambahkan

H2SO4 (p), tambahkan asam asetat anhidrat, terbentuknya warna

biru ungu menandakan adanya steroid, bila warna terbentuk warna

merah menandakan adanya terpenoid.

E. Uji Alkaloid (Metoda”Culvenore-Fristrald”)

Ambil sedikit lapian kloroforom tambahkan 10 ml amoniak 0,05

N, aduk perlahan tambahkan beberapa tetes H2SO4 2N, kemudian

Page 34: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

34

dikocok perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan

beberapa tetes pereaksi meyer, reaksi positif alkaloid ditandai

dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.

3.3.5. Pemeriksaan Bahan Tambahan

Pemeriksaan terhadap propilenglikol, nipagin, dan HPMC

dilakukan menurut persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III, Farmakope

Indonesia Edisi IV dan Martindale The Extra Pharmacopia.

3.3.6. Pembuatan Basis Gel

Tabel I. Formula Basis Gel

No Bahan JumLah (%)

1 HPMC 5

2 Propilenglikol 10

3 Nipagin 0,2

4 Aquadest ad 100

Cara Pembuatan Basis Gel (Voight, 1994)

Nipagin dilarutkan dengan aquadest panas 5 mL. HPMC

ditaburkan diatas aquadest, kemudian diamkan selama 15 menit, setelah

mengembang tambahkan larutan nipagin, aduk hingga homogen.

Tambahkan propilenglikol, aduk hingga homogen.

Page 35: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

35

3.3.7. Pembuatan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Tabel II. Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang.

No Bahan F0(%) F1(%) F2(%) F3(%)

1.

Ekstrak daun kacang

panjang

0 10 15 20

2 Basis gel ad 100 100 100 100

Cara pembuatan gel ekstrak daun kacang panjang

Kedalam ekstrak daun kacang yang telah digerus didalam lumpang

ditambahkan basis gel daun kacang panjang perlahan, kemudian digerus

pelan hingga homogen.

3.3.8. Evaluasi Basis Gel Dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

1. Pemeriksaan pemerian (DepKes RI, 1979)

Pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna dilakukan secara visual

sebelum dan sesudah didiamkan pada suhu kamar selama 8 minggu.

2. Pemeriksaan homogenitas (DepKes RI, 1979)

Gel ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan secara merata dan tipis pada

kaca transparan, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat butir-butir kasar dibawah mikroskop.

3. Pemeriksaan stabilitas(Voight, 1994)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi pemisahan fase

dalam sediaan selama penyimpanan suhu rendah.

Page 36: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

36

a. Pada suhu 5ºC

Caranya : gel dimasukkan ke dalam lemari pendingin suhu 50C

selama 24 jam. Gel yang tidak menunjukkan pemisahan dinilai

sebagai sediaan stabil. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.

b. Pada suhu kamar

Caranya : gel didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam,

kemudian diamati perubahan yang terjadi. Gel yang tidak

menunjukkan pemisahan dinilai sebagai sediaan stabil.

Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.

4. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979; Martin, et all, 1993)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Alat ini dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar

asetat pH 4,0 dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga angka yang muncul

pada alat berada pada pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan

aquadest dan dikeringkan dengan tissue. Pengukuran pH basis gel

dilakukan dengan cara: sebanyak 1 g gel diencerkan dengan aquadest

hingga 10 mL dalam wadah yang cocok. Elektroda dicelupkan ke

dalam wadah tersebut, biarkan jarum bergerak sampai pada posisi

konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan nilai pH basis

gel. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.

Page 37: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

37

5. Uji daya menyebar (Voight, 1994)

Basis gel sebanyak 0,5 g diletakkan hati-hati diatas kaca

transparan yang beralaskan kertas grafik, biarkan sediaan melebar pada

diameter tertentu. Kemudian ditutup dengan plastik transparan dan

diberi beban (1 g, 2 g, 5 g), lalu ukur pertambahan luas setelah diberi

beban.

6. Pemeriksaan iritasi kulit (DepKes RI, 1989)

Pengujian iritasi kulit dengan cara uji tempel tertutup pada kulit

manusia dimana 0,1 g gel dioleskan pada pangkal lengan bagian dalam

dengan diameter pengolesan 3 cm kemudian ditutup dengan perban

dan plester, biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi, lakukan

selama 3 hari. Setelah itu amati gejala yang ditimbulkan, apabila tidak

menimbulkan iritasi pada kulit, massa sediaan dinyatakan memenuhi

syarat pengujian. Dengan menggunakan panelis sebanyak 3 orang.

3.3.9. Uji Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Merangsang Pertumbuhan Rambut

A. Persiapan Percobaan

Pengujian dilakukan terhadap 5 ekor kelinci putih jantan dengan

berat 1,2-1,5 kg yang dibagi menjadi 5 perlakuan. Sebelum digunakan

kelinci terlebih dahulu diaklimatisasi selama 1 minggu. Hewan dinyatakan

sehat dimana selama aklimatisasi tidak menunjukan penyimpangan berat

badan lebih dari 10% dan secara visual tidak terdapat gejala penyakit.

Page 38: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

38

B. Uji Aktivitas terhadap Pertumbuhan Rambut

Pengujian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tiap kelinci diberi tanda pengenal dan kemudian bulu kelinci

dicukur pada bagian punggung dengan alat pencukur rambut

setelah agak pendek lalu, dioleskan krim perontok (krim Veet ®)

selama 3-5 menit lalu dicuci dengan air hingga rambut rontok

dengan ukuran 2x2 cm:

a. Kelinci 1 diolesi basis gel sebagai kontrol

b. Kelinci 2 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang

panjang 10 % (F1)

c. Kelinci 3 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang

panjang 15 % (F2),

d. Kelinci 4 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang

panjang 20 %,(F3)

e. Kelinci 5 diolesi sediaan pembanding (GEL Rudy

Hadisuwarno)

2. Tiap perlakuan hewan percobaan diberikan 200 mg sediaan uji,

basis sebagai kontrol dan pembanding dengan cara mengoleskan 2

kali sehari pada punggung yang telah dirontokkan bulunya.

3. Pengamatan panjang rambut pada tiap daerah dilakukan pada hari

ke-3, 6, 9, 12 dan 15. Rambut yang kelinci yang dicabut sebanyak

±10 helai kemudian diukur panjang rambut kelinci terpanjang

dengan menggunakan jangka sorong. Dimana hasilnya

Page 39: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

39

dibandingkan terhadap kontrol dan sediaan pembanding.

4. Selain mengukur panjang rambut, pengukuran bobot rambut juga

dilakukan untuk mengetahui kelebatan rambut. Pengukuran bobot

dilakukan pada hari ke-15 dengan cara mencukur rambut yang

tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang. Hasil yang diperoleh

di hitung secara statistik.

3.3.10. Analisis Data

Hasil penelitian dianalisa secara statistik dengan distribusi data yang

normal dan homogen diolah dengan metode uji ANOVA.

Page 40: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

1.1. Pemeriksaan EkstrakDaun Kacang Panjang

1. Hasil ekstrak dari sebanyak 1000 gram sampel segar (daun kacang

panjang) adalah 40,22 gram dengan rendemen 4,022% (Lampiran4,

Tabel III) .

2. Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa ekstrak berwarna

hijau kehitaman, berbau khas, berbentuk kental (Lampiran 4, Tabel III)

3. Hasil pemeriksaan pH 5,76, susut pengeringan 7,32226 %, ekstrak sukar

larut dalam air dan larut dalam etanol 96% serta sukar larut dalam eter

(Lampiran 4, Tabel III)

4. Hasil pemeriksaan fitokimia didapat hasil bahwa ekstrak positif

mengandung flavonoid, saponin, steroid dan polifenol (Lampiran 4,

Tabel IV ).

1.2.Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan

Hasil pemeriksaan terhadap bahan tambahan yaitu, propilenglikol,

HPMC dan nipagin menunjukkan hasil bahwa bahan tambahan tersebut

telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi

III dan Handbook of Farmaceutical Exipient.Hasil pemeriksaan tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 5, tabel V, VI dan VII.

Page 41: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

41

1.3. Hasil Evaluasi Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

1. Dari hasil pemeriksaan organoleptis yang meliputi warna, bau dan

bentuk terhadap basis gel tidak berwarna, tidak berbau, bentuknya

setengah padat dan gel ekstrak daun kacang panjang berwarna hijau

kehitaman, berbau khas, berbentuk setengah padat menunjukkan tidak

adanya perubahan sampai minggu ke delapan (Lampiran 7, Tabel VIII).

2. Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan hasil bahwa gel ekstrak

daun kacang panjang terdispersi homogen dalam basis gel.(Lampiran 7,

Tabel. IX).

3. Hasil pemeriksaan stabilitas pada suhu ruangan dan suhu 5°C

menunjukkan hasil bahwa basis gel dan gel ekstrak daun kacang

panjang tidak memisah sampai minggu ke delapan (Lampiran 7, Tabel.

X dan XI).

4. Hasil pemeriksaan pH basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang

dengan rata-rata F0 = 6,67, F1= 5,35, F2= 5,66 dan F3= 5,94(Lampiran

7, tabel XII).

5. Pemeriksaan uji daya menyebar gel ekstrakdaun kacang panjang dengan

beban 1g, 2g, dan 5g berturut-turut didpatkan luas F0= 1,884cm² ;

5,652cm²; 7,088cm²; F1= 0,408cm²; 3,022cm²; 4,5922cm²; F2= 0,73cm²;

3,022cm²; 4,592cm²; F3= 1,413cm²; 4,152cm²; 5,024cm²; Sediaan

pembanding= 2,033cm²; 5,033cm²; 7,3024cm² (Lampiran 7, Tabel XIII).

Page 42: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

42

6. Hasil pemeriksaan uji iritasi kulit pada 3 orang panelis untuk masing-

masingformula menunjukkan hasil bahwa formula gel ekstrakdaun

kacang panjang tidak mengiritasi kulit (Lampiran 7, Tabel XIV).

1.4.Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Meransang

Pertumbuhan Rambut

1.4.1. Persiapan Percobaan

Hasil pengukuran berat badan hewan percobaan (kelinci ) yang di

aklimatisasi selama seminggu dinyatakan sehat ditandai dengan

penyimpangan berat badan tidak lebih dari 10% dan secara visual tidak

terdapat gejala penyakit (Lampiran 8, Tabel XV).

1.4.2. Uji aktivitas Pertumbuhan Rambut

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata panjang rambut pada hari

ke3, 6, 9, 12, dan 15 rata-rata panjang rambut berturut-turut F0 (Basis gel)

0,21 cm; 0,65 cm; 0,8cm ; 1,1 cm dan 1,2cm, F1 0,2 cm; 0,6 cm; 0,91 cm;

1,3 cm; dan 1,7 cm, F20,25 cm; 0,7 cm; 0,93 cm; 1,5 cm; 1,8 cm, F30,12

cm; 0,55 cm; 0,89 cm; 1,1 cm; 1,7 cm dan P (sediaan pembanding) 0,3

cm; 0,75cm; 0,92 cm; 1,4 cm; 1,9 cm (Lampiran 5, Tabel XVII).

Berdasarkan hasil pengukuran, bobot rata-rata rambut yang di

cukur pada hari ke 15 lalu di timbang di dapatkan F0 0,1118 g, F1 0,1278,

F2 0,1523 g, F3 0,1413 g, pembanding 0,1452 g(Lampiran8,Tabel XVI)

Page 43: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

43

2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak daun kacang

panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dalam bentuk sediaan gel dan

untuk mengetahui aktivitas merangsang pertumbuhan rambut dari sediaan gel

tersebut.Ekstrak daun kacang panjang mengandung saponin, flavonoid, dan

saponin. .Saponin berfungsi sebagai pembentuk busa dan meningkatkan

pembelahan sel pada fase anagen pertumbuhan rambut, flavonoid dan

polifenol berfungsi sebagai bakterisid dan antivirus yang dapat menekan

pertumbuhan bakteri dan virusyang menganggu pada semua fase

pertumbuhan rambut serta aktivitas keratolitik yang dapat mencegah

pengerasan kulit kepala yang dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah

mempengaruhi fase anagen pada pertumbuhan rambut (Zainul, dkk 2013).

Disamping itu kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan zat besi yang

terdapat pada daun kacang panjang merupakan nutrisi yang diperlukan untuk

pertumbuhan rambut ( Hutapea, 1994).

Sampel yang digunakan adalah daun kacang panjang yang diambil di

Lubuk Minturun, Padang.Metoda ektraksi sampel dilakukan dengan metoda

maserasi. Metode ini dipilih karena prosesnya sederhana, cukup efektif untuk

menarik zat yang diinginkan, dan tidak ada proses pemanasan, sehingga

kerusakan zat-zat aktif akibat suhu yang tinggi dapat dihindari. Sampel

diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%.Alasan pemilihan etanol sebagai

pelarut adalah karena harganya murah, mudah didapatkan, tidak toksik dan

dapat mencegah pertumbuhan jamur atau kapang.Alasan pemilihan etanol 96

Page 44: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

44

% karena sampel dalam bentuk basah sehingga kandungan air didalam sampel

relatif banyak dengan tujuan untuk mempermudah membuka pori-pori sampel

tersebut.Ekstrak kental daun kacang panjang sebanyak 40,22 gram, dengan

rendamen 4,022 %.

Ekstrak daun kacang panjang dilakukan pemeriksaan yang meliputi uji

fitokimia, pemeriksaan organoleptis, kelarutan, susut pengeringan, dan

pengukuran pH.Hasil pemeriksaan fitokimia memberikan hasil bahwa ekstrak

daun kacang panjang positif (+) mengandung senyawa polifenol, flavonoid,

saponin,steroid dan negatif (-) alkaloid, terpenoid.Ekstrak daun kacang

panjang yang di dapat berwarna hijau kehitaman, berbau khas dan berbentuk

ekstrak kental.Hasil pemeriksaan kelarutan ekstrak daun kacang panjang sukar

larut dalam air dan eter serta larut dalam etanol.pH ekstrak yang didapat dari

pemeriksaan yaitu 5,76.Pada pemeriksaan susut pengeringan ekstrak didapat

7,3226%. Penentuan susut pengeringan dimaksud untuk mengetahui

persentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan, tidak hanya air tapi

senyawa yang menguap lainnya (Depkes RI, 2000).

Pemeriksaan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan gel

dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi IIIdan Handbook of

Farmaceutical Exipient. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan pemerian

dan kelarutan.Dari hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa semua bahan

tambahan yang digunakan sudah memenuhi persyaratan.

Ekstrak daun kacang panjang diformulasi menjadi gel dengan berbagai

konsentrasi yaitu 10%, 15%, 20% dengan tujuan untuk melihat kemampuan

Page 45: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

45

ekstrak daun kacang panjang sebagai gel dalam merangsang pertumbuhan

rambut.Pada penelitian ini digunakan HPMC sebagai basis karena bahannya

sederhana dan menghasilkan gel yang jernih, netral terhadap alkali dan asam

memiliki viskositas yang tinggi.Sebagai humektan digunakan

propilenglikol.Propilenglikol merupakan suatu cairan kental yang dapat

bercampur dengan air, propilenglikol dapat menahan kelembaban,

meningkatkan kelembutan dan daya sebar sediaan (Voight, 1995).Sediaan

obat dipilih dalam bentuk sediaan gel didasarkan pada beberapa pertimbangan

diantaranya, pembuatan gel lebih mudah dengan komposisi yang lebih

sederhana serta mempunyai bentuk yang menarik, menimbulkan rasa dingin

yang menyejukkan dan mudah dicuci setelah dioleskan (Voight, 1995).

Pada sediaan gel dilakukan evaluasi terhadap basis gel dan gel ekstrak

daun kacang panjang setiap minggu selama8 minggu. Evaluasi tersebut

meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, stabilitas pada suhu ruangan

dan dengan pendinginan, pH, uji daya menyebar, dan uji iritasi kulit sediaan

gel serta uji aktifitas merngsang pertumbuhan rambut.

Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk. Gel ekstrak

daun kacang panjang berwarna hijau kehitaman, berbentuk setengah padat dan

berbau khas. Secara organoleptis sampai minggu ke 8 gel ekstrak daun kacang

panjang tidak menunjukkan adanya perubahan.

Pemeriksaan homogenitas basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang

dilakukan dengan cara mengoleskannya secara merata dan tipis pada kaca

transparan kemudian diamati dibawah mikroskop. Hasilnya menunjukkan

Page 46: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

46

bahwa ekstrak daun kacang panjang terdispersi merata pada basisgel.

Pemeriksaan pH basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang

dilakukan dengan menggunakan alat pH meter inolab.Hasil pemeriksaan pH

setiap minggu selama enam minggu menunjukkan hasil bahwa pH basis gel

berkisar rata-rata 6,675, sedangkan pH gel ekstrak daun kacang panjang F1

antara 4,75-5,69, F2 antara 5,28-6, dan F3 5,33-6,97.Dari data yang

didapatkan semakin besar konsentrasi ekstrak daun kacang panjang maka

semakin besar pH yang didapatkan ini bisa disebabkan terjadinya penguraian

ekstrak di dalam sediaan. Tetapi pH sediaan masih sesuai dengan kondisi pH

kulit yaitu 4,2-6.7(Wasitaatmadja, 1997)

Pemeriksaan stabilitas gel dilakukan pada suhu ruangan dan suhu dingin

(50C) selama 8 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gel ekstrak

daun kacang panjang tidak memisah sampai minggu ke-8.

Pemeriksaan uji daya menyebar basis gel dan gel ekstrak daun kacang

panjang dilakukan dengan metoda ekstensometri, menghitung pertambahan

luas yang diberikan oleh sediaan bila diberi beban dalam selang waktu

tertentu. Ini bertujuan untuk melihat konsistensi dari sediaan, dan untuk

melihat pengolesan sediaan pada kulit dimana sediaan dengan daya menyebar

yang baik akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit.

Pemeriksan uji iritasi kulit dilakukan pada daerah pangkal lengan 3

orang panelis untuk masing-masing formula dengan cara uji tempel tertutup.

Sediaan uji sebanyak 0,1 g dioleskan pada lengan atas bagian dalam,kemudian

ditutup dengan kain kasa. Biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi,

Page 47: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

47

lakukan selama 3 hari diamati gejala yang timbul pada kulit. Hasil

pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak terjadinya iritasi pada kulit panelis.

Pemeriksaan aktivitas gel ekstrak daun kacang panjang untuk meransang

pertumbuhan rambut di ujikan terhadap kelinci yang sebelumnya telah

aklimatisasi selama seminggu. Pengukuran panjang Rambut kelinci yang

diambil pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15 hari sebanyak 10 helai Rambut kelinci

dan pada hsri ke-15 Rambut kelinci di cukur kembali lalu di timbang berat

Rambut kenci tesebut untuk menentukan kelebatan Rambutnya.Karena selain

dapat mengamati berat rambut juga bisa di gunakan sebagai parameter

mengtahui berapa banyak jumlah rambut yang tumbuh pada tempat perlakuan.

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-3 ,dari data rata-rata

panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),

F3(Ekstrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno) dapat dilihat

adanya perbedaan panjang pertumbuhan rambut yang dapat diketahui dengan

cara perhitungan secara statistik. Hasil perhitungan secara statistikdengan uji

ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna (p>0,05).

Berdasarkan statistik F1, F3, dan P menunjukkan hasil berbeda secara

bermakna bila dibandingkan dengan F0, jadi dapat kesimpulan F2 dan

Pbahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut jika dibandingkan

dengan F0, tetapi tidak sama halnya dengan F3.F0 lebih baik aktivitas

penumbuh rambut jika di bandingkan dengan F3. Hasil yang sama juga di

peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1dan F0 berbeda secara bermakna

sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan F2

Page 48: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

48

memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dibandingkan deengan F1

dan F2, akan tetapi tidak lebih baik di bandingkan dengan P.

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-6, dari data rata-rata

panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),

F3(Ekstrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan

secara statistic dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan

secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistikjika F0 menunjukkan hasil

berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F2 dan P, jadi dapat

diambil kesimpulan bahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

jika dibandingkan dengan F0 tetapi tidak sama halnya dengan F3, F0 lebih

baik aktivitas penumbuh rambut jika di bandingkan dengan F3. Hasil yang

sama juga di peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1 dan F0 yaitu berbeda

secara bermakna sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat

disimpulkan F2 memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut

dibandingkan deengan F1 dan F0, akan tetapi tidak berbeda bermakna di

bandingkan dengan P artinya memiliki aktivitas yang sebanding dengan P.

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-9, dari data rata-rata panjang

rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%), F3(Ektrak 20%)

dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno) . Hasil perhitungan secara

statistikdengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan secara

bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistik F1, F2, F3, dan P menunjukkan hasil

berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0, jadi dapat

kesimpulan F1, F2, F3, dan F4 bahwa memiliki aktivitas terhadap

Page 49: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

49

pertumbuhan rambut jika dibandingkan dengan F0. F1 dibandingkan dengan

F2, F3 dan Ptidak berbeda secara bermakna sehingga berdasarkan data rata-

rata panjang rambut dapat disimpulkan F1 memiliki aktivitas terhadap

pertumbuhan rambut yang sama baiknya jika dibandingkan dengan F2, F3 dan

P.

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-12, dari data rata-rata

panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),

F3(Ektrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan

secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan

secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistik F2 dan P menunjukkan hasil

berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0 sementara F3 dan F1

tidak berbeda bermakna dengan F0, jadi dapat kesimpulan bahwa memiliki

aktivitas terhadap pertumbuhan rambut jika dibandingkan dengan F0 tetapi

memiliki aktivitas yang sama dengan F1 dan F3. Hasil yang sama juga di

peroleh saat F2 dan P dibandingkan dengan F1yaitu tidak berbeda secara

bermakna sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat

disimpulkan F2 dan Pmemiliki aktivitas yang terhadap pertumbuhan rambut

sebandingkan dengan F1.

Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-15, dari data rata-rata

panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),

F3(Ektrak 20%) dan PPembanding (Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan

secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan

secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistic F1, F2, F3, dan P

Page 50: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

50

menunjukkan hasil berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0,

jadi dapat kesimpulan bahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan

rambut jika dibandingkan dengan F0. Hasil yang sama juga di peroleh saat

Pdibandingkan dengan F1 yaitu berbeda secara bermakna sehingga

berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan P memiliki

aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dibandingkan deengan F1, akan tetapi

tidak berbeda bermakna di bandingkan dengan F2 dan F3 artinya memiliki

aktivitas yang sema baiknya dengan P.

Pengamatan juga dilakukan terhadap berat rambut pada hari ke-15.

Rambut pada setiap daerah uji dari masing-masing perlakuan dicukur

kemudian ditimbang beratnya. Parameter bobot rambut ini digunakan untuk

melihat pengaruh sediaan gel ekstrak daun mangkokan terhadap kelebatan

rambut kelinci. Hasil pengukuran bobot rambut dapat dilihat pada Lampiran

Tabel 4.2.

Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata bobot yaitu 0.0987 g, 0,1692 g,

0,1823 g, 0,1879 g, dan 0,1618 g. Untuk melihat adanya perbedaan bobot

rambut dapat diketahui dengan cara perhitungan secara statistik. Hasil

perhitungan secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya

perbedaan secara bermakna (p>0,05). ). Berdasarkan statistik F1, F2, F3, dan

P menunjukkan hasil berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0,

jadi dapat disimpulkan bahwa F1, F2, F3, dan Pmemiliki aktivitas terhadap

kelebatan rambut jika dibandingkan dengan F0. Hasil yang sama juga di

peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1 dan P yaitu berbeda secara bermakna

Page 51: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

51

sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan F2

memiliki aktivitas terhadap ketebalan rambut dibandingkan dengan F1 dan P ,

akan tetapi tidak berbeda bermakna di bandingkan dengan F3 artinya memiliki

aktivitas yang sama baiknya dengan F3.

Page 52: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Berdasarkan hasil evaluasi gel ekstrak daun kacang panjang dengan

konsentrasi 10%, 15%, dan 20% memberikan hasil yang relatif baik dan

memenuhi syarat sediaan gel.

2. Uji aktivitas untuk merangsang pertumbuhan rambut sediaan gel yang

mengandung ekstrak daun kacang panjang konsentrasi 15% (F2) dan 20%

(F3) memberikan aktivitas pertumbuhan rambut yang lebih baik daripada

F1 padakelinci(p < 0,05).

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti stabilitas kimia dari

ekstrak daun kacang panjang yang di formulasikan dalam bentuk gel.

Page 53: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

53

DAFTAR PUSTAKA

Anif, M., 1997, Formulasi Obat Topikal, Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Ansel, H.C., 1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan

oleh Ibrahim F., UI Press, Jakarta.

Bariqina, E., dan Ideawati, Z., 2001, Perawatan & Penataan Rambut, Adi Cita

Karya Nusa, Yogyakarta.

Bariqina, E dan Zahida,2004 .Perawatan Dan Penataan Rambut 2, Adicita,

Jakarta.

Carter,J.S., 1997, Dispensing For Pharmaceutical,12th

Edition, Pitman medical,

London.

Dalimartha, S., 1999 . AtlasTumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya,

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Formolarium Kosmetika

Indonesia, Indonesia, Jakarta .

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997, Materia Medika.jilid II.

Indonesia, Jakarta.

DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DitJen POM DepKes RI,

Jakarta.

DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, DitJen POM DepKes RI,

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Tanaman Obat Indonesia,

Jilid II, DitJen POM DepKes RI, Jakarta .

Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. (2010).Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

(Ed.Ke-5). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi III, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan,

Jakarta.

Lattanzio, V., Arpaia, S., Cardinali, A., Di Venere, D., and Linsalata, V., 2000,

Role Of Endogenous Flavonoids In Resistance Mechanism Of Vigna

To Aphids, J. Agric. Food Chem., 48 (11), 5316-5320.

Machmudah dan Ismiatun, 2004, Kreasi Tata Rambut Praktis, Trubus

Agrisarana,Surabaya.

Page 54: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

54

Martin, A.N, Swarbick and Cammarta, A.,1993, Farmasi Fisika.Edisi

3.Diterjemahkan oleh Yoshita Ui-press, Jakarta.

Meenakshi S,et al,2001. Rahasia Rambut Indah. Diterjemah oleh Kandiana,

Orchid, Jakarta.

Pearce, E.C, 1987, Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Peramedis

.diterjemahkan oleh Sri Yulia. Gramedia, Jakarta.

Soedibyo, B.R.A.M., dan Dalimartha, S., 1998, Perawatan Rambut dengan

TumbuhanObat dan Diet Suplemen. PT. Penebar Swadaya, Bogor.

Sulihandari, H., 2013, Herbal, Sayur dan Buah Ajaib. Trans Idea Publishing,

Yogjakarta.

Swarbrick, dan J, Boylan, J.C., 1992,Encyclopedia of Pharmaceutical

Technology Volume 6. Marcel Dekker Inc., New York.

Tranggono, S.R., 1992, Kiat-kiat Apik Tampil Sehat dan Cantik,Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi edisi V, diterjemahkan oleh

DR. Soedani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wade, A., and Weller, P. J., 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipients,

American Pharmaceutical Association, London.

Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Cetakan I,

Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Wong,Y.S., and Chang, Q., 2004, Identification Of Flavonoids In Hakmeitau

Beans (Vigna Sinensis) By High-Performance Liquid

Chromatography-Electrospray Mass Spectrometry (LC-ESI/MS), J.

Agric. Food Chem., 52 (22), 6694 -6699.

Zainul I.Z., Jatmiko S., Agitya R.E., 2013, Efek Perasan Daun Kacang Panjang

(Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk) Terhadap Pertumbuhan Rambut

Kelinci Jantan, Fakultas FarmasiSTIKES Ngudi Waluyo Ungaran,

Semarang.

Page 55: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

55

Lampiran 1. Tanaman Kacang Panjang

Gambar 6. Tanaman Kacang Panjang

Gambar 7. Daun Kacang Panjang

Page 56: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

56

Lampiran 2.Surat identifikasi Kacang Panjang

Page 57: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

57

Lampiran 3.Skema Kerja

Skema Kerja pengelohan, formulasi dan evaluasi gel ekstrak daun kacang panjang

- Tangkai dibuang

- Dimaserasi selama 3 hari

dengan etanol (3 kali

pengulangan)

- Ekstrak di pekatkan

dengan Rotari Evaporator

Pemerriksaan Meliputi

- Pemeriaan

- Kelarutan

- Pemeriksaan pH

- Pemeriksaan

- susut pengeringan

- Uji fitokimia

Gambar 8. Skema Kerja

Evaluasi Keterangan

- Pemariaan - F0 : Basis Gel

- Homogenitas - F1 : konsentrasi ekstrak 10%

- Stabilitas dengan pendinginan - F2 : konsentrasi ekstrak 15%

- Pemeriksaan pH - F3 : konsentrasi 20% ekstrak

- Uji daya menyebar - P : Pembanding (Rudi

- Uji iritasi kulit Hadisuwarno)

- Uji aktivitas pertumbuhan rambut

Daun Kacang Panjang

Ekstrak Kental Daun

Kacang Panjang

Formulasi Gel Daun Kacang Panjang

P F1

11

1

F3

11

1

F2

11

1

F0

11

1

Evaluasi

Page 58: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

58

Lampiran4. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Daun Kacang Panjang

Tabel III. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Daun Kacang Panjang

No Pemeriksaan Pengamatan

1. Organoleptis

- Bentuk

- Warna

- Bau

- ekstrak kental

- hijau kehitaman

- khas

2. pH 5,76

3. Susut pengeringan 7,3226 %

4. Rendemen 4,022 %

5. Kelarutan

- dalam air

- dalam etanol 96%

- eter

- sukar larut (1:151)

- larut (1 : 27)

- Sukar larut (1: 166)

Contoh Perhitungan :

o Rendemen : berat ekstrak (A) =

berat awal simplisia(B) =

Rendemen = A x 100% = g x 100% = 4,022%

B g

o Susut pengeringan : berat krus kosong (A) = 39,8805 g

berat krus + ekstrak (B) = 40,8938 g

berat krus + ekstrak telah kering (C) = 40,8196 g

Susut pengeringan = (B-A) – (C-A) X 100%

(B-A)

= (40,5757 g - 39,8805 g) – (40,8196 g - 39,8805 g) x 100%

(40,8938 g - 39,8805 g)

= 7,3226%

Page 59: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

59

Lampiran 4. (Lanjutan)

Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Ekstrak Daun

Kacang Panjang

No Kandungan

kimia

Pereaksi Hasil

1. Polifenol FeCl3 +

2. Flavonoid Mg / HCl p +

3. Saponin Test busa +

4. Terpenoid Libermann – Buchard -

5. Steroid Libermann – Buchard +

6. Alkaloid Mayer -

Page 60: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

60

Lampiran5. Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan

Tabel V. Hasil Pemeriksaan HPMC

No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan

1. Pemerian

- bentuk

- warna

- bau

- Serbuk

- Putih kekuningan

- Tidak berbau

- Serbuk

- Putih kekuningan

Tidak berbau

2. Kelarutan

- dalam air

- dalam etanol

- Mengembang

Mengembang

Cairan kental

Ciran kental

Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Propilenglikol (Depkes RI, 1979)

No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan

1. Pemerian

- bentuk

- warna

- bau

Cairan kental

Tidak berwarna

Tidak berbau

Cairan kental

Tidak berwarna

Tidak berbau

2. Kelarutan

- dalam air

- dalam etanol

Bercampur

Bercampur

Bercampur

Bercampur

Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Nipagin (Depkes RI, 1979)

No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan

1. Pemerian

- bentuk

- warna

- bau

Serbuk hablur putih

Putih

Tidak berbau

Serbuk hablur putih

Putih

tidak berbau

2. Kelarutan

- dalam air

- dalam etanol

Sukar larut

Mudah larut

Sukar larut 1: 500

Mudah larut 1: 3,5

Page 61: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

61

Lampiran6.Basis Gel Dan GelEkstrak Daun Kacang Panjang

Gambar 9. Sediaan F0, F1, F2 dan F3

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

Page 62: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

62

Lampiran7. Hasil Evaluasi Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Tabel VIII. Hasil Evaluasi 0rganoleptis Basis Gel dan Gel ekstrak Daun

Kacang Panjang

No Formula Organoleptis Minggu ke

I II III IV V VI VII VIII

1. F0

Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp

Warna T T T T T T T T

Bau Tb Tb Tb Tb Tb Tb Tb Tb

2. F1

Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp

Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk

Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk

3 F2

Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp

Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk

Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk

4 F3

Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp

Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk

Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan pembanding

Sp : Setengan padat

T :Transparan

Tb : Tidak berbau

Hk : Hijau Kehitaman

Bk : Bau khas

Page 63: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

63

Lampiran 7. (Lanjutan)

Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Formula Minggu ke-

I II III IV V VI VII VIII

F0 DM DM DM DM DM DM DM DM

F1 DM DM DM DM DM DM DM DM

F2 DM DM DM DM DM DM DM DM

F3 DM DM DM DM DM DM DM DM

Tabel X. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Dengan Suhu PendinginUntuk Suhu 5 0C

Formula Minggu ke

I II III IV V VI VII VIII

F0 TM TM TM TM TM TM TM TM

F1 TM TM TM TM TM TM TM TM

F2 TM TM TM TM TM TM TM TM

F3 TM TM TM TM TM TM TM TM

Tabel XI. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Dengan Suhu Kamar

Formula Minggu ke

I II III IV V VI VII VIII

F0 TM TM TM TM TM TM TM TM

F1 TM TM TM TM TM TM TM TM

F2 TM TM TM TM TM TM TM TM

F3 TM TM TM TM TM TM TM TM

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

H : Homogen

TM : Tidak Memisah

DM : Dispersi Merata

Page 64: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

64

Lampiran 7. (Lanjutan)

Tabel XII. Hasil Pemeriksaan pH Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang

Panjang

No

Formula

Minggu ke Rata-

rata I II III IV V VI VII VIII

1. F0 8,09 7,16 7,03 6,97 6,76 5,91 5,76 5,72 6,675

2. F1 5,69 5,76 5,67 5,25 5,21 4,75 5,21 5,33 5,358

3. F2 6 5,95 5,47 5,69 5,29 5,28 5,72 5,91 5,663

4. F3 6,97 6,85 5,67 5,67 5,71 5,33 5,33 5,59 5,942

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

TM : Tidak Memisah

Tabel XIII. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Menyebar Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang

Formula Pertambahan Luas (cm2)

Dengan Beban

1g 2g 5g

F0 1,88 5,88 7,08

F1 0,40 3,02 4,59

F2 0,73 3,363 6

F3 1,41 4,15 5,02

P 2,03 5,77 7,3

Contoh Perhitungan :Formula 1

Diameter awal = 1,2 cm r = d/2 = 1,2/2= 0,6 cm

Luas awal = = 3,14 x 0,6cm x 0,6 cm = 0,11304cm2

Untuk 1 g beban

D Beban 1 g = 1,4 cm r = d/2 =1,4/2 = 0,7cm

Page 65: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

65

Lampiran 7. (Lanjutan)

Luas 1g beban = 3,14 x 0,7cm x 0,7 cm = 1,5386 cm2

Pertambahan Luas beban 1g = 1,5386 cm2- 0,11304 cm

2 = 0.4082 cm

2

Untuk 2 g beban

D Beban 2 g = 2,3 cm r = d/2 =2,3/2 = 1,15cm

Luas 2g beban = 3,14 x 1,15 cm x 1,15 cm = 4,1526cm2

Pertambahan Luas beban 1g =4,1526 cm2- 0,11304 cm

2 = 3,0222cm

2

Untuk 5 g beban

D Beban 5 g = 2,7 cm r = d/2 =2,7/2 = 1,35cm

Luas 5g beban = 3,14 x 1,35 cm x 1,35 cm = 5,7226 cm2

Pertambahan Luas beban 1g = 5,7226 cm2- 0,11304 cm

2 = 4,5922cm

2

Tabel XIV. Hasil Pemeriksaan Uji Iritasi Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

No Gel Panelis I Panelis II Panelis III

H1 H2 H3 H1 H2 H3 H1 H2 H3

1. F0 - - - - - - - - -

2. F1 - - - - - - - - -

3. F2 - - - - - - - - -

4. F3 - - - - - - - - -

5. P - - - - - - - - -

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding

(-) : Tidak mengiritasi kulit

Page 66: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

66

Lampiran 8.Uji aktivitas Aktifitas Merangsang Pertumbuhan Rambut

Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang

Gambar 10. Kelinci Sebelum Di Cukur

Tabel XV.Persiapan Percobaan

Hewan Percobaan Berat awal Berat akhir Penyimpangan(%)

Kelinci 1 1,3 kg 1,2 kg 7, 69 %

Kelinci 2 1 kg 1,1 kg 10 %

Kelinci 3 1,3 kg 1,4 kg 7, 69 %

Kelinci 4 1,4 kg 1,3 kg 7,14 %

Kelinci 5 1,5 kg 1,4 kg 6,66 %

F0 F1 F2 F3 P

Gambar 11.Rambut kelinci setelah di cukur

Keterangan:

F0 : Formulasi basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding

Page 67: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

67

Lampiran 8. (Lanjutan)

Tabel XVI. Pengamatan Terhadap Panjang Rata-rata Rambut Kelinci

Sediaan Hari Ke (cm) ± SD

3 6 9 12 15

F0 0,21±0.0159 0,65±0.0699 0,8±0.0522 1,1 ±0.149 1,2 ±0.1429

F1 0,2 ±0.0115 0,6 ±0.0278 0,91±0.0163 1,3 ±0.1414 1.7 ±0.0816

F2 0,25±0.0408 0,7 ±0.0577 0,93 ±0.021 1,5 ±0.3431 1,8 ±0.2108

F3 0,12±0.0163 0,55±0.0527 0,89±0.0439 1,1±0.1641 1,7 ±0.2581

P 0,3 ±0.0230 0,75±0.04521 0,92±0.0245 1,4 ±0.2211 1,9 ±0.1247

Keterangan:

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding

Page 68: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

68

Lampiran9.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang

Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang

Panjang Pada Hari ke-3

Tabel XVII. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel ekstrak daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-3

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimu

m

Maximu

m

Lower

Bound

Upper

Bound

F0 = Basis 10 .2100 .01563 .00494 .1988 .2212 .19 .24

F1 = Formula 1 10 .2000 .01155 .00365 .1917 .2083 .18 .22

F2 = Formula 2 10 .2500 .04082 .01291 .2208 .2792 .20 .30

F3 = Formula 3 10 .1200 .01633 .00516 .1083 .1317 .10 .14

F4 = Pembanding 10 .3000 .02309 .00730 .2835 .3165 .27 .35

Total 50 .2160 .06433 .00910 .1977 .2343 .10 .35

Tabel XVIII. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel

Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.114 4 45 .024

Tabel XIX. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .177 4 .044 77.871 .000

Within Groups .026 45 .001

Total .203 49

Page 69: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

69

Lampiran 9. (Lanjutan)

Tabel XX. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

F3 = Formula 3 10 .1200

F1 = Formula 1 10 .2000

F0 = Basis 10 .2100

F2 = Formula 2 10 .2500

F4 = Pembanding 10 .3000

Sig. 1.000 .354 1.000 1.000

Page 70: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

70

Lampiran 10.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang

Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-6

Tabel XXI. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6

Tabel XXII. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel

Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.056 4 45 .389

Tabel XXIII. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .250 4 .062 22.428 .000

Within Groups .125 45 .003

Total .375 49

N Mean

Std.

Deviatio

n Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

F0 = Basis 10 .6500 .07071 .02236 .5994 .7006 .55 .75

F1 = Formula 1 10 .6000 .02789 .00882 .5800 .6200 .56 .65

F2 = Formula 2 10 .7000 .05774 .01826 .6587 .7413 .60 .75

F3 = Formula 3 10 .5500 .05270 .01667 .5123 .5877 .50 .65

F4 = Pembanding 10 .7500 .04522 .01430 .7177 .7823 .70 .85

Total 50 .6500 .08753 .01238 .6251 .6749 .50 .85

Page 71: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

71

Lampiran 10. (Lanjutan)

Tabel XXIV. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6

Duncana

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F3 = Formula 3 10 .5500

F1 = Formula 1 10 .6020

F0 = Basis 10 .6500

F2 = Formula 2 10 .7000

P = Pembanding 10 .7500

Sig. 1.000 .124 .070

Page 72: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

72

Lampiran 11.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang

Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-9

Tabel XXV. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-9

Tabel XXVI. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel

Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-9

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.454 4 45 .015

Tabel XXVII. Hasil Uji Anova panjang rambut kelinci gel ekstrakdaun

kacang panjang pada hari ke-9

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .110 4 .027 24.076 .000

Within Groups .051 45 .001

Total .161 49

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

F0 = Basis 10 .8000 .05228 .01653 .7626 .8374 .73 .87

F1 = Formula 1 10 .9100 .01633 .00516 .8983 .9217 .90 .95

F2 = Formula 2 10 .9300 .02108 .00667 .9149 .9451 .90 .96

F3 = Formula 3 10 .8900 .04397 .01390 .8585 .9215 .82 .96

F4 = Pembanding 10 .9200 .01826 .00577 .9069 .9331 .89 .95

Total 50 .8900 .05739 .00812 .8737 .9063 .73 .96

Page 73: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

73

Lampiran 11. (Lanjutan)

Tabel XXVIII. Hasil Uji lanjut Duncan panjang rambut kelinci gel ekstrak

daun kacang panjang pada hari ke-9

Duncana

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F0 = Basis 10 .8000

F3 = Formula 3 10 .8900

F1 = Formula 1 10 .9100 .9100

F4 = Pembanding 10 .9200 .9200

F2 = Formula 2 10 .9300

Sig. 1.000 .066 .219

Page 74: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

74

Lampiran 12.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang

Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-12

Tabel XXIX. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

F0 = Basis 10 1.1000 .14907 .04714 .9934 1.2066 .90 1.30

F1 = Formula 1 10 1.3000 .14142 .04472 1.1988 1.4012 1.20 1.50

F2 = Formula 2 10 1.5000 .34319 .10853 1.2545 1.7455 1.00 2.00

F3 = Formula 3 10 1.1000 .18529 .05859 1.0574 1.3226 .90 1.40

F4 = Pembanding 10 1.4000 .22111 .06992 1.2418 1.5582 1.10 1.80

Total 50 1.2980 .25594 .03620 1.2253 1.3707 .90 2.00

Tabel XXX. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.466 4 45 .228

Tabel XXXI. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-12

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.021 4 .255 5.246 .001

Within Groups 2.189 45 .049

Total 3.210 49

Page 75: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

75

Lampiran 12. (Lanjutan)

Tabel XXXII. Hasil Uji lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12

Duncana

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2

F3 = Formula 3 10 1.0900

F0 = Basis 10 1.1000

F1 = Formula 1 10 1.2800 1.2800

P = Pembanding 10 1.3600

F2 = Formula 2 10 1.5000

Sig. .090 .050

Page 76: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

76

Lampiran 13.Hasil uji statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang

Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang

Panjang Pada Hari ke-15

FO F1 F2 F3 P

Gambar 12. Rambut setelah pemberian sediaan pada hari ke-15

Keterangan:

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding

Tabel XXXIII. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

F0 = Basis 10 1.2000 .14907 .04714 1.0934 1.3066 1.00 1.40

F1 = Formula 1 10 1.7000 .08165 .02582 1.6416 1.7584 1.60 1.80

F2 = Formula 2 10 1.8000 .21082 .06667 1.6492 1.9508 1.40 2.00

F3 = Formula 3 10 1.7000 .25820 .08165 1.5153 1.8847 1.50 2.00

F4 = Pembanding 10 1.9000 .12472 .03944 1.8108 1.9892 1.70 2.10

Total 50 1.6600 .29692 .04199 1.5756 1.7444 1.00 2.10

Page 77: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

77

Lampiran 13. (Lanjutan)

TABEL XXXIV. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel

Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15

Levene Statistic df1 df2 Sig.

7.313 4 45 .000

Tabel XXXV. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-15

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.920 4 .730 23.464 .000

Within Groups 1.400 45 .031

Total 4.320 49

Tabel XXXVI. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel

Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15

Duncana

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F0 = Basis 10 1.2000

F1 = Formula 1 10 1.6300

F3 = Formula 3 10 1.7000 1.7000

F2 = Formula 2 10 1.8000 1.8000

P = Pembanding 10 1.9000

Sig. 1.000 .106 .058

Page 78: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

78

Lampiran 14. Hasil Pengamatan Terhadap Berat Rambut Kelinci Pada Hari

ke-15

TABEL XXXVII. Hasil Pengamatan Terhadap Berat Rambut Kelinci Pada

Hari ke-15

Sediaan Berat Rambut (g) Total

Rata-rata(g) ±

SD

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3

F0 0.0981 0.0921 0.1061 0.2963 0.0987±0.0070

F1 0.159 0.1746 0.1742 0.5078 0.1692±0.0088

F2 0.1878 0.1766 0.1825 0.5469 0.1823±0.0056

F3 0.1839 0.1872 0.1928 0.5639 0.1879±0.0044

P 0.1656 0.1598 0.1602 0.4856 0.1618±0.0032

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding

Page 79: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

79

Lampiran 15.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Ketebalan

Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada

Hari ke-15

TABEL XXXVIII. Hasil Pemeriksaan Berat Rambut Kelinci Gel

ekstrakDaun Kacang Panjang Pada Hari ke-15

TABEL XXXIX. Hasil Analisa Varian Dari Formula Gel Ekstrak Berat

Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada

Hari ke-15

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.138 4 10 .393

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

F0 = Basis 3 .098767 .0070238 .0040552 .081319 .116215 .0921 .1061

F1 = Formula 1 3 .169267 .0088934 .0051346 .147174 .191359 .1590 .1746

F2 = Formula 2 3 .182300 .0056027 .0032347 .168382 .196218 .1766 .1878

F3 = Formula 3 3 .187967 .0044993 .0025976 .176790 .199143 .1839 .1928

P = Pembanding 3 .161867 .0032393 .0018702 .153820 .169914 .1598 .1656

Total 15 .160033 .0335261 .0086564 .141467 .178599 .0921 .1928

Page 80: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

80

Lampiran 15. (Lanjutan)

TABEL XLI. Hasil Uji Anova Berat Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun

Kacang Panjang Pada Hari ke-15

TABEL XLII. Hasil Uji Lanjut Duncan Berat Rambut Kelinci Gel Ekstrak

Daun Kacang Panjang Pada hari ke-15

Duncana

Formula N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

F0 = Basis 3 .098767

P = Pembanding 3 .161867

F1 = Formula 1 3 .169267

F2 = Formula 2 3 .182300

F3 = Formula 3 3 .187967

Sig. 1.000 .173 .287

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .015 4 .004 100.726 .000

Within Groups .000 10 .000

Total .016 14

Page 81: uji aktivitas kacang panjang terhadap kelinci

81

Lampiran 16.Rekapitulasi Data Evaluasi Basis Gel Dan Gel Daun Kacang

Panjang

Tabel XLIII. Rekapitulasi Data Evaluasi Basis Gel Dan Gel Daun Kacang

Panjang

No

.

Evaluasi Formula

F0 F1 F2 F3 P

1. Organoleptis

Bentuk

Warna

Bau

Sp

T

Tb

Sp

Hk

Bk

Sp

Hk

Bk

Sp

Hk

Bk

Sp

Hk

Bk

2. Homogenitas DM DM DM DM DM

3. Pemeriksaan stabilitas

pada suhu 5 0C

TM TM TM TM TM

4. Pemeriksaan stabilitas

pada suhu kamar

TM TM TM TM TM

5. Pemeriksaan Ph 6,675 5,358 5,663 5,942 6

6. Uji daya menyebar

Beban 1g

Beban 2g

Beban 5g

1,88 cm2

5,65 cm2

7,08 cm2

0,4 cm2

3,02 cm2

4,59 cm2

0,73cm2

3,36cm2

6 cm2

1,41 cm2

4,15 cm2

5,02 cm2

2,03 cm2

5,77 cm2

7,30 cm2

7. Uji iritasi - - - - -

8 Uji aktifitas penumbuh

rambut(cm)

1,2 1.7 1,8 1,7 1,9

9 Uji aktivitas ketebalan

rambut(g) 0.0987

0.1823

0.1692

0.1879

0.1618

Keterangan :

Sp : Setengah padat DM : Dispersi Merata

T : Transparan TM : Tidak Memisah

Tb : Tidak Berbau (-) : Tidak Mengiritasi

Hk : Hijau kehitaman Bk : Bau Khas

F0 : Formula basis gel

F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%

F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%

F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%

P : Sediaan gel pembanding