Upload
aswin-rian
View
132
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
daya penyubur rambut
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai
batang batang tanduk dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, anggota-anggota
tubuh, wajah dan kepala (Bariqina dan Ideawati, 2001). Rambut dapat tumbuh di
seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku dan bibir. Rambut
sendiri bentuknya kecil seperti benang tipis dan tumbuh keluar dari kulit tapi
tidak memiliki syaraf perasa sehingga tidak terasa sakit kalau dipotong
(Machmudah dan Ismiatun, 2004). Rambut yang terdapat hampir di seluruh
permukaan tubuh memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, salah
satunya fungsi estetika bagi laki-laki dan perempuan, selain itu juga berfungsi
sebagai mahkota kecantikan bagi perempuan. Kerontokan rambut sering diakhiri
dengan kebotakan merupakan problema estetika yang sangat dikhawatirkan setiap
orang.
Kerontokan rambut umumnya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
bahan kimia, obat-obatan, infeks kulit kepala setempat dan umur. Berbagai
produk kosmetik, baik yang berasal dari bahan sintesis maupun alami, telah
banyak dipakaikan untuk mengatasi kerontokan rambut dan kebotakan. Pada
penggunaannya, terkadang produk sintesis dapat menimbulkan efek samping
sehingga perawatan rambut secara tradisional dengan menggunakan herbal
kembali diminati. Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang
mengandung bahan-bahan yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan
2
kulit kepala. Penggunaan bahan-bahan yang berfungsi sebagai penumbuh rambut
(misalnya counter irritant) dalam konsentrasi rendah akan menyebabkan
kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga meningkatkan aliran darah pada
kapiler kulit (Tranggono, 1992).
Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Zainul, Jatmiko dan Agitya
tahun 2013 dengan judul “Efek Perasaan Daun Kacang Panjang [Vigna sinensis
(L.) Savi ex Hassk] Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan” menunjukkan
bahwa hasil perasan daun kacang panjang dapat menyuburkan rambut pada
konsentrasi 15% yang sebanding dengan Hair Tonik. Hal ini disebabkan karena
perasan daun kacang panjang mengandung saponin, flavonoid dan polifenol
masing-masing berperan dalam menunjang pertumbuhan rambut (Zainul, dkk
2013).
Saponin berfungsi sebagai pembentuk busa dan meningkatkan pembelahan
sel pada fase anagen pertumbuhan rambut, flavonoid berfungsi sebagai bakterisid
dan antivirus yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan virus pada semua
fase pertumbuhan rambut , serta polifenol berfungsi sebagai antiseptik yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada semua fase
pertumbuhan rambut dan aktivitas keratolitik yang dapat mencegah pengerasan
kulit kepala yang dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah mempengaruhi
fase anagen pada pertumbuhan rambut (Zainul, dkk 2013). Disamping itu
kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan zat besi yang terdapat pada daun
kacang panjang merupakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut
( Hutapea, 1994).
3
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada penelitian ini dicoba untuk
mengembangkan manfaat daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex
Hassk] dalam salah satu bentuk sediaan farmasi yaitu gel. Dipilih gel karena gel
merupakan bentuk sediaan yang praktis baik dari segi bentuk pembuatan dan
penggunaan, bentuknya juga menarik (transparan), tidak menimbulkan rasa
lengket dan kemasannya mudah di bawa-bawa. Untuk mendapatkan formula gel
yang baik, maka pada penelitian ini tidak menggunakan perasan air tetapi ekstrak
kental daun kacang panjang sehingga kadar air yang tinggi dapat dikurangi.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ekstrak daun kacang
panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan gel dan apakah gel ekstrak daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi
ex Hassk] ini masih mempunyai aktifitas dalam merangsang pertumbuhan rambut.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak daun kacang panjang
[Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dalam bentuk sediaan gel dan untuk
mengetahui aktivitas merangsang pertumbuhan rambut dari sediaan gel tersebut.
1.4. Manfaat Peneliitan
1. Melengkapi data untuk pengembangan sediaan farmasi yang mengandung
ekstrak dari daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hassk ]
dalam bentuk gel.
2. Memberikan informasi pada masyarakat bahwa daun kacang panjang
[Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dapat merangsang pertumbuhan
rambut.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Botani Kacang Panjang [Vigna sinensis (L) Savi Ex Hask]
2.1.1. Klasifikasi
Menurut Hutapea et al., 1994:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hask
2.1.2. Nama Daerah
Nama umum asparagus kacang, kacang panjang, kacang tunggak
sayur, tiang sitao, tapi umumnya dikenal di seluruh daerah Indonesia
dengan nama kacang panjang, gak dau (India), jiang dou (Mandarin), dan
fak ayo (Thailand) (Sulihandari, 2013). Sinonim Vigna unguiculata (L.)
Walp, Vigna cylindrical Endl., Vigna catjang (Burm.) Walp (Hutapea,
1994).
2.1.3. Morfologi
Tumbuhan kacang panjang merupakan tumbuhan semak menjalar,
semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tegak, silindris ,lunak
berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong,
berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat,
5
ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih
4 cm, dan berwarna hijau ( Hutapea, 1994 ) . Bunga tumbuhan ini terdapat
pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang lebih 12 cm,
berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna
putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm,
berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna kuning,
panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tumbuhan ini
berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong,
pipih, berwarna coklat muda dan akarnya tunggang berwarna coklat
muda ( Hutapea, 1994 ) .
2.1.4. Kandungan dan Khasiat Tumbuhan
Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin 3-O-
galaktosida, sianidin 3-O, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin 3-O-
glukosida, peonidin3-O glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol
atau glikosida flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-
O-glukosida, kuersetin 3-O-6′asetilglukosida (Wong, and Chang 2004),
aglikon flavonoid (kuersetin, kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio, et all
2000).
Daun dan akarnya mengandung saponin dan polifenol. Selain itu
juga mengandung protein, karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor,
potasium, sodium, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan
niasin ( Hutapea, 1994 ) .
Kacang panjang (Vigna sinensis ) memiliki kandungan betakaroten
yang berperan sebagai antioksidan dan berfungsi sebagai antikanker,
6
antivirus, dan antibakteri. Kandungan fitoestrogen pada kulit biji memacu
poliferasi sel jika berikatan dengan reseptor esterogen tumbuhan kacang
panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara
(Sulihandari, 2013).
2.1.5. Jenis-Jenis Kacang Panjang
Terdapat dua golongan kacang panjang yang mempunyai
perbedaan menyolok, yaitu (Sulihandari, 2013) :
1. Kacang Panjang Tipe Merambat (Lanjaran)
Golongan kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] terdiri
dari dua tipe yaitu :
a. Kacang lanjaran biasa [Vigna sinensis var. Sesquipedalis (Stickin)
Savi ex Hassk], batangnya panjang sekali dan membelit. Panjang
polongnya mencapai 40 cm dan warnanya saat masih muda hijau
tetapi setelah tua menjadi putih. Biji polongnya ada yang berwarna
kuning, coklat, hitam, putih dan kuning kemerah-merahan. Besar
bijinya antara (5-6) mm x 8-9) mm.
b. Kacang usus, panjang batangnya seperti pada kacang lanjaran
biasa, hanya polongnya sangat panjang hingga mencapai lebih
dari 80 cm. Saat masih muda, polong berwarna keputih-putihan,
setelah tua menjadi putih kekuning-kuningan. Biji polongnya
bulat panjang, kadang sedikit melengkung agak pipih dan
warnanya putih atau blorok (putih bernoda merah). Besar bijinya
antara 5-6 mm x 8-9 mm.
7
2. Kacang Panjang Tipe Tegak (Tidak Merambat)
Kacang panjang yang tidak membelit tidak membutuhkan lanjaran
karena buahnya terkumpul di bawah dekat tanah. Jenis kacang panjang
tanpa lanjaran ini merupakan bastar (hibrida). Kacang panjang ini
dicirikan dengan daunnya berbulu halus dan polongnya halus lemas
karena tidak begitu berserat. Tipe yang termasuk dalam kacang tolo
sebagai berikut:
a. Kacang tolo/kacang tunggak/kacang dadap/kacang sapu [V.
Unguiculata (L.) Walp], berbatang tidak begitu panjang dan tidak
membelit. Jika membelit, hanya ujung yang sangat pendek saja
yang membelit. Oleh karena itu, tumbuhan ini tidak pernah diberi
lanjaran. Polong kacang tolo pendek, panjangnya berkisar 10 cm,
berwarna hijau, kaku, serta tidak mudah dipatahkan. Polong yang
kering berwarna kuning, keras, dan mudah pecah. Daunnya juga
kaku dan agak kasar. Biji kacang ini bulat panjang, agak pipih dan
ujungnya agak jorong. Bijinya berwarna kuning coklat dan
besarnya antara 4-6 mm x 7-8 mm.
b. Kacang uci/kacang ondel [V. Umbellata (Thumb) Ohwi dan
Ohashi] disebut kacang beras karena digunakan sebagai campuran
nasi atau lepet. Kacang ini sebetulnya tidak termasuk suku Vigna
sp., tetapi termasuk jenis Phaseolus calcaratus Roxb. Kacang uci
bersifat setengah membelit, tetapi tidak pernah diberi lanjaran. Biji
kacang ini kecil sekali, berbentuk bulat panjang, ada yang
berwarna merah, hijau dan hitam. Besar bijinya antara 1,5-2 mm x
8
5-6 mm. Daun kacang ini agak kasar dan kaku seperti kacang
dadap hingga tidak pernah disayur.
c. Kacang busito/kacang hibrida/kacang harapan (V. Sinensis ssp.
Hybridus L.). Kacang busito mirip kacang panjang lanjaran biasa,
hanya batangnya pendek dan biasanya sedikit membelit, dengan
polong kacang busito pendek antara 25-35 cm.
2.2. Rambut
Menurut ilmu yang mempelajari rambut atau trichology, ada 2
jenis rambut manusia rambut terminal yang umumnya kasar, bermedula
dan terpigmentasi dan rambut vellus yang berupa rambut halus, tidak
bermedula dan biasanya tidak berpigmen (Soedibyo dan Dalimartha, 1998
; Djuanda, dkk 2010).
2.2.1. Anatomi Rambut
Secara anatomi rambut terdiri dari batang rambut yang merupakan
bagian yang berada diatas permukaan kulit dan akar kulit yang tertanam
pada dermis. Akar rambut merupakan yang berada di bawah lapisan kulit
hingga ke lapisan subkutan. Akar rambut terdiri dari dua bagian yaitu
bulbus dan papil. Bulbus atau disebut umbi rambut akan ikut dengan
rambut bila tercabut sedangkan papil atau bibit rambut akan tertinggal bila
rambut tercabut (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
Setiap akar rambut dikelilingi oleh pembuluh darah dan kelenjar
lemak yang dinamakan kelenjar sebasea. Darah yang berasal dari pembuluh
darah secara terus-menerus akan mensuplai oksigen dan makanan seperti
protein, vitamin, mineral. Demikian juga dengan kelenjar sebasea yang
9
mengeluarkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala . Setiap
folikel rambut dilekatkan dengan otot penegak mengkerut bila kedinginan
atau ketakutan sehingga menyebabkan rambut bisa berdiri (Soedibyo, dan
Dalimartha, 1998).
Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di permukaan
kulit. Setiap batang rambut terdiri dari tiga lapisan yang masing–masing
mempunyai fungsi tersendiri. Kutikula yang keras karena mengandung
keratin. Lapisan ini berguna untuk melindungi rambut terhadap teriknya
matahari maupun pengaruh lain dari luar. Lapisan kedua korteks. Lapisan
ini mengandung pigmen melanin sehingga rambut mempunyai warna.
Lapisan paling dalam dinamakan medula atau sumsum rambut. Lapisan ini
terdiri dari lapisan sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak dan
rongga udara (Soedibyo dan Dalimartha, 1998)
Gambar 1. Anatomi Rambut (Djuanda, dkk 2010)
2.2.2. Siklus Pertumbuhan Rambut Rambut
Pertmbuhan dan pergantian setiap folikel rambut mengikuti suatu
siklus yang meliputi fase anagen yaitu fase pertumbuhan aktif, fase
katagen yaitu fase transisi dan fase telogen yaitu fase istirahat. Lamanya
10
satu fase dari siklus bervariasi tergantung usia induvidu serta tempat
bertumbuh rambut. Proses penuaan dan pergantian rambut tidak serempak
untuk keseluruhan rambut, tapi terjadi secara bergantian sesuai usia folikel
rambut.
A. Fase Anagen
Fase inisiasi atau fase awal pertumbuhan aktif rambut. Sel-sel
matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel
yang lebih tua ke atas. Di kulit kepala normal dengan rembut sehat,
sekitar 85 % dari keseluruhan rambut berada dalam fase ini. Fase ini
berlangsung 2-6 tahun (Soedibyo, dan Dalimartha, 1998 ; Djuanda,
dkk 2010).
B. Fase Katagen
Masa peralihan yang didahului dengan berkurangnya mitosis
sel-sel matriks kemudian terhenti sama sekali. Mitosis yang berhenti
mengakibatkan bagian bawah kandung rambut menjadi pendek dan
selubung jaringan ikat menjadi lebih tebal. Masa peralihan ini
berlangsung selama 2-3 minggu (Soedibyo dan Dalimartha, 1998 ;
Djuanda, dkk 2010 ).
C. Fase Telogen
Fase ini merupakan fase istirahat yang terjadi selama 5-6
minggu tergantung kondisi kesehatan seseorang dan sekitar 9-14%
dari keseluruhan rambut berada pada fase ini. Fase telogen dimulai
dengan memendeknya sel-sel epitel dan terbentuk tunas kecil yang
11
membuat rambut baru, sehingga rambut lama akan terdorong keluar
(Soedibyo dan Dalimartha, 1998 ; Djuanda, dkk 2010).
Gambar 2. Siklus Pertumbuhan Rambut (Djuanda, dkk 2010)
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut, yaitu:
A. Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen dan tiroksin.
Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi
pada penderita alopesia androgenik hormon androgen bahkan
mempercepat waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita,
hormon estrogen dapat memperlambat pertumbuhan rambut, tetapi
memperpanjang fase anagen. Hormon tiroksin dapat mempercepat
fase anagen (Djuanda, dkk 2010).
B. Nutrisi
Air dengan mineral tertentu merupakan nutrisi yang penting
karena hampir seperempat dari berat rambut terdiri dari air.
Kelembaban akibat adanya air menyebabkan rambut menjadi
lembut. Selain air, ada juga beberapa zat yang penting agar dapat
12
memiliki rambut yang sehat dan bercahaya, yaitu (Soedibyo, dan
Dalimartha, 1998) :
a. Protein
Protein merupakan zat dasar utama pembangunan rambut,
namun mengkonsumsi protein secara berlebihan juga tidak
dianjurkan karena mengakibatkan rambut menjadi tidak sehat
(Pearce, 1987).
b. Vitamin A
Untuk mendapatkan rambut yang lembut dan menjaga agar
kulit kepala tetap sehat perlu vitamin A. Tubuh mendapat vitamin
A melalui dua sumber, yaitu melalui retinol yang didapat dari
makanan yang berasal dari hewan dan melalui beta karoten yang
didapat dari makanan yang berasal dari (Soedibyo, dan
Dalimartha, 1998).
c. Vitamin E
Untuk kesehatan rambut dan kuku diperlukan vitamin E.
Makanan yang merupakan sumber vitamin E antara lain telur,
susu, daging, alpukat, kacang-kacangan, biji-bijian, padi-padian,
minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak jagung, selada,
kol dan beberapa sayuran seperti brokoli, bayam dan lainnya
(Soedibyo dan Dalimartha,1998).
d. Vitamin B kompleks
Semua vitamin B penting untuk mempertahankan sirkulasi dan
warna rambut. Vitamin B kompleks mengandung sejumlah
13
vitamin yang bisa didapat dari sumber yang sama antara lain hati
dan ragi. Vitamin B kompleks terdiri dari tiamin (vitamin B1),
riboflavin (vitamin B2), asam nikotinat (niasin), asam pantotenat
(vitamin B5), piridoksin (vitamin B6), biotin, kolin, inositol,
asam para-amino benzoate (PABA), asam folat, dan
sianokobalamin (vitamin B12) (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
Biotin merupakan suatu jenis vitamin B kompleks yang
terpenting untuk menjaga kesehatan rambut. Biotin ini banyak
ditambahkan pada berbagai produk shampoo. Makanan yang kaya
akan biotin antara lain kacang-kacangan, biji-bijian, hati, kuning
telur, ragi, dan sayuran (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
e. Vitamin C
Untuk kekuatan, kelenturan rambut, serta menjaga agar rambut
tidak rusak dan bercabang diperlukan vitamin C yang cukup
(Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
f. Yodium
Untuk kelangsungan fungsi kelenjar tiroid yang normal
diperlukan yodium yang cukup. Bila asupan yodium dari makanan
berkurang maka sintesis hormon tiroid juga akan berkurang.
Keadaan ini menyebabkan turunnya kadar tiroksin bebas.
Berkurangnya kadar tiroksin (T4) di dalam darah akan
menyebabkan rambut menjadi kusam dan ujungnya pecah-pecah
(Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
14
g. Zat Besi
Zat tersebut merupakan mineral penting untuk menjaga
kesehatan rambut, kemampuan darah untuk mengangkut oksigen
dan zat makanan ke seluruh jaringan termasuk rambut dan
kulit kepala, tergantung dari kandungan zat besi (Soedibyo dan
Dalimartha, 1998).
h. Sistein
Zat tersebut merupakan asam amino yang ditemukan dalam
jumlah besar pada rambut dan kuku. Sistein bisa didapat dari telur,
daging dan produk dari susu (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).
2.2.4. Patologi Rambut
A. Kerontokan rambut (efluvium)
Kerontokan rambut adalah lepasnya rambut dari kulit kepala.
Kerontokan rambut (effluvium) ada 2 macam bergantung pada fase
mana kerontokan tersebut terjadi, yaitu (Meenakshi, et all,2001) :
1. Effluvium telogen, yaitu kerontokan rambut yang terjadi pada
rambut yang sedang dalam masa istirahat. Misalnya akibat stress,
demam tinggi, atau penyakit kronis.
2. Effluvium anagen, yaitu kerontokan yang terjadi pada rambut yang
sedang dalam masa tumbuh. Misalnya akibat pemakaian obat
sitostatik.
Angka kerontokan rambut perhari yang normal adalah 0-40 helai.
jika lebih berarti tidak normal. Hal-hal yang menyebabkan kerontokan
rambut secara berlebihan antara lain umur, keturunan (genetik),
15
trauma dan stress, infeksi kulit kepala setempat, penyakit-penyakit
tertentu, bahan kimia, obat-obatan, dan stress lingkungan serta
kehamilan (Bariqina dan Zahida, 2004).
B. Kebotakan (alopesia)
Kebotakan adalah kondisi tidak tumbuhnya rambut disebahagian
tempat pada kulit kepala atau sama sekali tidak tumbuh. Hal ini terjadi
saat folikel pada kulit kepala mati dan gagal memproduksi rambut
baru (Meenakshi, et all, 2001).
Kebotakan ada 4 macam tergantung pada besar dan luasnya daerah
yang terkena, yaitu:
1. Alopesia difusa, yaitu kebotakan rambut yang mengenai seluruh
bagian kepala namun masih ada sedikit rambut yang tersisa
sehingga rambut terlihat sangat jarang.
2. Alopesia acrata, yaitu kehilangan seleruh rambut pada satu atau
beberapa bagian kepala sehingga terlihat bercak botak diantara
bagian yang lain yang rambutnya baik.
3. Alopesia totalis, yaitu kehilangan seluruh rambut diseluruh rambut
kepala mengenai hampir >75% daerah kepala atau lebih.
4. Alopesia universalis, yaitu kehilangan seluruh rambut diseluruh
bagian badan, termasuk kumis, jenggot, alis dan ketiak.
Penyebab terjadinya alopesia karena berbagai factor, misalnya
bawaan (keturunan), penyakit umum (kurang gizi, kelenjar tubuh yang
tidak berfungsi dengan baik, dan penyakit infeksi), penyakit rambut
dan kepala (ketombe), keadaan psikis (stres), keadaan mekanis
16
(pemakaian topi secara terus-menerus) (Bariqina dan Zahida, 2004 ).
2.2.5. Pengobatan Kerontokan dan Kebotakan Rambut (Wasitaatmadja,
1997)
A. Terapi topikal
Misalnya dengan pemberian counter iritan (antralin 0,2-0,5 %),
kortikosteriod (halsinonid), alergen topical (dinitroklorobenzen 0,05-2
% dalam aseton)
B. Terapi sistemik
Misalnya dengan pemberian kortikosteroid potensi rendah (kortison,
prednison), fotokimia, hormonal (etinilestradiol), vitamin A, vitamin
E.
2.2.6. Perawatan Kerontokan dan Kebotakan (Wasitaatmadja, 1997)
Perawatan rambut dapat dilakukan dengan menggunakan tonik
rambut (bahan-bahan iritan misalnya gingseng, lidah buaya, vitamin, dan
lain-lain), Sampo sebagai pembersih rambut dapat ditambahkan penguat
rambut, kondisioner, creambath yang disertai pemijatan pada kulit kepala.
2.2.7. Pencegahan Kerontokan dan Kebotakan Rambut (Wasitaatmadja,
1997)
A. Menjaga kesehatan kulit khususnya dan kesehatan seluruh tubuh
umumnya agar tidak dikenai penyakiit kulit atau penyakit sisitemik
lainnya yang mengganggu pertumbuhan rambut.
B. Melakukan perawatan rambut secara baik dan benar.
17
2.3. Kulit
Kulit merupakan organ yang terdapat pada bagian luar tubuh,
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan aktifitas
manusia. Kulit mempunyai fungsi yang bermacam-macam dalam upaya
menyesuaikan tubuh dengan lingkungan, secara morfologi kulit
merupakan organ penutup, sedangkan secara fisiologis kulit berfungsi
(Pearce, 1987):
1. Melindungi bagian tubuh terhadap gangguan fisika dan kimia serta
gangguan infeksi luar akibat mikroorganisme.
2. Alat perasa terhadap perubahan suhu dan nyeri.
3. Mengatur suhu tubuh.
4. Sebagai tempat absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,
larutan dan bahan padat. Tetapi cairan yang mudah menguap lebih
mudah diserap begitupun yang larut lemak.
5. Tempat memproduksi vitamin D dari 7 hidroksi koesterol sengan
bantuan UV dari matahari.
6. Tempat pembentukan pigmen yang mempengaruhi warna kulit.
7. Menjaga keseimbangan air, elektrolit dan eksresi keringat.
2.3.1. Anatomi Kulit
Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi
umumnya dibagi dalam 3 lapisan jaringan yaitu (Anif, 1997 ; Pearce,
1987):
1. Lapisan epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar dengan tebal 0,16 mm pada
18
pelupuk mata, 0,8 mm pada telapak tangan dan telapak kaki yang
berfungsi sebagai selaput pelindung bakteri, iritasi kimia, alergi, dan
lain-lain. Epidermis terdiri dari lima lapisan, yaitu:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk)
Susunan korneum merupakan lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri dari beberapa lapisan sel gepeng yang mati, tidak
berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk). Beberapa lapis sel mati berkeratin sangat hidrofil dan bila
tercelup pada bagian air akan mengembang hal ini untuk menjaga
permukaan kulit agar tetap halus dan lentur.
b. Stratum basilum (daerah rintang )
Stratum basilum terdapat langsung dibawah lapisan
korneum dan merupakan bagian lapisan sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang telah berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada lapisan kaki dan
tangan.
c. Stratum granulosum
Stratum granulosum ini merupakan 2 atau 3 lapis sel
gepeng dengan protoplasma berbutir dan terdapat inti diantaranya.
Stratum ini berperan aktif dalam proses keratinisasi.
d. Stratum spinosum (lapisan sel duri)
Stratum spinosum terdiri atas lapis sel yang berbentuk
poligenal, protoplasmanya jernih karena mengandung glikogen
dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke
19
permukaan makin gepeng bentuknya.
e. Stratum germinativum (lapisan sel basal)
Stratum germinativum terdiri atas sel yang berbentuk
kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal
berbaris seperti pagar, dan seel membentuk melanin (melanosit).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis paling bawah.
2. Lapisan dermis
Lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan terdiri dari 2 lapisan, yaitu:
a. Pari papilari, yaitu lapisan yang menonjol ke epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pari reticular, yaitu bagian dibawah yang menonjol kearah sub
kutan, bagian ini terdiri atas serabut penunjang, misalnya serabut
kolagen, elastin, dan retikulin yang bertanggung jawab untuk sifat
penting dari kulit.
3. Lapisan hypodermis (subkutan)
Lapisan subkutan merupakan lapisan yang langsung berada di
bawah lapisan dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak
tegas. Sel-selnya yang terbanyak adalah liposit yang meghasilkan
banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah,
limfe, kantung rambut dan di lapisan subkutan terdapat kelenjar
keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan
terhadap trauma dan tempat penumpukan energi.
20
2.3.2. pH Kulit
Kulit normal mempunyai pH berkisar dari 4-6 (Anif, 1997), 4,5-7
(Swarbrick dan Boylan, 1992) . Keasaman dari kulit disebabkan oleh
adanya suatu film pelidung dari kulit yang berasal dari zat-zat yang
bersifat asam amino seperti asam amino, asam laktat, dan asam lemak
yang merupakan sekresi dari kelenjar sebasea (Swarbrick dan Boylan,
1992).
2.3.3. Jenis-jenis Kulit Kepala (Pearce, 1987)
Sesuai dengan jenis-jenis kulit pada umumnya, kulit kepala
juga dapat dibedakan menjadi tiga jenis :
a. Berminyak : Bila dilakukan dengan menggosokkan ujung jari tangan
maka akan terasa lengket karena kelenjar kulit bekerja berlebihan,
kulit tebal dan pori-pori jelas terlihat.
b. Normal : normal kelihatan segar dan bagus, bersih, karena kelenjar
kulit bekerja tidak berlebihan maupun tidak kurang aktif.
c. Kering : kelihatan tipis, bersisik karena kelenjar palit tidak aktif.
2.4. Gel
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang
terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar dan saling diresapi cairan (Ansel,
1989).
2.4.1. Keuntungan dan Kerugian Gel
Gel lebih menguntungkan dibandingkan dengan sediaan semi
padat lainnya, diantaranya lebih mudah dalam pembuatan, mudah
21
dioleskan pada kulit, mempunyai bentuk yang menarik, menimbulkan rasa
dingin melalui proses penguapan air yang lembab pada kulit dan mudah di
cuci setelah di oleskan. Sedangkan kerugiannya gel tidak cocok untuk
bahan obat yang tidak larut air karena dapat mengeras dan membatu,
sehingga dapat merusak sediaan. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan pelarut organik yang dapat melarutkan zat aktif yang tidak
larut air yang dikenal dengan organogel (Voight, 1994)
2.4.2. Syarat-syarat Gel
Gel yang baik harus memenuhi persyaratan berikut (Martin, et all 1993 ;
Carter, 1997 ):
1. Homogen
Bahan obat dan dasar gel harus mudah larut atau terdispersi dalam air
atau pelarut organik yang cocok untuk menjamin homogenitas
sehingga pembagian dosis sesuai dengan tujuan terapi yang
diharapkan.
2. Bila dasar yang cocok dengan zat aktif
Bila ditinjau sifat fisika dan kimia bahan dasar yang digunakan harus
cocok dengan bahan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang
diinginkan.
3. Konsistensi
Konsistensi gel yang menghasilkan aliran pseudoplastis tiksotropik
karena sifat aliran ini sangat penting pada penyebaran sediaan jika
dioleskan pada kulit tanpa penekanan yang berarti pada pemencetan
gel dapat keluar dari wadah.
22
4. Stabil
Gel harus stabil dari pengaruh lembab dan suhu selama penggunaan
dan penyimpanan.
2.4.3. Bahan Pembentuk Gel
Bahan yang dapat digunakan sebagai pembentuk massa gel
biasanya adalah hidrokolid organik (misanya tragakan, Na alginate,
turunan selulosa, dan turunan polikarboksilat) dan hidrokoloid anorganik
(misalnya kalamin, bentonit, dan veegum) (Carter, 1997).
1. Tragakan
Jumlah tragakan yang dibutuhkan sebagai pembentuk gel
tergantung pada tujuan penggunaan. Sebagai lubrikan biasanya
digunakan dengan konsentrasi 2-3 % sedangkan sebagai pembawa
obat topikal digunakan sekitar 5 %. Penggunaan tragakan kurang
disukai karena viskositasnya dipengaruhi oleh pH dan film yang
ditinggalkan pada kulit cendrung membentuk flek dan mudah
terdegradasi oleh mikroba.
2. Natrium alginat
Natrium alginat digunakan sebagai lubrikan dengan konsentrasi
1,5-2% sedangkan pada topikal digunakan 5-10%. Natrium alginat
kurang disukai karena warna kuning tua dan membentuk massa gel
yang kurang baik.
3. Derivat selulosa
Derivate selulosa penggunaanya lebih luas sebagai bahan
pembentuk gel karena dapat menghasilkan gel yang netral terhadap
23
alkali dan asam dengan viskositas yang sangat stabil dan resistensinya
sangat baik terhadap mikroba, kejernihannya yang tinggi karena bebas
dari bahan pengotor pada kulit. Derivat selulosa yang biasanya di
pakai adalah Na CMC, HPMC, HPC (Hidroxy Prophyl Celulosa) dan
lain-lain. HPMC lebih disukai dibandingkan dengan turunan selulosa
lain karena punya jarak pH kestabilan yang sangat luas yaitu 3-11.
4. Pektin
Pektin dapat digunakan sebagai dasar gel untuk produk asam.
Penggunaannya hampir selalu dengan gliserin sebagai humektan
dalam basis gel untuk sediaan topikal. Pektin sangat mudah
mengalami degradasi oleh mikroba, sehingga faktor penyimpanan
perlu mendapat perhatian khusus.
5. Bentonit
Bentonit digunakan sebagai basis gel untuk topikal 7-20 %. Gel
yang dihasilkan mempunyai pH 9 sehingga kurang cocok untuk kulit.
2.4.4. Pembuatan Gel
Pembuatan gel sangat bervariasi tergantung pada bahan dasar dan
bahan obat yang digunakan, viskositas, konsistensi sistim koloid atau
sistim dispersi dan faktor lain yang erat pengaruhnya terhadap proses
pembuatan. Pembuatan gel dapat dilakukan dengan pencampuran bahan
dalam keadaan dingin atau dengan pemanasan. Pencampuran dalam
keadaan dingin dilakukan dengan cara mencampur bahan-bahan
sedemikian rupa sehingga dihasilkan sediaan yang terdispersi secara
homogen. Sedangkan pencampuran secara pemanasan dilakukan dengan
24
mencampur sebahagian atau seluruh bahan gel kemudian dipanaskan atau
dikembangkan dalam air panas. Umumnya pembuatan gel dengan
viskositas rendah jauh lebih mudah dibandingkan dengan gel viskositas
rendah (Carter, 1997 ).
Pada proses pembuatan gel mula-mula campuran basis diaduk kuat
untuk mencegah terjadinya pengendapan, kemudian diaduk perlahan
untuk mencegah terbentuknya gelembung udara sampai sediaan cukup
kental dan tidak terlalu lengket untuk dituang. Basis yang telah terbentuk
ditambahkan kedalam bahan obat yang sudah dilarutkan dalam air atau
dalam pelarut yang cocok. Untuk bahan yang tidak tahan pemanasan
ditambahkan setelah basis gel dingin (Martin 1993 ; Voight, 1994)
2.4.5. Penyimpanan Gel
Sediaan gel merupakan sediaan yang banyak mengandung air atau
pelarut lain yang mudah menguap seperti etanol, maka pada waktu
penyimpanan besar kemungkinan terjadinya penguapan yang akan
menyebabkan sediaan menjadi lebih padat dan kering (xerogel). Untuk
mencegah hal tersebut maka wadah penyimpanan gel harus diperhatikan
dan biasanya disimpan dalam wadah bermulut lebar, tertutup rapat dan
disimpan ditempat sejuk (Voight, 1994).
25
2.4.6. Formulasi Gel
Bahan-bahan tembahan yang digunakan dalam pembuatan gel antara lain :
A. HPMC
Gambar 3. Rumus Bangun HPMC (Wade and Weller, 1994)
Rumus molekul : CH3 CH(OH)CH2
HPMC (Hydroxy Propyl Methyl Cellulose) terdapat dalam bentuk
granular atau berserat berwarna putih krem yang tidak berbau dan tidak
berasa. HPMC larut dalam air dingin membentuk larutan koloidal,
praktis tidak larut dalam etanol, kloroform dan eter, tetapi larut dalam
campuran etanol-diklorometan atau metanol-diklorometanol. HPMC
inkompatibel dengan beberapa agen pengoksida HPMC berfungsi sebagai
pengemulsi, suspending agent (konsentrasi 0,45-1%),penyalut tablet
(konsentrasi 2-5% w/w) dan penstabil dalam sediaan topical (Wade and
Weller, 1994). HPMC dalam formula.ini digunakan sebagai gelling agent,
biasanya digunakan dalam konsentrasi 2-10 (Swarbrick, dan Boylan,
1992).
B. Propilen Glikol
Gambar 4. Rumus Bangun Propilen Glikol (Wade and Weller, 1994)
26
Rumus molekul : C3H8O2
Merupakan cairan jernih, tidak berwarna, manis, kental dan praktis
tidak berbau. Senyawa ini larut dalam aseton, kloroform, air, gliserin, eter
dan etanol namun tidak larut dalam minyak mineral. Propilen glikol dapat
digunakan sebagai humektan, plastisizer, pelarut, stabilizer dan
disinfektan. Dalam formula ini digunakan sebagai humektan. Konsentrasi
propilenglikol sebagai humektan yaitu 5-15% (Wade and Weller, 1994).
C. Metil paraben
Gambar 5. Rumus Bangun Metil Paraben (Wade and Weller, 1994)
Rumus molekul: C3 H8 O3
Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk kristal putih atau
tidak berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol,
sedikit larut dalam air. Memiliki aktivitas sebagai pengawet antimikroba
untuk sediaan kosmetik, makanan dan sediaan farmasi. Efektif pada
rentang pH yang besar dan mempunyai spektrum antimikroba yang luas
meskipun lebih efektif terhadap jamur. Campuran paraben digunakan
untuk mendapatkan pengawet yang efektif. Konsentrasi yang digunakan
untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade, and Weller, 1994).
27
2.4.7. Evaluasi Gel
Evaluasi gel sama dengan evaluasi sediaan sediaan setengah padat
lainnya yaitu meliputi:
1. Pemeriksaan pemeriaan (DepKes RI, 1979)
Pemeriksaan ini dilakukan secara visual meliputi bertuk, warna,
bau.
2. Pemeriksaan homogenitas (DepKes RI, 1979)
Homogenitas dalam sediaan farmasi sangat penting atinya karena
sifat ini mencerminkan secara merata pembagian zat aktif kedalam
suatu pembawa sehingga dapat diharapkan dosis terpenuhi sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Hal ini dapat ditunjukkan bila suatu gel
dioleskan pada sekeping kaca transparan maka gel tersebut harus
menujukkan susunan yang homogen.
3. Pemeriksaan stabilitas dengan pendinginan (Voight, 1994)
Pengaruh perubahan suhu disini dapat diartikan sebagai kenaikan
atau penurunan suhu diatas atau dibawah suhu kamar. Selain dapat
mempengaruhi kestabilan partikel juga akan menentukan khasiat zat
aktif.
4. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979; Martin, et all 1993)
Stabiitas dan efektifitas serta penetrasi zat berkhasiat kedalam kulit
sangat dipengaruhi oleh pH sediaan. Untuk itu dipilih basis gel yang
mempunyai pH mendekati pH kestabilan zat khasiat dan pH normal
28
kulit. Pemeriksaan pH dapat dilakukan dengan menggunakan alat pH
meter.
5. Uji iritasi kulit (DepKes RI, 1989)
Umumnya reaksi kulit akan segera menimbulkan iritasi kulit sesaat
sesudah perlekatan atau penyentuhan pada kulit yang dikenal dengan
iritasi primer. Tetapi bila iritasai timbul beberapa jam setelah pelekatan
atau penyentuhan iritan maka akan dikenal dengan iritasi sekunder.
Tanda-tanda yang ditimbulkan oleh iritasi dapat berupa eritema atau
vesika. Uji ini dikenal dengan uji tempel atau pacth test. Pengujian ini
lansung pada manusia.
6. Daya menyebar pada kulit (Voight, 1994)
Daya menyebar pada kulit berhubungan dengan konsistensi dan
viskositas dari gel. Daya menyebar ini sangat penting pada pengolesan
sediaan pada kulit, dimana sediaan dengan daya menyebar yang baik
akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit. Pengujian
dilakukan dengan metoda ekstensiometri prinsipnya menghitung
pertambahan luas yang diberikan sediaan bila diberi beban dengan
berat tertentu dalam selang waktu tertentu. Hasil pengukuran dapat
dibandingkan dengan sejenis yang beredar dipasaran yang
diperlakukan sama.
7. Uji efek sediaan (Zainul, dkk 2013)
Uji aktifitas penyubur rambut dilakukan dengan menggunakan
kelinci sebagai hewan percobaan. Kelinci dicukur bulunya kemudian
29
di oleskan krim perontok. Sediaan uji diberikan lansung pada kulit
kellinci yang telah dirontokkan bulunya dan perubahan yang terjadi
diamati setiap hari yang menunjukkan pertumbuhan bulu kelinci.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Farmasetika dan
laboratorium farmakologi Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan
Perintis Padang selama lebih kurang 7 bulan.
3.2. Metodalogi Penelitian
3.2.1. Alat
Lemari pendingin, timbangan analitik, pH meter, pinset, oven,
gelas ukur, beker glass, erlemeyer, tabung reaksi dan rak tabung, cawan
penguap, batang pengaduk, spatel, kaca arloji, objek glass, lumpang dan
stamfer, pipet tetes, krus porselen , plastik transparan dan alat gunting.
3.2.2. Bahan
Ekstrak daun kacang panjang [Vigna sinensis (L.) Savi Ex Hassk],
HPMC, metil paraben, propilenglikol, air suling, etanol, H2SO4 2N, eter,
asam asetat, kloroform, aquadest, FeCl3, serbuk Mg, HCl p, amoniak.
3.2.3. Hewan Percobaan
Hewan percobaan terdiri dari 5 ekor kelinci putih jantan yang
dibeli dipasar raya Padang Sumatera Barat dengan ciri berwarna putih dan
berat ± 1-1,5 kg.
31
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kacang
panjang yang diambil dari Air Dingin Lubuk Minturun, Kecamatan Koto
Tangah, Padang.
3.3.2. Identifikasi Sampel
Identifikasi dilakukan di Herbarium Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Andalas
Padang.
3.3.3. Persiapan Sampel
1 kg sampel dibersihkan dan dirajang kemudian dimaserasi dengan
alkohol 96 % selama 5 hari. Maserat disaring dilakukan sebanyak 3 kali
pengulangan, kemudian pekatkan dengan rotari evaporator hingga
diperoleh ekstrak kental (Voight, 1994).
3.3.4. Pemeriksaan Ekstrak Kental Daun Kacang Panjang [Vigna sinensis
(L.) Savi Ex Hassk]
1. Pemeriaan (DepKes RI, 1979)
Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan mengamati bentuk,
warna, bau dan rasa.
2. Kelarutan (DepKes RI, 1979)
Pemeriksaan dilakukan kelarutan terhadap air, eter dan etanol
dengan menggunakan buret.
32
3. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979)
Pemeriksaan pH dengan menggunakan alat pH meter. Alat ini
dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar pH 4
(dapar asetat) dan pH 7 (dapar fosfat). Elektroda di cuci dengan air
suling, keringkan dengan tisue. Pengukuran pH dilakukan dengan
cara: 1 gram zat diencerkan dengan air suling hingga 10 ml elektroda
dicelupkan dalam wadah tersebut biarkan angka bergerak sampai
posisi konstan. Angka yang ditunjukkan oleh pH meter merupakan
nilai pH ekstrak daun kacang panjang.
4. Penetapan susut pengeringan (Voight, 1994)
Zat ditimbang 1 gram, masukkan dalam krus yang telah ditara, lalu
panaskan dalam oven temperatur 105 ᴼC selama 1 jam. Keluarkan dan
masukkan dalam desikator, lalu timbang krus yang berisi sampel yang
telah dikeringkan dan ulangi pemanasan sampai diperoleh bobot tetap.
5. Identifikasi (Harbone, 1987)
Pemeriksaan kandungan kimia metabolit sekunder dilakukan
terhadap ekstrak daun kacang panjang, ambil 50 mg sampel
tambahkan air suling dan kloroforom (1:1) kemudian di kocok kuat
dan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan air
digunakan untuk pengujian senyawa flavonoid, tanin, fenolik,
polifenol dan saponin. Sedangkan lapisan kloroform digunakan untuk
pemeriksaan alkaloid dan terpenoid serta steroid.
33
A. Uji saponin
Ambil lapisan air, kocok kuat-kuat dalam tabung reaksi,
terbentuknya busa yang permanen (±15 menit) menunjukkan
adanya saponin.
B. Uji Polifenol
Ambil lapisan air lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah FeCl3,
terjadi perubahan warna menjadi biru, hingga hitam menunjukkan
adanya senyawa polifenol.
C. Uji Flavonoid (“sianidin test”)
Ambil lapisan air 1-2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu tambahkan
serbuk Mg dan HCl (p), terbentuknya warna merah menandakan
adanya flavonoid.
D. Uji Terpanoid dan Steroid (Metode “ Simes”)
Ambil sedikit lapisan kloforom tambahkan norit, tambahkan
H2SO4 (p), tambahkan asam asetat anhidrat, terbentuknya warna
biru ungu menandakan adanya steroid, bila warna terbentuk warna
merah menandakan adanya terpenoid.
E. Uji Alkaloid (Metoda”Culvenore-Fristrald”)
Ambil sedikit lapian kloroforom tambahkan 10 ml amoniak 0,05
N, aduk perlahan tambahkan beberapa tetes H2SO4 2N, kemudian
34
dikocok perlahan, biarkan memisah. Lapisan asam ditambahkan
beberapa tetes pereaksi meyer, reaksi positif alkaloid ditandai
dengan adanya kabut putih hingga gumpalan putih.
3.3.5. Pemeriksaan Bahan Tambahan
Pemeriksaan terhadap propilenglikol, nipagin, dan HPMC
dilakukan menurut persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III, Farmakope
Indonesia Edisi IV dan Martindale The Extra Pharmacopia.
3.3.6. Pembuatan Basis Gel
Tabel I. Formula Basis Gel
No Bahan JumLah (%)
1 HPMC 5
2 Propilenglikol 10
3 Nipagin 0,2
4 Aquadest ad 100
Cara Pembuatan Basis Gel (Voight, 1994)
Nipagin dilarutkan dengan aquadest panas 5 mL. HPMC
ditaburkan diatas aquadest, kemudian diamkan selama 15 menit, setelah
mengembang tambahkan larutan nipagin, aduk hingga homogen.
Tambahkan propilenglikol, aduk hingga homogen.
35
3.3.7. Pembuatan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Tabel II. Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang.
No Bahan F0(%) F1(%) F2(%) F3(%)
1.
Ekstrak daun kacang
panjang
0 10 15 20
2 Basis gel ad 100 100 100 100
Cara pembuatan gel ekstrak daun kacang panjang
Kedalam ekstrak daun kacang yang telah digerus didalam lumpang
ditambahkan basis gel daun kacang panjang perlahan, kemudian digerus
pelan hingga homogen.
3.3.8. Evaluasi Basis Gel Dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
1. Pemeriksaan pemerian (DepKes RI, 1979)
Pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna dilakukan secara visual
sebelum dan sesudah didiamkan pada suhu kamar selama 8 minggu.
2. Pemeriksaan homogenitas (DepKes RI, 1979)
Gel ditimbang 0,1 g kemudian dioleskan secara merata dan tipis pada
kaca transparan, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat butir-butir kasar dibawah mikroskop.
3. Pemeriksaan stabilitas(Voight, 1994)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi pemisahan fase
dalam sediaan selama penyimpanan suhu rendah.
36
a. Pada suhu 5ºC
Caranya : gel dimasukkan ke dalam lemari pendingin suhu 50C
selama 24 jam. Gel yang tidak menunjukkan pemisahan dinilai
sebagai sediaan stabil. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.
b. Pada suhu kamar
Caranya : gel didiamkan pada suhu kamar selama 24 jam,
kemudian diamati perubahan yang terjadi. Gel yang tidak
menunjukkan pemisahan dinilai sebagai sediaan stabil.
Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.
4. Pemeriksaan pH (DepKes RI, 1979; Martin, et all, 1993)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat ini dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan dapar
asetat pH 4,0 dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga angka yang muncul
pada alat berada pada pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan
aquadest dan dikeringkan dengan tissue. Pengukuran pH basis gel
dilakukan dengan cara: sebanyak 1 g gel diencerkan dengan aquadest
hingga 10 mL dalam wadah yang cocok. Elektroda dicelupkan ke
dalam wadah tersebut, biarkan jarum bergerak sampai pada posisi
konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan nilai pH basis
gel. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu.
37
5. Uji daya menyebar (Voight, 1994)
Basis gel sebanyak 0,5 g diletakkan hati-hati diatas kaca
transparan yang beralaskan kertas grafik, biarkan sediaan melebar pada
diameter tertentu. Kemudian ditutup dengan plastik transparan dan
diberi beban (1 g, 2 g, 5 g), lalu ukur pertambahan luas setelah diberi
beban.
6. Pemeriksaan iritasi kulit (DepKes RI, 1989)
Pengujian iritasi kulit dengan cara uji tempel tertutup pada kulit
manusia dimana 0,1 g gel dioleskan pada pangkal lengan bagian dalam
dengan diameter pengolesan 3 cm kemudian ditutup dengan perban
dan plester, biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi, lakukan
selama 3 hari. Setelah itu amati gejala yang ditimbulkan, apabila tidak
menimbulkan iritasi pada kulit, massa sediaan dinyatakan memenuhi
syarat pengujian. Dengan menggunakan panelis sebanyak 3 orang.
3.3.9. Uji Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Merangsang Pertumbuhan Rambut
A. Persiapan Percobaan
Pengujian dilakukan terhadap 5 ekor kelinci putih jantan dengan
berat 1,2-1,5 kg yang dibagi menjadi 5 perlakuan. Sebelum digunakan
kelinci terlebih dahulu diaklimatisasi selama 1 minggu. Hewan dinyatakan
sehat dimana selama aklimatisasi tidak menunjukan penyimpangan berat
badan lebih dari 10% dan secara visual tidak terdapat gejala penyakit.
38
B. Uji Aktivitas terhadap Pertumbuhan Rambut
Pengujian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tiap kelinci diberi tanda pengenal dan kemudian bulu kelinci
dicukur pada bagian punggung dengan alat pencukur rambut
setelah agak pendek lalu, dioleskan krim perontok (krim Veet ®)
selama 3-5 menit lalu dicuci dengan air hingga rambut rontok
dengan ukuran 2x2 cm:
a. Kelinci 1 diolesi basis gel sebagai kontrol
b. Kelinci 2 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang
panjang 10 % (F1)
c. Kelinci 3 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang
panjang 15 % (F2),
d. Kelinci 4 diolesi gel yang mengandung ekstrak daun kacang
panjang 20 %,(F3)
e. Kelinci 5 diolesi sediaan pembanding (GEL Rudy
Hadisuwarno)
2. Tiap perlakuan hewan percobaan diberikan 200 mg sediaan uji,
basis sebagai kontrol dan pembanding dengan cara mengoleskan 2
kali sehari pada punggung yang telah dirontokkan bulunya.
3. Pengamatan panjang rambut pada tiap daerah dilakukan pada hari
ke-3, 6, 9, 12 dan 15. Rambut yang kelinci yang dicabut sebanyak
±10 helai kemudian diukur panjang rambut kelinci terpanjang
dengan menggunakan jangka sorong. Dimana hasilnya
39
dibandingkan terhadap kontrol dan sediaan pembanding.
4. Selain mengukur panjang rambut, pengukuran bobot rambut juga
dilakukan untuk mengetahui kelebatan rambut. Pengukuran bobot
dilakukan pada hari ke-15 dengan cara mencukur rambut yang
tumbuh pada daerah uji kemudian ditimbang. Hasil yang diperoleh
di hitung secara statistik.
3.3.10. Analisis Data
Hasil penelitian dianalisa secara statistik dengan distribusi data yang
normal dan homogen diolah dengan metode uji ANOVA.
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1.1. Pemeriksaan EkstrakDaun Kacang Panjang
1. Hasil ekstrak dari sebanyak 1000 gram sampel segar (daun kacang
panjang) adalah 40,22 gram dengan rendemen 4,022% (Lampiran4,
Tabel III) .
2. Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa ekstrak berwarna
hijau kehitaman, berbau khas, berbentuk kental (Lampiran 4, Tabel III)
3. Hasil pemeriksaan pH 5,76, susut pengeringan 7,32226 %, ekstrak sukar
larut dalam air dan larut dalam etanol 96% serta sukar larut dalam eter
(Lampiran 4, Tabel III)
4. Hasil pemeriksaan fitokimia didapat hasil bahwa ekstrak positif
mengandung flavonoid, saponin, steroid dan polifenol (Lampiran 4,
Tabel IV ).
1.2.Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan
Hasil pemeriksaan terhadap bahan tambahan yaitu, propilenglikol,
HPMC dan nipagin menunjukkan hasil bahwa bahan tambahan tersebut
telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi
III dan Handbook of Farmaceutical Exipient.Hasil pemeriksaan tersebut
dapat dilihat pada Lampiran 5, tabel V, VI dan VII.
41
1.3. Hasil Evaluasi Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
1. Dari hasil pemeriksaan organoleptis yang meliputi warna, bau dan
bentuk terhadap basis gel tidak berwarna, tidak berbau, bentuknya
setengah padat dan gel ekstrak daun kacang panjang berwarna hijau
kehitaman, berbau khas, berbentuk setengah padat menunjukkan tidak
adanya perubahan sampai minggu ke delapan (Lampiran 7, Tabel VIII).
2. Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan hasil bahwa gel ekstrak
daun kacang panjang terdispersi homogen dalam basis gel.(Lampiran 7,
Tabel. IX).
3. Hasil pemeriksaan stabilitas pada suhu ruangan dan suhu 5°C
menunjukkan hasil bahwa basis gel dan gel ekstrak daun kacang
panjang tidak memisah sampai minggu ke delapan (Lampiran 7, Tabel.
X dan XI).
4. Hasil pemeriksaan pH basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang
dengan rata-rata F0 = 6,67, F1= 5,35, F2= 5,66 dan F3= 5,94(Lampiran
7, tabel XII).
5. Pemeriksaan uji daya menyebar gel ekstrakdaun kacang panjang dengan
beban 1g, 2g, dan 5g berturut-turut didpatkan luas F0= 1,884cm² ;
5,652cm²; 7,088cm²; F1= 0,408cm²; 3,022cm²; 4,5922cm²; F2= 0,73cm²;
3,022cm²; 4,592cm²; F3= 1,413cm²; 4,152cm²; 5,024cm²; Sediaan
pembanding= 2,033cm²; 5,033cm²; 7,3024cm² (Lampiran 7, Tabel XIII).
42
6. Hasil pemeriksaan uji iritasi kulit pada 3 orang panelis untuk masing-
masingformula menunjukkan hasil bahwa formula gel ekstrakdaun
kacang panjang tidak mengiritasi kulit (Lampiran 7, Tabel XIV).
1.4.Hasil Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Meransang
Pertumbuhan Rambut
1.4.1. Persiapan Percobaan
Hasil pengukuran berat badan hewan percobaan (kelinci ) yang di
aklimatisasi selama seminggu dinyatakan sehat ditandai dengan
penyimpangan berat badan tidak lebih dari 10% dan secara visual tidak
terdapat gejala penyakit (Lampiran 8, Tabel XV).
1.4.2. Uji aktivitas Pertumbuhan Rambut
Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata panjang rambut pada hari
ke3, 6, 9, 12, dan 15 rata-rata panjang rambut berturut-turut F0 (Basis gel)
0,21 cm; 0,65 cm; 0,8cm ; 1,1 cm dan 1,2cm, F1 0,2 cm; 0,6 cm; 0,91 cm;
1,3 cm; dan 1,7 cm, F20,25 cm; 0,7 cm; 0,93 cm; 1,5 cm; 1,8 cm, F30,12
cm; 0,55 cm; 0,89 cm; 1,1 cm; 1,7 cm dan P (sediaan pembanding) 0,3
cm; 0,75cm; 0,92 cm; 1,4 cm; 1,9 cm (Lampiran 5, Tabel XVII).
Berdasarkan hasil pengukuran, bobot rata-rata rambut yang di
cukur pada hari ke 15 lalu di timbang di dapatkan F0 0,1118 g, F1 0,1278,
F2 0,1523 g, F3 0,1413 g, pembanding 0,1452 g(Lampiran8,Tabel XVI)
43
2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi ekstrak daun kacang
panjang [Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk] dalam bentuk sediaan gel dan
untuk mengetahui aktivitas merangsang pertumbuhan rambut dari sediaan gel
tersebut.Ekstrak daun kacang panjang mengandung saponin, flavonoid, dan
saponin. .Saponin berfungsi sebagai pembentuk busa dan meningkatkan
pembelahan sel pada fase anagen pertumbuhan rambut, flavonoid dan
polifenol berfungsi sebagai bakterisid dan antivirus yang dapat menekan
pertumbuhan bakteri dan virusyang menganggu pada semua fase
pertumbuhan rambut serta aktivitas keratolitik yang dapat mencegah
pengerasan kulit kepala yang dapat mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
mempengaruhi fase anagen pada pertumbuhan rambut (Zainul, dkk 2013).
Disamping itu kandungan vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan zat besi yang
terdapat pada daun kacang panjang merupakan nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan rambut ( Hutapea, 1994).
Sampel yang digunakan adalah daun kacang panjang yang diambil di
Lubuk Minturun, Padang.Metoda ektraksi sampel dilakukan dengan metoda
maserasi. Metode ini dipilih karena prosesnya sederhana, cukup efektif untuk
menarik zat yang diinginkan, dan tidak ada proses pemanasan, sehingga
kerusakan zat-zat aktif akibat suhu yang tinggi dapat dihindari. Sampel
diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%.Alasan pemilihan etanol sebagai
pelarut adalah karena harganya murah, mudah didapatkan, tidak toksik dan
dapat mencegah pertumbuhan jamur atau kapang.Alasan pemilihan etanol 96
44
% karena sampel dalam bentuk basah sehingga kandungan air didalam sampel
relatif banyak dengan tujuan untuk mempermudah membuka pori-pori sampel
tersebut.Ekstrak kental daun kacang panjang sebanyak 40,22 gram, dengan
rendamen 4,022 %.
Ekstrak daun kacang panjang dilakukan pemeriksaan yang meliputi uji
fitokimia, pemeriksaan organoleptis, kelarutan, susut pengeringan, dan
pengukuran pH.Hasil pemeriksaan fitokimia memberikan hasil bahwa ekstrak
daun kacang panjang positif (+) mengandung senyawa polifenol, flavonoid,
saponin,steroid dan negatif (-) alkaloid, terpenoid.Ekstrak daun kacang
panjang yang di dapat berwarna hijau kehitaman, berbau khas dan berbentuk
ekstrak kental.Hasil pemeriksaan kelarutan ekstrak daun kacang panjang sukar
larut dalam air dan eter serta larut dalam etanol.pH ekstrak yang didapat dari
pemeriksaan yaitu 5,76.Pada pemeriksaan susut pengeringan ekstrak didapat
7,3226%. Penentuan susut pengeringan dimaksud untuk mengetahui
persentase senyawa yang hilang selama proses pemanasan, tidak hanya air tapi
senyawa yang menguap lainnya (Depkes RI, 2000).
Pemeriksaan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan gel
dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi IIIdan Handbook of
Farmaceutical Exipient. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan pemerian
dan kelarutan.Dari hasil pemeriksaan menunjukkan hasil bahwa semua bahan
tambahan yang digunakan sudah memenuhi persyaratan.
Ekstrak daun kacang panjang diformulasi menjadi gel dengan berbagai
konsentrasi yaitu 10%, 15%, 20% dengan tujuan untuk melihat kemampuan
45
ekstrak daun kacang panjang sebagai gel dalam merangsang pertumbuhan
rambut.Pada penelitian ini digunakan HPMC sebagai basis karena bahannya
sederhana dan menghasilkan gel yang jernih, netral terhadap alkali dan asam
memiliki viskositas yang tinggi.Sebagai humektan digunakan
propilenglikol.Propilenglikol merupakan suatu cairan kental yang dapat
bercampur dengan air, propilenglikol dapat menahan kelembaban,
meningkatkan kelembutan dan daya sebar sediaan (Voight, 1995).Sediaan
obat dipilih dalam bentuk sediaan gel didasarkan pada beberapa pertimbangan
diantaranya, pembuatan gel lebih mudah dengan komposisi yang lebih
sederhana serta mempunyai bentuk yang menarik, menimbulkan rasa dingin
yang menyejukkan dan mudah dicuci setelah dioleskan (Voight, 1995).
Pada sediaan gel dilakukan evaluasi terhadap basis gel dan gel ekstrak
daun kacang panjang setiap minggu selama8 minggu. Evaluasi tersebut
meliputi pemeriksaan organoleptis, homogenitas, stabilitas pada suhu ruangan
dan dengan pendinginan, pH, uji daya menyebar, dan uji iritasi kulit sediaan
gel serta uji aktifitas merngsang pertumbuhan rambut.
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna, bau dan bentuk. Gel ekstrak
daun kacang panjang berwarna hijau kehitaman, berbentuk setengah padat dan
berbau khas. Secara organoleptis sampai minggu ke 8 gel ekstrak daun kacang
panjang tidak menunjukkan adanya perubahan.
Pemeriksaan homogenitas basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang
dilakukan dengan cara mengoleskannya secara merata dan tipis pada kaca
transparan kemudian diamati dibawah mikroskop. Hasilnya menunjukkan
46
bahwa ekstrak daun kacang panjang terdispersi merata pada basisgel.
Pemeriksaan pH basis gel dan gel ekstrak daun kacang panjang
dilakukan dengan menggunakan alat pH meter inolab.Hasil pemeriksaan pH
setiap minggu selama enam minggu menunjukkan hasil bahwa pH basis gel
berkisar rata-rata 6,675, sedangkan pH gel ekstrak daun kacang panjang F1
antara 4,75-5,69, F2 antara 5,28-6, dan F3 5,33-6,97.Dari data yang
didapatkan semakin besar konsentrasi ekstrak daun kacang panjang maka
semakin besar pH yang didapatkan ini bisa disebabkan terjadinya penguraian
ekstrak di dalam sediaan. Tetapi pH sediaan masih sesuai dengan kondisi pH
kulit yaitu 4,2-6.7(Wasitaatmadja, 1997)
Pemeriksaan stabilitas gel dilakukan pada suhu ruangan dan suhu dingin
(50C) selama 8 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa gel ekstrak
daun kacang panjang tidak memisah sampai minggu ke-8.
Pemeriksaan uji daya menyebar basis gel dan gel ekstrak daun kacang
panjang dilakukan dengan metoda ekstensometri, menghitung pertambahan
luas yang diberikan oleh sediaan bila diberi beban dalam selang waktu
tertentu. Ini bertujuan untuk melihat konsistensi dari sediaan, dan untuk
melihat pengolesan sediaan pada kulit dimana sediaan dengan daya menyebar
yang baik akan memberikan penyebaran dosis yang merata pada kulit.
Pemeriksan uji iritasi kulit dilakukan pada daerah pangkal lengan 3
orang panelis untuk masing-masing formula dengan cara uji tempel tertutup.
Sediaan uji sebanyak 0,1 g dioleskan pada lengan atas bagian dalam,kemudian
ditutup dengan kain kasa. Biarkan selama 24 jam kemudian dioleskan lagi,
47
lakukan selama 3 hari diamati gejala yang timbul pada kulit. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahwa tidak terjadinya iritasi pada kulit panelis.
Pemeriksaan aktivitas gel ekstrak daun kacang panjang untuk meransang
pertumbuhan rambut di ujikan terhadap kelinci yang sebelumnya telah
aklimatisasi selama seminggu. Pengukuran panjang Rambut kelinci yang
diambil pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15 hari sebanyak 10 helai Rambut kelinci
dan pada hsri ke-15 Rambut kelinci di cukur kembali lalu di timbang berat
Rambut kenci tesebut untuk menentukan kelebatan Rambutnya.Karena selain
dapat mengamati berat rambut juga bisa di gunakan sebagai parameter
mengtahui berapa banyak jumlah rambut yang tumbuh pada tempat perlakuan.
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-3 ,dari data rata-rata
panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),
F3(Ekstrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno) dapat dilihat
adanya perbedaan panjang pertumbuhan rambut yang dapat diketahui dengan
cara perhitungan secara statistik. Hasil perhitungan secara statistikdengan uji
ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna (p>0,05).
Berdasarkan statistik F1, F3, dan P menunjukkan hasil berbeda secara
bermakna bila dibandingkan dengan F0, jadi dapat kesimpulan F2 dan
Pbahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut jika dibandingkan
dengan F0, tetapi tidak sama halnya dengan F3.F0 lebih baik aktivitas
penumbuh rambut jika di bandingkan dengan F3. Hasil yang sama juga di
peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1dan F0 berbeda secara bermakna
sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan F2
48
memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dibandingkan deengan F1
dan F2, akan tetapi tidak lebih baik di bandingkan dengan P.
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-6, dari data rata-rata
panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),
F3(Ekstrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan
secara statistic dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan
secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistikjika F0 menunjukkan hasil
berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F2 dan P, jadi dapat
diambil kesimpulan bahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut
jika dibandingkan dengan F0 tetapi tidak sama halnya dengan F3, F0 lebih
baik aktivitas penumbuh rambut jika di bandingkan dengan F3. Hasil yang
sama juga di peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1 dan F0 yaitu berbeda
secara bermakna sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat
disimpulkan F2 memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan rambut
dibandingkan deengan F1 dan F0, akan tetapi tidak berbeda bermakna di
bandingkan dengan P artinya memiliki aktivitas yang sebanding dengan P.
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-9, dari data rata-rata panjang
rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%), F3(Ektrak 20%)
dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno) . Hasil perhitungan secara
statistikdengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan secara
bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistik F1, F2, F3, dan P menunjukkan hasil
berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0, jadi dapat
kesimpulan F1, F2, F3, dan F4 bahwa memiliki aktivitas terhadap
49
pertumbuhan rambut jika dibandingkan dengan F0. F1 dibandingkan dengan
F2, F3 dan Ptidak berbeda secara bermakna sehingga berdasarkan data rata-
rata panjang rambut dapat disimpulkan F1 memiliki aktivitas terhadap
pertumbuhan rambut yang sama baiknya jika dibandingkan dengan F2, F3 dan
P.
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-12, dari data rata-rata
panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),
F3(Ektrak 20%) dan P (Pembanding Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan
secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan
secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistik F2 dan P menunjukkan hasil
berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0 sementara F3 dan F1
tidak berbeda bermakna dengan F0, jadi dapat kesimpulan bahwa memiliki
aktivitas terhadap pertumbuhan rambut jika dibandingkan dengan F0 tetapi
memiliki aktivitas yang sama dengan F1 dan F3. Hasil yang sama juga di
peroleh saat F2 dan P dibandingkan dengan F1yaitu tidak berbeda secara
bermakna sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat
disimpulkan F2 dan Pmemiliki aktivitas yang terhadap pertumbuhan rambut
sebandingkan dengan F1.
Berdasarkan hasil pengukuran pada hari ke-15, dari data rata-rata
panjang rambut F0 (Basis gel), F1 (Ekstrak 10%), F2 (Ekstrak 15%),
F3(Ektrak 20%) dan PPembanding (Rudi Hadisuwarno). Hasil perhitungan
secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya perbedaan
secara bermakna (p>0,05). Berdasarkan statistic F1, F2, F3, dan P
50
menunjukkan hasil berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0,
jadi dapat kesimpulan bahwa memiliki aktivitas terhadap pertumbuhan
rambut jika dibandingkan dengan F0. Hasil yang sama juga di peroleh saat
Pdibandingkan dengan F1 yaitu berbeda secara bermakna sehingga
berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan P memiliki
aktivitas terhadap pertumbuhan rambut dibandingkan deengan F1, akan tetapi
tidak berbeda bermakna di bandingkan dengan F2 dan F3 artinya memiliki
aktivitas yang sema baiknya dengan P.
Pengamatan juga dilakukan terhadap berat rambut pada hari ke-15.
Rambut pada setiap daerah uji dari masing-masing perlakuan dicukur
kemudian ditimbang beratnya. Parameter bobot rambut ini digunakan untuk
melihat pengaruh sediaan gel ekstrak daun mangkokan terhadap kelebatan
rambut kelinci. Hasil pengukuran bobot rambut dapat dilihat pada Lampiran
Tabel 4.2.
Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata bobot yaitu 0.0987 g, 0,1692 g,
0,1823 g, 0,1879 g, dan 0,1618 g. Untuk melihat adanya perbedaan bobot
rambut dapat diketahui dengan cara perhitungan secara statistik. Hasil
perhitungan secara statistik dengan uji ANOVA yang menunjukkan adanya
perbedaan secara bermakna (p>0,05). ). Berdasarkan statistik F1, F2, F3, dan
P menunjukkan hasil berbeda secara bermakna bila dibandingkan dengan F0,
jadi dapat disimpulkan bahwa F1, F2, F3, dan Pmemiliki aktivitas terhadap
kelebatan rambut jika dibandingkan dengan F0. Hasil yang sama juga di
peroleh saat F2 dibandingkan dengan F1 dan P yaitu berbeda secara bermakna
51
sehingga berdasarkan data rata-rata panjang rambut dapat disimpulkan F2
memiliki aktivitas terhadap ketebalan rambut dibandingkan dengan F1 dan P ,
akan tetapi tidak berbeda bermakna di bandingkan dengan F3 artinya memiliki
aktivitas yang sama baiknya dengan F3.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil evaluasi gel ekstrak daun kacang panjang dengan
konsentrasi 10%, 15%, dan 20% memberikan hasil yang relatif baik dan
memenuhi syarat sediaan gel.
2. Uji aktivitas untuk merangsang pertumbuhan rambut sediaan gel yang
mengandung ekstrak daun kacang panjang konsentrasi 15% (F2) dan 20%
(F3) memberikan aktivitas pertumbuhan rambut yang lebih baik daripada
F1 padakelinci(p < 0,05).
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti stabilitas kimia dari
ekstrak daun kacang panjang yang di formulasikan dalam bentuk gel.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anif, M., 1997, Formulasi Obat Topikal, Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, diterjemahkan
oleh Ibrahim F., UI Press, Jakarta.
Bariqina, E., dan Ideawati, Z., 2001, Perawatan & Penataan Rambut, Adi Cita
Karya Nusa, Yogyakarta.
Bariqina, E dan Zahida,2004 .Perawatan Dan Penataan Rambut 2, Adicita,
Jakarta.
Carter,J.S., 1997, Dispensing For Pharmaceutical,12th
Edition, Pitman medical,
London.
Dalimartha, S., 1999 . AtlasTumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Formolarium Kosmetika
Indonesia, Indonesia, Jakarta .
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997, Materia Medika.jilid II.
Indonesia, Jakarta.
DepKes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DitJen POM DepKes RI,
Jakarta.
DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, DitJen POM DepKes RI,
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Tanaman Obat Indonesia,
Jilid II, DitJen POM DepKes RI, Jakarta .
Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. (2010).Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
(Ed.Ke-5). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Edisi III, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan,
Jakarta.
Lattanzio, V., Arpaia, S., Cardinali, A., Di Venere, D., and Linsalata, V., 2000,
Role Of Endogenous Flavonoids In Resistance Mechanism Of Vigna
To Aphids, J. Agric. Food Chem., 48 (11), 5316-5320.
Machmudah dan Ismiatun, 2004, Kreasi Tata Rambut Praktis, Trubus
Agrisarana,Surabaya.
54
Martin, A.N, Swarbick and Cammarta, A.,1993, Farmasi Fisika.Edisi
3.Diterjemahkan oleh Yoshita Ui-press, Jakarta.
Meenakshi S,et al,2001. Rahasia Rambut Indah. Diterjemah oleh Kandiana,
Orchid, Jakarta.
Pearce, E.C, 1987, Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk Peramedis
.diterjemahkan oleh Sri Yulia. Gramedia, Jakarta.
Soedibyo, B.R.A.M., dan Dalimartha, S., 1998, Perawatan Rambut dengan
TumbuhanObat dan Diet Suplemen. PT. Penebar Swadaya, Bogor.
Sulihandari, H., 2013, Herbal, Sayur dan Buah Ajaib. Trans Idea Publishing,
Yogjakarta.
Swarbrick, dan J, Boylan, J.C., 1992,Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology Volume 6. Marcel Dekker Inc., New York.
Tranggono, S.R., 1992, Kiat-kiat Apik Tampil Sehat dan Cantik,Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi edisi V, diterjemahkan oleh
DR. Soedani Noerono, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wade, A., and Weller, P. J., 1994, Handbook of Pharmaceutical Excipients,
American Pharmaceutical Association, London.
Wasitaatmadja, S.M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Cetakan I,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Wong,Y.S., and Chang, Q., 2004, Identification Of Flavonoids In Hakmeitau
Beans (Vigna Sinensis) By High-Performance Liquid
Chromatography-Electrospray Mass Spectrometry (LC-ESI/MS), J.
Agric. Food Chem., 52 (22), 6694 -6699.
Zainul I.Z., Jatmiko S., Agitya R.E., 2013, Efek Perasan Daun Kacang Panjang
(Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk) Terhadap Pertumbuhan Rambut
Kelinci Jantan, Fakultas FarmasiSTIKES Ngudi Waluyo Ungaran,
Semarang.
55
Lampiran 1. Tanaman Kacang Panjang
Gambar 6. Tanaman Kacang Panjang
Gambar 7. Daun Kacang Panjang
56
Lampiran 2.Surat identifikasi Kacang Panjang
57
Lampiran 3.Skema Kerja
Skema Kerja pengelohan, formulasi dan evaluasi gel ekstrak daun kacang panjang
- Tangkai dibuang
- Dimaserasi selama 3 hari
dengan etanol (3 kali
pengulangan)
- Ekstrak di pekatkan
dengan Rotari Evaporator
Pemerriksaan Meliputi
- Pemeriaan
- Kelarutan
- Pemeriksaan pH
- Pemeriksaan
- susut pengeringan
- Uji fitokimia
Gambar 8. Skema Kerja
Evaluasi Keterangan
- Pemariaan - F0 : Basis Gel
- Homogenitas - F1 : konsentrasi ekstrak 10%
- Stabilitas dengan pendinginan - F2 : konsentrasi ekstrak 15%
- Pemeriksaan pH - F3 : konsentrasi 20% ekstrak
- Uji daya menyebar - P : Pembanding (Rudi
- Uji iritasi kulit Hadisuwarno)
- Uji aktivitas pertumbuhan rambut
Daun Kacang Panjang
Ekstrak Kental Daun
Kacang Panjang
Formulasi Gel Daun Kacang Panjang
P F1
11
1
F3
11
1
F2
11
1
F0
11
1
Evaluasi
58
Lampiran4. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Daun Kacang Panjang
Tabel III. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Daun Kacang Panjang
No Pemeriksaan Pengamatan
1. Organoleptis
- Bentuk
- Warna
- Bau
- ekstrak kental
- hijau kehitaman
- khas
2. pH 5,76
3. Susut pengeringan 7,3226 %
4. Rendemen 4,022 %
5. Kelarutan
- dalam air
- dalam etanol 96%
- eter
- sukar larut (1:151)
- larut (1 : 27)
- Sukar larut (1: 166)
Contoh Perhitungan :
o Rendemen : berat ekstrak (A) =
berat awal simplisia(B) =
Rendemen = A x 100% = g x 100% = 4,022%
B g
o Susut pengeringan : berat krus kosong (A) = 39,8805 g
berat krus + ekstrak (B) = 40,8938 g
berat krus + ekstrak telah kering (C) = 40,8196 g
Susut pengeringan = (B-A) – (C-A) X 100%
(B-A)
= (40,5757 g - 39,8805 g) – (40,8196 g - 39,8805 g) x 100%
(40,8938 g - 39,8805 g)
= 7,3226%
59
Lampiran 4. (Lanjutan)
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Kandungan Kimia Ekstrak Daun
Kacang Panjang
No Kandungan
kimia
Pereaksi Hasil
1. Polifenol FeCl3 +
2. Flavonoid Mg / HCl p +
3. Saponin Test busa +
4. Terpenoid Libermann – Buchard -
5. Steroid Libermann – Buchard +
6. Alkaloid Mayer -
60
Lampiran5. Hasil Pemeriksaan Bahan Tambahan
Tabel V. Hasil Pemeriksaan HPMC
No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan
1. Pemerian
- bentuk
- warna
- bau
- Serbuk
- Putih kekuningan
- Tidak berbau
- Serbuk
- Putih kekuningan
Tidak berbau
2. Kelarutan
- dalam air
- dalam etanol
- Mengembang
Mengembang
Cairan kental
Ciran kental
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Propilenglikol (Depkes RI, 1979)
No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan
1. Pemerian
- bentuk
- warna
- bau
Cairan kental
Tidak berwarna
Tidak berbau
Cairan kental
Tidak berwarna
Tidak berbau
2. Kelarutan
- dalam air
- dalam etanol
Bercampur
Bercampur
Bercampur
Bercampur
Tabel VII. Hasil Pemeriksaan Nipagin (Depkes RI, 1979)
No Pemeriksaan Persyaratan Pengamatan
1. Pemerian
- bentuk
- warna
- bau
Serbuk hablur putih
Putih
Tidak berbau
Serbuk hablur putih
Putih
tidak berbau
2. Kelarutan
- dalam air
- dalam etanol
Sukar larut
Mudah larut
Sukar larut 1: 500
Mudah larut 1: 3,5
61
Lampiran6.Basis Gel Dan GelEkstrak Daun Kacang Panjang
Gambar 9. Sediaan F0, F1, F2 dan F3
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
62
Lampiran7. Hasil Evaluasi Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Tabel VIII. Hasil Evaluasi 0rganoleptis Basis Gel dan Gel ekstrak Daun
Kacang Panjang
No Formula Organoleptis Minggu ke
I II III IV V VI VII VIII
1. F0
Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp
Warna T T T T T T T T
Bau Tb Tb Tb Tb Tb Tb Tb Tb
2. F1
Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp
Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk
Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk
3 F2
Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp
Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk
Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk
4 F3
Bentuk Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp Sp
Warna Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk Hk
Bau Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk Bk
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan pembanding
Sp : Setengan padat
T :Transparan
Tb : Tidak berbau
Hk : Hijau Kehitaman
Bk : Bau khas
63
Lampiran 7. (Lanjutan)
Tabel IX. Hasil Pemeriksaan Homogenitas
Formula Minggu ke-
I II III IV V VI VII VIII
F0 DM DM DM DM DM DM DM DM
F1 DM DM DM DM DM DM DM DM
F2 DM DM DM DM DM DM DM DM
F3 DM DM DM DM DM DM DM DM
Tabel X. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Dengan Suhu PendinginUntuk Suhu 5 0C
Formula Minggu ke
I II III IV V VI VII VIII
F0 TM TM TM TM TM TM TM TM
F1 TM TM TM TM TM TM TM TM
F2 TM TM TM TM TM TM TM TM
F3 TM TM TM TM TM TM TM TM
Tabel XI. Hasil Pemeriksaan Stabilitas Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Dengan Suhu Kamar
Formula Minggu ke
I II III IV V VI VII VIII
F0 TM TM TM TM TM TM TM TM
F1 TM TM TM TM TM TM TM TM
F2 TM TM TM TM TM TM TM TM
F3 TM TM TM TM TM TM TM TM
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
H : Homogen
TM : Tidak Memisah
DM : Dispersi Merata
64
Lampiran 7. (Lanjutan)
Tabel XII. Hasil Pemeriksaan pH Basis Gel dan Gel Ekstrak Daun Kacang
Panjang
No
Formula
Minggu ke Rata-
rata I II III IV V VI VII VIII
1. F0 8,09 7,16 7,03 6,97 6,76 5,91 5,76 5,72 6,675
2. F1 5,69 5,76 5,67 5,25 5,21 4,75 5,21 5,33 5,358
3. F2 6 5,95 5,47 5,69 5,29 5,28 5,72 5,91 5,663
4. F3 6,97 6,85 5,67 5,67 5,71 5,33 5,33 5,59 5,942
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
TM : Tidak Memisah
Tabel XIII. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Menyebar Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang
Formula Pertambahan Luas (cm2)
Dengan Beban
1g 2g 5g
F0 1,88 5,88 7,08
F1 0,40 3,02 4,59
F2 0,73 3,363 6
F3 1,41 4,15 5,02
P 2,03 5,77 7,3
Contoh Perhitungan :Formula 1
Diameter awal = 1,2 cm r = d/2 = 1,2/2= 0,6 cm
Luas awal = = 3,14 x 0,6cm x 0,6 cm = 0,11304cm2
Untuk 1 g beban
D Beban 1 g = 1,4 cm r = d/2 =1,4/2 = 0,7cm
65
Lampiran 7. (Lanjutan)
Luas 1g beban = 3,14 x 0,7cm x 0,7 cm = 1,5386 cm2
Pertambahan Luas beban 1g = 1,5386 cm2- 0,11304 cm
2 = 0.4082 cm
2
Untuk 2 g beban
D Beban 2 g = 2,3 cm r = d/2 =2,3/2 = 1,15cm
Luas 2g beban = 3,14 x 1,15 cm x 1,15 cm = 4,1526cm2
Pertambahan Luas beban 1g =4,1526 cm2- 0,11304 cm
2 = 3,0222cm
2
Untuk 5 g beban
D Beban 5 g = 2,7 cm r = d/2 =2,7/2 = 1,35cm
Luas 5g beban = 3,14 x 1,35 cm x 1,35 cm = 5,7226 cm2
Pertambahan Luas beban 1g = 5,7226 cm2- 0,11304 cm
2 = 4,5922cm
2
Tabel XIV. Hasil Pemeriksaan Uji Iritasi Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
No Gel Panelis I Panelis II Panelis III
H1 H2 H3 H1 H2 H3 H1 H2 H3
1. F0 - - - - - - - - -
2. F1 - - - - - - - - -
3. F2 - - - - - - - - -
4. F3 - - - - - - - - -
5. P - - - - - - - - -
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding
(-) : Tidak mengiritasi kulit
66
Lampiran 8.Uji aktivitas Aktifitas Merangsang Pertumbuhan Rambut
Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang
Gambar 10. Kelinci Sebelum Di Cukur
Tabel XV.Persiapan Percobaan
Hewan Percobaan Berat awal Berat akhir Penyimpangan(%)
Kelinci 1 1,3 kg 1,2 kg 7, 69 %
Kelinci 2 1 kg 1,1 kg 10 %
Kelinci 3 1,3 kg 1,4 kg 7, 69 %
Kelinci 4 1,4 kg 1,3 kg 7,14 %
Kelinci 5 1,5 kg 1,4 kg 6,66 %
F0 F1 F2 F3 P
Gambar 11.Rambut kelinci setelah di cukur
Keterangan:
F0 : Formulasi basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding
67
Lampiran 8. (Lanjutan)
Tabel XVI. Pengamatan Terhadap Panjang Rata-rata Rambut Kelinci
Sediaan Hari Ke (cm) ± SD
3 6 9 12 15
F0 0,21±0.0159 0,65±0.0699 0,8±0.0522 1,1 ±0.149 1,2 ±0.1429
F1 0,2 ±0.0115 0,6 ±0.0278 0,91±0.0163 1,3 ±0.1414 1.7 ±0.0816
F2 0,25±0.0408 0,7 ±0.0577 0,93 ±0.021 1,5 ±0.3431 1,8 ±0.2108
F3 0,12±0.0163 0,55±0.0527 0,89±0.0439 1,1±0.1641 1,7 ±0.2581
P 0,3 ±0.0230 0,75±0.04521 0,92±0.0245 1,4 ±0.2211 1,9 ±0.1247
Keterangan:
F0 : Formula basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding
68
Lampiran9.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang
Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang
Panjang Pada Hari ke-3
Tabel XVII. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel ekstrak daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-3
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
F0 = Basis 10 .2100 .01563 .00494 .1988 .2212 .19 .24
F1 = Formula 1 10 .2000 .01155 .00365 .1917 .2083 .18 .22
F2 = Formula 2 10 .2500 .04082 .01291 .2208 .2792 .20 .30
F3 = Formula 3 10 .1200 .01633 .00516 .1083 .1317 .10 .14
F4 = Pembanding 10 .3000 .02309 .00730 .2835 .3165 .27 .35
Total 50 .2160 .06433 .00910 .1977 .2343 .10 .35
Tabel XVIII. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel
Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.114 4 45 .024
Tabel XIX. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .177 4 .044 77.871 .000
Within Groups .026 45 .001
Total .203 49
69
Lampiran 9. (Lanjutan)
Tabel XX. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-3
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
F3 = Formula 3 10 .1200
F1 = Formula 1 10 .2000
F0 = Basis 10 .2100
F2 = Formula 2 10 .2500
F4 = Pembanding 10 .3000
Sig. 1.000 .354 1.000 1.000
70
Lampiran 10.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang
Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-6
Tabel XXI. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6
Tabel XXII. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel
Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.056 4 45 .389
Tabel XXIII. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .250 4 .062 22.428 .000
Within Groups .125 45 .003
Total .375 49
N Mean
Std.
Deviatio
n Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
F0 = Basis 10 .6500 .07071 .02236 .5994 .7006 .55 .75
F1 = Formula 1 10 .6000 .02789 .00882 .5800 .6200 .56 .65
F2 = Formula 2 10 .7000 .05774 .01826 .6587 .7413 .60 .75
F3 = Formula 3 10 .5500 .05270 .01667 .5123 .5877 .50 .65
F4 = Pembanding 10 .7500 .04522 .01430 .7177 .7823 .70 .85
Total 50 .6500 .08753 .01238 .6251 .6749 .50 .85
71
Lampiran 10. (Lanjutan)
Tabel XXIV. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-6
Duncana
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
F3 = Formula 3 10 .5500
F1 = Formula 1 10 .6020
F0 = Basis 10 .6500
F2 = Formula 2 10 .7000
P = Pembanding 10 .7500
Sig. 1.000 .124 .070
72
Lampiran 11.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang
Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-9
Tabel XXV. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-9
Tabel XXVI. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel
Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-9
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.454 4 45 .015
Tabel XXVII. Hasil Uji Anova panjang rambut kelinci gel ekstrakdaun
kacang panjang pada hari ke-9
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .110 4 .027 24.076 .000
Within Groups .051 45 .001
Total .161 49
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
F0 = Basis 10 .8000 .05228 .01653 .7626 .8374 .73 .87
F1 = Formula 1 10 .9100 .01633 .00516 .8983 .9217 .90 .95
F2 = Formula 2 10 .9300 .02108 .00667 .9149 .9451 .90 .96
F3 = Formula 3 10 .8900 .04397 .01390 .8585 .9215 .82 .96
F4 = Pembanding 10 .9200 .01826 .00577 .9069 .9331 .89 .95
Total 50 .8900 .05739 .00812 .8737 .9063 .73 .96
73
Lampiran 11. (Lanjutan)
Tabel XXVIII. Hasil Uji lanjut Duncan panjang rambut kelinci gel ekstrak
daun kacang panjang pada hari ke-9
Duncana
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
F0 = Basis 10 .8000
F3 = Formula 3 10 .8900
F1 = Formula 1 10 .9100 .9100
F4 = Pembanding 10 .9200 .9200
F2 = Formula 2 10 .9300
Sig. 1.000 .066 .219
74
Lampiran 12.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang
Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-12
Tabel XXIX. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
F0 = Basis 10 1.1000 .14907 .04714 .9934 1.2066 .90 1.30
F1 = Formula 1 10 1.3000 .14142 .04472 1.1988 1.4012 1.20 1.50
F2 = Formula 2 10 1.5000 .34319 .10853 1.2545 1.7455 1.00 2.00
F3 = Formula 3 10 1.1000 .18529 .05859 1.0574 1.3226 .90 1.40
F4 = Pembanding 10 1.4000 .22111 .06992 1.2418 1.5582 1.10 1.80
Total 50 1.2980 .25594 .03620 1.2253 1.3707 .90 2.00
Tabel XXX. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.466 4 45 .228
Tabel XXXI. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-12
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.021 4 .255 5.246 .001
Within Groups 2.189 45 .049
Total 3.210 49
75
Lampiran 12. (Lanjutan)
Tabel XXXII. Hasil Uji lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-12
Duncana
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2
F3 = Formula 3 10 1.0900
F0 = Basis 10 1.1000
F1 = Formula 1 10 1.2800 1.2800
P = Pembanding 10 1.3600
F2 = Formula 2 10 1.5000
Sig. .090 .050
76
Lampiran 13.Hasil uji statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Merangsang
Pertumbuhan Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang
Panjang Pada Hari ke-15
FO F1 F2 F3 P
Gambar 12. Rambut setelah pemberian sediaan pada hari ke-15
Keterangan:
F0 : Formula basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding
Tabel XXXIII. Hasil Pemeriksaan Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
F0 = Basis 10 1.2000 .14907 .04714 1.0934 1.3066 1.00 1.40
F1 = Formula 1 10 1.7000 .08165 .02582 1.6416 1.7584 1.60 1.80
F2 = Formula 2 10 1.8000 .21082 .06667 1.6492 1.9508 1.40 2.00
F3 = Formula 3 10 1.7000 .25820 .08165 1.5153 1.8847 1.50 2.00
F4 = Pembanding 10 1.9000 .12472 .03944 1.8108 1.9892 1.70 2.10
Total 50 1.6600 .29692 .04199 1.5756 1.7444 1.00 2.10
77
Lampiran 13. (Lanjutan)
TABEL XXXIV. Hasil Analisa Varian Dari Panjang Rambut Kelinci Gel
Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15
Levene Statistic df1 df2 Sig.
7.313 4 45 .000
Tabel XXXV. Hasil Uji Anova Panjang Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-15
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.920 4 .730 23.464 .000
Within Groups 1.400 45 .031
Total 4.320 49
Tabel XXXVI. Hasil Uji Lanjut Duncan Panjang Rambut Kelinci Gel
Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada Hari ke-15
Duncana
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
F0 = Basis 10 1.2000
F1 = Formula 1 10 1.6300
F3 = Formula 3 10 1.7000 1.7000
F2 = Formula 2 10 1.8000 1.8000
P = Pembanding 10 1.9000
Sig. 1.000 .106 .058
78
Lampiran 14. Hasil Pengamatan Terhadap Berat Rambut Kelinci Pada Hari
ke-15
TABEL XXXVII. Hasil Pengamatan Terhadap Berat Rambut Kelinci Pada
Hari ke-15
Sediaan Berat Rambut (g) Total
Rata-rata(g) ±
SD
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
F0 0.0981 0.0921 0.1061 0.2963 0.0987±0.0070
F1 0.159 0.1746 0.1742 0.5078 0.1692±0.0088
F2 0.1878 0.1766 0.1825 0.5469 0.1823±0.0056
F3 0.1839 0.1872 0.1928 0.5639 0.1879±0.0044
P 0.1656 0.1598 0.1602 0.4856 0.1618±0.0032
F0 : Formula basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding
79
Lampiran 15.Hasil Uji Statistik ANOVA SATU ARAH Aktifitas Ketebalan
Rambut Formula Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada
Hari ke-15
TABEL XXXVIII. Hasil Pemeriksaan Berat Rambut Kelinci Gel
ekstrakDaun Kacang Panjang Pada Hari ke-15
TABEL XXXIX. Hasil Analisa Varian Dari Formula Gel Ekstrak Berat
Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun Kacang Panjang Pada
Hari ke-15
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.138 4 10 .393
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
F0 = Basis 3 .098767 .0070238 .0040552 .081319 .116215 .0921 .1061
F1 = Formula 1 3 .169267 .0088934 .0051346 .147174 .191359 .1590 .1746
F2 = Formula 2 3 .182300 .0056027 .0032347 .168382 .196218 .1766 .1878
F3 = Formula 3 3 .187967 .0044993 .0025976 .176790 .199143 .1839 .1928
P = Pembanding 3 .161867 .0032393 .0018702 .153820 .169914 .1598 .1656
Total 15 .160033 .0335261 .0086564 .141467 .178599 .0921 .1928
80
Lampiran 15. (Lanjutan)
TABEL XLI. Hasil Uji Anova Berat Rambut Kelinci Gel Ekstrak Daun
Kacang Panjang Pada Hari ke-15
TABEL XLII. Hasil Uji Lanjut Duncan Berat Rambut Kelinci Gel Ekstrak
Daun Kacang Panjang Pada hari ke-15
Duncana
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
F0 = Basis 3 .098767
P = Pembanding 3 .161867
F1 = Formula 1 3 .169267
F2 = Formula 2 3 .182300
F3 = Formula 3 3 .187967
Sig. 1.000 .173 .287
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups .015 4 .004 100.726 .000
Within Groups .000 10 .000
Total .016 14
81
Lampiran 16.Rekapitulasi Data Evaluasi Basis Gel Dan Gel Daun Kacang
Panjang
Tabel XLIII. Rekapitulasi Data Evaluasi Basis Gel Dan Gel Daun Kacang
Panjang
No
.
Evaluasi Formula
F0 F1 F2 F3 P
1. Organoleptis
Bentuk
Warna
Bau
Sp
T
Tb
Sp
Hk
Bk
Sp
Hk
Bk
Sp
Hk
Bk
Sp
Hk
Bk
2. Homogenitas DM DM DM DM DM
3. Pemeriksaan stabilitas
pada suhu 5 0C
TM TM TM TM TM
4. Pemeriksaan stabilitas
pada suhu kamar
TM TM TM TM TM
5. Pemeriksaan Ph 6,675 5,358 5,663 5,942 6
6. Uji daya menyebar
Beban 1g
Beban 2g
Beban 5g
1,88 cm2
5,65 cm2
7,08 cm2
0,4 cm2
3,02 cm2
4,59 cm2
0,73cm2
3,36cm2
6 cm2
1,41 cm2
4,15 cm2
5,02 cm2
2,03 cm2
5,77 cm2
7,30 cm2
7. Uji iritasi - - - - -
8 Uji aktifitas penumbuh
rambut(cm)
1,2 1.7 1,8 1,7 1,9
9 Uji aktivitas ketebalan
rambut(g) 0.0987
0.1823
0.1692
0.1879
0.1618
Keterangan :
Sp : Setengah padat DM : Dispersi Merata
T : Transparan TM : Tidak Memisah
Tb : Tidak Berbau (-) : Tidak Mengiritasi
Hk : Hijau kehitaman Bk : Bau Khas
F0 : Formula basis gel
F1 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 10%
F2 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 15%
F3 : Formula gel ekstrak daun kacang panjang dengan konsentrasi 20%
P : Sediaan gel pembanding