Upload
others
View
9
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
UJI EFEKTIVITAS EM-4 DALAM MENDEGRADASI TOTAL
PETROLEUM HYDROCARBON PADA LIMBAH OLI
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
NADIA MEIKA PUTRI
NIM. 150702079
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Teknik Lingkungan
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2020 M / 1441 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH/TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nadia Meika Putri
NIM : 150702079
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Sains dan Teknologi
Judul Tugas Akhir : Uji Efektivitas EM-4 dalam Mendegradasi Total
Petroleum Hydrocarbon pada Limbah Oli
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan;
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain;
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya;
4. Tidak memanipulasi dan memalsukan data;
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Bila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan dan ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan dari
pihak manapun.
Banda Aceh, 23 Januari 2020
Nadia Meika Putri
Yang Menyatakan,
iii
ABSTRAK
Nama : Nadia Meika Putri
NIM : 150702079
Program Studi : Teknik Lingkungan
Judul : Uji Efektivitas EM-4 Dalam Mendegradasi Total
Petroleum Hydrocarbon Pada Limbah Oli
Tanggal Sidang : 30 Januari 2020 / 05 Jumadil Akhir 1441 H
Tebal Skripsi : 50 Halaman
Pembimbing I : Dr. Abd Mujahid Hamdan, M.Sc
Pembimbing II : Husnawati Yahya, M.Sc
Kata Kunci : Effective Microorganisms-4 (EM-4), limbah oli, total
petroleum hydrocarbon (TPH).
Limbah oli termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dapat
merusak lingkungan jika dibuang langsung ke alam tanpa pengolahan. Kandungan
hidrokarbon di dalam limbah oli tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga
berbahaya bagi manusia, karena bersifat karsinogen. Pemanfaatan Effective
Microorganisms-4 (EM-4) pada penelitian sebelumnya mampu mendegradasi
kadar total petroleum hydrocarbon (TPH) pada tanah terkontaminasi limbah
hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi EM-
4 dan waktu pengolahan terhadap penurunan kadar TPH pada limbah oli dengan
tanpa pengenceran dan dengan pengenceran. Pengolahan limbah oli dilakukan
dengan memanfaatkan EM-4 dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%,
serta dengan waktu pengolahan yaitu 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari.
Pengukuran kadar TPH dilakukan dengan metode gravimetri. Dalam penelitian ini
juga dilakukan analisis total plate count (TPC), analisis gugus fungsi
menggunakan fourier transform infrared (FTIR), dan pengukuran pH. Hasil
analisis menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EM-4 pada pengolahan oli
dengan tanpa pengenceran maupun dengan pengenceran tidak memberi pengaruh
signifikan terhadap penurunan kadar TPH.
iv
ABSTRACK
Name : Nadia Meika Putri
Study Program : Environmental Engineering
Title : The Effectiveness of EM-4 in Biodegradation the Total
Petroleum Hydrocarbon for Oil Engine
Number Of Pages : 50 Pages
Thesis Advisor I : Dr. Abd Mujahid Hamdan, M.Sc
Thesis Advisor II : Husnawati Yahya, M.Sc
Key Words : Effective microorganisms-4 (EM-4), engine oil, total
petroleum hydrocarbon (TPH).
Engine oil waste is the hazardous disposed directly into environment without
processing. Hydrocarbon contains of engine oil waste are also dangerous for
humans, due to its carcinogens contain. Several previous studies indicate that
Effective Microorganisms-4 (EM-4) is effective to degradade the total petroleum
hydrocarbon (TPH) within subtances i.e soils. Meanwhile, the using EM-4 has not
been reported for processing of engine oil waste. This study aimed to investigate
the effectiveness of EM-4 to biodegrade TPH in engine oil waste. Oil waste
treatment was carried out with the addition of concentration EM-4 were 0%, 5%,
10%, 15% and 20%, than detention time were 0, 4, 8, and 12 days. The
biodegradation of TPH was measured by the gravimetric method and was
supported by total plate count (TPC) analyses, fourier transform infrared (FTIR)
analyses, and pH measurments. The results show that EM-4 does not have a
significant effect to reduce TPH contain in engine oil waste.
NIM : 150702079
Defence Date : 30 January 2020 / 5 Final Jumadil 1441 H
v
KATA PENGANTAR
﷽
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan nikmat
hidup bagi seluruh makhluk. Segala ilmu berasal dari-Nya yang Maha
mengetahui, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“UJI EFEKTIVITAS EM-4 DALAM MENDEGRADASI TOTAL
PETROLEUM HYDROCARBON PADA LIMBAH OLI”. Selawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. manusia pilihan yang menjadi
utusan terakhir, pencetus kebaikan dan ilmu pengetahuan di muka bumi.
Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Teknik (ST) pada Prodi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Adapun dalam
menulis Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. Dr. Abdullah Mujahid Hamdan, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing I, dan Ibu
Husnawati Yahya, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang selalu bersedia
memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama proses penulisan
Tugas Akhir.
2. Ibu Yeggi Darnas, M.T., selaku Dosen Penguji Seminar Proposal Tugas Akhir
yang telah memberikan masukan dan bimbingannya selama proses penulisan
Tugas Akhir ini.
3. Bapak Muhammad Ridwan Harahap, M.Si., yang telah banyak membantu dan
membagi ilmunya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
Tugas Akhir ini.
4. Bapak Teuku Muhammad Ashari, M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Teknik
Lingkungan UIN Ar-Raniry beserta Asisten Laboratorium Teuku Ryven Trias
Kembara S.T., dan Muhammad Mefan Juansyah.
vi
5. Laboran Mikrobiologi FMIPA Biologi Unsyiah Kak Miftah, dan Kak Jannah
sebagai Asisten Laboratorium, serta Kak Lia sebagai Laboran Laboratorium
Instrumen FMIPA Kimia Unsyiah.
6. Ibu Rizna Rahmi, M.Sc. dan Bapak Aulia Rohendi M.Sc., selaku Panitia
Seminar Proposal Tugas Akhir yang telah memberikan saran dan masukannya.
7. Seluruh Dosen Prodi Teknik Lingkungan yang telah memberikan dan
membagi ilmunya kepada penulis.
8. Kedua orang tua, beserta keluarga besar yang telah memberikan do’a dan
dukungan selama proses penulisan Tugas Akhir.
9. Sahabat saya, Rauzalina, Muhsinah, Cut Lida, Ranti, Nida U, Cut Keum, Robi
Elyem, Rizkhan, Ucup dan yang luar biasa kepada teman-teman KPM saya,
Kak Asni, Raiyana, Wulan yang selalu mengingatkan, memberi dukungan,
menyemangati dan membantu penulis menyelesaikan penulisan ini.
10. Teman saya di Teknik Lingkungan, Riska Adira, Rahmi Wilda, Alyssa,
Maghfirah, dan seluruh teman-teman angkatan 2015, beserta kakak-kakak
angkatan 2014 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, serta rekan-rekan
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang telah
membantu penulisan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
limpahan berkah dan rahmat-Nya. Semoga penulisan ini bermanfaat untuk
pengembangan keilmuan dan pengetahuan di masa depan.
Banda Aceh, 23 Januari 2020
Nadia Meika Putri
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah ..................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Oli .............................................................................. 5
2.2. Bioteknologi Pada Pengolahan Limbah .................................. 7
2.3. Effective Microorganisms-4 (EM-4) ....................................... 8
2.4. Fourier Transform Infrared (FTIR) ....................................... 11
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian .................................................................. 12
3.1.1. Sampel ......................................................................... 13
3.1.2. Bahan .......................................................................... 13
3.1.3. Aktivasi Mikroorganisme EM-4 ................................. 14
3.2. Pengolahan Limbah Oli tanpa Pengenceran ........................... 14
3.2.1. Analisis FTIR .............................................................. 15
3.2.2. Pengukuran Kadar Total Petroleum Hydrocarbon ..... 17
3.2.3. Uji Total Plate Count (TPC) ....................................... 17
3.3. Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran ........................ 18
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) ............. 19
4.2. Pembahasan ............................................................................ 21
4.2.1. Degradasi TPH pada Limbah Oli ................................ 21
4.2.2.
Pengenceran ................................................................ 25
Pengaruh Konsentrasi EM-4 dan Waktu Terhadap
Degradasi TPH pada Limbah Oli dengan
Pengaruh Konsentrasi EM-4 dan Waktu Terhadap
viii
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 31
5.2. Saran ....................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 32
LAMPIRAN ....................................................................................................... 36
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mikroorganisme yang ada di dalam EM-4 .............................. 9
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
tanpa pengenceran
tanpa pengenceran
terhadap persentase degradasi kadar TPH limbah oli 10%
pada limbah oli 10%
pada limbah oli 15%
pada limbah oli 20%
Gambar 4.2 Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan
terhadap persentase degradasi kadar TPH pada limbah oli
Gambar 4.3 Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH
Gambar 4.4 Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan
Gambar 4.5 Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH
Gambar 4.1 Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan
terhadap absorbans relatif gugus fungsi pada limbah oli
Gambar 4.6 Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan
Gambar 4.7 Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH
terhadap persentase degradasi kadar TPH pada limbah oli Gambar 4.8 Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan
Gambar 4.9 Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH
Gambar 2.2 Skema alat FTIR...................................................................... 11
............................................................ 12
Gambar 3.2 Sampel limbah oli.................................................................... 13
Gambar 3.3 Luas daerah yang dihitung dengan persamaan polygon luar .. 16
................................................................... 22
.................................................................. 23
pada limbah oli tanpa pengenceran ........................................ 24
..... 26
................................................................ 27
15%.......................................................................................... 27
20%.......................................................................................... 29
................................................................ 29
................................................................ 28
terhadap persentase degradasi kadar TPH pada limbah oli
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Bahan Penelitian ......................................................................... 13
Tabel 4.1 Data seluruh perlakuan pada oli tanpa pengenceran ................... 19
Tabel 4.2 Data seluruh perlakuan pada oli 10% ......................................... 19
Tabel 4.3 Data seluruh perlakuan pada oli 15% ......................................... 19
Tabel 4.4 Data seluruh perlakuan pada oli 20% ......................................... 20
Tabel 4.5 Gugus fungsi limbah oli dari nilai serapan FTIR ........................ 21
Tabel 4.6 Nilai absorbansi relatif pada sampel oli tanpa pengenceran ....... 22
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian ..................................................... 37
Lampiran 2 Analisis FTIR Limbah Oli tanpa Pengenceran .................. 39
Lampiran 3 Uji TPC .............................................................................. 44
Lampiran 4 Pengukuran pH .................................................................. 45
Lampiran 5 Pengenceran Limbah Oli ................................................... 46
Lampiran 6 Data Hasil Analisis dan Perhitungan ................................. 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berpotensi
meningkatkan jumlah minyak pelumas atau oli yang digunakan untuk perawatan
kendaraan. Dengan demikian, semakin banyak jumlah kendaraan bermotor, maka
kemungkinan semakin banyak jumlah oli bekas yang dihasilkan. Data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pada tahun 2018 jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia mencapai 146.858.759 unit (BPS, 2020). Menurut
Setyabudhi dan Yuzul (2017) jika setiap kendaraan bermotor mengganti oli
sebanyak 2 kali dalam setahun dengan kebutuhan 1 liter, maka pemakaian oli
pertahun di Indonesia minimal sebanyak 200 juta lebih. Artinya, ketersediaan
limbah oli di Indonesia sangat melimpah. Hal ini dapat menjadi ancaman serius
bagi lingkungan dan makhluk hidup jika limbah oli yang tersedia tidak dikelola
dengan baik.
Oli bekas merupakan sumber pencemaran senyawa hidrokarbon yang
tergolong sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah golongan
ini dapat mengubah struktur dan menurunkan fungsi tanah (Surtikanti dan
Surakusumah, 2004). Pencemaran tanah dapat menghambat pertumbuhan tanaman
yang dapat berakibat pada menurunnya hasil panen. Selain itu, kontaminasi zat
pencemar pada lahan juga berdampak buruk terhadap organisme yang ada di
dalam tanah. Oleh karena itu, oli bekas harus dikelola dan diolah dengan baik agar
tidak mencemari lingkungan. Menurut Zam (2011) tanah yang tercemar oli
biasanya ditandai dengan adanya bau oli yang menyengat, berminyak dan
berwarna hitam.
Menurut Trihadiningrum (2016) minyak pelumas terdiri dari komposisi
polycylyc aromatic hydrocarbon (PAH) dan alkana. Kandungan senyawa PAH
dalam jumlah besar dapat bersifat karsinogen (pemicu kanker) bagi manusia.
Bahaya pada manusia dapat terjadi secara langsung dengan mengonsumsi air atau
makanan yang sudah terkontaminasi zat pencemar. Selain itu, bahaya pada
manusia juga terjadi secara tidak langsung yaitu terpapar dengan oli bekas dalam
waktu yang lama. Pada sejumlah organisme limbah oli bersifat berbahaya, tapi
2
pada organisme tertentu limbah oli justru merupakan sumber nutrisi dan dapat
diuraikan melalui proses biologis, baik secara aerob maupun anaerob. Selama ini,
limbah oli yang ada di bengkel motor dikumpulkan di dalam drum yang kemudian
dijual kepada pihak pengolah limbah B3. Penampungan limbah oli ke dalam drum
masih tidak dilengkapi dengan simbol dan label limbah B3. Pada beberapa
bengkel di kota Banda Aceh, drum penampungan oli diletakkan di luar, dengan
housekeeping bengkel yang kurang diperhatikan. Sehingga dikhawatirkan
rembesan air hujan yang mengenai ceceran oli akan mengalir dan meresap
kepermukaan tanah.
Menurut Raharjo (2004) oli bekas dapat dimanfaatkan kembali sebagai
bahan bakar dengan penambahan asam sulfat (H2SO4) dan lempung. Penambahan
H2SO4 dapat mengurangi kandungan senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam
limbah oli. Namun, penggunaan H2SO4 dan lempung yang mengandung sulfur
pada pengolahan limbah oli dapat menimbulkan masalah pencemaran baru. Oleh
karena itu, diperlukan pengolahan terhadap oli bekas yang mampu mengatasi
permasalahan dan tidak menimbulkan masalah lingkungan yang berlanjut, serta
dapat mengurangi biaya dalam pengolahan limbah lanjutan.
Kadar hidrokarbon pada limbah oli dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan dengan menggunakan suatu teknologi yang dapat mengolah oli bekas
tersebut. Menurut Kepmen LH No. 128 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi Dan Tanah Terkontaminasi
Oleh Minyak Bumi Secara Biologis, bioproses adalah proses pengolahan limbah
minyak bumi yang berasal dari kegiatan minyak dan gas bumi dengan
memanfaatkan makhluk hidup termasuk mikroorganisme, tumbuhan atau
organisme lain untuk mengurangi konsentrasi atau menghilangkan daya racun
bahan pencemar. Penerapan bioproses pada limbah oli potensial digunakan untuk
mendekomposisi gugus fungsi pada oli bekas dan menghilangkan sifat toksisitas
limbah oli.
Pengurangan kadar total petroleum hydrocarbon (TPH) dalam limbah oli
oleh Basuki (2011) dalam penelitiannya menggunakan Lycinibacillus sphaericus
TCP C 2.1 berhasil mengurangi rantai panjang dan rantai pendek hidrokarbon
pada limbah oli. Penelitian yang dilakukan oleh Yahya (2019) penambahan pupuk
3
cair, tanah kompos dan jerami dengan metode pengomposan dalam bioremediasi
limbah oli mampu menurunkan kadar TPH sampai 81%. Amelia (2013) dalam
penelitiannya, penggunaan Effective Microorganisms-4 (EM-4) dalam
mendegradasi tanah terkontaminasi minyak bumi, terbukti efektif meningkatkan
kualitas tanah terkontaminasi dan menurunkan kadar TPH. EM-4 merupakan
kultur mikroorganisme campuran inokulan terpilih, seperti bakteri asam laktat
peningkat kelarutan fosfat, bakteri ragi, bakteri fotosintetik, dan Actinomyces
(Mulyani, 2014). EM-4 telah banyak digunakan sebagai agen bioremediasi dalam
pengolahan limbah. Namun belum pernah ada penelitian sebelumnya yang
menggunakan EM-4 untuk mendegradasi kadar TPH dalam limbah oli. Padahal
limbah oli juga terdiri dari hidrokarbon minyak bumi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana efektivitas penambahan EM-4 terhadap
penurunan kadar TPH pada pengolahan limbah oli? Pertanyaan penelitian yang
berkaitan dengan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi EM-4 terhadap penurunan kadar TPH pada
limbah oli tanpa pengenceran?
2. Bagaimana pengaruh waktu pengolahan terhadap penurunan kadar TPH pada
limbah oli tanpa pengenceran?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi EM-4 terhadap penurunan kadar TPH pada
limbah oli dengan pengenceran?
4. Bagaimana pengaruh waktu pengolahan terhadap penurunan kadar TPH pada
limbah oli dengan pengenceran?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas penggunaan EM-4 dan waktu pengolahan terhadap penurunan kadar
TPH pada limbah oli, dengan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi EM-4 terhadap penurunan kadar TPH
pada limbah oli tanpa pengenceran.
4
2. Untuk mengetahui pengaruh waktu pengolahan terhadap penurunan kadar
TPH pada limbah oli tanpa pengenceran.
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi EM-4 terhadap penurunan kadar TPH
pada limbah oli dengan pengenceran.
4. Untuk mengetahui pengaruh waktu pengolahan terhadap penurunan kadar
TPH pada limbah oli dengan pengenceran.
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh variasi konsentrasi EM-4 dan
waktu pengolahan terhadap degradasi TPH dalam limbah oli. Adapun batasan
masalah penelitian ini terdiri dari:
1. Variasi penambahan konsentrasi EM-4 yang digunakan adalah 0%, 5%, 10%,
15% dan 20% dari volume sampel uji.
2. Waktu pengolahan terdiri dari 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari.
3. Kelembaban, suhu, intensitas cahaya tidak menjadi pengaruh yang diukur
pada penelitian ini.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan terdiri dari dua dimensi, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis berupa manfaat pengembangan
keilmuan dalam menambah pengetahuan atau literatur ilmiah bagi para akademisi
yang sedang mengkaji bidang ilmu teknik lingkungan khususnya bidang
bioteknologi. Sedangkan manfaat praktis adalah diketahui efektivitas pengolahan
limbah oli dengan menggunakan EM-4 sehingga dapat dikembangkan dalam
metode pengolahan oli yang ramah lingkungan, murah, dan praktis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah Oli
Minyak pelumas biasanya digunakan untuk melapisi komponen mesin
agar tidak mengalami benturan pada saat mesin dijalankan. Menurut Kurniawan
(2014) minyak pelumas atau oli adalah hasil olahan minyak bumi atau minyak
mineral yang mengandung hidrokarbon yang berfungsi mencegah benturan antar
logam dengan logam pada komponen mesin untuk mencegah keausan pada
komponen tersebut. Minyak pelumas yang bekerja melumasi mesin biasanya akan
mengalami perubahan pada kandungannya, sehingga kualitas dan fungsinya
menurun. Menurut Lathifah dkk. (2019) minyak pelumas yang telah mengalami
penurunan efektivitasnya biasa disebut oli bekas dan tidak dapat digunakan
bekerja pada mesin.
Menurut PP 101 tahun 2014 limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan. Jadi, limbah oli adalah sisa minyak pelumas atau oli yang dihasilkan
dari aktivitas manusia terutama pada bidang otomotif atau perbengkelan. Limbah
oli berdasarkan peraturan pemerintah termasuk golongan limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) sehingga harus dikelola sesuai kaidah-kaidah yang terdapat di
dalam peraturan tersebut dan dilarang untuk dibuang sembarangan karena dapat
mengakibatkan pencemaran lingkungan. Selain itu, oli bekas merupakan salah
satu limbah B3 yang bersifat mudah terbakar.
Menurut Basuki (2012) limbah minyak pelumas atau oli bekas tersusun
dari berbagai komposisi senyawa diantaranya adalah jenis naftalena, toluena,
etilbenzena, dimetilheksana, n-oktana, tetrakontana, dan senyawa-senyawa
lainnya. Sementara itu, menurut Susanto (2015) limbah minyak pelumas atau oli
bekas banyak mengandung komponen logam berat, polychlorinated biphenyls
(PCBs), polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH). Komponen-komponen tersebut
bersifat sangat berbahaya jika dibuang ke lingkungan karena mengandung bahan
beracun. Jika masuk ke perairan komponen-komponen tersebut dapat
menghalangi cahaya matahari dan oksigen masuk ke dalam air, hal ini akan
berefek buruk terhadap ekosistem perairan.
6
Limbah oli yang tidak diolah terlebih dahulu juga berdampak buruk
terhadap ekosistem darat. Limbah oli yang tumpah akan meresap ke dalam tanah
dan menyebabkan tertutupnya suplai oksigen yang masuk ke lapisan tanah
sehingga mengakibatkan kematian terhadap mikroorganisme tanah akibat
keracunan limbah oli. Menurut Pratiwi dan Hermana (2014) tumpahan minyak di
lingkungan juga mengakibatkan pencemaran tanah dan perairan hingga ke daerah
sub-surface dan lapisan akuifer air tanah.
Hidrokarbon merupakan senyawa organik yang mengandung hanya atom
karbon (C) dan hidrogen (H). Minyak pelumas memiliki jumlah atom karbon (C)
yang sangat besar. Menurut Trihadiningum (2016) minyak pelumas memiliki
jumlah atom C20-C70 dengan kandungan alkana dan PAH yang tinggi. Senyawa
hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan yaitu senyawa hidrokarbon
alifatik, hidrokarbon alisiklik, hidrokarbon aromatik, dan hidrokarbon polisiklik
aromatik.
Limbah oli yang mengandung senyawa hidrokarbon bersifat toksik bagi
manusia. Toksisitas senyawa hidrokarbon pada limbah oli dipengaruhi oleh
senyawa penyusun hidrokarbon tersebut. Semakin banyak senyawa penyusun
hidrokarbon maka toksisitasnya semakin tinggi. Menurut Wardhana (2004)
konsentrasi hidrokarbon aromatik <25 ppm relatif masih belum membahayakan
bagi kesehatan manusia. Akan tetapi, resiko penyakit yang diakibatkan oleh
limbah oli sangatlah besar. Menurut Ahda dan Fitri (2016) jika terkontak langsung
dalam waktu yang lama dan dalam jumlah yang besar dengan limbah oli yang
mengandung komponen PAH dapat menyebabkan penyakit ginjal, kerusakan
sumsum tulang, dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker apabila terhirup
masuk kedalam paru-paru.
Di Indonesia kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah
oli kerap terjadi, diantaranya adalah pencemaran limbah oli yang terjadi di
Kepulaun Riau kasus pencemaran tersebut dilakukan oleh kapal-kapal luar yang
secara illegal membuang sisa limbah di perairan tersebut (detik.com, 2019). Kasus
lain yang diakibatkan oleh oli bekas terjadi pada tahun 2020. Limbah oli yang
dikelola oleh PT. Gaya Bakti merembes masuk ke sungai, hal ini berdampak
7
terhadap penurunan kualitas air sungai di kota Banjarmasin (Kanal kalimantan,
2020).
2.2. Bioteknologi pada Pengolahan Limbah
Secara umum pengolahan limbah dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu,
pengolahan kimia, fisika, dan biologi. Bioteknologi merupakan suatu cara
penanganan limbah secara biologi yang dapat digunakan dalam pengolahan
limbah dan merehabilitasi lahan tercemar akibat adanya zat pencemar. Menurut
Santosa dkk. (2008) bioteknologi merupakan proses detoksifikasi kontaminan
pencemar pada lingkungan dengan pendekatan biologi, atau suatu proses
mengurangi, mentransformasikan senyawa komplek menjadi senyawa yang tidak
berbahaya. Mikroorganisme dan tanaman dapat digunakan dalam penanganan
limbah secara biologis untuk mendegradasi zat pencemar.
Waluyo (2018) menyatakan bahwa bioteknologi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pengolahan di tempat (in situ) atau pengolahan di tempat lain (ex
situ). Pengolahan in situ adalah pengolahan yang dilakukan langsung di lokasi
tercemar. Sedangkan, pengolahan ex situ merupakan pengolahan di lokasi lain
dengan cara memindahkan bahan-bahan kontaminan ke suatu untuk selanjutnya
pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan limbah secara biologi sebagai usaha rehabilitasi salah satunya
dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang potensial terhadap
penurunan zat-zat berbahaya pada limbah. Hal ini menjadikan mikroorganisme
sebagai pemeran utama dalam pengolahan limbah secara biologi. Pemanfaatan
mikroorganisme pengurai minyak secara bioremediasi sudah banyak ditemukan
dan dikembangkan. Mangkoedihardjo (2005) menyebutkan bahwa ada sekitar 200
spesies mikroorganisme yang mampu mendegradasi minyak, terdiri dari ragi,
fungi, dan bakteri. Bakteri yang berperan dalam bioteknologi diantaranya adalah
Acinetobacter, Achromobacter, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium,
Bacillus, Cornybacterium, Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas, Vibrio;
sedangkan pada fungi dan ragi diantaranya adalah Aspergillus, Candida,
Cladosporium, Rhodotorula, Penicillium, Trichoderma Sporobolomyces, (Leahy
8
dan Colwell, 1990). Mikroorganisme tersebut tidak bekerja secara individu untuk
mendegradasi minyak, melainkan secara konsorsium multi spesies.
Pengolahan limbah secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme
mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya degradasi kontaminan
berbahaya. Jika faktor-faktor yang dibutuhkan mikroorganisme terpenuhi, maka
proses degradasi yang dilakukan oleh mikroorganisme pada pengolahan limbah
akan optimal. Begitu pula sebaliknya, apabila faktor-faktor yang mempengaruhi
proses degradasi tidak terpenuhi, maka mikroorganisme akan sulit melakukan
pengolahan limbah. Menurut Vidali (2001) faktor lingkungan yang
mempengaruhi proses pemulihan lingkungan yang berbahaya yang terkontaminasi
oleh limbah hidrokarbon terdiri dari dua komponen utama yaitu, nutrisi dan
kondisi lingkungan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme diantaranya
adalah, karbon (C), nitrogen (N), fosfor (P). Sementara itu, kondisi lingkungan
yang mempengaruhi biodegradasi hidrokarbon diantaranya adalah, kelembaban,
pH, suhu, zat kontaminan, dan logam berat yang terkandung di dalamnya.
Penurunan kadar total petroleum hydrocarbon (TPH) merupakan tolak
ukur keberhasilan bioproses pada pengolahan limbah terkontaminasi minyak.
Menurut Vyatrawan (2015) TPH adalah seluruh senyawa hidrokarbon dengan
berbagai jenis yang terkandung di dalam minyak bumi. Penelitian Munawar dan
Zaidan (2013), pemanfaatan mikroorganisme sebagai agen bioremediasi dalam
pengolahan limbah sludge minyak bumi, mampu menurunkan kadar TPH sebesar
91,04% selama 1,5 bulan.
2.3. Effective Microorganisms-4 (EM-4)
Menurut Nur dkk. (2016) effective microorganisms-4 (EM-4) adalah
kultur mikroorganisme yang dapat meningkatkan laju proses degradasi dengan
kondisi anaerob (atau semi aerob). EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi
hingga 80 genus. EM-4 terdiri dari lima mikroba utama, yaitu Actinomyces,
Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Rhodopseudomonas sp., dan ragi (yeast)..
Menurut Yuniwati dkk. (2012) mikroorganisme yang terkandung dalam
EM-4 memiliki manfaat sebagai berikut:
9
1. Lactobacillus sp., berfungsi dalam mempercepat perombakan bahan-bahan
organik.
2. Actinomyces, berfungsi dalam pembentukan zat anti bakteri serta menekan
pertumbuhan jamur dan bakteri patogen.
3. Rhodopseudomonas sp. bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
dan mikroorganisme lainnya, serta membentuk zat-zat yang dibutuhkan untuk
sekresi akar tumbuhan, bahan organik, dan gas berbahaya.
4. Ragi (Yeast), berfungsi dalam membentuk zat anti bakteri, meningkatkan
jumlah sel aktif dan perkembangan akar.
5. Jamur, berfungsi menghilangkan bau, menguraikan zat organik dan mencegah
hama serangga.
Mikroorganisme yang terkandung di dalam EM-4 yang bermanfaat dalam
membantu proses dekomposisi polutan di lingkungan ditunjukkan pada Gambar
2.1.
(a) (b)
(c)
Gambar 2.1. Mikroorganisme yang ada di dalam EM-4 (a) Rhodopseudomonas
sp. (b) Lactobacillus sp. dan (c) Actinomyces. (Sumber: http://www.de.mokkka.hu/drupal/en/node/9221; https://www.researchgate.net
dan https://organicsoiltechnology.com).
Amelia (2013) dalam penelitiannya memanfaatkan EM-4 sebagai salah
satu agen bioremediasi dalam menurunkan kadar TPH pada tanah terkontaminasi
limbah minyak bumi mentah. Berdasarkan penelitian tersebut, penambahan EM-4
dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon mampu menurunkan kadar TPH
10
sampai 68,34%. Dalam melakukan proses biodegradasi, mikroorganisme memiliki
fase-fase pertumbuhan. Menurut Hamdiayati (2011), fase pertumbuhan
mikroorganisme terdiri dari:
1. Fase lag (adaptasi), merupakan fase pengkondisian atau tahapan penyesuaian
diri pada lingkungan yang baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor, seperti: 1)
kondisi lingkungan, jika lingkungan baru sama dengan lingkungan
sebelumnya, maka mikroorganisme tidak memerlukan waktu lama untuk
beradaptasi. Sebaliknya, mikroorganisme akan memerlukan waktu adaptasi
lama jika ditempatkan pada kondisi lingkungan yang berbeda dari lingkungan
asalnya. 2) Jumlah mikroorganisme, semakin banyak jumlah mikroorganisme
yang ditambahkan, maka proses penguraian limbah akan semakin cepat.
2. Fase log (pertumbuhan eksponensial), merupakan tahapan pembelahan sel
yang dilakukan mikroorganisme. Faktor lingkungan juga mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan pada fase ini.
3. Fase stationer, adalah fase dimana jumlah sel yang tumbuh sama dengan
jumlah sel yang mati sehingga populasi sel tetap. Pada tahapan ini
mikroorganisme lebih kuat terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin,
radiasi, dan bahan-bahan kimia. Pada fase ini nutrisi sudah mulai habis
sehingga sel menjadi kecil.
4. Fase kematian, adalah fase mikroba mulai mengalami kematian dikarenakan
beberapa hal seperti sumber makanan, kondisi media dan lingkungan, serta
jenis mikroba.
2.4. Fourier Transform Infrared (FTIR)
Fourier transform infrared (FTIR) merupakan spektrokospi inframerah
yang dapat digunakan untuk menganalisis gugus fungsi pada suatu senyawa
organik. Salah satu senyawa yang dapat dianalisis menggunakan FTIR adalah
gugus hidrokarbon. Menurut Chen dkk. (2015) FTIR dapat memberikan informasi
mengenai gugus fungsi yang terdapat di dalam komponen organik, maupun
anorganik. Teknik analisis menggunakan FTIR paling mudah digunakan serta
memilki kecepatan analisis yang cepat.
11
Prinsip kerja FTIR adalah adanya penyerapan radiasi yang dihasilkan dari
pentrasmisian cahaya yang melewati sampel. Menurut Anam dkk. (2007)
identifikasi gugus fungsi pada sampel yang diuji dengan FTIR dilakukan dengan
membandingkan spektrum inframerah yang terbentuk dari hasil absorbansi
sebagai panjang gelombang dengan tabel korelasi atau menggunakan spektrum
senyawa pembanding yang sudah diketahui. Susunan komponen FTIR dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema Alat FTIR. (1) Sumber inframerah; (2) Pembagi berkas; (3)
Kaca pemantul (beam spliter); (4) Sensor inframerah; (5) Sampel;
dan (6) Display (Sumber: Anam dkk., 2007).
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tahapan Penelitian
Seluruh tahapan penelitian ditunjukkan melalui diagram alir pada Gambar
3.1. Tahapan penelitian secara umum dibagi menjadi dua tahap yaitu, pengolahan
oli tanpa pengenceran dan pengolahan oli dengan pengenceran. Pengolahan oli
tanpa pengenceran terdiri dari perlakuan penambahan EM-4, uji TPC, analisis
gugus fungsi, dan uji TPH. Sedangkan, pengolahan oli dengan pengenceran terdiri
dari perlakuan penambahan EM-4 dan uji TPH.
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian.
13
3.1.1. Sampel
Gula aren 750,0 gram Nutrisi bagi
mikroorganisme.
Aquadest 16,0 liter Pelarut.
Media NA (Nutrien Agar) 3,0 gram
Media biakan untuk
pertumbuhan
mikroorganisme.
Kapas 1,0 buah Penutup tabung reaksi.
Plastik penutup 20,0 buah Penutup sampel uji.
Alkohol 90% 1,0 liter Sterilisasi alat dan bahan.
n-Heksana 1,2 liter Pemisahan oli dan air.
Natrium Sulfat (Na2SO4) 40,0 gram Mengadsorbsi air yang
terdapat pada saampel.
diambil dari bengkel motor AHHAS Honda yang ada di Gampong Lamgugob,
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah oli yang
Kecamatan Syiah Kuala. Sampel limbah oli dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Sampel limbah oli.
Bahan-bahan penelitian yang digunakan untuk pengolahan limbah oli
3.1.2. Bahan
dengan tanpa pengenceran dan dengan pengenceran selama masa penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Bahan Penelitian.
Nama Bahan Volume Satuan Penggunaan
Kultur mikroorganisme
untuk pengolahan.
Effective Microorganisms-4 2,5 liter
(EM-4)
14
3.1.3. Aktivasi Mikroorganisme EM-4
Sebelum digunakan, Effective Microorganisms-4 (EM-4) terlebih dahulu
diberi nutrisi berupa gula aren. Gula aren merupakan nutrisi penunjang bagi
mikroorganisme untuk menstimulasi mikroorganisme sebelum dipindahkan ke
limbah (Nugroho, 2006). Proses pengaktifan EM-4 dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Ditimbang sebanyak 500 gr gula aren, kemudian dilarutkan dengan aquadest
sampai mencapai volume 1000 ml.
2. Diambil 1000 ml EM-4, lalu dicampurkan dengan 1000 ml larutan gula aren.
3. Hasil campuran disimpan selama 24 jam dalam suhu ruang dengan kondisi
anaerob.
4. EM-4 siap digunakan (Suryani dkk., 2017).
3.2. Pengolahan Limbah Oli tanpa Pengenceran
Pada tahap ini pengolahan limbah oli dilakukan dengan tanpa
pengenceran. Setelah dilakukan pengolahan dilakukan analisis variasi gugus
fungsi dan pengukuran kadar TPH di dalam limbah oli. Selain itu, dilakukan juga
uji total plate count (TPC) untuk mengetahui keberadaan mikroorganisme selama
proses biodegradasi senyawa hidrokarbon pada limbah oli. Pengolahan limbah oli
tanpa pengenceran dilakukan dengan penambahan konsentrasi EM-4 dan waktu
pengolahan. Penambahan konsentrasi EM-4 meliputi seri Pi dengan i = 0,..,4. P0 =
penambahan konsentrasi EM-4 0% (sampel kontrol), P1 = penambahan
konsentrasi 5% EM-4, P2 = penambahan konsentrasi 10% EM-4, P3 =
penambahan konsentrasi 15% EM-4, dan P4 = penambahan konsentrasi 20% EM-
4. Sedangkan, waktu pengolahan (dt) meliputi seri dtj dengan j = 0, 1, 2, dan 3, dt0
= perlakuan selama 0 hari, dt1 = perlakuan selama 4 hari, dt2 = perlakuan selama 8
hari, dan dt3 = perlakuan selama 12 hari. Pengolahan dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Dimasukkan sampel oli kedalam 5 buah beaker glass dengan masing-masing
volume 1000 ml, 950 ml, 900 ml, 850 ml, dan 800 ml.
15
2. Kemudian setiap sampel ditambahkan EM-4 sampai mencapai konsentrasi
1000 ml. Pada oli dengan volume awal 1000 ml (kontrol), tidak ditambahkan
EM-4.
3. Selanjutnya semua sampel ditutup dan ditempatkan pada tempat dengan
intensitas cahaya rendah.
4. Dilakukan pengukuran TPH pada semua sampel uji, setiap 4 hari.
3.2.1. Analisis FTIR
Analisis limbah oli menggunakan alat Fourier Transform Infrared (FTIR)
merk Shimadzu tipe IR-Prestige21 (Lampiran 1) dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Diambil 1 ml limbah oli dari setiap sampel, kemudian sampel diletakkan di
pelat NaCl.
2. Ditutup pelat NaCl hingga tidak ada gelembung diantara keduanya.
3. Selanjutnya diukur pada rentang gelombang 4000-400 cm-1
.
Analisis hasil perbandingan absorbansi limbah oli menggunakan FTIR
dilakukan berdasarkan ketetapan Hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert Beer
menyatakan bahwa serapan cahaya yang ditangkap oleh alat FTIR diukur sebagai
absorbansi. Absorbansi memiliki kedudukan sebanding dengan konsentrasi
hidrokarbon. Adapun persamaan dari Hukum Lambert-Beer ditulis dari
Persamaan 3.1 sampai 3.3 (Hardesty dan Attili, 2010).
T =
= e
-εbc, (3.1)
A = -ln (T) = -ln
, (3.2)
A = εbc, (3.3)
dengan T adalah transmitansi (jumlah cahaya yang melewati sampel), I adalah
intensitas, ε adalah absortivitas molar, b adalah tebal kuvet, c adalah konsentrasi,
dan A adalah absorbansi.
Tingkat absorbansi dapat dilihat dari daerah kurva, sehingga untuk
menghitung tingkat absorbansi relatif dilakukan dengan menghitung luas kurva di
bawah peak yang menunjukkan gugus fungsi (Rivai dkk., 2017). Perhitungan luas
16
daerah yang terabsorbansi dapat dilakukan dengan metode polygon luar yang
diilustrasikan pada Gambar 3.3. Adapun persamaan polygon luar dapat dilihat
pada Persamaan 3.4 sampai 3.6.
∆x = , (3.4)
∆y = ,
(3.5)
( ( , (3.6)
dengan ∆y adalah tinggi grafik atau garis sumbu y, x adalah lebar grafik atau
garis sumbu x, A adalah luas daerah terabsorbansi.
Setelah didapatkan hasil perhitungan, selanjutnya dilakukan normalisasi
terhadap nilai absorbansi untuk mendapatkan perbandingan dengan luas daerah
yang paling besar. Rumus normalisasi ditunjukkan pada persamaan 3.7.
(3.7)
dengan A adalah luas daerah hasil normalisasi, An adalah luas daerah ke-n, Am
adalah luas daerah yang paling besar.
Gambar 3.3. Luas daerah yang dihitung dengan persamaan polygon luar.
3.2.2. Pengukuran Kadar Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
Pengukuran kadar TPH dilakukan dengan metode gravimetri. Berdasarkan
Bhaktinagara dkk. (2015) dan Pratama (2017), dilakukan prosedur sebagai
berikut:
1. Diambil 10 ml sampel uji lalu ditambahkan 15 ml n-heksan.
2. Kemudian dishaker selama 5 menit, lalu didiamkan sampai terdapat 3 lapisan
yaitu limbah oli, n-heksan, dan air.
17
3. Selanjutnya air dibuang, sedangkan lapisan limbah oli dan n-heksana
dimasukkan ke dalam erlemenyer 100 ml setelah disaring menggunakan
kertas saring yang telah diolesi Natrium Sulfat (Na2SO4) 0,5 gr. Sampel yang
diperoleh di dalam erlemnyer ditimbang.
4. Kemudian sampel diuapkan dan dipanaskan pada suhu 70 °C selama 45 menit
sampai hanya tersisa limbah oli. Lalu erlemenyer diangkat dan didiamkan
sampai dingin ditimbang dan dicatat beratnya.
5. Dihitung kadar TPH dan tingkat degradasi TPH setiap 4 hari. Perhitungan
kadar TPH dan persentase degradasi kadar TPH dihitung menggunakan
Persamaan 3.7 dan 3.8.
Kadar TPH =
× 100% (3.7)
% degradasi TPH =
× 100% (3.8)
dengan, A adalah kadar TPH awal (%), dan B adalah kadar TPH akhir (%).
6. Kemudian dihitung nilai gradien sebagai laju degradasi kadar TPH,
menggunakan persamaan 3.9.
Nilai Gradien =
(3.9)
dengan y adalah kadar TPH (%), dan x adalah waktu pengolahan (hari).
3.2.3. Uji Total Plate Count (TPC)
Laju pertumbuhan mikroorganisme selama proses biodegradasi
hidrokarbon dalam limbah oli diamati dengan metode Total Plate Count (TPC)
(Syafrizal dkk., 2010). Pengamatan metode TPC dilakukan pada hari ke-8
menggunakan sampel uji dengan konsentrasi EM-4 20%. Pengamatan
mikroorganisme dengan metode TPC dilakukan dengan cara:
1. Diambil 1 ml sampel menggunakan mikropipet. Kemudian sampel
dimasukkan kedalam tabung reaksi lain yang berisikan 9 ml aquadest.
2. Larutan dihomogenkan menggunakan vortex. Dan dilakukan pengenceran
hingga tingkat pengenceran 10-5
.
3. Diambil sebanyak 1 ml larutan hasil pengenceran dimasukkan kedalam cawan
petri yang berisikan media NA (nutrient agar) secara aseptik.
18
4. Media NA yang berisikan inokulum diinkubasi di dalam inkubator selama 24
jam.
5. Diamati pertumbuhan mikroorganisme menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 400×.
3.3. Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran
Pengolahan limbah oli dengan pengenceran dilakukan dengan penambahan
variasi konsentrasi EM-4 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%, serta waktu pengolahan
selama 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari. Proses pengenceran limbah oli sebelum
dilakukan pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengolahan limbah oli
dengan pengenceran 10%, 15% dan 20% prosedurnya dilakukan sebegai berikut:
1. Dimasukkan sampel oli pengenceran 10%, 15% dan 20% kedalam masing-
masing 5 buah beaker glass dengan volume 1000 ml, 950 ml, 900 ml, 850 ml,
dan 800 ml.
2. Kemudian setiap sampel ditambahkan EM-4 sampai mencapai konsentrasi
1000 ml. Pada oli dengan volume awal 1000 ml (kontrol), tidak ditambahkan
EM-4.
3. Selanjutnya semua sampel ditutup dan ditempatkan pada tempat dengan
intensitas cahaya rendah.
4. Setiap 4 hari, dilakukan pengukuran kadar TPH pada setiap sampel dengan
metode yang sama seperti pada pengolahan limbah oli tanpa pengenceran.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Analisis Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kadar TPH
dengan metode gravimetri pada limbah oli tanpa pengenceran dan limbah oli
dengan pengenceran, pemberian variasi konsentrasi EM-4 0%, 5%, 10%, 15%,
dan 20% serta waktu pengolahan 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari didapatkan
hasil seluruh perlakuan seperti pada Tabel 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4.
Tabel 4.1. Data seluruh perlakuan pada oli tanpa pengenceran, dengan P adalah
penambahan konsentrasi EM-4, dan dt adalah lamanya waktu
pengolahan.
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt1 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt2 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt3 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
Tabel 4.2. Data seluruh perlakuan pada oli 10%, dengan P adalah penambahan
konsentrasi EM-4, dan dt adalah lamanya waktu pengolahan.
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 96,24 95,81 96,50 96,24 96,72
dt1 96,24 95,64 96,35 95,27 95,81
dt2 96,24 95,54 95,95 95,24 95,74
dt3 96,24 95,30 95,20 94,90 95,14
Tabel 4.3 Data seluruh perlakuan pada oli 15%, dengan P adalah penambahan
konsentrasi EM-4, dan dt adalah lamanya waktu pengolahan.
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 96,84 95,81 96,50 96,72 96,08
dt1 96,84 95,79 96,42 96,63 95,54
dt2 96,84 95,77 95,98 96,28 95,50
dt3 96,83 95,75 95,96 96,17 95,48
20
Tabel 4.4 Data seluruh perlakuan pada oli 20%, dengan P adalah penambahan
konsentrasi EM-4, dan dt adalah lamanya waktu pengolahan.
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 97,62 95,56 95,75 95,44 93,73
dt1 96,62 95,56 95,75 95,43 93,73
dt2 96,62 95,56 95,75 95,43 93,73
dt3 96,62 95,56 95,75 95,43 93,72
Pada penelitian ini, juga dilakukan uji identifikasi gugus fungsi
menggunakan FTIR, uji total plate count (TPC) untuk mengetahui keberadaan
mikroorganisme, dan dilakukan juga pengukuran pH setiap 4 hari selama
penelitian. Hasil uji FTIR, uji TPC dan pengukuran pH pada perlakukan dapat
dilihat pada Lampiran 2, Lampiran 3, dan Lampiran 4.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pengaruh Konsentrasi EM-4 dan Waktu Terhadap Degradasi TPH
pada Limbah Oli
Hasil analisis data FTIR yang terdapat pada Lampiran 2, menunjukkan
adanya gugus hidrokarbon berupa gugus alkana. Grafik absorbansi limbah oli
yang tidak diberi perlakuan (sampel kontrol) mengindikasikan adanya gugus
alkana (C-H) yang ditandai dengan bilangan gelombang pada sekitar daerah 3000-
2850 cm-1
. Sementara itu, limbah oli yang diberi perlakuan juga mengindikasikan
adanya gugus alkana yang ditandai dengan bilangan gelombang pada sekitar
daerah 3000-2850 cm-1
. Bilangan gelombang pada sampel uji dari analisis FTIR
yang menunjukkan adanya gugus alkana dapat dilihat pada Tabel 4.5. Hasil ini
mendukung pernyataan Trihadiningrum (2016) bahwa komposisi penyusun
limbah oli salah satunya adalah alkana. Alkana merupakan golongan senyawa
hidrokarbon alifatik yang bersifat jenuh, yang terdiri dari ikatan rangkap satu.
Menurut Lingga dkk. (2017) alkana berdampak buruk terhadap lingkungan
dikarenakan sifatnya yang sulit terdegradasi dan tidak dapat larut di dalam air.
21
Tabel 4.5. Gugus fungsi limbah oli dari nilai serapan FTIR, dengan dt adalah
perlakuan waktu, dan P adalah penambahan konsentrasi EM-4.
No. Perlakuan Tipe Vibrasi
Regangan
Rentang Bilangan
Gelombang
Standar (cm-1
)
Bilangan Gelombang
C-H Tertinggi Pada
Sampel (cm-1
)
1. dt0, P0 C-H 3000-2850 2881,65
2. dt1, P1 C-H 3000-2850 2908.65; 2850.79
3. dt1, P2 C-H 3000-2850 2939,52; 2862,36
4. dt1, P3 C-H 3000-2850 2908,65; 2854,65
5. dt1, P4 C-H 3000-2850 2900,94; 2854,65
6. dt2, P1 C-H 3000-2850 2966,52; 2858,51;
2723,49
7. dt2, P2 C-H 3000-2850 2870,08
8. dt2, P3 C-H 3000-2850 2916,37
9. dt2, P4 C-H 3000-2850 2985,81; 2846,93
10. dt3, P1 C-H 3000-2850 2862,36
11. dt3, P2 C-H 3000-2850 2870,08
12. dt3, P3 C-H 3000-2850 2916,37
13. dt4, P4 C-H 3000-2850 2900,94
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa tingkat absorbansi relatif pada
grafik hasil analisa FTIR untuk limbah oli tanpa pengenceran mengalami
kenaikan dan penurunan yang fluktuatif pada interval yang tidak signifikan.
Menurut Hukum Lambert Beer, tingkat absorbansi memiliki lineritas terhadap
kelimpahan senyawa hidrokarbon (Hardesty dan Attili, 2010). Artinya, tingkat
absorbansi sebanding dengan kelimpahan gugus hidrokarbon yang terdapat di
dalam limbah oli. Hasil analisis kuantitatif pada limbah oli tanpa pengenceran
menunjukkan bahwa dengan pemberian variasi konsentrasi EM-4 0%, 5%, 10%,
15% dan 20% serta waktu pengolahan 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari tidak
memberi pengaruh terhadap dekomposisi gugus fungsi. Pengaruh konsentrasi
EM-4 dan waktu pengolahan pada limbah oli tanpa pengenceran dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
22
Tabel 4.6. Nilai absorbansi relatif pada sampel oli tanpa pengenceran, dengan P
adalah perlakukan penambahan konsentrasi EM-4 dan dt adalah
perlakuan waktu.
Nilai Absorbansi Relatif
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 0,38 - - - -
dt1 - 0,76 0,59 0,58 0,99
dt2 - 0,24 0,55 0,64 0,19
dt3 - 0,82 0,64 1,00 0,80
Gambar 4.1. Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan terhadap
absorbansi relatif gugus fungsi pada limbah oli tanpa pengenceran.
Berdasarkan hasil uji TPC pada Lampiran 3, kultur mikroorganisme yang
terdapat di dalam EM-4 yang tumbuh dalam limbah oli tanpa pengenceran adalah
bakteri. Kemungkinan salah satu bakteri yang tumbuh tersebut adalah
Actinomyces. Sebelumnya diketahui bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri
yang banyak tersedia di dalam EM-4. Menurut Cookson (1995), Actinomyces
termasuk ke dalam bakteri pendegradasi hidrokarbon alifatik. Berdasarkan
pengamatan uji TPC, mikroorganisme lain tidak tumbuh dalam sampel oli.
Kemungkinan hal ini diakibatkan oleh kemampuan mikroorganisme lain (jamur
dan ragi) tidak dapat beradaptasi dengan baik pada limbah oli tanpa pengenceran.
Menurut Hamdiayati (2011) ada 4 fase pertumbuhan mikroorganisme terdiri dari,
fase lag (adaptasi), fase log, fase stastioner, dan fase kematian. Saat berada di fase
lag, mikroorganisme masih menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan
23
membutuhkan waktu untuk beradaptasi sehingga pertumbuhannya belum optimal
dan belum mampu memutuskan rantai hidrokarbon.
Pengukuran kadar TPH pada oli tanpa pengenceran dilakukan dengan
metode gravimetri. Kadar TPH menunjukkan jumlah hidrokarbon yang terdapat di
dalam limbah. Hasil ini dijadikan acuan untuk menganalisa TPH yang berhasil
terurai oleh mikroorganisme EM-4 selama waktu pengolahan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, penurunan kadar TPH pada limbah oli tanpa
pengenceran dengan pemberian variasi konsentrasi EM-4 0%, 5%, 10%, 15%, dan
20% serta waktu pengolahan 0 hari, 4 hari, 8 hari, dan 12 hari ditunjukkan pada
Gambar 4.2. Persentase penurunan kadar TPH pada limbah oli tanpa pengenceran
dengan tanpa pemberian EM-4 (kontrol), EM-4 5%, EM-4 10%, EM-4 15% dan
EM-4 20% sampai hari ke-12 tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hasil ini, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Amelia (2013), penambahan
EM-4 pada tanah tercemar dengan limbah minyak bumi mampu menurun kadar
TPH sampai 68,34% dalam waktu delapan minggu. Hal ini kemungkinan terjadi
karena limbah oli tanpa pengenceran relatif terlalu pekat dan waktu pengolahan
yang terlalu singkat, sehingga mikroorganisme sulit untuk mengurai limbah.
Menurut Gharasoo dkk. (2015) limbah yang pekat memiliki tingkat toksisitas
tinggi yang dapat menghambat proses degradasi. Selain itu, hasil yang didapat
diperkuat oleh pernyataan Vidali (2001) yang menyatakan bahwa konsentrasi
optimum hidrokarbon agar terdegradasi pada kontaminan adalah 5-10%. Pada
konsentrasi tersebut mikroorganisme dapat tumbuh dan bekerja melakukan
degradasi, sehingga penurunan kadar TPH berjalan optimal. Oleh karena itu,
pengolahan limbah oli tanpa pengenceran menjadi sukar dilakukan oleh
mikroorganisme karena kontaminan senyawa hidrokarbon yang terlalu tinggi.
24
Gambar 4.2. Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan terhadap
persentase degradasi kadar TPH pada limbah oli tanpa
pengenceran.
Laju degradasi kadar TPH ditunjukkan oleh nilai gradien. Nilai gradien
yang bernilai negatif, menandakan terjadinya penurunan kadar TPH pada limbah
oli. Berdasarkan Gambar 4.3, laju degradasi kadar TPH pada limbah oli tanpa
pengenceran diketahui meningkat pada hari ke 8 hingga hari ke-12 (Gambar 4.3).
Hal ini menandakan bahwa EM-4 membutuhkan waktu lebih lama untuk
beradaptasi dan mendegradasi kadar TPH pada limbah oli tanpa pengenceran.
Lamanya waktu yang dibutuhkan mikroorganisme dalam mendegradasi kadar
TPH pada limbah oli tanpa pengenceran dipengaruhi oleh banyaknya konsentrasi
hidrokarbon yang terdapat di dalam limbah oli pada perlakuan. Menurut Umar
(2015), degradasi senyawa hidrokarbon yang dilakukan oleh mikroorganisme,
dipengaruhi oleh banyaknya senyawa hidrokarbon yang terkandung di dalam
substrat limbah. Artinya, semakin sedikit senyawa hidrokarbon pada zat tercemar,
maka semakin mempermudah mikroorganisme dalam melakukan degradasi
senyawa hidrokarbon tersebut. Pada beberapa penelitian, degradasi kadar TPH
memerlukan waktu yang lebih lama. Penelitian Basuki (2011) degradasi kadar
TPH pada limbah oli baru terlihat setelah hari ke-14 dengan bantuan bakteri
Lycinibacillus sphaericus TCP C 2.1.
25
Gambar 4.3. Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH pada
ilimbah oli tanpa pengenceran.
Berdasarkan pengukuran pH pada Lampiran 4, nilai pH pada limbah oli
tanpa penambahan EM-4 (kontrol) tidak menunjukkan adanya perubahan nilai pH
selama penelitian berlangsung, sedangkan pada limbah oli dengan penambahan
EM-4 terjadi perubahan pH. Besar nilai pH berpengaruh terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dalam mendegradasi kadar TPH pada limbah oli. Hal ini
menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme yang ditambahkan pada
perlakuan yang diperkuat dengan hasil uji TPC. Akan tetapi, nilai pH pada
pengolahan limbah oli tanpa pengenceran kemungkinan tidak mendukung
aktivitas degradasi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Dengan demikian, nilai
pH yang tidak mendukung aktivitas mikroorganisme diduga menjadi salah satu
penyebab degradasi kadar TPH pada limbah oli tanpa pengenceran cenderung
tidak terjadi Pada penelitian ini, nilai pH rata-rata pada limbah oli tanpa
pengenceran adalah 5,9. Menurut Fahruddin (2010), nilai pH optimum untuk
biodegradasi dengan bantuan mikroorganisme berada pada kisaran 6,0-8,0.
4.2.2. Pengaruh Konsentrasi EM-4 dan Waktu Terhadap Degradasi TPH
pada Limbah Oli dengan Pengenceran
Degradasi kadar TPH pada limbah oli dengan pengenceran 10% yang
ditambahkan konsentrasi EM-4 menunjukkan hasil yang berbeda dengan tanpa
penambahan EM-4 (Gambar 4.4). Hal ini menunjukkan bahwa mikroorganisme
EM-4 yang diberikan memberi sedikit pengaruh terhadap degradasi hidrokarbon,
sehingga pengolahan yang dilakukan tidak efektif. Pada limbah oli 10%,
26
persentase penurunan kadar TPH paling tinggi terjadi pada penambahan EM-4
sebanyak 20%, hingga hari ke-12 kadar TPH mampu turun sebesar 1,63% (dari
96,72% menjadi 95,14%) seperti ditampilkan pada Lampiran 6. Hasil ini
menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi EM-4 yang tinggi berbanding lurus
terhadap peningkatan penurunan kadar TPH. Dalam penelitian Pratama dan
Handayani (2017) penambahan konsentrasi kompos yang paling banyak mampu
mendegradasi kadar TPH tertinggi pada tanah tercemar oli bekas.
Gambar 4.4. Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan terhadap
persentase degradasi TPH pada limbah oli 10%.
Peningkatan laju degradasi pada limbah oli dengan pengenceran 10%
mulai terjadi pada hari ke-0 hingga hari ke-4 (Gambar 4.5). Laju degradasi pada
konsentrasi limbah oli dengan pengenceran 10% terjadi lebih cepat dikarenakan
konsentrasi limbah oli yang diberikan pada perlakuan masih berada pada
konsentrasi optimum bagi mikroorganisme untuk melakukan degradasi, seperti
pernyataan Vidali (2001). Selain itu, pemberian nutrisi berupa gula aren yang
diberikan untuk mikroorganisme sebelum dipindahkan ke dalam limbah oli, juga
berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme dalam melakukan
biodegradasi. Penelitian yang dilakukan oleh Marsandi dan Estuningsih (2016),
mikroorganisme yang sudah diaktifkan terlebih dahulu mampu beradaptasi pada
lingkungan baru dengan cepat. Selanjutnya, pada hari ke-4 hingga hari ke-8 laju
degradasi mengalami penurunan, hal ini kemungkinan disebabkan masih adanya
bakteri yang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
27
Gambar 4.5. Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH pada
limbah oli 10%.
Penambahan konsentrasi EM-4 pada limbah oli 15% memiliki pengaruh
kecil terhadap persentase degradasi kadar TPH dan terbukti tidak efektif untuk
pengolahan limbah oli (Gambar 4.6). Penurunan kadar TPH paling tinggi terjadi
pada konsentrasi EM-4 20%, hingga hari ke-12 kadar TPH turun sebesar 0,63%
(dari 96,08% menjadi 95,48%). Laju penurunan kadar TPH yang sedikit diduga
disebabkan oleh lamanya waktu adaptasi mikroorganisme pada lingkungan
barunya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santi (2010), proses fermentasi
dengan bantuan mikroorganisme EM-4 dipengaruhi oleh banyaknya jumlah
konsentrasi EM-4 dan waktu fermentasi. Sementara itu, pada sampel kontrol juga
terjadi penurunan kadar TPH yang sangat kecil. Penurunan kadar TPH pada
kontrol kemungkinan disebabkan oleh adanya mikroba lokal yang terkandung di
dalam limbah oli. Menurut Nugroho (2006), pada setiap substrat yang dilakukan
bioproses sudah ada mikroba lokal yang terkandung didalamnya. Untuk itu
diperlukan kultur campuran lain untuk mempercepat kinerja mikroorganisme
tersebut dalam mendegradasi.
Gambar 4.6. Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan terhadap
persentase degradasi kadar TPH pada limbah oli 15%.
28
Berdasarkan Gambar 4.7 laju degradasi kadar TPH semakin meningkat
pada hari ke-4 hingga hari ke-8, hal ini menandakan EM-4 membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk beradaptasi dan mendegradasi limbah oli dengan
pengenceran 15% dibandingkan dengan limbah oli pada pengenceran 10%. Pada
beberapa penelitian, degradasi limbah oli memerlukan waktu yang sangat lama.
Setiap pengolahan limbah hidrokarbon yang dilakukan oleh bakteri, memiliki
tingkat persentase penurunan yang berbeda-beda tergantung dari banyaknya
konsentrasi zat pencemar yang terdapat di dalam limbah.
Gambar 4.7. Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi kadar TPH pada
limbah oli 15%.
Penambahan konsentrasi EM-4 pada limbah oli 20% mengalami
penurunan yang sangat kecil dibandingkan pada limbah 10% dan 15% (Gambar
4.8). Persentase penurunan yang sangat kecil pada pengolahan limbah oli dengan
pengenceran 20% kemungkinan disebabkan oleh tingginya kadar hidrokarbon
yang terdapat di dalam sampel uji. Menurut Kepmen LH No.128 Tahun 2013,
TPH yang boleh langsung dilakukan bioremediasi memiliki kadar TPH dengan
ambang batas 15%. Hal ini dikarenakan pada ambang batas tersebut, karakteristik
limbah berada pada konsentrasi optimum bagi mikroorganisme dalam melakukan
penguraian.
29
Gambar 4.8. Grafik pengaruh konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan terhadap
persentase degradasi kadar TPH pada limbah 20%.
Berdasarkan Gambar 4.9 laju degradasi pada limbah oli 20% mulai terjadi
pada hari ke-0 hingga hari ke-4 pada semua perlakuan dengan penambahan EM-4.
Akan tetapi laju degradasi kadar TPH sangat kecil. Peningkatan laju degradasi
kadar TPH paling tinggi pada limbah oli 20% terjadi pada hari ke-8 hingga hari
ke-12. Kemungkinan pada konsentrasi limbah oli yang tinggi, mikroorganisme
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melakukan pengolahan. Menurut
Juliani dan Rahman (2011) waktu memiliki pengaruh terhadap degradasi kadar
TPH, lamanya waktu pengolahan mampu meningkatkan degradasi kadar TPH.
Meningkatnya penurunan kadar TPH disebabkan oleh masa adaptasi optimal
mikroorganisme dalam melakukan proses biodegradasi pada lingkungan dengan
tingkat toksisitas yang tinggi.
Gambar 4.9. Grafik pengaruh waktu terhadap laju degradasi TPH limbah pada
ilimbah oli 20%.
30
Pengenceran berbagai konsentrasi limbah oli yang dilakukan dalam
penelitian ini, memberikan hasil penurunan TPH paling besar pada penambahan
konsentrasi EM-4 paling tinggi. Hasil penurunan TPH pada berbagai konsentrasi
pengenceran limbah oli sampai akhir penelitian berturut-turut adalah limbah oli
dengan pengenceran 10% sampai hari ke-12 mampu menurunkan kadar TPH
1,63%, pengenceran 15% sampai hari ke-12 menurunkan kadar TPH 0,63%, dan
pada pengenceran limbah oli 20% sampai hari ke-12 menurunkan kadar TPH
0,01%. Semakin tinggi konsentrasi limbah oli yang ditambahkan mengakibatkan
penurunan TPH menjadi rendah, dan kurang efektif. Kurang efektifnya penurunan
kadar TPH pada limbah oli, kemungkinan diakibatkan oleh sifat kohesi air.
Menurut Charlena dkk. (2009) proses biodegradasi limbah minyak bumi pada
lingkungan air terjadi pada bagian antarmuka lapisan air dan minyak. Hal ini
menyebabkan, mikroorganisme yang ditambahkan dalam pengolahan ini sukar
mendegradasi limbah minyak secara keseluruhan.
31
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah, penambahan
variasi konsentrasi EM-4 dan waktu pengolahan pada pengolahan limbah oli tanpa
pengenceran dan limbah oli dengan pengenceran tidak efektif terhadap
penurunan kadar TPH.
5.2. Saran
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Diperlukan waktu pengolahan yang lebih lama sehingga degradasi kadar
TPH yang yang dilakukan mikroorganisme menjadi lebih optimal, seperti
pada 16 hari, 20 hari, 24 hari.
2. Diperlukan penambahan nutrisi bagi mikroorganisme, agar pertumbuhan
dan perkembangan mikroorganisme lebih optimal saat mendegradasi TPH
dalam limbah oli.
3. Diperlukan uji pengolahan limbah oli menggunakan jenis mikroorganisme
selain EM-4 atau kombinasi dengan mikroorganisme lainnya.
4. Diperlukan pengaturan kondisi lingkungan seperti, suhu, kelembaban.
5. Diperlukan pengadukan setiap hari, sehingga limbah minyak terdispersi
dan memudahkan mikroorganisme melakukan degradasi.
6. Diperlukan pengujian analisa komposisi senyawa hidrokarbon dalam
limbah oli menggunakan gas chromatography mass spectrometry (GC-
MS) sehingga terlihat jelas senyawa hidrokarbon pada setiap sampel.
32
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahda, Y., & Fitri, L. (2017). Karakterisasi Bakteri Potensial Pendegradasi Oli
Bekas Pada Tanah Bengkel Di Kota Padang. Sainstek: Jurnal Sains dan
Teknologi, 8(2), 98-103.
Amelia, W. (2013). Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi dengan
Penambahan Surfaktan Hayati dan EM-4. Skripsi. FALTL – USAKTI.
Anam, C., Firdausi, K. S., & Sirojudin, S. (2007). Analisis Gugus Fungsi pada
Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode Spektroskopi
FTIR. Berkala Fisika, 10(1), 79-85.
Basuki, W. (2016). Biodegradasi Limbah Oli Bekas Oleh Lycinibacillus
sphaericus TCP C 2.1. Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(2), 111-119.
Bhaktinagara, R. A., Suprihadi, A., & Raharjo, B. (2015). Biodegradasi Senyawa
Hidrokarbon Oleh Strain Bacillus cereus (VIC) Pada Kondisi Salinitas
Yang Berbeda. Jurnal Akademika Biologi, 4(3), 62-71.
Cookson Jr, J. T. (1995). Bioremediation engineering: Design and application.
McGraw-Hill, Inc.
Charlena, Mas’ud, Z.A., Syahreza, A. dan Purwadayu, A.S. (2009). Profil
Kelarutan Limbah Minyak Bumi dalam Air Akibat Pengaruh Surfaktan
Nonionik dan Laju Pengadukan. Chem. Prog, 2(2).
Chen, Y., Zou, C., Mastalerz, M., Hu, S., Gasaway, C., dan Tao, X. (2015).
Applications of Micro-Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) in
the Geological Sciences- A Review. International Journal Of Molecular
Sciences,16(12).
Fahruddin. (2010). Bioteknologi Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
Gharasoo, M., Centler, F., Van Cappellen, P., Wick, L. Y., & Thullner, M. (2015).
Kinetics of substrate biodegradation under the cumulative effects of
bioavailability and self-inhibition. Environmental science &
technology, 49(9), 5529-5537.
Hamdiyati, Y. (2011). Pertumbuhan dan Pengendalian Mikroorganisme II.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
33
Hardesty, J. H., & Attili, B. (2010). Spectrophotometry and the Beer-Lambert
Law: An Important Analytical Technique in Chemistry. Collin College,
Department of Chemistry.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis.
Kurniawan, F. H. (2014). Pengaruh Tumpahan Bahan Bakar Minyak dan Oli
Terhadap Kinerja Campuran Lataston-WC dengan Menggunakan Metode
Marshall. Journal of Civil and Environmental Engineering, 2(3).
Lathifah, T., Yuliani, N., & Wardhani, G. A. P. K. (2019). Bentonit Teraktivasi
Asam Sulfat Sebagai Adsorben dalam Pemurnian Pelumas Bekas. Jurnal
Sains Natural, 9(1), 1-10.
Leahy, J. G., & Colwell, R. R. (1990). Microbial degradation of hydrocarbons in
the environment. Microbiology and Molecular Biology Reviews, 54(3),
305-315.
Lingga, R. C., Thontowi, A., Yetti, E., Budiharjo, A., Rukmi, I., & Yopi, Y.
(2017). Optimasi Pertumbuhan Bakteri Laut Salinicola peritrichatus LBF-
1-0025 dalam Senyawa Alkana. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi
Kelautan dan Perikanan, 12(2), 107-116.
Mangkoedihardjo, S. (2005). Seleksi Teknologi Pemulihan Untuk Ekosistem Laut
Tercemar Minyak. In Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi
Kelautan ITS, Surabaya.
Marsandi, F., dan Estuningsih, S.P. (2016). Asosiasi Konsorsium Bakteri
Pseudomonas Pseudoalcaligenes dan Micrococus Luteus dengan Lamtoro
(Leucocephala (Lamk.) De Wit) dalam Upaya Meningkatkan Bioremediasi
Minyak Bumi, Proceeding Biology Education Conference, 13(1).
Mulyani, H. (2014). Buku Ajar Kajian Teori dan Aplikasi: Optimasi Perancangan
Model Pengomposan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Munawar, M., & Zaidan, Z. (2013). Bioremediasi limbah minyak bumi dengan
teknik biopile di lapangan Klamono Papua. Jurnal Sains &
Matematika, 1(2), 41-46.
34
Nugroho, A. (2012). Biodegradasi sludge minyak bumi dalam skala
mikrokosmos: simulasi sederhana sebagai kajian awal bioremediasi land
treatment. Makara Journal of Technology, 10(2), 148539.
Nur, T., Noor, A. R., & Elma, M. (2018). Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Sampah Organik Rumah Tangga dengan Bioaktivator EM-4 (Effective
Microorganisms). Konversi, 5(2), 5-12.
PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Pratama, S.F., dan Handayani, D. (2017). Pengaruh Isolaht Pseudomonas sp. dan
Bacillus sp. dengan Biostimulasi Kompos Jerami Padi (Oryza Sativa L.)
terhadap Penurunan Total Petroleum Hidrokarbon Tanah Tercemar Oli
Bekas. Jurnal Biosains, 1(2).
Pratiwi, K. D. S., & Hermana, J. J. (2014). Efisiensi pengolahan limbah cair
mengandung minyak pelumas pada oil separator dengan menggunakan
plate settler. Jurnal Teknik ITS, 3(1).
Raharjo, W. P. (2005). Pemanfaatan Oli Bekas Sebagai Salah Satu Alternatif
Solusi Untuk Mengurangi Kebutuhan Minyak Bakar. Mekanika, 3(1).
Santi, S.S. (2010). Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik
dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 4(2).
Setyabudhi, A.L., dan Yuzul, M.I.N.A. (2017). Perancangan Sistem Kerja
Kompor Ekonomis dengan Bahan Bakar Oli Bekas. Jurnal Teknik Ibnu
Sina JT-IBSI, 2(9).
Surtikanti, H., & Surakusumah, W. (2004). Studi Pendahuluan tentang Peranan
Tanaman dalam Proses Bioremediasi Oli Bekas dalam Tanah
Tercemar. Jurnal Ilmiah Biologi Ekologi dan Biodiversitas Tropika, 2(1).
Suryani, Y., Hernaman, I., & Hamidah, N. H. (2017). Pengaruh Tingkat
Penggunaan EM-4 (Effective Microorganisms-4) Pada Fermentasi Limbah
Padat Bioetanol Terhadap Kandungan Protein Dan Serat Kasar. JURNAL
ISTEK, 10(1).
Susanto, A. (2015). Pengelolaan Limbah Minyak Pelumas Bengkel Kendaraan
Bermotor Konsep Kesadaran Diri. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif,
5(1).
35
Syafrizal, Rani, S.D., dan Rahayu, A.S., (2010). Pemanfaatan Surfaktan dalam
Pengolahan Limbah Berminyak Secara Bioproses. Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”, ISSN 1693-4393.
Trihadiningrum, Y. (2016). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Yogyakarta: Teknosain.
Umar, F. (2015). Biodegradasi Petroleum dan Hidrokarbon Eikosana oleh Isolat
Bakteri Pseudomonas aeruginosa. Al-Kimia, 3(1).
Vidali, M. (2001). Bioremediation. an overview. Pure and applied
chemistry, 73(7).
Waluyo, L. (2018). Bioremediasi Limbah. Malang: UMM Press.
Wardhana, A.W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Yahya, H. (2019). Analisis Kadar Air dan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH)
dari Proses Bioremediasi Limbah Oli dengan Metode
Pengomposan. Jurnal Serambi Engineering, 4(1), 372-375.
Yuniwati, M., Iskarima, F., dan Padulemba, A. (2012). Optimasi kondisi proses
pembuatan kompos dari sampah organik dengan cara fermentasi
menggunakan EM-4. Jurnal Teknologi, 5(2).
Zam, S.I. (2011). Bioremediasi Tanah Yang Tercemar Limbah Pengilangan
Minyak Bumi Secara In Vitro Pada Konsentrasi pH Berbeda. Jurnal
Agroteknologi, 1(2).
Sumber internet:
BPS. (2020). Data Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis,
1949-2017, https://www.bps.go.id, diakses pada tanggal 22 Januari 2020.
Detik.com. (2019). Ulah Kapal Nakal, Laut Kepulauan Riau Tercemar Limbah
Minyak, http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d4727901/ulah-
kapal-nakal-kepulauan-riau-tercemar-limbah-minyak, diakses 10 Januari
2020.
Kanal Kalimantan. (2020). Limbah Oli Mengalir ke Sungai, Penimbunan Oli PT
Gaya Bakti Tak Berizin?, http://www.Kanalkalimantan.com/limbah-oli-
mengalir-ke-sungai-penimbunan-oli-pt-gaya-bakti-tak-berizin/, diakses 10
januari 2020.
36
LAMPIRAN
37
LAMPIRAN 1 DOKUMENTASI PENELITIAN
L1.1 L1.2 L1.3
L1.4 L1.5 L1.6
L1.7 L1.8 L1.9
38
L1.10 L1.11
L1.12 L1.13 L1.14
L1.15 L1.16 L1.17
Keterangan:
L1.1 = Gula aren.
L1.2 = Larutan gula aren.
L1.3 = EM-4.
L1.4 = Pengaktifan EM-4.
L1.5 = Pengenceran limbah oli hingga 10-5
.
L1.6 = Cawan petri berisikan media NA.
L1.7 = NA2SO4 0,5 gram.
L1.8 = Sampel uji ditimbang dengan
timbangan analitik.
L1.9 = Sampel di oven pada suhu 70°C.
L1.10 = Sampel ditambahkan 15 ml
n-Heksana.
L1.11 = Sampel disaring dengan kertas
saring.
L1.12 = Sampel diaduk dengan
magnetic stirrer.
L1.13 = Instrumen FTIR.
L1.14 = Pengukuran pH sampel.
L1.15 = Lokasi pengambilan sampel.
L1.16 = Peneliti melakukan
pengukuran.
L1.17 = Semua sampel perlakuan.
39
LAMPIRAN 2 ANALISIS FTIR LIMBAH OLI TANPA PENGENCERAN
Berdasarkan pengujian analisis FTIR, pola spektrum inframerah
ditampilkan pada Gambar L2.1. sampai Gambar L2.13.
Gambar L2.1. Spektra FTIR pada sampel oli tanpa perlakuan (kontrol).
Gambar L2.2 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 5% pada hari ke-4.
40
Gambar L2.3 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 5% pada hari ke-8.
Gambar L2.4 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 5% pada hari ke-12.
Gambar L2.5 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 10% pada hari ke-4.
41
Gambar L2.6 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 10% pada hari ke-8.
Gambar L2.7 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 10% pada hari ke-12.
Gambar L2.8 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 15% pada hari ke-4.
42
Gambar L2.9 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 15% pada hari ke-8.
Gambar L2.10 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 15% pada hari ke-12
.
Gambar L2.11 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 20% pada hari ke-4.
43
Gambar L2.12 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 20% pada hari ke-8.
Gambar L2.13 Spektra FTIR konsentrasi EM-4 20% pada hari ke-12.
44
LAMPIRAN 3 UJI TPC
Laju pertumbuhan mikroorganisme selama proses biodegradasi
hidrokarbon dalam limbah oli diamati dengan metode Total Plate Count (TPC)
(Syafrizal dkk., 2010). Pengamatan metode TPC dilakukan pada hari ke-8
menggunakan sampel uji dengan konsentrasi EM-4 20%. Pengamatan
mikroorganisme dengan metode TPC dilakukan dengan cara:
1. Diambil 1 ml sampel menggunakan mikropipet. Kemudian sampel
dimasukkan kedalam tabung reaksi lain yang berisikan 9 ml aquadest.
2. Larutan dihomogenkan menggunakan vortex. Dan dilakukan pengenceran
hingga tingkat pengenceran 10-5
.
3. Diambil sebanyak 1 ml larutan hasil pengenceran dimasukkan kedalam cawan
petri yang berisikan media NA (nutrient agar) secara aseptik.
4. Media NA yang berisikan inokulum diinkubasi di dalam inkubator selama 24
jam.
5. Diamati pertumbuhan mikroorganisme menggunakan mikroskop cahaya
dengan perbesaran 400×.
Berdasarkan hasil pengamatan uji TPC pada limbah oli tanpa pengenceran,
bakteri merupakan satu-satunya mikroorganisme yang mampu bertahan dalam
limbah oli tanpa pengenceran setelah ditumbuhkan di dalam media NA (nutrient
agar).
L3.1 L3.1
Keterangan:
L3.1 = Bakteri yang hidup dalam Limbah Oli dilihat dari Mikroskop.
L3.2 = Pertumbuhan koloni bakteri, a. Koloni bakteri pada pengenceran 10-2
, b.
Koloni bakteri pada pengenceran 10-3
, c. Koloni bakteri pada
pengenceran 10-4
.
45
LAMPIRAN 4 PENGUKURAN PH
Pengukuran pH dilakukan dengan alat pH meter.
Tabel L4.1 Data Pengukuran pH pada Limbah Oli tanpa Pengenceran
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9
dt1 5,9 6,0 5,9 5,9 5,9
dt2 5,9 5,9 6,0 5,9 6,0
dt3 5,9 5,9 5,9 6,0 6,0
Tabel L4.2 Data Pengukuran pH pada Limbah Oli dengan Pengenceran 10%
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 6,0 6,0 6,1 6,2 6,2
dt1 6,0 6,1 6,0 6,0 6,1
dt2 6,0 6,0 6,1 6,0 6,1
dt3 6,0 6,1 6,1 6,1 6,2
Tabel L4.2 Data Pengukuran pH pada Limbah Oli dengan Pengenceran 15%
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 6,0 6,1 6,1 6,1 6,1
dt1 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
dt2 6,0 6,2 6,1 6,0 6,1
dt3 6,0 6,1 6,0 6,1 6,1
Tabel L4.2 Data Pengukuran pH pada Limbah Oli dengan Pengenceran 20%
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0
dt1 6,0 6,0 5,9 5,9 6,0
dt2 6,0 6,0 6,1 5,9 5,9
dt3 6,0 6,1 5,8 6,2 6,0
46
LAMPIRAN 5 PENGENCERAN LIMBAH OLI
1. Limbah Oli Dengan Pengenceran 10%
Limbah oli dengan pengenceran 10%, prosesnya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Diambil 5 beaker glass.
2. Dimasukkan limbah oli masing-masing sebanyak 100 ml (10% dari 1000
ml volume sampel).
3. Ditambahkan aquadest sampai mendapatkan konsentrasi larutan 1000 ml.
2. Limbah Oli Dengan Pengenceran 15%
Limbah oli dengan pengenceran 15%, prosesnya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Diambil 5 beaker glass.
2. Dimasukkan limbah oli masing-masing sebanyak 150 ml (15% dari 1000
ml volume sampel).
3. Ditambahkan aquadest sampai mendapatkan konsentrasi larutan 1000 ml.
3. Limbah Oli Dengan Pengenceran 20%
Limbah oli dengan pengenceran 20%, prosesnya dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Diambil 5 beaker glass.
2. Dimasukkan limbah oli masing-masing sebanyak 200 ml (20% dari 1000
ml volume sampel).
3. Ditambahkan aquadest sampai mendapatkan konsentrasi larutan 1000 ml.
47
Lampiran 6 Data Hasil Analisis dan Perhitungan
Tabel L6.1 Data Pengukuran pada Pengolahan Limbah Oli tanpa Pengenceran EM-4
Waktu
P0 (gr) P1 (gr) P2 (gr) P3 (gr) P4 (gr)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dt0 74,68 74,04 73,24 72,57 67,34 66,71 66,59 65,89 62,99 62,29
dt1 72,43 71,81 73,24 72,57 71,13 70,47 69,30 68,57 67,25 66,50
dt2 72,88 72,26 68,78 68,15 70,35 69,69 66,59 65,89 69,42 68,65
dt3 73,77 73,14 75,17 74,48 49,41 48,95 68,94 68,22 48,41 47,87
Tabel L5.2 Data Analisis Kadar TPH pada Pengolahan Limbah Oli tanpa Pengenceran
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt1 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt2 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
dt3 99,14 99,09 99,07 98,95 98,88
Tabel L5.3 Data Analisis Persentase Degradasi TPH pada Pengolahan Limbah Oli tanpa Pengenceran
Persentase Degradasi (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
48
Tabel L5.4 Data Pengukuran pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 10% EM-4
Waktu
P0 (gr) P1 (gr) P2 (gr) P3 (gr) P4 (gr)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dt0 41,45 39,89 68,94 66,05 62,35 60,17 63,27 60,89 40,86 39,52
dt1 42,38 40,79 38,97 37,27 39,96 38,50 61,48 58,57 66,14 63,37
dt2 71,85 69,15 64,14 61,28 63,91 61,32 69,98 66,65 40,86 39,12
dt3 65,96 63,48 69,57 66,30 65,63 62,48 63,90 60,64 65,05 61,89
Tabel L5.5 Data Analisis Kadar TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 10%
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 96,24 95,81 96,50 96,24 96,72
dt1 96,24 95,64 96,35 95,27 95,81
dt2 96,24 95,54 95,95 95,24 95,74
dt3 96,24 95,30 95,20 94,90 95,14
Tabel L5.6 Data Analisis Persentase Degradasi TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 10%
Persentase Degradasi (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt1 0,00 0,18 0,16 1,01 0,94
dt2 0,00 0,28 0,58 1,04 1,01
dt3 0,00 0,28 0,58 1,04 1,63
49
Tabel L6.7 Data Pengukuran pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 15% EM-4
Waktu
P0 (gr) P1 (gr) P2 (gr) P3 (gr) P4 (gr)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dt0 51,27 49,65 68,94 66,05 62,35 60,17 40,86 39,52 63,27 60,79
dt1 43,38 42,01 38,97 37,33 39,96 38,53 64,05 61,89 61,48 58,74
dt2 51,27 49,65 64,14 61,43 63,91 61,34 66,14 63,68 69,98 66,83
dt3 65,96 63,87 69,57 66,61 65,63 62,98 62,35 59,96 63,90 61,01
Tabel L6.8 Data Analisis Kadar TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 15%
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 96,84 95,81 96,50 96,72 96,08
dt1 96,84 95,79 96,42 96,63 95,54
dt2 96,84 95,77 95,98 96,28 95,50
dt3 96,83 95,75 95,96 96,17 95,48
Tabel L6.9 Data Analisis Persentase Degradasi TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 15%
Persentase Degradasi (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt1 0,00 0,02 0,09 0,10 0,56
dt2 0,00 0,03 0,54 0,45 0,61
dt3 0,01 0,07 0,56 0,57 0,63
50
Tabel L6.10 Data Pengukuran pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 20% EM-4
Waktu
P0 (gr) P1 (gr) P2 (gr) P3 (gr) P4 (gr)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dt0 61,18 59,73 59,98 57,32 64,92 62,16 40,31 38,47 70,53 66,11
dt1 70,07 68,41 40,23 38,44 40,69 38,96 69,49 66,32 61,09 57,26
dt2 62,36 60,88 72,01 68,81 41,67 39,90 69,71 66,52 72,37 67,83
dt3 65,09 63,54 64,35 61,49 64,54 61,80 60,61 57,84 71,33 66,85
Tabel L6.11 Data Analisis Kadar TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 20%
Kadar TPH (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 97,62 95,56 95,75 95,44 93,73
dt1 97,62 95,56 95,75 95,43 93,73
dt2 97,62 95,56 95,75 95,43 93,73
dt3 97,62 95,56 95,75 95,43 93,72
Tabel L6.12 Data Analisis Persentase Degradasi TPH pada Pengolahan Limbah Oli dengan Pengenceran 20%
Persentase Degradasi (%)
EM-4
Waktu P0 P1 P2 P3 P4
dt0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
dt2 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01
dt3 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Nadia Meika Putri
2. Tempat Tanggal Lahir : Kuta Baro, 14 Mei 1998
2. Agama : Islam
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Kuta Baro, Meukek, Aceh Selatan
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Telepon/HP : 0821-6601-3461
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
8. SDN 1 Blang Bladeh
9. SMPN 1 Meukek
10. SMAN 1 Meukek
11. UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
C. DATA ORANG TUA
12. Nama Ayah : Darman
13. Pekerjaan : Petani
14. Nama Ibu : Nurlina
15. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
16. Alamat Orang Tua : Kuta Baro, Meukek, Aceh Selatan
Banda Aceh, 23 Januari 2020
Nadia Meika Putri
Penulis,