21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1TUJUAN UMUM Mahasiswa mampu melakukan pemisahan obat – obatan golongan amfetamin dan opiat dari sampel urine. 1.1.2TUJUAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu melakukan sampel untuk ekstraksi cair-cair dan ekstrasi fase padat. 2. Mahasiswa mampu memisahkan obat-obat golongan amfetamin dan opiat dari sampel urine dengan ekstraksi cair-cair dan fase 1.2 LATAR BELAKANG Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

uji konfirmasi amfetamin

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: uji konfirmasi amfetamin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN

1.1.1 TUJUAN UMUM

Mahasiswa mampu melakukan pemisahan obat – obatan

golongan amfetamin dan opiat dari sampel urine.

1.1.2 TUJUAN KHUSUS

1. Mahasiswa mampu melakukan sampel untuk ekstraksi cair-cair

dan ekstrasi fase padat.

2. Mahasiswa mampu memisahkan obat-obat golongan amfetamin

dan opiat dari sampel urine dengan ekstraksi cair-cair dan fase

1.2 LATAR BELAKANG

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan Psikotropika

merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yg

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya (NAPZA) atau istilah yang

populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan Bahan/ Obat

berbahanya) diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di satu sisi narkotika dan

psikotropika mempunyai manfaat bagi pengobatan seacara medis dengan dosis

yang tepat dan di lain sisi dapat menyebabkan berbagai masalah apabila terjadi

penyalahgunaan.

Dampak yang ditimbulkan dari ketergantungan NAPZA antara lain merusak

hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja

secara dratis, ketidakmampuan membedakan yang mana baik dan buruk, perilaku

maladaptive, gangguan kesehatan (fisik dan mental), mempertinggi jumlah

kecelakaan lalu lintas, tindak kekerasan dan kriminalitas.

Page 2: uji konfirmasi amfetamin

Akibat adanya penyalahgunaan narkoba maupun psikotropika dan kasus-kasus

yang terkait dengan akibat pemakaiannya perlu dilakukan suatu analisis. Secara

umum dalam melakukan analisis dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu:

1) penyiapan sampel “sample preparation”, 2) analisis meliputi uji penapisan

“screening test” atau dikenal juga dengan “general unknown test” dan uji

konfirmasi yang meliputi uji identifikasi dan kuantifikasi, 3) langkah terakhir

adalah interpretasi temuan analisis dan penulisan laporan analisis. Sampel yang

dapat digunakan dalam pemeriksaan ini umumnya adalah spesimen biologi

seperti: cairan biologis (darah dan urin).

Setelah uji penapisan didapatkan hasil posistif, maka diperlukan adanya uji

konfirmasi untuk mengetahui jenis dan jumlah zat narkotika tersebut dalam

spesimen. Metode yang digunakan yaitu ekstraksi baik ekstraksi cair-cair maupun

fase padat. Dimana zat yang ditargetkan adalah derivate Amfetamin (Amfetamin

(MA) , Metamfetamin (MA), Metilendioksimetamfetamin (MDMA) dan

golongan Opiat (Morfin dan Kodein).

Untuk itu sangat diperlukan uji konfirmatif pada hasil uji penapisan yang

positif untuk mengetahui metode pemisahan dan jenis obat – obat golongan

Amfetamin dan Opiat di dalam sampel urine.

Page 3: uji konfirmasi amfetamin

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Uji Konfirmasi

Uji konfirmasi adalah suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat karena

hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat narkotika

psikotropika yang terkandung didalam sampel tersebut. Pemeriksaan dilakukan

apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil positif

(BNN.2008).

2.2 Amfetamin

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem

saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba

yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.

Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih

kristal kecil.

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan

suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas,

attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin

meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah

neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari

saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan

diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan

menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-

efek tersebut menjadi berlebihan.

Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi

amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain

(waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang memberikan efek

euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh

stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam

Page 4: uji konfirmasi amfetamin

tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh

memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi.

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh

amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang

menyebabkan ketergantungan psikologis).

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin

termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri.

Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan

untuk menghindari turun dari obat. Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan

amfetamin adalah:

1. Amfetamin

2. Metamfetamin

3.Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam)

(Anonim,2011).

2.3 Opiat

Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver

somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin.

Nama Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari

opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak

didapatkan dari opium. opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami

adalah heroin (diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan

hydromorphone (Dilaudid).

Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah mengalami pelambatan dan

kekacauan pada saat berbicara, kerusakan penglihatan pada malam hari,

mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV

dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan

hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian

karena overdosis.

Page 5: uji konfirmasi amfetamin

Gejala intoksitasi (keracunan) opioid antara lain, konstraksi pupil ( atau

dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat ) dan satu ( atau lebih ) tanda

berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid, yaitu

mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau daya ingat.Perilaku

maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya:

euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor,

gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan ) yang

berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis

terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian

kontinu atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai

puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7

sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam

bulan atau lebih lama.

Gejala putus obat dari ketergantungan opioid adalah kram otot parah dan

nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap,

demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk

pipotermia dan hipertermia. Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang

meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik

dasar yang parah, seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia,

bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap

selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi,

suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala

penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan,

mual, dan muntah. Turunan opioid (opiad) antara lain :

a. Morfin

Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan

alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk

tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya

dengan cara dihisap dan disuntikkan.

Page 6: uji konfirmasi amfetamin

b. Heroin ( putaw )

Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan

merupakan jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada

akhir - akhir ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin

menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak

menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal,

tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker

terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.

c. Morfin

Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih

lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan

rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya

ditelan dan disuntikkan.

d. Demerol

Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan

atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.

e. Methadon

Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan

ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis

opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah

dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine

(Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan

orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat

untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut

adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan

apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis

telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol),

dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa

buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid

(BNN,tt).

Page 7: uji konfirmasi amfetamin

2.4 Urine.

Urin terdiri dari air yang mengandung zat terlarut berupa sisa metabolisme

tubuh diantaranya adalah urea, garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan

materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin

berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,

misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan

yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa

yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Urea yang

dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan

dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos (Rohyami,2012).

Spesimen urin untuk kepentingan uji analisis biasanya dikumpulkan pada

pagi hari, malam hari ataupun dapat dilakukan kapan saja sepanjang hari. Sangat

pentinguntuk dilakukan pencatatan terhadap waktu pengambilan urin karena dapat

digunakandalam penentuan laju produksi urin. Sampel urin acak biasanya

ditambahkan pengawet seperti asam hidroklorik 2 M. Urin segar berwarna kuning

atau kuning-hijau, namun pada penyimpanansebagai larutan yang bersifat asam

warna urin akan berubah menjadi kuning-coklatakibat terjadinya oksidasi dari

urobilinogen menjadi urobilin. Sampel urin tahanselama beberapa minggu jika

disimpan pada suhu 2-80C. Namun jika dibekukan (-200C), sampel urin yang

diasamkan akan tahan sampai jangka waktu yang panjang, tapisebelumnya

dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu (Flanaganet al ., 2007). Urin sangat berguna

dalam skrining racun karena obat, racun dan metabolitterdapat dengan konsentrasi

yang lebih besar pada urin dibandingkan dalam darah (Rohyami,2012).

2.5 Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): yaitu pemisahan

solute dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen

dan solven tersebut bersifat heterogen (immiscible, tidak saling campur), dan jika

dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).

Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.

Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven. (Anonim,2011)

Page 8: uji konfirmasi amfetamin

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu

campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara teknis

dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotika, bahan-bahan

penyedap, produk-produk minyak bumi dan garam-garam. logam. Proses inipun

digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan ekstrak hasil ekstraksi

padat cair (Anonim,2011).

Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak

meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke dalam

pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan

pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit). Agar terjadi

perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang besar

haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di antara

kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi tetes-tetes

kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk) (Anonim,2011).

Tentu saja pendistribusian ini tidak boleh terlalu jauh, karena akan

menyebabkan terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali

dipisah. Turbulensi pada saat mencampur tidak perlu terlalu besar. Yang penting

perbedaan konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal

ini berarti bahwa bahan yang telah terlarutkan sedapat mungkin segera

disingkirkan dari bidang batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah

terdistribusi menjadi tetes-tetes hanis menyatu kembali menjadi sebuah fasa

homogen dan berdasarkan perbedaan kerapatan yang cukup besar dapat

dipisahkan dari cairan yang lain (Anonim,2011).

2.6 Solid Phase Extraction (SPE)

Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat yang

biasa disebut Solid Phase Extraction (SPE) merupakan teknik yang relatif baru

akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk pra-perlakuan

sampel atau untuk clean-up sampel-sampel yang kotor, misal sampel-sampel yang

mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein,

polimer, resin, dll (Lansida, 2010).

Page 9: uji konfirmasi amfetamin

Karena SPE merupakan proses pemisahan yang efisien maka untuk memperoleh

recovery yang tinggi (>99%) pada SPE lebih mudah dari pada ekstraksi cair-cair.

Dengan ekstraksi cair-cair diperlukan ekstraksi beberapa kali untuk memperoleh

recovery yang tinggi, sedangkan dengan SPE hanya dibutuhkan satu tahap saja

untuk memperolehnya (Lansida, 2010).

Ada 2 strategi untuk malakukan penyiapan sampel menggunakan SPE ini.

Strategi pertama adalah dengan memilih pelarut yang mampu menahan secara

total analit yang dituju pada penjerap yang digunakan, sementara senyawa-

senyawa yang mengganggu akan terelusi. Analit yang dituju yang tertahan pada

penjerap ini selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil pelarut organik yang akan

mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini bermanfaat jika analit yang

diutuju berkadar rendah (Lansida, 2010).

.

Page 10: uji konfirmasi amfetamin

BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN

1. Alat sentrifugasi

2. Alat vortex

3. Gelas ukur

4. Pipet volume dan Ballfiller

5. Pipet tetes

6. Gelas beaker

7. Botol vial

8. Labu ukur

9. Tabung reaksi

10. Plat silica GF 254

11. Chamber

12. Camag Nanomat 4

13. Spektrofotodensitometer

1. Amfetamin (AM)

2. Metamfetamin (MA)

3. Metilendioksimetanfetamin

(MDMA)

4. Morfin

5. Codein

6. Buffer pospat pH 10,5

7. Metanol

8. Kloroform

9. Aquadest

10. Eluen : TAEA dan TB

11. Urin

Page 11: uji konfirmasi amfetamin

3.2 PROSEDUR KERJA

Ekstraksi sampel dengan menggunakan ekstraksi cair-cair

URINE

Tabung divortex dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit hingga terbentuk emulsi sempurna

URINE( dalam tabung )

Fase kloroform( fraksi A yang

mengandung morfin )

Dipipet 1 mL + 1 mL buffer fosfat pH 9,3 dan 2 mL campuran kloroform : isopropanol = (3:1)

Disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit

Fase Air

Ditambahkan buffer fosfat pH 10,5Serta kloroform : isopropanol = (3:1)

Divortex dan disentrifugasi dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan diatas

Fraksi B

Fraksi B digabungkan dengan Fraksi A dan diuapkan pada suhu 60-700C.

Residu dalam 25 µl metanol

Page 12: uji konfirmasi amfetamin

Ekstraksi sampel dengan menggunakan SPE (Solid Phase

Xtraction)

Menggunakan fase diam kolom SPE Accubond II Evidex

Catridge

DARAH SEGAR

Amfetamin

+ 3 mL K2HPO4 0,1 M pH 6 dalam 5 mL urin

+ 6 mL methanol+ 6 mL K2HPO4 0,1 M

pH 6

Masukkan sampel + 3 mL air + 3 mL 0,1 M asam asetat + 3 mL

metanol

+ 3 mL kloroform-isopropil alcohol -

HCL (60/40/1)

Opiat

+ 0,5 mL HCL pada 5 mL urin, ditutup dan

dipanaskan (1200C/20 menit), didinginkan + 0,75 mL 10 N NaOH Adjust pH 6,5-7,5 dengan 2,5 mL 0,5

M asam fosfat

+ 6 mL methanol+ 6 mL K2HPO4 0,1 M

pH 6

+ 3 mL K2HPO4 0,1 M pH 6

+ pasang 8 mL reservoir+ masukkan urin + lepas reservoir

+ 3 mL air+ 3 mL sodium asetat 0,1

M pH 4,5+ 3 mL metanol

+ 3 mL kloroform – isopropil alcohol – NH4OH (78/20/2)

Page 13: uji konfirmasi amfetamin

Eluat yang diperoleh diuapkan pada suhu 650C.

Fraksi – fraksi yang telah diuapkan direkonstitusi dengan

methanol sebanyak 25 µl.

Page 14: uji konfirmasi amfetamin

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Ekstrasi Cair-Cair. Online.

http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/ ekstraksi-cair-cair.html.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2013

Anonim,2011.Amphetamin. Diakses di:http://narkoba-

amphetamin.blogspot.com/2011/11/ amfetamin.html (diakses tanggal :

15 Mei 2013).

BNN,tt. JenisNarkoba.

diaksesdi :http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=

JenisNarkoba&op= detail_jenis_narkoba&mn=2&smn=a (diakses

tanggal : 15 Mei 2013)

Lansida. 2010. Ekstraksi Fase Padat. Online.

http://lansida.blogspot.com/2010/08/ekstraksi-fase-padat.html. Diakses

pada tanggal 15 Mei 2013

Rohyami,2012.Uji Kualitatif Urine. Diakses di :

http://rohyami.staff.uii.ac.id/2012/04/10/uji-kualitatif-urine/ (diakses

tanggal 15 Mei 2013)

Wirasuta, Gelgel. 2009. Uji Konfirmasi dan Metode Pemisahan Obat-obat

Golongan Amfetamin dan Opiat Dalam Urin. Online. http://gelgel-

wirasuta.blogspot.com/ search?q=uji+ konfirmasi+

dan+metode+pemisahan+obat+

obat+golongan+amfetamin+dan+opiat+dalam+ urin. Diakses pada

tanggal 15 Mei 2013

Page 15: uji konfirmasi amfetamin

HASIL PENGAMATAN