11
UJI MUTU SEDIAAN AKHIR Sediaan akhir yang dihasilkan diuji berdasarkan persyaratan sesuai yang tertera pada farmakope dan atau persyaratan produsen. IX.1 Monografi Sediaan 1) Indometacin (USP 30-NF 25, hal 2349) Identifikasi: A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam minyak mineral, menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti Indomethacin BPFI. B. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 40.000) dalam larutan asam klorida metanol 0,1 N , menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada indomethacin BPFI, daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. C. Pola difraksi sinar-X seperti yang tertera pada Difraksi Sinar-X <811>. Penrtapan Kadar: Lakukan enetapan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis seperti yang tertera pada kromatografi <931> Prosedur: Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 mikroliter) larutan baku dan larutan uji

Uji Mutu Sediaan Akhir

  • Upload
    qori

  • View
    40

  • Download
    8

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tekno Farmasi

Citation preview

UJI MUTU SEDIAAN AKHIRSediaan akhir yang dihasilkan diuji berdasarkan persyaratan sesuai yang tertera pada farmakope dan atau persyaratan produsen.IX.1Monografi Sediaan1) Indometacin (USP 30-NF 25, hal 2349)Identifikasi: A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam minyak mineral, menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti Indomethacin BPFI.B. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 40.000) dalam larutan asam klorida metanol 0,1 N , menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada indomethacin BPFI, daya serap masing-masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. C. Pola difraksi sinar-X seperti yang tertera pada Difraksi Sinar-X .Penrtapan Kadar:Lakukan enetapan dengan cara Kromatografi Lapis Tipis seperti yang tertera pada kromatografi Prosedur: Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 mikroliter) larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatografi, ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg C19H16CINO4 dengan rumus:

IX.2Evaluasi Fisika1) Evaluasi organoleptik Prinsip : mengenali bentuk fisik sediaan obat tetes mata Tujuan : memastikan sediaan obat tetesmata sesuai dengan perencanaan formulasi yang meliputi warna dan bau Metode : Dilakukan pengamatan terhadap warna (intensitas warna), bau (terjadinya perubahan bau). 2) Uji kejernihan dan warna (Goeswin Agoes, Larutan Parenteral hal 201-202)Prosedur : wadah-wadah kemasan akhir diperiksa satu persatu dengan menyinari wadah dari samping dengan latar belakang bewarna hitam atau putih. Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran yang bewarna muda, sedangkan berlatar putih untuk kotoran-kotoran berwarna gelap.Penafsiran : memenuhi syarat jika tidak ditemukan kotoran dalam larutan

3) Penetapan bobot jenis (FI IV , hal. 1030)Prinsip : penetapan bobot jenis didasarkan pada perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25oC terhadap bobot air dengan volume dan suhu sama.Prosedur kerja :Gunakan piknometer yang telah dibersihkan, kering dan telah dikaliberasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didinginkan pada suhu 25oC, masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25oC, buang kelebihan zat uji dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dan bobot piknometer yang telah diisi.

4) Penetapan PH ( FI IV, hal. 1039)Prosedur kerja: Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal. Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran larutan uji.

5) Penentuan Viskositas (Farmasi Fisika, Martin hal 463)Alat : Viskometer HoepplerPrinsip : mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada temperature tetap.Prosedur :Isi tabung dengan cairan yang akan diukur viskositasnya (jangan sampai penuh)Masukkan bola yang sesuai (bola yang sesuai akan melewati garis m1 dan m3 dalam 50-500 detik). Tambahkan cairan sampai penuh dan tabung ditutup (jangan sampai ada gelembung udara). Bila bola sudah turun melampaui garis awal, kembalikan bola ke posisi semula dengan cara membalikkan tabung.Hitung waktu (detik) yang dibutuhkan oleh bola untuk menempuh jarak dari garis m1 sampai dengan garis m3 melalui cairan tabung.Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan piknometerViskositas cairan dihitung dengan rumus : = B (1 - 2) tKeterangan : = viskositas cairanB = konstanta bola1 = bobot jenis bola2 = bobot jenis cairant = waktu yang dibutuhkan bola untuk menempuh jarak tertentu 6) Penentuan distribusi ukuran partikel (Marteen, Physical Pharmacy, hal 430-431)Digunakan Metode mikroskopikMikroskopik merupakan metode langsung yang sering digunakan pada penentuan ukuran partikel terutama sediaan suspensi dan emulsi.Cara 1 :Dapat digunakan mikroskop biasa untuk menentukan ukuran partikel antara 0,2-100 m. Pada metode ini suspensi (yang sebelumnya diencerkan ataupun tidak) diteteskan pada slide (semacam objek glass). Kemudian besarnya akomodasi mikroskop diatur sehingga partikel terlihat dengan jelas. Frekuensi ukuran yang diperoleh diplot terhadap range ukuran partikel sehingga diperoleh kurva distribusi ukuran partikel. Jumlah partikel yang harus dihitung untuk memperoleh data yang baik adalah antara 300-500 partikel. Yang penting jumlah partikel yang ditentukan harus cukup sehingga diperoleh data yang representatif. British standard bahkan menetapkan pengukuran terhadap 625 partikel. Jika distribusi ukuran partikel luas, dianjurkan untuk menentukan ukuran partikel dengan jumlah yang lebih besar lagi. Sedangkan, jika distribusi ukuran partikel sempit, 200 partikel sudah mencukupi. Untuk memudahkan pengerjaan dan perhitungan akan lebih baik bila dilakukan pemotretan. Metode ini membutuhkan ketelitian, konsentrasi dan waktu yang cukup lama. Jika partikel yang ada dalam larutan lebih dari satu macam, sebaiknya tidak digunakan metode ini.Penafsiran hasil : distribusi ukuran partikel yang baik adalah distribusi normal pada kurvanya.FZ Ket: F= frekuensi, Z=ukuran partikel

Cara 2 :Larutkan sejumlah sampel yang cocok dengan volume yang sama dengan gliserol dan kemudian encerkan lebih lanjut. Bila perlu dengan campuran sejumlah volume yang sama dari gliserol dan air, sebagai alternatif digunakan paraffin sebagai pelarutnya (sesuai monografinya).Teteskan cairan yang telah diencerkan tadi pada kaca objek. Periksalah sebaran acaknya secara mikroskopik dengan menggunakan mikroskop resolusi yang cukup untuk mengobservasi partikel yang kecil.Observasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada partikel atau tidak lebih dari beberapa partikel di atas ukuran maksimum yang diperbolehkan pada monografinya dan karena itu hitunglah presentasi partikel yang mempunyai diameter maksimum dalam batas yang ditetapkan. Persentase harus dikalkulasi dari observasi paling sedikit 1000 partikel.

IX.3Evaluasi Kimia1) Kandungan zat antimikroba (FI IV , hal 939) Catatan :cara penetapan : benzil alkohol, klorobutanol, fenol, metil paraben dan propil paraben secara kromatografi gas. Sedangkan untuk fenil raksa (II) nitrat dan timerosal secara polarografi. Benzalkonium klorida dengan titrasi dengan kalium iodat (FI IV, hal 131)

IX.4Evaluasi Biologi1.uji sterilitas (FI IV , Hlm. 855-863)tujuan : prosedur uji sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah bahan/sediaan farmakope yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi.Sebelum melakukan uji sterilitas terlebih dahulu dilakukan :uji fertilitas untuk mengetahui apakah media yang digunakan fertile untuk mikroba.Uji bakteriostatik/fungsistatik untuk mengetahui apakah sediaan uji mengandung zat bakteriostatik/fungistatik.Prosedur umum : koptem FI IV Hal. 858-859.Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 2025oCKekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril )Metode uji :Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian ) lalu diinkubasiProsedur uji:Inokulasi langsung ke dalam media perbenihan. Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji, inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau hari ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.

Penafsiran hasil : koptem FI IV Hal. 862-863.Tahap pertama: pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi semua wadah akan adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan/atau pertumbuhan mikroba pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat.Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, tetapi peninjauan dalam pemantauan fasilitas engujian sterilitas, bahan yang digunakan, prosedur pengujian dan kontrol negatif menunjukkan tidak memadai atau teknik aseptik yang salah digunakan dalam pengujian tahap pertama dinyatakan tidak absah dan dapat diulang.Jika pertumbuhan mikroba teramati tetapi tidak terbukti uji tahap pertama tidak absah, dilakukan tahap kedua.Tahap Kedua: Jumlah spesiemen uji yang diseleksi minimum dua kali jumlah tahap pertama. Volume minimm tiap spesiesman yang diuji dan media dan periode inkubasi sama seperti yang tertera pada tahap pertama. Jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji memenuhi syarat. Jika ditemukan pertumbuhan mikroba, hasil yang diperoleh membuktikan bahwa bahn uji tidak memenuhi syarat. Jia dapat dibuktikan bahwa uji pada tahap kedua tidak absah karena kesalahan atau teknik aseptik tidak memadai, maka tahap kedua dapat diulang.2.Uji efektivitas pengawet antimikroba(jika memakai pengawet) (FI IV , hal. 854-855)Tujuan :Pengujian dimaksudkan untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yang ditambahkan pada sediaan dosis ganda yang dibuat dengan dasar atau bahan pembawa berair. Prosedur:Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptic menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet, lakukan pengujian pada 5 wadah asli sediaan. Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptic, pindahkan 20 mL sampel ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologik bertutup, berukuran sesuai dan steril. Inokulasi masing-masing wadah atau tabung dengan salah satu suspensi mikroba baku, menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara dengan 20 mL sediaan dan campur. Miroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkansedemikian rupa hingga jumlah mikroba di dalam sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000per mL.Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Inkubasi wadah atau tabung yang telah diinokulasi pada suhu 20 sampai 25C. Amati wadah atau tabung pada hari ke-7,14,21 dan 28.. Dicatat tiapperubahan yang terlihat dan tetapkan jumlah mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng.Penafsiran hasil: Suatu pengawet dinyatakan efektif di dalam contoh yang diuji jika: a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hinga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal.b. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetapatau kurang dari jumlah awal.c. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari penujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yang disebut pada a dan b.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB: Bandung.

Anonim. 2007. The United States Pharmacopoeia 30 The National Formulary. 25. United States Pharmacopoeia Convention, Inc.

Martin, Alfred. 1993,Farmasi Fisik jilid I Edisi III, UI-Press: Jakarta.

Martin, E.L., Warrbrick, J., and Cammarata, A., 1983, Physical Pharmacy, 3nd ed., Lea and Febiger Philadelphia