Upload
resti-fratiwi-fitri
View
31
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
uji tuberkulin pada TB Anak.
Citation preview
UJI TUBERKULIN
Penyakit tuberkulosis (TB) pada anak walaupun dikatakan merupakan “Self
limited disease” atau “Stable disease” sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang. Indonesia
merupakan negara dengan proporsi TB tertinggi nomer 3 (tiga) setelah India
(30%) dan Cina (15%) yaitu sebesar 10%.
Tuberkulosis telah dikenali sebagai keadaan klinis pada awal abad ke sembilan
belas tetapi belum digolongkan sebagai suatu penyakit infeksi. Pada tahun 1882,
Koch mengidentifikasi Mycobacterium tuberculosis pada penderita tuberkulosis
sehingga penyakit tersebut digolongkan sebagai penyakit infeksi. Penyebaran
tuberkulosis menjadi perhatian kesehatan masyarakat, dan usaha untuk
mengendalikan tuberkulosis menjadi batu loncatan dari kesehatan masyarakat
yang modern.
Gejala tuberkulosis pada anak seringkali tidak khas sehingga diagnosis pasti
ditegakkan dengan menemukan kuman tuberkulosis pada pemeriksaan
mikrobiologis. Akan tetapi pada anak, sulit untuk mendapatkan spesimen
diagnostik yang representatid dan berkualitas baik. Seringkali, sekalipun spesimen
dapat diperoleh, M. Tuberkulosis jarang ditemukan pada sediaan langsung
maupun kultur. Oleh karena itu, uji tuberkulin memegang peranan penting dalam
mendiagnosis tuberkulosis pada anak.
Tes mantoux merupakan tes uji kulit yang sederhana dan mudah dilakukan. Hal
ini membuat tes Mantoux tetap menjadi pilihan utama sebagai tes rutin
tuberkulosis, meskipun tes diagnostik spesifik dan sensitif lain telah banyak
dikembangkan. Namun begitu, tes Mantoux memiliki beberapa keterbatasan.
Sensitivitas dan spesifitas yang relatif rendah dari tes ini menjadikannya sangat
berguna bagi orang dengan resiko tinggi terinfeksi tuberkulosis dan tidak
disarankan bagi orang dengan resiko rendah terinfeksi tuberkulosis.
1
Perkembangan hipersensitivitas tipe lambat pada kebanyakan individu yang
terinfeksi dengan basil tuberkel membuat uji tuberkulin berguna sebagai alat
diagnostik. Uji tuberkulin Mantoux dilakukan dengan cara menginjeksikan 0,1
mL 5 unit tuberkulin derivat protein yang dimurnikan (purefied protein derivative
[PPD]) yang distabilkan dengan Tween 80 secara intradermal. Uji tuberkulin
menunjukkan respon berupa indurasi sebagai hasil positif. Pembacaan hasil
dilakukan setelah 48 – 72 jam.
Faktor-faktor yang terkait hospes, termasuk umur yang amat muda, malnutrisi,
imunosupresi karena suatu penyakit atau obat-obat, infeksi virus hidup, dan
tuberkulosis yang berat, dapat menekan reaksi uji kulit pada anak yang terinfeksi
dengan M. Tuberculosis.
A. Definisi
Tes mantoux adalah tes tuberkulin intrakutan dengan cara menginjeksikan PPD
(purified protein derivative) secara intradermal, biasanya pada lengan bawah;
ukuran daerah indurasi setelah 48 – 72 jam dan digabung dengan faktor-faktor
resiko, digunakan untuk menentukan apakah telah terjadi pajanan atau infeksi
Mycobacterium tuberculosis atau organisme sejenis.
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah
mengalami infeksi M. Tuberculosis, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria
patogen lainya. Uji tuberkulin tidak dapat menentukan sakit atau tidaknya seorang
pasien, serta tidak dapat menentukan berapa lama seseorang telah terinfeksi
tuberculosis.
B. Imunologi dan reaksi uji tuberkulin
Reaksi uji tuberkulin yang dilakukan secara intradermal akan menghasilkan
hipersensitivitas tipe IV atau delayed-type hypersensitivity (DTH). Uji tuberkulin
dan uji IFN- didasarkan adanya pelepasan sitokin inflamasi yang dihasilkan oleh
2
sel limfosit T yang sebelumnya telah tersensitisasi antigen Mycobacterium
tuberculosis.
Protein TB dimasukkan pada saat injeksi akan memicu sensitisasi sel T dan
menggerakkan limfosit ke tempat suntikan. Limfosit akan merangsang
terbentuknya indurasi dan vasodilatasi lokal, edema, deposit fibrin, dan penarikan
sel inflamasi ke tempat suntukan seperti tampak pada gambar 1.
Gambar 1. Hipersensitivitas Tipe IV pada Uji Tuberkulin
Protein tuberkulin yang disuntikkan di kulit, kemudian diproses dan
dipresentasikan ke sel dendritik ke sel T melalui molekul MHC-II. Sitokin yang
diproduksi oleh sel T, akan membentuk molekul adhesi endotel. Monosit keluar
dari pembuluh darah dan masuk ke tempat suntikan yang berkembang menjadi
makrofag. Produk sel T dan makrofag menimbulkan edema dan bengkak. Maka
pada tes kulit yang positif akan tampak edema lokal atau infiltrat maksimal 48 –
72 jam setelah suntikan.
C. Uji tuberkulin
Terdapat dua jensi tuberkulin yang dipakai yaitu: Old Tuberculin (OT) dan
tuberkulin PPD. Tuberkulin PPD memiliki 2 sediaan yaitu PPD-S 5 TU dan PPD-
3
23 2TU. World Health Organisation dan International Union Against Tuberculosis
and Lung Disease menyarankan untuk hanya menggunakan PPD-RT 23, yaitu
tuberkulin murni. PPD jika diencerkan dapat diabsorpsi oleh gelas dan plastik
dalam jumlah yang bervariasi, sehingga untuk menghhindarinya di dalam sediaan
PPD ditambah Tween 80.
Tuberkulin disimpan pada suhu tidak lebih dari 200C, kecuali pada waktu singkat,
ketika menggunakannya. Jangan terkena sinar matahari langsung atau pada siang
hari yang terang-benderang. Jangan biarkan membeku. Penyimpanan dianjurkan
pada suhu 2-8 0C. Jangan simpan vial tuberkulin yang telah digunakan lebih lama
dari 2 hari.
Tes Mantoux dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Tes Mantoux menggunakan dosis standar tuberkulin yaitu 2TU (Tuberculin
Unit) dalam 0,1 mL PPD-RT23. Dosis ini digunakan untuk keperluan
penelitian dan diagnostik.
2) Pilihlah daerah kulit pada pertemuan dorsal (belakang, lebih banyak rambut)
dari lengan bawah. Jangan membersihkan lengan dengan aseton atau eter. Jika
digunakan sabun dan air hangat, pastikan lengan tersebut telah kering sebelum
dilakukan tes.
3) Gunakan alat suntik khusus 1 mL sekali pakai. Gunakan jarum panjang 26 dan
panjang 10 mm dengan bevel pendek. Gunakan alat suntik tersendiri untuk
setiap orang yang akan di uji. Ambil larutan sedikit lebih dari 0,1 mL ke dalam
tabung. Arahkan ke atas dan keluarkan udara yang ada. Kemudian sesuaikan
hingga 0,1 mL tepat dengan mengeluarkan cairan kelebihan.
4) Renggangkan kulit dengan ringan, masukkan jarum dengan bevel di atas ke
dalam kulit (bukan ke bawah kulit). Jangan sentuh penghisap hingga ujung
jarum berada pada posisi yang tepat. Suntikkan tepat 0,1 mL. Lepaskan jari
kita dari penghisap sebelum kita menarik jarum. Ini akan menghasilkan bilur
yang pucat, datar, berlubang-lubang yang jelas dan garis batas tegas.
D. Interprestasi uji tuberkulin
4
Pembacaan terhadap hasil uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah uji
tuberkulin dilakukan. Jika ada reaksi, maka akan terlihat daerah dengan eritema
(kemerahan) yang mungkin akan sukar terlihat pada kulit berwarna gelap dan
daerah dengan indurasi (penebalan) kulit. Ukurlah diameter dari indurasi menurut
aksis transversal dari lengan. Luas eritema (kemerahan) yang ada tidaklah
penting.
Hasil uji tuberkulin dinyatakan sebagai berikut:
1) ≥ 10 mm dinyatakan tuberkulin positif, tanpa menghiraukan penyebabnya
2) 5 – 9 mm dinyatakan positif meragukan. Hal ini terjadi karena kesalahan
teknis, keadaan anergi, atau reaksi silang dengan M.atipik. jika didapatkan
hasil uji tuberkulin demikian, maka uji tuberkulin diulang kembali 2 minggu
kemudian dan dilakukan di lokasi yang lain, minimal berjarak 2 cm. Hal ini
diharapkan untuk menghindari efek booster tuberkulin.
3) ≤ 5 mm dinyatakan tuberkulin negatif.
Uji tuberkulin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat memberikan
gambaran positif palsu atau negatif palsu dalam interprestasi, sehingga mesti
diperhatikan beberapa faktor berikut:
1) False positif:
a. Vaksinasi BCG (Baccile Calmette – Guerin)
BCG adalah vaksin yang terdiri atas basil hidup dari strain Bovin yang
dihilangkan virulensinya. BCG merangsang kekebalan, meningkatkan daya
tahan tubuh tanpa menyebabkan kerusakan. Sesudah vaksinasi BCG, TB
dapat memasuki tubuhm tetapi dalam kebanyakan kasus daya pertahanan
tubuh yang meningkat akan mengendalikan atau membunuh kuman-kuman
tersebut.
Vaksin BCG memberikan efek proteksi atau efektivitas BCG bervariasi 0-
80%, berbagai publikasi dari beberapa negara. Efek proteksi atau
efektivitas BCG adalah kemampuan BCG untuk menurunkan angka
kejadian TB yang baru dalam populasi, bukan pada seorang individu.
5
Imunisasi BCG dapat memberikan reaksi positiv pada uji tuberkulin tetapi
keadaan ini berlangsung selama beberapa tahun setelah BCG diberikan.
b. Vaksinasi lain untuk penyakit infeksi
Vaksinasi tersebut antara lain adalah campak, mumps, rubella, polio, atau
parotitis, yang diberikan kurang dari 6 minggu sebelum tes tuberkulin. Tes
Mantoux juga dapat memberikan hasil yang positif jika indivdu mengalami
infesi yang disebabkan oleh mikobakterium lain.
2) False negatif:
a. Umur
Bayi berusia kurang 6 bulan akan memberikan hasil tes Mantoux negatif.
Hal ini disebbakan karena sistem imun bayi yang belum mature.
b. Anergi
Anergi adalah keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai keadaan,
sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin walaupun
sebenanrya suda terinfeksi TB. Beberapa keadaan dapat menimbulkan
anergi, misalnya: gizi buruk, dehidrasi, penyakit morbilli, varisella, pertusis
dan tifus, keganasan, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, TB yang
berat, infeksi HIV.
c. Dalam Masa Inkubasi TB
d. Hal ini terjadi dalam 2 sampai 10 minggu seelah sistem imun bereaksi
terhadap bakteri TB.
e. Kesalah tekhnik penyuntikan
Penilaian hasil uji tuberkulin Mantoux adalah berdasarkan indurasi yang
timbul, bukan eritemanya. Ukuran eritema dapat sama, lebih kecil, atau
seringkali adalah lebih besar dari indurasinya. Eritema selebar apapun bila
tanpa indurasi maka dinyatakan negatif.
6
DAFTAR PUSTAKA
Curley C. 2005. New Guidelines: What to do about an unexpected positive
tuberkuline skin test. Am J Respir Crit Care Med. (161): 1376-1395
Martin G, Lazarus A. 2009. Epidemiology and diagnosis of tuberculosis.
Postgraduate medicine. 108(2):1-5
Nursyamsi & Rasjid M. 2011. TBC dengan Tes Mantoux di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode 2001-2006.
Jurnal Inspirasi, no. XIV edisi Oktober 2011
Surjanto, Kenyorini & Suradi. 2009. Uji Tuberkulin. Jurnal Tuberkulosis
Indonesia. 3(2): 7-11
The tuberculin (Mantoux) Skin Test. Available at
http://www.nt.gov.au/health/cdc/fact_sheets_/tb_skintest_factsheet.pdf.
Acceses December 20, 2014
7