Upload
vankhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
No. ISBN : 978-602-0910-36-9
No. Publikasi : 9201001.5108
Ukuran Buku : 21 x 16 cm
Jumlah halaman : v + 40
Naskah : Ayu Manik Pratiwi
Gambar Kulit : Nyoman Pasek Susena
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten
Buleleng
Dicetak oleh : Percetakan “Teleng Indah” - Singaraja
Bab V
INFLASI
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
ii
KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Ekonomi merupakan publikasi yang berisikan tabel-tabel dan grafik statistik ekonomi, yang umumnya dibutuhkan oleh para pengguna data untuk berbagai keperluan pengamatan dan analisa ekonomi. Data statistik yang disajikan dalam Indikator Ekonomi ini dihimpun berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan dari Instansi lain diwilayah Kabupaten Buleleng. Publikasi Indikator Ekonomi Buleleng Tahun 2015 dilengkapi dengan ulasan singkat sederhana dengan harapan dapat mempermudah memahami dalam rangka memperoleh gambaran umum mengenai perkembangan ekonomi Kabupaten Buleleng. Akhirnya kami memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memungkinkan tersusunnya publikasi Indikator Ekonomi Kabupaten Buleleng Tahun 2015.
Singaraja, November 2016 Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Buleleng
Eman Sulaeman NIP. 19696091993121001
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
iii
DAFTAR ISI
KATALOG ………………………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ………………..……………………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………… iv
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………………………… v
I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
1.1 LATAR BELAKANG .……………………………………………….. 2
1.2 LATAR BELAKANG .……………………………………………….. 2 TUJUAN PENULISAN .…………………………………………… 3
1.3 SUMBER DATA …………………………………………………….. 4
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN ……………………………………. 4
II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN ……………………………………. 5
2.1 GEOGRAFIS …………………………………………………………… 6
2.2 PENDUDUK …………………………………………………………… 7
2.3 TENAGA KERJA ……………………………………………………… 10
III PENDAPATAN DOMESTIK REGIONAL BRUTO ……………………. 14
3.1 PERTUMBUHAN EKONOMI …………………………………… 16
3.2 STRUKTUR EKONOMI BULELENG ………………………….. 18
3.3 TINGKAT KEMAKMURAN ……………………………………… 20
IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI ……………………………….. 22
4.1 PERTANIAN …………………………………………………………… 23
4.2 PERKEBUNAN ……………………………………………………….. 32
4.3 PETERNAKAN ……………………………………………………….. 38
4.4 PERIKANAN ………………………………………………………….. 40
4.5 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN…………………….. 41
4.6 INDUSTRI PENGOLAHAN ………………………………………. 42
4.7 LITSRIK DAN GAS ………………………………………………….. 43
4.8 PENGADAAN AIR DAN PENGELOLAAN SAMPAH …… 46
4.9 KONSTRUKSI …………………………………………………………. 47
4.10 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN……..…………….. 47
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
iv
4.11 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM…. 49
4.12 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN ………………….. 52
4.13 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI………………………….. 53
4.14 KEUANGAN DAERAH…………………………………………….. 54
V INFLASI ……………..………………………………………………………………. 57
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
v
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kecamatan serta Sex Rasio Kabupaten Buleleng 2015.. 8
Tabel. 4.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Padi di Buleleng Tahun 2015……………………………………… 25
Tabel. 4.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Jagung di Buleleng Tahun 2015 …………………………………. 27
Tabel. 4.3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Ubi Kayu di Buleleng Tahun 2015 ……………………………… 29
Tabel. 4.4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Kacang Tanah di Buleleng Tahun 2015 ………………………. 31
Tabel. 4.5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Kelapa Dalam di Buleleng Tahun 2015 ………………………. 33
Tabel. 4.6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Kopi Robusta di Buleleng Tahun 2015 ……………………….. 35
Tabel. 4.7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas
Cengkeh di Buleleng Tahun 2015 ………………………………. 37
Tabel. 4.8. Populasi Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2014 …. 38
Tabel. 4.9. Produksi Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Buleleng Tahun 2015 …………………………………………….….. 41
Tabel. 4.10. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama
Menginap Di Kabupaten buleleng Tahun 2014-2015 … 51
Tabel. 4.11. Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Buleleng
Tahun 2014 – 2015 ……………………………………….………….. 55
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
vi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1. Piramida Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2015… 10
Grafik 2.2. Proporsi Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut
Jenis Kelamin dan Kegiatan di Kabupaten Buleleng
Tahun 2015 ………………………………………………………………. 11
Grafik 2.3. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan di
Kabupaten Buleleng Tahun 2015 ………………………………. 13
Grafik 3.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Buleleng dan Bali Tahun
2011 - 2015 ………………………………………………………………. 17
Grafik 3.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten
Buleleng Tahun 2015…………………………………………………. 20
Grafik 3.3. Perkembangan PDRB per Kapita Tahun 2011-2015 …… 21
Grafik 4.1. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Kategori Pada Lapangan Usaha Pertanian Tahun
2015………………………………………………………………………….. 24
Grafik 4.2. Perkembangan Peranan Subkategori Penggalian di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010-2015 ……………………… 42
Grafik 4.3. Perkembangan Peranan Kategori Industri Pengolahan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 – 2015 ……………….. 43
Grafik 4.4. Perkembangan Peranan Kategori Listrik dan Gas di
Kabupaten Buleleng Tahun 2010 – 2015 …………………… 44
Grafik 4.5. Persentase Pengguna Listrik Menurut Kecamatan di
Kab. Buleleng Tahun 2015 ……………………………………….… 45
Grafik 4.6. Perkembangan Peranan Kategori Pengadaan Air dan
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun
2011-2015 ………………………………………………………………… 46
Grafik 4.7. Perkembangan Peranan Kategori Konstruksi di
Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015 …………………… 47
Grafik 4.8. Perkembangan Peranan Kategori Perdagangan Besar
dan Eceran di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015 48
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
vii
Grafik 4.9. Peranan Kategori Penyedia Akomodasi dan Makan
Minum di Kabupaten buleleng Tahun 2011-2015 ……… 50
Grafik 4.10. Peranan Kategori Transportasi dan Pergudangan di
Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2015 ……………………… 53
Grafik 4.11. Peranan Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi
Kabupaten Buelleng Tahun 2011-2015 ……………………… 54
Grafik 5.1. Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Tahun 2015 …….. 60
Grafik 5.2. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
di Kota Singaraja Tahun 2015…………………………………….. 61
htt
p://bu
lelen
gkab
.bps.g
o.id
Bab I PENDAHULUAN
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab I PENDAHULUAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
2
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur
keberhasilan pembangunan nasional. Di tengah kinerja
perekonomian Indonesia yang selalu menghadapi tantangan,
pemerintah tetap ingin mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Tidak
hanya pada level nasional saja, masing-masing pemerintah daerah
pun diharapkan lebih menggenjot sektor-sektor strategis di
wilayahnya, serta lebih mengikutsertakan peran masyarakat dalam
upaya pembangunan ekonomi. Dengan landasan pengembangan
ekonomi kerakyatan, diharapkan pembangunan ekonomi tidak hanya
tumbuh, namun hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat.
Tentunya hal ini menjadi harapan kita bersama, selain mewujudkan
daerah yang mandiri, hasil pembangunan ekonomi dapat
mengurangi jurang pemisah distribusi pendapatan masyarakat di
wilayahnya.
Kabupaten Buleleng, sebagai salah satu kabupaten di wilayah
Republik Indonesia memiliki rencana pembangunan ekonomi yang
sejalan dengan program pemerintah yaitu pembangunan ekonomi di
Kabupaten Buleleng tidak hanya dilakukan untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga harus mampu menciptakan
pemerataan pendapatan masyarakatnya. Oleh karena itu perlu
upaya-upaya pembangunan yang bertujuan untuk lebih
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab I PENDAHULUAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
3
menyejahterakan masyarakat sehingga akan memperkuat pondasi
pembangunan Kabupaten Buleleng di segala bidang.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam
pembangunan ekonomi yaitu menyusun perencanaan yang lebih
komprehensif dan terintegrasi guna dapat mencapai hasil-hasil
pembangunan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam perencanaan
pembangunan selalu dibutuhkan data yang tepat dan terpercaya
sebagai sarana penunjang yang melandasi perencanaan
pembangunan. Tidak hanya itu, data yang akurat dapat dijadikan
landasan evaluasi kebijakan terdahulu yang sudah dilaksanakan agar
kedepannya dapat dicapai sasaran yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana
perkembangan pembangunan perekonomian di Kabupaten Buleleng,
dapat kita ketahui melalui perkembangan Produk Domestik Regional
Bruto, perkembangan sektor produksi yang berkembang di wilayah
Kabupaten Buleleng, serta tingkat inflasi yang terjadi di wilayah
Kabupaten Buleleng. Hal ini sangat berkaitan mengingat
pembangunan ekonomi dapat tumbuh dengan baik apabila tingkat
inflasi di suatu daerah dapat dikendalikan.
1.2 Tujuan Penulisan
Penyusunan publikasi Indikator Ekonomi Kabupaten Buleleng
2015 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi
perekonomian Kabupaten Buleleng pada Tahun 2015 meliputi
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab I PENDAHULUAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
4
perkembangan penduduk, produk domestik regional bruto,
perkembangan sektor produksi, dan inflasi yang terjadi di Kabupaten
Buleleng.
1.3 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh hingga terbitnya publikasi ini
adalah hasil survei pengumpulan data yang dilakukan oleh BPS baik
pengumpulan data primer maupun pengumpulan data sekunder
yang berasal dari instansi-instansi terkait.
1.4 Sistematika Penulisan.
Publikasi ini dibagi menjadi empat bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan, menguraikan gambaran umum,
maksud dan tujuan, sumber data dan sistematika
penulisan.
Bab II : Geografis dan Kependudukan.
Bab III : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Buleleng
Bab IV : Perkembangan Sektor Produksi di Kabupaten
Buleleng
Bab V : Inflasi di Kabupaten Buleleng
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS &
KEPENDUDUKAN
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
6
2.1 GEOGRAFIS
Kondisi Geografis suatu daerah sangat menentukan
kondisi perekonomian di daerah tersebut. Tanah merupakan salah
satu kekayaan alam yang dimiliki negara, baik meliputi luas lahan,
tingkat kesuburan tanah, kondisi iklim, kekayaan hasil hutan dan
tambang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat luas wilayah
Kabupaten Buleleng sebesar 136.588 hektar atau seperempat dari
total luas Provinsi Bali. Tidak hanya memiliki wilayah yang paling
luas, topografi Buleleng juga sangat bervariatif.
Pada bagian selatan wilayah Kabupaten Buleleng
merupakan daerah perbukitan, sedangkan di bagian utara
merupakan dataran rendah pantai dengan panjang pantai
mencapai 144 km. Diantara perbukitan tersebut terdapat beberapa
gunung yang sudah tidak aktif sehingga tidak mempengaruhi
aktivitas masyarakat di sekitarnya. Selain itu Kabupaten Buleleng
dialiri banyak sungai besar dan kecil, sebagian diantaranya
merupakan sungai tadah hujan. Dua buah danau yang dimiliki,
yaitu Danau Tamblingan dengan luas mencapai seratus hektar
berada di wilayah Kecamatan Banjar dan Danau Buyan dengan luas
tiga kali lipat dari Danau Tamblingan terletak di Kecamatan
Sukasada. Luas dan variatifnya topografi di Buleleng merupakan
kekayaan alam yang berpotensi terhadap peningkatan
pembangunan ekonomi.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
7
2.2 PENDUDUK
Disamping ketersediaan sumber daya alam, pembangunan
ekonomi suatu wilayah harus didukung oleh adanya sumber daya
manusia yang baik untuk mengelolanya. Pertambahan penduduk dari
waktu ke waktu menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi.
Pertambahan penduduk akan meningkatkan jumlah angkatan kerja
yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan produksi.
Dengan pendidikan dan pelatihan yang memadai akan diperoleh
sumber daya manusia yang terlatih dan terampil, sehingga mampu
menjadi acuan pembangunan.
Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng pada Tahun 2015
menurut hasil proyeksi diperkirakan sebanyak 646,20 ribu jiwa.
Dengan luas wilayah yang mencapai 136.588 hektar atau 1.365,88
km2, maka dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk di
Kabupaten Buleleng mencapai 473 jiwa/km2. Hal ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Buleleng dirasa masih ideal sebagai wilayah untuk
bertempat tinggal, walaupun memiliki jumlah penduduk terbesar
kedua di wilayah Provinsi Bali. Suatu wilayah masih dapat dikatakan
ideal apabila kepadatan penduduknya tidak melebihi 1.000 jiwa/km2.
Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng terdiri dari 321,9
ribu laki-laki dan 324,3 ribu perempuan. Keterbandingan (sex ratio)
tercatat sebesar 99,26 persen, artinya dari 100 orang perempuan
terdapat 99 laki-laki. Secara langsung hal ini menandakan bahwa
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
8
penduduk laki-laki memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan
dengan jumlah penduduk perempuan di wilayah Kabupaten
Buleleng.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan serta Sex Rasio
Kabupaten Buleleng Tahun 2015 (000 Jiwa)
Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2015
Distribusi penduduk menurut kelompok umur menunjukkan
bahwa 26,34 persen penduduk Kabupaten Buleleng berusia muda
(umur 0-14 tahun), sebanyak 66,17 persen penduduk berusia
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Gerokgak 41.47 41.17 82.64 100.73
2. Seririt 35.24 36.53 71.77 96.47
3. Busungbiu 20.13 20.40 40.53 98.68
4. Banjar 35.38 36.06 71.44 98.11
5. Sukasada 37.72 38.07 75.79 99.08
6. Buleleng 67.06 67.75 134.81 98.98
7. Sawan 29.63 30.40 60.03 97.47
8. Kubutambahan 27.90 27.22 55.12 102.50
9. Tejakula 27.37 26.70 54.07 102.51
Jumlah 321.90 324.30 646.20 99.26
2014 320.00 322.30 642.30 99.29
2013 318.00 320.30 638.30 99.28
2012 315.90 318.40 634.30 99.21
2011 313.90 316.40 630.30 99.21
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
9
produktif (umur 15-64 tahun) dan hanya 7,49 persen penduduk yang
berumur 65 tahun ke atas. Proporsi penduduk usia produktif pada
tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mencapai 65,89 persen. Proporsi penduduk
produktif yang semakin besar mengindikasikan adanya penurunan
angka ketergantungan sehingga bisa dikatakan peluang penciptaan
nilai tambah akan semakin besar, karena penduduk yang seharusnya
aktif dalam penciptaan nilai tambah mengalami peningkatan proporsi
terhadap penduduk yang belum/tidak bisa lagi menciptakan nilai
tambah.
Dari distribusi penduduk tersebut maka dapat diketahui
angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten
Buleleng pada tahun 2015 sebesar 51,12 persen, yang artinya bahwa
Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung
sekitar 51 orang penduduk usia tidak produktif. Angka ini mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai
51,77 persen. Hal ini berarti memang benar peningkatan jumlah usia
produktif mengurangi beban ketergantungan yang terjadi di
Kabupaten Buleleng. Pada Tahun 2015, penduduk usia produktif di
Kabupaten Buleleng dibebani tanggung jawab lebih besar terhadap
penduduk usia muda dibandingkan dengan tanggung jawab terhadap
penduduk usia tua.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
10
Grafik 2.1 Piramida Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : Proyeksi Penduduk Tahun 2015
2.3 TENAGA KERJA
Angkatan Kerja didefinisikan sebagai penduduk usia 15
tahun keatas atau lebih yang kegiatan utamanya bekerja atau
mencari pekerjaan. Dengan kata lain angkatan kerja merupakan
kelompok penduduk usia kerja ( 15 tahun atau lebih ) yang sedang
atau siap melakukan kegiatan ekonomi. Sedangkan yang tergolong
bukan angkatan kerja bila mereka tidak melakukan kegiatan ekonomi
seperti bersekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan
lainnya. Lima puluh lima persen penduduk Buleleng berada pada
golongan angkatan kerja. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, 97,96
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
11
persen bekerja dan 2,04 persen sisanya menganggur. Tingkat
partisipasi angkatan kerja tersebut didominasi oleh angkatan kerja
laki-laki.
Dari jumlah penduduk Buleleng yang tergolong bukan
angkatan kerja pada tahun 2015, 29.36 persen sebagai anak sekolah,
55,01 persen mengurus rumah tangga, dan 15.63 persen melakukan
kegiatan lainnya. Untuk golongan anak sekolah, proporsi laki-laki
lebih besar dibandingkan perempuan. Sedangkan, untuk golongan
yang mengurus rumah tangga proporsi perempuan dua kali lipat
dibandingkan dengan laki-laki.
Grafik 2. 2 Proporsi Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional, 2015
40,7323,56 29,36
38,9863,20 55,01
20,29 13,24 15,63
Laki-laki Perempuan L + P
Sekolah Mengurus RT Lainnyahttp:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
12
Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Buleleng mayoritas berada di
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan dengan
proporsi sebesar 35.73 persen. Sektor selanjutnya yang banyak
digeluti oleh penduduk Kabupaten Buleleng adalah sektor
perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yaitu sebesar 27.07
persen mengingat Kabupaten Buleleng sebagai salah satu kabupaten
di Pulau Dewata yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan
domestik maupun mancanegara.
Sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan
menempati urutan ketiga sebagai mata pencaharian penduduk
Buleleng, yakni sebanyak 14,80 persen dari seluruh pekerja.
Sedangkan sektor yang paling kecil persentasenya adalah sektor
pertambangan dan penggalian yakni hanya 0,42 persen karena
Kabupaten Buleleng memang kuang potensial terhadap hasil
pertambangan dan penggalian.
Jika diklasifikasikan kedalam tiga kelompok lapangan
pekerjaan (primer, sekunder dan tersier), tumpuan perekonomian di
Buleleng kini berada pada klaster ekonomi tersier, terutama di sektor
perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Sebanyak 47,61
persen pekerja di Kabupaten Buleleng bekerja pada lapangan kerja
tersier (Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi ; Lembaga
keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan ; jasa
kemasyarakatan, sosial, dan perorangan).
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab II GEOGRAFIS DAN KEPENDUDUKAN
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
13
Grafik 2.3 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Seminggu Yang Lalu Menurut
Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Buleleng Tahun 2014-2015
Sumber : Survei Angkatan Kerja Nasional, 2014-2015
Primer, 33.38
Sekunder,
19.19
Tersier, 47.43
Primer, 36.16
Sekunder, 16.23
Tersier, 47.61
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
15
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai
tambah yang dihasilkan oleh semua kegiatan / sektor ekonomi
suatu wilayah. Apabila PDRB tersebut dikurangi dengan nilai
penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung neto,
maka merupakan Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar
Biaya Faktor, yang lebih sering disebut Pendapatan Regional.
Perhitungan PDRB dilakukan dengan dua cara penilaian yaitu
pertama atas dasar harga yang berlaku dipasar pada saat
terjadi transaksi dan kedua dinilai atas dasar harga tahun
dasar tertentu yang disebut harga konstan.
Penyajian PDRB harga yang berlaku bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang jumlah nilai tambah (PDRB)
yang telah diciptakan oleh setiap kegiatan ekonomi pada
periode berjalan (berlaku). Disamping itu juga dapat diperoleh
gambaran tentang peranan dari setiap kegiatan ekonomi
dalam menciptakan nilai tambah maupun rata-rata
pendapatan perkapita penduduk pada periode berjalan.
Sedangkan penyajian PDRB berdasarkan harga konstan (tetap)
bertujuan untuk melihat perubahan pertumbuhan produksi
secara nyata dari masing-masing kategori ekonomi dan
perubahan struktur ekonomi dari daerah yang bersangkutan.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
16
3.1 PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi diperlihatkan dengan laju
pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan yang
menggambarkan pertumbuhan produksi barang dan jasa
dihasilkan oleh seluruh sektor yang berperan dalam kegiatan
ekonomi. Dalam penghitungan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan faktor harga pada tahun berjalan / bersangkutan
telah dikeluarkan terlebih dahulu dengan perkataan lain
seluruh produksi maupun biaya antara pada tahun berjalan
dihitung dengan menggunakan harga pada tahun dasar yaitu
tahun 2000. Dengan memakai patokan tahun dasar ini bisa
dilihat perkembangan produksi yang dihasilkan suatu daerah
yaitu produksi barang dan jasa dari sektor-sektor yang
berperan dalam perekonomian suatu wilayah.
Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Buleleng selama tahun 2011 sampai dengan tahun
2015 mengalami fluktuasi. Peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Buleleng terjadi selama tahun 2011
sampai dengan pada tahun 2013 mengalami puncaknya. Pada
tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Buleleng sebesar 7,15
persen. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang pada saat itu
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
17
mencapai 6,69 persen. Pada tahun 2014 sampai dengan tahun
2015, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Buleleng
mengalami perlambatan hingga pada tahun 2015 mencapai
6,11 persen. Walaupun pertumbuhan ekonomi Buleleng
mengalami perlambatan selama dua tahun terakhir,
Kabupaten Buleleng patut berbangga karena mampu
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi tetap diatas 6
persen. Bahkan dapat melebihi laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Bali.
Grafik 3.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Buleleng dan Bali Tahun
2011 - 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
6,66
6,96
6,696,73
6,04
6,44
6,78
7,15
6,96
6,11
2011 2012 2013 2014 2015
Bali Buleleng
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
18
3.2 STRUKTUR EKONOMI BULELENG
Struktur ekonomi suatu wilayah merupakan komposisi
peranan masing-masing sektor menurut lapangan usaha
dalam perekonomian. Struktur ekonomi digunakan untuk
mengetahui sejauh mana peranan masing-masing kategori
dalam mengambil peranan kue pembangunan ekonomi di
suatu wilayah sehingga dapat diketahui potensi dari wilayah
tersebut. Salah satu indikator yang sering dipakai untuk
mengamati struktur perekonomian suatu daerah/wilayah
adalah distribusi persentase dari nilai tambah bruto menurut
kategori.
Kabupaten Buleleng memiliki karakteristik tidak jauh
berbeda dengan kabupaten lainnya di Provinsi Bali. Pada
tahun 2015, kategori pertanian masih mendominasi
perekonomian di Kabupaten Buleleng dengan share sebesar
22,86 persen. Trend menunjukkan bahwa kategori pertanian
memiliki kontribusi yang cenderung mengalami penurunan.
Namun pada tahun 2015 kategori pertanian mampu
meningkatkan share terhadap perekonomian Kabupaten
Buleleng yang pada tahun sebelumnya mencapai 22,05
persen. Kondisi ini perlahan mampu menepis keraguan bahwa
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
19
Buleleng tidak mampu menjadi daerah yang berswasembada
pangan.
Sementara di posisi kedua, kategori akomodasi dan
penyediaan makan minum memberikan konstribusi sebesar
17,92 persen. Kategori ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 17,80
persen. Peran serta masyarakat, pihak swasta dan pemerintah
memperkenalkan pariwisata Buleleng melalui berbagai
gelaran festival dan pembangunan obyek pariwisata mampu
meningkatkan peranan kategori akomodasi dan makan minum
beberapa tahun terakhir. Kategori lain yang juga memberikan
kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Buleleng
adalah perdagangan besar dan eceran. Pada tahun 2015
kontribusi perdagangan besar dan eceran di Kabupaten
Buleleng sebesar 11,44 persen. Kemudian kategori konstruksi
dan jasa pendidikan menduduki posisi keempat dan kelima
dengan kontribusi masing-masing sebesar 8,55 persen dan
6,69 persen.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
20
22,86
17,92
11,44
8,55
6,69
5,98
5,22
5,11
4,78
4,36
2,01
1,74
1,25
1,21
0,63
0,13
0,11
A. Pertanian
I. Akomodasi & Mamin
G. Perdagangan
F. Konstruksi
P. Jasa Pendidikan
C. Industri Pengolahan
J. Informasi & Komunikasi
O. Pemerintahan
L. Real Estate
K. Jasa Keuangan
Q. Jasa Kesehatan
R,S,T,U. Jasa lainnya
H. Transportasi
B. Penggalian
M,N. Jasa Perusahaan
E. Pengadaan Air
D. Listrik & Gas
Grafik 3.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : BPS Kab. Buleleng, 2015.
3. 3 TINGKAT KEMAKMURAN
Kemakmuran penduduk suatu wilayah tidak dapat
diukur dari PDRB, karena hanya menunjukkan ukuran ekonomi
dari wilayah yang bersangkutan. Namun umumnya, untuk
melihat indikator tingkat kemakmuran penduduk digunakan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab III PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
21
pendekatan pendapatan per kapita yaitu rata-rata pendapatan
regional dibagi dengan jumlah penduduk wilayah tersebut.
Pendapatan perkapita penduduk Buleleng lima tahun
terakhir menunjukkan peningkatan. Berdasarkan harga
konstan, pada tahun 2015 pendapatan perkapita penduduk
Buleleng mencapai Rp. 29,13 juta rupiah. Nilai tersebut
meningkat sebesar 5,46 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sementara itu, pertumbuhan penduduk Buleleng tahun 2015
mencapai 0,607 persen. Hal ini menggambarkan terjadinya
peningkatan kemakmuran penduduk Buleleng dari tahun ke
tahun.
Grafik 3.3.
Perkembangan PDRB per Kapita Tahun 2011-2015
(Jutaan Rupiah)
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
24,10 26,6929,99
34,78 39,45
23,00 24,41 25,99 27,62
29,13
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN
SEKTOR PRODUKSI
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
23
4.1 PERTANIAN
Pertanian merupakan sektor produksi unggulan bagi
Buleleng. Disamping banyak menyerap tenaga kerja, sektor
pertanian memberikan nilai tambah yang besar bagi PDRB
Buleleng. Namun dalam perkembangan lima tahun terakhir,
peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB secara
umum menunjukkan penurunan.
Pada tahun 2011, peran kategori pertanian dalam
pembentukan PDRB sebesar 23.62 persen. Dalam jangka
waktu empat tahun, sumbangan sektor tersebut terus
menunjukkan penurunan hingga pada tahun 2014 menjadi
22,05 persen. Penurunan peranan dari kategori pertanian
harus dicermati, mengingat perekonomian Buleleng masih
bertumpu pada kategori ini.
Namun memasuki tahun 2015, peranan kategori
pertanian mengalami peningkatan yaitu mencapai 22,86
persen. Kondisi ini sangat menggembirakan mengingat
beberapa tahun terakhir terjadi penurunan peranan pertanian
sebagai dampak dari alih fungsi lahan. Dengan meningkatnya
peranan pertanian terhadap perekonomian Kabupaten
Buleleng, maka dapat menepis keraguan bahwa Buleleng
dapat menjadi wilayah yang berswasembada pangan. Adanya
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
24
23,62 23,28 22,74 22,05 22,86
2011 2012 2013 2014 2015
peningkatan peranan pertanian terhadap perekonomian
Kabupaten Buleleng, tidak terlepas dari peran serta
pemerintah yang menggalakkan program UPSUS di tahun
tersebut.
Grafik 4.1. Distribusi Kategori Pertanian Pada PDRB
Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : BPS Kab. Buleleng, 2015 4.1.1 PADI
Beras yang merupakan hasil dari tanaman padi,
sampai saat ini masih merupakan makanan pokok sebagian
besar penduduk Bali, termasuk Kabupaten Buleleng. Oleh
karena itu komoditas beras memiliki peranan penting dalam
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
25
perekonomian masyarakat sehari-hari. Setiap perubahan yang
terjadi pada komoditi ini, baik dari segi jumlah yang tersedia
(pasokan) maupun dari segi harga sangat berpengaruh pada
berbagai aspek kehidupan yang luas dimasyarakat.
Tabel 4.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Padi
di Kaupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng, 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 679 4,136 6.09
2. Seririt 3,452 20,816 6.03
3. Busungbiu 1,757 10,678 6.08
4. Banjar 1,290 7,773 6.03
5. Sukasada 3,756 23,486 6.25
6. Buleleng 3,438 19,083 5.55
7. Sawan 5,458 34,311 6.29
8. Kubutambahan 1,305 7,925 6.07
9. Tejakula - - 0.00
Jumlah 21,135 128,208 6.07
2014 22,198 133,440 6.01
2013 22,804 136,286 5.98
2012 22,359 134,028 5.99
2011 22,950 127,798 5.57
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
26
Buleleng dikenal sebagai lumbung padi bagi Provinsi Bali
setelah Kabupaten Tabanan. Diantara 9 kecamatan di wilayah
Kabupaten Buleleng, Kecamatan Sawan merupakan sentra
produksi beras dengan luas lahan mencapai 5.458 hektar dan
produksi mencapai 34.311 ton pada tahun 2015. Sentra beras
lainnya adalah Kecamatan Sukasada, Seririt, dan Buleleng.
Sementara itu, Kecamatan Tejakula merupakan daerah yang
tidak mengusahakan padi sawah. Secara agregat, produksi
padi Buleleng pada tahun 2015 mencapai 128.208 ton, dengan
produktivitas sebesar 6,07 ton/hektar..
4.1.2 JAGUNG
Disamping beras, jagung merupakan komoditi
unggulan Buleleng. Apabila melihat siklus produksi dalam
beberapa tahun terakhir, produksi jagung cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2011, produksi jagung
mencapai 23.674 ton dari 7.330 hektar lahan. Kemudian
meningkat pada tahun 2012 dengan produksi jagung
mencapai 24.941 ton. Pada tahun-tahun berikutnya, produksi
jagung di wilayah Kabupaten Buelleng mengalami penurunan
hingga pada tahun 2015 mencapai 15.489 ton atau turun
sebesar 13,85 persen dari tahun sebelumnya.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
27
Tabel 4.2 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Jagung di
Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng, 2015
Kantong produksi jagung terbesar berasal dari
Kecamatan Gerokgak, dengan produksi mencapai 74,81
persen dari produksi jagung Buleleng. Sementara itu
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 4,290 11,857 2.76
2. Seririt 238 768 3.23
3. Busungbiu - - -
4. Banjar 36 129 3.58
5. Sukasada 134 481 3.59
6. Buleleng - - -
7. Sawan - - -
8. Kubutambahan 520 1,458 2.80
9. Tejakula 456 1,156 2.54
Jumlah 5,674 15,849 2.79
2014 6,603 18,397 2.79
2013 5,860 23,524 4.01
2012 7,714 24,941 3.23
2011 7,330 23,674 3.23
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
28
Kecamatan Busungbiu, Buleleng, dan Sawan merupakan
wilayah yang tidak memproduksi jagung pada tahun 2015.
4.1.3 UBI KAYU
Ubi kayu banyak dimanfaatkan masyarakat Buleleng
sebagai bahan kudapan, karena secara umum masyarakat
Buleleng umumnya gemar membuat jajanan. Secara agregat,
produksi ubi kayu di Buleleng berfluktuatif. Pada tahun 2015,
produksi ubi kayu mengalami penurunan hingga separuh dari
produksi tahun sebelumnya yaitu dari 14.572 ton menjadi
7.777 ton.
Pada tahun 2015, ubi kayu banyak diproduksi di
Kecamatan Tejakula. Dengan luas panen sebesar 393 hektar,
hasil produksi ubi kayu di kecamatan tersebut mencapai 3.541
ton. Wilayah sentra produksi ubi kayu lainnya adalah
Kecamatan Kubutambahan, dimana produksi mencapai 2.146
ton dari luas lahan 224 hektar. Sementara itu, ada dua
kecamatan yang tidak mengusahakan ubi kayu yaitu
Kecamatan Buleleng dan Sawan. Dan satu kecamatan yaitu
kecamatan Sukasada mengalami gagal panen.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
29
Tabel 4.3 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Ubi Kayu
di Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng, 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 45 429 9.53
2. Seririt 22 222 10.09
3. Busungbiu 20 316 15.80
4. Banjar 5 1,123 224.60
5. Sukasada 4 - 0.00
6. Buleleng - - 0.00
7. Sawan - - 0.00
8. Kubutambahan 224 2,146 9.58
9. Tejakula 393 3,541 9.01
Jumlah 713 7,777 10.91
2014 635 14,572 22.95
2013 627 15,974 25.48
2012 553 12,657 22.89
2011 636 10,525 16.55http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
30
4.1.4 KACANG TANAH
Produksi kacang tanah di Buleleng dalam lima tahun
terakhir berfluktuasi. Puncak produksi terjadi pada tahun 2012
yaitu sebesar 2.555 ton atau meningkat 45 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun pada tahun
2013 produksi kacang tanah kembali anjlok menjadi 1.538 ton
atau turun 39% dibandingkan tahun 2012.
Wilayah-wilayah di Buleleng yang menjadi kantong
produksi kacang tanah terbesar ada di Kecamatan Gerokgak
dan Kubutambahan, dimana masing-masing kecamatan
tersebut memproduksi 530 ton dan 496 ton kacang tanah.
Pada tahun 2015, hanya kecamatan Busungbiu dan Kecamatan
Buleleng yang tidak mengusahakan kacang tanah. Apabila
dilihat dari sisi produktivitas, Kecamatan Sawan memiliki
produktivitas yang besar yaitu 1,5 ton/Ha.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
31
Tabel 4.4 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Kacang Tanah di Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 432 530 1.23
2. Seririt 29 40 1.38
3. Busungbiu - - 0.00
4. Banjar 26 36 1.38
5. Sukasada 1 1 1.00
6. Buleleng - - 0.00
7. Sawan 2 3 1.50
8. Kubutambahan 463 496 1.07
9. Tejakula 108 109 1.01
Jumlah 1,061 1,215 1.15
2014 996 1,200 1.20
2013 1,093 1,538 1.41
2012 1,860 2,555 1.37
2011 1,320 1,758 1.33
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
32
4.2 PERKEBUNAN
Tidak hanya sebagai sentra penghasil tanaman pangan,
Kabupaten Buleleng juga memiliki potensi untuk
mengembangkan tanaman perkebunan karena kontur tanah
yang cocok untuk tanaman perkebunan. Salah satu hasil
perkebunan yang terkenal di Kabupaten Buleleng adalah
kelapa, kopi robusta, dan cengkeh.
4.2.1 KELAPA
Produksi kelapa di Buleleng berfluktuatif dari tahun ke
tahun. Dalam periode tahun 2011-2012 produksi kelapa
menunjukkan penurunan yaitu dari 8.105 ton menjadi 6.855
ton. Kemudian pada tahun 2013 meningkat 16,92 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan
produksi kelapa terjadi hingga tahun 2015, dengan total
produksi sebesar 8.995 ton.
Sentra produksi kelapa pada tahun 2015 berada di
Kecamatan Sawan dan Kubutambahan yang menyumbangkan
lebih dari 45 persen dari total produksi kelapa dalam di
Kabupaten Buleleng.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
33
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 1,624.50 433.92 0.27
2. Seririt 301.34 161.69 0.54
3. Busungbiu 431.85 416.26 0.96
4. Banjar 946.00 659.99 0.70
5. Sukasada 760.00 699.48 0.92
6. Buleleng 395.00 1,461.30 3.70
7. Sawan 1,065.00 2,353.19 2.21
8. Kubutambahan 1,790.00 1,717.00 0.96
9. Tejakula 1,460.00 1,092.15 0.75
Jumlah 8,773.69 8,994.98 1.03
2014 8,773 8,994 1.03
2013 8,731 8,026 0.92
2012 8,631 6,865 0.80
2011 8,734 8,105 0.93
Tabel 4.5 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas
Komoditas Kelapa Dalam di Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, 2015
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
34
4.2.2 KOPI ROBUSTA
Kopi robusta merupakan salah satu produk
perkebunan unggulan dari Buleleng. Dengan luas lahan lebih
10 ribu hektar, pada tahun 2015 secara agregat Buleleng
menghasilkan lebih dari 9 ribu ton kopi. Nilai produksi
tersebut meningkat secara signifikan, yaitu sekitar 448 persen
dari tahun sebelumnya. Meningkatnya produksi ini banyak
dipengaruhi kondisi iklim dimana Perkebunan Kopi baik di
daerah yang dingin.
Tidak semua wilayah di Buleleng mempunyai lahan
perkebunan kopi robusta. Dari Sembilan kecamatan yang ada,
kecamatan Gerokgak dan Buleleng tidak memiliki lahan
perkebunan kopi. Luas lahan perkebunan terbesar ada di
Busungbiu yaitu mencapai 5.880 hektar. Produktivitas hasil
kopi robusta tertinggi tercatat di Kecamatan Sawan dengan
hasil rata-rata 1,34 ton/Ha, sedangkan di Kecamatan
Busungbiu sebagai sentra produksinya hanya mencapai 1,16
ton/Ha.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
35
Tabel 4.6 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Kopi
Robusta di Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak - - 0.00
2. Seririt 54.91 39.08 0.71
3. Busungbiu 5,078.00 5,880.83 1.16
4. Banjar 1,715.00 730.45 0.43
5. Sukasada 1,743.00 863.83 0.50
6. Buleleng - - 0.00
7. Sawan 1,126.00 1,507.00 1.34
8. Kubutambahan 567.00 299.14 0.53
9. Tejakula 229.00 134.29 0.59
Jumlah 10,512.91 9,454.62 0.90
2014 10,745.00 2,106.71 0.20
2013 10,765.00 6,215.90 0.58
2012 10,810.00 8,977.21 0.83
2011 10,810.00 2,230.31 0.21
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
36
4.2.3 CENGKEH
Cengkeh merupakan komoditi yang bergantung
terhadap iklim. Pada tahun 2015, produksi cengkeh
mengalami peningkatan kembali menjadi sebesar 4,9 ribu ton,
setelah tahun 2014 petani cengkeh hanya mampu melakukan
panen sebanyak 1,15 ribu ton. Dalam kurun waktu lima tahun
terakhir, produksi cengkeh tertinggi terjadi pada tahun 2012
yang mencapai 6,5 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa siklus
panen raya tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng
berselang sekitar 2-3 tahun.
Busungbiu merupakan kantong produksi cengkeh di
Buleleng. Wilayah tersebut mempunyai lahan cengkeh terluas
di Buleleng yaitu 2.624 hektar. Pada tahun 2015, produksi
tanaman cengkeh di Kecamatan Busungbiu mencapai 1.663
ton. Kecamatan lain yang juga menjadi kantong produksi
cengkeh adalah Kecamatan Banjar. Kecamatan ini mampu
memproduksi 1.305 ton cengkeh di tahun 2015. Namun
produktivitas tertinggi untuk komoditas Cengkeh berada di
Kecamatan Tejakula dengan hasil rata-rata 0,93 ton/Ha.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
37
Tabel 4.7 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Komoditas Cengkeh
di Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, 2015
Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak - - -
2. Seririt 468.77 140.27 0.30
3. Busungbiu 2,624.05 1,663.17 0.63
4. Banjar 1,897.00 1,305.33 0.69
5. Sukasada 694.00 374.78 0.54
6. Buleleng 43.00 26.04 0.61
7. Sawan 289.00 39.64 0.14
8. Kubutambahan 1,008.00 674.70 0.67
9. Tejakula 731.00 683.47 0.93
Jumlah 7,754.82 4,907.40 0.63
2014 7,858.00 1,157.67 0.15
2013 7,572.00 2,359.98 0.31
2012 7,552.00 6,553.97 0.87
2011 7,570.00 483.11 0.06
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
38
4.3 PETERNAKAN
Sapi potong merupakan salah satu ternak unggulan di
Kabupaten Buleleng. Jumlah populasi sapi potong berfluktuasi
dalam periode lima tahun terakhir. Tahun 2015, jumlah
populasi sapi potong sebanyak 119.473 ekor atau turun 1,75 %
dibandingkan tahun 2014 yang berjumlah 121.613 ekor.
Jumlah tersebut masih jauh lebih kecil dibanding jumlah
populasi sapi potong tahun 2010 yang mencapai 150 ribu
ekor.
Tabel 4.8 Populasi Ternak di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng, 2015
Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing Babi
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Gerokgak 40 719 22 2 667 25 805
2. Seririt 10 246 56 359 15 049
3. Busungbiu 2 321 - 206 5 502
4. Banjar 13 035 - 1 693 14 472
5. Sukasada 10 773 7 431 5 427
6. Buleleng 5 767 - 213 9 104
7. Sawan 9 051 18 22 10 894
8. Kubutambahan 15 603 - 237 16 729
9. Tejakula 11 958 - 162 8 820
Jumlah 119 473 103 111 802 5 990
2014 121 613 134 133 457 6 191
2013 120 127 106 134 794 6 105
2012 145 780 173 222 676 …
2011 136 189 148 146 765 6 466
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
39
Terdapat enam wilayah dengan jumlah populasi ternak
sapi potong diatas 10 ribu ekor, yaitu: Gerokgak, Seririt,
Banjar, Sukasada, Kubutambahan dan Tejakula. Sementara
wilayah yang lain memiliki populasi ternak antara 2 ribu
hingga 9 ribu ekor.
Gerokgak merupakan kantong populasi sapi terbesar di
Buleleng. Jumlah populasi sapi potong di wilayah ini lebih dari
40 ribu ekor, atau 34 persen dari total populasi sapi potong di
Buleleng.
Populasi kerbau di Buleleng pada tahun 2015 hanya
berjumlah 103 ekor, dengan populasi terbanyak berada di
Kecamatan Seririt yang mencapai 54 persen dari seluruh
populasi kerbau di Buleleng.
Sama seperti kondisi yang terjadi pada sapi potong dan
kerbau, jumlah populasi babi pada tahun 2015 mengalami
penurunan. Populasi ternak babi pada tahun 2015 sebanyak
111.802 ekor atau turun 16,22 persen. Jika dibandingkan
jumlah ternak babi tahun 2014 yang berjumlah 133.457 ekor.
Semua wilayah di Buleleng memiliki populasi ternak babi.
Hanya wilayah Gerokgak memiliki jumlah populasi ternak babi
diatas 20 ribu ekor. Tingginya populasi ternak di Buleleng
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
40
berkaitan dengan tingginya permintaan akan ternak tersebut
terutama pada saat hari-hari Raya umat Hindu.
4.4 PERIKANAN
Sebagai kabupaten terluas di Propinsi Bali, Buleleng
juga memiliki garis pantai terpanjang yaitu 157,05 km2 atau
sekitar 27,2% dari total panjang pantai di Pulau Bali. Dengan
potensi ini dapat dikembangkan dua sektor sekaligus yaitu
sektor pariwisata dan sektor kelautan khusunya perikanan
tangkap. Pada 5 tahun terkahir Produksi Perikanan di
Kabupaten Buleleng khususnya untuk perikanan tangkap di
laut menunjukan tren yang meningkat. Berbeda halnya
dengan produksi perikanan yang berasal dari perairan umum
yang mengalami fluktuasi bahkan mengalami penurunan di
tahun-tahun terakhir. Sementara produksi ikan yang
dihasilkan oleh budidaya sama dengan yang ditunjukkan oleh
perikanan laut yaitu mengalami trend yang meningkat. Hal ini
perlu diperhatikan agar pemerintah Kabupaten Buleleng
semakin memperhatikan perikanan karena memiliki potensi
yang bagus untuk mendorong perekonomian Kabupaten
Buleleng.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
41
Tabel 4.9 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng, 2015
4.5 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Peran kategori pertambangan dan penggalian bagi
perekonomian Buleleng masih sangat kecil. Dalam
perkembangan enam tahun terakhir, subkategori penggalian
mengalami fluktuasi. Peranan tertinggi subkategori penggalian
di Kabupaten Buleleng terjadi pada tahun 2013, dimana share
menurut ADHB sebesar 1,45 persen dan ADHK sebesar 1,48
Kecamatan Penangkapan di Laut Penangkapan di Perairan Umum Budidaya
(1) (2) (3) (4)
1. Gerokgak 1 219,3 - 3 021
2. Seririt 1 241 0 - 7,5
3. Busungbiu - 1,1 4,3
4. Banjar 1 254,7 21,2 2,5
5. Sukasada - 32,8 45,4
6. Buleleng 1 352,4 - 4,3
7. Sawan 947 0 - 121,9
8. Kubutambahan 5.014,1 - 7,6
9. Tejakula 5 234,8 - 2,4
Jumlah 16 263,3 55,1 3 216,9
2014 17 711,8 97,4 2 055,2
2013 14 243,4 104,8 1 979,7
2012 2 276,6 94,6 1081,9
2011 12 703,4 81,0 2 221,1
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
42
persen. Share subkategori penggalian selama kurun waktu
2010-2015 hanya berkisar 1 persen terhadap perekonomian
Buleleng.
Grafik 4.2 Perkembangan Peranan Subkategori Penggalian
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 – 2015
Sumber : BPS Kabupeten Buleleng, 2015
4.6 INDUSTRI PENGOLAHAN
Pertumbuhan PDRB dari kategori industri dalam
periode lima tahun terakhir menunjukkan rata-rata
pertumbuhan 6,79 persen. Artinya bahwa kegiatan di sektor
ini selalu mampu memberikan nilai tambah yang positif
terhadap perekonomian Kabupaten Buleleng. Begitu pula
1,29
1,35 1,44 1,45 1,40
1,21
1,29 1,35
1,47 1,48
1,38
1,20
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ADHB ADHK
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
43
dengan peranannya dalam pembentukan PDRB cenderung
mengalami peningkatan, walaupun sempat terjadi penurunan
share pada tahun 2012. Peranan industri pengolahan terhadap
perekonomian Buleleng berkisar 5,6-5,9 persen.
Grafik 4.3 Perkembangan Peranan Kategori Industri Pengolahan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 - 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015 4.7 LISTRIK DAN GAS
Kegiatan dari kategori listrik dan gas di Kabupaten
Buleleng dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun
peranannya terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Buleleng relatif masih kecil yaitu
5,96
5,77 5,78 5,79 5,87
5,98
5,96
5,66 5,65
5,77
5,89 5,97
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ADHB ADHK
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
44
berkisar antara 0,10-0,14 persen. Perkembangan kategori ini
cukup baik jika dilihat dari peranannya dalam pembentukan
PDRB. Menurut harga berlaku, peranan kategori ini cenderung
mengalami penurunan hingga pada tahun 2013. Namun
kembali meningkat hingga pada tahun 2015 mencapai 0,11
persen.
Grafik 4.4 Perkembangan Peranan Sektor Listrik dan Gas
di Kabupaten Buleleng Tahun 2010 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
0,13
0,11 0,10
0,08 0,09
0,11
0,13 0,14 0,14 0,13
0,13
2010 2011 2012 2013 2014 2015
ADHB ADHK
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
45
Grafik 4.5 Persentase Pengguna Listrik Menurut Kecamatan
di Kab. Buleleng Tahun 2015
Sumber : PT. PLN (Persero) Distribusi Bali Aj. Bali Utara, 2015
Jumlah pelanggan listrik dari tahun ke tahun terus
menunjukkan peningkatan, meskipun besarnya peningkatan
berfluktuatif. Perkembangan jumlah pelanggan tahun 2015
mencapai 8,55 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan
adanya peningkatan jumlah pelanggan dari tahun ke tahun,
wajar saja jika seluruh desa dan dusun sudah mendapat aliran
Gerokgak, 12.34
Seririt, 11.10
Busungbiu, 6.58
Banjar, 9.52
Sukasada, 10.47
Buleleng, 24.72
Sawan, 9.18
Kubutambahan, 7.93
Tejakula, 8.17
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
46
listrik. Hal ini menunjukkan kinerja dari industri listrik berjalan
dengan baik.
4.8 PENGADAAN AIR DAN PENGELOLAAN SAMPAH
Perkembangan kategori pengadaan air dan
pengelolaan sampah di Kabupaten Buleleng memiliki peranan
yang sangat kecil terhadap perekonomian Kabupaten
buleleng. Selama kurun waktu 2010-2015, peranan kategori ini
tidak lebih dari 1 persen terhadap perekonomian Buleleng.
Grafik 4.6 Perkembangan Peranan
Kategori Pengadaan Air dan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
0,16
0,15
0,14 0,14 0,13
0,17 0,16 0,16 0,16
0,16
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
47
4.9 KONSTRUKSI
Perkembangan peranan kategori konstruksi dalam lima
tahun terakhir sedikit mengalami fluktuasi. Tahun 2015,
kategori kostruksi memiliki peranan 8,55 persen terhadap
perekonomian Kabupaten Buleleng. Kategori ini rata-rata
tumbuh 8,03 persen selama tahun 2011-2015.
Grafik 4.7 Perkembangan Peranan Kategori Konstruksi di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015 4.10 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
Kegiatan perdagangan pada dasarnya merupakan
usaha untuk menyalurkan suatu barang dari produsen ke
8,16
9,32 9,18
8,56 8,55
8,07
9,04 9,01 8,57
8,47
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
48
konsumen. Oleh karena itu perkembangan kategori ini sangat
tergantung pada produksi dan distribusi barang baik yang
dilakukan melalaui jalur darat antar kabupaten maupun jalur
laut yang menghubungkan antar pulau.
Grafik 4.8 Perkembangan Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
Peranan kategori perdagangan di dalam perekonomian
Kabupaten Buleleng sangatlah penting. Terbukti dengan share
kategori ini terhadap PDRB Kabupaten Buleleng yang
mencapai 11,44 persen. Kategori perdagangan merupakan
kategori penyumbang terbesar ketiga perekonomian di
11,77
11,40
11,27
11,43
11,44
11,42 11,36
11,65 11,69 11,85
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
49
Kabupaten Buleleng setelah kategori Pertanian dan kategori
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum.
4.11 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM
Tidak bisa dipungkiri bahwa seluruh daerah di wilayah
Provinsi Bali mengandalkan pariwisata sebagai salah satu
motor penggerak perekonomian. Tidak terlepas dari
Kabupaten Buleleng yang juga memiliki kekayaan alam dan
panorama indah yang dapat menjadi daya tarik wisatawan.
Hal ini yang mendorong peranan kategori penyediaan
akomodasi dan makan minum dapat berlangsung dengan baik
di Kabupaten Buleleng.
Kategori penyediaan akomodasi dan makan minum di
Kabupaten Buleleng memiliki peranan yang sangat strategis.
Selama kurun waktu 2011-2015, peranan kategori penyediaan
akomodasi dan makan minum selalu bertahan di peringkat
kedua setelah kategori pertanian. Kondisi ini tidak jauh
berbeda dengan Kabupaten lain di Provinsi Bali, karena
Provinsi Bali sangat identik dengan pariwisatanya. Pada tahun
2015, peranan penyediaan akomodasi dan makan minum
sebesar 17,92 persen.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
50
Grafik 4.9 Peranan Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015 Indikator lain yang berhubungan dengan penyediaan
akomodasi dan makan minum adalah Tingkat Penghunian
Kamar (TPK) dan Rata-rata Lama Menginap (RTLM). TPK
merupakan perbandingan antara banyaknya malam kamar
yang terpakai dengan banyaknya malam kamar yang tersedia.
Sementara rata-rata lama menginap merupakan perbandingan
banyaknya malam tempat tidur yang dipakai dengan
banyaknya tamu yang datang menginap.
15,23 15,73
16,57
17,80 17,92
14,97 15,05 15,16 15,14 15,14
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
51
Tabel 4.10 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di
Kabupaten Buleleng Tahun 2014 – 2015
Bulan 2014 2015
TPK RTLM TPK RTLM
Januari 33.05 2.62 26.61 2.43
Pebruari 39.44 2.07 22.32 1.94
Maret 44.82 2.19 24.32 2.19
April 43.62 2.24 34.79 2.16
Mei 45.28 3.39 37.84 1.82
Juni 41.66 1.76 33.90 1.94
Juli 60.56 2.14 46.97 1.72
Agustus 56.29 2.13 44.62 1.76
September 46.85 2.02 53.36 2.25
Oktober 44.69 2.21 51.71 2.26
Nopember 46.47 2.38 40.19 2.16
Desember 30.36 1.84 36.51 2.04
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
Pada tahun 2015, TPK Kabupaten Buleleng cenderung
lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2014. Kondisi ini
dipengaruhi oleh prevalensi wisatawan akan pemanfaatan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
52
akomodasi di Kabupaten Buleleng. Promosi yang dilakukan
oleh penyedia akomodasi di Kabupaten Buleleng dirasa masih
belum bisa menyaingi daerah Bali selatan. Selama tahun 2015,
TPK tertinggi terjadi pada bulan September 2015 dengan nilai
53,36.
Sementara Rata-rata Lama Menginap pada tahun
2015 di Kabupaten Buleleng secara rata-rata mencapai 2,06
hari. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2015, baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik
bermalam 2 hari di Kabupaten Buleleng.
4.12 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN
Dalam lima tahun terakhir, peranan kategori
transportasi dan pergudangan cenderung mengalami
peningkatan. Namun pada tahun 2015, peranan kategori
transportasi dan pergudangan terhadap perekonomian
Buleleng mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2015, peranan kategori tersebut
sebesar 1,32 persen.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
53
Grafik 4.10 Peranan Kategori Transportasi dan Pergudangan
di Kabupaten Buleleng Tahun 2011 – 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
4.13 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI
Peranan kategori ini dalam pembentukan PDRB dari
tahun 2011 – 2015 cenderung mengalami peningkatan. Hanya
di tahun 2015 saja yang mengalami penurunan karena lesunya
perekonomian. Peranan kategori Jasa Keuangan dan Asuransi
di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 sebesar 4,36 persen.
1,31
1,27
1,30
1,34
1,25
1,36 1,34 1,35 1,38
1,32
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
54
Grafik 4.11 Peranan Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi
di Kabupaten Buleleng Tahun 2011-2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
4.14 KEUANGAN DAERAH
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng tahun
anggaran 2015 sebesar 1,937 triliun rupiah atau mengalami
peningkatan sebesar 25,54 persen dibandingkan tahun 2014.
Dalam melaksanakan roda pemerintahan, pemerintah daerah
Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 menggunakan dana
sebesar 1,695 triliun rupiah atau mengalami peningkatan
15,56 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari realisasi
anggaran tersebut terdapat surplus sebesar 163 milyar rupiah.
4,03
4,33
4,59 4,63
4,36
4,01 4,10
4,38 4,49
4,45
2011 2012 2013 2014 2015
Berlaku Konstan
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
55
Tabel 4.11 Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Buleleng
Tahun 2014-2015 (Rupiah)
Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Buleleng, 2015
Berdasar APBD Tahun 2015, realisasi pendapatan
mencapai 101,67 persen dari target pendapatan yang telah
ditetapkan. Realisasi PAD mencapai 293 milyar rupiah atau
110,74 persen dari target PAD. Realisasi PAD pada tahun
2015 ini mengalami peningkatan 33,39 persen dari tahun
sebelumnya. Pencapaian realisasi pajak daerah pada tahun
2015 sebesar 110,72 milyar rupiah. Pencapaian ini tidak
sesuai dengan target APBD yang mencapai 115,75 milyar
rupiah. Sementara realisasi retribusi daerah tahun 2015
sangat optimal, hal ini terlihat dari realisasi retribusi yang
Realisasi Anggaran 2014 2015
(1) (2) (3)
1. Pendapatan 1,543,584,630,668.08 1,937,771,344,639.04
2. Belanja 1,467,019,443,145.70 1,695,226,353,195.69
3. Realisasi Pembiayaan 108,688,273,138.59 91,254,054,667.91
a. Penerimaan Daerah 111,631,931,788.59 93,312,054,667.91
b. Pengeluaran Daerah 2,943,658,650.00 2,058,000,000.00
4. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 93,312,054,667.91 163,028,843,959.34
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab IV PERKEMBANGAN SEKTOR PRODUKSI
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
56
mencapai 19,94 milyar rupiah melebihi target APBD
sebesar 17,72 milyar rupiah.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V INFLASI
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V I N F L A S I
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
58
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi disebut dengan deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).
Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan
harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Paket barang dan jasa dalam keranjang IHK di Kota Singaraja
telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun
2012 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Buleleng. Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara
bulanan di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa
jenis barang/jasa.
Inflasi Kota Singaraja pada tahun 2015 mencapai 2,97
persen. Inflasi yang terjadi di Kota Singaraja ternyata lebih
tinggi dibandingkan dengan inflasi Kota Denpasar dan Bali
yang masing-masing mencapai 2,70 persen dan 2,75 persen.
Namun inflasi Kota Singaraja tercatat masih berada di bawah
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V I N F L A S I
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
59
inflasi nasional yang mencapai 3,35 persen dan jauh lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
mencapai 10,32 persen. Rendahnya angka inflasi di tahun 2015
tidak terlepas dari suplay dan demand yang masih terjaga terutama
untuk kebutuhan paling pokok dari masyarakat yaitu bahan
makanan. Setelah mengalami kenaikan harga yang cukup tajam di
tahun 2013-2014, harga-harga beberapa komoditas justru bergerak
landai di tahun selanjutnya. Kondisi ini merupakan hal yang positif
mengingat inflasi Kota Singaraja dapat terkendali tidak sampai
menyentuh dua digit. Inflasi yang tinggi dapat berdampak
secara tidak langsung pada permasalahan-permasalahan
ekonomi makro seperti pengangguran, kemiskinan, dan
distribusi pendapatan.
Selama tahun 2015, inflasi Kota Singaraja mengalami
fluktuasi. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2015
yaitu mencapai 1,54 persen. Tingginya inflasi didorong oleh
tingginya laju inflasi kelompok bahan makanan yang mencapai
4,64 persen. Hal ini diduga disebabkan karena adanya
perayaan Tahun Baru dan Natal di bulan tersebut. Selain itu
inflasi yang cukup tinggi juga terjadi pada bulan Juli 2015 yaitu
sebesar 0,87 persen. Kondisi ini diduga karena adanya
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V I N F L A S I
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
60
pengaruh hari-hari besar keagamaan yang jatuh pada bulan
tersebut yaitu Idul Fitri dan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Grafik 5.1
Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Tahun 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
Sementara deflasi yang paling dalam terjadi pada
bulan Oktober 2015 yang mencapai 1,05 persen. Deflasi
terjadi karena didorong oleh menurunnya harga kelompok
bahan makanan yang memiliki laju deflasi sebesar 3,36
persen. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan
harga pada Oktober 2015 antara lain cabai rawit, cabai merah,
(0,61)
0,42 0,34
0,64
0,21
(0,18)
0,87
0,20 0,27
(1,05)
0,32
1,54
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V I N F L A S I
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
61
daging ayam ras, ikan tongkol/ambu, ketimun, buncis, telur
ayam ras, kangkung, pasir, dan bahan bakar rumahtangga.
Grafik 5.2 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Komoditas
di Kota Singaraja Tahun 2015
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2015
Pergerakan Inflasi di Kota Singaraja pada tahun 2015
sebagian besar dipengaruhi oleh kelompok pengeluaran bahan
makanan sebesar 4,74 persen, makanan jadi sebesar 4,22
persen, sandang sebesar 7,73 persen, perumahan sebesar
3,33 persen, pendidikan sebesar 3,29 persen, kesehatan
-10
-5
0
5
10
15
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG
KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
Bab V I N F L A S I
INDIKATOR EKONOMI KABUPATEN BULELENG 2015
62
sebesar 2,61 persen. Sementara kelompok pengeluaran
transportasi pada tahun 2015 mengalami deflasi sebesar 5,23
persen.
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d
http:/
/bulel
engk
ab.bp
s.go.i
d