Upload
widya-isra
View
268
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah radiologi sebagai panduan untuk membaca foto rontgen
Citation preview
LEMBAR PENGESAHAN
Jurnal yang berjudul Unit Radiologi RSUD Kota Padang Panjang ini telah disetujui
dan siap untuk diperiksa kebenarannya dihadapan tim penguji Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah
Menyetujui
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Dra. Fidiariani Sjaaf, M.Si dr. Rika Amran
Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah
Prof.Dr.Amirmuslim Malik, Phd
UNIT RADIOLOGI RSUD KOTA PADANG PANJANG
Oleh :
ABSTRACT
Unit of Radiology is a medical support unit that has an important role in the care of patients
both as pendiagnosa a disease or as a reference for the provision of medical direction for the
clinician in a hospital. As a unit supporting the radiology required to always be ready in the
provision of information required by the relevant units information provided must be
complete, accurate and fast. With an increasing number of diseases and increasing patient
then it is impossible to present a radiology systems are still using conventional systems
(manual). Rontgent serve to know that there are abnormalities in the human body with the
help of radiation or X-ray radiation in order to determine the diagnosis of therapy.
ABSTRAK
Unit Radiologi merupakan unit penunjang medis yang mempunyai peranan penting dalam
pelayanan pasien baik sebagai pendiagnosa suatu penyakit maupun sebagai acuan pemberian
arah pengobatan bagi para klinisi dalam sebuah rumah sakit. Sebagai unit penunjang maka
radiologi dituntut untuk selalu siap dalam pemberian informasi yang dibutuhkan oleh unit-
unit terkait, informasi yang diberikan haruslah lengkap, akurat dan cepat. Dengan
peningkatan jumlah penyakit dan pasien yang semakin bertambah maka untuk sekarang ini
mustahil suatu sistem radiologi masih menggunakan sistem konvensional (manual).
PENDAHULUAN
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada
masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan
dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas
rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.
Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum menyelenggarakan
kegiatan :
a. Pelayanan medis
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan
f. Administrasi umum dan keuangan
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, fungsi rumah
sakit adalah :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai dengan standar
pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatn.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahan bidang kesehatan.
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA PADANG PANJANG
Jl. Tabek Gadang Ganting Gunung – Padang Panjang.Telp. (0752) 82046, 484249, 484250
Facs. (0752) 484250
Visi dan Misi RSUD Kota Padang Panjang
VISI : Rumah Sakit Umum Sebagai Tujuan Wisata Kesehatan Dengan Keunggulan Di
Bidang Respirasi Yang Islami
MISI : Menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Yang Bersahabat, Menyenangkan
Dan Berkualitas Yang Islami Secara Cepat, Tepat, Profesional Dan Terjangkau. Sebagai
sebuah Rumah Sakit Pemerintah, para spesialis di RSUD Kota Padang Panjang bekerja dalam
satu tim untuk memastikan bahwa pasien akan mendapatkan pelayanan dan perawatan yang
paling baik. RSUD Kota Padang Panjang juga menyediakan kendali mutu dari pelayanan
medis yang terintegrasi yang selalu direview dan diaudit secara medis. RSUD Kota Padang
Panjang dibangun sesuai dengan kebutuhan pasien. Ruang perawatan memenuhi standar
kenyamanan kamar hotel. Interior didesign untuk menghadirkan suasana yang
menyenangkan, indah dan nyaman agar dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
Apalagi dengan letak yang berada di pegunungan dengan pemandangan yang begitu indah
serta udara yang bersih dan segar. RSUD ini dibangun di atas tanah seluas 39.654 m2.
Pembangunan telah dilaksanakan sejak tahun 2005 dengan fisik bangunan yang sudah
sempurna dibangun adalah seluas 13.481 m2.Di RSUD kota Padang Panjang pada unit
radiologi terdapat CT – Scan dan X – Ray Dental Panorami
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan
amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak
dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik
khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai
dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik
swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah
sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi
dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu,
radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik
dari peralatan maupun metodanya.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya
radiologi diagnostik, maka dibuat buku Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan. Buku standar atau pedoman radiologi
yang telah diterbitkan sebelum tahun 1997 dirasakan sudah tidak sesuai lagi
dengan situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
sehingga dipandang perlu dilakukan revisi sehingga dapat dipakai sebagai acuan
bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik
dan untuk keperluan pembinaan
Tujuan umum : tercapainya standarisasi pelayanan radiologi
diagnostik diseluruh Indonesia sesuai dengan jenis
dan kelas sarana pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatanuntuk
menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik.
2. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan sarana pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan radiologi.
3. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan lebih lanjut yang
arahannya disesuaikan dengan tingkat pelayanan radiologi yang telah
dicapai dan proyeksi kebutuhan pelayanan di masa depan.
Ruang lingkup
Pelayanan radiologi diagnostik
meliputi :
1. Pelayanan Radiodiagnostik
2. Pelayanan Imejing Diagnostik
3. Pelayanan Radiologi Intervensional
Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi pengion, meliputi antara lain pelayanan X-ray
konvensional, Computed Tomography Scan/CT Scan dan mammografi.
Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis
dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan
dengan Magnetic Resonance Imaging/MRI, USG.
Pelayanan radiologi intervensional adalah pelayanan untuk melakukan
diagnosis dan terapi intervensi dengan menggunakan peralatan radiologi X-
ray (Angiografi, CT). Pelayanan ini memakai radiasi pengion dan radiasi
non pengion.
Struktur Organisasi
Dalam setiap instalasi/unit pelayanan radiologi diagnostik ada
struktur organisasi yang mengatur jalur komando dan jalur koordinasi
dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan radiologi diagnostik.
Struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi dalam upaya manajemen pelayanan radiologi diagnostik.
Bagan dan komponen dalam struktur organisasi disesuaikan dengan jenis
kegiatan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi serta struktur
organisasi induk sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi/Unit dapat dibantu oleh
Koordinator yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan efektivitas. Setiap
tenaga yang berada dalam instansi tersebut mempunyai uraian tugas yang
ditetapkan atau disahkan oleh penanggung jawab atau pimpinan sarana
pelayanan kesehatan. Bagan struktur organisasi dan uraian tugas masing-
masing tenaga ditetapkan atau disahkan oleh Pimpinan atau Direktur
sarana pelayanan kesehatan tersebut.
PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK
A. PERIZINAN
1. Setiap sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
radiologi diagnostik harus mempunyai izin pelayanan dari Departemen
Kesehatan cq Kepala Dinas Kesehatan Propinsi sesuai peraturan yang
berlaku.
2. Setiap peralatan yang menggunakan radiasi pengion harus mempunyai
izin pemanfaatan alat dari BAPETEN.
3. Peralatan yang dicabut izin penggunaannya oleh BAPETEN tidak dapat
digunakan untuk pelayanan radiologi diagnostik.
4. Penambahan alat baru yang menyebabkan perubahan denah ruangan,
harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
melampirkan :
a. Fotokopi legalisir asli izin penggunaan alat dari BAPETEN beserta
dokumen penyertanya.
b. Fotokopi legalisir asli izin edar peralatan kesehatan dari Departemen
Kesehatan.
5. Sarana pelayanan kesehatan yang mengalami perubahan nama dan
kepemilikan, pindah lokasi harus mengganti izin pelayanan.
RUMAH SAKIT KELAS C atau setara
JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH
1. Spesialis Radiologi Memiliki SIP 1 orang2. Radiografer D III Teknik Radiologi
Memiliki SIKR
2 orang / alat
3. Petugas Proteksi
Radiasi (PPR) Medik
Tingkat II
Memiliki SIB
1 orang
4. Fisikawan Medik D IV / S 1 1 orang5. Tenaga Elektromedis DIII ATEM 1 orang/sarana
yankes6. Perawat D III Keperawatan
Memiliki SIP
1 orang
7.Tenaga Administrasi
dan kamar gelap
SMU / sederajat 2 orang
Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :
1. Dokter Spesialis Radiologi
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik
radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional
serta melakukan revisi bila perlu.
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan
dalam SOP.
c. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan fluroskopi bersama
dengan radiografer. Khusus pemeriksaan yang
memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan oleh dokter
spesialis radiologi atau dokter lain/tenaga kesehatan yang mendapat
pendelegasian.
d. Menjelaskan dan menandatangani informed consent / izin tindakan
medik kepada pasien atau keluarga pasien.
e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiodiagnostik,
imejing diagnostik dan tindakan radiologi intervensional.
f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai kebutuhan.
g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
h. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.Menjamin
bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk
mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan
mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.
j. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau
intervensional dengan mempertimbangkan informasi pemeriksaan
sebelumnya.
k. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis.
l. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi.
2. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien, obat-obatan dan peralatan untuk pemeriksaan
dan pembuatan foto radiologi.
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan.
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP. Khusus untuk
pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan dikerjakan
bersama dokter spesialis radiologi.
d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station).
e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu.
f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di
sekitar ruang pesawat sinar-X.
g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan
paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
Tenaga Kamar Gelap
a. Menyiapkan kaset dan
film.
b. Melakukan pemrosesan
c. Mengganti cairan processing (cairan developer dan fixer).
d. Bertanggung jawab terhadap kebersihan ruang kamar gelap.
Rumah Sakit Kelas C atau Setara
NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH1 USG Multipurpose,
Transducer linier dan curve/sektoral 2.5
– 10 mHz
Monitor dan printer USG
1 Unit
2 Analog X-ray
Fixed Unit dan
atau Digital
Multipurpose radiografi fungsional
(dapat untuk segala jenis pemeriksaan
konvensional radiografi).
Controle table digital atau manual High
tension transformer/ generator X-ray
tube dengan kapasitas 30 –
1 Unit
NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH150 KV dan minimal 100 mA
Meja stationer dengan bucky dan
bucky stand
Expose time : 0.01 – 2 detik
High X-ray voltage generator 30 –
150 KV3 Mobile x-ray Punya 2 tuas tangkai tube agar
pergerakan dapat leluasa.
Kekuatan 30 – 100 KV, minimal 100
mA
Kelengkapan proteksi radiasi :
minimal 2 apron
Beroda, dengan atau tanpa battery
1 Unit
4 Dental X- ray Digital; Focal spot : 0.7mm x 0.7mm;
tube voltage : 60-70kV; tube current :
4-7 mA; exposure time 0.01 – 3.2 sec;
Total filtration : 2.0 mmAl; half value
layer : 1,5 mmAl.
1 Unit
5 Peralatan
protektif radiasi
Lead apron, tebal 0.25 - 0,5 mm Pb,
Neck Pb, 0.25 – 0.5 mm Pb
Gonad Pb, 0.25 – 0.5 mm Pb
Kaca mata Pb, 1 mm Pb
Tabir mobile minimal 200 cm (t)x100
cm (l) setara 2 mm Pb, ukuran kaca
sesuai kebutuhan, tebal 2 mm Pb
Sesuai
kebutuhan
6 Perlengkapan
proteksi radiasi
Film badge/TLD, jumlah sesuai
jumlah pekerja
Sesuai
kebutuhan
7 Quality
Assurance dan
Quality Control
Beam alignment test tool,
densitometer, sensitometer,
collimator tool, automatic beam
analyzer, safe light test, termometer
untuk cairan processing film, alat
pengukur suhu dan kelembaban
Sesuai
kebutuhan
NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH8 Emergency kit Peralatan dan obat-obatan untuk RJP
sesuai dengan standar anestesi untuk
tindakan intervensional
radiologi
Sesuai
kebutuhan
9 Kamar gelap Automatic processor
ID Camera/labelling
1 Unit
1 Unit
10 Viewing box Double atau single tank Sesuai
kebutuhan
RUANGAN
Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan
adalah :
- Fungsi ruangan/jenis kegiatan
- Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien, lingkungan -
Efisiensi
Persyaratan ruangan :
a. Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan
gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan
lainnya.
b. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran
dan alarm sesuai dengan kebutuhan.
c. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %.
d. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan
yang dibutuhkan sebagai berikut :
1. Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (duapuluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik),
atau beton dengan ketebalan 20 cm (duapuluh sentimeter) atau setara
dengan 2 mm (dua milimeter) timah hitam (Pb), sehingga tingkat
Radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas
Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun).
2. Pintu dan ventilasi
- Pintu ruangan Pesawat Sinar-X dilapisi dengan timah hitam dengan
ketebalan tertentu sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan
Pesawat Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun
(satu milisievert per tahun).
- Ventilasi setinggi 2 (dua) meter dari lantai sebelah luar agar orang di
luar tidak terkena paparan radiasi.
- Di atas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang
menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang
dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi).
3. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan
kebutuhan.
4. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih/overlapping
5. Jenis dan ukuran ruangan :
a. Ruang penyinaran/ Ruang X-ray
- Ukuran ruangan : sesuai kebutuhan/besarnya alat.
- Ruang X-ray tanpa fluoroskopi, minimal:
Alat dengan kekuatan s/d 125 KV : 4m (p) x 3m (l) x 2,8m
(t) Alat dengan kekuatan >125 KV : 6,5m (p) x 4m (l) x
2,8m (t)
- Ruang X-ray dengan fluoroskopi : 7.5m (p) x 5,7m (l) x 2,8m (t)
b. Ruang CT Scan
- Ukuran : 6m (p) x 4m (l) x
3m (t) - Dilengkapi
dengan :
Ruang
operator
Ruang
mesin
Ruang AHU/chiller
.
UNIT RADIOLOGI
Unit Radiologi yang terdapat pada rumah sakit membutuhkan beberapa ruang utama yaitu
ruang penyinaran, ruang operator, kamar gelap, ruang sanitasi, ruang baca film dan ruang
perencanaan dosis. Selain ruang utama diperlukan pula ruang administrasi yang mencakup
antara lain ruang tata usaha, ruang tunggu pasien, ruang kerja dokter, dan lain sebagainya.
Lingkungan lokasi harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang menyangkut keselamatan
dan kesehatan. Pembagian daerah aktivitas menurut tingkat radiasi dibagi atas tiga daerah
radiasi yaitu daerah radiasi rendah (dosis ekivalen yang diterima tubuh bukan 0,1
rem/minggu tetapi 5 rem/tahun). Ukuran ruang minimum tergantung pada peralatan dan
kenyamanan yang diperlukan. Untuk ruang penyinaran agar dipenuhi ketinggian jendela
minimum, lantai harus mudah dibersihkan, persyaratan lapisan pintu untuk pesawat sinar,
sistem saklar interlock pada semua pintu masuk, pengamanan ambang pintu dari hamburan
radiasi, ketahanan terhadap penyinaran, perlindungan pada ventilasi luar atau AC,
penghalang untuk semua bukaan dan lubang-lubang pada perisai pelindung dan ruang terapi
dengan sistem TV terbatas.
SYARAT INFRASTRUKTUR UNIT RADIOLOGI
Unit Radiologi yang terdapat pada rumah sakit membutuhkan beberapa ruang utama, yaitu :
1. ruang penyinaran
Untuk ruang penyinaran agar dipenuhi ketinggian jendela minimum, lantai harus mudah
dibersihkan, persyaratan lapisan pintu untuk pesawat sinar, sistem saklar interlock pada
semua pintu masuk, pengamanan ambang pintu dari hamburan radiasi, ketahanan terhadap
penyinaran, perlindungan pada ventilasi luar atau AC, penghalang untuk semua bukaan dan
lubang-lubang pada perisai pelindung dan ruang terapi dengan sistem TV terbatas.
2. ruang operator
3. kamar gelap
4. ruang baca film
Selain ruang utama diperlukan pula ruang administrasi, yaitu :
1. ruang tata usaha
2. ruang tunggu pasien
PERALATAN RADIOLOGI
Alat-alat radiologi yang terdapat pada RSUD kota Padang Panjang;
Rontgenografi adalah salah satu jenis pemeriksaan penunjang medis dengan menggunakan
sinar-x untuk pemeriksaan thorak dan rongga abdomen dengan panduan operator.
X – Ray Dental Panoramic, film yang digunakan adalah film khusus untuk dental radiografi
yang merupakan single emulsi. Panoramic digunakn untuk melihat gigi secara keseluruhan,
hanya denga satu kali pemeriksaan tetapi kerugian panoramic adalah radiasi yang diterima
pasien lebih lama dibanding dengan dental radiografi biasa.
PROTEKSI RADIASI
Proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukab untuk mengurangi radiasi yang merusak
akibat paparan radiasi. Keselamatan radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
melindungi pekerja, anggota masyarakat dari bahaya radiasi.
Tujuan proteksi radiasi merupakan tanggung jawab manajemen, kebijakan, prosedur dan
susunan rencana organisasi yangsesuai dengan sifat dan tingkat resiko yang dapat
ditimbulkan dalam pemanfaatan sumber radiasi. Tujuan lainnya adalah sebagai salah satu
persyaratan izin, pemanfaatan sumber radiasi untuk kegiatan radiologi, diagnostik dan terapi
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan pemerintah no 29 tahun 2008 dan sebagai panduan
dalam melaksanakan kegiatan keselamatan radiasi di instalasi radiologi diagnostik dan terapi.
PERALATAN RADIOLOGI
Alat-alat radiologi yang terdapat pada RSUD kota Padang Panjang;
Rontgenografi adalah salah satu jenis pemeriksaan penunjang medis dengan menggunakan
sinar-x untuk pemeriksaan thorak dan rongga abdomen dengan panduan operator.
X – Ray Dental Panoramic, film yang digunakan adalah film khusus untuk dental radiografi
yang merupakan single emulsi. Panoramic digunakn untuk melihat gigi secara keseluruhan,
hanya denga satu kali pemeriksaan tetapi kerugian panoramic adalah radiasi yang diterima
pasien lebih lama dibanding dengan dental radiografi biasa.
Proses pencucian dan pengolahan film rontgen. Film rontgen yang sudah disinar dibawa ke
kamar gelap. Film kemudian dikeluarkan dan digantung pada film hanger yang sesuai dengan
ukuran film. Mula-mula film dimasukkan kedalam cairan pembangkit (developer), lalu film
dicelupkan dalam bak berisi air H2O pembilas dengan tujuan untuk mencuci alkali yang
melekat pada film setelah itu film dimasukkan ke dalam cairan penetap (fixer). Guna cairan
penetap ini adalah untuk mengikat secara kimia butiran-butiran perak bronida yang tidak
terkena radiasi dan melepaskannya dari film. Pencucian film terakhir setelah dikeluarkan dari
cairan penetap, dicuci dalam bak air yang mengalir supaya emulsi yang melekat pada film
menghilang. Pengeringan film dilakukan didlam kamar yang bebas debu atau dapat juga
dengan menggunakan kipas angin atau alat pengering lainnya.
Cairan pembangkit (developer) dapat berupa bubbuk atau cairan. Di bawah tanki pembangkit
di tarok bubuk pembangkit, lalu di tarok cairannya kemudian diaduk. Film dicelupkan selama
rata-rata 4 menit. Waktu pembangkit mempunyai pengaruh yang besar terhadap kontras film
dengtan suhu 20 C.
Cairan penetap (fixer) berbentuk garam amoniun thio sulfat yang lebih pekat dari garam
penetap untuk film biasa karena lapisan perak bronida film rontgen lebih tebal. Setelah film
dicuci dengan air pembilas selama 10 menit lalu film dimasukkan kedalam tanki penetap
(fixer) selama 10 menit.
Syarat-syatrat foto layak baca ; posisi AP supine (anteroposterior) biasanya untuk anak bayi,
anak usia kurang dari 2 tahun dan orang tua. PA supine (posteroanterior) scapula diluar paru,
clavicuala bentuk S, RIC agak lebar kondisi foto normalnya sampai vertebra thorakal IV.
Simetris, ujung medial clavikula sama kiri dan kanan. Inspirasi dalam.
PROSEDUR PROTEKSI RADIASI:
1. Untuk pasien;
a. Ujung berkas sinar-x yang mengenai film harus diamati untuk menjamin bahwa
tidak boleh lebih dari lapangan yang diinginkan. Ukuran kaset yang dipakai harus
sekecil mungkin konsisten dengan tujuan pemeriksaan diagnostik.
b. Jiak pasien tidak kooperatif, pasien bisa didampingi oleh keluarga atau perawat.
c. Menjamin bahwa paparan radiasi yang diterima oleh pasien dipertahankan
setingkat minimum, konsisten dengan kualitas citra, manfaat penuh harus
dilakukan dengan kombinasi teknik seperti menghindari pengulangan foto,
menjamin kebenaran faktor paparan atau parameter keselamatan sinar-x.
2. Untuk ibu hamil;
Memeberikan proteksi di faerah abdomen serta memberikan perlindunagn yang tapat
khususnya pada kehamilan trisemester pertama.
3. Untuk anak;
a. Lindungi tiroid, payudara, mata dan gonad pasien sebisa mungkin.
b. Menggunakan teknik yang optimal dan meminimalkan waktu pencitraan
4. Untuk keluarga pasien;
a. Untuk membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat
penyinaran harus dilakukan oleh orang dewasa sebagai keluarga dan bukan oleh
petugas
b. Apron dan sarung tangan harus dikenakan pada mereka.
c. Dalam kasus apapun kaset atau tabung tidak boleh dipegang.
Peralatan proteksi radiasi: apron, tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb, kacamata
Pb, sarung tangan Pb, pelindung tiroid Pb, pelindung ovarium, pelindung gonad Pb.
PROSEDUR RONTGEN
Prosedur melakukan rontgen terbagi dua, yaitu; melalui jalur PPJS (semua pemeriksaan
ditanggung pemerintah) dan melalui jalur dengan biaya sendiri.
Kelebihan unit radiologi RSUD kota Padang Panjang adalah merupakan unit radiologi yang
lengkap untuk tingkat daerah di provinsi Sumatera Barat.
Kekurangan unit radiologi RSUD kota Padang Panjang adalah tidak mempunyai dokter
radiolog sehingga yang membaca hasil rontgen adalah dokter ortophedy, dokter paru, dokter
penyakit dalam dan dokter umum sendiri. Alat rontgen tidak lengkap yang ada hanya
rontgenografi dan x-ray dental panoramic
Struktur organisasi keselamatan radiasi di RSUD kota Padang Panjang
KESIMPULAN
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008 tanggal 3
November 2008 tentang standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan
kesehatan, menyatakan diantaranya harus memiliki dokter spesialis radiologi. Harus
memlikiki peralatan rontgen seperti USG, Mobile X-Ray, Dental X- ray, Peralatan protektif
radiasi,Perlengkapan proteksi radiasi. Sedangkan pada unit radiologi RSUD Padang Panjang
tidak ada tenaga dokter spesialis radiologi dan peralatan rontgennya hanya rontgenografi dan
X-Ray dental panoramic.
Pemegang izin
Direktur RS
Petugas Proteksi Radiasi
Deri Alfajri, SST
Pekerja Radiasi
Deri Gusman, AMR
Deri Alfajri, SST
Abdul Hamzah S, AMR
Krisnolina Dewita, AMR
Erdiansyah, AMR
Yovan Dwi Antos, AMR
SARAN
Bagi radiografer melakukan pemeriksaan radiologi harus sesuai dengan SOP (standart
operasional prosedur). Bagi masyarakat agar menjalankan perintah dari radiologi agar tidak
terjadi pengulangan foto. Bagi rumah sakit agar dapat menyediakan alat-alat proteksi radiasi
dan melakukan kalibrasi rutin dan pengecekan alat-alat radiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Oktavia Puspita. 2011. Proteksi Radiasi. Padang. Universitas Baiturrahmah.
Akhadi, Mukhlis. 2000. Dasar-dasar Proteksi Radiasi. Jakarta;Rineka Cipta.
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta; FKUI
http://library.gunadarma.ac.id/abstraction_18106016-ssm_filkom.pdf, oleh : Sri Susilowati
http://firmankaka.blogspot.com/2007/09/tata-cara-perencanaan-bangunan.html
Ballinger P. W., (1995), merril’s Atlas of Radiographic posision and Radiologi Procedure. Eight
editions. St. Louse Mosbu, Year book. Inc.
Syaifuddin, Drs. H. (1997), Anatomi fisiologi untuk siswa perawat, Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC.
Warrick, c.k. (1976), Anatomy and physiologi for radiographers and radiologic technicians. fifth
edition chicago.
Sloane, Ethel. (2003), anatomi dan fisiologi untuk pemula, jakarta : penerbit buku kedokteran EGC.
Reven p, prof. Dr. (1994), Atlas anatomi, Jakarta : penerbit Djambatan.