Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PERGESERAN FUNGSI RUANG PUBLIK SELASAR PADA RUMAH
SUSUN
(Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah Susun Pulogebang)
SKRIPSI
LUTHFI ABDILLAH ICHWAN
0606075725
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
DEPOK
Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Luthfi Abdillah Ichwan
NPM : 0606075725
Tanda Tangan : ..........................................
Tanggal : 17 Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Luthfi Abdillah Ichwan
NPM : 0606075725
Program Studi : Arsitektur
Judul Skripsi : Pergeseran Fungsi Ruang Publik Selasar pada rumah susun
(studi kasus: rumah susun Klender dan rumah susun
Pulogebang)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Arsitektur pada Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Emirhadi Suganda ( ..............................)
Penguji : Ir.Hendrajaya Isnaeni MSc. Ph.D ( ..............................)
Penguji : Dita Trisnawan, ST. M.Arch. Ph.D ( ..............................)
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 17 Desember 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya yang diberikan kepada penulis karena diberikan kesempatan untuk
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, sebagai salah satu persyaratan untuk
menjadi Sarjana Arsitektur, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
selama penulisan skripsi ini, maupun selama kehidupan perkuliahan di
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Karena itu penulis
merasa ingin untuk mengucapkan terima kasi kepada pihak-pihak yang sangat
dekat dengan kehidupan penulis, yaitu:
1. Allah SWT yang atas izinnya, penulis diizinkan untuk menyelesaikan
tulisan skripsi ini meskipun harus melalui dua semester. Bagaimanapun
penulis merasa bersyukur skripsi ini akhirnya bisa selesai.
2. Hj. Rina Setyowati dan H. Chamid Ichwan sebagai orang tua yang telah
rela dan sangat sabar membesarkan anak-anaknya dengan segala tingkah
polahnya. Untuk adikku Nisa, Mira, dan Ghifary juga terima kasih.
3. Prof. Emirhadi Suganda sebagai pembimbing skripsi yang sudah sangat
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan saran
dan nasihatnya.
4. Ir. Hendrajaya Isnaeni, M.Sc., Ph.D selaku koordinator skripsi dan seorang
pembimbing akademis yang baik dan sangat murah hati bagi penulis pada
perwalian di setiap semesternya.
5. Teman-temanku Agung, Affa, Bayu, Imam, Stip, Kharis, Dito, Ade yang
selalu setia menemani di kala senang maupun susah. Ga ada yang ngalahin
kalian.
6. Teman-teman seperjuangan 2006. Yang selalu bersama di setiap jenjang
semesternya. Bersama kalian 4 tahun ini terasa begitu sebentar dan begitu
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
v
lama, tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Tanpa kalian, kampus,
kantek, kutek, dan pusjur tidak pernah terasa sama
7. Teman-temanku Nisa, Banu, Idznie, Rian, Risty, Sekar, Sheila, Mirdew,
Dira, Intan yang sering mengisi kehidupan perkuliahan dan studio
sehingga menjadi lebih berwarna.
8. Teman-teman satu pembimbing skripsi kloter pertama: Gemala Dewi dan
Dinastia Gilang maupun klote kedua Siti Nur Ayu dan Serly Listianti yang
selalu berbagi informasi mengenai skripsi.
9. Anak-anak 2005 Pujas, Adi, Arman yang selalu sigap mengajak penulis
bermain baik di saat senggang maupun di saat sibuk. Channing, Windy,
Maya yang pernah mengambil mata kuliah yang sama dan membantu
penulis untuk mengisi ketidaktahuannya. Tidak lupa juga terhadap saudara
Susanto Ginanjar Putro yang memberikan nasihat-nasihat yang sungguh
membuat penulis merasa tergugah untuk terus berjuang. (makasih to)
10. Teman-teman Kitiran Fadil Imam Tepy Ricky yang selalu rela tempatnya
disambangi untuk keperluan-keperluan penulis, baik keperluan akademis
maupun non-akademis.
11. Teman-teman Teknik Industri 2006 Dito, Fadil, Budink, Arya, Aldi, Cepe
yang selalu setia mengajak penulis bermain bersama.
12. Teman-teman Bukit Pisang Ricky, Syarif, Osky, Latief, Heru, Dudit,
Kevin, Ferdian, Syukron sebagai orang yang dekat dengan penulis di
kosan tercinta kami. Kehilangan kalian selama satu semester benar-benar
terasa.
13. Anak-anak 2007 Buyung, Fritz, Ralpy, Berlinda, Cindy yang banyak
membantu penulis selama organisasi dan kepanitiaan
14. Anak-anak 2008 Mirza, Rizki, Kosa, Klara, Aron yang sering menemani
penulis baik saat bermain kartu dan meramaikan forum jurusan. Maaf jika
penulis suka banyak omong pada kalian.
15. Teman kelompok PRD Tono, Noni, Veda, Tasya yang telah direpotkan
penulis dengan tidak membantu banyak semenjak periode UTS hingga
UAS. Terima kasih banyak junior-juniorku tercinta atas pengertiannya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
vi
16. Anak-anak 2009 yang selalu memenuhi departemen tercinta kita dengan
tawa dan canda.
17. Teman SMA penulis, Desy Amalia, yang selama ini tidak pernah penulis
lupakan. Terima kasih untuk pelajaran yang telah diberikan
Masih banyak sebenernya pihak yang belum disebut oleh penulis, yang membantu
penulis dalam banyak hal. Maaf, karena penulis tidak bisa menyebutkan
semuanya. Terima kasih banyak semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan sangat berguna bagi
penulis. Penulis juga berharap tulisan ini akan menjadi sesuatu yang berguna bagi
semua pihak.
Depok, 6 Januari 2011
Penulis
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Luthfi Abdillah Ichwan
NPM : 0606075725
Program Studi : Arsitektur
Departemen : Arsitektur
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PERGESERAN FUNGSI RUANG PUBLIK SELASAR PADA RUMAH
SUSUN
(Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah Susun Pulogebang)
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 17 Desember 2010
Yang menyatakan
(Luthfi Abdillah Ichwan)
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
viii
ABSTRAK
Nama : Luthfi Abdillah Ichwan
Program Studi : Arsitektur
Judul : Pergeseran Fungsi Ruang Publik pada Rumah Susun
(Studi Kasus: Rumah Susun Klender dan Rumah
Susun Pulogebang)
Manusia selama hidupnya menempati dan selalu membutuhkan ruang untuk
berkegiatan dalam hidupnya. Ruang-ruang tempat manusia tinggal tersebut
memiliki pembagian-pembagian seperti ruang public yang ditujukan untuk
kepentingan umum dan ruang privat yang lebih ditujukan untuk individu dan
sebagian golongan yang lebih kecil. Rumah susun sebagai sebuah lingkungan
pemukiman manusia untuk bertinggal tentunya juga memiliki pembagian ruang
public dan privat di dalamnya. Kadangkala manusia berperilaku terhadap
lingkungan sekitarnya menyebabkan adanya pergeseran fungsi ruang di dalamnya.
Kadangkala manusia berperilaku terhadap lingkungan sekitarnya menyebabkan
adanya pergeseran fungsi ruang di dalamnya. Selasar atau koridor yang berfungsi
sebagai jalur akses dan sirkulasi manusia dalam bangunan yang tergolong sebagai
ruang public dalam hunian rumah susun memperlihatkan adanya fenomena
pergeseran fungsi ruang tersebut, dan hal ini tentunya menimbulkan dampak pada
lingkungan sekitarnya. Skripsi ini mengkaji tentang pergeseran fungsi ruang
public, hal apa saja yang menyebabkan pergeseran tersebut dan apa yang menjadi
dampaknya.
Kata kunci: rumah susun, selasar, ruang publik, pergeseran
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
ix
ABSTRACT
Name : Luthfi Abdillah Ichwan
Study Program : Architecture
Title : The Change in Function of Rumah Susun Corridors as
Public Space (Case Study: Rumah Susun Klender and
Rumah Susun Pulogebang)
During his lifetime, human always need and occupy space to do his activities.
Those spaces have allocations such as public space that is intended for public
interest and private space that is intended for individual and smaller groups. Flats
as a human settlement environment for dwelling also have public and private
space allocation in them. Sometimes people’s behavior towards their surrounding
environment causes a shift in the function of its space. Hallways or corridors
which serve as access points and human circulation within a building are
classified as public space and show the phenomenon of a shift in space function,
and this certainly gives impact on the surrounding environment. This thesis
examines the change in the function of public space, and whatever causing and
caused by those changes.
Keywords: rumah susun, corridor, public space, shift
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
x
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Permasalahan.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup Penulisan.........................................................................5
1.5 Metode Penulisan.......................................................................................6
1.6 Sistematika Penulisan................................................................................6
BAB 2 LANDASAN TEORI.......................................................................................8
2.1 Penelitian Terdahulu tentang Rumah Susun.....................................8
2.2 Manusia dan Hunian......................................................................13
2.3 Ruang publik, privat, dan teritorial................................................15
2.3.1 Ruang publik.............................................................................15
2.3.2 Ruang privat...............................................................................15
2.3.3 Teritorial.....................................................................................17
2.4 Hunian sebagai teritori ruang publik dan privat.................................18
2.5 Perilaku Manusia terhadap Lingkungan.............................................19
2.6 Hunian Bertingkat Rumah Susun..................................................21
2.7 Kehidupan Rumah Susun..............................................................25
2.7.1 Selasar sebagai ruang publik rumah susun.................................28
BAB 3 STUDI KASUS DAN ANALISIS.............................................................31
3.1 Studi kasus Rumah susun Klender....................................................31
3.1.1 Gambaran Umum...................................................................31
3.1.2 Deskripsi Fisik......................................................................34
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xi
Universitas Indonesia
3.1.2.1 Fasad bangunan...........................................................34
3.1.2.2 Denah hunian...........................................................35
3.1.2.3 Ruang selasar...............................................................36
3.1.3 Latar Belakang Penghuni..........................................................37
3.1.4 Ruang selasar rumah susun Klender.........................................40
3.2 Studi kasus Rumah susun Pulogebang...............................................45
3.2.1 Gambaran Umum................................................................45
3.1.2 Deskripsi Fisik..........................................................................48
3.2.2.1 Fasad bangunan...........................................................48
3.2.2.2 Denah hunian...........................................................49
3.2.2.3 Ruang selasar...............................................................50
3.2.3 Latar Belakang Penghuni..........................................................51
3.2.4 Ruang selasar rumah susun Pulogebang....................................53
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................62
DAFTAR REFERENSI
LAMPIRAN
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan manusia akan rumah................................................14
Gambar 2.2 Teritorial ruang manusia berdasarkan jarak.............................................17
Gambar 2.3 Peta daerah kumuh kota Jakarta...............................................................22
Gambar 2.4 Diagram kebutuhan hunian warga jakarta...............................................23
Gambar 2.5 Peta daerah persebaran rumah susun...................................................... 24
Gambar 2.6 Potongan skematik rumah hunian konvensional.................................... 26
Gambar 2.7 Potongan skematik hunian vertikal......................................................... 27
Gambar 2.8 Potongan skematik hunian vertikal......................................................... 28
Gambar 2.9 Selasar atau koridor sebagai jalur akses dalam bangunan.......................29
Gambar 2.10 Potongan skematik jalur selasar hunian vertikal ...................................30
Gambar 3.1 Blok hunian Rumah susun Klender.........................................................31
Gambar 3.2 Daerah sekitar blok hunian Rumah susun Klender..................................32
Gambar 3.3 Foto udara 78 Blok hunian Rumah susun Klender..................................32
Gambar 3.4 Foto udara Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02............................33
Gambar 3.5 Site plan 3 Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02............................33
Gambar 3.6 Area Jalan dan taman Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02...........34
Gambar 3.7 Bagian belakang dan depan blok hunian Rumah susun Klender.............35
Gambar 3.8 Denah dua buah satuan unit hunian rumah susun klender.......................35
Gambar 3.9 Tampak depan 1 blok hunian area rumah susun klender.........................36
Gambar 3.10 Perspektif selasar blok hunian area rumah susun klender.....................37
Gambar 3.11 Pot tanaman pada selasar Rumah susun Klender...................................41
Gambar 3.12 Penempatan barang pribadi pada selasar Rumah susun Klender...........42
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xiii
Universitas Indonesia
Gambar 3.13 Penempatan kandang burung pada selasar Rumah susun Klender........43
Gambar 3.14 Blok hunian rumah susun Pulogebang...................................................45
Gambar 3.15 Peta lokasi rumah susun pulogebang.....................................................45
Gambar 3.16 Site plan dan zoning area rumah susun Pulogebang..............................46
Gambar 3.17 Area parkir motor pada komplek rumah susun Pulogebang..................46
Gambar 3.18 Area taman pada komplek rumah susun Pulogebang............................47
Gambar 3.19 Area parkir dan unit usaha pada komplek rumah susun Pulogebang ...47
Gambar 3.20 Tampak depan rumah susun Pulogebang...............................................48
Gambar 3.21 Bagian depan hunian rumah susun Pulogebang....................................49
Gambar 3.22 Bagian belakang hunian Rumah susun Pulogebang..............................49
Gambar 3.23 Denah hunian rumah susun Pulogebang................................................50
Gambar 3.24 Denah tipikal rumah susun Pulogebang................................................50
Gambar 3.25 Potongan rumah susun Pulogebang.......................................................51
Gambar 3.26 Penempatan perabotan pada area selasar rumah susun Pulogebang......54
Gambar 3.27 Penempatan jemuran pada area selasar rumah susun Pulogebang.........55
Gambar 3.28 Penempatan pot tanaman pada area selasar rumah susun Pulogebang..56
Gambar 3.29 Area tangga selasar Rumah susun Pulogebang......................................57
Gambar 3.30 Penempatan kandang burung dan pot memberi pengaruh pada ruang
selasar..........................................................................................................................60
Gambar 3.31 Perbandingan ruang jalur sirkulasi selasar dengan penempatan
perabotan pribadi dan yang tidak ditempatkan perabotan...........................................61
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
xiv
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Tabel 1.1 Perkembangan penduduk berdasarkan provinsi di Indonesia........................2
Diagram1.2 Alur pikir penulisan skripsi.......................................................................7
Diagram 3.1 Biaya pengeluaran penghuni rumah susun Klender perbulannya...........37
Diagram 3.2 Tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Klender.....................38
Diagram 3.3 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Klender........................39
Diagram 3.4 pengeluaran penghuni rumah susun pulogebang perbulannya...............52
Diagram 3.5 tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Pulogebang.................52
Diagram 3.6 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Pulogebang ..................53
Tabel 3.7 Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus 2 …………………………....59
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jakarta merupakan sebuah ibukota dengan segala perangkat kehidupannya yang
merupakan pusat kehidupan modern bagi masyarakat Indonesia. Kehidupan kota
dengan masyarakatnya yang majemuk dan beraneka ragam tentunya memunculkan
banyak permasalahan di dalamnya. Gambaran kota Jakarta sendiri sebagai tempat
tujuan mencari nafkah bagi warga desa turut mendorong orang-orang untuk terus
melakukan urbanisasi. Meskipun banyak juga orang-orang yang melakukan
urbanisasi terbilang gagal dalam mencari peruntungan di kota, yang terindikasi dari
makin banyaknya jumlah pengangguran, gelandangan, dan tuna wisma per tahunnya
di Jakarta. Namun, tetap saja kota jakarta merupakan tempat yang selalu menarik bagi
masyarakat yang tinggal di desa.
Hal ini terlihat dari selalu tingginya arus urbanisasi tiap tahunnya. Urbanisasi yang
terjadi di perkotaan telah menciptakan masalah-masalah baru dalam proses
pengembangan perkotaan. perkembangan penduduk dan tempat tinggal yang
membutuhkan banyak lahan. Masalah yang dihadapi ini menuntut manusia untuk
kreatif dalam menyikapi keterbatasan lahan untuk menutup semua ruang gerak yang
dibutuhkan manusia baik untuk tinggal maupun bekerja. Selain dampak yang pasti
terasa seperti semakin padatnya penduduk kota, masalah-masalah lain seperti
pengangguran, kemiskinan, dan kriminalitas perkotaan, sebagai akibat dari ketatnya
persaingan di kota Jakarta, makin menghambat perkembangan kota itu sendiri.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
2
Universitas Indonesia
Tabel 1.1 perkembangan penduduk berdasarkan provinsi di Indonesia
Sumber: www.bps.go.id
Fenomena urbanisasi tersebut yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, yaitu permasalahan penyediaan perumahan
sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Permasalahan sebagai akibat dari
urbanisasi terasa sekali dalam hal kebutuhan akan perumahan berikut lahan
perumahannya. Kekurangan akan perumahan dan lahan perumahan serta makin
meningkatnya harga lahan perumahan menjadi semakin sulit untuk ditanggulangi. Di
samping itu, di wilayah kota sendiri terjadi penyempitan lahan dimana lahan
pemukiman penduduk akan semakin mengecil akibat dari pembagian lahan karena
jumlah keluarga bertambah, dengan demikian daya dukung lahan di kota semakin
kecil untuk menampung pertambahan penduduk, baik oleh pertumbuhan. penduduk
di kota itu sendiri maupun karena adanya urbanisasi. Para urban ini biasanya berasal
dari masyarakat yang memiliki kesulitan ekonomi, maka kebanyakan perkampungan
kota terdiri dari masyarakat dari kalangan ekonomi lemah. Dengan keterbatasan ini
sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membangun rumah tinggal sebagai
tempat hunian yang layak yang pada akhirnya menciptakan berbagai solusi untuk
mensiasatinya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang perumahan dan
pemukiman Pasal 5 Ayat 1 mengungkapkan “Setiap warga Negara mempunyai hak
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
3
Universitas Indonesia
untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah rumah yang layak
dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur.”
Disinilah pemerintah mencoba menyikapi kebutuhan akan tempat tinggal dengan
pembangunan rumah bertingkat/ rumah susun yang bertujuan untuk mengefektifkan
lahan.
Undang-undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun “Rumah Susun adalah
bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi
dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama”
Dari situs perumnas.go.id, pengertian rumah susun sederhana sewa (rusunawa) adalah
rumah susun yang disewakan untuk kalangan menengah ke bawah, yang bekerja di
wilayah perkotaan, namun belum memiliki rumah sendiri. Pengguna menyewa dari
pengelolanya. Sementara rusunami adalah istilah khusus di Indonesia, sebagai
program Pemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat untuk
masyarakat menengah ke bawah.
Pembangunan rumah susun bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan Rusun layak huni
dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah di kawasan
perkotaan dengan penduduk di atas 1,5 juta jiwa, sehingga dimaksudkan akan
berdampak pada pengembangan pemukiman masyarakat kota. Karena salah satu
tujuan terpenting pembangunan rumah susun adalah untuk meningkatkan daya
dukung lahan perkotaan. Rumah susun diharapkan meningkatkan kepadatan populasi
manusia sehingga lahan untuk hunian yang digunakan relatif lebih sedikit
dibandingkan dengan rumah konvensional. Di Indonesia, sejarah rumah susun telah
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
4
Universitas Indonesia
dimulai sejak tahun 1980, berawal dengan didirikannya rumah susun di Kelurahan
Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang . Jakarta Pusat.
Arsitektur tidak hanya mengenai pembangunan gedung-gedung bertingkat, namun
pembangunannya juga harus sesuai dengan konteks lingkungannya. Hal ini
memperlihatkan bahwa arsitektur tidak hanya berupa bangunan dan utilitasnya, tapi
juga memperlihatkan hubungan dengan konteks penghuninya. Pembangunan sebuah
hunian tidak hanya bertujuan memenuhi kebutuhan rumah atau memberikan tempat
bernaung bagi masyarakat. Namun harus dinilai kembali apakah hunian tersebut
sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakatnya.
Dalam kondisi kota Jakarta ini, masyarakatnya mulai dihadapkan pada kebutuhan
mendesak untuk kebutuhan hunian, sehingga seringkali mengabaikan faktor lain
seperti sosial, ekonomi, dan budaya. Perumahan juga dapat dipandang sebagi suatu
wadah tersendiri tempat para warganya menemukan identitas mereka, merasa aman,
merasa sebagai makhluk sosial, dan tempat ia menyalurkan naluri untuk berkembang
biak menyambung keturunannya
1.2. Permasalahan
Kebiasaan tinggal bersama di suatu lahan dengan tingkat kepadatan yang tinggi pada
sebuah rumah susun tentu memunculkan permasalahan sendiri. Dengan latar
belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda, manusia cenderung untuk bertindak
mengintervensi ruang teritori yang bukan miliknya, terutama pada teritori ruang
publik bangunan. Salah satu ruang yang sering terlihat mengalami intervensi dari
penghuni pada rumah susun adalah ruang publik bagian selasar. Selasar adalah ruang
gerak atau jalur sirkulasi yang menghubungkan kamar-kamar atau unit hunian baik
dalam satu bangunan maupun yang menghubungkan bangunan satu dengan bangunan
lain. Dengan tujuan pembuatannya ini, ruang selasar adalah ruang yang bersifat
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
5
Universitas Indonesia
publik atau umum. Hal ini menunjukkan bahwa selasar atau koridor adalah satu
bagian penting dari kesatuan bangunan. Namun dalam prakteknya, seringkali
keberadaan selasar sebagai ruang publik ini memicu penghuni untuk
menggunakannya sesuai kebutuhan pribadinya. Hal ini tentu semakin mengaburkan
peran selasar sebagai ruang yang bersifat publik yang berdampak pada
ketidakteraturan pengaturan ruang dalam bangunan rumah susun.
Pertanyaan penelitiannya adalah:
1. Bagaimana penghuni mempergunakan ruang publik selasar atau koridor
dalam lingkung bangun rumah susun?
2. Apa yang menyebabkan proses perilaku penghuni yang cenderung melakukan
intervensi pada ruang publik?
1.3. Tujuan Penulisan
Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji tentang isu ruang selasar sebagai ruang yang
bersifat publik. Mencoba mempelajari perlakuan penghuninya pada keberadaan
selasar bangunan rumah susun pada lahan-lahan padat penduduk di kota jakarta,
dengan kaitannya pada orientasi ruang publik dan privat, beserta segala permasalahan
yang ada, dan hal-hal yang melatarbelakangi permasalahan tersebut. Mencari
hubungan antara penghuni rumah susun dengan perlakuan kepada selasar bangunan
rumah susun tersebut. dan hal-hal yang mempengaruhi keberadaan masalah tersebut.
Kesemuanya dikaitkan dengan teori-teori yang ada untuk dikaji.
1.4. Ruang Lingkup Penulisan
Untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang terlalu luas, pembahasan
ditekankan pada pembahasan perlakuan penghuni rumah susun pada selasar sebagai
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
6
Universitas Indonesia
ruang publik yang mengalami pergeseran ke arah privat di dalamnya. Dengan
melakukan studi kasus dua buah bangunan rumah susun di kota jakarta. Kajian
mengenai hal-hal yang ditemukan pada selasar bangunan rumah susun beserta
masalah yang melatarbelakanginya. Hal apa yang menjadi dampaknya kepada
penghuni rumah susun, dan kepada bangunan itu sendiri.
1.5. Metode Penulisan
Metode penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deskriptif, diawali dengan
studi kepustakaan dan mengkaji teori yang berhubungan dengan topik bahasan skripsi
ini. Kemudian dilanjutkan dengan mencari studi kasus, dengan melakukan observasi
lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Metode pengambilan data
dilakukan dengan pengambilan data primer yaitu melakukan wawancara dan
kuesioner yang dibagikan pada penghuni rumah susun. Dan data sekunder yaitu teori-
teori dan kajian literatur. Studi kasus tersebut kemudian dianalisis dengan
menggunakan teori-teori yang telah dikaji.
1.6 Urutan Penulisan
Urutan penulisan skripsi ini terdiri dari:
BAB I – PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dalam pembahasan topik
skripsi.
BAB II – LANDASAN TEORI. Menjelaskan teori-teori dan studi kepustakaan yang
berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Terdiri dari penelitian terdahulu tentang rumah
susun, Manusia dan hunian, ruang publik, privat, dan teritorial, hunian sebagai ruang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
7
Universitas Indonesia
publik dan privat, perilaku manusia terhadap lingkungan, hunian vertikal, dan
kehidupan rumah susun
BAB III – STUDI KASUS DAN ANALISIS. Menjelaskan tentang 2 buah studi kasus
rumah susun, rumah susun Klender dan rumah susun Pulogebang. 2 buah studi kasus
dianalisis berkaitan dengan landasan teori pada bab 2.
BAB IV – KESIMPULAN DAN SARAN. Menjelaskan kesimpulan akhir dari
penjelasan-penjelasan bab sebelumnya. Kesimpulan tersebut akan mencoba
menjawab tujuan penulisan skripsi ini.
Alur pikir dari penelitian skripsi ini bisa dijelaskan dengan diagram berikut:
Diagram 1.2 Alur pikir penulisan skripsi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
8
Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Rumah Susun
Penelitian terdahulu tentang rumah susun ini mencoba menjelaskan beberapa studi
penelitian yang pernah dilakukan pada rumah susun sebagai referensi yang dapat
berguna bagi penulisan skripsi ini. Penelitian terdahulu ini diharapkan dapat dijadikan
pelengkap dan pembanding terhadap hasil akhir penulisan skripsi ini.
2.1.1 Penelitian Mengenai Adaptasi Sosial Penghuni Terhadap Ligkungan (Studi
Kasus: Rumah Susun Kemayoran Jakarta)
Penelitian Edie Toet Hendratno tahun 1999 ini adalah tentang bentuk-bentuk adaptasi
sosial penghuni rumah susun terhadap lingkungan. Dimana pada penulisannya beliau
mengungkapkan, adaptasi merupakan salah satu mekanisme yang terjadi pada
manusia untuk menyikapi perubahan pada lingkungannya. Pada penelitiannya ini
beliau mencoba mengambil studi kasus rumah susun sebagai tempat adaptasi
penghuninya dibandingkan rumah tinggal biasa.
Penelitian yang beliau lakukan ini menunjukkan bahwa proses penyesuaian penghuni
rumah susun terhadap huniannya dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan
penghuni rumah susun tersebut. Pada saat kebudayaan menjalani fungsinya sebagai
pedoman yang membekali pemilik kebudayaan untuk menafsirkan atau memberikan
pandangan terhadap lingkungan sekitarnya, proses penyesuaian mereka akan
dipengaruhi pula oleh dimensi waktu (sejarah) dan sesuai dengan konteks tempat
kebudayaan itu berada.
Pada studi kasusnya beliau menjelaskan bahwa rumah tangga penghuni rumah susun
Kemayoran Jakarta terdiri dari berbagai golongan sosial. Keragaman dalam hal
golongan social ini sudah terjadi sejak mereka masih tinggal dalam pola
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
9
Universitas Indonesia
perkampungan sebelum mengalami penggusuran. Meskipun berasal dari berbagai
golongan sosial, secara umum terdapat kesamaan dalam beberapa hal.
Pertama: kesamaan dalam proses enkulturasi keluarga sejak masa kanak-kanak
hingga selanjutnya membawa pengaruh dalam sikap ketika dewasa. Bentuk
enkulturasi yang mereka dapatkan ketika masa kanak-kanak adalah penanaman nilai
budaya sesuai dengan identitas etnik masing-masing.
Kedua: kondisi fisik rumah yang mereka tempati ketika masa kanak-kanak adalah
rumah bukan berbentuk rumah susun yang memiliki kondisi fisik berbeda
dibandingkan rumah susun yang mereka tempati saat ini.
Ketiga: sejak kanak-kanak dan tinggal bersama orang tua mereka sampai mereka
berkeluarga sendiri dan tinggal di pemukiman sebelum mengalami penggusuran ke
rumah susun kemayoran ini. Belum pernah ada yang tinggal di rumah susun.
Penelitian ini mencoba membuktikan pendapat Bordieau bahwa rumah dan ruang
hunian menjadi personalized (seperti pribadi) karena menjadi pencerminan hidup
penghuninya sesuai dengan kemampuan ekonomi, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya yang dimilikinya. Hasil akhirnya adalah pembuktian bahwa pendapat
Bordieau ini masih berlaku pada studi kasus rumah susun Kemayoran Jakarta. Pada
penelitian yang dilakukan Edie Toet Hendratno pembahasan tentang lingkungan yang
diadaptasi masih umum dan tidak spesifik membahas satu ruang tertentu dalam
bangunan rumah susun.
2.1.2. Penghuni dan Pengaturan Ruang Hunian di Rumah Susun Kemayoran
Penelitian yang dilakukan Joko Sukamto tahun 2002 ini membahas tentang penghuni
dan ruang huniannya dengan kasus bahasan penggunaan ruang hunian di rumah susun
kemayoran. Tulisan Joko Sukamto ini mendefinisikan kebudayaan sebagai blueprint.
Kebudayaan digunakan sebagai acuan bertindak untuk pemenuhan kebutuhan hidup
manusia secara universal yang meliputi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder,
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
10
Universitas Indonesia
kebutuhan integratif. Setiap tindakan memerlukan ruang yang wujudnya disesuaikan
dengan kebudayaannya. Secara sadar maupun tidak sadar manusia sering
menciptakan dan mengubah ruang. Salah satu cara penciptaan ruang dalam rangka
pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat golongan perkotaan.golongan
ekonomi lemah dilakukan dengan peremajaan kampung dengan pembangunan rumah
susun. Tindakan ini merupakan tindak pengubahan ruang dan lingkungan secara
menyeluruh dan mendadak yang menyebabkan pudarnya pedoman penggunaan
ruang, dan memerlukan pedoman baru. Masalahnya adalah bahwa ruang-ruang di
rumah susun tidak cocok dengan kebudayaan warga, hal ini terlihat pada sebagian
besar penghuni meninggalkan rumah susun barunya dan yang bertahan mengubah
fungsi ruangnya.
Bertahannya sebagian penghuni rumah susun menunjukkan ada sebagian warga yang
bisa merubah lingkungan fisik menjadi lingkungan budaya. Lingkungan rumah susun
dirubah menjadi lingkungan tempat tinggalnya sehingga ruang-ruang menjadi cocok
dengan kehidupannya. Dengan demikian penataan dan penggunaan ruang di rumah
susun merupakan cermin model acuan interpretasi dan model tindakan pemenuhan
kebutuhan yang dikembangkan oleh penghuni dalam menghadapi kondisi lingkungan
rumah susunnya.
Dalam penelitiannya, beliau menyimpulkan:
1. Konsep penggunaan ruang hunian masih dalam tingkat warga “asal ada”
merupakan sebuah refleksi pemanfaatan ruang karena adanya keterpaksaan
yang mengharuskan tinggal di rumah susun sebagai salah satu cara
mempertahankan hidup
2. Banyaknya kegiatan yang diwadahi menyebabkan beban ruang menjadi berat
sehingga mendorong penggunaan ruang mengembang ke ruang publik.
Penggunaan ruang publik sebagai ruang sosial secara perlahan-lahan dalam
tempo yang lama menjadi solusi umum penggunaan ruang.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
11
Universitas Indonesia
3. Penggunaan ruang dan bentuk-bentuk ruang pada studi kasusnya
menunjukkan bahwa standar ruang 7 m2 sampai 9m2 perorang masih belum
mencukupi.
Pembahasan yang dilakukan oleh Joko Sukamto ini menitikberatkan pada
kebudayaan sebagai faktor utama alasan perubahan fungsi lingkungan dalam rumah
susun Kemayoran.
2.1.3. Hubungan Pembangunan Rumah Susun dengan Kualitas Hidup Penghuninya
(Studi Kasus: Rumah Susun di Kelurahan 23 Ilir kota Palembang)
Penelitian yang dilakukan Nyimas Masyito tahun 2003 ini mencoba menjelaskan
hipotesisnya yaitu mengenai terdapatnya hubungan antara kondisi fisik lingkungan
rumah susun dan kondisi sosial ekonomi penghuninya. Dimana dalam penelitiannya
itu beliau mengungkapkan variabel penelitiannya adalah:
1. Variable kondisi fisik lingkungan seperti drainase dan pengelolaan sampah
dan variable fisik bangunan seperti keadaan ventilasi dan pencahayaan.
2. Variable kualitas hidup seperti kemiskinan pengeluaran non makan,
pengadaan air bersih, kepadatan, tingkat pendidikan dan kesehatan balita.
Beliau mencoba mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan data primer, yaitu
dengan wawancara mendalam dan kuesioner. Sedangkan Data sekunder yaitu dengan
studi literature atau kepustakaan. Dari hasil penelitiannya ini, Nyimas Masyito
mengungkapkan faktor yang menyebabkan keadaan kumuh di rumah susun kelurahan
23 ilir kota Palembang adalah tidak berjalannya badan perhimpunan penghuni rumah
susun yang berfungsi sebagai organisasi yang mengurus kepentingan pengelolaan
bangunan rumah susun, hal ini didukung pula kualitas hidup penghuninya yang relatif
rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangunan rumah susun yang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
12
Universitas Indonesia
ditetapkan pemerintah untuk mencegah terjadinya kekumuhan dan bertujuan lain
meningkatkan kualitas hidup masyarakat malah berlaku sebaliknya. Ternyata
pembangunan rumah susun sederhana tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas
hidup penghuninya, bahkan kondisi fisik rumah susun menjadi kumuh. Pembahasan
yang dilakukan oleh Nyimas Masyito ini sangat menitikberatkan pada faktor fisik dan
teknis yang ada pada lingkungan rumah susun di samping faktor perilaku manusia.
Dari ketiga penelitian di atas, penelitian Edie Toet Hendratno menyimpulkan bahwa
terdapat kaitan antara kemampuan ekonomi, sosial, dan budaya dengan perilaku
penyesuaian manusia terhadap lingkungan. Dimana pada studi kasusnya, masyarakat
yang belum pernah tinggal di rumah susun mencoba mengadaptasikan lingkungan
yang mereka tinggali selama ini dengan lingkungan baru rumah susun mereka.
Pada penelitian Joko Sukamto ini, menyimpulkan bahwa tujuan pemerintah untuk
mengurangi lingkungan kumuh dengan pembangunan rumah susun dinilai tidak
sesuai dengan pola hidup masyarakat yang menghuninya. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya kebutuhan ruang warga yang tidak dapat difasilitasi oleh rumah susun
sehingga menyebabkan area publik menjadi area pribadi. Lingkungan rumah susun
diubah menjadi lingkungan yang cocok dengan lingkungan kebudayaannya.
Sementara penelitian ketiga oleh Nyimas Masyito mengungkapkan bahwa pada studi
kasus rumah susun kelurahan 23 Ilir kota Palembang terdapat hubungan antara
penghuni rumah susun sederhana dengan kondisi fisik bangunan rumah susun.
Dimana akhirnya beliau menyimpulkan bahwa tujuan pemerintah untuk mengurangi
pemukiman kumuh dengan pembangunan rumah susun sederhana malah membuat
lingkungan rumah susun semakin lama malah menjadi makin kumuh.
Dari ketiga penelitian di atas, semuanya memang menunjukkan hubungan yang erat
antara bangunan tempat berhuni dengan manusia yang menempatinya. Sebuah
bangunan hunian dirancang tidak hanya digunakan untuk menyediakan fasilitas
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
13
Universitas Indonesia
kebutuhan berhuni bagi masyarakatnya, namun juga harus mempertikan keseharian
bagaimana kebiasaan mereka bertinggal. Ketiga penelitian di atas sama-sama
menunjukkan adanya ketidaksesuaian atau ketidakcocokan pembangunan rumah
susun sebagai alternatif tempat berhuni dengan masyarakat yang akan menghuninya.
2. 2. Manusia dan Hunian
Manusia sebagai makhluk hidup tentu memiliki kebutuhan dasar akan adanya sebuah
naungan. Kebutuhan dasar untuk berlindung dari lingkungan sekitarnya. Manusia
mengenal naungan dari sejak manusia pertama ada di bumi ini. Kebutuhan akan
tempat berlindung dari terik matahari, dinginnya udara, maupun hujan telah
mendorong kemampuan berpikir manusia untuk mengembangkan bagaimana agar
mereka dapat bernaung dan bertempat tinggal lebih nyaman dari sebelumnya. Hal ini
terus berkembang dari sejak manusia mengenal daun dan ranting sebagai sebuah
naungan hingga sekarang dimana manusia bermukim pada bangunan pencakar langit
sebagai naungan mereka.Pada rumah juga terdapat kebutuhan-kebutuhan lain yang
harus dipenuhi yaitu kebutuhan fisik dan non fisik. Fisik meliputi kebutuhan akan
makanan, dan tempat berlindung. Dan kebutuhan non fisik seperti cinta, rasa
memiliki, rasa aman, dan lain-lain.
Maslow (1998) menuturkan tingkatan kebutuhan manusia akan rumah dari tingkat
terbawah ke atas, yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial, harga diri
atau kehormatan, dan aktualisasi diri merupakan jenis kebutuhan yang perlu
disediakan oleh suatu rumah.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
14
Universitas Indonesia
Gambar 2.1 Hierarki kebutuhan manusia akan rumah
Sumber: www.steven.seasidelife.com
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa kebutuhan manusia dalam hunian dimulai
dari tingkat yang paling bawah, yaitu kebutuhan mendasar rumah sebagai tempat
bernaung. Rumah sebagai tempat yang memenuhi kebutuhan dasar fisik, seperti
berlindung dari teriknya panas, hujan, dan dari ancaman makhluk lain di sekitarnya.
Tahap berikutnya adalah rumah sebagai tempat memenuhi kebutuhan sosial, dimana
dalam rumah, manusia berhubungan dengan manusia lain di sekitarnya, dengan
teman, anak, orangtua, dan keluarga dekatnya. Pada tahap berikutnya adalah rumah
sebagai tempat untuk mengekspresikan rasa kesenangan dan keindahannya. Jenjang
yang paling terakhir adalah rumah sebagai tempat aktualisasi diri. Dimana tahap ini
baru dapat dicapai setelah tahap-tahap di bawahnya terpenuhi. Suparlan (1984: 32)
mengungkapkan Perumahan merupakan suatu kesatuan yang kompleks karena
melibatkan berbagai unsur-unsur kebudayaan yang diwujudkan dalam berbagai
kegiatan, seperti kegiatan biologis, sosial, ekonomi, politik, agama, dan sebagainya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
15
Universitas Indonesia
2.3. Ruang Publik, Privat, dan Teritorial
2.3.1. Ruang Publik
Ruang publik adalah ruang yang bersifat terbuka untuk siapapun, ditujukan untuk
kepentingan umum, siapa saja boleh mengaksesnya dan tidak ada batasan siapapun
yang mengatur dan yang boleh menguasainya. Carmona (2003:107) mengungkapkan
ruang publik adalah ruang yang penataannya berfungsi untuk mendukung dan
memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh orang banyak. Hal ini semakin
mempertegas ruang publik sebagai ruang yang bersifat terbuka untuk siapapun dan
ditujukan untuk memberikan fasilitas interaksi sosial kalangan umum.
Marco Kusumawijaya (2006:107) dalam Kota rumah Kita, menjelaskan: “Saat
membawa ruang privatnya ke ruang publik, orang senantiasa sadar bahwa dia harus
membatasi dan menyesuaikannya dengan sifat ruang publik yang dimasukinya.
Ruang publik dalam arti yang sungguh-sungguh murni adalah ruang yang tidak
boleh dikuasai oleh pihak atau kelompok tertentu manapun, dan oleh karena itu
dengan sendirinya bersifat terbuka ...”
Di samping itu, ada juga yang disebut sebagai ruang publik tertutup, yaitu ruang
publik yang tidak selamanya dapat didefinisikan sama dengan ruang publik secara
umum. Beberapa taman, mall, ruang tunggu, dan lainnya dapat tutup ketika malam
hari, sehingga secara umum, terutama pada waktu-waktu tertentu, tempat-tempat
seperti itu tidak dapat dikatakan dapat digunakan untuk kepentingan publik (public
space, sumber: Wikipedia)
2.3.2. Ruang Privat
Ruang privat adalah ruang yang lebih tertutup, dimana individu-individu membatasi
dirinya dengan pihak lain. Namun ruang privat tidak terlepas keberadaannya dari
ruang publik. Kegiatan manusia membatasi dirinya dari kontrol pihak lain disebut
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
16
Universitas Indonesia
juga dengan privasi. Irwin Altman (dalam Gifford,1996:173) mengungkapkan konsep
privasi dalam tiga dimensi: Pertama, privasi merupakan proses pengontrolan terhadap
batas. Jika ada yang melanggar terhadap batas tersebut, maka privasi seorang akan
terganggu. Kedua, privasi dilakukan untuk memperoleh optimalisasi. Privasi
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilaksanakan dengan baik jika privasi
terjaga dengan baik. Yang ketiga, privasi merupakan proses multi mekanisme, yaitu
terdapat banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk memperoleh privasi, baik
melalui ruang personel, teritori, maupun komunikasi.
John Lang (1987:160) mengungkapkan privasi dapat dicapai melalui pencegahan
terjadinya kontak dengan pihak lain dan dengan pengawasan terhadap teritori
seseorang maupun kelompok. Seperti telah disebutkan sebelumnya, privasi
merupakan bentuk perlakuan manusia yang membatasi dirinya dari pihak luar. Hal ini
dapat ditunjukkan dalam bentuk komunikasi seperti berbicara dan berinteraksi
maupun dengan pembatasan dirinya dengan orang lain dalam kaitannya dengan
teritori atau ruang.
Privatisasi di ruang publik juga dapat dilakukan oleh seorang atau sekelompok
individu dengan membawa barang-barang pribadinya untuk ditempatkan di ruang
publik. Mereka dapat berpindah-pindah tergantung dari setting ruang publik yang
dianggap cocok untuk mendukung kegiatan yang mereka lakukan. Individu-individu
tersebut melakukan privatisasi di ruang publik untuk mendapatkan kenyamanan
pribadinya, untuk melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya.
Menciptakan privatisasi di ruang publik berarti menjajah suatu ruang yang ada di
ruang publik tersebut, karena orang lain yang juga ingin mengalami ruang tersebut
merasa ruang tersebut sudah ada yang memiliki, padahal ruang publik seharusnya
tidak dimiliki siapa pun. Hal tersebut membuat orang lain kurang dapat merasakan
kualitas ruang publik yang ada pada ruang tersebut.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
17
Universitas Indonesia
2.3.3. Teritorial
Salah satu sifat dasar manusia adalah keinginan untuk memiliki daerahnya atau
teritorinya. Gifford dalam Environmental Psychology (1996:119) mengungkapkan
“Territoriality involves behavior and cognition related to a place” teritorialitas
berkaitan erat dengan perilaku dan pengenalan terhadap suatu tempat atau wilayah.
Marcella (2001:124) mengungkapkan teritorialitas merupakan perwujudan ego
seseorang karena tidak ingin diganggu, atau dapat dikatakan sebagai perwujudan dari
privasi seseorang. Teritorialitas sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik,
tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang eksklusif, personalisasi, dan
identitas. Teritorialitas adalah perilaku pengakuan suatu daerah oleh individu yang
akan dilindungi dari gangguan dari individu lain.
Gambar 2.2 Teritorial ruang manusia berdasarkan jarak
Sumber:Language of space (2001:115)
Sebagai media komunikasi, sama halnya dengan ruang personel, teritori juga terbagi
dalam beberapa golongan. Klasifikasi teritori yang terkenal adalah yang dibuat
Altman (1980) dalam Marcella (2001:126)
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
18
Universitas Indonesia
a. Teritori Primer
Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya, hanya
boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah akrab atau yang sudah mendapat
izin khusus. Teritori ini dimiliki bisa secara perorangan maupun kelompok
yang mengendalikan penggunaan teritori tersebut secara relative tetap.
b. Teritori Sekunder
Teritori sekunder adalah tempat tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah
orang yang sudah cukup saling mengenal. Kendali pada teritori ini tidaklah
sepenting teritori primer dan kadang berganti pemakai, atau berbagi
penggunaan dengan orang asing. Missal ruang kelas, kantin, kampus, dan
ruang latihan olahraga
c. Teritori Publik
Teritori publik adalah tempat-tempat terbuka untuk umum. Pada prinsipnya,
setiap orang diperkenankan untuk berada di tempat tersebut.
2.4. Hunian sebagai teritori ruang publik dan privat
Rumah sebagai ruang manusia untuk tinggal bersama dengan orang-orang di
sekitarnya tentu memiliki area-area tertentu yang disebut ruang publik dan ruang
privat. Ada bagian-bagian dalam rumah atau hunian yang ditujukan untuk
kepentingan banyak orang dan ada pula ruang dimana hanya individu tertentu yang
bisa mengaksesnya.
Carmona (2003:107) menjelaskan ruang publik adalah ruang dan penataannya yang
berfungsi untuk mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh
orang banyak. Hal ini mungkin biasa kita jumpai dalam kehidupan rumah sebagai
tempat bernaung. Meski tinggal bersama dengan satu keluarga, ada ruang-ruang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
19
Universitas Indonesia
tertentu yang memang ditujukan untuk ruang publik keluarga atau tempat berkumpul
bersama satu keluarga seperti ruang keluarga, ruang makan, dan ruang tamu.
Sementara beberapa ruang dalam rumah memang ditujukan untuk area privat atau
personal dimana hanya diri kita sendiri atau orang-orang terdekat saja yang boleh
memasukinya. Misal pada keberadaan ruang tidur dan toilet.
Rumah sebagai tempat tinggal privat. Pengertian privasi terkait dengan manajemen
pengaturan diri untuk membatasi diri baik dengan orang lain maupun dengan
lingkungan sekitarnya. Privasi dapat dicapai melalui pencegahan terjadinya kontak
dengan pihak lain dan dengan pengawasan terhadap teritori seseorang maupun
kelompok. (Lang,1987:160) Hal ini semakin memperjelas peran rumah atau hunian
sebagai yang memiliki teritori ruang publik dan privat di dalamnya.
2.5. Perilaku Manusia terhadap Lingkungan
Manusia berada di dalam ruang, ruang didefinisikan dengan semua indera manusia
menjadi tempat dan tempat dengan makna yang dalam dapat memiliki sense of place.
Menurut Yi Fu Tuan (2001) “what begins as undifferentiated space becomes place as
we got to know it better and enjoy it with the value” sebuah tempat menjadi ada
ketika manusia mengetahui dan memberi makna pada sebagian ruang. Dan pada saat
sebuah lokasi diberi sebuah identitas atau diberi nama, lokasi ini menjadi tempat dan
terpisah dari ruang tak terdefinisi yang berada di sekelilingnya.
Rapoport dan O H.Summers (1994) memberikan pengertian perilaku sebagai
kemungkinan sikap yang diambil dalam menganalisis pengaruh lingkungan fisik pada
perilaku adalah Environment Determinism, yaitu pandangan yang beranggapan
lingkungan fisik menentukan perilaku. Pada pandangan ini manusia dituntut
mempunyai kemampuan adaptasi yang besar. Yang mempengaruhi proses tersebut
adalah:
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
20
Universitas Indonesia
1. Possibilism, yaitu pandangan bahwa lingkungan fisik memungkinkan dan
membatasi manusia melakukan kegiatan yang terutama didasarkan pada
kriteria
2. Cognition (Pengenalan):merupakan sesuatu yang diperoleh dari kegiatan –
kegiatan persepsi , imajinasi, berpikir, nalar (reasoning),pengambilan
keputusan yang di pengaruhi oleh lingkungan fisik, lingkungan social,
kebudayaan,stratifikasi, pengalaman dan pendidikan individu.
3. Perception (persepsi): merupakan hasil pengalaman (stimulus) lingkungan
yang langsung dikaitkan dengan suatu arti/makna.
4. Motivation (alasan),yaitu sesuatu yang erat kaitannya dengan kondisi fisik
psikologis individu yang bersifat energetic, keterangsangan, keterarahan.
5. Attitude, yaitu sikap atau pendirian hasil kognisi individu yang mempengaruhi
motivasi dan tindakan perilakunya terhadap lingkungan.
Perilaku spasial adalah bagaimana orang memperlakukan lingkungan yang dilihat
atau ditempatinya. Mulai dari ruang hingga lingkungan atau distrik dalam kota.
Pendekatan terhadap perilaku manusia seperti yang diungkapan Marcella (2001:102).
Dijelaskannya pula bahwa perilaku seseorang adalah fungsi dari motivasinya,
affordances lingkungan, dan imagenya tentang dunia di luar persepsi langsung dan
makna citra tersebut bagi orang yang bersangkutan. Manusia hidup dengan latar
belakang yang berbeda, dibesarkan di lingkungan yang berbeda, mempunyai motivasi
yang berbeda, melihat dan memperlakukan lingkungannya secara berbeda pula.
Teori fungsional dalam sosiologi yang diungkapkan Michelson (1970) dalam Moleski
(1978) membahas suatu pendekatan yang memfokuskan bahasannya pada sistem
budaya, sosial, kepribadian, dan lingkungannya sebagai dasar untuk mempelajari
perilaku sosial. Michelson mengungkapkan bahwa subsistem mempunyai fungsi
utama sebagai pemelihara hubungan internal dan eksternal dan kegunaan pada sebuah
sistem sosial. Dia mengungkapkan bahwa subsistem budaya berfungsi untuk
memelihara pola tindakan tertentu dan mengatur hubungan internal-eksternal bagi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
21
Universitas Indonesia
seluruh sistem tindakan. Dijelaskannya pula budaya menempati posisi tertinggi dalam
hierarki kontrol, diikuti oleh kelompok sosial, kepribadian, dan terakhir subsistem
organismik lingkungan. Berdasar model ini, budaya yang merupakan sistem
kepercayaan, tata nilai, simbol dan gaya yang menjadi karakteristik sekelompok
orang, mengendalikan banyak perilaku manusia. Sikap seseorang sangat terkait
dengan pola pikirnya. Dengan motivasi, dengan apa yang disukai, dan apa yang tidak
disukainya, dengan faktor budaya dan kebiasaannya. Setiap orang mempunyai latar
belakang yang berbeda, baik secara fisik, sosial, dan budaya. Perbedaan ini
mempengaruhi cara lingkungan yang dihadapi oleh seseorang dan bagaimana
lingkungan itu diperlakukan. Respon seseorang terhadap lingkungannya bergantung
pada bagaimana individu yang bersangkutan tersebut mempersepsikan
lingkungannya. Salah satu hal yang dipersepsi manusia tentang lingkungannya adalah
ruang di sekitarnya, baik ruang natural maupun buatan. Aspek sosialnya adalah
bagaimana manusia berbagi dan membagi ruang dengan sesamanya.
Space is an abstract term for complex set of ideas. People in different cultures differ
in how they divide up their world, assign values to its parts, and measure them (Yi Fu
Tuan,2001:34)
2. 6. Hunian Bertingkat Rumah Susun
Berdasarkan hasil survey sosial ekonomi nasional 2004 badan pusat statistik,
menyebutkan bahwa: terdapat 55 juta keluarga dari jumlah penduduk Indonesia
sebesar 217,1 juta jiwa. Sebanyak 5,9 juta keluarga belum memiliki rumah untuk
tinggal. Sementara setiap tahunnya terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat
penambahan keluarga baru sekitar 820.000 unit rumah.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
22
Universitas Indonesia
Gambar 2.3 Peta daerah kumuh kota Jakarta Sumber:Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun (2006)
Kebutuhan akan adanya tempat tinggal dengan lahan yang makin sempit mendorong
pemerintah untuk memaksimalkan lahan yang tersedia untuk difungsikan sebagai
tempat bermukim yang bisa menampung masyarakat kota sebanyak-banyaknya. Dari
sinilah kemudian berangkat ide untuk pembangunan hunian secara vertikal yang
bertujuan untuk memaksimalkan lahan sebagai tempat hunian.
Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau
memiliki rumah rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan
teratur. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang
perumahan dan pemukiman Pasal 5 Ayat (1)
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
23
Universitas Indonesia
Gambar 2.4 Diagram kebutuhan hunian warga Jakarta Sumber: Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun (2006)
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian,
yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
(Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun)
Flat atau rumah susun digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian
bertingkat kelas bawah. Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), rumah susun
yang disewakan untuk kalangan menengah bawah, yang bekerja di perkotaan, namun
belum memiliki rumah sendiri. Pengguna menyewa dari pengelolanya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
24
Universitas Indonesia
Rusunami adalah istilah khusus di Indonesia, sebagai program Pemerintah dalam
menyediakan rumah tipe hunian bertingkat untuk masyarakat menengah bawah.
Rusunami bisa dimiliki melalui Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) bersubsidi dari
pemerintah, untuk kalangan masyarakat tertentu.
Gambar 2.5 Peta daerah persebaran rumah susun Sumber: Makalah permasalahan pengelolaan rumah susun. (2006)
Dengan perkembangan pertumbuhan penduduk di kota Jakarta yang sekaligus
memunculkan problem akan tempat bermukim, tentunya menjadi masalah bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk yang
selama ini belum mendapat tempat tinggal yang layak. Untuk inilah rumah susun
hadir sebagai upaya pemerintah untuk solusi kebutuhan berhuni masyarakat dengan
golongan ekonomi menengah ke bawah
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
25
Universitas Indonesia
2. 7. Kehidupan Rumah Susun
Rumah Susun sebagai pemukiman tentunya memiliki kehidupan di dalamnya yang
berisikan masyarakat dengan berbagai latar belakang. Hal ini tidak terlepas juga dari
kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup
berdampingan dan berinteraksi dengan sesamanya.
“Kontak antara penghuni dengan lingkungannya menandakan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup tanpa keberadaan ataupun bantuan
dari manusia lain” (Sunarto, 2000:23)
Performance produces spatial form. Activities produce distinctive spatial forms.
(Margareth Crawford,1999:19) Manusia dengan segala hal yang ada di sekitarnya di
dunia ini saling berhubungan dalam membuat ruang yang mampu mendukung
kegiatannya. Rumah sebagai salah satu bentuk ruang kehidupan bagi manusia
tentunya juga memiliki segala aktifitas dan kontak sosial dalam kehidupan
kesehariannya.
Interaksi sosial tersebut berasal dari kontak yang terjadi sebagai konsekuensi
langsung dari pergerakan dan keberadaan manusia pada ruang yang sama (Jan Gehl,
1987). peran rumah sebagai tempat manusia menetap bersama juga memunculkan
kemungkinan interaksi sosial di dalamnya, baik itu dengan anggota keluarganya,
maupun dengan tetangganya. Suatu pemukiman bukan hanya mengandung arti
sebagai suatu tempat, tetapi juga merupakan suatu kesatuan yang kompleks yang
melibatkan berbagai unsur kebudayaan dan juga berkaitan dengan berbagai kegiatan
manusia di dalamnya.
“The integrity of each space, the preservation of its special, carefully specified
environmental characterisitics, depends on the physical elements that provide
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
26
Universitas Indonesia
separation, insulation, access, and controlled transfer between domains”
(Chermayeff dan Alexander, 1963:213).
Tinggal di rumah konvensional tentunya memiliki pengaturan ruang yang berbeda
terkait dengan kebutuhan manusianya. Ada ruang-ruang dalam hunian yang memang
difungsikan sebagai ruang publik dan ruang privat. Ruang-ruang itu memiliki fungsi
dan tujuannya masing-masing. Dimana ruang publik hunian memang ditujukan
sebagai ruang komunal atau berkumpul, baik dengan anggota keluarga maupun
tetangga sekitar.
Gambar 2.6 Potongan skematik rumah hunian konvensional Sumber: dokumen pribadi
Sementara ruang privat dalam hunian terbatas hanya untuk individu-individu tertentu
dalam hunian dan orang-orang terdekatnya. Pada bagian depan rumah konvensional,
umumnya terdapat taman, teras, dan jalanan. Dimana bagian depan rumah tersebut
merupakan ruang yang bersifat publik. Berbagai aktivitas bisa ditampung pada bagian
depan rumah seperti berkumpul, bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar hunian
tersebut.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
27
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Potongan skematik hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Sementara pada kehidupan hunian vertikal. Terdapat keterbatasan ruang yang ada
disebabkan karena keterbatasan lahan. Jika dibandingkan dengan rumah hunian
konvensional, ada bagian depan dan belakang dalam rumah yang tidak tersediakan
pada rumah susun. Misalnya pada bagian depan seperti taman dan area jalan hanya
terdapat di lantai pertama. Meskipun secara aturan, taman dan jalan di lantai dasar
merupakan area bersama, namun kendala jarak untuk mengakses bagi penghuni di
lantai 2 dan seterusnya membuat rasa memiliki mereka untuk bagian depan ini terasa
kurang. Sementara pada hunian di lantai 2, 3, dan seterusnya, ada bagian ruang depan
seperti rumah konvensional yang tidak tersedia saat tinggal di rumah vertikal. Ruang
depan yang biasanya berfungsi sebagai teras, halaman, taman, dan tempat
bersosialisasi.
Tinggal di hunian vertikal ini membuat keberadaan ruang depan ini menjadi berbeda
dengan rumah konvensional karena semua bagian ruang depan hunian ini adalah
milik bersama atau komunal. Sementara jika dibandingkan dengan rumah
konvensional, teras taman dan halaman merupakan bagian dari teritori sebuah hunian.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
28
Universitas Indonesia
Gambar 2.8 Potongan skematik hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Maka ada kebutuhan untuk pengakuan teritori yang tidak didapatkan oleh penghuni
hunian vertikal yang tinggal di lantai 2 ke atas. untuk bagian belakang rumah yang
biasanya digunakan sebagai area service untuk menjemur dan mencuci difasilitasi
oleh balkon pada bagian belakang hunian rumah susun.
2.7.1 Selasar sebagai ruang publik rumah susun
Selasar atau koridor pada rumah susun yang berfungsi selain sebagai jalur akses dan
sirkulasi manusia seakan menggantikan peran jalan pada rumah konvensional tempat
manusia bertemu dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Selasar atau koridor
merupakan jalur sirkulasi yang berperan penting pada bangunan rumah susun. Selasar
berfungsi sebagai jalur akses yang menjembatani atau menghubungkan satu hunian
dengan unit hunian lainnya yang terdapat dalam bangunan.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
29
Universitas Indonesia
Gambar 2.9 selasar atau koridor sebagai jalur akses dalam bangunan Sumber: language of space, 2001:185)
Jalur sirkulasi bangunan rumah susun akan menentukan aliran atau arus pergerakan
manusia dari masuk sampai keluar bangunan. Jalur sirkulasi merupakan jalur
pergerakan manusia yang menghubungkan dari pintu masuk bangunan dan yang
menghubungkan antar unit hunian dalam bangunan dan fasilitas lain dalam bangunan
yang saling berkaitan. Salah satu yang dimaksud ke dalam sirkulasi bangunan adalah
selasar atau koridor.
Rully (2008:10) mencoba menjelaskan kata selasar atau koridor yang dapat berarti:
1. Lorong dalam rumah; lorong yang menghubungkan antara suatu gedung dan
gedung yang lain
2. Tanah (jalan) sempit yang menghubungkan daerah terkurung
3. Pada bangunan, koridor atau selasar dapat berarti jalan penghubung yang
berupa lorong, menghubungkan sebuah ruangan ke ruangan-ruangan lainnya
yang terdapat pada bangunan tersebut.
Carmona (2003:107) mengungkapkan ruang publik adalah ruang yang penataannya
berfungsi untuk mendukung dan memfasilitasi interaksi sosial yang dilakukan oleh
orang banyak. Hal ini menunjukkan peran selasar yang berlaku sebagai ruang publik
bagi penghuni yang mendiami bangunan rumah susun. Namun ternyata keberadaan
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
30
Universitas Indonesia
selasar ini juga memicu perlakuan berbeda dari penghuninya dalam menyikapi
keterbatasan ruang yang ada dalam hunian vertikal dengan unit hunian dengan lahan
yang terbatas.
Gambar 2.10 Potongan skematik jalur selasar hunian vertikal Sumber: dokumen pribadi
Manusia hidup senantiasa membutuhkan ruang-ruang dalam hidupnya. Hunian
sebagai kebutuhan dasar tempat manusia membutuhkan ruang untuk bernaung dan
menetap tentunya memiliki teritori-teritori sebagai salah satu kebutuhan dasar
manusia, seperti ruang publik dan privat. Namun ada kalanya terjadi pergeseran
kebutuhan ruang terjadi dalam ruang berhuni manusia. Perubahan ini erat kaitannya
dengan penghuninya sebagai aktor utama atas terjadinya pergeseran tersebut. Salah
satu ruang publik yang sering mengalami pergeseran tersebut adalah ruang selasar.
Manusia selalu berusaha beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Dimana faktor yang turut mempengaruhi manusia dalam melakukan
pergeseran ruang publik dalam hunian tersebut adalah:
1. Latar belakang penghuni (ekonomi, sosial, budaya)
2. Penggunaan keseharian ruang selasar tersebut bagi penghuni
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
31
Universitas Indonesia
BAB 3
STUDI KASUS DAN ANALISIS
Kriteria Studi Kasus: rumah susun sederhana (rusuna) yang dibangun perumnas
dengan sasaran masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. Pengambilan dua
buah studi kasus ini berdasarkan rumah susun dengan bentuk selasar yang terintegrasi
dan yang berada pada luar bangunan. Pada studi kasus ini, hal-hal yang akan dibahas
adalah mengenai latar belakang penghuninya, kebiasaan mereka bertinggal, dan
bagaimana cara mereka menggunakan ruang selasar dalam keseharian mereka.
3.1 Rumah Susun Klender
3.1.1. Gambaran Umum
Gambar 3.1 Blok hunian rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Rumah susun Klender merupakan komplek hunian vertikal yang terletak di jalan I
Gusti Ngurah Rai kelurahan Malaka Jaya, Kecamatan Penggilingan, Jakarta Timur.
Rumah susun ini dibangun pada tahun 1983 dengan tujuan pemerintah adalah
memberikan fasilitas kebutuhan bernaung warga Jakarta, terutama dengan golongan
ekonomi menengah ke bawah. Dari masa awal selesai pembangunannya sampai
sekarang, rumah susun klender ini berhasil menampung sebagian warga kota Jakarta
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
32
Universitas Indonesia
yang membutuhkan tempat untuk tinggal. untuk akses, rusun klender ini dinilai cukup
strategis karena lokasinya yang berseberangan dengan Jalan I Gusti Ngurah Rai yang
merupakan jalur transportasi angkutan umum mikrolet dan metromini. Di jalan ini
juga terdapat stasiun Klender dan Stasiun Cakung.
Gambar 3.2 Daerah sekitar blok hunian rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Gambar 3.3 Foto udara 78 blok hunian rumah susun Klender
Sumber:Google Earth
Berdasarkan data statistik Persatuan Pengurus Rumah Susun Klender (PPRSK)
komplek hunian rusun klender ini terdiri dari 78 blok yang terdiri dari 1280 Kepala
Keluarga (KK) yang terbagi dalam 3 Rukun Warga (RW) yaitu RW 01 Malaka Jaya,
RW 01 Malaka Sari dan RW 02 Malaka Sari. Untuk memperkecil ruang lingkup
penelitian ini, studi kasus diambil 3 blok hunian rumah susun yang terdiri dari 2
Rukun Tetangga yaitu RT 01 dan RT 02 kelurahan Malaka Sari.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
33
Universitas Indonesia
Gambar 3.4 Foto udara Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:Google Earth
Gambar 3.5 Site plan 3 blok rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:dokumen pribadi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
34
Universitas Indonesia
Warna biru menandakan luasan blok hunian untuk area rumah susun, dimana blok
hijau menandakan peruntukan lahan untuk ruang terbuka hijau. Area hitam
menunjukkan daerah jalan dan akses yang sering juga dijadikaan area untuk parkir
kendaran. Peruntukan lahan untuk 3 blok rumah susun bisa dilihat dari gambar 3.5
Gambar 3.6 Area Jalan dan taman Blok Rumah susun Klender RT 01 dan 02 Sumber:dokumentasi pribadi
3.1.2. Deskripsi Fisik
3.1.2.1. Fasad Bangunan
Fasad bangunan dari rumah susun berumur lebih dari 20 tahun ini menampakkan
dinding bangunan yang sudah berwarna kehitaman, hal ini menunjukkan bangunan
rumah susun cenderung tidak terawat dan terkesan kumuh. Dimana bagian belakang
rumah susun yang ditujukan untuk area servis menjemur juga terlihat semrawut.
Selain itu, kondisi rumah susun klender ini memang terlihat memprihatinkan. Hal ini
terlihat dari bentuk fisik bangunan yang cat bangunannya sudah mengelupas dan
menampakkan dinding yang kehitaman, selain itu jendela dan selasar tangga juga
dijadikan tempat menjemur pakaian sehingga membuat rusun klender ini makin
terlihat berantakan. Di beberapa bagian dari rusun klender ini juga terlihat tempat
sampah yang tidak terawat dengan sampah yang berceceran di sekitarnya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
35
Universitas Indonesia
Gambar 3.7 bagian belakang dan depan blok hunian Rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Kendaraan biasa diparkirkan warga rusun ini di jalan-jalan sekitar rumah susun, hal
ini menyebabkan berkurangnya area jalan yang seharusnya untuk akses menjadi
tempat parkir.
3.1.2.2. Denah Hunian
Unit hunian rumah susun Klender ini merupakan tipe 36 dengan luasan unit
huniannya kurang lebih 36 m2. Luasan ruangannya adalah 6 m x 6 m dimana pada
unit hunian tersebut tentunya memiliki pembagian ruang yang berbeda-beda masing-
masing penghuninya.
Gambar 3.8 denah dua buah satuan unit hunian rumah susun klender Sumber:dokumen pribadi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
36
Universitas Indonesia
Pada bagian depan dari rumah susun ini berbatasan langsung dengan wilayah koridor
atau tangga selasar sebagai jalur akses penghuni dalam blok hunian yang sama.
Wilayah ruang publik selasar pada denah ditunjukkan dengan warna merah
3.1.2.3. Ruang Selasar
Gambar 3.9 tampak depan 1 blok hunian area rumah susun klender
Sumber: dokumen pribadi
Selasar pada bangunan rumah susun klender ini merupakan selasar yang
menghubungkan unit-unit hunian per lantainya. Umumnya hanya terdapat tangga dan
ditujukan untuk jalur akses penghuninya untuk mencapai unit huniannya. Namun
kenyataannya tidak selamanya ruang selasar pada rumah susun ini hanya berlaku
sebagai ruang akses. Bangunan rumah susun ini memiliki 4 lantai dengan setiap
selasar menghubungkan 2 unit hunian per lantainya. Selasar pada bangunan rumah
susun ini bersifat outdoor atau berada terpisah dari bangunan rumah susun ini.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
37
Universitas Indonesia
Gambar 3.10 perspektif selasar blok hunian area rumah susun klender Sumber: dokumen pribadi
3.1.3. Latar Belakang Penghuni
Pengambilan data untuk mengetahui latar belakang penghuni dilakukan dengan
metode kuesioner dan wawancara dengan penghuni rumah susun. Kuesioner
dibagikan kepada 30 orang kepala keluarga (KK). Sampel 30 orang diambil dengan
mengambil 10% dari total jumlah kepala keluarga pada 4 blok hunian rumah susun
yang berjumlah 300 KK.
Di atas 2 juta
Di bawah 2 juta
Diagram 3.1 Biaya pengeluaran sampel KK penghuni rumah susun Klender perbulannya
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
38
Universitas Indonesia
untuk latar belakang ekonomi, berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada 30
orang kepala keluarga (KK), sebanyak 21 orang atau 70% KK memiliki pengeluaran
perbulannya kurang dari 2 juta rupiah perbulannya. Sementara sisanya sebanyak 9
orang atau 30% kepala keluarga (KK) memiliki pengeluaran perbulannya lebih dari 2
juta rupiah. Hal ini menunjukkan mayoritas penghuni rumah susun adalah golongan
ekonomi menengah ke bawah. Untuk mata pencahariannya, ada yang bekerja sebagai
pedagang, buruh pabrik, pegawai pemerintah, pegawai swasta, sampai pensiunan
pegawai negeri. Mereka pun berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia, ada yang
berasal dari jawa, batak, minang, betawi dan lain-lain.
sebatas kenal
sekedar menyapa
saling mengobrol
Diagram 3.2 Tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Klender
Sementara untuk hubungan sosial antar penghuni, berdasarkan hasil kuesioner yang
dibagikan kepada 30 orang, sebanyak 80% kepala keluarga atau 24 orang yang
mengaku sudah mengenal akrab satu sama lain dengan tetangganya. Sisanya
sebanyak 10% atau 3 orang mengaku hanya sebatas menyapa. Dan 10% lainnya atau
3 orang lagi mengaku hanya sebatas mengenal tetangganya. kebiasaan mereka
berkumpul adalah di area taman dan pos jaga di lantai dasar bangunan rumah susun.
Hal ini biasanya dilakukan bapak-bapak pada saat malam hari dan akhir pekan.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
39
Universitas Indonesia
di atas 20 tahun
antara 10-20 tahun
di bawah 10 tahun
Diagram 3.3 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Klender
Penghuni di rumah susun ini sudah tinggal cukup lama di lingkungan rumah susun
ini, sebanyak 21 orang atau 70% mengaku sudah bertempat tinggal di rumah susun
Klender ini sejak tahun 1980an atau sudah lebih dari 20 tahun. Sebanyak 6 orang atau
20% dari KK mengaku sudah tinggal atau menetap di rumah susun ini antara 10-20
tahun, dan sisanya sebanyak 3 orang atau sekitar 10% KK mengaku bertempat tinggal
di rumah susun Klender ini kurang dari 10 tahun. Hal ini menunjukkan mayoritas
penghuni lingkungan rumah susun ini sudah bertempat tinggal cukup lama membuat
mereka sudah saling mengenal satu sama lain antar penghuni.
Jadi bisa diambil kesimpulan latar belakang penghuni rumah susun Klender ini
mayoritasnya adalah penghuni yang sudah lama menetap di lingkungan rumah susun
klender ini. Kebanyakan dari mereka adalah penghuni generasi awal yang menghuni
rumah susun sebagai konsep pemukiman baru di Indonesia yang pertama kali
dibangun pada periode awal 1980an. Kebanyakan dari mereka memiliki kebiasaan
berhuni yang masih erat dengan kebiasaan berhuni rumah konvensional.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
40
Universitas Indonesia
2.1.4 Ruang selasar rumah susun Klender
Manusia selalu membutuhkan ruang dalam hidupnya. Masing-masing dari mereka
membutuhkan ruang-ruang untuk melakukan kegiatannya yang berbeda-beda pula.
Namun, ada kalanya kegiatan yang mereka lakukan pun sama dengan yang lainnya.
Terkadang tinggal di lahan yang terbatas dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi membuat beberapa kebutuhan saling berbenturan. Hal seperti inilah biasa kita
jumpai dalam kehidupan rumah susun.
Ruang selasar rumah susun klender ini merupakan suatu ruang publik. Di dalamnya
terdapat kepentingan umum dan seharusnya tidak dimiliki oleh siapa pun. Ruang
publik merupakan ruang yang di dalamnya setiap orang mendapatkan hak kebebasan
yang sama untuk mengalami ruang tersebut. Namun ternyata hal itu tidak selamanya
berjalan seperti itu. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan yang dilakukan dan perilaku
(behavior) yang ditunjukkan oleh orang-orang yang mengisi ruang selasar rumah
susun ini. Kegiatan dan perilaku dari seorang individu mempengaruhi orang lain yang
juga mengisi ruang selasar tersebut.
Dari studi kasus rumah susun klender ini, memang terlihat bahwa mayoritas
penduduknya merupakan penghuni yang sudah lama sekali tinggal bersama di
lingkungan rumah susun ini. Mayoritas dari mereka sudah bertempat tinggal di
lingkungan ini sudah lebih dari 20 tahun.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
41
Universitas Indonesia
Gambar 3.11 pot tanaman pada selasar rumah susun Klender
Sumber:dokumentasi pribadi
Mereka mengadaptasi area dengan apa yang disebut kebutuhan teritori dalam
kehidupan berhuni mereka pada ruang selasar rumah susun klender ini, hal yang
paling terlihat adalah pada penempatan pot-pot tanaman yang terlihat hampir pada
semua unit hunian rumah susun ini. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
kebutuhan akan adanya teritori teras dan taman pada hunian vertikal ini. Meski
mengakui bahwa menempatkan barang pribadi dalam area koridor atau selasar rumah
susun merupakan pelanggaran, namun tinggal selama 20 tahun lebih pada rumah
susun ini juga membuat rasa kekeluargaan diantara mereka menjadi cukup dekat,
sehingga mereka mentoleril atau memaklumi apa yang dilakukan oleh penghuni lain.
Selain itu ketika mereka melihat terdapat toleransi dengan menempatkan barang
pribadi dalam area koridor, penghuni yang sebelumnya tidak melakukan hal tersebut
pun ikut melakukan intervensi ruang publik selasar tersebut. Selain meletakkan pot
tanaman pada lingkungan selasar rumah susun ini, terdapat pula penghuni yang
menempatkan barang-barang pribadinya. Untuk hal ini, menempatkan barang pribadi
pada selasar memang membuat jalur sirkulasi manusia untuk akses menjadi
terganggu. Sisi positifnya adalah keberadaan perabotan pribadi pada selasar rumah
susun ini dapat membuat unit huniannya terasa lebih lapang, namun kembali lagi,
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
42
Universitas Indonesia
keberadaan benda-benda ini pada jalur sirkulasi membuat ruang selasar menjadi
terlihat kumuh dengan penataan barang-barang yang bukan pada tempatnya.
Gambar 3.12 penempatan barang pribadi pada selasar rumah susun Klender Sumber:dokumentasi pribadi
Hal ini diperparah juga dengan kebiasaan penghuni untuk menjemur pakaian di area
selasar rumah susun ini, sisi positifnya bagi penghuni adalah membuat jemuran
mereka menjadi lebih cepat kering. Namun keberadaan jemuran pada area selasar
membuat lingkungan rumah susun terlihat tidak teratur. Belum lagi air jemuran
cucian yang menetes di selasar membuat area selasar menjadi kerap becek dan tidak
nyaman.
Selain itu, beberapa penghuni juga menempatkan kandang burung pada area koridor
depan blok huniannya. Menempatkan kandang burung ini adalah hal yang biasanya
dilakukan warga pad ataman atau teras depan rumahnya, namun, ketika tidak terdapat
adanya teritori teras atau halaman pada unit huniannya, mereka mengadaptasikannya
dengan menempatkannya pada selasar atau koridor di depan blok huniannya.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
43
Universitas Indonesia
Gambar 3.13 Penempatan kandang burung pada selasar Rumah susun Klender
(sumber:dokumentasi pribadi)
Menempatkan kandang burung pada koridor tentu memiliki dampak terhadap
lingkungan sekitarnya, dampak itu ada yang bersifat positif dan ada pula yang
negatif. Dampak positifnya adalah penghuni rumah susun dapat merasakan bunyi
kicauan burung dan merasakan atmosfer perasaan dekat dengan alam,
dikombinasikan dengan keberadaan pot-pot tanaman di koridor blok huniannya.
Namun dampak negatifnya adalah menempatkan kandang burung pada koridor tentu
membutuhkan area lahan publik selasar yang sejatinya ditujukan sebagai jalur akses
dan sirkulasi. Hal ini tentunya mengganggu sirkulasi penghuni lain yang ingin
melalui jalur tersebut. Selain itu, keberadaan kandang burung tersebut tentunya
menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan sekitarnya, apalagi jika kandang
burung ini tidak rajin dibersihkan. kotorannya ini juga dapat membuat kotor daerah
selasarnya dan makin membuat lingkungan rumah susun ini makin kumuh dan dapat
membuat penghuninya rawan terkena penyakit.
Dari hasil studi kasus rumah susun klender ini, terdapat hubungan antara
penghuninya dengan intervensi ruang publik selasar ini, pada masyarakat dengan
golongan ekonomi menengah ke bawah. Dimana kebanyakan dari mereka sudah
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
44
Universitas Indonesia
tinggal selama 20 tahun lebih di lingkungan rumah susun ini, masyarakatnya pun
relatif sudah saling mengenal satu sama lain. Faktor sosial kedekatan antar penghuni
terbilang cukup erat. Meski begitu, pada ruang publik selasar rumah susun ini,
ditemukan perilaku intervensi ruang privat yang cukup banyak. Hal ini disebabkan
oleh berbagai hal seperti kurangnya ruang teritori yang mereka butuhkan dalam
hunian mereka yang mereka tinggali sekarang.
Sudah tinggal bersama untuk kurun waktu yang cukup lama bagi mereka, membuat
mereka memaklumi kesalahan yang dilakukan tetangganya. Selain itu, keadaan ini
juga memicu terjadinya proses perulangan oleh penghuni lain. Perilaku yang
dilakukan di suatu waktu akan menghasilkan suatu ruang dengan pengalaman
tertentu, dan akan memberikan pengaruh tertentu bagi orang dan lingkungan yang ada
di sekitar pelaku dan ruangnya tersebut.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
45
Universitas Indonesia
3.2 Rumah Susun Pulogebang
3.2.1. Gambaran Umum
Gambar 3.14 blok hunian rumah susun Pulogebang
Sumber:www. perumnas.co.id
Rumah susun pulogebang merupakan proyek pemerintah yang dibangun untuk
menyikapi pesatnya pertumbuhan penduduk di daerah Jakarta. Rusunawa Pulogebang
berlokasi di Jalan Raya Cakung Timur, Jakarta Timur. Dibangun di atas lahan
Perumnas dan dikelola oleh Perumnas pula. Hingga saat ini, total lahan yang telah
terpakai untuk pembangunan Rusunawa Pulogebang ini, adalah seluas 3000 meter
persegi.
Gambar 3.15 peta lokasi rumah susun pulogebang
Sumber:www. perumnas.co.id
Rusunawa Pulogebang ini terdiri dari 2 blok kembar dan masing-masing blok terdiri
dari 5 lantai, memiliki 192 unit hunian, dan 48 unit usaha dengan tipe 21 yang diberi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
46
Universitas Indonesia
nama blok Seruni I, II, III dan Seruni IV. Total kepala keluarga (KK) dalam rumah
susun Pulogebanng ini berjumlah sekitar 178 KK.
Gambar 3.16 site plan dan zoning area Rumah susun Pulogebang
Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional pulogebang
Gambar site plan memperlihatkan area berwarna hijau sebagai area yang
diperuntukkan untuk area terbuka hijau di lantai dasar. Sementara area merah
merupakan zona parkir untuk penghuni dalam rumah susun pulogebang ini, area
coklat menunjukkan area lahan untuk unit hunian rumah susun.
Gambar 3.17 area parkir motor pada komplek Rumah susun Pulogebang Sumber:dokumentasi pribadi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
47
Universitas Indonesia
Gambar menunjukkan area parkir untuk sepeda motor dan sepeda. Area parkir
berbentuk shelter yang selalu dikunci setiap malamnya oleh petugas keamanan.
Hanya terdapat satu buah area parkir motor di lingkungan rumah susun ini
Gambar 3.18 area taman pada komplek Rumah susun Pulogebang
Sumber:dokumentasi pribadi
Gambar menunjukkan area hijau atau taman yang terdapat di sekitar blok hunian
lantai dasar. Taman ini ada di sekeliling blok rumah susun seruni 1 sampai seruni 4.
Sementara di bagian tengah dari rumah susun pulogebang ini, digunakan sebagai
tempat parkir mobil.pengguna mobil disini umumnya adalah pegawai kantor
pengelola rumah susun pulogebang ini. Penghuni rumah susun yang memiliki mobil
ada beberapa yang memiliki namun tidak terlalu banyak. Sementara pada lantai dasar
rumah susun pulogebang ini digunakan sebagai kantor pengelola dan unit usaha
untuk disewakan. Tidak ada bagian lantai dasar yang digunakan sebagai unit hunian.
Gambar 3.19 area parkir dan unit usaha pada komplek Rumah susun Pulogebang
Sumber:dokumentasi pribadi
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
48
Universitas Indonesia
3.2.2. Deskripsi Fisik
3.2.2.1 Fasad Bangunan
Rumah susun ini selesai dibangun pada tahun 2000, yang berarti bangunan ini
berumur kurang lebih 10 tahun saat tulisan ini dibuat. Dilihat dari penampilan
luarnya, rumah susun pulogebang ini memang masih cukup terawat dan tidak terlalu
kumuh jika dibandingkan dengan rumah susun Klender. Hal ini terlihat dari kondisi
Gambar 3.20 tampak depan Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional pulogebang
Gambar tampak menunjukkan tampak depan bangunan rumah susun pulogebang ini.
Terdapat 5 lantai dimana unit hunian berada pada lantai 2 sampai lantai 4. Gambar
potongan menunjukkan 2 blok bangunan rumah susun pulogebang ini. Dimana
selasar/ koridor penghubung antar unit hunian rumah susun ini terintegrasi dalam
bangunan atau bersifat indoor
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
49
Universitas Indonesia
.
Gambar 3.21 bagian depan hunian Rumah susun Pulogebang
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 3.22 bagian belakang hunian Rumah susun Pulogebang
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar menunjukkan bagian belakang dari rumah susun pulogebang ini, dimana
terdapat balkon yang berfungsi sebagai area servis kebutuhan penghuni seperti
mencuci dan menjemur pakaian.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
50
Universitas Indonesia
3.2.2.2 Denah Hunian
Satuan unit hunian pada rumah susun Pulogebang ini merupakan tipe 21 dimana
luasan kira-kira 21m2 dengan dimensi 7 m x 3 m. Unit hunian ini memiliki satu ruang
utama, satu kamar mandi, satu dapur, dan satu ruang jemuran.
Gambar 3.23 denah hunian rumah susun Pulogebang
Sumber: dokumentasi pribadi.
Pada bagian depan dari rumah susun ini berbatasan langsung dengan wilayah koridor
atau selasar sebagai jalur akses penghuni dalam blok hunian yang sama
3.2.2.3. Ruang selasar
Ruang selasar rumah susun pulogebang ini terintegrasi dengan bangunan. Dimana
selasar untuk jalur akses penghuni dalam bangunan rusun ini bersifat memanjang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
51
Universitas Indonesia
Gambar 3.24 denah tipikal Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional Pulogebang
Gambar 3.25 potongan Rumah susun Pulogebang Sumber: arsip gambar kerja rusunawa regional Pulogebang
3.1.3. Latar Belakang Penghuni
Pengambilan data untuk mengetahui latar belakang penghuni dilakukan dengan
metode kuesioner dan wawancara dengan penghuni rumah susun. Kuesioner
dibagikan kepada 30 orang kepala keluarga (KK). Sampel 30 orang diambil dengan
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
52
Universitas Indonesia
mengambil lebih dari 10% dari total jumlah kepala keluarga pada 4 blok hunian
rumah susun yang berjumlah 168 KK.
Di atas 2 juta
Di bawah 2 juta
Diagram 3.4 pengeluaran penghuni rumah susun pulogebang perbulannya
Latar Belakang ekonomi penghuni dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa
mayoritas penghuni di rumah susun pulogebang ini adalah golongan menengah ke
bawah. Hal ini terlihat dari 24 orang atau 80% dari kepala keluarga penghuninya
yang memiliki pengeluaran per bulannya kurang dari 2 juta. Sementara sisanya
sebanyak 6 orang atau 20% KK memiliki biaya pengeluaran di atas 2 juta rupiah per
bulannya. Mata pencaharian mereka umumnya adalah pedagang, buruh, dan pegawai
negeri.
sebatas kenal
sekedar menyapa
saling mengobrol
Diagram 3.5 tingkat kedekatan sosial penghuni rumah susun Pulogebang
Sementara untuk hubungan sosial penghuninya, penghuni rumah susun pulogebang
ini kebanyakan hanya sebatas mengenal dan sekedar menyapa, sebanyak 15 KK atau
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
53
Universitas Indonesia
50% dari penghuninya mengaku hanya sebatas mengenal tetangga sekitarnya,
sebanyak 9 KK atau sekitar 30% dari penghuninya hanya sebatas sekedar menyapa
jika bertemu, dan hanya sebanyak 6 KK atau sekitar 20% yang gemar saling
mengobrol dan berkumpul jika ada kesempatan.
di atas 5 tahun
di bawah 5 tahun
Diagram 3.6 Jangka waktu menetap penghuni rumah susun Pulogebang
Sementara untuk waktu lama mereka tinggal di rumah susun pulogebang ini,
mayoritas merupakan penghuni baru dengan 27 KK atau 90% penghuninya memiliki
waktu lamanya tinggal kurang dari 5 tahun. Sisanya sebanyak 3 KK atau 10%
penghuninya telah tinggal lebih dari 5 tahun
3.2.4 Ruang selasar rumah susun Pulogebang
Ruang selasar rumah susun merupakan suatu ruang publik. Di dalamnya terdapat
kepentingan umum dan seharusnya tidak dimiliki oleh siapa pun. Ruang publik
merupakan ruang yang di dalamnya setiap orang mendapatkan hak kebebasan yang
sama untuk mengalami ruang tersebut. Namun ternyata hal itu tidak selamanya
berjalan seperti itu. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan yang dilakukan dan perilaku
(behavior) yang ditunjukkan oleh orang-orang yang mengisi ruang selasar rumah
susun ini. Kegiatan dan perilaku dari seorang individu mempengaruhi orang lain yang
juga mengisi ruang selasar tersebut.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
54
Universitas Indonesia
Privatisasi dilakukan orang-orang pada ruang publik oleh sebagian orang untuk
memenuhi kebutuhan personalnya. Privatisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara
yang membuat kualitas ruang publik berkurang karena adanya intervensi dari
kebutuhan personal sebagian orang. Hal-hal ini juga bisa kita jumpai pada selasar
dalam rumah susun.
Salah satu kegiatan privatisasi ruang selasar yang sering dilakukan oleh penghuni
rumah susun adalah menempatkan barang-barang pribadinya ke daerah koridor atau
selasar. Sebagaimana aturan dari pengelola rumah susun. Menempatkan barang
pribadinya pada ruang selasar adalah sebuah pelanggaran atau menyalahi aturan yang
telah dibuat. Namun, dalam prakteknya hal itu tetap masih dilakukan dan tidak ada
tindakan tegas dari pihak pengelola.
Gambar 3.26 penempatan barang pribadi pada area selasar Rumah susun Pulogebang
Sumber: dokumentasi pribadi
Jika dilihat dari alasan orang-orang penghuninya mengapa masih melakukan hal
tersebut, jawabannya cukup bervariasi. Ada yang menjawab karena kebutuhan untuk
menaruh barang pribadinya di selasar dapat membuat unit huniannya terasa lebih
luas. Penghuni menempatkan meja, kursi, dan perabotan lainnya yang seharusnya
ditempatkan ke selasar atau koridor membuat peran koridor atau selasar yang tadinya
berfungsi sebagai ruang akses menjadi daerah extension atau perpanjangan ruang dari
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
55
Universitas Indonesia
unit huniannya. Hal ini juga membatasi tetangganya untuk menjangkau ruang selasar
yang sudah diintervensi oleh barang-barang tersebut karena merasa daerah itu adalah
daerah pribadi atau personal tetangganya, meskipun seharusnya tidak.
Gambar 3.27 penempatan jemuran pada area selasar Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Ada juga penghuni lain yang memanfaatkan ruang selasarnya untuk menjemur
pakaian. Alasan mereka melakukan kegiatan ini adalah agar pakaian yang dijemur
dapat kering lebih cepat dibandingkan menjemur di balkon sebagai ruang jemur yang
sudah disediakan dari pihak rumah susun. Privatisasi ruang selasar dengan menjemur
pakaian basah ini selain mengurangi ruang publik yang ada pada selasar juga dapat
mengurangi venustas atau keindahan bangunan. Karena selain tidak enak dipandang
mata. Air cucian hasil jemuran dapat jatuh dan mengalir ke koridor yang membuat
selasar menjadi becek dan kotor sehingga menyebabkan ruang selasar menjadi tidak
nyaman.
Ada juga penghuni yang melakukan privatisasi ruang selasar dengan menaruh pot-
pottanaman. Hal ini biasanya dimaksudkan agar hunian mereka terasa lebih asri dan
hijau. Kebiasaan ini juga mungkin disebabkan tempat tinggal lama mereka yang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
56
Universitas Indonesia
terbiasa tinggal di rumah-rumah konvensional yang memiliki halaman, taman, dan
lain-lain. Sementara tinggal di rumah susun dengan keterbatasan lahan membuat
mereka mengadaptasikan pola hidup atau bermukim dengan menyediakan pot-pot
taman di halaman rumah mereka. Dalam rumah susun ini, berarti selasar.
Gambar 3.28 penempatan pot tanaman pada area selasar Rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Meskipun mereka mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu melanggar tata
tertib dan aturan yang ada dalam rumah susun, namun dalam prakteknya hal ini terus
terjadi di lingkungan mereka. Penempatan barang-barang pribadi dalam ruang selasar
atau privatisasi lahan ini pun menjadi hal yang lumrah.
Meskipun terjadi privatisasi pada ruang publik selasar ini, ada kalanya justru
privatisasi ini membuka kemungkinan akan adanya interaksi dengan tetangganya.
Sebagai contoh, ketika menempatkan kursi dan meja pada selasar rumah susun,
perabotan tersebut memunculkan kemungkinan untuk duduk dan saling bertukar
pikiran dengan tetangganya. Hal ini terkait juga dengan affordances lingkungan.
Manusia itu makhluk yang kreatif, mereka selalu melihat kemungkinan lain yang
ditawarkan dari ruang-ruang di sekitarnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain.
Tidak dapat dielakkan juga, bahwa apa yang kita lakukan terhadap ruang sekitar
dapat mempengaruhi tindakan orang-orang lain di sekitar kita yang berada pada ruang
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
57
Universitas Indonesia
public yang sama. Ketika menjumpai tetangga atau penghuni rumah susun lain yang
melakukan privatisasi ruang publik selasar. Terdapat juga persepsi pada pikiran
bahwa apa yang dilakukan itu merupakan suatu hal yang lumrah atau wajar, sehingga
mendorong penghuni lain untuk melakukan privatisasi yang sama.
Gambar 3.29 area tangga selasar rumah susun Pulogebang Sumber: dokumentasi pribadi
Hal lain yang menyebabkan adanya privatisasi ruang publik selasar ini adalah adanya
kebutuhan akan ruang-ruang dalam unit hunian yang belum terakomodir atau
terpenuhi dengan adanya keterbatasan lahan hunian untuk tinggal. Misal ketika
tinggal di rumah konvensional, orang-orang selalu memiliki ruang-ruang seperti
halaman, ruang tamu, teras, gudang, taman dan lain-lain. Namun dengan tinggal di
rumah susun dengan lahan yang terbatas, ada kebutuhan ruang yang tidak terpenuhi
dengan tidak adanya teras, beranda, ruang jemur, gudang dan lain-lain. Hal ini
mendorong penghuni rumah susun untuk berpikir bagaimana menyesuaikan kondisi
rumah ideal yang dibutuhkan untuk hunian ke lingkungan rumah susun sehingga
menimbulkan apa yang disebut dengan privatisasi pada ruang publik selasar ini.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
58
Universitas Indonesia
Dari dua buah studi kasus rumah susun yang terdapat pada bab sebelumnya, memang
terlihat adanya bentuk intervensi ruang privat ke dalam ruang publik selasar. Meski
masing-masing menunjukkan sisi positif dan negatif, hal ini menunjukkan bahwa ada
kebutuhan manusia akan teritori yang belum terpenuhi dengan tinggal di unit hunian
vertikal rumah susun.
Hal yang ditemukan pada keseharian kehidupan rumah susun ini tentunya terkait
dengan pola hidup dan latar belakang penghuninya sebagai pelaku utama yang tinggal
di rumah susun tersebut. Berbagai faktor turut mempengaruhi perlakuan manusia
terhadap ruang tersebut mulai dari faktor fisik seperti kebutuhan akan ruang yang
tidak terpenuhi dalam bertinggal maupun faktor non fisik seperti latar belakang
ekonomi, sosial, budaya, dan kebiasaan bertinggal penghuninya. Pada studi kasus
pertama rumah susun klender, dimana selasarmya bersifat outdoor atau berada di luar
bangunan dan hanya bersifat jalur akses vertikal saja, ditemukan lebih banyak
intervensi ruang privat di ruang publik selasar tersebut.
Sementara pada studi kasus kedua rumah susun Pulogebang, perlakuan intervensi
ruang privat ke ruang publik selasar yang ditemukan memang tidak sebanyak yang
ditemukan pada rumah susun Klender. Hal ini disebabkan juga oleh bentuk fisik
selasar atau koridornya yang sudah terintegrasi dengan bangunan rumah susun dan
sudah mengakomodir beberapa kebutuhan teritori hunian penghuninya seperti sudah
tersedianya kebutuhan akan ruang hijau dalam bangunan yang terakomodasi pada
keberadaan pot-pot tanaman yang terintegrasi pada bangunan. Meski begitu, masih
terdapat pula bentuk intervensi ruang publik selasar dengan penempatan perabotan
meja dan kursi di depan unit hunian yang berlaku layaknya teras atau halaman.
Kebutuhan untuk bertinggal penghuni rumah susun meningkat setelah kebutuhan
dasar mereka terpenuhi akan adanya tempat berlindung. Setelah kebutuhan dasar
mereka terpenuhi, mereka mencoba meningkatkan kebutuhan bertinggal mereka
dengan memenuhi kebutuhan lain yang mungkin diadakan yaitu dengan
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
59
Universitas Indonesia
mengadaptasi konsep “rumah” versi mereka yang mengakibatkan pergeseran fungsi
ruang publik selasar tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Maslow
tentang kebutuhan manusia.
Studi Kasus 1 Studi Kasus 2
Umur bangunan Lebih dari 20 tahun Kurang lebih 10 tahun
Interaksi sosial penghuni Senang berkumpul dan
mengobrol
Sebatas mengenal
Pengeluaran kepala
keluarga per bulannya
Mayoritas kurang dari 2
juta per bulan
Mayoritas kurang dari 2
juta per bulan
Pengalaman bertinggal di
hunian vertikal
Sama sekali tidak ada Sebagian ada yang pernah,
mayoritas belum pernah
Penempatan barang
pribadi pada selasar
Perabotan meja kursi,
kandang burung, sepeda,
namun yang paling banyak
ditemukan adalah
keberadaan pot tanaman
Perabotan meja kursi,
sepeda, dan barang tak
terpakai lain
Tipe selasar Terintegrasi dalam
bangunan
Di luar bangunan, bersifat
outdoor
Tabel 3.7 Perbandingan studi kasus 1 dan studi kasus 2
Hal yang paling terlihat dari dua buah studi kasus ini adalah kebutuhan akan teritori
sebuah ruang teras, halaman, dan taman pada unit hunian rumah susun. Dimana
konsep mereka akan sebuah “rumah” adalah hunian yang memiliki teritori bagian
depan seperti teras dan taman seperti rumah konvensional. Ketika itu semua tidak
dapat mereka aplikasikan ke hunian mereka, maka berbagai perlakuan adaptasi pun
mereka lakukan di lingkungan selasar/ koridor penghubung antar unit hunian
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
60
Universitas Indonesia
bangunan. Hal inilah yang menimbulkan pergeseran fungsi ruang ini. Pada studi
kasus 1 rumah susun klender bentuk selasar tidak mendukung adanya keberadaan
taman dan halaman, sehingga menimbulkan intervensi ruang publik yang lebih
banyak dibandingkan pada studi kasus 2 rumah susun pulogebang. Pada rumah susun
pulogebang, selasar atau koriodornya dilengkapi dengan keberadaan pot tanaman
yang terintegrasi dengan bangunan sehingga kebutuhan penghuni akan adanya bagian
depan rumah cukup terwakilkan. Meski tetap ditemukan intervensi ruang publik lain
seperti keberadaan perabotan meja kursi dan barang-barang tak terpakai lainnya.
Gambar 3.30 penempatan kandang burung dan pot memberi pengaruh pada ruangselasar Sumber: dokumentasi pribadi
Hal negatif dari penempatan barang-barang pribadi pada selasar ini adalah
keberadaaan kandang burung yang jika tidak terawat dapat membuat area selasar
menjadi kumuh dan tidak nyaman karena kotoran dan makanannya yang tidak rajin
dibersihkan. . Selain itu keberadaan burungnya sendiri juga menimbulkan bau yang
mungkin mengganggu orang-orang yang sedang melintas. Selain itu keberadaan pot
tanaman yang tidak rajin dibersihkan juga membuat area selasar menjadi berantakan
dengan daun dan tanahnya yang berserakan. Hal ini tentunya membuat area selasar
sebagai jalur sirkulasi menjadi terganggu dan tidak nyaman.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
61
Universitas Indonesia
Meskipun penempatan kandang burung dan pot tanaman juga memiliki sisi positif,
dimana mereka seakan merasakan ruang sebuah teras atau halaman sebagai bagian
dari konsep sebuah “rumah” bagi mereka, dan mereka merasa nyaman dengan
keadaan tersebut.
Gambar 3.31 perbandingan ruang jalur sirkulasi selasar dengan penempatan perabotan pribadi dan
yang tidak ditempatkan perabotan Sumber: dokumentasi pribadi
Pada kasus penempatan barang pribadi dalam selasar, hal negatifnya adalah
mengurangi jalur sirkulasi yang semakin berkurang dengan adanya penempatan
barang pribadi yang semakin membuat jalur akses selasar menjadi semakin sempit.
Namun bagi penghuninya, hal ini juga memiliki sisi positif dimana keberadaan
barang-barang pribadi pada selasar rumah susun ini juga membuat area selasar depan
rumah ini menjadi lebih hidup dengan memunculkan kemungkinan interaksi dengan
penghuni lainnya untuk duduk dan mengobrol dengan fasilitas meja dan kursi
layaknya sebuah teras pada hunian rumah konvensional.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
62
Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Ruang selasar dalam rumah susun merupakan sebuah ruang publik yang mengalami
pergeseran fungsi ruang ke arah privat atau personal. Hal ini disebabkan oleh manusia
atau penghuninya sebagai pelaku utama pergeseran fungsi ruang tersebut. Dimana
dasar manusia berperilaku demikian adalah faktor latar belakang penghuninya terkait
kondisi ekonomi, sosial, dan budayanya sebagai dasar perilaku keseharian mereka
mempergunakan ruang publik selasar tersebut. Namun, semua perilaku penghuni
yang berakibat pada pergeseran fungsi ruang tersebut cenderung memiliki dampak
negatif bagi lingkungan hunian rumah susun tersebut seperti terganggunya ruang
jalan dan menyebabkan kekumuhan. Meskipun ada sisi positifnya dimana mereka
merasa lebih memiliki sebuah rumah atau konsep home dalam hunian mereka. Dari
sini tercermin bahwa apa yang penghuni butuhkan pada konsep home hunian rumah
susun mereka adalah adanya sebuah ruang depan atau teras yang ditunjukkan dengan
privatisasi ruang tersebut.
4.2 Saran
Sebagai perancang, tentunya kita melihat sebuah bangunan tidak hanya dari utilitas,
firmitas, dan venustasnya saja. Tapi juga memikirkan bagaimana kondisi masyarakat
yang akan menggunakan bangunan tersebut. Pada kasus rumah susun ini, latar
belakang ekonomi, sosial, dan budaya turut mempengaruhi bagaimana mereka
memperlakukan lingkung bangun rumah susun ini. Ketika kita tidak
memperhitungkan faktor seperti itu dalam mendesain sebuah bangunan, tentunya
memunculkan masalah-masalah pada bangunan tersebut. Ada baiknya ketika
merancang sebuah bangunan untuk berhuni, diadakan penelitian lebih lanjut tentang
kondisi masyarakat yang akan menempati hunian tersebut, mulai dari latar belakang
penghuninya dan bagaimana kebiasaan mereka tinggal selama ini.
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Chermayeff, S & Alexander, C. (1963). Community and Privacy. New York:
Doubleday & Company, Inc.
Gehl, Jan (1987). Life between buildings. New York: Van Nostrand Reinhold
Gifford, R (1996). Environmental Pscychology: Principles & Practice. Canada: Allyn
& Bacoon.
Hartmann, E., Sommer, T., Prehn, S., Görlich, D., Jentsch, S., Rapoport,
T.A. Nature (1994).Evolutionary conservation of components of the protein
translocation complex.
Heimsath, Clovis. (1997). Behavioral Architecture. New York: McGraw Hill.
Hendratno Edie T. (1999). Rumah susun dan penghuninya: Adaptasi sosial penghuni
rumah susun terhadap lingkungannya (studi kasus terhadap penghuni rumah susun
Tesis Ilmu Antropologi Pasca Sarjana UI
Lang, J. (1987). Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioral Sciences
in Environmental Design. New York: Van Nordstand Reinhold.kemayoran Jakarta)
Lawson, Bryan (2001).Tthe Language of Space, Burlington: Architectural Press
Marcella, J L (2004) Arsitektur dan perilaku manusia.Jakarta:Grasindo
Kusumawijaya, Marco (2006). Kota rumah kita. Jakarta: Borneo
Margareth Crawford, John Chase, & John Kalinski (1999). Everyday Urbanism.
Hongkong
Maslow, Abraham (1998). Towards a Psychology of Being.Wiley
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
Masyito, N. (2003). Hubungan pembangunan rumah susun dengan kualitas hidup
penghuninya (studi kasus rumah susun di kelurahan 23 ilir kota Palembang).Tesis
Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UI
Matthew Carmona (2003) Public Places – Urban Spaces: the Dimension of Urban
Design, Burlington.
Rully Firmansyah (2007). Peranan koridor pada bangunan pusat perbelanjaan
dalam mengantisipasi bahaya kebakaran. Skripsi Departemen Arsitektur FTUI
Scheflen, A.E & Ashcraft, N (1976). Human territories: How We Behave in Space-
Time. New Jersey:Prentice-Hall
Sitepu, Hairul (2006). Makalah Permasalahan Pengelolaan rumah susun.Pengantar
Falsafah Sains Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Sukamto, Joko (2002). Penghuni dan pengaturan ruang hunian di rumah susun
Kemayoran. Tesis Ilmu Antropologi Pasca Sarjana UI
Sunarto (2000). Pengantar Sosiologi. Lembaga penerbit FE-UI.
Suparlan, Parsudi. (1984).Manusia, kebudayaan, dan lingkungannya.jakarta
Yi Fu Tuan (2001). Space and Place. London.University of Minnesota press
http://perumnas.co.id diakses pada 12 Desember 2010
http://steven.seasidelife.com diakses pada 10 Desember 2010
http://bps.go.id diakses pada 10 Desember 2010
http://en.wikipedia.org.wiki.public use diakses pada 2 November 2010
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun
Nama: …………………………………………
Umur: …………………………………………
Pekerjaan:……………………………………..
Tinggal di blok/lantai:………………………..
Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?.....................................................
2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa?
........................................................................................................................................
3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat
lain?................................................................................................................................
4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga
sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering
mengobrol)…………………………………………………………………………….
5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah
susun?............................................................................................................................
6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai?
(gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………...
7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau
selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................
8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur
pakaian?........................................................................................................................
9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain?
........................................................................................................................................
10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun?
.........................................................................................................................................
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun
Nama: …………………………………………
Umur: …………………………………………
Pekerjaan:……………………………………..
Tinggal di blok/lantai:………………………..
Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?.....................................................
2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa?
........................................................................................................................................
3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat
lain?................................................................................................................................
4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga
sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering
mengobrol)…………………………………………………………………………….
5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah
susun?............................................................................................................................
6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai?
(gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………...
7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau
selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................
8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur
pakaian?........................................................................................................................
9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain?
........................................................................................................................................
10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun?
.........................................................................................................................................
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010
Universitas Indonesia
Daftar pertanyaan kuesioner untuk disebar ke penghuni rumah susun
Nama: …………………………………………
Umur: …………………………………………
Pekerjaan:……………………………………..
Tinggal di blok/lantai:………………………..
Pengeluaran perbulannya……….. ………….(< 1juta, 1-2juta, >2juta)
1. Darimanakah daerah bapak atau ibu berasal?.....................................................
2. Sudah berapa lama tinggal di rumah susun ini, sejak tahun berapa?
........................................................................................................................................
3. Sebelum tinggal disini, pernah tinggal di rumah susun atau hunian bertingkat
lain?................................................................................................................................
4. Bagaimanakah hubungan antara ibu/bapak dengan tetangga
sekitar?......(tidak pernah tahu/ hanya sebatas kenal dan menyapa/ sering
mengobrol)…………………………………………………………………………….
5. Dimana biasanya ibu/bapak berkumpul dengan sesama penghuni rumah
susun?............................................................................................................................
6. Dimana biasanya ibu/bapak menyimpan barang-barang yang tidak terpakai?
(gudang/kamar/ruang tamu/selasar)………………………………………………...
7. Jika boleh tahu, Apa saja barang yang bapak/ ibu taruh di koridor atau
selasar?(kursi/meja/pot/dll) ........................................................................................
8. Dimanakah biasanya ibu/bapak mencuci dan menjemur
pakaian?........................................................................................................................
9. Di lingkungan rumah susun ini, dimana anak-anak biasa bermain?
........................................................................................................................................
10. Keluhan dan saran selama tinggal di rumah susun?
.........................................................................................................................................
Pergeseran Fungsi..., Luthfi Abdillah Ichwan, FT UI, 2010