Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN JASA PT ABC INDONESIA
LAPORAN MAGANG
LAVIMIA LARASATI
1006712406
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2014
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN JASA PT ABC INDONESIA
LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi
LAVIMIA LARASATI
1006712406
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JUNI 2014
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
IIALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi/TesisA)isertasi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
NPM
Tanda Tangan
Tanggal
Lavimia Larasati
1006712406
23 Juni20l4
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
lil
TANDA PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR MAGANG
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
Judul Laporan Akhir Magang
Tanggal
Pembimbing Magang
: Lavimia Larasati
:1006712406
: Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABCIndonesia
:23 luni2014
: Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak.
TTD
(Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak)
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
l
IV
HALAMAN PENGESAIIAN
Laporan magang ini diajukan oleh :
Nama
NPM
Program Studi
Judul
Lavimia Larasati
1006712406
Akuntansi
Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarSarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak.
Ketua
Anggota : Deddi Sukrisnady, S.E., BAP
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :23 Juni2014
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
v
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini dalam rangka memenuhi
salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Saya sangat menyadari bahwa dalam proses
penyusunan laporan magang ini, saya mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Kurnia Irwansyah Rais selaku dosen pembimbing saya yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan membantu saya
dalam penyusunan laporan magang ini.
2. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan doa, dukungan, kasih sayang serta
menjadi motivator utama penulis dalam penyelesaian laporan magang ini.
3. Pihak KAP Razikun Tarkosunaryo atas kesempatan yang diberikan untuk
bergabung sebagai salah satu junior auditor dan pengalaman kerja yang telah
diberikan.
4. Mbak Dyah Pramesthi atas supervisi pada saat melakukan proses audit PT ABC
Indonesia serta kesabarannya dalam menjawab segala pertanyaan yang saya ajukan
berkaitan dengan penyusunan laporan magang.
5. Teman-teman seperjuangan saya selama melaksanakan program magang, yaitu
Arum Rusmanovia, Ditya Ekasapta Septian, Erlangga Putera, Adlin Syafrizal, Adi
Riyanto, Lutfi Samulo, Ihsan Irjami, Ratih Lia Asputri, Pettia Weharima, Ita
Puspitasari, Panggih Arinadi. Terima kasih atas canda, tawa, pengalaman, dan
persahabatan yang terjalin hingga sekarang.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan saya selama di FEUI, yaitu Adam Sakti Laksana,
Meigendaris Surtiabadi, Nenih Apriani, Fajar Sulistyaningsih, Ilevany Siami
Setyoasih, Garinzafira Shabrina. Terima kasih sudah menjadi partner in crime yang
‘baik’ selama masa perkuliahan, terima kasih atas
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
vi
persahabatannya dan terima kasih atas kehadiran kalian di saat suka maupun
duka. Togetherwe can, guys!
7. Sahabat-sahabat SMA saya, yaitu Karis Raditya, Yuanita Alamsyah, Alvian
Yanuar, Herlina. Terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya dalam
menjalani masa-masa sulit pengerjaan tugas akhir.
8. 'Konsultan' pribadi saya, yaitu Kak Laksono Budi Satrio dan Dewi
Nindyastuti, yang selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan laporan serta
menjadi tempat saya bertanya.
9. Andika Dewangga Yudha, terima kasih atas semangat, dukungan, kesabaran,
dan kasih sayang yang telah diberikan hingga saat ini.
i0. Seluruh pihak yang telah membantu dan membimbing saya baik dalam
penyusunan laporan magang ini maupun dalam kehidupan.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT mencatat dan membalas amal baik pihak-
pihak yang telah membantu saya. Semoga laporan magang ini dapat memberikan
manfaat bagi ilmu pengetahuan dan bagi pihak yang membacanya.
Depok,23 Juni2014
Iaruw{fLavimia Larasati
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bahwa ini :
Nama
NPM
Program Studi
* Departemen
Fakultas
Jenis Karya
Lavimia Larasati
1006712406
S1
Akuntansi
Ekonomi
Laporan Magang
demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC Indonesia
beserta perangkat yang ada fiika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Padatanggal : 23 Juni20l4
Yang menyatakan
Irv,rnw(Lavimia Larasati)
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
viii
ABSTRAK
Nama : Lavimia Larasati
Program Studi : Akuntansi
Judul : Prosedur Audit atas Pendapatan Jasa PT ABC Indonesia
Pendapatan bidang jasa konstruksi merupakan pendapatan yang berasal dari
aktivitas konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor berdasarkan kontrak yang
diberikan oleh pemberi kerja. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah pendapatan yang dapat diakui oleh kontraktor. Metode
pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia adalah metode
persentase penyelesaian. Laporan magang ini berisi tentang proses audit yang
dilakukan oleh penulis atas akun pendapatan PT ABC Indonesia untuk
memastikan bahwa pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia telah
disajikan secara wajar dan sesuai dengan PSAK 34 mengenai Kontrak Konstruksi.
Kata Kunci :
Jasa konstruksi, pendapatan kontrak, metode persentase penyelesaian, prosedur
audit.
ABSTRACT
Name : Lavimia Larasati
Study Program : Accounting
Title : Audit Procedure of Service Revenue PT ABC Indonesia
Revenue from construction contract is obtained from construction activity done by
contractor based on contract given by client. There are some methods to calculate
the amount of revenue recognized by contractor. PT ABC Indonesia uses
percentage-of-completion method to recognize its revenue. This internship report
contains audit process of construction revenue done by the writer to ensure that
construction revenue recognized by PT ABC Indonesia is fairly presented and has
been recorded based on PSAK 34 accounting standard about Construction
Contract.
Keywords :
Construction services, contract revenue, percentage of completion method, audit
procedure.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ............................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH ....................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Program Magang ......................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan Laporan Magang ............................................. 2
1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang ..................... 3
1.5. Pelaksanaan Program Magang ..................................................... 3
1.6. Latar Belakang dan Tujuan Tema Laporan Magang .................... 4
1.7. Pembatasan Masalah .................................................................... 5
1.8. Metode Penulisan Laporan Magang ............................................. 5
1.9. Sistematika Penulisan .................................................................. 5
2. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................... 7
2.1. Profil KAP STR ........................................................................... 7
2.2. Profil PT ABC Indonesia sebagai Klien ...................................... 8
2.2.1. Sejarah Singkat PT ABC ................................................ 9
2.2.2. PT ABC di Indonesia ...................................................... 10
2.2.3. Kebijakan Akuntansi Umum PT ABC Indonesia ........... 12
2.2.4. Kebijakan Akuntansi Akun Pendapatan ......................... 12
3. LANDASAN TEORI ................................................................................. 14
3.1. PSAK No. 23 (Revisi 2010) ......................................................... 14
3.1.1. Ruang Lingkup dan Definisi ......................................... 14
3.1.2. Pengukuran Pendapatan ................................................ 15
3.1.3. Pengakuan Pendapatan Jasa ........................................... 16
3.1.4. Pengungkapan Pendapatan ............................................ 18
3.2. PSAK No. 34 (Revisi 2010) ......................................................... 18
3.2.1. Tujuan ........................................................................... 18
3.2.2. Ruang Lingkup dan Definisi ......................................... 19
3.2.3. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi ........... 20
3.2.4. Pendapatan dan Beban Kontrak .................................... 21
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
x
3.2.5. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak .................. 22
3.2.6. Pengungkapan Akuntansi Kontrak Konstruksi ............. 23
3.3. Metode Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi ................... 24
3.4. Teori Audit ................................................................................... 28
3.4.1. Definisi Audit ................................................................ 28
3.4.2. Risiko Audit dan Materialitas ....................................... 29
3.4.3 Audit atas Pendapatan ................................................... 31
4. PEMBAHASAN ........................................................................................ 34
4.1. Program Audit Akun Pendapatan ................................................. 34
4.2. Akuntansi Pendapatan PT ABC Indonesia .................................. 35
4.2.1. Sistem Akuntansi Pendapatan Kontrak ......................... 35
4.2.2. Metode Pengakuan Pendapatan ..................................... 37
4.2.3 Pencatatan Pendapatan Jasa Konstruksi ........................ 41
4.3. Pelaksanaan dan Temuan Audit PT ABC Indonesia .................... 44
5. PENUTUP .................................................................................................. 51
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 51
5.2 Saran ............................................................................................. 52
DAFTAR REFERENSI .................................................................................. 54
LAMPIRAN ..................................................................................................... 55
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2.1.1. Siklus Pendapatan PT ABC Indonesia .................................... 37
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Grafik Perbandingan Profit Tahun 2013 per Bulan ........................ 49
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Vouching Akun Piutang ....................................................... 55
Lampiran 2 Perbandingan Pendapatan 2013-2012 ........................................... 56
Lampiran 3 Working Paper Akun Pendapatan PT ABC Indonesia .................. 57
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Magang
Era globalisasi yang semakin berkembang dewasa ini memberikan sebuah
tantangan tersendiri kepada para pelaku bisnis. Kemajuan teknologi yang seolah
menghilangkan batas antar negara membuat persaingan bisnis semakin ketat. Hal
ini tentunya secara tidak langsung juga memengaruhi persaingan sumber daya
manusia atau tenaga kerja yang juga semakin kompetitif. Tidak hanya dari
negaranya sendiri, saat ini para tenaga kerja, khususnya di Indonesia, juga harus
bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari luar negeri yang mana taraf
pendidikannya lebih baik. Dibutuhkan sebuah kompetensi dan profesionalitas
yang tinggi untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin kompetitif
tersebut.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, salah satu Fakultas Ekonomi
pencetak lulusan terbaik Indonesia, merupakan sebuah fakultas yang berwawasan
internasional. Demi mencetak lulusan berkualitas dan berdaya saing tinggi,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia memberikan kesempatan kepada
mahasiswanya untuk terjun langsung ke dalam dunia kerja melalui program
magang sebagai syarat kelulusan pengganti skripsi. Program magang ini bertujuan
untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang
sebenarnya. Mahasiswa ditantang untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapat
di bangku kuliah pada kehidupan kerja nyata. Selain itu, melalui program magang
ini, mahasiswa juga bisa mendapatkan pengalaman atau ilmu baru yang tak bisa
didapat di bangku kuliah, seperti kemampuan untuk beradaptasi, berkomunikasi,
dan bekerjasama dengan orang lain. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa
lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dapat lebih siap untuk
menghadapi dunia kerja dan mempunyai daya saing
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
2
Universitas Indonesia
dan kompetensi yang tinggi dalam menghadapi persaingan tenaga kerja di era
globalisasi ini.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang
Terdapat beberapa tujuan dari pelaksanaan program magang yang
disediakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, antara lain:
1. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu
yang didapat di bangku perkuliahan dan mempelajarinya lebih dalam.
2. Mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja dengan terjun
langsung ke dalam dunia kerja nyata yang sangat berbeda dengan
kehidupan perkuliahan.
3. Mengasah soft skill mahasiswa, seperti kemampuan presentasi, adaptasi,
komunikasi, team work, dan problem solving, serta sebagai sarana bagi
mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri.
4. Membangun hubungan yang saling menguntungkan antara mahasiswa
sebagai peserta magang dengan perusahaan tempat pelaksanaan program
magang.
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang
Laporan magang ini berisi mengenai segala aktivitas yang dilakukan
penulis selama periode magang serta teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan topik laporan magang. Adapun tujuan dari penulisan laporan
magang, yaitu:
a. Salah satu syarat kelulusan program magang
b. Sebagai bentuk kontribusi mahasiswa kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia dan perusahaan tempat mahasiswa
melaksanakan program magang.
c. Sarana pemberi informasi
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
3
Universitas Indonesia
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Program Magang
Penulis melaksanakan program magang di Kantor Akuntan Publik STR
yang terletak di bilangan TB Simatupang, Jakarta Selatan. KAP STR merupakan
sebuah Kantor Akuntan Publik yang bergabung dengan PQR Global Alliance,
sebuah perusahaan berkantor pusat di London, yang menyediakan jasa konsultasi
bisnis dan penasehat hukum. Penulis melaksanakan program magang selama
kurang lebih tiga bulan terhitung sejak tanggal 6 Januari 2014 sampai 4 April
2014 sebagai junior auditor.
1.5 Pelaksanaan Program Magang
Selama pelaksanaan program magang, penulis diberikan tanggung jawab
untuk ikut melakukan proses audit terhadap beberapa perusahaan yang sudah
menjadi klien KAP STR. Berikut rincian perusahaan klien yang mana penulis
melakukan proses audit beserta tugas penulis di dalam tim audit:
1. PT XYZ
Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan,
baik perdagangan besar maupun perdagangan impor. Perusahaan yang
berlokasi di kawasan Sudirman ini didirikan oleh XYX, Inc. dan XYY,
Inc. pada tahun 2004. Pada klien ini, penulis diberikan tugas untuk
membantu auditor senior dalam mengaudit akun penjualan, harga pokok
penjualan, biaya-biaya, hutang usaha dan hutang lain-lain, serta
perpajakan. Penulis terlibat dalam pelaksanaan test of detail balance,
sampling, vouching, dan pembuatan kertas kerja.
2. PT ABC Indonesia
Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa
konsultasi konstruksi di bidang sipil, elektrikal dan mekanikal. Perusahaan
yang terletak di daerah Pulo Mas ini pertama kali mengerjakan proyeknya
di Indonesia pada tahun 1980. Pada klien ini, penulis diberikan tugas
untuk membantu auditor senior dalam mengaudit akun kas dan setara kas,
piutang dan piutang lain-lain, perpajakan, beban, serta pendapatan. Penulis
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
4
Universitas Indonesia
terlibat dalam pelaksanaan test of detail balance, sampling, vouching, dan
pembuatan kertas kerja.
3. PT MGD
Merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang siaran
pertelevisian. Perusahaan yang berdomisili di Kota Madiun ini memulai
usaha komersialnya pada tahun 2006. Penulis terlibat dalam pelaksanaan
test of detail balance, sampling, vouching, pembuatan kertas kerja, hingga
penyusunan draft untuk laporan audit.
1.6 Latar Belakang dan Tujuan Tema Laporan Magang
Laporan magang ini akan membahas mengenai audit atas pendapatan PT
ABC Indonesia yang bergerak di bidang penyedia jasa konsultan teknik dan
manajemen. PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya menggunakan
metode percentage-of-completion input measures, dimana untuk mengakui
seberapa besar pendapatan yang dapat diakui, PT ABC Indonesia menggunakan
jumlah man-hours yang telah terjadi sebagai tolak ukurnya. Latar belakang
penulis mengambil tema ini adalah karena metode percentage-of-completion yang
digunakan oleh PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya berbeda
dengan metode percentage-of-completion pada umumnya, dimana metode
percentage-of-completion yang digunakan PT ABC Indonesia hampir mirip
dengan metode pengakuan pendapatan cost-recovery yang menggunakan jumlah
biaya, dalam hal ini man-hours, yang terjadi sebagai dasar dari pengakuan jumlah
pendapatan.
Adapun tujuan dari pemilihan tema laporan magang adalah:
1. Bagaimana metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT
ABC Indonesia, apakah sudah sesuai dengan apa yang diatur dalam
PSAK 34 mengenai Kontrak Konstruksi?
2. Apa perbedaan antara metode pengakuan pendapatan percentage of
completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dengan metode
pengakuan pendapatan cost-recovery?
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
5
Universitas Indonesia
3. Bagaimana penerapan ilmu teori dengan yang dipraktikkan oleh PT
ABC Indonesia sehingga dapat menjadi bahan pembelajaran?
1.7 Pembatasan Masalah
Penulis hanya sebatas membahas mengenai audit atas pendapatan PT ABC
Indonesia pada tahun 2013. Penulis tidak bertanggung jawab atas audit atas
pendapatan pada tahun sebelumnya dan tahun berikutnya.
1.8 Metode Penulisan Laporan Magang
Penulis dalam penyusunan laporan magang ini menggunakan metode
observasi dan studi literatur, dimana penulis terjun langsung dalam rangka
melaksanakan proses audit atas PT ABC Indonesia, klien dari KAP STR, dan
mengumpulkan data-data yang terkait dengan pembahasan masalah laporan
magang dari beberapa sumber.
1.9 Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan magang ini terbagi ke dalam lima bagian yang
dilengkapi oleh lampiran-lampiran pendukung, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, tempat dan waktu,
pelaksanaan program magang, ruang lingkup serta sistematika penulisan
laporan magang.
BAB II: PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini memberikan penjelasan singkat mengenai profil perusahaan
tempat penulis melaksanakan program magang, yaitu KAP STR, serta
profil PT ABC Indonesia, salah satu perusahaan klien yang menjadi
tempat penugasan penulis selama periode magang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
6
Universitas Indonesia
BAB III: LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai landasan-landasan teori yang penulis
gunakan dalam penyusunan laporan magang ini, seperti teori mengenai
pendapatan, metode pengakuan pendapatan, PSAK 23 mengenai
pendapatan, PSAK 34 mengenai kontrak konstruksi, serta teori mengenai
audit.
BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai akuntansi pendapatan PT ABC
Indonesia, analisis penulis mengenai metode pengakuan pendapatan
percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia, serta
pelaksanaan dan temuan audit atas akun pendapatan PT ABC Indonesia.
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan laporan magang ini
serta saran yang penulis berikan baik untuk PT ABC Indonesia selaku
perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis, serta KAP STR selaku
tempat dimana penulis melaksanakan program magang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
7 Universitas Indonesia
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Profil KAP STR
KAP STR merupakan sebuah Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama
dengan PQR Global Alliance, sebuah perusahaan akuntan dan legal, serta
konsultan bisnis dan legal, yang berkantor pusat di London, United Kingdom. Visi
dari KAP STR adalah untuk menjadi sebuah perusahaan audit yang terdepan di
Indonesia dengan mengedepankan nilai etik, sedangkan misi dari KAP STR
adalah menyediakan jasa assurance dan konsultan yang berstandar internasional;
memberikan jasa terbaik untuk klien dengan penguasaan ilmu yang sangat baik,
keahlian profesional, serta etik dan sikap yang baik; menawarkan best value
kepada seluruh pemangku kepentingan.
Terdapat enam bidang jasa yang disediakan oleh KAP STR, yaitu:
General Audit
Jasa ini merupakan jasa yang berhubungan dengan pemeriksaan dan
pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan klien berdasarkan
Generally Accepted Accounting Standards. Hasil dari laporan audit ini
akan berguna bagi manajemen, shareholders, dan stakeholders.
Internal Audit
Jasa ini membantu klien dalam membangun sistem kontrol internal yang
efektif dan efisien, peraturan dan prosedur pelaporan, serta sistem tata
kelola perusahaan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
8
Universitas Indonesia
Special Audit
Jasa ini berhubungan dengan pemeriksaan dan pemberian opini atas
kewajaran laporan keuangan klien berdasarkan prosedur yang disetujui
oleh klien. Jasa ini memastikan perusahaan menjalankan hal-hal yang
berkaitan dengan finansial sesuai dengan praktik akuntansi yang benar.
Review and Compilation
Jasa review adalah jasa atas review laporan keuangan klien tanpa
melakukan jasa audit secara penuh. Laporan dari review tersebut akan
mengungkapkan keterbatasan assurance atas kewajaran laporan keuangan.
Sedangkan jasa compilation adalah jasa bantuan untuk klien dalam
penyusunan laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku. Tidak
ada opini yang dikeluarkan berhubungan dengan jasa ini.
Other Assurance Service
Jasa ini membantu klien dalam menjalankan perusahaannya secara lebih
efektif. Adapun jasa-jasa yang disediakan adalah:
Menyiapkan laporan keuangan prospektif, forecast dan proyeksi
Membantu klien dengan penelitian yang memungkinkan
Menyediakan pengukuran performa, termasuk benchmarking
Menganalisa laporan keuangan dan menyediakan advis mengenai
akuntansi
Menyediakan asurans atas kepatuhan perusahaan dengan peraturan
yang ada
Mengembangkan laporan khusus atas hal-hal yang terdapat pada
laporan keuangan
Melaksanakan prosedur akuisisi bisnis dengan ketekunan
2.2 Profil PT ABC sebagai Perusahaan Klien
Pada sub bab ini akan dipaparkan profil dari PT ABC, klien dari KAP STR
yang penulis gunakan sebagai objek penelitian. Adapun hal-hal yang dipaparkan
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
9
Universitas Indonesia
pada sub bab ini adalah sejarah singkat dari PT ABC, PT ABC di Indonesia,
kebijakan akuntansi umum PT ABC Indonesia, serta kebijakan akuntansi PT ABC
Indonesia berkaitan dengan akun pendapatan.
2.2.1. Sejarah Singkat PT ABC
PT ABC pertama kali didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1927.
Perusahaan ini merupakan sebuah perusahaan hasil merger dari dua perusahaan,
yaitu perusahaan spesialis listrik serta perusahaan kondensor dan teknik mesin.
Pada masa awal berdirinya, PT ABC terfokus pada bisnis intinya yaitu desain dan
manufaktur boilers serta perangkat-perangkatnya. Seiring dengan berjalannya
waktu, PT ABC melakukan ekspansi ke lingkup internasional dengan
mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang hampir tersebar di seluruh dunia. PT
ABC memulai lini bisnis barunya, yaitu bisnis teknik mesin (engineering) dan
konstruksi, pada sekitar tahun 1920. Berikut adalah bidang-bidang teknik mesin
dan konstruksi yang menjadi bisnis dari PT ABC:
Upstream Oil and Gas
Refining
Pharmaceuticals
Power
Fired Heaters
LNG / Gas Monetization
Chemicals
Minerals & Metals
Environmental
Pada tahun 1929, PT ABC terdaftar sebagai perusahaan listed di New
York Stock Exchange, dan re-listed pada tahun 2005 di Nasdaq Stock Exchange
melihat perkembangan posisi keuangan PT ABC yang terus meningkat sebagai
dampak dari restrukturisasi program yang dilakukan PT ABC pada tahun 2002-
2004. Kantor pusat PT ABC pada awalnya berlokasi di New York City, namun
kemudian pindah ke New Jersey. Pada saat ini, kantor eksekutif PT ABC terletak
di United Kingdom.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
10
Universitas Indonesia
Terdapat lima pedoman nilai inti yang dianut oleh PT ABC dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya, yaitu:
1. Integritas
PT ABC akan bertindak secara etis, mengedepankan keselamatan,
berperilaku jujur, dan mematuhi peraturan yang berlaku.
2. Akuntabilitas
PT ABC akan menyelesaikan tanggung jawabnya secara
transparan, terlibat langsung dalam manajemen dan pengambilan
keputusan, serta menerima imbalan dan konsekuensi yang sesuai.
3. Performa yang Baik
PT ABC secara konsisten akan memenuhi atau melebihi ekspektasi
dan fokus kepada prinsip perbaikan yang berkesinambungan.
4. Menghargai Orang Lain
PT ABC akan memperlakukan orang lain dengan penuh hormat
dan bermartabat serta berkomunikasi secara jelas dan jujur. PT ABC juga
membuka kesempatan bagi para karyawannya untuk menggali potensi
mereka secara maksimal.
5. Kerjasama Tim
PT ABC akan bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan
bersama
2.2.2. PT ABC di Indonesia
PT ABC pertama kali memenangkan tender proyeknya di Indonesia pada
sekitar tahun 1980-an. Semenjak itu, PT ABC memasukkan proyek rel kereta,
pengolahan (refinery), bahan kimia, minyak dan gas, LNG dan farmasi pada
portfolio nya di Indonesia. PT ABC mulai membuka cabangnya di Indonesia pada
tahun 2010, berdasarkan Akta Notaris No. 86 Mala Mukti, S.H, LL.M tertanggal
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
11
Universitas Indonesia
29 November 2010, yang berlokasi di kawasan Perkantoran Pulo Mas, Jakarta
Timur. Akta pendirian tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No. AHU-
02325.AH.01.01.Tahun 2011 tertanggal 17 Januari 2011 dan Dewan Koordinasi
Investasi No.01906/1/PPM/PMA/2010 tertanggal 20 September 2010. Susunan
Dewan Direksi PT ABC Indonesia pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Ketua Dewan Komisaris : Mr. Robert Penno
Komisaris : Mr. John Edward Denham Hodson
Ketua Dewan Direksi : Joe Benyamin
Direksi : Christopher Allan
Di Indonesia, PT ABC memfokuskan kegiatan usahanya pada penyediaan
jasa kontrak, termasuk teknik mesin, pembelian (procurement) dan pekerjaan
konstruksi, jasa konsultan konstruksi dan proyek, serta jasa konsultan minyak dan
gas. PT ABC Indonesia bertindak sebagai pelaksana konstruksi dari proyek yang
didapatkan oleh PT ABC Singapore.
PT ABC Indonesia mempunyai 17 orang karyawan yang terbagi ke dalam
tiga departemen, yaitu Direct Operating Department, Sales Department, dan
General Overhead Department. Adapun penjelasan mengenai departemen-
departemen di atas adalah sebagai berikut:
1. Direct Operating Department, departemen ini berisi para konsultan teknik
yang turun langsung ke lapangan untuk membantu klien dalam pengerjaan
proyeknya.
2. Sales Department, departemen ini bertugas untuk melakukan penawaran
kepada klien, serta membuat proposal yang nantinya akan diajukan kepada
klien.
3. General Overhead Department, departemen ini menangani bidang
keuangan dan pajak PT ABC, serta menangani semua hal yang
berhubungan dengan administrasi.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
12
Universitas Indonesia
2.2.3. Kebijakan Akuntansi Umum PT ABC Indonesia
Laporan keuangan PT ABC Indonesia terdiri dari laporan posisi keuangan,
laporan laba/rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan. PT ABC Indonesia menggunakan basis going
concern dalam penyusunan laporan keuangannya. Semua elemen dari laporan
keuangan, kecuali laporan arus kas, disusun menggunakan historical cost dan
basis akrual. Terdapat beberapa revisi pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) yang berlaku efektif pada tahun 2013 dan relevan dengan kegiatan
operasi PT ABC Indonesia, yaitu:
PSAK 10 (Revisi 2011) : “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”
PSAK 16 (Revisi 2011) : “Aset Tetap”
PSAK 46 (Revisi 2010) : “Pajak Penghasilan”
PSAK 50 (Revisi 2010) : “Instrumen Keuangan : Penyajian”
PSAK 55 (Revisi 2011) : “Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran”
PSAK 60 : “Instrumen Keuangan : Pengungkapan”
Mata uang fungsional yang digunakan oleh PT ABC Indonesia adalah US
Dollar. Namun, dalam hal pencatatan transaksi dan penyajian di laporan
keuangan, perusahaan menggunakan mata uang rupiah, sesuai dengan hukum
yang berlaku di Indonesia. Transaksi yang menggunakan mata uang selain rupiah
nilainya akan disetarakan dengan rupiah menggunakan nilai tukar pada saat
transaksi terjadi atau pada saat unit diukur kembali. Pada saat tanggal pelaporan,
akun moneter yang menggunakan mata uang selain rupiah nilainya akan
disetarakan dengan rupiah menggunakan nilai tukar pada saat tanggal penutupan.
Keuntungan atau kerugian pertukaran nilai mata uang akan dicatat pada laporan
laba/rugi.
2.2.4. Kebijakan Akuntansi Akun Pendapatan
Akun contract in process merupakan piutang yang berasal dari kontrak
konstruksi klien, namun kontrak tersebut masih dalam tahap penyelesaian.
Contract in process diakui sebagai pendapatan berdasarkan metode percentage of
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
13
Universitas Indonesia
completion berbasis cost-to-cost yang dinyatakan dalam menit penyelesaian
pekerjaan (man- hours) yang belum diterbitkan fakturnya karena perbedaan antara
tanggal sertifikat kemajuan fisik dan pengajuan penagihan pada tanggal laporan
posisi keuangan. Akun pendapatan mencerminkan PPN, retur, rabat dan diskon,
setelah mengurangi nilai penjualan yang terjadi di dalam perusahaan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
14 Universitas Indonesia
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. PSAK No. 23 (Revisi 2010)
PSAK No. 23 merupakan PSAK yang membahas mengenai perlakuan
akuntansi atas pendapatan yang timbul dari transaksi kejadian tertentu. Adapun
yang dibahas dalam PSAK ini adalah ruang lingkup dan definisi dari pendapatan,
pengukuran pendapatan, pengakuan pendapatan, serta pengungkapan pendapatan.
Pada sub bab ini penulis akan memfokuskan pembahasan kepada pendapatan jasa.
3.1.1 Ruang Lingkup dan Definisi
Penghasilan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
menyebabkan naiknya ekuitas suatu entitas pada suatu periode tertentu akibat dari
kegiatan operasional entitas, bukan akibat dari kontribusi pemilik. Penghasilan
(income) terdiri dari pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan
berasal dari aktivitas normal perusahaan dan dikenal dengan berbagai macam
sebutan, seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, dan royalti.
Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima
dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri.
Terdapat tiga transaksi yang menyebabkan munculnya pendapatan, yaitu :
1. Penjualan barang, meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk
nantinya dijual kembali, seperti barang yang dibeli oleh pengecer atau
tanah yang akan dijual kembali.
2. Penjualan jasa, berkaitan dengan kinerja atas tugas yang telah disepakati
secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode tertentu.
3. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga
(pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang
pada entitas), royalti (pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang
entitas), dan dividen (distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas).
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
15
Universitas Indonesia
3.1.2 Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar dari imbalan yang diterima atau
dapat diterima. Nilai wajar merupakan jumlah dimana suatu aset dapat
dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeingan untuk melakukan transaksi wajar. Jumlah pendapatan yang diterima
oleh suatu entitas ditentukan pada perjanjian antara entitas tersebut dengan
pembeli atau pengguna aset. Pendapatan yang dapat diakui dari penjualan tersebut
dihitung dengan mengurangkan nilai wajar pendapatan yang diterima atau dapat
diterima dengan jumlah diskon atau rabat volume.
Pada umumnya, imbalan yang diterima atau dapat diterima berbentuk kas
atau setara kas. Namun apabila imbalan tersebut ditangguhkan seperti pemberian
kredit bebas bunga atau penerimaan wesel tagih dari pembeli yang bunganya di
bawah harga pasar, maka untuk mengetahui nilai wajar dari imbalan tersebut,
entitas harus mendiskontokan seluruh penerimaan di masa mendatang dengan
menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat dapat
ditentukan melalui dengan melihat mana yang lebih mudah ditentukan antara :
1. Tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan
penilaian kredit yang sama; atau
2. Tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal dari instrumen tersebut ke
harga jual tunai saat ini.
Apabila terjadi perbedaan antara nilai wajar dengan nilai nominal imbalan,
maka perbedaan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Hal ini dijelaskan
pada PSAK 23 Revisi 2010 paragraf 30 dan 31, serta PSAK 55 mengenai
Instrumen Keuangan.
Penukaran barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang serupa bukanlah
termasuk transaksi yang menghasilkan pendapatan. Sebagai contoh, sebuah
penyalur menukar persediaan barang komoditas seperti minyak atau susu untuk
memenuhi permintaan dalam suatu lokasi. Transaksi tersebut tidak menghasilkan
pendapatan. Transaksi pertukaran dapat dikatakan menghasilkan pendapatan
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
16
Universitas Indonesia
apabila barang atau jasa yang ditukarkan memiliki sifat dan nilai yang berbeda.
Pendapatan diukur dengan cara membandingkan nilai wajar dari barang atau jasa
yang ditukarkan dengan kas atau setara kas yang diterima.
3.1.3 Pengakuan Pendapatan Jasa
Jika hasil dari transaksi penjualan jasa dapat diestimasi secara andal, maka
pendapatan harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi
pada tanggal neraca. Hasil dari transaksi dikatakan dapat diestimasi secara andal
apabila :
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
2. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut dapat diperoleh entitas;
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan
4. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Apabila terjadi ketidakpastian pada hal kolektibilitas pendapatan, maka
jumlah yang tidak tertagih diakui sebagai beban, bukan sebagai penyesuaian
terhadap jumlah pendapatan yang diakui di awal. Entitas pada umumnya dapat
membuat estimasi secara andal setelah entitas mencapai persetujuan mengenai
hal-hal berikut dengan pihak lain yang terlibat dalam transaksi :
1. Hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa
yang disediakan dan diterima para pihak;
2. Imbalan yang dipertukarkan; dan
3. Cara dan persyaratan penyelesaian
Biasanya, entitas juga perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan
keuangan internal yang efektif. Entitas tersebut menelaah dan jika perlu merevisi
estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan atas revisi tersebut tidak
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
17
Universitas Indonesia
berarti mengindikasikan bahwa hasil dari transaksi tersebut tidak dapat diestimasi
dengan andal.
Pengakuan pendapatan yang mengacu pada tingkat penyelesaian suatu
transaksi disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Dalam metode ini,
pendapatan diakui pada periode akuntansi saat jasa ditunaikan. Pengakuan
pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat
kegiatan jasa dan kinerja entitas dalam suatu periode. Tingkat penyelesaian
transaksi dapat ditentukan dengan berbagai macam metode, sesuai dengan sifat
transaksi. Metode tersebut dapat meliputi :
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total
jasa yang harus dilakukan; atau
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total
biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi
hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilakukan atau yang harus dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total
biaya transaksi tersebut.
Selama tahap awal transaksi, seringkali entitas tidak dapat mengestimasi
hasil dari transaksi secara andal. Oleh karena itu, pendapatan diakui hanya sebesar
beban yang diharapkan dapat terpulihkan. Karena hasil transaksi tidak dapat
diestimasi secara andal, maka tidak ada laba yang diakui. Jika hasil transaksi tidak
dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya yang terjadi akan
terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang timbul diakui sebagai beban.
Jika tidak ada lagi kondisi semula yang mengakibatkan hasil kontrak tidak dapat
diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui sesuai dengan metode yang
telah dijelaskan di atas.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
18
Universitas Indonesia
3.1.4 Pengungkapan Pendapatan
Entitas diwajibkan untuk mengungkapkan hal-hal berikut berkaitan dengan
pendapatan pada laporan keuangannya :
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan,
termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian
transaksi yang melibatkan pemberian jasa;
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjualan barang,
penjualan jasa, bunga, royalty, dividen; dan
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
3.2. PSAK No. 34 (Revisi 2010)
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai isi dari PSAK No. 34 mengenai
Kontrak Konstruksi. Adapun komponen-komponen dari PSAK No. 34 yang akan
dibahas pada sub bab ini adalah tujuan dari penyusunan PSAK No. 34, ruang
lingkup dan definisi, penyatuan dan segmentasi kontrak konstruksi, pendapatan
dan beban kontrak, pengakuan pendapatan dan beban kontrak, dan pengungkapan
akuntansi kontrak konstruksi.
3.2.1. Tujuan
Tujuan dari PSAK No. 34 adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi
yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Permasalahan utama yang dihadapi
oleh akuntansi kontrak konstruksi adalah pada pengalokasian biaya dan
pendapatan kontrak di setiap periodenya. Hal ini dikarenakan sifat dari aktivitas
pada kontrak konstruksi itu sendiri, dimana tanggal dimulai dan berakhirnya
aktivitas kontrak konstruksi berada di periode akuntansi yang berbeda. Oleh
karena itu, PSAK ini mengatur tentang waktu pengakuan pendapatan dan beban
aktivitas konstruksi pada laporan laba rugi berdasarkan kriteria pengakuan yang
diatur dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
19
Universitas Indonesia
3.2.2. Ruang Lingkup dan Definisi
PSAK 34 mempunyai ruang lingkupnya, yaitu pernyataan ini diterapkan
pada akuntansi untuk kontrak konstruksi dalam laporan keuangan kontraktor.
Adapun beberapa definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam PSAK ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Kontrak Biaya-Plus adalah kontrak dimana kontraktor mendapatkan
pengganti untuk biaya yang telah ditentukan atau telah diizinkan, ditambah
imbalan dengan persentase terhadap biaya atau imbalan.
2. Kontrak Harga Tetap adalah kontrak dimana kontraktor telah
menyetujui nilai kontrak yang ditentukan, atau tariff yang telah ditentukan
per unit output, yang dalam beberapa hal tunduk pada ketentuan-ketentuan
kenaikan biaya.
3. Kontrak Konstruksi adalah kontrak yang merupakan hasil dari negosiasi
khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang
berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal
rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.
4. Penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan mengenai
perubahan dalam lingkup pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan
kontrak.
5. Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau
pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk
dalam nilai kontrak.
6. Pembayaran Insentif adalah jumlah tambahan yang dibayarkan kepada
kontraktor apabila standar-standar pelaksanaan yang telah ditentukan telah
terpenuhi atau dilampaui.
7. Retensi adalah jumlah termin yang tidak dibayar hingga pemenuhan
kondisi yang ditentukan dalam kontrak untuk pembayaran jumlah tersebut
atau hingga telah diperbaiki.
8. Termin adalah jumlah yang ditagih atas pekerjaan yang dilakukan dalam
suatu kontrak, baik yang telah dibayar maupun yang belum dibayar oleh
pelanggan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
20
Universitas Indonesia
9. Uang Muka adalah jumlah yang diterima oleh kontraktor sebelum
pekerjaan dilakukan
3.2.3. Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi merupakan sebuah kontrak yang berisi mengenai
konstruksi atas aset tunggal maupun aset yang berkaitan satu sama lain. Kontrak
ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu kontrak biaya-plus dan kontrak
harga tetap. Kontrak konstruksi meliputi :
1. Kontrak pemberian jasa yang berhubungan dengan konstruksi aset,
misalnya pelayanan jasa untuk manajer proyek dan arsitek
2. Kontrak untuk penghancuran atau restorasi aset dan restorasi lingkungan
setelah penghancuran aset
Jika suatu kontrak mencakup sejumlah aset, maka konstruksi dari setiap
aset diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika :
1. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset
2. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah serta kontraktor dan
pelanggan dapat menerima atau menolak bagian kontrak yang
berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
3. Biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasi.
Jika suatu kelompok kontrak dengan satu atau beberapa pelanggan
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi gabungan jika :
1. Kelompok kontrak dinegosiasikan sebagai satu paket
2. Kontrak-kontrak tersebut berhubungan sangat erat, kontrak tersebut
merupakan bagiandari satu proyek tunggal dengan suatu margin laba
3. Kontrak-kontrak tersebut dilaksanakan secara serentak atau secara
berkesinambungan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
21
Universitas Indonesia
Suatu kontrak mungkin saja berisi mengenai klausul akan konstruksi aset
tambahan yang diminta oleh pelanggan. Oleh karena itu, konstruksi aset tambahan
ini diperlakukan sebagai kontrak konstruksi terpisah jika :
1. Aset tambahan berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi atau
fungsi dengan aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau
2. Harga aset tambahan tersebut dinegosiasikan tanpa memerhatikan harga
kontrak semula.
3.2.4. Pendapatan dan Beban Kontrak
Pendapatan kontrak konstruksi terdiri dari :
1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak
2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif
sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan
dapat diukur secara andal.
Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima
atau akan diterima. Pendapatan kontrak bergantung pada hasil dari peristiwa di
masa depan yang tidak pasti, sehingga seringkali diperlukan revisi atas estimasi
sesuai dengan realisasi di masa mendatang. Oleh karena itu, jumlah pendapatan
kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya.
Biaya kontrak konstruksi dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu :
1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu
2. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan
dapat dialokasikan pada kontrak.
3. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi
kontrak.
Biaya kontrak merupakan biaya-biaya yang dapat diatribusikan pada suatu
kontrak sejak tanggal diperolehnya kontrak sampai dengan tanggal penyelesaian
kontrak. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak dan muncul
dalam rangka memperoleh kontrak dapat dimasukkan ke dalam biaya kontrak jika
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
22
Universitas Indonesia
biaya-biaya tersebut dapat diidentifikasi secara terpisah, dapat diukur secara
andal, dan memiliki probabilitas yang besar akan diperolehnya kontrak. Jika
biaya-biaya yang muncul dalam rangka memperoleh kontrak diakui sebagai beban
pada periode terjadinya, maka biaya-biaya tersebut tidak dimasukkan dalam biaya
kontrak ketika kontrak tersebut diperoleh pada periode berikutnya.
3.2.5. Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak
Pendapatan dan beban kontrak konstruksi dapat diakui jika pendapatan dan
beban tersebut dapat diestimasi secara andal dengan memperhatikan tahap
penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan. Pendapatan
pada kontrak harga tetap dan kontrak biaya-plus dikatakan dapat diestimasi secara
andal apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi :
1. Kontrak Harga Tetap
a. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal
b. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
kontrak tersebut akan mengalir ke entitas
c. Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap
penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara
andal
d. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi
dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak aktual
dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.
2. Kontrak Biaya-Plus
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang berhubungan dengan
kontrak tersebut akan mengalir ke entitas
b. Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat ditagih atau
tidak ke pelanggan, dapat diidentifikasi dengan jelas, serta dapat
diukur secara andal.
Pengakuan pendapatan yang memperhatikan tahap penyelesaian disebut
dengan metode persentase penyelesaian. Pada metode ini pendapatan, beban, serta
laba yang dilaporkan diatribusikan menurut penyelesaian pekerjaan secara
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
23
Universitas Indonesia
proporsional. Metode ini dinilai dapat memberikan informasi mengenai cakupan
aktivitas kontrak pada suatu periode. Pendapatan kontrak diakui sebagai
pendapatan dalam laporan laba rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan
dilakukan. Sedangkan beban kontrak diakui sebagai beban dalam laporan laba
rugi pada periode akuntansi dimana pekerjaan yang berhubungan dilakukan.
Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima oleh entitas dari
pelanggan seringkali tidak mencerminkan tahap penyelesaian. Tahap penyelesaian
suatu kontrak dapat ditentukan dalam berbagai cara. Entitas dapat menggunakan
tiga pilihan metode yang sesuai agar pekerjaan yang dilakukan dapat diukur
secara andal. Metode-metode tersebut antara lain :
1. Proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang dilaksanakan
sampai tanggal perhitungan dibandingkan dengan estimasi total biaya
kontrak
2. Survei atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
3. Penyelesaian suatu bagian secara fisik dari pekerjaan kontrak.
Pada tahap awal suatu kontrak, seringkali entitas tidak bisa mengestimasi
dari hasil kontrak konstruksi secara andal. Jika hal tersebut terjadi, maka
pendapatan yang dapat diakui oleh entitas hanya sebesar biaya yang telah
dikeluarkan yang diperkirakan dapat dipulihkan dan biaya kontrak diakui sebagai
beban pada periode dikeluarkannya biaya tersebut. Hasil kontrak yang tidak dapat
diestimasi juga mengakibatkan entitas tidak bisa mengakui adanya laba. Apabila
terjadi selisih antara total pendapatan dan total biaya kontrak, maka selisih
tersebut akan diakui segera sebagai beban. Begitu juga apabila terdapat taksiran
akan total biaya kontrak yang melebihi total pendapatannya (kerugian) maka
taksiran tersebut akan segera diakui sebagai beban.
3.2.6. Pengungkapan Akuntansi Kontrak Konstruksi
Pada laporan keuangannya, entitas melaporkan beberapa hal berikut :
1. Jumlah pendapatan yang diakui pada periode tersebut
2. Metode yang digunakan untuk mengakui pendapatan kontrak
3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Berkaitan dengan pekerjaan yang masih dalam proses penyelesaian pada
akhir periode pelaporan, entitas melaporkan beberapa hal berikut :
1. Jumlah akumulasi biaya yang dikeluarkan dan laba yang diakui (dikurangi
dengan kerugian yang diakui) sampai tanggal pelaporan
2. Jumlah uang muka yang diterima
3. Jumlah retensi
Entitas menyajikan jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset,
sedangkan jumlah utang bruto dari pelanggan sebagai liabilitas. Jumlah tagihan
bruto merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan ditambah laba yang diakui
dengan jumlah kerugian dan termin yang diakui. Sedangkan jumlah utang bruto
merupakan selisih dari biaya yang dikeluarkan ditambah laba yang diakui dengan
jumlah kerugian yang diakui dan termin.
3.3 Metode Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi
Penjual pada kontrak konstruksi jangka panjang dapat mengirimkan
tagihan kepada pembeli dalam jangka waktu tertentu, seiring dengan
perkembangan penyelesaian proyek. Menurut Kieso et al. (2011), terdapat dua
metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mengakui pendapatan kontrak
konstruksi jangka panjang, yaitu metode persentase penyelesaian (percentage-of-
completion method) dan metode pemulihan biaya (cost-recovery method).
1. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage-of-Completion Method)
Pada metode ini, entitas mengakui pendapatan dan laba kotornya pada
setiap periode sesuai dengan perkembangan penyelesaian proyek. Entitas
kemudian mengakumulasikan seluruh biaya konstruksi serta laba kotor yang
didapat sampai dengan tanggal pengakuan pada akun persediaan (Contruction in
Process) serta mengakumulasikan progress billing pada akun kontra persediaan
(Billings on Construction in Progress).
Suatu entitas diharuskan untuk menggunakan metode ini apabila tahap
penyelesaian, pendapatan, dan beban dapat diestimasikan secara andal. Selain itu,
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
25
Universitas Indonesia
terdapat beberapa situasi dimana suatu entitas diharuskan untuk menggunakan
metode persentase penyelesaian ini, yaitu :
Total dari pendapatan kontrak dapat diukur secara andal
Terdapat probabilitas yang tinggi akan masuknya manfaat ekonomi yang
berhubungan dengan kontrak kepada entitas
Biaya untuk menyelesaikan kontrak dan tahapan penyelesaian kontrak
dapat diukur secara andal pada saat tanggal pelaporan.
Biaya kontrak dapat diidentifikasikan dan diukur secara andal sehingga
pada akhirnya dapat dibandingkan antara biaya yang diestimasi dengan
biaya yang benar-benar muncul.
Alasan untuk menggunakan metode persentase penyelesaian adalah karena
dengan menggunakan metode ini penjual dan pembeli sama-sama mempunyai hak
yang bersifat memaksa (enforceable rights). Pembeli mempunyai hak untuk
mendapatkan kinerja dari penjual sesuai dengan yang tertera dalam kontrak,
sedangkan penjual mempunyai hak untuk mendapatkan progress payment dari
pembeli. Penjualan muncul seiring dengan tahapan penyelesaian kontrak. Oleh
karena itu, entitas harus mengakui pendapatannya sesuai dengan tahapan
penyelesaian kontrak.
Permasalahan utama yang dihadapi entitas dalam menggunakan metode
persentase penyelesaian adalah bagaimana caranya entitas dapat mengestimasi
tahapan penyelesaian dan laba bersih akhir secara akurat dan layak. Oleh karena
itu, entitas menggunakan berbagai macam metode untuk menentukan tingkat
kemajuan penyelesaian proyek. Terdapat dua metode yang paling sering
digunakan oleh entitas, yaitu metode biaya ke biaya (cost-to-cost method) dan
metode unit pengiriman (units-of-delivery method). Tujuan dari penggunaan
metode ini adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat kemajuan penyelesaian
kontrak dalam konteks biaya, unit, atau nilai tambah.
Entitas harus dapat mengukur pekerjaan yang telah dikerjakannya. Oleh
karena itu, entitas dapat menggunakan dua metode pengukuran yang sesuai
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
26
Universitas Indonesia
dengan kebutuhan entitas, yaitu ukuran masukan (input measure) dan ukuran
keluaran (output measure).
Metode pengukuran ukuran masukan menunjukkan usaha (effort) yang
telah dilakukan oleh entitas terhadap kontrak. Contoh dari ukuran masukan adalah
biaya yang telah dikeluarkan entitas, dan jam kerja. Terdapat Terdapat dua metode
yang digunakan dalam ukuran masukan, yaitu metode biaya ke biaya (cost-to-cost
method) dan metode upaya diperluas (effort expanded method).
a. Metode Biaya ke Biaya (Cost-to-Cost Method)
Metode pengukuran yang paling sering digunakan oleh entitas untuk
mengukur pendapatannya adalah metode biaya ke biaya. Adapun rumus
dari metode persentase penyelesaian biaya ke biaya adalah sebagai berikut
:
Nilai persentase penyelesaian didapatkan dari rasio antara biaya yang
telah dikeluarkan dengan estimasi total biaya terbaru. Selanjutnya, nilai
dari persentase penyelesaian tersebut dikalikan dengan estimasi total
pendapatan atau laba kotor untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba
kotor yang dapat diakui sampai tanggal saat ini.
Percent Complete
x Estimated Total
Revenue (or Gross Profit)
= Revenue (or Gross Profit) to be Recognized to Date
Untuk mengetahui jumlah pendapatan atau laba kotor yang dapat
diakui pada periode sekarang, maka pendapatan atau laba kotor yang
diakui sampai tanggal saat ini dikurangi oleh pendapatan atau laba kotor
yang diakui di periode sebelumnya.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
27
Universitas Indonesia
Revenue (or Gross Profit) to
be Recognized to Date
-
Revenue (or Gross Profit)
Recognized in Prior Periods
= Current-Period
Revenue (or Gross Profit)
b. Metode Upaya Diperluas (Effort Expanded Method)
Pada dasarnya, perhitungan nilai persentase penyelesaian yang
digunakan pada metode ini sama dengan perhitungan yang digunakan pada
metode biaya ke biaya, yaitu dengan menghitung rasio ukuran masukan
yang telah dikeluarkan oleh entitas dengan estimasi total ukuran masukan.
Namun, metode ini menggunakan dasar ukuran tertentu dari pekerjaan
yang telah dilaksanakan oleh entitas. Ukuran tersebut meliputi jam kerja,
upah, jam mesin, atau kuantitas bahan.
Metode pengukuran ukuran keluaran (output measure) menunjukkan hasil
dari pekerjaaan yang telah dilakukan oleh entitas terhadap kontrak. Dasar dari
kategori yang termasuk dalam metode pengukuran ini adalah unit yang telah
diproduksi, tahapan kontrak yang telah tercapai, dan nilai tambah (value added).
2. Metode Pemulihan Biaya (Cost-Recovery Method)
Pada metode ini pendapatan diakui sebesar biaya yang diharapkan dapat
dipulihkan. Entitas mengakui laba pada saat entitas mengakui beban. Entitas lalu
mengakumulasikan biaya konstruksi pada akun persediaan (Construction in
Process), dan mengakumulasikan progress billing pada akun kontra persediaan
(Billings on Construction in Process).
Suatu entitas diperbolehkan untuk menggunakan metode pemulihan biaya
pada situasi-situasi sebagai berikut :
Ketika entitas tidak bisa memenuhi persyaratan untuk menggunakan
metode persentase penyelesaian, atau
Ketika terdapat risiko yang melekat pada kontrak di luar keadaan
normal, seperti risiko bisnis yang berulang.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
28
Universitas Indonesia
3.4. Teori Audit
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
audit, baik audit secara umum maupun audit atas akun pendapatan. Adapun teori-
teori yang akan dibahas adalah definisi dari audit, dan audit atas pendapatan.
3.4.1. Definisi Audit
Arens et al. (2009) mendefinisikan audit sebagai sebuah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bukti audit mengenai informasi dan melaporkan
kecocokan antara informasi tersebut dengan kriteria yang ada, serta harus
dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen.
Berdasarkan definisi di atas terdapat empat kata kunci penting, yaitu
informasi dan kriteria, pengumpulan dan pengevaluasian bukti, pelaporan, dan
seorang yang kompeten dan independen.
1. Informasi dan Kriteria
Untuk dapat melaksanakan proses audit, harus ada standar atau
kriteria yang dijadikan acuan untuk mengevaluasi informasi yang sedang
diaudit. Kriteria yang dijadikan acuan bergantung kepada jenis informasi
yang diaudit. Sebagai contoh, audit atas kewajaran laporan keuangan
menggunakan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) sebagai
acuannya. Lain halnya dengan audit atas kontrol internal perusahaan yang
menggunakan acuan COSO Framework dan audit atas tax return yang
menggunakan undang-undang pajak sebagai acuannya.
2. Pengumpulan dan Pengevaluasian Bukti Audit
Bukti audit merupakan informasi yang digunakan oleh auditor
untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit telah sesuai
dengan standar atau kriteria yang berlaku. Untuk dapat memenuhi tujuan
audit, seorang auditor harus mendapatkan bukti audit yang sesuai baik
dalam konteks kualitas ataupun kuantitas. Pengumpulan dan
pengevaluasian bukti audit merupakan tahapan yang penting dalam setiap
proses audit.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
29
Universitas Indonesia
3. Pelaporan
Tahap akhir dalam proses audit adalah tahap pelaporan dimana
pada tahap ini temuan audit dikomunikasikan kepada pengguna. Bentuk
dari laporan tersebut bisa dalam bentuk yang bermacam-macam, namun
inti dari laporan tersebut adalah hasil evaluasi auditor mengenai informasi
yang diaudit, apakah sudah sesuai dengan standar atau kriteria yang
berlaku.
4. Seorang yang Kompeten dan Independen
Seorang auditor harus benar-benar mengerti mengenai standar yang
berlaku dan kompeten untuk menentukan tipe dan jumlah bukti audit agar
dapat mencapai kesimpulan yang wajar setelah memeriksa bukti-bukti
audit yang ada. Seorang auditor juga harus independen agar dapat
meyakinkan pengguna untuk mengandalkan laporan audit yang
dihasilkannya.
3.4.2. Risiko Audit dan Materialitas
SA Seksi 312 mendefinisikan risiko audit sebagai risiko yang timbul
akibat auditor tidak memberikan opini yang benar pada laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Konsep materialitas merupakan konsep yang
mengakui bahwa beberapa hal adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan
keuangan. Laporan yang mengandung salah saji material merupakan laporan yang
mengandung salah saji yang dampaknya dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi umum yang berlaku
di Indonesia.
Dalam perencanaan audit, auditor berkepentingan dengan masalah-
masalah yang mungkin material terhadap laporan keuangan. Auditor tidak
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa salah saji, yang disebabkan karena
kekeliruan atau kecurangan, tidak material terhadap laporan keuangan.
Pertimbangan auditor mengenai tingkat materialitas merupakan pertimbangan
professional dari auditor sendiri dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
30
Universitas Indonesia
kebutuhan pihak yang memiliki pengetahuan memadai, serta pihak yang nantinya
menggunakan informasi dari laporan keuangan.
Dalam merencakan audit, terdapat dua tingkat pertimbangan yang harus
auditor pertimbangkan, yaitu pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat
saldo akun individual atau golongan transaksi. Pada tingkat laporan keuangan,
auditor harus merancang prosedur auditnya sedemikian rupa sehingga risiko audit
dapat dibatasi pada tingkat yang rendah namun memadai untuk dapat menyatakan
opini atas laporan keuangan. Sedangkan pada tingkat saldo akun individual atau
golongan transaksi, auditor perlu mempertimbangkan risiko-risiko yang berkaitan
dengan saldo akun individual atau golongan transaksi. Adapun risiko-risiko
tersebut adalah :
1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Merupakan kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadapt suatu salah saji material dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal dari
estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan
dengan akun yang sifatnya relative rutin dan berisi data berupa fakta.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Merupakan risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal entitas. Beberapa risiko pengendalian
akan selalu ada karena terbatasnya setiap pengendalian internal.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Merupakan risiko dimana auditor tidak dapat mendeteksi akan
adanya salah saji material pada suatu asersi. Risiko ini berkaitan dengan
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini
muncul karena auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi, atau karena adanya ketidakpastian walaupun saldo akun atau
golongan transaksi telah diperiksa 100%.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
31
Universitas Indonesia
3.4.3. Audit atas Pendapatan
Menurut Arens et al. (2009) terdapat dua tahapan dalam melaksanakan
audit atas pendapatan, yaitu pengujian pengendalian (test of control) dan
pengujian substansi transaksi (substantive tests of transaction). Pengujian
pengendalian ditujukan agar auditor dapat memahami pengendalian internal
perusahaan atas akun penjualan (sales), sementara pengujian substansi transaksi
ditujukan untuk memastikan bahwa jumlah yang disajikan pada laporan keuangan
sudah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Hasil dari pengujian pengendalian akan dijadikan dasar dari perancangan
pengujian substansi transaksi pada nantinya. Adapun metode yang digunakan
untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansi adalah sebagai
berikut :
1. Memahami Pengendalian Internal Perusahaan
Auditor dapat memahami pengendalian internal perusahaan
melalui flowchart perusahaan, menyiapkan kuesioner pengendalian
internal, dan melalukan walkthrough pengujian penjualan.
2. Menilai Risiko Pengendalian Perusahaan
Auditor menggunakan informasi yang dihasilkan dari pemahaman
atas pengendalian internal perusahaan untuk menilai risiko atas sistem
pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Terdapat empat
tahap yang esensial terhadap proses penilaian ini, yaitu :
a. Auditor membutuhkan sebuah framework dalam proses penilaian
risiko.
b. Auditor harus dapat mengidentifikasi kunci dan kelemahan dari
pengendalian internal
c. Auditor harus dapat menghubungkan kunci dan kelemahan
pengendalian internal dengan tujuan audit
d. Auditor melakukan proses penilaian risiko pengendalian melalui
pengevaluasian kunci dan kelemahan pengendalian internal pada setiap
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
32
Universitas Indonesia
tujuan audit untuk nantinya dijadikan dasar penentuan lingkup
pengujian kepatuhan atas penjualan
Salah satu tahap di atas menyebutkan bahwa seorang auditor harus
dapat menghubungkan kunci dan kelemahan pengendalian internal dengan
tujuan audit. Tujuan dari audit atas pendapatan terbagi ke dalam enam
jenis, yaitu occurrence, completeness, accuracy, posting and
summarization, classification, dan timing.
a. Occurrence, memastikan bahwa transaksi penjualan yang terjadi
benar-benar dilakukan kepada pelanggan yang tidak fiktif.
b. Completeness, memastikan bahwa transaksi penjualan yang terjadi
sudah dicatat.
c. Accuracy, memastikan bahwa penjualan yang telah dicatat merupakan
penjualan yang barangnya telah dikirimkan kepada pelanggan, serta
jumlah tagihan telah sesuai dan dicatat.
d. Posting and Summarization, memastikan bahwa penjualan telah
terkandung dalam master file piutang dan telah diringkas secara benar.
e. Classification, memastikan bahwa transaksi penjualan telah
diklasifikasikan secara benar.
f. Timing, memastikan bahwa transaksi penjualan telah dicatat pada
periode yang benar
2. Menentukan Lingkup Pengujian Pengendalian dan Merancang Pengujian
Pengendalian atas Penjualan
Auditor menggunakan hasil dari penilaian risiko atas pengendalian
internal perusahaan sebagai dasar untuk menentukan lingkup pengujian
pengendalian internal. Setelah menentukan lingkup pengujian, auditor lalu
merancang pengujian pengendalian internal atas akun penjualan, dimana
pada tahap ini auditor melakukan pengujian pengendalian pada setiap
pengendalian inti untuk memastikan keefektifan dari pengendalian
tersebut.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
33
Universitas Indonesia
3. Merancang Pengujian Substansi Transaksi atas Penjualan
Pengujian substansi transaksi dilakukan dengan tujuan untuk
menentukan apakah terdapat salah saji moneter pada transaksi. Biasanya
pengujian substansi transaksi dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu
dimana terdapatnya kelemahan atas pengendalian internal.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
34 Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Program Audit Akun Pendapatan
Program audit merupakan kumpulan dari prosedur audit yang
menggambarkan secara rinci tahapan atau prosedur audit apa saja yang menurut
keyakinan auditor harus dilakukan untuk mencapai tujuan audit. Program audit
yang baik harus mencantumkan:
1. Tujuan pemeriksaan
2. Prosedur audit yang akan dijalankan
3. Kesimpulan pemeriksaan
Program audit akun pendapatan KAP STR tercantum pada program audit
kategori profit and loss account. Program audit ini nantinya akan dilampirkan
bersama dengan working paper profit and loss account. Berdasarkan kriteria di
atas, program audit akun pendapatan yang disusun oleh KAP STR sudah termasuk
ke dalam kategori program audit yang baik, dimana di dalam program audit
tersebut terdapat tujuan pemeriksaan, prosedur audit, serta kesimpulan
pemeriksaan.
Adapun tujuan pemeriksaan yang berkaitan dengan akun pendapatan,
yaitu:
1. Untuk memastikan bahwa akun pendapatan tidak under stated dan telah
terklasifikasi secara benar.
2. Untuk memastikan bahwa item yang membutuhkan pengungkapan spesifik
dilaporkan secara benar.
3. Untuk memastikan bahwa nominal ledger dikelola secara benar.
4. Untuk mengkonfirmasi semua pengungkapan yang diperlukan berkaitan
dengan akun laba/rugi telah dibuat dan informasi telah disajikan dan
dijelaskan secara wajar.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
35
Universitas Indonesia
Selain itu, prosedur audit yang berkaitan dengan akun pendapatan adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan lead schedule untuk tahun berjalan dan cocokkan dengan nominal
ledger.
2. Periksa jurnal yang material atau penyesuaian yang dibuat selama
pembuatan laporan keuangan
3. Melaksanakan analytical procedures, seperti :
a. Membandingkan angka tahun berjalan dengan angka periode
sebelumnya
b. Meninjau key ratios atau performance indicator
4. Meninjau luasnya ketergantungan kepada pengendalian internal yang telah
direncanakan dan mempertimbangkan apakah ketergantungan tersebut
wajar.
5. Menilai apakah terdapat tingkat materialitas dan/atau penilaian risiko awal
yang harus direvisi berdasarkan bukti audit yang didapatkan.
6. Mengidentifikasi sumber pendapatan yang material dan menentukan
bagaimana setiap sumber tersebut diaudit.
7. Melakukan vouching terhadap supporting document
4.2. Akuntansi Pendapatan PT ABC Indonesia
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai akuntansi pendapatan PT ABC
Indonesia. Penjelasan akan dimulai dari sistem akuntansi pendapatan kontrak PT
ABC Indonesia, gambaran umum dari Proyek Kota C sebagai proyek yang akan
dijadikan objek penelitian, metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh
PT ABC Indonesia, pencacatan pendapatan jasa konstruksi.
4.2.1. Sistem Akuntansi Pendapatan Kontrak PT ABC Indonesia
Siklus pendapatan kontrak PT ABC Indonesia dimulai dari keikutsertaan
PT ABC Singapore dalam tender yang diselenggarakan oleh perusahaan klien.
Setelah PT ABC Singapore berhasil memenangkan tender tersebut, kemudian PT
ABC Singapore membuat perjanjian kontrak dengan perusahaan klien dengan
mengatasnamakan PT ABC Indonesia sebagai pihak kontraktor. Isi dari perjanjian
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
36
Universitas Indonesia
kontrak itu sendiri adalah mengenai hak dan kewajiban PT ABC Indonesia selaku
kontraktor dengan perusahaan klien, nilai kontrak, estimasi biaya, dan mekanisme
pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan klien. PT ABC Singapore lalu
menyerahkan proyek tersebut kepada PT ABC Indonesia, selaku pelaksana
konstruksi, untuk dikerjakan. Dalam setiap kontraknya, PT ABC Indonesia
bertugas untuk menyediakan tenaga ahli yang bertindak sebagai konsultan di
lapangan. PT ABC Indonesia mencatat semua biaya yang dikeluarkan berkaitan
dengan pelaksanaan aktivitas konstruksi proyek lalu memberikan pencatatan biaya
tersebut kepada PT ABC Singapore untuk nantinya diganti.
Divisi Project Accountant PT ABC Indonesia mengirimkan invoice kepada
perusahaan klien pada saat PT ABC Indonesia telah mencapai tingkat persentase
penyelesaian tertentu, sesuai dengan yang tertera pada perjanjian kontrak. Invoice
tersebut berisi mengenai jumlah man-hours yang telah dikeluarkan oleh PT ABC
Indonesia beserta jumlah pendapatan yang ditagihkan. Selain itu pada saat
pengiriman invoice, PT ABC Indonesia juga menyertakan berita acara yang berisi
mengenai persentase tingkat penyelesaian dari proyek sebagai bukti dari progress
pekerjaan yang telah dilakukan oleh PT ABC Indonesia. Perusahaan klien lalu
membayar tagihan tersebut langsung kepada PT ABC Singapore. Dalam hal ini,
pihak yang bertugas untuk mencatat pengakuan pendapatan atas jasa konstruksi
adalah PT ABC Indonesia karena PT ABC Indonesia lah yang mengeluarkan
invoice kepada perusahaan klien. PT ABC Indonesia, sebagai kantor cabang dari
PT ABC Singapore, bertugas untuk melakukan pencatatan atas segala transaksi
yang berkaitan dengan proyek, sementara PT ABC Singapore bertindak sebagai
penerima dana yang berasal dari tagihan yang dibayarkan oleh klien.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
37
Universitas Indonesia
Gambar 4.2.1.1 Siklus Pendapatan PT ABC Indonesia
Sumber pendapatan PT ABC Indonesia hanya terdiri dari satu sumber,
yaitu pendapatan operasi yang berasal dari aktivitas penyediaan jasa ahli
konstruksi yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia kepada perusahaan klien.
4.2.2. Metode Pengakuan Pendapatan
PT ABC Indonesia dalam mengakui pendapatannya menggunakan metode
percentage-of-completion dengan menggunakan man-hours sebagai tolak
ukurnya. Jumlah pendapatan yang diakui PT ABC Indonesia dihitung berdasarkan
jumlah man-hours yang telah dikeluarkan oleh PT ABC Indonesia dalam rangka
pengerjaan aktivitas konstruksi dikalikan dengan rate per hour yang telah
ditentukan dalam kontrak.
Sebagai contoh, sampai dengan bulan Agustus 2013, PT ABC Indonesia
telah mengeluarkan man-hours sebanyak 63.030 jam dari total man-hours pada
kontrak sebanyak 197.931 jam. Maka, rincian perhitungan persentase
penyelesaian dari Proyek Kota C adalah sebagai berikut :
Percentage
of
Completion
=
Expended Man-Hours
Cummulation x 100%
Total Contract Man-Hours
=
63.030 x 100%
197.931
= 32%
Tender Proyek
oleh PT ABC
Singapore
Pembuatan
Kontrak oleh PT
ABC Singapore
Pengerjaan
Proyek oleh PT
ABC Indonesia
Pengiriman
Invoice kepada
klien
Pembayaran
kepada PT ABC
Singapore
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Untuk mengetahui persentase penyelesaian Proyek Kota C, PT ABC
Indonesia membandingkan man-hours yang telah dikeluarkan dengan total man-
hours yang tertera pada kontrak. Dari hasil perhitungan di atas, dapat diketahui
bahwa sampai dengan bulan Agustus, persentase penyelesaian PT ABC Indonesia
atas Proyek Kota C adalah sebesar 32%. Sedangkan untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang dapat diakui, PT ABC Indonesia mengalikan jumlah man-hours
yang telah dikeluarkan dengan rate per jam dari pekerja.
Sebagai contoh, sampai dengan bulan Agustus 2013, PT ABC Indonesia
telah mengeluarkan man-hours sebanyak 63.030 jam dengan rate per jam dari
pekerja sebesar Rp 443.057, sehingga perhitungan pendapatan PT ABC Indonesia
sampai dengan bulan Agustus adalah sebagai berikut :
Revenue = Expended Man Hours X Rate per Hours
= 63.030 X Rp 443.057
= Rp 27.925.882.710
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pendapatan yang dapat
diakui oleh PT ABC Indonesia atas Proyek Kota C sampai dengan bulan Agustus
2013 adalah sebesar Rp 27.925.882.710 (dua puluh tujuh miliar sembilan ratus
dua puluh lima juta delapan ratus delapan puluh dua ribu tujuh ratus sepuluh
rupiah).
Penggunaan metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion oleh
PT ABC Indonesia memang sedikit berbeda dengan apa yang diatur dalam PSAK
34 mengenai kontrak konstruksi. Apabila dilihat dari segi pengukuran pekerjaan
yang telah dilakukan, perhitungan persentase penyelesaian yang digunakan PT
ABC Indonesia telah sesuai dengan apa yang diatur oleh PSAK 34, dimana PSAK
34 menyatakan bahwa :
“… Entitas menggunakan metode yang mengukur secara andal pekerjaan
yang dilakukan. Bergantung pada sifat kontrak, metode tersebut antara lain
meliputi: (a) proporsi biaya kontrak yang terjadi untuk pekerjaan yang
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
39
Universitas Indonesia
dilaksanakan sampai tanggal perhitungan dibandingkan dengan estimasi total
biaya kontrak…”
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat terlihat bahwa dalam menghitung
persentase penyelesaiannya, PT ABC Indonesia telah membandingkan man-hours
(biaya) yang telah dikeluarkan dengan total man-hours yang tertera pada kontrak,
sehingga untuk perhitungan persentase penyelesaian PT ABC Indonesia telah
sesuai dengan PSAK 34.
Perbedaan terlihat pada saat PT ABC Indonesia menghitung nilai dari
pendapatan yang dapat diakui oleh PT ABC Indonesia. Perhitungan pengakuan
yang dicontohkan pada PSAK 34 menunjukkan bahwa untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang dapat diakui pada metode percentage-of-completion, entitas
mengalikan nilai persentase penyelesaian dengan nilai kontrak. Hal ini berbeda
dengan cara perhitungan pendapatan yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia,
dimana jumlah pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia berasal dari hasil
kali antara man-hours (biaya) dengan rate pekerja per jamnya. Perhitungan
jumlah pendapatan inilah yang menyebabkan metode percentage-of-completion
yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dikatakan hampir mirip dengan metode
cost recovery.
PSAK 34 menyatakan bahwa pada metode cost recovery, pendapatan
diakui sebesar biaya yang telah terjadi sepanjang biaya tersebut diperkirakan
dapat dipulihkan. Hal tersebut mirip dengan perhitungan pendapatan PT ABC
Indonesia, dimana jumlah pendapatan yang diakui sama dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan. Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan oleh PT ABC Indonesia
adalah jumlah man-hour. Namun, terdapat perbedaan antara metode percentage-
of-completion yang digunakan oleh PT ABC Indonesia dengan metode cost
recovery, yaitu pada perihal ada atau tidaknya profit yang diakui. Pada metode
cost recovery, karena hasil dari kontrak (pendapatan dan beban) tidak dapat
diestimasi secara andal, maka entitas tidak bisa mengakui akan adanya estimasi
profit. Berbeda hal nya dengan kontrak pada PT ABC Indonesia, dimana hasil dari
kontrak (pendapatan dan beban) dapat diestimasi secara andal sehingga PT ABC
Indonesia dapat mengakui akan adanya estimasi profit.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Metode percentage-of-completion yang digunakan oleh PT ABC
Indonesia memang berbeda dengan metode percentage-of-completion yang diatur
oleh PSAK 34, namun hal ini masih tetap bisa diterima oleh auditor karena
auditor menggunakan PSAK 23 sebagai dasar penilaian apakah metode
pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia telah sesuai
dengan standar yang berlaku. Alasan auditor menggunakan PSAK 23 sebagai
dasarnya adalah karena jasa konstruksi yang disediakan oleh PT ABC Indonesia
memang berbeda dengan perusahaan jasa konstruksi lainnya, dimana PT ABC
Indonesia tidak melakukan pembangunan aset atau kombinasi aset seperti
perusahaan jasa konstruksi lainnya. Peran PT ABC Indonesia dalam suatu proyek
adalah menyediakan jasa ahli yang bertindak sebagai konsultan di lapangan.
PSAK 23 menyatakan bahwa pendapatan diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima. Selain itu, PSAK 23 juga
mendefinisikan nilai wajar yaitu :
“… jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeingan untuk melakukan
transaksi wajar.”
Metode perhitungan pendapatan yang dilakukan oleh PT ABC Indonesia
telah sesuai dengan PSAK 23 karena untuk menghitung pendapatannya, PT ABC
Indonesia telah menggunakan nilai wajar. Hal ini dikarenakan dasar perhitungan
pendapatan PT ABC Indonesia adalah jumlah man-hours yang telah dikeluarkan.
Jumlah man-hours ini mencerminkan dari liabilitas yang telah diselesaikan oleh
PT ABC Indonesia untuk memenuhi angka persentase penyelesaian dimana PT
ABC Indonesia dapat mengirimkan invoice kepada perusahaan klien.
Apabila dilihat dari metode yang digunakan untuk menghitung besarnya
persentase penyelesaian, PT ABC Indonesia juga telah mengikuti PSAK 23
dimana PT ABC Indonesia telah memproporsikan biaya yang timbul hingga
tanggal tertentu (expended man-hours cummulation) dibagi dengan estimasi total
biaya (total contract man-hours).
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
41
Universitas Indonesia
4.2.3. Pencatatan Pendapatan Jasa Konstruksi
Terdapat beberapa jurnal yang dibuat oleh PT ABC Indonesia yang
berkaitan dengan pencatatan pendapatan jasa, yaitu jurnal pada saat klien
membayarkan uang muka atas pengerjaan proyek, pada saat PT ABC Indonesia
melakukan proyeksi atas pendapatan per bulan beserta jurnal pembaliknya, pada
saat PT ABC Indonesia mengirimkan invoice (billing) kepada klien, dan pada saat
klien melakukan pembayaran tagihan. Berikut adalah penjelasan dari jurnal-jurnal
tersebut :
1. Jurnal Penerimaan Pembayaran Uang Muka
Jurnal ini dibuat ketika perusahaan klien membayarkan uang muka
kepada PT ABC Indonesia atas proyek. Jurnal tersebut adalah :
Kas xxx
Uang Muka xxx
PPN (10%) xxx
Sebagai contoh pada awal perjanjian, perusahaan klien
membayarkan uang muka sebesar Rp 16.373.800.000 (20% dari nilai
kontrak senilai Rp 81.869.000.000). Maka jurnal yang dibuat untuk
mencatat hal tersebut adalah :
Kas 18.011.180.000
Uang Muka 16.373.800.000
PPN (10%) 1.637.380.000
Uang muka ini nantinya akan mengurangi jumlah tagihan pertama
yang ditagihkan kepada perusahaan klien. Sebagai contoh, PT ABC
Indonesia telah mencapai persentase penyelesaian 30% dengan jumlah
pendapatan sebesar Rp 27.925.882.710 dan akan mengirimkan invoice
kepada perusahaan klien. Perhitungan jumlah pendapatan yang ditagihkan
adalah sebagai berikut :
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
42
Universitas Indonesia
Pendapatan 27.925.882.710
Uang Muka (16.373.800.000)
11.552.082.710
PPN (10%) 1.155.208.271
12.707.290.981
Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah :
Piutang 12.707.290.981
Uang Muka 16.373.800.000
Pendapatan 27.925.882.710
PPN (10%) 1.155.208.271
2. Jurnal Proyeksi Pendapatan
Jurnal proyeksi pendapatan dibuat setiap awal bulan untuk
memproyeksikan jumlah pendapatan yang mungkin dapat diakui pada
bulan tersebut. Tujuan dari pembuatan jurnal ini adalah agar PT ABC
Indonesia dapat melakukan perencanaan keuangan setiap bulannya.
Berikut adalah jurnal proyeksi pendapatan :
Kontrak dalam Penyelesaian xxx
Pendapatan xxx
Sebagai contoh, PT ABC Indonesia memproyeksikan pendapatan
jasa konstruksi yang mungkin didapat pada bulan Agustus adalah sebesar
Rp 27.500.000.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut
adalah :
Kontrak dalam Penyelesaian 27.500.000.0000
Pendapatan 27.500.000.000
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
43
Universitas Indonesia
3. Jurnal Pembalik Proyeksi Pendapatan
Jurnal ini dibuat pada saat akhir bulan untuk membalik jurnal
proyeksi pendapatan yang telah dibuat pada awal bulan. Jurnal tersebut
adalah :
Pendapatan xxx
Kontrak dalam Penyelesaian xxx
Masih berhubungan dengan contoh di atas, pada akhir Agustus PT
ABC Indonesia membalik jurnal atas proyeksi pendapatan yang telah
dibuat pada awal bulan Agustus. Jurnal pembalik tersebut adalah :
Pendapatan 27.500.000.000
Kontrak dalam Penyelesaian 27.500.000.000
4. Jurnal Pengiriman Tagihan (Billing)
Jurnal ini dibuat pada saat PT ABC Indonesia mengirimkan invoice
kepada perusahaan klien atas progress pekerjaannya pada satu periode
tertentu. Jurnal tersebut adalah :
Piutang xxx
Pendapatan xxx
PPN (10%) xxx
Sebagai contoh PT ABC mengirimkan tagihan kepada perusahaan
klien sebesar Rp 22.700.000.000. Maka jurnal yang dibuat untuk mencatat
hal tersebut adalah :
Piutang 24.970.000.000
Pendapatan 22.700.000.000
PPN (10%) 2.270.000.000
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
44
Universitas Indonesia
5. Jurnal Penerimaan Pembayaran Termin
Jurnal ini dibuat ketika PT ABC Indonesia telah mendapat
konfirmasi dari PT ABC Singapore bahwa PT ABC Singapore telah
menerima pembayaran termin dari perusahaan klien. Jurnal tersebut
adalah:
Kas xxx
Piutang xxx
Menggunakan contoh jurnal pengiriman tagihan di atas, PT ABC
Singapore telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima
pembayaran termin dari perusahaan klien sebesar Rp 24.970.000.000.
Maka, jurnal yang dibuat untuk mencatat hal tersebut adalah :
Kas 24.970.000.000
Piutang 24.970.000.000
4.3. Pelaksanaan dan Temuan Audit PT ABC Indonesia
Pada dasarnya, tujuan dari audit atas akun pendapatan adalah untuk
memastikan bahwa jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan sesuai dengan
keadaan saat pelaporan, serta memastikan bahwa total pendapatan telah disajikan
dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan. Adapun risiko yang
terkait dengan audit atas akun pendapatan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Risiko Inheren
Risiko entitas menyatakan terlalu tinggi pendapatan demi mencapai
target atau profitabilitas yang ditetapkan.
Risiko entitas melakukan kesalahan pada penentuan waktu dan jumlah
pendapatan yang akan diakui.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
45
Universitas Indonesia
Risiko entitas salah mengklasifikasikan piutang, apakah itu piutang
jangka panjang atau jangka pendek karena kesulitan pengestimasian
waktu penagihan.
Risiko entitas melakukan kesalahan pencatatan karena kompleksitas
perhitungan, serta tidak memadainya penguasaan standar akuntansi
yang berlaku.
2. Risiko Prosedur Analitis (Detection Risk)
Risiko dimana prosedur analitis yang ditetapkan oleh auditor gagal
mengidentifikasikan akun-akun yang kemungkinan mengandung salah saji
yang potensial dalam siklus pendapatan sehingga auditor gagal mendeteksi
salah saji yang material.
Untuk mencapai tujuan audit atas akun pendapatan, auditor menetapkan
dua prosedur audit. Kedua prosedur audit tersebut adalah :
1. Vouching, dimana pada prosedur ini auditor melakukan pemeriksaan atas
transaksi dengan memeriksa dokumen-dokumen atau bukti-bukti
pendukung yang membuat auditor yakin bahwa transaksi tersebut benar-
benar terjadi (occurence), telah dicatat (completeness), telah diautorisasi
secara benar, telah dicatat dengan nilai yang benar (accuracy), dan telah
dicatat pada periode pembukuan yang benar (timing). Selain itu
pelaksanaan vouching juga dapat dijadikan salah satu alat untuk
mengetahui keandalan dari pengendalian internal perusahaan atas akun
yang divouching.
2. Analytical Review, dimana pada prosedur ini auditor membandingkan
saldo pendapatan pada tahun berjalan dengan saldo pendapatan tahun
sebelumnya guna mengetahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan
pada saldo pendapatan. Selain itu, pada prosedur ini auditor juga
melakukan analisis tren dari pendapatan per bulannya guna mengetahui
fluktuasi dari pendapatan perusahaan.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
46
Universitas Indonesia
Kedua prosedur audit di atas terdapat dalam konten prosedur audit yang
terkandung dalam lead schedule dari working paper akun pendapatan yang
disusun oleh auditor. Tujuan dari penyusunan lead schedule ini sendiri adalah
untuk memastikan bahwa asersi auditor berkaitan dengan akun pendapatan dapat
tercapai. Adapun konten-konten yang terkandung dalam lead schedule adalah
sebagai berikut :
1. Nomor Akun (COA)
2. Nama Akun (Description)
3. Saldo berdasarkan pembukuan perusahaan klien (balance per book)
periode berjalan
4. Jurnal penyesuaian, jika ada
5. Saldo berdasarkan hasil audit (balance per audit) periode berjalan
6. Saldo berdasarkan hasil audit (balance per audit) periode sebelumnya
7. Selisih saldo audit periode berjalan dengan periode sebelumnya
8. Nature dari akun-akun yang ada dalam lead schedule
9. Prosedur audit
Untuk dapat mengisi lead schedule dari akun pendapatan ini, auditor harus
mengikuti prosedur audit yang tertera pada lead schedule tersebut. Seperti yang
telah dijelaskan di atas, prosedur audit yang tertera pada lead schedule antara lain:
1. Menguji secara sampel invoice dari piutang, dan membandingkannya
dengan dokumen agreement, biaya, bank statement, dan buku besar.
Tujuan dari prosedur audit ini adalah untuk memastikan bahwa
pengendalian internal perusahaan atas piutang telah memadai dan
tercapainya tujuan audit existence, valuation, dan cut-off. Vouching atas
piutang menjadi hal yang penting karena jumlah dari piutang ini pada
akhirnya akan berpengaruh kepada pengakuan pendapatan.
Piutang dari PT ABC Indonesia terdiri dari tiga jenis, yaitu trade
receivables, intercompany receivables, dan other receivables. Dari setiap
jenis piutang tersebut, auditor mengambil beberapa sampel invoice untuk
diuji dengan tingkat materialitas 5% dari profit PT ABC Indonesia pada
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
47
Universitas Indonesia
tahun 2013. Dasar penentuan tingkat materialitas ini adalah berdasarkan
standar atau professional judgement yang ditetapkan oleh KAP STR
sendiri, dimana sampel dengan materialitas 5% dari profit dianggap telah
mewakili untuk melakukan proses vouching.
Berdasarkan hasil vouching yang terdapat pada Lampiran 1,
pengendalian internal PT ABC Indonesia atas piutang cukup memadai
terlihat pada dari dilakukannya autorisasi terhadap setiap dokumen yang
terkait dengan piutang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa PT ABC
Indonesia telah memberikan otorisasi yang benar atas akun piutang.
Tujuan audit dari vouching, yaitu existence, valuation, dan cut-off juga
tercapai. Piutang yang terdapat pada general ledger benar-benar terjadi,
dicatat dengan nilai yang benar, serta dicatat pada periode pembukuan
yang benar. Oleh karena jumlah piutang nantinya akan berpengaruh
terhadap jumlah pengakuan pendapatan, maka dapat disimpulkan bahwa
jumlah pendapatan PT ABC Indonesia diperkirakan telah disajikan dan
diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.
2. Membandingkan saldo pendapatan tahun berjalan dengan saldo
pendapatan tahun sebelumnya.
Tujuan dari prosedur audit ini adalah untuk mengetahui apakah
saldo pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun berjalan mengalami
kenaikan atau penurunan apabila dibandingkan dengan saldo pendapatan
pada tahun sebelumnya. Untuk melakukan prosedur ini, auditor
membandingkan jumlah pendapatan pada balance per book 2013 dengan
balance per audit 2012.
Berdasarkan tabel perbandingan pendapatan yang terdapat pada
Lampiran 2, telah terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp
32.462.343.001 (tiga puluh dua miliar empat ratus enampuluh dua juta tiga
ratus empat puluh tiga ribu satu rupiah) atau sebesar 53% apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Diperkirakan, turunnya
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
48
Universitas Indonesia
pendapatan PT ABC Indonesia disebabkan karena pada tahun 2013, PT
ABC Indonesia lebih sedikit mengirimkan invoice kepada perusahaan
kliennya sehingga pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia pada
tahun 2013 tidak sebanyak pada tahun 2012. Penurunan pendapatan ini
akan lebih jelas terlihat pada prosedur audit berikutnya, dimana auditor
membandingkan pendapatan yang diakui oleh PT ABC Indonesia pada
tahun 2013 setiap bulannya.
3. Membandingkan profit per bulan
Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengetahui fluktuasi profit
PT ABC Indonesia setiap bulannya selama tahun 2013 dan menganalisis
penyebab dari fluktuasi profit tersebut.
Berdasarkan Grafik 4.1, terlihat pada bulan April PT ABC
Indonesia mengalami penurunan profit yang cukup tajam dari kisaran
angka positif Rp 2.000.000.000 menjadi negatif Rp 2.000.000.000. Profit
yang negatif menunjukkan bahwa pada bulan tersebut pendapatan yang
didapat oleh PT ABC Indonesia lebih kecil daripada pengeluaran yang
dikeluarkannya. Diperkirakan, hal seperti ini dapat terjadi karena pada
bulan April, PT ABC Indonesia tidak dapat mengakui pendapatan karena
belum memenuhi tingkat persentase penyelesaian yang disyaratkan untuk
dapat mengirimkan invoice. Sementara itu di saat yang bersamaan, PT
ABC Indonesia juga harus tetap mengeluarkan biaya untuk mengerjakan
proyek, sehingga biaya pada bulan April lebih besar daripada pendapatan
yang diakui. Hal inilah yang menyebabkan negatifnya profit pada bulan
April. Alasan yang sama juga berlaku pada penurunan profit yang drastis
pada bulan Desember.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
49
Universitas Indonesia
Grafik 4.1 Perbandingan Profit Tahun 2013 per Bulan
Berbanding terbalik dengan bulan April dan Desember, profit PT
ABC Indonesia melonjak pada bulan Mei. Diperkirakan, pada bulan ini PT
ABC Indonesia telah memenuhi persyaratan tingkat persentase
penyelesaian pada proyek-proyeknya sehingga dapat mengirimkan invoice
kepada perusahaan klien dan mengakui pendapatannya.
Setelah melakukan prosedur-prosedur audit di atas, maka auditor dapat
mengisi secara lengkap lead schedule dari working paper akun pendapatan PT
ABC Indonesia. Lampiran 3 merupakan lead schedule working paper akun
pendapatan. Pertama-tama, auditor mengisi angka pada kolom Balance per Book
December 31, 2013. Angka ini berasal dari laporan keuangan yang diberikan oleh
PT ABC Indonesia kepada auditor pada awal proses audit. Lalu auditor
memeriksa apakah terdapat adjustment atau penyesuaian yang harus dilakukan
terhadap angka balance per book tersebut dengan melakukan prosedur-prosedur
audit yang tertera pada lead schedule. Setelah semua prosedur audit dilaksanakan,
auditor mengambil kesimpulan bahwa tidak ada adjustment yang dibutuhkan,
sehingga angka Balance per Book December 31, 2013 sama dengan angka
Balance per Audit December 31, 2013.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
50
Universitas Indonesia
Selanjutnya auditor memasukkan angka Balance per Audit December 31,
2012 yang berasal dari working paper PT ABC Indonesia tahun lalu untuk
dibandingkan dengan Balance per Audit December 31, 2013. Hasil dari
perbandingan tersebut menyatakan bahwa pendapatan PT ABC Indonesia pada
tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 53% apabila dibandingan dengan
pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun 2012.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
51 Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk menilai seberapa baik
kinerja dari sebuah entitas. Setiap entitas yang bergerak di bidang usaha yang
berbeda tentunya menggunakan metode pengakuan pendapatan yang juga
berbeda. Salah satu bidang usaha yang mempunyai metode pengakuan pendapatan
yang berbeda dengan bidang usaha lainnya adalah bidang usaha konstruksi,
dimana entitas yang bergerak di bidang usaha ini mengakui pendapatannya
sepanjang masa kontrak konstruksi tersebut.
Metode pengakuan pendapatan percentage-of-completion yang digunakan
oleh PT ABC Indonesia berbeda dengan metode pengakuan pendapatan
percentage-of-completion yang diatur dalam PSAK 34 mengenai Kontrak
Konstruksi. Namun, auditor tetap menerima metode pengakuan pendapatan yang
digunakan oleh PT ABC Indonesia karena PT ABC Indonesia merupakan
perusahaan jasa konstruksi yang hanya menyediakan tenaga ahli sehingga auditor
menggunakan PSAK 23 sebagai dasar penilaiannya. Selain itu, metode pengakuan
pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia juga berbeda dengan cost
recovery apabila dilihat dari segi ada atau tidaknya profit, dimana PT ABC
Indonesia mengakui adanya profit sementara pada metode cost recovery, profit
tidak diakui.
Apabila dibandingkan antara teori-teori yang ada dengan praktiknya di
lapangan, berdasarkan studi kasus pada PT ABC Indonesia, praktik di lapangan
memang berbeda dengan apa yang dipaparkan dalam teori. Hal ini dikarenakan
kondisi dari PT ABC Indonesia itu sendiri yang memang berbeda dengan
perusahaan penyedia jasa konstruksi pada umumnya. Namun, berdasarkan PSAK
23, metode pengakuan pendapatan yang digunakan oleh PT ABC Indonesia telah
sesuai dengan standar yang berlaku.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
52
Universitas Indonesia
Untuk memastikan bahwa pendapatan PT ABC Indonesia telah disajikan
secara wajar, penulis bersama KAP STR melakukan beberapa prosedur audit atas
akun pendapatan PT ABC Indonesia. Terdapat dua prosedur audit inti terkait
dengan akun pendapatan yang dilakukan oleh KAP STR, yaitu analytical review
dimana auditor membandingkan saldo pendapatan PT ABC Indonesia pada tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya, serta vouching dimana auditor memeriksa
bukti-bukti pendukung atas transaksi dengan tujuan untuk menilai pengendalian
internal PT ABC Indonesia dan mencapai beberapa audit objectives seperti
occurrence, completeness, accuracy, dan timing. Proses audit yang dilakukan
penulis bersama KAP STR pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa jumlah
pendapatan PT ABC Indonesia telah disajikan dan diungkapkan dengan benar
dalam laporan keuangan dan jumlah pendapatan yang tercantum dalam laporan
keuangan telah sesuai dengan keadaan saat pelaporan.
5.2. Saran
Penulis mempunyai beberapa saran baik untuk PT ABC Indonesia sebagai
perusahaan klien dan KAP STR sebagai tempat penulis melaksanakan program
magang.
Saran penulis untuk PT ABC Indonesia adalah PT ABC Indonesia
sebaiknya memegang kontrak proyek yang sedang dikerjakan, baik kontrak asli
yang dibuat oleh PT ABC Singapore dengan perusahaan klien, ataupun kontrak
yang berisi tentang hak dan kewajiban PT ABC Indonesia selaku pelaksana
aktivitas konstruksi dengan perusahaan klien. Hal ini ditujukan agar PT ABC
Indonesia, walaupun hanya bertindak sebagai pelaksana konstruksi, mengetahui
mekanisme-mekanisme yang ada pada kontrak tersebut, seperti mekanisme
pembayaran, mekanisme pengerjaan proyek, hak dan kewajiban kontraktor dan
perushaan klien, serta hal lainnya yang berkaitan dengan kontrak.
Saran penulis untuk KAP STR adalah sebaiknya KAP STR memberikan
pelatihan kepada mahasiswa yang melaksanakan program magang, mengingat
mahasiswa belum mempunyai pengalaman sama sekali dalam melaksanakan
rangkaian proses audit sehingga seringkali mahasiswa magang kebingungan pada
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
53
Universitas Indonesia
saat turun langsung ke lapangan untuk melakukan audit fieldwork. Pelatihan ini
ditujukan agar mahasiswa magang lebih siap untuk terjun ke lapangan dan
menghadapi klien. Adapun bentuk dari pelatihan yang disarankan seperti
pelatihan untuk membaca program audit, simulasi audit fieldwork, ataupun
pelatihan pengisian draft laporan keuangan klien.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
54
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Arens, A. A., Beasley, M. S., & Elder, R. J. (2009). Auditing and Assurance
Services : An Integrated Approach. Singapore: Prentice Hall.
Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2001). Modern Auditing. John
Wiley & Sons, Inc.
Godfrey, J. (2010). Accounting Theory. Australia: Wiley.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba
Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting
: Volume 2 IFRS Edition. United States of America: Wiley.
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
55 Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Vouching Akun Piutang
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
56
Universitas Indonesia
Lampiran 2 Perbandingan Pendapatan 2013-2012
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Lampiran 3 Working Paper Akun Pendapatan PT ABC Indonesia
Prosedur audit…, Lavimia Larasati, FE UI, 2014