5
UNSUR KELEMBAGAAN 1. Collective action Eksplorasi Kasus : Perampokan Rp 15 Miliar Direncanakan di Warung Pecel Lele Analisis Kasus a. Bentuk Collective Action : tindak kejahatan berkelompok b. Size of the group : small group (kelompok dalam ukuran kecil) c. Homogenity : memiliki persamaan kepentingan. Kelompok terdiri dari 14 orang yang memiliki homogenitas kepentingan untuk mencapai tujuan. d. Purpose of the group : merampok uang senilai Rp. 15 Miliar Hasil analisis : determinan penting bagi keberhasilan suatu tindakan bersama adalah ukuran (size), homogenitas (homogeneity), dan tujuan kelompok (purpose of the group). Tindakan kolektif akan bekerja secara optimum tergantung dari ketiga determinan diatas. Dari kasus diatas dapat dianalisa bahwa kelompok yang dibangun dengan ukuran yang kecil (small group) dimungkinkan untuk bekerja lebih efektif. Selanjutnya, persamaan kepentingan juga sangat menentukan tindakan kolektif. Apabila semakin banyak/beragam kepentingan anggota kelompok, maka akan semakin rumit untuk membuat keputusan, karena masing-masing anggota membawa kepentingannya sendiri-sendiri. Jadi homogenitas kepentingan akan lebih memudahkan kerja suatu kelompok. Tujuan dari kelompok yang luas, dan tidak jelas akan memecah kesatuan antar anggota sehingga dukungan terhadap tindakan bersama menjadi lemah. Sehingga kelompok harus membuat tujuan secara focus dengan mempertimbangkan semua anggota. 2. Free Rider Eksplorasi Kasus : petani lebak sambut pembangunan jaringan irigasi desa Analisis kasus a. Bentuk : petani di luar desa leuwicco dapat menikmati irigasi. b. Penyebab : system irigasi yang cukup besar dan dapat mengairi hingga 500 hektar membuat semua orang dapat mengambil manfaatnya. c. Dampak : debit air yang berada di desa leuwicco bisa menjadi berkurang karena mengalir ke desa-desa yang lain Solusi : 1. Membangun sekat-sekat agar air bisa mengalir hanya ke desa leuwicco 2. Pemakaian jadwal pengairan diatur agar merata ke semua warga desa leuwicco.

UNSUR KELEMBAGAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

uas kelembagaan

Citation preview

Page 1: UNSUR KELEMBAGAAN

UNSUR KELEMBAGAAN

1. Collective action

Eksplorasi Kasus : Perampokan Rp 15 Miliar Direncanakan di Warung Pecel Lele

Analisis Kasus

a. Bentuk Collective Action : tindak kejahatan berkelompokb. Size of the group : small group (kelompok dalam ukuran kecil)c. Homogenity : memiliki persamaan kepentingan. Kelompok terdiri dari 14 orang yang

memiliki homogenitas kepentingan untuk mencapai tujuan. d. Purpose of the group : merampok uang senilai Rp. 15 Miliar

Hasil analisis : determinan penting bagi keberhasilan suatu tindakan bersama adalah ukuran (size), homogenitas (homogeneity), dan tujuan kelompok (purpose of the group). Tindakan kolektif akan bekerja secara optimum tergantung dari ketiga determinan diatas. Dari kasus diatas dapat dianalisa bahwa kelompok yang dibangun dengan ukuran yang kecil (small group) dimungkinkan untuk bekerja lebih efektif. Selanjutnya, persamaan kepentingan juga sangat menentukan tindakan kolektif. Apabila semakin banyak/beragam kepentingan anggota kelompok, maka akan semakin rumit untuk membuat keputusan, karena masing-masing anggota membawa kepentingannya sendiri-sendiri. Jadi homogenitas kepentingan akan lebih memudahkan kerja suatu kelompok. Tujuan dari kelompok yang luas, dan tidak jelas akan memecah kesatuan antar anggota sehingga dukungan terhadap tindakan bersama menjadi lemah. Sehingga kelompok harus membuat tujuan secara focus dengan mempertimbangkan semua anggota.

2. Free Rider

Eksplorasi Kasus : petani lebak sambut pembangunan jaringan irigasi desa

Analisis kasus

a. Bentuk : petani di luar desa leuwicco dapat menikmati irigasi.

b. Penyebab : system irigasi yang cukup besar dan dapat mengairi hingga 500 hektar

membuat semua orang dapat mengambil manfaatnya.

c. Dampak : debit air yang berada di desa leuwicco bisa menjadi berkurang karena

mengalir ke desa-desa yang lain

Solusi : 1. Membangun sekat-sekat agar air bisa mengalir hanya ke desa leuwicco

2. Pemakaian jadwal pengairan diatur agar merata ke semua warga desa leuwicco.

Hasil analisis : setiap tindakan kolektif akan menyebabkan adanya kemungkinan bertemu dengan masalah penunggang bebas, yakni mereka yang tidak memperoleh beban biaya dari tindakan kolektif tapi masih menerima benefitnya. Dari kasus diatas, desa leuwicco membangun system irigasi untuk mengairi sawah mereka. Dari pembangunan irigasi itu akan memunculkan free rider, yaitu desa lain yang tidak memperoleh beban biaya pembangunan dapat menikmati pengairan irigasi tersebut. Sehingga debit air yang seharusnya cukup untuk memenuhi pengairan di desa leuwicco, akhirnya berkurang.

Page 2: UNSUR KELEMBAGAAN

3. Transaction cost

Eksplorasi Kasus : Perizinan Usaha Perikanan Tangkap Dipermudah

a. Bentuk : perizinan investasi, melaut, retribusi hasil tangkapan dipermudah

b. Penyebab : terdapat pungutan liar, izin yang berbelit belit karena tergantung dari

jenis alat tangkap yang digunakan, daerah tangkapan, dan jumlah kapal yang diurus

c. Dampak : sulitnya perikanan dalam negeri bersaing dengan produk diluar negeri

karena harga yang terlalu tinggi/mahal karena biaya-biaya diluar biaya produksi (TC).

d. Solusi : adanya pajak daerah dan retribusi daerah (Regulasi), perizinan usaha

perikanan dipermudah.

Hasil analisis : Transaction Cost merupakan konsep yang menjelaskan mengenai biaya yang keluar saat melakukan transaksi diluar biaya produksi. Apabila kita mencoba menghitung harga jual ikan maka secara teori klasik kita akan menghitung biaya produksi yang meliputi biaya tenaga kerja, modal, dan teknologi. Sedangkan teori biaya transaksi menjelaskan bahwa bahwa sebenarnya ada biaya lain yang harus dilakukan dalam system penjualan, yaitu biaya untuk bertransaksi. Biaya transaksi akan mengakibatkan total biaya akan semakin meningkat. Semakin kecil biaya transaksi yang bisa ditekan maka akan semakin kecil total biaya. Hal ini akan berpengaruh terhadap harga jual sehingga ada keterkaitan antara biaya transaksi yang tinggi dengan harga ikan yang mahal. Solusi dari kasus tersebut yaitu, pemerintah memberikan regulasi agar dapat menekan biaya transaksi seperti, pungutan liar, perizinan yang berbelit-belit.

4. Rent seeking

Eksplorasi Kasus : Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri

mengungkap kasus penimbunan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi di Solo

a. Bentuk : Penimbunan BBM bersubsidib. Penyebab : disparitas harga yang terlalu tinggi, Lemahnya pengawasan BBMc. Pihak yang terlibat : oknum yang ingin memperoleh keuntungan (tersangka dengan

inisial BSd. Dampak : Kelangkaan BBM, Harga bisa menjadi 2x lipat karena kelangkaan.e. Solusi : 1. penanganan mengenai distribusi BBM.2. control pemerintah terhadap penimbunan BBM dengan pengiriman polisi ke setiap

SPBU. 3. Melisensi pedagang bensin eceran.

Hasil analisis : kasus diatas merupakan bentuk pencarian keuntungan oleh individu tanpa secara actual meningkatkan produktivitas, dan malah mengurangi manfaat yang seharusnya menjadi manfaat bersama. Sehingga dampak yang diakibatkan dari penimbunan adalah kelangkaan BBM. Solusi dari penimbunan BBM yaitu dengan cara mengontrol setiap SPBU dengan cara mengirimkan polisi ke setiap SPBU, dan melisensi

Page 3: UNSUR KELEMBAGAAN

pedagang bensin eceran. Sehingga akan mengetahui mana pedagang eceran dan oknum yang ingin menimbun BBM.

5. asymmetry Information Eksplorasi Kasus : klaim asuransi kecelakaan si dul : Jasa Raharja Bayar Prudential Ogah

1. Moral Hazard a. Bentuk : kecelakaan kendaraanb. Penyebab : karena merasa risiko tertanggung oleh prudential, si Dull sembrono/ugal-

ugalan.c. Dampak : pihak prudential akan mengalami kerugian bila menanggung kecelakaan si

dul.d. Solusi : 1. Kontrol regulasi menjadi faktor upaya mencegah moral hazard, maka harus

ada penegakan regulasi. 2. mewajibkan pembeli asuransi untuk membayar sebagian kecil kerugian apabila terjadi klaim

Hasil Analisis : Moral hazard adalah perilaku seseorang saat risiko akibat tindakannya ditanggung oleh pihak lain, bukan dia sendiri. Contoh yang paling sering disebut adalah pembeli premi asuransi mobil. Seperti kasus diatas, Karena risiko biaya perbaikan akibat tabrakan ditanggung oleh pihak perusahaan asuransi, maka perilaku Si Dul itu berubah, dari mengemudi secara hati-hati menjadi sembrono. Pengemudi tau ada perusahaan asuransi yang akan menanggung risiko biaya perbaikan jika terjadi tabrakan. Cara mencegah terjadinya moral hazard seperti kasus diatas adalah mewajibkan pembeli asuransi untuk membayar sebagian kecil kerugian apabila terjadi klaim. Misalnya atas setiap klaim atas kerugian tabrakan atau untuk perbaikan lain pembeli asuransi juga harus mengeluarkan uang Rp 2.000.000,. Dengan demikian si pembeli asuransi lebih menjaga untuk tidak "seenaknya" mudah tabrakan, karena dia juga harus membayar risikonya walau sedikit. Di asuransi, semakin besar excess ini, semakin kecil harga premi asuransi. Ini karena semakin besar porsi yang harus dibayar oleh pembeli asuransi apabila terjadi kecelakaan, semakin berhati-hati dia, sehingga risiko yang ditanggung perusahaan asuransi pun semakin kecil.

2. Adverse selection

Industri Batu Bara Indonesia Bangkrut Akibat Harga Jatuh Dan Naiknya Biaya Operasional

a. Bentuk : para manajer serta orang-orang dalam mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar.

b. Penyebab :karena adanya perbedaan informasi antara manajer dengan investorc. Dampak : keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak

disampaikan informasinya kepada investor luard. solusi

Hasil Analisis adverse selection yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara

Page 4: UNSUR KELEMBAGAAN

principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri