Upload
doma-martapura
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
1/141
TESIS
PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI
PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA
( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG
DISLIPIDEMIA
I G. A. DEWI RATNAYANTI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
2/141
TESIS
PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI
PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA
( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG
DISLIPIDEMIA
I G. A. DEWI RATNAYANTI
NIM 0890761007
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIKPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
3/141
i
PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI
PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA
( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG
DISLIPIDEMIA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,Program Pascasarjana Universitas Udayana
I G. A. DEWI RATNAYANTI
NIM 0890761007
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIKPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
4/141
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 20 JULI 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
Sp.And, FAACS
NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.SSp.And, FAACS
NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
5/141
iii
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 20 Juli 2011
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
No.:……………………………………, Tanggal……………………………
Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS
Anggota :1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And
3. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH., PFK. Sp.Erg.4.
Prof. dr. I Nyoman Agus Bagiada,Sp.Biok.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
6/141
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa, karena hanya atas asung wara
nugraha-Nya/kurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS,
pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,
semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister,
khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula
penulis sampaikan kepada Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, Pembimbing
Akademik sekaligus Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga selama masa studi
maupun saat penelitian.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.
Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD, KHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di
Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. Anak
Agung Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas
Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. I Ketut
Swastika, Sp.PD(KEMD), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
7/141
v
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Magister.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. I Gusti
Ngurah Mayun, PHK, Kepala Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,
yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And, Prof. Dr. dr. I Nyoman
Adiputra, MOH., PFK., Sp.Erg., dan Prof. dr. I Nyoman Agus Bagiada, Sp.Biok,
yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini
dapat terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis,
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terimakasih
kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan
dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga terciptanya lahan yang
baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih
kepada suami tercinta, Dodi, serta anak, Dean, tersayang, yang dengan penuh
pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih
berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih
kepada ibu mertua dan mendiang bapak mertua atas dukungan dan pengertiannya
selama penulis mengikuti pendidikan ini. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan
kepada rekan-rekan sejawat di Bagian Histologi serta rekan-rekan di Program
Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine atas
bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan tesis ini.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
8/141
vi
Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
9/141
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN GROWTH HORMONE
MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DANMENURUNKAN KADAR MDA ( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS
JANTAN YANG DISLIPIDEMIA
Manfaat terapi sulih growth hormone (GH) untuk mencegah penyakit yang
berhubungan dengan penuaan, khususnya penyakit kardiovaskular, masih
dipertanyakan karena kurangnya penelitian. Pada penelitian ini ingin diketahui peranterapi sulih GH pada patogenesis penyakit kardiovaskular. Pengaruh terapi ini
terhadap profil lipid dan stres oksidatif diukur pada tikus dislipidemia, salah satu
faktor risiko penyakit kardiovaskular.Penelitian eksperimental, randomized pre and post control group design,
dilakukan dengan menggunakan 20 ekor tikus jantan yang menua, usia 11 – 12 bulan.Semua subyek diberikan diet tinggi kolesterol selama 3 minggu untuk mencapai
keadaan dislipidemia dan diet tetap diberikan hingga akhir penelitian. Subyek dibagisecara random menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan aquadest (P0),
GH 0,02 IU/hr (P1), GH 0,04 IU/hr (P2), dan GH 0,08 IU/hr (P3). Aquadest dan GH
kemudian diinjeksikan secara subkutan satu kali sehari selama 2 minggu. Profil lipiddiukur pada hari ke-22 dan ke-37 dengan tes colorimetric enzymatic CHOP-PAP dan
GOP-PAP . Kadar MDA diukur pada hari ke-22 dan ke-37 dengan metode
Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration.Terapi sulih GH menurunkan kadar kolesterol total plasma secara bermakna
sebesar 25,2% pada P1, 37,21% pada P2, dan 50,26% pada P3 (p < 0,05). Kadar LDL
plasma dapat diturunkan secara bermakna hingga 40,71%, 64,5%, dan 90,68%masing-masing pada P1, P2, dan P3 (p < 0,05). Terapi sulih GH juga mampu
menurunkan kadar trigliserida plasma secara bermakna pada P1 sebanyak 11,78%, P2sebanyak 23,46%, dan P3 sebanyak 35,15% (p < 0,05). Pengaruh GH terhadap kadar
HDL plasma hanya menunjukkan peningkatan yang bermakna pada P2 sebesar
15,80% dan P3 sebesar 28,06% (p < 0,05). Ditemukan adanya perbedaan kadar profil
lipid post test serta selisih post test dan pre test yang bermakna antar semuakelompok (p < 0,05). Stres oksidatif yang diukur dari kadar MDA plasma turun
secara bermakna setelah terapi GH. Kadar MDA plasma menurun pada P1, P2, dan
P3 masing-masing sebanyak 30,33%, 42,47%, dan 53,55% (p < 0,05). Ditemukanadanya perbedaan kadar MDA post test serta selisih post test dan pre test yang
bermakna antar semua kelompok (p < 0,05).Penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi sulih GH memperbaiki profil lipid dan
menurunkan kadar MDA plasma tikus jantan dislipidemia. Penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk memahami pengaruh terapi GH dalam jangka panjang serta
mekanismenya.
Kata kunci: growth hormone, profil lipid, MDA, dislipidemia.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
10/141
viii
ABSTRACT
GROWTH HORMONE ADMINISTRATION IMPROVES LIPID PROFILEAND REDUCES MDA ( MALONDYALDEHIDE) LEVEL IN MALE RAT
WITH DYSLIPIDEMIA
The benefit of growth hormone (GH) replacement therapy to prevent age
associated disease, especially cardiovascular disease, is still in question due to thelack of study. In this study the role of GH replacement therapy in the pathogenesis of
cardiovascular disease is observed. The effects of the treatment on lipid profile and
oxidative stress are examined in dyslipidemic rat, a risk factor of cardiovasculardisease.
A randomized pre and post control group experimental study was done using 20
male aging rats, age 11 – 12 month-old. All subjects were given high cholesterol dietfor 3 weeks to achieve dyslipidemic state and the diet was continued until the end of
study. The subjects were randomly divided into 4 groups, aquadest (P0), GH 0,02
IU/day (P1), GH 0,04 IU/day (P2), and GH 0,08 IU/day (P3) treated group. Aquadestand GH were then injected subcutaneously once daily for 2 weeks. Lipid profile was
measured on day 22nd
for pre test and 37th
for post test by colorimetric enzymatic
CHOP and GOP – PAP test. MDA level was measured on day 22nd
for pre test and
37th
for post test by Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration method.Growth hormone replacement therapy significantly reduced plasma total
cholesterol level of P1 by 25,2 %, P2 by 37,21%, and P3 by 50,26% (p < 0,05).
Plasma LDL level could be reduced by GH therapy by 40,71%, 64,5%, and 90,68%
in P1, P2, and P3 respectively (p < 0,05). Growth hormone replacement therapy alsosignificantly reduced plasma trigliseride level of P1 by 11,78%, P2 by 23,46%, and
P3 by 35,15% (p < 0,05). The effect of GH to plasma HDL level only showedsignificant increase in P2 by 15,80% and P3 by 28,06% (p < 0,05). There were
significant difference of post test and also in the difference of post test and pre test
lipid profile level between all groups (p < 0,05). Oxidative stress measured by MDA
level decreased significantly following the GH replacement therapy. MDA leveldecreased in P1, P2, and P3 by 30,33%, 42,47%, and 53,55% respectively (p < 0,05).
There were significant difference of post test and also in the difference of post test
and pre test MDA level between all groups (p < 0,05).This study concluded that growth hormone replacement therapy improved lipid
profile and reduced plasma MDA level in dyslipidemic rat. Further research isneeded to understand the effect of long term GH therapy and its mechanism.
Keywords: growth hormone, lipid profile, MDA, dyslipidemia.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
11/141
ix
DAFTAR ISI
Prasyarat Gelar Magister ....................................................................................... i
Persetujuan Pembimbing ....................................................................................... ii
Penetapan Panitia Penguji ..................................................................................... iiiUcapan Terima Kasih ............................................................................................ iv
Abstrak .................................................................................................................. vii
Daftar Isi ............................................................................................................... ixDaftar Tabel .......................................................................................................... xii
Daftar Gambar ....................................................................................................... xiii
Daftar Singkatan atau Lambang ............................................................................ xivDaftar Lampiran .................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6
1.3.1. Tujuan umum ....................................................................................... 61.3.2. Tujuan khusus ...................................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1. Penuaan ( Aging ) ............................................................................................. 9
2.1.1. Penuaan biologis .................................................................................. 92.1.2. Teori penuaan ....................................................................................... 11
A. Teori neuroendokrin ........................................................................ 11B. Teori radikal bebas .......................................................................... 12
2.2. Growth Hormone ........................................................................................... 13
2.2.1. Fisiologi growth hormone .................................................................... 13
2.2.2. Hubungan defisiensi growth hormone dengan penuaan ...................... 162.2.3. Terapi sulih growth hormone pada penuaan ........................................ 20
2.3. Stres Oksidatif ................................................................................................ 22
2.3.1. Radikal bebas ....................................................................................... 222.3.2. Peroksidasi lipid ................................................................................... 26
2.3.3. Dislipidemia sebagai penyebab stres oksidatif .................................... 27
2.4. Pengaruh Growth Hormone terhadap Metabolisme Lemak........................... 292.5. Pengaruh Growth Hormone terhadap Stres Oksidatif .................................... 33
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ....................... 363.1. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 36
3.2. Konsep ........................................................................................................... 38
3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 38
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
12/141
x
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 40
4.1. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 40
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 414.3. Subyek Penelitian ........................................................................................... 41
4.3.1. Populasi penelitian ............................................................................... 41
4.3.2. Sampel penelitian ................................................................................. 414.3.3. Kriteria eligibilitas ............................................................................... 42
A. Kriteria inklusi................................................................................. 42
B. Kriteris drop out .............................................................................. 43C. Teknik penentuan sampel ................................................................ 43
4.4. Variabel Penelitian ......................................................................................... 43
4.4.1. Variabel penelitian ............................................................................... 434.4.2. Definisi operasional variabel................................................................ 44
4.5. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 464.5.1. Pemeriksaan profil lipid ....................................................................... 46
4.5.2. Pemeriksaan MDA ............................................................................... 474.6. Prosedur Penelitian......................................................................................... 47
4.6.1. Persiapan sebelum penelitian ............................................................... 47
4.6.2. Perhitungan dosis growth hormone ...................................................... 474.6.3. Perlakuan pada hewan coba ................................................................. 50
4.6.4. Alur penelitian ...................................................................................... 51
4.6.5. Pemeriksaan profil lipid ....................................................................... 52A. Pengukuran kolesterol total dan trigliserida .................................... 52
B. Pengukuran HDL dan LDL ............................................................. 53
4.6.5. Pemeriksaan MDA ............................................................................... 534.7. Analisis data ................................................................................................... 54
BAB V. HASIL PENELITIAN............................................................................. 55
5.1. Karakteristik Subyek ...................................................................................... 55
5.2. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Profil Lipid
Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 555.2.1. Kolesterol total ..................................................................................... 56
5.2.2. Low Density Lipoprotein (LDL) .......................................................... 59
5.2.3. Trigliserida ........................................................................................... 615.2.4. High Density Lipoprotein (HDL) ......................................................... 63
5.3. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Kadar MDA Plasma
Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 665.4. Hubungan antara Profil Lipid dan Kadar MDA ............................................. 68
BAB VI. PEMBAHASAN .................................................................................... 70
6.1. Karakteristik Subyek ...................................................................................... 70
6.2. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Profil Lipid
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
13/141
xi
Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 71
6.2.1. Kolesterol total ..................................................................................... 71
6.2.2. Low Density Lipoprotein (LDL) .......................................................... 736.2.3. Trigliserida ........................................................................................... 74
6.2.4. High Density Lipoprotein (HDL) ......................................................... 76
6.3. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Kadar MDATikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 79
6.4. Hubungan Profil Lipid dan MDA .................................................................. 83
6.5. Manfaat Growth Hormone dalam Penuaan .................................................... 85
BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 88
7.1. Simpulan ........................................................................................................ 887.2. Saran ............................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89LAMPIRAN .......................................................................................................... 98
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
14/141
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Uji normalitas kadar profil lipid pre test dan post test ........................ 56
Tabel 5.2 Uji homogenitas kadar profil lipid pre test dan post test .................... 56
Tabel 5.3 Analisis One Way Anova kadar kolesterol total pre test dan post test 57Tabel 5.4 Uji lanjutan kadar kolesterol total post test dengan Least Significant
Difference Test (LSD) ........................................................................... 57
Tabel 5.5 Analisis One Way Anova kadar LDL pre test dan post test ................ 59 Tabel 5.6 Analisis One Way Anova selisih LDL post test dan pre test ............... 59
Tabel 5.7 Uji lanjutan selisih kadar LDL total post test dengan Least Significant
Difference Test (LSD) ........................................................................... 60Tabel 5.8 Analisis One Way Anova kadar trigliserida pre test dan post test ...... 61
Tabel 5.9 Uji lanjutan kadar trigliserida post test dengan Least Significant Difference Test (LSD) ........................................................................... 62
Tabel 5.10 Analisis One Way Anova kadar HDL pre test dan post test ................ 64Tabel 5.11 Uji lanjutan kadar HDL post test dengan Least Significant
Difference Test (LSD) ........................................................................... 64
Tabel 5.12 Uji normalitas kadar MDA pre test dan post test ................................ 66Tabel 5.13 Uji homogenitas kadar MDA pre test dan post test ............................ 66
Tabel 5.14 Analisis One Way Anova kadar MDA pre test dan post test .............. 67
Tabel 5.15 Uji lanjutan kadar MDA post test dengan Least Significant Difference Test (LSD) ........................................................................... 67
Tabel 5.16 Hubungan kadar profil lipid dan MDA ............................................... 69
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
15/141
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Mekanisme Kontrol Sekresi Growth Hormone ................................ 15Gambar 2.2. Pengaruh Growth Hormone Terhadap Metabolisme Lipid Pada
Sel Lemak dan Otot .......................................................................... 30
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................. 38Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 40
Gambar 4.2. Bagan Alur Penelitian ...................................................................... 51
Gambar 5.1. Kadar kolesterol total pre test dan post testtikus jantan dislipidemia ................................................................. 58
Gambar 5.2. Kadar LDL pre test dan post test tikus jantan dislipidemia ............. 60
Gambar 5.3. Kadar trigliserida pre test dan post test tikus jantan dislipidemia.... 63Gambar 5.4. Kadar HDL pre test dan post test tikus jantan dislipidemia ............. 65
Gambar 5.5. Kadar MDA pre test dan post test tikus jantan dislipidemia............ 68
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
16/141
xiv
DAFTAR SINGKATAN ATAU LAMBANG
SINGKATAN
8oxodG : 8-oxo-7,8-dihydro-2’-deoxyguanosine ABC-A1 : ATP-binding cassette protein-A1
Ang II : Angiotensin II
ANH : Atrial Natriuretic Hormone Apo : Apolipoprotein
ARE : Antioxidant Responsive Element
C7αOH : Cholesterol-7 α-hydroxylaseCD36 : Complex Differentiation 36
CETP : Cholesteryl Ester Tranfer ProteinCoQ : Coenzyme Q (ubiquinol)
DHEA : DehydroepiandrosteroneDHEAS : Dehydroepiandrosterone sulphate
DM : Diabetes Melitus
EDTA : Ethylenediaminetetraacetic Acid eNOS : Endothelial nitric oxide synthase
FDA : Food and Drug Administration
Foxo : Forkhead boxFSH : Follicle Stimulating Hormone
GH : Growth Hormone
GHD : Growth Hormone DeficiencyGHRH : Growth Hormone Releasing HormoneGHRP : Growth Hormone Releasing ProteinGHRP2 : Growth Hormone Releasing Peptide 2
GHRT : Growth Hormone Replacement Therapy
GLUT 4 : Glucose Transpoter 4
GPx : Gluthation PeroxidaseHDL : High Density Lipoprotein
HMG-CoA : 3-hydroxy methylglutaryl Coenzyme A
HNE : 4-hydroxy-nonealHsp70 : Heat shock protein 70
IGF-1 : Insulin Like Growth Factor-1
IGFBP : Insulin Like Growth Factor Binding Protein IGFBP3 : Insulin Like Growth Factor Binding Protein 3
IRS : Insulin Receptor Substrate
LCAT : Lecithin cholesterol acyl transferase LDL : Low Density LipoproteinLH : Leutenizing Hormone
MDA : Malondyaldehide
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
17/141
xv
MnSOD : Manganese-containing Superoxide Dismutase
NADPH : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
NO : Nitric oxide Nrf2 : Nuclear erythroid related factor 2
PI3K : Phosphoinositol-3 Kinase
PTH : Parathyroid HormoneRNS : Radical Nitrogen Species
ROS : Radical Oxigen Species
SOCS : Suppressor of Cytokine Signaling-1SOD : Superoxide Dismutase
SREBP-1c : Sterol Regulatory Element-Binding Protein 1c
T3 : TriiodothyronineTBARSC : Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration
TRH : Thyroid Releasing HormoneVLDL : Very Low Density Lipoprotein
LAMBANG
-/- : gene knockout
α : Alfa; tingkat kemaknaan (kesalahan tipe I)
β : Beta; tingkat kesalahan tipe II
σ : simpang baku; SEM
µ : rerata skor
H2O
2 : Hidrogen peroksida
L• : Radikal lipid
LOO• : Radikal lipid peroksilLOOH : Hidrogen peroksida lipid
NO+ : Kation nitrosonium
NO- : Anion nitroksil
•NO : Nitrat oksidaO2
-• : Radikal superoksida
1O2 : Singlet oxygen
ONOO- : Peroksinitrit
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
18/141
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................. 98
Lampiran 2. Keterangan Ethical Clearance .......................................................... 99
Lampiran 3. Analisis Data..................................................................................... 102Lampiran 4. Tabel Konversi Dosis ....................................................................... 122
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
19/141
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penuaan bagi sebagian orang adalah hal yang menakutkan karena dikaitkan
dengan ketidakmampuan akibat penurunan kapasitas baik fisik maupun mental.
Penurunan tersebut menyangkut berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan
daya ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik
yang berubah serta berbagai kemunduran fungsi biologis lainnya. Seiring dengan
penuaan maka muncul pula berbagai penyakit. Penyakit yang berhubungan
dengan penuaan ini sering kali menjadi penyebab kematian utama di berbagai
negara hingga merupakan fokus perhatian yang sangat tinggi di bidang kedokteran
terutama cara pencegahan dan penanganannya.
Menurut teori neuroendokrin, penuaan terjadi karena perubahan kadar
hormon dalam tubuh. Hormon merupakan regulator sistemik berbagai fungsi
fisiologis. Kadar hormon yang berubah seiring dengan usia berdampak pada
penurunan performa tubuh dan timbulnya penyakit yang sering dirasakan sebagai
tanda-tanda tubuh telah menua (Pangkahila, 2007; Djuanda, 2007). Salah satu
hormon penting yang kadarnya menurun pada usia tua adalah growth hormone
(GH). Penurunan kadar hormon ini berhubungan dengan berkurangnya massa
otot, menurunnya vitalitas dan energi, gangguan mood dan memori serta
meningkatnya massa lemak dan kolesterol (Pangkahila, 2007).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
20/141
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
21/141
3
pada penuaan memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap profil lipid. Secara
umum GH dapat menurunkan kolesterol total dan LDL tetapi data mengenai
pengaruhnya terhadap kadar HDL dan trigliserida belum dapat disimpulkan.
Penelitian pada tikus dengan defisiensi reseptor LDL terjadi penurunan kadar
LDL dan trigliserida setelah pemberian GH (Rudling dan Angelin, 2001). Pfeifer
et al . (1999) menemukan pemberian GH mampu meningkatkan konsentrasi HDL
tetapi tidak menurunkan konsentrasi LDL. Hasil ini konsisten dengan penelitian
pada penderita Growth Hormone Deficiency (GHD) berat. GH meningkatkan
kadar HDL dan menurunkan trigliserida secara signifikan dibandingkan kontrol
(Colao et al ., 2008). Hasil yang bervariasi ini kemungkinan berhubungan dengan
dosis dan jangka waktu pemberian GH yang berbeda-beda pada penelitian-
penelitian tersebut.
Pengaruh GH terhadap kadar lipoprotein dan kolesterol diduga melalui
peningkatan ekskresi kolesterol melalui empedu dengan meningkatkan aktivitas
enzim cholesterol-7 α-hydroxilase (C7αOH). Penurunan kolesterol intrahepatik
akan meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan menurunkan aktivitas enzim 3-
hydroxy-methylglutaryl Coenzyme A (HMG-CoA) reductase yang berakibat pada
penurunan sintesis kolesterol hepar. Selain itu GH juga meningkatkan ambilan
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan LDL oleh hepar dengan
meningkatkan jumlah reseptor LDL serta mempengaruhi ekspresi Apo B 100 dan
sekresi Apo E (Frick et al ., 2001; Lind et al ., 2004; Verhelst dan Abs, 2009).
Pengaruh GH pada keadaan stres oksidatif belum diketahui dengan jelas.
Stres oksidatif merupakan keadaan yang tidak seimbang antara pertahanan dan
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
22/141
4
produksi radikal bebas yang dapat menimbulkan kerusakan molekul-molekul
tubuh. Stres oksidatif berperan sentral dalam patogenesis berbagai penyakit yang
berhubungan dengan penuaan, termasuk penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes
mellitus, penyakit neurodegeneratif dan autoimun (Singh, 2006).
Penelitian yang ada dilakukan dengan melakukan transfeksi gen GH pada
salmon memperlihatkan peningkatan antioksidan gluthation di berbagai jaringan.
Hal tersebut diduga akibat induksi langsung oleh GH (Legatt et al ., 2007).
Penelitian lain pada mencit menemukan Growth Hormone Releasing Protein
(GHRP) mampu menurunkan kadar superoksida aorta dan kadar peroksid pada
kultur otot polos aorta (Titterington et al ., 2009). Penelitian menggunakan mencit
kerdil (defisiensi GH/ Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1)) diketahui aktivitas
enzim antioksidan, seperti Mn-SOD, Cu-Zn SOD, Gluthation peroxidase (GPx)-1
dan endothelial nitric oxide synthase (eNOS) lebih rendah dibandingkan wild type
maupun yang diberi GH.
Memahami pengaruh terapi GH terhadap status metabolisme di atas dapat
memberikan gambaran bahwa GH dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan penuaan terutama penyakit terkait dengan keadaan
dislipidemia dan stres oksidatif, seperti penyakit kardiovaskuler. Manfaat terapi
GH khususnya dalam mencegah penyakit kardiovaskuler masih diragukan.
Banyak data penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Terapi GH pada
penderita defisiensi GH akibat hipopituitari diketahui mampu mengurangi
ketebalan tunika intima dan memperbaiki dilatasi dependen endothelium (Pfeifer
et al ., 1999). Studi prospektif terkontrol menunjukkan pemberian terapi GH pada
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
23/141
5
35 penderita GHD dewasa selama lima tahun mampu menurunkan ketebalan
tunika intima dan menurunkan sindroma resistensi insulin secara signifikan
dibandingkan penderita GHD yang tidak menerima terapi dan kontrol non GHD
(Colao et al ., 2008).
Pada beberapa penelitian lainnya, terapi GH tidak terbukti mampu mencegah
aterosklerosis. Penderita akromegali diketahui memiliki risiko tinggi untuk
terjadinya penyakit kardiovaskuler karena resistensi insulin akibat GH yang
eksesif (Ronchi et al ., 2006). Pemberian GH pada penderita GHD kongenital
hanya mampu memperbaiki profil metabolisme, tetapi malah meningkatkan
ketebalan plak aterosklerosis (Oliviera et al ., 2007).
Sementara signifikansi manfaat terapi GH masih dipertanyakan,
kemungkinan efek samping munculnya kanker belum dapat dieksklusi. Insiden
kanker pada kelompok dengan hipopituitari diketahui 2 kali lebih rendah daripada
kelompok normal (Renehan dan Brennan, 2008). Berdasarkan penelitian
epidemiologis diketahui kejadian kanker kolorektal 2 kali lebih tinggi pada
penderita akromegali dari pada normal (Jenkins et al., 2006). Pada binatang yang
dipapar dengan GH dosis suprafisiologis kejadian tumor ganas meningkat dan
sebaliknya binatang yang mengalami hipofisektomi relatif resisten terhadap
induksi karsinogenik tetapi hal ini tidak terjadi pada pemberian GH dengan dosis
fisiologis (Ogilvy-Stuart dan Gleeson, 2004).
Berdasarkan latar belakang di atas dan masih adanya kontroversi mengenai
manfaat dan efek samping terapi sulih GH maka dibutuhkan penelitian lebih.
Salah satunya adalah dengan memahami jalur kerja growth hormone pada
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
24/141
6
berbagai dosis pemberian. Oleh karena itu pada penelitian ini ingin mengetahui
pengaruh pemberian GH terhadap profil lipid serta stres oksidatif pada tikus
jantan yang dislipidemia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar kolesterol total
tikus jantan yang dislipidemia?
2.
Apakah pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar Low Density
Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia?
3.
Apakah pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar trigliserida
tikus jantan yang dislipidemia?
4.
Apakah pemberian growth hormone dapat meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia?
5. Apakah pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar
malondyaldehide (MDA) pada tikus jantan yang dislipidemia?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1.
Tujuan umum
Secara umum penelitian ini ingin mengetahui pengaruh growth hormone
dalam memperbaiki profil lipid dan stres oksidatif.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
25/141
7
1.3.2.
Tujuan khusus
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, dapat diuraikan sebagai
berikut:
1.
Mengetahui pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar kolesterol
total tikus jantan yang dislipidemia.
2. Mengetahui pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar Low
Density Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia.
3. Mengetahui pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar trigliserida
tikus jantan yang dislipidemia.
4.
Mengetahui pemberian growth hormone dapat meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia.
5.
Mengetahui pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar MDA
plasma tikus jantan yang dislipidemia.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat ilmiah
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah data atau penelitian
mengenai jalur kerja dan peran growth hormone dalam patogenesis penyakit yang
berhubungan dengan penuaan, khususnya akibat kondisi dislipidemia serta
sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
26/141
8
2. Manfaat praktis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
sebagai pertimbangan dalam penggunaan growth hormone sebagai terapi anti
penuaan, khususnya pada kondisi dislipidemia.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
27/141
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penuaan ( Aging)
2.1.1. Penuaan biologis
Penuaan berkaitan dengan ketidakmampuan akibat penurunan kapasitas baik
fisik maupun mental. Penurunan tersebut mengenai berbagai sistem dalam tubuh
seperti penurunan daya ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan
dan tampilan fisik yang berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya. Seiring
dengan penuaan maka muncul pula berbagai penyakit seperti penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes melitus, kanker, osteoarthritis, dan demensia.
Penyakit ini sering kali merupakan penyebab kematian utama di berbagai negara
hingga merupakan fokus perhatian yang sangat tinggi di bidang kedokteran
terutama cara pencegahan dan penanganannya (Goldsmith, 2008).
Usia harapan hidup manusia semakin meningkat berkat kemajuan yang pesat
di bidang kesehatan. Peningkatan usia kronologis (pertambahan umur berdasarkan
tahun kelahiran) tersebut tidak selalu diikuti oleh usia biologis, sehingga masalah-
masalah kesehatan yang berkaitan dengan penuaan juga cenderung meningkat.
Usia biologis yang mencerminkan perfoma fisiologis inilah yang menjadi pusat
perhatian pada Kedokteran Anti Penuaan ( Anti Aging Medicine). Bidang ini
memiliki konsep bahwa penuaan dianggap sebagai suatu penyakit, yang artinya
dapat dicegah, diobati bahkan dikembalikan lagi seperti semula. Konsep ini
mencerminkan adanya suatu paradigma baru yang sangat berkebalikan dengan
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
28/141
10
pandangan umum yang telah ada sebelumnya, yaitu menjadi tua adalah takdir
manusia yang sudah digariskan dan karenanya tidak dapat ditolak (Goldman dan
Klatz, 2003; Pangkahila, 2007).
Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dapat dibagi
menjadi beberapa tahapan, antara lain (Pangkahila, 2007):
1. Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun):
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai
terjadi penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone,
testosteron dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum
terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
2.
Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun):
Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang
tidak muda lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih
mulai tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput,
penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga berkurangnya
gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh
kadar hormon-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.
3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas):
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan
semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme,
endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan
saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
29/141
11
berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat
terganggu.
2.1.2.
Teori penuaan
Proses yang melatarbelakangi terjadinya penuaan sampai saat ini masih
menjadi topik perdebatan, merupakan proses fisiologis atau patologis, proses
terprogram atau peristiwa acak yang dipengaruhi lingkungan eksternal, kegagalan
biologis semata atau kontribusi akumulasi kimiawi patologis. Oleh karena itu
banyak teori mengenai penuaan bermunculan.
A. Teori neuroendokrin
Teori ini menunjukkan keterlibatan hormon dan sistem saraf dalam proses
penuaan. Hormon berfungsi untuk mengatur fungsi-fungsi organ tubuh. Satu
hormon dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu fungsi dan satu fungsi dapat
dikontrol oleh lebih dari satu hormon. Produksi hormon diatur oleh hipotalamus
yang mengontrol kelenjar/sel penghasil hormon lainnya. Sekresi hormon
berkaitan dengan kontrol umpan balik negatif. Hubungan ini melibatkan poros
hipotalamus-hipofise yang mendeteksi perubahan konsentrasi hormon yang di
sekresi oleh beberapa kelenjar endokrin perifer (Djuanda, 2007).
Pada usia muda kadar hormon berada dalam kondisi optimal sehingga
tercapai performa biologis yang prima dan berbagai organ tubuh dapat bekerja
dengan baik. Secara umum dirasakan kemampuan kognitif, motorik, sensorik,
mental, dan seksual berada dalam keadaaan puncak sehingga dirasakan adanya
kualitas hidup yang tinggi (Pangkahila, 2007).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
30/141
12
Produksi hormon mengalami perubahan ketika penuaan terjadi. Hormon
tertentu mengalami penurunan seperti GH, triiodothyronine (T3), testosteron,
estrogen, renin, aldosteron, dehydroepiandrosterone (DHEA) dan
dehydroepiandrosterone sulphate (DHEAS). Peningkatan kadar hormon juga
terjadi pada penuaan seperti follicle stimulating hormone (FSH), leutenizing
hormone (LH), vasopressin, insulin, parathyroid hormone (PTH), dan atrial
natriuretic hormone (ANH) dan leptin. Ketidakseimbangan produksi hormon
tersebut berpengaruh terhadap regulasi fungsi-fungsi tubuh dalam rangka
pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Sehingga timbul berbagai keluhan
yang dianggap sebagai gejala penuaan. Hubungan antara penuaan dan perubahan
hormon terjadi timbal balik, yaitu proses penuaan mempengaruhi produksi
hormon begitu pula sebaliknya penurunan hormon yang menyebabkan timbulnya
keluhan-keluhan penuaan (Djuanda, 2007; Pangkahila, 2007)
B. Teori radikal bebas
Teori lain yang mempercayai bahwa penuaan terjadi karena pengaruh
eksternal dan bukan terprogram adalah teori radikal bebas. Penganut teori ini
percaya bahwa penuaan berhubungan dengan akumulasi radikal bebas yang
meningkat seiring dengan penuaan. Peningkatan radikal bebas menimbulkan
kerusakan terhadap molekul-molekul organik seperti protein, DNA dan lemak.
Kerusakan molekul tubuh lama-kelamaan akan bermanifestasi pada penyakit-
penyakit berkaitan dengan usia tua seperti Alzheimer, aterosklerosis, kanker,
Parkinson dan penurunan fungsi imun (Pangkahila, 2007). Hipotesis yang lebih
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
31/141
13
kuat pada teori ini menyatakan bahwa kerusakan akibat stres oksidatif
menentukan panjangnya usia (Muller dan van Remen, 2006).
Banyak penelitian telah membuktikan peran sentral radikal bebas dalam
patogenesis penyakit-penyakit di atas, tetapi pengaruhnya terhadap panjang usia
belum mendapatkan pijakan yang kuat. Penelitian pada beberapa spesies lalat dan
tikus dengan usia hidup berbeda menunjukkan korelasi positif antara produksi
radikal bebas mitokondria dengan masa hidup. Begitu juga dengan sistem
pertahanan terhadap radikal bebas, penelitian pada Drosophila melanogaster ,
Caenorhabditis elegans, dan mencit menunjukkan peningkatan ekspresi sistem
antioksidan tubuh berhubungan dengan perpanjangan usia pada spesies tersebut
(Sin-Yeon et al ., 2009). Tetapi studi ekstensif mengenai peran antioksidan
menunjukkan korelasi negatif. Ekspresi beberapa enzim-enzim antioksidan yang
diharapkan lebih tinggi pada binatang dengan usia panjang tidak terbukti, begitu
pula dengan pemberian antioksidan tidak mampu meningkatkan usia hidup
(Pangkahila, 2007).
2.2. Growth Hormone
2.2.1. Fisiologi Growth Hormone
Growth hormone adalah hormon polipeptida, terdiri dari 191 asam amino
dengan berat molekul 22 kDa yang disintesis oleh sel somatotrof di pituitari
anterior. Hormon ini disekresikan secara pulsatil dengan rata-rata frekuensi 13
kali per hari. Puncaknya terjadi pada malam hari selama tidur pada fase
gelombang lambat. Sekresi yang kurang menonjol juga terjadi beberapa jam
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
32/141
14
setelah makan. Kadar serum normal harian umumnya kurang dari 10 ng/mL dan
tertinggi pada masa pubertas. Kadar hormon ini rendah pada masa anak-anak dan
menurun pada usia lanjut (Tien et al., 2000; Pangkahila, 2007).
Sekresi GH diatur secara sentral oleh hormon hipotalamus, yaitu growth
hormone releasing hormone (GHRH) dan somatostatin. GHRH berfungsi untuk
merangsang produksi GH sedangkan somatostatin menghambat sekresi GH.
Pelepasan GH juga diregulasi oleh respon neurohormonal. Rangsangan kolinergik
meningkatkan sekresi GH dengan menghambat pelepasan somatostatin,
sedangkan rangsang β-adrenergik memiliki efek yang berlawanan. Respon perifer
juga mempengaruhi sekresi GH. Ini dapat terjadi melalui somatostatin yang juga
diproduksi pada jaringan lain atau hormon ghrelin yang diproduksi di lambung.
Ghrelin dapat memicu sel somatotrof untuk memproduksi GH. Hormon-hormon
lain yang dapat mempengaruhi GH adalah kortisol, thyroid releasing hormone
(TRH), leptin, seks steroid, dan hormon tiroid. Kortisol dan TRH dapat
menghambat sekresi GH sedangkan hormon tiroid dan seks steroid memicu
pelepasan GH. Keadaan-keadaan seperti aktivitas fisik, starvasi, anoreksia, stres
dan jumlah jam tidur dapat menstimulasi sekresi GH. Sedangkan depresi,
hiperglikemia, dan obesitas menurunkan GH basal, tetapi menstimulasi sekresi
GH (Tien et al ., 2000; Fanciulli et al ., 2009; Jørgensen et al ., 2010).
Growth hormone sendiri menghambat pelepasannya melalui mekanisme
umpan balik. Hal ini terjadi melalui beberapa jalur yang diperankan oleh GH
maupun IGF-1. Sel somatotrof dapat dihambat secara langsung melalui
rangsangan produksi IGF-1 lokal maupun melalui hambatan pada GHRH dan
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
33/141
15
stimulasi somatostatin oleh GH. Mekanisme lainnya adalah melalui IGF-1 yang
sebagian besar diproduksi di hati akibat rangsangan GH. IGF-1 tersebut dapat
menghambat sintesis GHRH dan merangsang sintesis somatostatin (Tien et al.,
2000; Gardner dan Shoback, 2007).
Gambar 2.1. Mekanisme Kontrol Sekresi Growth Hormone (Tien et al., 2000)
Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth
hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis
kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak
(Jørgensen et al ., 2010). Ada dua mekanisme GH dalam bekerja, yaitu:
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
34/141
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
35/141
17
500 mikrogram/hr, umur 40 tahun 200 mikrogram/hr, dan hanya 25 mikrogram/hr
saat umur 80 tahun. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan GH pada
penuaan, yang tidak termasuk salah satu kelainan di atas belum jelas diketahui.
Faktor – faktor yang berperan dalam patofisiologi defisiensi GH, antara lain
(Pangkahila, 2007):
1.
Adiposity
Keadaan obesitas dapat menyebabkan penurunan sekresi GH, tidak hanya
pada usia tua namun juga pada usia muda, terutama pada obesitas sedang
dan berat.
2.
Berkurangnya produksi hormon seks steroid.
Penurunan kadar estrogen pada wanita dan testosteron pada pria dapat
mempengaruhi sekresi GH.
3.
Kebugaran fisik yang menurun
Kapasitas aerobik mempunyai hubungan dengan konsentrasi serum GH 24
jam.
4. Tidur terganggu
Sekresi GH dapat dipengaruhi pola tidur yang berubah karena terjadinya
terutama selama tidur dalam gelombang lambat ( slow-wave sleep).
5. Malnutrisi
Status nutrisi yang rendah berpengaruh negatif terhadap sintesis dan daya
kerja IGF-1.
Defisiensi GH menunjukkan gejala yang menyerupai gejala yang identik
dengan keluhan-keluhan umum yang dialami pada penuaan. Pada laki-laki,
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
36/141
18
penuaan dan defisiensi growth hormone sama-sama berhubungan dengan
penurunan protein sintesis, massa bebas lemak, dan mineral tulang serta
peningkatan lemak tubuh. Gejala dan tanda adanya penurunan GH antara lain
(Pangkahila, 2007):
1.
Status kesehatan secara umum dirasakan menurun
2. Gangguan kenyamanan secara psikologis, perasaan tertekan, kecemasan,
emosi tidak stabil
3. Kelelahan
4.
Berkurangnya energi dan vitalitas
5.
Kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin
6.
Berkurangnya massa bebas lemak (lean body mass)
7.
Volume cairan ekstraseluler berkurang
8.
Bertambahnya lemak total dan di daerah perut
9.
Berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas berolahraga
10.
Berkurangnya densitas mineral tulang
11. Penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL)
12.
Peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL)
13. Penurunan aliran darah ginjal
14. Penurunan basal metabolic rate
15.
Penurunan ambang anaerobik
Pada penderita dengan defisiensi GH ditemukan peningkatan risiko mortalitas
akibat penyakit kardiovaskular. Pada tiga penelitian retrospektif diketahui angka
mortalitas pada pasien dengan hipopituitarisme yang dicurigai mengalami
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
37/141
19
defisiensi GH adalah 1.9, 1.35, dan 1.4 kali lebih tinggi daripada normal
(kelompok pembanding) (Colao et al ., 2006). Tetapi insiden kanker pada
kelompok pembanding setengah dari insiden pada subyek penelitian (Walker dan
Reagen, 2009).
Diagnosis defisiensi GH dapat ditetapkan apabila terdapat gejala dan tanda di
atas dengan didukung oleh pemeriksaan kadar GH setelah stimulus (Pangkahila,
2007; Eledrisi, 2008). Pemberian terapi sulih hormon harus dilakukan berdasarkan
pemeriksaan kadar GH yang diukur dengan melakukan dynamic test dan
biomarker GH (Pangkahila, 2007). Tes tersebut dilakukan dengan memberikan
stimulus, baik dengan cara hipoglikemia, pemberian levodopa, arginin, GHRH,
glukagon, dan klonidin. Tes induksi hipoglikemia dengan insulin dianggap yang
terbaik tetapi merupakan kontraindikasi bagi pasien dengan riwayat kejang,
debilitas general, dan penyakit arteri koroner. Food and Drug Administration
(FDA) merekomendasikan kadar GH kurang dari 5 µg/L bila diukur dengan
radioimmunoassay atau kurang dari 2,5 µg/L bila diukur dengan
immunoradiometric assay. Sedangkan, The Growth Hormone Research Society
mengusulkan batas kurang 3 µg/L selama hipoglikemia (Pangkahila, 2007;
Eledrisi, 2008).
Pengukuran IGF-1 dan IGFBP-3 untuk menentukan adanya defisiensi GH
pada orang dewasa tidak reliabel. Serum IGF-1 yang berada di bawah kisaran
normal menunjukkan adanya defisiensi GH bila tidak ada penyebab lain yang
menyebabkan IGF-1 rendah, seperti, malnutrisi, penyakit hepar, diabetes mellitus
tak terkontrol, dan hipotiroid. Begitupula dengan kadar IGFBP-3, kadar yang
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
38/141
20
rendah menunjukkan adanya defisiensi GH (Pangkahila, 2007; Eledrisi, 2008).
2.2.3. Terapi sulih growth hormone pada penuaan
Pada penuaan terapi sulih hormon dengan GH ini masih sering diperdebatkan,
tetapi banyak negara telah menyetujui penggunaannya pada orang dewasa dengan
defisiensi hormon tersebut. FDA telah menyetujui penggunaan growth hormone
pada orang dewasa sebagai terapi untuk defisiensi yang disebabkan oleh penyakit
hipopituari atau hipotalamus serta adanya respon serum GH yang rendah pada tes
stimulasi. Selain itu penggunaan GH untuk mengatasi kaheksia dan wasting pada
penderita Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) juga disetujui oleh FDA.
Terapi ini juga telah dikerjakan untuk penyakit-penyakit katabolik, seperti, pada
keadaan distres pernafasan, luka bakar, penyembuhan setelah operasi,
kardiomiopati kongestif, transplantasi hepar dan gagal ginjal (Pangkahila, 2007).
Kontroversi mengenai penggunaanya disebabkan oleh belum banyaknya data
tersedia mengenai penggunaan GH pada penuaan. Masih banyak yang meragukan
karena belum adanya bukti yang dianggap kuat bahwa GH mampu mencegah
penyakit kardiovaskular maupun bukti yang menunjukkan terapi ini dapat
meningkatkan insiden kanker (Vance, 2008).
Tujuan pengobatan GH pada orang dewasa adalah untuk meningkatkan
tenaga dan keadaan otot, mengembalikan komposisi normal tubuh, dan
meningkatkan kualitas hidup. Secara biokimia, target pengobatan GH adalah
mengembalikan serum IGF-1 pada kadar yang normal atau dalam konteks
penggunaannya pada proses penuaan mengembalikan kadar serum IGF-1 seperti
usia muda. Pengaruh pengobatan GH yang harus dipertimbangkan sebagai
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
39/141
21
parameter perbaikan adalah (Goldman dan Klatz, 2003; Pangkahila, 2007;
Eledrisi, 2008):
1. Meningkatnya massa bebas lemak tubuh
2.
Meningkatnya densitas mineral tulang 4 – 10% di atas baseline setelah
paling sedikit 12 bulan pengobatan
3. Meningkatnya kekuatan otot dengan normalisasi sempurna setelah 3 tahun
pengobatan
4. Berkurangnya serum total kolesterol, LDL dan rasio LDL/HDL
5.
Perasaan nyaman dan kualitas hidup
Pada prakteknya terapi sulih hormon dengan GH ini dilakukan dengan
berbagai variasi dosis maupun pemberian. Rekomendasi FDA menyebutkan dosis
awal untuk terapi GH adalah 3 – 4 µg/kgBB yang diberikan secara subkutan
sekali sehari dengan dosis maksimal 25 µg/kgBB untuk usia hingga 35 tahun dan
12,5 µg/kgBB untuk usia di atas 35 tahun (Eledrisi, 2008). Berdasarkan Growth
Hormone Research Society pengobatan dapat dilakukan dengan memulai dosis
yang rendah, yaitu 0,15 – 0,30 mg/hari (0,45 – 0,90 IU/hari). Dosis dapat
dinaikkan secara bertahap tergantung reaksi secara klinis dan biokimia, tetapi
tidak lebih sering dari interval setiap bulan. Dosis pemeliharaan bervariasi pada
setiap orang dan jarang melebihi 1,0 mg/hari (3,0 IU/hari) (Pangkahila, 2007).
Praktisi lain meyakini penggunaan GH harus mampu menghasilkan efek
menyerupai pola sekresi GH tubuh, yaitu dengan memberikan GH dengan
frekuensi lebih sering dan dosis rendah. GH diberikan dengan dosis 0,3 – 0,7 IU
dua kali sehari, yaitu sebelum tidur dan pagi hari. Dengan pola seperti ini efek
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
40/141
22
samping penggunaan GH bisa diminimalisasi (Goldman dan Klatz, 2003).
Selama terapi ini perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan dilakukan
terhadap gejala dan tanda klinis serta serum IGF-1. Pematauan ini dilakukan
setiap 1 atau 2 bulan untuk menyesuaikan dosis yang diperlukan untuk hasil terapi
maksimal. Penyesuaian dosis umumnya sebesar 100 – 200 µg/hr (Eledrisi, 2008).
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh terapi sulih hormon yang
paling sering adalah edema, athralgia dam mialgia. Efek samping lain, yaitu
carpal tunnel syndrome, ginekomastia, glucose intolerance, infeksi saluran
pernafasan, kaku otot, nyeri ekstremitas, sakit kepala dan migrain. Tetapi insiden
dari efek samping ini sangat rendah, yaitu 1,06 setiap pasien sehingga pengobatan
ini relatif aman. Efek samping ini sangat tergantung kepada dosis, umumnya
ditemukan pada pasien yang menerima GH dalam dosis besar. Efek samping ini
dapat berkurang dengan mengurangi dosis yang diberikan (Pangkahila, 2007;
Walker dan Reagan, 2009).
Kontraindikasi mutlak penggunaan terapi sulih hormon GH adalah adanya
keganasan aktif, benign intracranial hypertension dan retinopati diabetes.
Kehamilan awal bukan kontraindikasi, tetapi pada trimester kedua, terapi GH
harus dihentikan karena GH diproduksi oleh plasenta (Pangkahila, 2007).
2.3. Stres Oksidatif
2.3.1. Radikal bebas
Radikal bebas adalah molekul yang memiliki satu atau lebih atom elektron
yang tak berpasangan pada orbit terluarnya. Kekurangan tersebut akan dipenuhi
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
41/141
23
dengan mengambil elektron dari molekul lain sehingga senyawa ini bersifat
sangat reaktif. Molekul yang terambil elektronnya akan mewarisi sifat reaktifnya,
oleh karena itu dapat timbul reaksi rantai yang tidak terputus, kecuali oleh
penetralisir radikal bebas yang disebut antioksidan (Starkov dan Wallace; 2006).
Jenis radikal bebas yang utama berasal dari senyawa oksigen, sering disebut
radical oxygen species (ROS) dan senyawa nitrogen (radical nitrogen
species/RNS). Termasuk dalam kelompok ROS adalah radikal superoksida (O2-•)
yang terbentuk secara enzimatik oleh Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate (NAD(P)H) oxidase atau xanthine oxidase dan nonenzimatik oleh
senyawa semiquinone pada transpor elektron mitokondria. Radikal ini mengalami
konversi secara enzimatik oleh superoxide dismutase (SOD) menjadi senyawa
non radikal hidrogen peroksida (H2O2) atau secara nonenzimatik menjadi H2O2
dan singlet oxygen (1O2). Senyawa-senyawa ini akan dirubah menjadi radikal
hidroksil (•OH) yang memiliki reaktivitas tinggi dengan adanya ion metal (Fe/Cu)
tereduksi. Sedangkan radikal nitric oxide (•NO) terbentuk melalui oksidasi atom
nitrogen terminal dari L-arginin oleh enzim nitric oxide synthase. Nitric oxide
(NO) dapat diubah menjadi berbagai RNS seperti kation nitrosonium (NO+), anion
nitroksil (NO-) atau peroksinitrit (ONOO
-). Beberapa efek fisiologisnya
diperantarai oleh pembentukan S-nitroso-cysteine atau S-nitroso-glutathione
(Dröge, 2002).
Radikal bebas dapat diproduksi secara alami oleh tubuh sebagai konsekuensi
proses aerobik dan metabolisme (Dröge, 2002). Produksi radikal bebas dapat
meningkat bila terdapat keadaan-keadaaan patologis akibat stres fisik maupun
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
42/141
24
psikologis (Lei et al ., 2007). Paparan radiasi, sinar ultraviolet, bahan toksik,
herbisida/insektisida, xenobiotik (Dröge, 2002) dan kondisi seperti dislipidemia
dan infeksi juga dapat meningkatkan produksi radikal bebas (Rui-Li et al ., 2008).
Sumber radikal bebas yang utama tubuh antara lain transpor elektron mitokondria,
metabolisme asam lemak peroksisom, reaksi sitokrom P-450 dan sel fagosit
(respiratory burst ) (Dröge, 2002).
Pada transpor elektron terjadi reduksi tak sempurna oksigen sehingga
menghasilkan O2-•. Produksi radikal bebas ini terutama terjadi pada kompleks I
dan III. Pada kompleks I radikal bebas berpotensi terbentuk antara flavin dan area
rotenone-sensitive. Kompleks III memproduksi O2-• pada Q0 inner membrane
melalui oksidasi Coenzyme Q (CoQ) quinol. Pada mitokondria O2-• akan
dieliminasi oleh enzim MnSOD menjadi H2O2. Selanjutnya H2O2 akan dinetralisir
oleh sistem antioksidan lain, yaitu katalase dan GPx. Pada mitokondria substrat
lain yang mampu membersihkan radikal ini adalah sitokrom c yang menetralisir
O2-• menjadi air (Starkov dan Wallace, 2006).
Pada peroksisom akan terbentuk radikal H2O2 sebagai produk antara β-
oksidasi asam lemak. Radikal ini akan dinetralisir oleh katalase yang banyak
terdapat pada peroksisom sehingga pada keadaan biasa kemungkinan tidak terjadi
kebocoran. Produksi radikal peroksisom dapat menyebabkan stres oksidatif,
terutama pada keadaan proliferasi aktif (Dröge, 2002).
Sitokrom P-450 dapat memediasi produksi radikal bebas dengan cara
mengkatalisis reaksi oksidasi atau reduksi substrat xenobiotik. Proses
detoksifikasi oleh P-450 tersebut akan menghasilkan radikal superoksida secara
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
43/141
25
langsung mengubah O2 menjadi O2-• ataupun transfer elektron oleh substrat dari
sitokrom ke molekul oksigen. Reaksi ini dengan sendirinya akan berlangsung
terus-menerus dan merupakan konsekuensi atas proses detoksifikasi toksin dalam
tubuh (Dröge, 2002).
Sumber radikal bebas lain adalah sel-sel imun. Sel fagosit menggunakan
radikal bebas, seperti: O2-•, H2O2, NO•, dan hipoklorit, untuk membunuh patogen.
Oleh karena itu proses yang melibatkan respon imun ini, seperti inflamasi kronis,
merupakan sumber potensial radikal bebas (Dröge, 2002).
Produksi radikal bebas yang meningkat dan melebihi kemampuan sistem
antioksidan endogen untuk mempertahankan homeostasis redoks, maka terjadi
keadaan yang disebut dengan stres oksidatif. Oleh karena itu diperlukan kadar
antioksidan yang cukup untuk mencegah kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh
radikal bebas. Antioksidan sebagai peredam radikal bebas dapat berupa enzim
seperti SOD, katalase dan GPx yang disebut juga sebagai antioksidan pencegah.
Antioksidan lainnya bekerja secara non enzimatik atau pemutus rantai terdiri dari
askorbat, urat, glutathione, tokoferol, flavonoid, karotenoid, ubiquinol dan pigmen
atau zat warna alam dalam tumbuh-tumbuhan (Tilak dan Devasagayam, 2006).
Keadaan stres oksidatif dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh. Radikal
bebas yang meningkat dapat mengganggu proses fisiologis normal. Ini terjadi
karena senyawa radikal bereaksi dengan makromolekul intraseluler maupun
ekstraseluler seperti protein, lipid dan asam nukleat. Perubahan struktur kimia
makromolekul akan menyebabkan gangguan fungsi biologis molekul-molekul
tersebut (Dröge, 2002).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
44/141
26
2.3.2. Peroksidasi lipid
Lipid merupakan salah satu target utama dari radikal bebas. Peroksidasi lipid
adalah degradasi oksidatif asam lemak yang merupakan proses autokatalitik
kompleks. Proses ini berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu inisiasi, propagasi
dan terminasi (Winarsi, 2007). Inisiasi peroksidasi lipid dapat dipicu oleh
senyawa kimia yang mampu mengekstraksi atom hidrogen. Radikal bebas reaktif
seperti radikal •OH dan singlet oxygen dapat memulai peroksidasi lipid. Inisiasi
menyebabkan ekstraksi molekul hidrogen dari grup metilen lipid menghasilkan
radikal lipid (L•). Radikal lipid bereaksi dengan O2 dan selanjutnya membentuk
radikal lipid peroksil (LOO•) yang bertindak sebagai inisiator selanjutnya. Radikal
ini dapat bereaksi dengan asam lemak lainnya sehingga memicu reaksi rantai.
Hidrogen peroksida lipid yang terbentuk (LOOH) merupakan senyawa yang tidak
stabil. Adanya logam katalisator seperti Fe dapat melanjutkan reaksi propagasi
membentuk radikal lain yang lebih aktif. Reaksi propagasi dapat terhenti oleh
keberadaan antioksidan pemutus rantai (Hasanah, 2008; Winarsi, 2007).
L-H + •OH H2O + L•
L• + O2 LOO•
LOO• + L-H L• + LOOH
Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai produk akhir yang bersifat radikal
dan juga merusak makromolekul lain disekitarnya. Produk tersebut antara lain
lipid hidroperoksida, 4-hydroxy-2-alkenal (4-hydroxy-noneal /HNE, acrolein dan
crotonaldehyde) dan dicarbonyls (MDA dan glyoxal ) (Evans dan Cooke, 2006).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
45/141
27
Umumnya produk peroksidasi lipid ini diukur melalui kadar MDA dan etana
(Winarsi, 2007).
2.3.3. Dislipidemia sebagai penyebab stres oksidatif
Dislipidemia adalah suatu keadaan yang meliputi kenaikan kadar kolesterol
total, LDL, trigliserida, dan atau penurunan kadar HDL. Pada tikus kadar normal
kolesterol total tikus adalah 10 – 54 mg/dL (Kusumawati, 2004). Kadar normal
LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL dan kadar normal HDL tikus adalah 77 – 84
mg/dL (Wahyuni, unpublished data), sedangkan kadar normal trigliserida tikus
adalah 26 – 145 mg/dL (Nichols, 2003). Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi
kenaikan berat badan > 20% atau kadar kolesterol total serum > 200 mg/dL
(Hardini et al ., 2007).
Stres oksidatif dapat terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara
prooksidan/radikal bebas dan antioksidan. Pada dislipidemia terjadi peningkatan
produksi O2-• oleh sel endotel. Peningkatan kadar O2
-• juga akan menyebabkan
degradasi NO serta produksi radikal bebas lainnya (Hua dan Harrison, 2000).
Adanya radikal bebas dan ketersediaan substrat dapat menyebabkan terbentuknya
peroksidasi lipid melalui reaksi rantai (Winarsi, 2007). Peningkatan radikal bebas
pada dislipidemia berhubungan dengan peningkatan oksidasi LDL, glikasi protein,
dan autooksidasi glukosa. Hal ini juga akan menimbulkan penumpukan produk
peroksidasi lipid lebih lanjut (Lankin et al., 2005; Nanda et al., 2008; Rui-Li et
al., 2008). Produk peroksidasi lipid membentuk ikatan intermolekuler dengan
grup amino terminal apolipoprotein LDL sehingga terbentuk LDL teroksidasi
(Lankin et al ., 2005). Produk reaksi oksidatif yang dikatalisis logam
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
46/141
28
menghasilkan ROS yang dapat menimbulkan autooksidasi glukosa maupun gula
lainnya (Agrawal et al ., 2010). Pada keadaan hiperkolesterol produk peroksidasi
lipid, terutama MDA, diketahui berfungsi sebagai penghubung (Schiff linkage)
antara protein dan glukosa yang memfasilitasi terjadinya glikasi protein (Nanda et
al ., 2008).
Kadar produk peroksidasi lipid (MDA) pada dislipidemia meningkat hingga
1,33 dan 2,48 kali pada subyek dengan dislipidemia dibandingkan kontrol (Rui-Li
et al ., 2008). Peningkatan stres oksidatif juga semakin tajam seiring dengan
semakin tingginya derajat dislipidemia (Csont et al., 2007; Rui-Li et al ., 2008).
Konsentrasi superoksida dan peroksinitrit juga ditemukan meningkat pada
miokardium dan endotel tikus yang mengalami dislipidemia (Onody et al ., 2003;
Csont et al., 2007). Selain menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas
dislipidemia juga berhubungan dengan menurunnya sistem antioksidan tubuh.
Kadar enzim SOD dan GPx lebih rendah aktivitasnya pada subyek
hiperkolestrolemia dibanding kontrol (Rui-Li et al ., 2008).
Mekanisme terjadinya stres oksidatif pada dislipidemia masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Lemak merupakan salah satu target dari oksidan/radikal
bebas yang terbentuk alami dalam tubuh. Peningkatan produksi O2-• oleh sel
endotel terjadi karena peningkatan aktivitas xanthine oxidase dan (NAD(P)H)
oxidase (Hua dan Harrison, 2000; Griendling dan FitzGerald, 2003). Keadaan
stres oksidatif pada dislipidemia mungkin juga difasilitasi oleh Angiotensin II
(Ang II), karena LDL diketahui mampu meningkatkan ekspresi reseptor Ang II
sehingga memfasilitasi efeknya (Griendling dan FitzGerald, 2003). Angiotensin II
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
47/141
29
diketahui mampu meningkatkan kalsium sitosol yang menganggu stabilitas
membran mitokondria (Anversa, 2005). Oksidasi kolesterol LDL juga akan
memicu aktivasi Akt melalui jalur (PI-3K). Aktivasi Akt menyebabkan terjadinya
fosforilasi (inaktivasi) faktor transkripsi Foxo3a. Inaktivasi Foxo3a ini akhirnya
menimbulkan penurunan ekspresi target gennya, yaitu gen yang mengkode
MnSOD dan katalase. Penurunan ekspresi enzim-enzim antioksidan inilah yang
dapat mengacaukan keseimbangan radikal bebas dalam tubuh (Erusalimsky dan
Kurz, 2006).
2.4. Pengaruh Growth Hormone terhadap Metabolisme Lemak
GH merupakan hormon yang penting dalam metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak. Pada beberapa kasus efek langsung GH terlihat jelas, tetapi
lebih banyak terlihat efek langsung dan tak langsung terjadi secara bersamaan
(Jørgensen et al., 2010). Efek GH terhadap substrat metabolisme pada dasarnya
ditujukan untuk konservasi protein tubuh. Pada keadaan kelebihan energi, GH
akan meningkatkan retensi nitrogen, sedangkan pada kelaparan GH memobilisasi
energi dari lemak (Møller dan Jørgensen, 2009).
Perubahan utilisasi dari karbohidrat menjadi lemak oleh GH menjadi energi
dilakukan dengan merangsang pemecahan trigliserida dan proses oksidasi lemak
dari jaringan. Oleh karena itu GH mencegah penimbunan lemak di jaringan
sehingga turut mempengaruhi komposisi lemak tubuh disamping efek
pertumbuhannya pada otot (Gardner dan Shoback, 2007; Møller dan Jørgensen,
2009).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
48/141
30
Asam lemak bebas, gliserol dan keton meningkat setelah sekresi pulsatil atau
pemberian GH yang bertahan hingga 2-8 jam setelahnya. Hal ini menunjukkan
adanya lipolisis yang diinduksi oleh GH. Mekanisme GH dalam meningkatkan
lipolisis belum sepenuhnya dimengerti, tapi ada beberapa teori yang menerangkan
hal ini. Pada jaringan lemak salah satunya diketahui melalui mediasi hormone-
sensitive lipase (HSL). Pada sel lemak manusia GH juga diketahui menghambat
aktivitas lipoprotein lipase (LPL) sehingga menghambat deposisi lipid pada sel
lemak. Pada otot diduga terjadi pemecahan trigliserida, tetapi bukti lain
menunjukkan terjadi deposisi lemak sebagai respon terhadap GH (Møller dan
Jørgensen, 2009). Sedangkan, penelitian pada tikus transgenik (kadar GH
berlebih) terjadi peningkatan aktivitas LPL pada jantung, otot dan jaringan lemak
putih (Frick et al ., 2001).
Gambar 2.2. Pengaruh Growth Hormone terhadap metabolisme lipid
pada sel lemak dan otot. +: aktivasi oleh GH, – : inhibisi oleh GH.
(Møller dan Jørgensen, 2009).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
49/141
31
Kadar kolesterol tubuh juga dipengaruhi oleh GH. Pada tikus normal
diketahui pemberian GH 1 mg/kg/hari selama 6 hari menurunkan kadar LDL dan
HDL (Parini et al ., 1999) begitu pula pada mencit dengan defisiensi reseptor LDL
(Rudling dan Angelin; 2001). Sedangkan pada tikus dengan defisiensi GH terjadi
peningkatan kadar HDL, apolipoprotein (Apo) E dan ApoB serta penurunan LDL
setelah terapi GH selama 6 hari dengan dosis yang lebih tinggi (Frick et al.,
2002). Sebaliknya kadar GH yang meningkat dalam waktu lama menurunkan
kadar trigliserida, asam lemak bebas dan VLDL tetapi menaikkan kadar LDL dan
HDL (Frick et al., 2001).
Penelitian pada manusia menunjukkan hasil sesuai dengan penelitian di atas.
The KIMS study (The Pharmacia International Metabolic Surveillance Study),
penelitian kohort tanpa kontrol, pada 2589 penderita defisiensi GH menunjukkan
bahwa terapi sulih GH pada orang dewasa menurunkan kolesterol total, LDL dan
HDL (Abs et al ., 2006; Verhelst dan Abs, 2009). Penelitian randomized, double-
blind dan placebo controled dengan waktu yang lebih singkat dan sampel yang
lebih sedikit menunjukkan hasil yang konsisten hanya terhadap kolesterol total
dan LDL (Pfeifer et al ., 1999; Maison et al ., 2004; Oliviera et al ., 2007).
Perbedaan efek pemberian GH terhadap kolesterol HDL pada binatang juga
diobservasi pada penelitian manusia. Beberapa penelitian baik jangka pendek
maupun panjang menemukan pemberian GH meningkatkan kadar HDL (Pfeifer et
al ., 1999; Colao et al ., 2005; van der Klaauw et al ., 2007) sedangkan lainnya
menunjukkan efek yang tidak signifikan (Lind et al ., 2004; Maison et al ., 2004;
Abs et al ., 2006) atau bahkan menurun (Oliviera et al ., 2007; Verhelst dan Abs,
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
50/141
32
2009). Oliviera et al. (2007) menemukan kolesterol HDL meningkat pada
pemakaian GH jangka pendek, tetapi setelah 12 bulan kadar HDL lebih rendah
daripada awal penelitian. Tampaknya selain dipengaruhi oleh dosis dan umur,
efek GH terhadap kolesterol juga dipengaruhi oleh jangka waktu pemberian
(Parini et al ., 1999; Frick et al ., 2002).
Sama dengan efeknya terhadap HDL, GH juga memiliki pengaruh yang
berbeda-beda terhadap trigliserida. Penelitian oleh Rudling dan Angelin (2001)
dan Frick et al . (2001) menemukan terjadi penurunan trigliserida setelah
pemberian GH pada tikus defisiensi reseptor LDL dan tikus hipopituitari.
Penelitian KIMS menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sementara penelitian
lainnya menemukan peningkatan trigliserida (Frick et al., 2002; Verhelst dan
Abs., 2009).
Mekanisme GH dalam mempengaruhi metabolisme kolesterol belum
sepenuhnya diketahui. Penelitian pada tikus dan mencit mengindikasikan
modulasi kolesterol terjadi melalui jumlah reseptor LDL dan ekskresi kolesterol
melalui empedu. Pada defisiensi GH diketahui terjadi penurunan enzim C7αOH
sehingga terjadi penumpukan kolesterol intrahepatik. Hal tersebut meyebabkan
penurunan jumlah reseptor LDL dan meningkatnya aktivitas enzim HMG-CoA
reductase. Sebagai hasil akhir sintesis kolesterol hepar akan meningkat (Verhelst
dan Abs, 2009). GH diketahui meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan aktivitas
enzim C7αOH reduktase di hepar, tetapi observasi pada manusia tidak
mendukung modulasi GH terhadap aktivitas enzim C7αOH reduktase tersebut
(Parini et al ., 1999; Lind et al ., 2004).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
51/141
33
Selain itu GH juga mempengaruhi modifikasi mRNA ApoB100 dan
meningkatkan sekresi ApoE hepar serta VLDL. Komposisi VLDL dan LDL yang
berubah dapat memacu pemecahan LDL dan VLDL oleh hepar melalui reseptor
LDL. Mekanisme tersebut memungkinkan GH menurunkan jumlah kolesterol
walaupun sekresi VLDL meningkat (Frick et al ., 2002; Lind et al ., 2004; Verhelst
dan Abs, 2009).
Penurunan kadar VLDL berhubungan dengan meningkatnya kadar HDL
(Wang dan Eckel, 2009). Pada pemberian GH, hal ini disebabkan oleh
peningkatan aktivitas LPL (Frick et al ., 2001). LPL sangat penting dalam
metabolisme HDL. LPL adalah faktor penentu kadar HDL. Lipolisis kilomikron
dan VLDL oleh LPL meyediakan partikel sisa sebagai prekursor untuk
pembentukan HDL bersama-sama dengan Apo A-I yang disekresikan hepar
dengan bantuan ATP-binding cassette protein-A1 (ABC-A1), protein transfer
lipid, serta Lecithin cholesterol acyl transferase (LCAT) (Haemmerle et al ., 2002;
Wang dan Eckel, 2009). Selain itu adanya peningkatan sekresi ApoE dan ekspresi
reseptor LDL oleh pemberian GH memungkinkan efisiensi ambilan partikel sisa
oleh reseptor LDL hepar (Frick et al ., 2002; Lind et al ., 2004; Verhelst dan Abs,
2009).
2.5.
Pengaruh Growth Hormone terhadap Stres Oksidatif
Pemberian GH mempunyai efek yang positif terhadap antioksidan tubuh.
Transfeksi gen GH pada salmon memperlihatkan peningkatan antioksidan
gluthatione di berbagai jaringan dan diduga peningkatan tersebut diakibatkan
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
52/141
34
induksi langsung oleh GH (Legatt et al ., 2007). Penelitian menggunakan mencit
kerdil (defisiensi GH/IGF 1) diketahui aktivitas enzim antioksidan, seperti Mn-
SOD, Cu-Zn SOD, GPx-1 dan eNOS lebih rendah dibandingkan wild type
maupun yang diberi GH (Csiszar et al ., 2008). Kireev et al ., 2006, juga
menemukan GH mampu meningkatkan GPx dan Glutathione S-transferase hati
pada tikus jantan tua hingga ke kadar yang sama dengan tikus muda. Pada tikus
betina hal ini hanya diobservasi pada tikus yang diovarektomi (Kireev et al.,
2007). Penelitian pada model tikus gagal jantung menunjukkan hal yang sama,
injeksi GH mampu meningkatkan kadar antioksidan total, GPx, dan SOD (Seiva,
et al ., 2008).
Pada penelitian lain diketahui bahwa GH juga mampu menurunkan radikal
bebas. GHRP mampu menurunkan kadar superoksida aorta dan kadar peroksida
pada kultur otot polos aorta mencit (Titterington et al ., 2009). Pada kultur sel
endotel aorta wild type yang disuplementasi GH terjadi penurunan produksi
radikal superoksida dan hidrogen peroksida dibandingkan endotel mencit kerdil
(Csiszar et al ., 2008). Penelitian pada 8 pasien defisiensi GH menunjukkan kadar
radikal bebas dapat diturunkan dengan terapi GH selama 3 bulan (Evans et al .,
2000).
Pemberian GH diketahui mempengaruhi metabolisme metionin – gluthatione.
Pemberian GH pada mencit kerdil ditemukan dapat meningkatkan enzim gamma-
glutamyl-cysteine synthetase ginjal mencit usia 3 and 12 bulan (Brown-Borg et
al ., 2005). Gamma-glutamyl-cysteine synthetase merupakan enzim dalam
metabolisme glutathione yang mengubah sistein menjadi L-glutamilsistein, yang
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
53/141
35
akan diubah menjadi glutathione (Uthus dan Brown-Borg, 2006). Selain itu,
aktivitas enzim untuk degradasi glutathione, gamma-glutamyl transpeptidase,
menurun pada pemberian GH (Brown-Borg et al ., 2005).
Penelitian pada otot jantung menunjukkan IGF-1 juga menyebabkan
hambatan ekspresi protein p53. Melalui berbagai jalur p53 dapat meningkatkan
produksi ROS dan menyebabkan stres oksidatif. Protein p53 dapat memicu
pembentukan Ang II sehingga terjadi peningkatan kalsium sitosol yang
menyebabkan penurunan permeabilitas membran mitokondria dan peningkatan
ROS. Selain itu protein p53 juga diperlukan oleh protein p66shc
untuk
menghambat fosforilasi Foxo yang menyebabkan penurunan ekspresi enzim SOD
dan katalase. Protein p66shc juga berikatan dengan heat shock protein 70 (Hsp 70),
pada membran internal mitokondria. Pelepasan ikatan ini akibat stres oksidatif
dapat menyebabkan penurunan permeabilitas transmembran mitokondria dan
pembentukan ROS lebih lanjut (Anversa, 2005). Data mengenai pengaruh
pemberian GH pada jalur ini belum banyak diketahui. Pada penelitian invitro
diketahui pemberian GH menurunkan ekspresi p53 pada neuron (Silva et al .,
2003).
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
54/141
36
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Berpikir
Penuaan berkaitan erat dengan penyakit jantung, stroke, diabetes,
neurodegeneratif dan kanker yang sering menjadi penyebab kematian utama.
Salah satu tanda penuaan adalah menurunnya kadar hormon dalam tubuh,
yaitu growth hormone yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan
distribusi lemak tubuh. Penurunan kadar hormon ini diduga bertanggung
jawab terhadap peningkatan insiden penyakit yang berhubungan dengan
penuaan, khususnya penyakit kardiovaskuler.
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko timbulnya beberapa
penyakit yang berhubungan dengan penuaan. Dislipidemia menyebabkan
peningkatan oksidasi LDL, glikasi protein, dan autooksidasi glukosa. Hal ini
menimbulkan penimbunan produk peroksidasi lipid yang berlebihan sehingga
terjadi keadaan stres oksidatif. Selain itu keadaan dislipidemia juga
menyebabkan terjadinya penurunan antioksidan seperti MnSOD dan katalase
melalui inaktivasi Foxo melalui jalur PI3K-Akt.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, growth hormone mampu
mempengaruhi ekspresi Apo B 100, sekresi Apo E dan reseptor LDL. Hal
tersebut meningkatkan efisiensi pengambilan VLDL dan LDL oleh hati,
sehingga mampu memperbaiki profil lipid darah. Selain itu GH dapat
meningkatkan ekskresi kolesterol melalui aktivitas enzim C7αOH. Hal ini
menyebabkan penurunan kolesterol intrahepatik yang akan memicu
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
55/141
37
peningkatan ekspresi reseptor LDL dan menurunnya aktivitas enzim HMG-
CoA reductase sehingga terjadi penurunan sintesis kolesterol hepar. Aktivitas
LPL yang meningkat pada pemberian GH menyebabkan lipolisis trigliserida,
disamping juga berhubungan dengan peningkatan HDL. Partikel sisa yang
tersedia akibat lipolisis oleh LPL disertai dengan peningkatan sekresi ApoE,
dan reseptor LDLdapat meningkatkan kadar HDL.
Growth hormone juga terbukti meningkatkan ekspresi antioksidan
gluthation peroksidase dan gluthation s-tranferase. Selain itu melalui IGF-1,
GH mampu menurunkan ekspresi p53 yang dapat menghambat terjadinya
stres oksidatif. Protein p53 bekerja melalui 2 jalur, yaitu memicu
pembentukan Ang II dan mengikat p66shc. Ang II dapat menimbulkan
kebocoran membran mitokondria dan meningkatkan ROS. Protein p66
shc
adalah protein yang dapat menghambat transkripsi enzim antioksidan seperti
MnSOD dan katalase melalui inaktivasi Foxo bila berikatan dengan p53 dan
menjaga integritas membran mitokondria dengan membentuk ikatan dengan
Hsp70.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
56/141
38
3.2.
Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat disusun konsep
penelitian dalam kerangka berikut ini:
: menghambat
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.3.
Hipotesis Penelitian
Dari kerangka konsep dan landasan teori yang ada dapat disusun suatu
hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Growth hormone dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus jantan
yang dislipidemia.
2. Growth hormone dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein tikus
jantan yang dislipidemia.
FAKTOR
INTERNAL
Umur
Jenis kelamin
Status Hormonal
Aktivitas fisik
GROWTH HORMONE
TIKUS
Dislipidemia
Stres oksidatif
Kolesterol Total ↓
Trigliserida ↓
LDL ↓
HDL ↑
MDA↓
FAKTOR
EKSTERNAL
Polusi
Lingkungan
RadiasiStres Psikologis
Diet tinggi kolesterol
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
57/141
39
3. Growth hormone dapat menurunkan kadar trigliserida tikus jantan yang
dislipidemia.
4. Growth hormone dapat meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
tikus jantan yang dislipidemia.
5.
Growth hormone dapat menurunkan kadar MDA plasma tikus jantan
yang dislipidemia.
8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf
58/141
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pola Randomized Pre and Post
Test Control Group Design (Petrie dan Sabin, 2003).
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
P0: aquadest
O1 O2
P1: GH 0,02 IU/hr O3 O4
P S R P2: GH 0,04 IU/hr
O5 O6P3: GH 0,08 IU/hr
O7 O8
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
P : Populasi
S : Sampel
R : Randomisasi
P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol tikus dislipidemia dengan injeksi aquadest
subkutan selama 14 hari
P1 : Perlakuan pada kelompok tikus dislipidemia dengan injeksi GH subkutan
dengan dosis 0,02 IU/hr selama 14 hari
P2 : Perlakuan pada kelompok tikus dislipidemia dengan injeksi GH subkutan
dengan dosis 0,04 IU/hr selama 14 hari
8/20/2019