unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    1/141

     

    TESIS

    PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI

    PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA

    ( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG

    DISLIPIDEMIA

    I G. A. DEWI RATNAYANTI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011 

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    2/141

     

    TESIS

    PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI

    PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA

    ( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG

    DISLIPIDEMIA

    I G. A. DEWI RATNAYANTI

    NIM 0890761007

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIKPROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    3/141

    PEMBERIAN GROWTH HORMONE MEMPERBAIKI

    PROFIL LIPID DAN MENURUNKAN KADAR MDA

    ( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS JANTAN YANG

    DISLIPIDEMIA 

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

     pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik,Program Pascasarjana Universitas Udayana

    I G. A. DEWI RATNAYANTI

    NIM 0890761007

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIKPROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    4/141

    ii 

    Lembar Pengesahan

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL 20 JULI 2011

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

    Sp.And, FAACS

     NIP. 194612131971071001 NIP. 194606191976021001

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana, Universitas Udayana,

    Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.SSp.And, FAACS

     NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    5/141

    iii 

    Tesis ini Telah Diuji pada

    Tanggal 20 Juli 2011

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana

    Universitas Udayana

     No.:……………………………………, Tanggal……………………………

    Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS

    Anggota :1.  Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

    2.  Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And

    3.  Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH., PFK. Sp.Erg.4.

     

    Prof. dr. I Nyoman Agus Bagiada,Sp.Biok.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    6/141

    iv 

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan

     Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa, karena hanya atas asung wara

    nugraha-Nya/kurnia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS,

     pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan,

    semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program magister,

    khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya pula

     penulis sampaikan kepada Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, Pembimbing

    Akademik sekaligus Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

    telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga selama masa studi

    maupun saat penelitian.

    Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof.

    Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD, KHOM, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

    kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di

    Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur

    Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. Anak

    Agung Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

    menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas

    Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. dr. I Ketut

    Swastika, Sp.PD(KEMD), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    7/141

    yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Magister.

    Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. I Gusti

     Ngurah Mayun, PHK, Kepala Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

    Udayana. Ungkapan terimakasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis,

    yaitu Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And,  Prof. Dr. dr. I Nyoman

    Adiputra, MOH., PFK., Sp.Erg., dan Prof. dr. I Nyoman Agus Bagiada, Sp.Biok,

    yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini

    dapat terwujud seperti ini.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

    disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis,

    mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terimakasih

    kepada Ayah dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan

    dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga terciptanya lahan yang

     baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih

    kepada suami tercinta, Dodi, serta anak, Dean, tersayang, yang dengan penuh

     pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih

     berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih

    kepada ibu mertua dan mendiang bapak mertua atas dukungan dan pengertiannya

    selama penulis mengikuti pendidikan ini. Ucapan terimakasih juga penulis tujukan

    kepada rekan-rekan sejawat di Bagian Histologi serta rekan-rekan di Program

    Magister, Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan  Anti Aging Medicine  atas

     bantuan dan dukungan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    8/141

    vi 

    Semoga  Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa selalu

    melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan

    dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    9/141

    vii 

    ABSTRAK

    PEMBERIAN GROWTH HORMONE

     MEMPERBAIKI PROFIL LIPID DANMENURUNKAN KADAR MDA ( MALONDYALDEHIDE) PADA TIKUS

    JANTAN YANG DISLIPIDEMIA

    Manfaat terapi sulih  growth hormone (GH) untuk mencegah penyakit yang

     berhubungan dengan penuaan, khususnya penyakit kardiovaskular, masih

    dipertanyakan karena kurangnya penelitian. Pada penelitian ini ingin diketahui peranterapi sulih GH pada patogenesis penyakit kardiovaskular. Pengaruh terapi ini

    terhadap profil lipid dan stres oksidatif diukur pada tikus dislipidemia, salah satu

    faktor risiko penyakit kardiovaskular.Penelitian eksperimental, randomized pre and post control group design, 

    dilakukan dengan menggunakan 20 ekor tikus jantan yang menua, usia 11 – 12 bulan.Semua subyek diberikan diet tinggi kolesterol selama 3 minggu untuk mencapai

    keadaan dislipidemia dan diet tetap diberikan hingga akhir penelitian. Subyek dibagisecara random menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan aquadest (P0),

    GH 0,02 IU/hr (P1), GH 0,04 IU/hr (P2), dan GH 0,08 IU/hr (P3). Aquadest dan GH

    kemudian diinjeksikan secara subkutan satu kali sehari selama 2 minggu. Profil lipiddiukur pada hari ke-22 dan ke-37 dengan tes colorimetric enzymatic CHOP-PAP dan 

    GOP-PAP . Kadar MDA diukur pada hari ke-22 dan ke-37 dengan metode

    Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration.Terapi sulih GH menurunkan kadar kolesterol total plasma secara bermakna

    sebesar 25,2% pada P1, 37,21% pada P2, dan 50,26% pada P3 (p < 0,05). Kadar LDL

     plasma dapat diturunkan secara bermakna hingga 40,71%, 64,5%, dan 90,68%masing-masing pada P1, P2, dan P3 (p < 0,05). Terapi sulih GH juga mampu

    menurunkan kadar trigliserida plasma secara bermakna pada P1 sebanyak 11,78%, P2sebanyak 23,46%, dan P3 sebanyak 35,15% (p < 0,05). Pengaruh GH terhadap kadar

    HDL plasma hanya menunjukkan peningkatan yang bermakna pada P2 sebesar

    15,80% dan P3 sebesar 28,06% (p < 0,05). Ditemukan adanya perbedaan kadar profil

    lipid  post test   serta selisih  post test dan  pre test yang bermakna antar semuakelompok (p < 0,05). Stres oksidatif yang diukur dari kadar MDA plasma turun

    secara bermakna setelah terapi GH. Kadar MDA plasma menurun pada P1, P2, dan

    P3 masing-masing sebanyak 30,33%, 42,47%, dan 53,55% (p < 0,05). Ditemukanadanya perbedaan kadar MDA  post test serta selisih  post test dan  pre test yang

     bermakna antar semua kelompok (p < 0,05).Penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi sulih GH memperbaiki  profil lipid dan

    menurunkan kadar MDA plasma tikus jantan dislipidemia. Penelitian lebih lanjut

    dibutuhkan untuk memahami pengaruh terapi GH dalam jangka panjang serta

    mekanismenya.

    Kata kunci: growth hormone, profil lipid, MDA, dislipidemia.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    10/141

    viii 

    ABSTRACT

    GROWTH HORMONE ADMINISTRATION IMPROVES LIPID PROFILEAND REDUCES MDA ( MALONDYALDEHIDE) LEVEL IN MALE RAT

    WITH DYSLIPIDEMIA

    The benefit of growth hormone (GH) replacement therapy to prevent age

    associated disease, especially cardiovascular disease, is still in question due to thelack of study. In this study the role of GH replacement therapy in the pathogenesis of

    cardiovascular disease is observed. The effects of the treatment on lipid profile and

    oxidative stress are examined in dyslipidemic rat, a risk factor of cardiovasculardisease.

    A randomized pre and post control group experimental study was done using 20

    male aging rats, age 11 – 12 month-old. All subjects were given high cholesterol dietfor 3 weeks to achieve dyslipidemic state and the diet was continued until the end of

    study. The subjects were randomly divided into 4 groups, aquadest (P0), GH 0,02

    IU/day (P1), GH 0,04 IU/day (P2), and GH 0,08 IU/day (P3) treated group. Aquadestand GH were then injected subcutaneously once daily for 2 weeks. Lipid profile was

    measured on day 22nd

      for pre test and 37th

      for post test by colorimetric enzymatic

    CHOP and GOP – PAP test. MDA level was measured on day 22nd

     for pre test and

    37th

     for post test by Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration method.Growth hormone replacement therapy significantly reduced plasma total

    cholesterol level of P1 by 25,2 %, P2 by 37,21%, and P3 by 50,26% (p < 0,05).

    Plasma LDL level could be reduced by GH therapy by 40,71%, 64,5%, and 90,68%

    in P1, P2, and P3 respectively (p < 0,05). Growth hormone replacement therapy alsosignificantly reduced plasma trigliseride level of P1 by 11,78%, P2 by 23,46%, and

    P3 by 35,15% (p < 0,05). The effect of GH to plasma HDL level only showedsignificant increase in P2 by 15,80% and P3 by 28,06% (p < 0,05). There were

    significant difference of post test and also in the difference of post test and pre test

    lipid profile level between all groups (p < 0,05). Oxidative stress measured by MDA

    level decreased significantly following the GH replacement therapy. MDA leveldecreased in P1, P2, and P3 by 30,33%, 42,47%, and 53,55% respectively (p < 0,05).

    There were significant difference of post test and also in the difference of post test

    and pre test MDA level between all groups (p < 0,05).This study concluded that growth hormone replacement therapy improved lipid

     profile and reduced plasma MDA level in dyslipidemic rat. Further research isneeded to understand the effect of long term GH therapy and its mechanism.

    Keywords: growth hormone, lipid profile, MDA, dyslipidemia. 

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    11/141

    ix 

    DAFTAR ISI

    Prasyarat Gelar Magister ....................................................................................... i

    Persetujuan Pembimbing ....................................................................................... ii

    Penetapan Panitia Penguji ..................................................................................... iiiUcapan Terima Kasih ............................................................................................ iv

    Abstrak .................................................................................................................. vii

    Daftar Isi ............................................................................................................... ixDaftar Tabel .......................................................................................................... xii

    Daftar Gambar ....................................................................................................... xiii

    Daftar Singkatan atau Lambang ............................................................................ xivDaftar Lampiran .................................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

    1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

    1.3.1. Tujuan umum ....................................................................................... 61.3.2. Tujuan khusus ...................................................................................... 7

    1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9

    2.1. Penuaan ( Aging ) ............................................................................................. 9

    2.1.1. Penuaan biologis .................................................................................. 92.1.2. Teori penuaan ....................................................................................... 11

    A. Teori neuroendokrin ........................................................................ 11B. Teori radikal bebas .......................................................................... 12

    2.2. Growth Hormone ........................................................................................... 13

    2.2.1. Fisiologi growth hormone .................................................................... 13

    2.2.2. Hubungan defisiensi growth hormone dengan penuaan ...................... 162.2.3. Terapi sulih growth hormone pada penuaan ........................................ 20

    2.3. Stres Oksidatif ................................................................................................ 22

    2.3.1. Radikal bebas ....................................................................................... 222.3.2. Peroksidasi lipid ................................................................................... 26

    2.3.3. Dislipidemia sebagai penyebab stres oksidatif .................................... 27

    2.4. Pengaruh Growth Hormone terhadap Metabolisme Lemak........................... 292.5. Pengaruh Growth Hormone terhadap Stres Oksidatif .................................... 33

    BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ....................... 363.1. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 36

    3.2. Konsep ........................................................................................................... 38

    3.3. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 38

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    12/141

    BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 40

    4.1. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 40

    4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 414.3. Subyek Penelitian ........................................................................................... 41

    4.3.1. Populasi penelitian ............................................................................... 41

    4.3.2. Sampel penelitian ................................................................................. 414.3.3. Kriteria eligibilitas ............................................................................... 42

    A. Kriteria inklusi................................................................................. 42

    B. Kriteris drop out  .............................................................................. 43C. Teknik penentuan sampel ................................................................ 43

    4.4. Variabel Penelitian ......................................................................................... 43

    4.4.1. Variabel penelitian ............................................................................... 434.4.2. Definisi operasional variabel................................................................ 44

    4.5. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 464.5.1. Pemeriksaan profil lipid ....................................................................... 46

    4.5.2. Pemeriksaan MDA ............................................................................... 474.6. Prosedur Penelitian......................................................................................... 47

    4.6.1. Persiapan sebelum penelitian ............................................................... 47

    4.6.2. Perhitungan dosis growth hormone ...................................................... 474.6.3. Perlakuan pada hewan coba ................................................................. 50

    4.6.4. Alur penelitian ...................................................................................... 51

    4.6.5. Pemeriksaan profil lipid ....................................................................... 52A. Pengukuran kolesterol total dan trigliserida .................................... 52

    B. Pengukuran HDL dan LDL ............................................................. 53

    4.6.5. Pemeriksaan MDA ............................................................................... 534.7. Analisis data ................................................................................................... 54

    BAB V. HASIL PENELITIAN............................................................................. 55

    5.1. Karakteristik Subyek ...................................................................................... 55

    5.2. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Profil Lipid

    Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 555.2.1. Kolesterol total ..................................................................................... 56

    5.2.2. Low Density Lipoprotein (LDL) .......................................................... 59

    5.2.3. Trigliserida ........................................................................................... 615.2.4. High Density Lipoprotein (HDL) ......................................................... 63

    5.3. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Kadar MDA Plasma

    Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 665.4. Hubungan antara Profil Lipid dan Kadar MDA ............................................. 68

    BAB VI. PEMBAHASAN .................................................................................... 70

    6.1. Karakteristik Subyek ...................................................................................... 70

    6.2. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Profil Lipid

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    13/141

    xi 

    Tikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 71

    6.2.1. Kolesterol total ..................................................................................... 71

    6.2.2. Low Density Lipoprotein (LDL) .......................................................... 736.2.3. Trigliserida ........................................................................................... 74

    6.2.4. High Density Lipoprotein (HDL) ......................................................... 76

    6.3. Pengaruh Pemberian Growth Hormone terhadap Kadar MDATikus Jantan Dislipidemia .............................................................................. 79

    6.4. Hubungan Profil Lipid dan MDA .................................................................. 83

    6.5. Manfaat Growth Hormone dalam Penuaan .................................................... 85

    BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 88

    7.1. Simpulan ........................................................................................................ 887.2. Saran ............................................................................................................... 88

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 89LAMPIRAN .......................................................................................................... 98 

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    14/141

    xii 

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1 Uji normalitas kadar profil lipid pre test dan post test  ........................ 56

    Tabel 5.2 Uji homogenitas kadar profil lipid pre test dan post test  .................... 56

    Tabel 5.3 Analisis One Way Anova kadar kolesterol total pre test dan post test   57Tabel 5.4 Uji lanjutan kadar kolesterol total post test  dengan Least Significant

     Difference Test (LSD) ........................................................................... 57

    Tabel 5.5 Analisis One Way Anova kadar LDL pre test dan post test  ................ 59 Tabel 5.6 Analisis One Way Anova selisih LDL post test  dan pre test  ............... 59 

    Tabel 5.7 Uji lanjutan selisih kadar LDL total post test  dengan Least Significant

     Difference Test (LSD) ........................................................................... 60Tabel 5.8 Analisis One Way Anova kadar trigliserida pre test dan post test  ...... 61

    Tabel 5.9 Uji lanjutan kadar trigliserida post test  dengan Least Significant Difference Test (LSD) ........................................................................... 62

    Tabel 5.10 Analisis One Way Anova kadar HDL pre test dan post test  ................ 64Tabel 5.11 Uji lanjutan kadar HDL post test  dengan Least Significant

     Difference Test (LSD) ........................................................................... 64

    Tabel 5.12 Uji normalitas kadar MDA pre test dan post test ................................ 66Tabel 5.13 Uji homogenitas kadar MDA pre test dan post test  ............................ 66

    Tabel 5.14 Analisis One Way Anova kadar MDA pre test dan post test  .............. 67

    Tabel 5.15 Uji lanjutan kadar MDA post test  dengan Least Significant Difference Test (LSD) ........................................................................... 67

    Tabel 5.16 Hubungan kadar profil lipid dan MDA ............................................... 69

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    15/141

    xiii 

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Mekanisme Kontrol Sekresi Growth Hormone ................................ 15Gambar 2.2. Pengaruh Growth Hormone Terhadap Metabolisme Lipid Pada

    Sel Lemak dan Otot .......................................................................... 30

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep ............................................................................. 38Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 40

    Gambar 4.2. Bagan Alur Penelitian ...................................................................... 51

    Gambar 5.1. Kadar kolesterol total pre test  dan post testtikus jantan dislipidemia ................................................................. 58

    Gambar 5.2. Kadar LDL pre test  dan post test tikus jantan dislipidemia ............. 60

    Gambar 5.3. Kadar trigliserida pre test  dan post test tikus jantan dislipidemia.... 63Gambar 5.4. Kadar HDL pre test  dan post test tikus jantan dislipidemia ............. 65

    Gambar 5.5. Kadar MDA pre test  dan post test tikus jantan dislipidemia............ 68 

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    16/141

    xiv 

    DAFTAR SINGKATAN ATAU LAMBANG

    SINGKATAN

    8oxodG : 8-oxo-7,8-dihydro-2’-deoxyguanosine ABC-A1 : ATP-binding cassette protein-A1 

    Ang II : Angiotensin II

    ANH : Atrial Natriuretic Hormone Apo : Apolipoprotein

    ARE : Antioxidant Responsive Element

    C7αOH : Cholesterol-7 α-hydroxylaseCD36 : Complex Differentiation 36

    CETP : Cholesteryl Ester Tranfer ProteinCoQ : Coenzyme Q (ubiquinol)

    DHEA : DehydroepiandrosteroneDHEAS : Dehydroepiandrosterone sulphate 

    DM : Diabetes Melitus

    EDTA : Ethylenediaminetetraacetic Acid  eNOS : Endothelial nitric oxide synthase

    FDA : Food and Drug Administration

    Foxo : Forkhead boxFSH : Follicle Stimulating Hormone

    GH : Growth Hormone

    GHD : Growth Hormone DeficiencyGHRH : Growth Hormone Releasing HormoneGHRP : Growth Hormone Releasing ProteinGHRP2 : Growth Hormone Releasing Peptide 2 

    GHRT : Growth Hormone Replacement Therapy

    GLUT 4 : Glucose Transpoter 4

    GPx : Gluthation PeroxidaseHDL : High Density Lipoprotein

    HMG-CoA : 3-hydroxy methylglutaryl Coenzyme A 

    HNE : 4-hydroxy-nonealHsp70 : Heat shock protein 70

    IGF-1 : Insulin Like Growth Factor-1

    IGFBP : Insulin Like Growth Factor Binding Protein IGFBP3 : Insulin Like Growth Factor Binding Protein 3 

    IRS : Insulin Receptor Substrate

    LCAT : Lecithin cholesterol acyl transferase LDL : Low Density LipoproteinLH : Leutenizing Hormone

    MDA : Malondyaldehide

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    17/141

    xv 

    MnSOD : Manganese-containing Superoxide Dismutase

     NADPH : Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate 

     NO : Nitric oxide  Nrf2 : Nuclear erythroid related factor 2

    PI3K : Phosphoinositol-3 Kinase

    PTH : Parathyroid HormoneRNS : Radical Nitrogen Species 

    ROS : Radical Oxigen Species

    SOCS  : Suppressor of Cytokine Signaling-1SOD : Superoxide Dismutase 

    SREBP-1c  : Sterol Regulatory Element-Binding Protein 1c

    T3 : TriiodothyronineTBARSC : Thiobarbituric Acid Reactive Substance Concentration

    TRH : Thyroid Releasing HormoneVLDL : Very Low Density Lipoprotein

    LAMBANG

    -/- : gene knockout  

    α  : Alfa; tingkat kemaknaan (kesalahan tipe I)

    β  : Beta; tingkat kesalahan tipe II

    σ  : simpang baku; SEM

    µ : rerata skor

    H2O

    2  : Hidrogen peroksida

    L• : Radikal lipid

    LOO• : Radikal lipid peroksilLOOH : Hidrogen peroksida lipid

     NO+  : Kation nitrosonium

     NO-  : Anion nitroksil

    •NO : Nitrat oksidaO2

    -• : Radikal superoksida

    1O2  : Singlet oxygen 

    ONOO-  : Peroksinitrit

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    18/141

    xvi 

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Ethical Clearance ............................................................................. 98

    Lampiran 2. Keterangan Ethical Clearance .......................................................... 99

    Lampiran 3. Analisis Data..................................................................................... 102Lampiran 4. Tabel Konversi Dosis ....................................................................... 122

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    19/141

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Penuaan bagi sebagian orang adalah hal yang menakutkan karena dikaitkan

    dengan ketidakmampuan akibat penurunan kapasitas baik fisik maupun mental.

    Penurunan tersebut menyangkut berbagai sistem dalam tubuh seperti penurunan

    daya ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik

    yang berubah serta berbagai kemunduran fungsi biologis lainnya. Seiring dengan

     penuaan maka muncul pula berbagai penyakit. Penyakit yang berhubungan

    dengan penuaan ini sering kali menjadi penyebab kematian utama di berbagai

    negara hingga merupakan fokus perhatian yang sangat tinggi di bidang kedokteran

    terutama cara pencegahan dan penanganannya.

    Menurut teori neuroendokrin, penuaan terjadi karena perubahan kadar

    hormon dalam tubuh. Hormon merupakan regulator sistemik berbagai fungsi

    fisiologis. Kadar hormon yang berubah seiring dengan usia berdampak pada

     penurunan performa tubuh dan timbulnya penyakit yang sering dirasakan sebagai

    tanda-tanda tubuh telah menua (Pangkahila, 2007; Djuanda, 2007). Salah satu

    hormon penting yang kadarnya menurun pada usia tua adalah  growth hormone

    (GH). Penurunan kadar hormon ini berhubungan dengan berkurangnya massa

    otot, menurunnya vitalitas dan energi, gangguan mood dan memori serta

    meningkatnya massa lemak dan kolesterol (Pangkahila, 2007).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    20/141

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    21/141

    3

     pada penuaan memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap profil lipid. Secara

    umum GH dapat menurunkan kolesterol total dan LDL tetapi data mengenai

     pengaruhnya terhadap kadar HDL dan trigliserida belum dapat disimpulkan.

    Penelitian pada tikus dengan defisiensi reseptor LDL terjadi penurunan kadar

    LDL dan trigliserida setelah pemberian GH (Rudling dan Angelin, 2001). Pfeifer

    et al . (1999) menemukan pemberian GH mampu meningkatkan konsentrasi HDL

    tetapi tidak menurunkan konsentrasi LDL. Hasil ini konsisten dengan penelitian

     pada penderita Growth Hormone Deficiency (GHD) berat. GH meningkatkan

    kadar HDL dan menurunkan trigliserida secara signifikan dibandingkan kontrol

    (Colao et al ., 2008). Hasil yang bervariasi ini kemungkinan berhubungan dengan

    dosis dan jangka waktu pemberian GH yang berbeda-beda pada penelitian-

     penelitian tersebut.

    Pengaruh GH terhadap kadar lipoprotein dan kolesterol diduga melalui

     peningkatan ekskresi kolesterol melalui empedu dengan meningkatkan aktivitas

    enzim cholesterol-7 α-hydroxilase (C7αOH). Penurunan kolesterol intrahepatik

    akan meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan menurunkan aktivitas enzim 3-

    hydroxy-methylglutaryl Coenzyme A (HMG-CoA) reductase yang berakibat pada

     penurunan sintesis kolesterol hepar. Selain itu GH juga meningkatkan ambilan

    Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan LDL oleh hepar dengan

    meningkatkan jumlah reseptor LDL serta mempengaruhi ekspresi Apo B 100 dan

    sekresi Apo E (Frick et al ., 2001; Lind et al ., 2004; Verhelst dan Abs, 2009).

    Pengaruh GH pada keadaan stres oksidatif belum diketahui dengan jelas.

    Stres oksidatif merupakan keadaan yang tidak seimbang antara pertahanan dan

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    22/141

    4

     produksi radikal bebas yang dapat menimbulkan kerusakan molekul-molekul

    tubuh. Stres oksidatif berperan sentral dalam patogenesis berbagai penyakit yang

     berhubungan dengan penuaan, termasuk penyakit kardiovaskuler, kanker, diabetes

    mellitus, penyakit neurodegeneratif dan autoimun (Singh, 2006).

    Penelitian yang ada dilakukan dengan melakukan transfeksi gen GH pada

    salmon memperlihatkan peningkatan antioksidan  gluthation di berbagai jaringan.

    Hal tersebut diduga akibat induksi langsung oleh GH (Legatt et al ., 2007).

    Penelitian lain pada mencit menemukan Growth Hormone Releasing Protein

    (GHRP) mampu menurunkan kadar superoksida aorta dan kadar peroksid pada

    kultur otot polos aorta (Titterington et al ., 2009). Penelitian menggunakan mencit

    kerdil (defisiensi GH/ Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1)) diketahui aktivitas

    enzim antioksidan, seperti Mn-SOD, Cu-Zn SOD, Gluthation peroxidase (GPx)-1

    dan endothelial nitric oxide synthase (eNOS) lebih rendah dibandingkan wild type 

    maupun yang diberi GH.

    Memahami pengaruh terapi GH terhadap status metabolisme di atas dapat

    memberikan gambaran bahwa GH dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit

    yang berhubungan dengan penuaan terutama penyakit terkait dengan keadaan

    dislipidemia dan stres oksidatif, seperti penyakit kardiovaskuler. Manfaat terapi

    GH khususnya dalam mencegah penyakit kardiovaskuler masih diragukan.

    Banyak data penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Terapi GH pada

     penderita defisiensi GH akibat hipopituitari diketahui mampu mengurangi

    ketebalan tunika intima dan memperbaiki dilatasi dependen endothelium (Pfeifer

    et al ., 1999). Studi prospektif terkontrol menunjukkan pemberian terapi GH pada

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    23/141

    5

    35 penderita GHD dewasa selama lima tahun mampu menurunkan ketebalan

    tunika intima dan menurunkan sindroma resistensi insulin secara signifikan

    dibandingkan penderita GHD yang tidak menerima terapi dan kontrol non GHD

    (Colao et al ., 2008). 

    Pada beberapa penelitian lainnya, terapi GH tidak terbukti mampu mencegah

    aterosklerosis. Penderita akromegali diketahui memiliki risiko tinggi untuk

    terjadinya penyakit kardiovaskuler karena resistensi insulin akibat GH yang

    eksesif (Ronchi et al ., 2006). Pemberian GH pada penderita GHD kongenital

    hanya mampu memperbaiki profil metabolisme, tetapi malah meningkatkan

    ketebalan plak aterosklerosis (Oliviera et al ., 2007).

    Sementara signifikansi manfaat terapi GH masih dipertanyakan,

    kemungkinan efek samping munculnya kanker belum dapat dieksklusi. Insiden

    kanker pada kelompok dengan hipopituitari diketahui 2 kali lebih rendah daripada

    kelompok normal (Renehan dan Brennan, 2008). Berdasarkan penelitian

    epidemiologis diketahui kejadian kanker kolorektal 2 kali lebih tinggi pada

     penderita akromegali dari pada normal (Jenkins et al., 2006). Pada binatang yang

    dipapar dengan GH dosis suprafisiologis kejadian tumor ganas meningkat dan

    sebaliknya binatang yang mengalami hipofisektomi relatif resisten terhadap

    induksi karsinogenik tetapi hal ini tidak terjadi pada pemberian GH dengan dosis

    fisiologis (Ogilvy-Stuart dan Gleeson, 2004).

    Berdasarkan latar belakang di atas dan masih adanya kontroversi mengenai

    manfaat dan efek samping terapi sulih GH maka dibutuhkan penelitian lebih.

    Salah satunya adalah dengan memahami jalur kerja  growth hormone  pada

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    24/141

    6

     berbagai dosis pemberian. Oleh karena itu pada penelitian ini ingin mengetahui

     pengaruh pemberian GH terhadap profil lipid serta stres oksidatif pada tikus

     jantan yang dislipidemia.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

    masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

    1.  Apakah pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar kolesterol total

    tikus jantan yang dislipidemia?

    2. 

    Apakah pemberian  growth hormone  dapat menurunkan kadar  Low Density

     Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia?

    3. 

    Apakah pemberian  growth hormone  dapat menurunkan kadar trigliserida

    tikus jantan yang dislipidemia?

    4. 

    Apakah pemberian growth hormone dapat meningkatkan kadar High Density

     Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia?

    5.  Apakah pemberian  growth hormone  dapat menurunkan kadar

    malondyaldehide (MDA) pada tikus jantan yang dislipidemia?

    1.3. 

    Tujuan Penelitian

    1.3.1. 

    Tujuan umum

    Secara umum penelitian ini ingin mengetahui pengaruh  growth hormone

    dalam memperbaiki profil lipid dan stres oksidatif.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    25/141

    7

    1.3.2. 

    Tujuan khusus

    Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, dapat diuraikan sebagai

     berikut:

    1. 

    Mengetahui pemberian  growth hormone dapat menurunkan kadar kolesterol

    total tikus jantan yang dislipidemia.

    2.  Mengetahui pemberian  growth hormone  dapat menurunkan kadar  Low

     Density Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia.

    3.  Mengetahui pemberian growth hormone dapat menurunkan kadar trigliserida

    tikus jantan yang dislipidemia.

    4. 

    Mengetahui pemberian  growth hormone dapat meningkatkan kadar  High

     Density Lipoprotein tikus jantan yang dislipidemia.

    5. 

    Mengetahui pemberian  growth hormone  dapat menurunkan kadar MDA

     plasma tikus jantan yang dislipidemia.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. 

    Manfaat ilmiah

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah data atau penelitian

    mengenai jalur kerja dan peran growth hormone dalam patogenesis penyakit yang

     berhubungan dengan penuaan, khususnya akibat kondisi dislipidemia serta

    sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    26/141

    8

    2.  Manfaat praktis

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

    sebagai pertimbangan dalam penggunaan  growth hormone sebagai terapi anti

     penuaan, khususnya pada kondisi dislipidemia.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    27/141

     

    9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Penuaan ( Aging)

    2.1.1. Penuaan biologis

    Penuaan berkaitan dengan ketidakmampuan akibat penurunan kapasitas baik

    fisik maupun mental. Penurunan tersebut mengenai berbagai sistem dalam tubuh

    seperti penurunan daya ingat, kelemahan otot, pendengaran, penglihatan, perasaan

    dan tampilan fisik yang berubah serta berbagai disfungsi biologis lainnya. Seiring

    dengan penuaan maka muncul pula berbagai penyakit seperti penyakit jantung

    koroner, hipertensi, diabetes melitus, kanker, osteoarthritis, dan demensia.

    Penyakit ini sering kali merupakan penyebab kematian utama di berbagai negara

    hingga merupakan fokus perhatian yang sangat tinggi di bidang kedokteran

    terutama cara pencegahan dan penanganannya (Goldsmith, 2008).

    Usia harapan hidup manusia semakin meningkat berkat kemajuan yang pesat

    di bidang kesehatan. Peningkatan usia kronologis (pertambahan umur berdasarkan

    tahun kelahiran) tersebut tidak selalu diikuti oleh usia biologis, sehingga masalah-

    masalah kesehatan yang berkaitan dengan penuaan juga cenderung meningkat.

    Usia biologis yang mencerminkan perfoma fisiologis inilah yang menjadi pusat

     perhatian pada Kedokteran Anti Penuaan ( Anti Aging Medicine). Bidang ini

    memiliki konsep bahwa penuaan dianggap sebagai suatu penyakit, yang artinya

    dapat dicegah, diobati bahkan dikembalikan  lagi seperti semula. Konsep ini

    mencerminkan adanya suatu paradigma baru yang sangat berkebalikan dengan

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    28/141

    10

     pandangan umum yang telah ada sebelumnya, yaitu menjadi tua adalah takdir

    manusia yang sudah digariskan dan karenanya tidak dapat ditolak (Goldman dan

    Klatz, 2003; Pangkahila, 2007).

    Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dapat dibagi

    menjadi beberapa tahapan, antara lain (Pangkahila, 2007):

    1.  Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun):

    Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai

    terjadi penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti  growth hormone,

    testosteron dan estrogen. Walaupun telah terjadi penurunan tetapi belum

    terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.

    2. 

    Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun):

    Pada tahap ini mulai dirasakan gejala penuaan seperti tampilan fisik yang

    tidak muda lagi, seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih

    mulai tumbuh, penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput,

     penurunan kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga berkurangnya

    gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat

     bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh

    kadar hormon-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.

    3.  Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas):

    Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan

    semua fungsi sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme,

    endokrin, seksual dan reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan

    saraf. Penyakit degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    29/141

    11

     berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat

    terganggu.

    2.1.2. 

    Teori penuaan

    Proses yang melatarbelakangi terjadinya penuaan sampai saat ini masih

    menjadi topik perdebatan, merupakan proses fisiologis atau patologis, proses

    terprogram atau peristiwa acak yang dipengaruhi lingkungan eksternal, kegagalan

     biologis semata atau kontribusi akumulasi kimiawi patologis. Oleh karena itu

     banyak teori mengenai penuaan bermunculan.

    A. Teori neuroendokrin

    Teori ini menunjukkan keterlibatan hormon dan sistem saraf dalam proses

     penuaan. Hormon berfungsi untuk mengatur fungsi-fungsi organ tubuh. Satu

    hormon dapat berpengaruh terhadap lebih dari satu fungsi dan satu fungsi dapat

    dikontrol oleh lebih dari satu hormon. Produksi hormon diatur oleh hipotalamus

    yang mengontrol kelenjar/sel penghasil hormon lainnya. Sekresi hormon

     berkaitan dengan kontrol umpan balik negatif. Hubungan ini melibatkan poros

    hipotalamus-hipofise yang mendeteksi perubahan konsentrasi hormon yang di

    sekresi oleh beberapa kelenjar endokrin perifer (Djuanda, 2007).

    Pada usia muda kadar hormon berada dalam kondisi optimal sehingga

    tercapai performa biologis yang prima dan berbagai organ tubuh dapat bekerja

    dengan baik. Secara umum dirasakan kemampuan kognitif, motorik, sensorik,

    mental, dan seksual berada dalam keadaaan puncak sehingga dirasakan adanya

    kualitas hidup yang tinggi (Pangkahila, 2007).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    30/141

    12

    Produksi hormon mengalami perubahan ketika penuaan terjadi. Hormon

    tertentu mengalami penurunan seperti GH, triiodothyronine  (T3), testosteron,

    estrogen, renin, aldosteron, dehydroepiandrosterone (DHEA) dan

    dehydroepiandrosterone   sulphate (DHEAS). Peningkatan kadar hormon juga

    terjadi pada penuaan seperti  follicle stimulating hormone (FSH), leutenizing

    hormone (LH), vasopressin, insulin,  parathyroid hormone (PTH), dan atrial

    natriuretic hormone (ANH) dan leptin. Ketidakseimbangan produksi hormon

    tersebut berpengaruh terhadap regulasi fungsi-fungsi tubuh dalam rangka

     pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan. Sehingga timbul berbagai keluhan

    yang dianggap sebagai gejala penuaan. Hubungan antara penuaan dan perubahan

    hormon terjadi timbal balik, yaitu proses penuaan mempengaruhi produksi

    hormon begitu pula sebaliknya penurunan hormon yang menyebabkan timbulnya

    keluhan-keluhan penuaan (Djuanda, 2007; Pangkahila, 2007)

    B. Teori radikal bebas

    Teori lain yang mempercayai bahwa penuaan terjadi karena pengaruh

    eksternal dan bukan terprogram adalah teori radikal bebas. Penganut teori ini

     percaya bahwa penuaan berhubungan dengan akumulasi radikal bebas yang

    meningkat seiring dengan penuaan. Peningkatan radikal bebas menimbulkan

    kerusakan terhadap molekul-molekul organik seperti protein, DNA dan lemak.

    Kerusakan molekul tubuh lama-kelamaan akan bermanifestasi pada penyakit-

     penyakit berkaitan dengan usia tua seperti Alzheimer, aterosklerosis, kanker,

    Parkinson dan penurunan fungsi imun (Pangkahila, 2007). Hipotesis yang lebih

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    31/141

    13

    kuat pada teori ini menyatakan bahwa kerusakan akibat stres oksidatif

    menentukan panjangnya usia (Muller dan van Remen, 2006).

    Banyak penelitian telah membuktikan peran sentral radikal bebas dalam

     patogenesis penyakit-penyakit di atas, tetapi pengaruhnya terhadap panjang usia

     belum mendapatkan pijakan yang kuat. Penelitian pada beberapa spesies lalat dan

    tikus dengan usia hidup berbeda menunjukkan korelasi positif antara produksi

    radikal bebas mitokondria dengan masa hidup. Begitu juga dengan sistem

     pertahanan terhadap radikal bebas, penelitian pada  Drosophila melanogaster ,

    Caenorhabditis elegans, dan mencit menunjukkan peningkatan ekspresi sistem

    antioksidan tubuh berhubungan dengan perpanjangan usia pada spesies tersebut

    (Sin-Yeon et al ., 2009). Tetapi studi ekstensif mengenai peran antioksidan

    menunjukkan korelasi negatif. Ekspresi beberapa enzim-enzim antioksidan yang

    diharapkan lebih tinggi pada binatang dengan usia panjang tidak terbukti, begitu

     pula dengan pemberian antioksidan tidak mampu meningkatkan usia hidup

    (Pangkahila, 2007).

    2.2. Growth Hormone 

    2.2.1. Fisiologi Growth Hormone

    Growth hormone  adalah hormon polipeptida, terdiri dari 191 asam amino

    dengan berat molekul 22 kDa yang disintesis oleh sel somatotrof di pituitari

    anterior. Hormon ini disekresikan secara pulsatil dengan rata-rata frekuensi 13

    kali per hari. Puncaknya terjadi pada malam hari selama tidur pada fase

    gelombang lambat. Sekresi yang kurang menonjol juga terjadi beberapa jam

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    32/141

    14

    setelah makan. Kadar serum normal harian umumnya kurang dari 10 ng/mL dan

    tertinggi pada masa pubertas. Kadar hormon ini rendah pada masa anak-anak dan

    menurun pada usia lanjut (Tien et al., 2000; Pangkahila, 2007).

    Sekresi GH diatur secara sentral oleh hormon hipotalamus, yaitu  growth

    hormone releasing hormone (GHRH) dan somatostatin. GHRH berfungsi untuk

    merangsang produksi GH sedangkan somatostatin menghambat sekresi GH.

    Pelepasan GH juga diregulasi oleh respon neurohormonal. Rangsangan kolinergik

    meningkatkan sekresi GH dengan menghambat pelepasan somatostatin,

    sedangkan rangsang β-adrenergik memiliki efek yang berlawanan. Respon perifer

     juga mempengaruhi sekresi GH. Ini dapat terjadi melalui somatostatin yang juga

    diproduksi pada jaringan lain atau hormon  ghrelin yang diproduksi di lambung.

    Ghrelin dapat memicu sel somatotrof untuk memproduksi GH. Hormon-hormon

    lain yang dapat mempengaruhi GH adalah kortisol, thyroid releasing hormone 

    (TRH), leptin, seks steroid, dan hormon tiroid. Kortisol dan TRH dapat

    menghambat sekresi GH sedangkan hormon tiroid dan seks steroid memicu

     pelepasan GH. Keadaan-keadaan seperti aktivitas fisik, starvasi, anoreksia, stres

    dan jumlah jam tidur dapat menstimulasi sekresi GH. Sedangkan depresi,

    hiperglikemia, dan obesitas menurunkan GH basal, tetapi menstimulasi sekresi

    GH (Tien et al ., 2000; Fanciulli et al ., 2009; Jørgensen et al ., 2010).

    Growth hormone  sendiri menghambat pelepasannya melalui mekanisme

    umpan balik. Hal ini terjadi melalui beberapa jalur yang diperankan oleh GH

    maupun IGF-1. Sel somatotrof dapat dihambat secara langsung melalui

    rangsangan produksi IGF-1 lokal maupun melalui hambatan pada GHRH dan

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    33/141

    15

    stimulasi somatostatin oleh GH. Mekanisme lainnya adalah melalui IGF-1 yang

    sebagian besar diproduksi di hati akibat rangsangan GH. IGF-1 tersebut dapat

    menghambat sintesis GHRH dan merangsang sintesis somatostatin (Tien et al.,

    2000; Gardner dan Shoback, 2007).

    Gambar 2.1. Mekanisme Kontrol Sekresi Growth Hormone (Tien et al., 2000)

    Pengaruh GH terhadap proses fisiologi tubuh sangat kompleks. Growth

    hormone adalah komponen pokok yang mengontrol sebagian dari proses fisiologis

    kompleks yaitu pertumbuhan dan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

    (Jørgensen et al ., 2010). Ada dua mekanisme GH dalam bekerja, yaitu:

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    34/141

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    35/141

    17

    500 mikrogram/hr, umur 40 tahun 200 mikrogram/hr, dan hanya 25 mikrogram/hr

    saat umur 80 tahun. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan GH pada

     penuaan, yang tidak termasuk salah satu kelainan di atas belum jelas diketahui.

    Faktor – faktor yang berperan dalam patofisiologi defisiensi GH, antara lain

    (Pangkahila, 2007):

    1. 

     Adiposity

    Keadaan obesitas dapat menyebabkan penurunan sekresi GH, tidak hanya

     pada usia tua namun juga pada usia muda, terutama pada obesitas sedang

    dan berat. 

    2. 

    Berkurangnya produksi hormon seks steroid. 

    Penurunan kadar estrogen pada wanita dan testosteron pada pria dapat

    mempengaruhi sekresi GH. 

    3. 

    Kebugaran fisik yang menurun 

    Kapasitas aerobik mempunyai hubungan dengan konsentrasi serum GH 24

     jam. 

    4.  Tidur terganggu 

    Sekresi GH dapat dipengaruhi pola tidur yang berubah karena terjadinya

    terutama selama tidur dalam gelombang lambat ( slow-wave sleep). 

    5.  Malnutrisi 

    Status nutrisi yang rendah berpengaruh negatif terhadap sintesis dan daya

    kerja IGF-1. 

    Defisiensi GH menunjukkan gejala yang menyerupai gejala yang identik

    dengan keluhan-keluhan umum yang dialami pada penuaan. Pada laki-laki,

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    36/141

    18

     penuaan dan defisiensi  growth hormone  sama-sama berhubungan dengan

     penurunan protein sintesis, massa bebas lemak, dan mineral tulang serta

     peningkatan lemak tubuh. Gejala dan tanda adanya penurunan GH antara lain

    (Pangkahila, 2007):

    1. 

    Status kesehatan secara umum dirasakan menurun

    2.  Gangguan kenyamanan secara psikologis, perasaan tertekan, kecemasan,

    emosi tidak stabil

    3.  Kelelahan

    4. 

    Berkurangnya energi dan vitalitas

    5. 

    Kulit tipis dan kering dengan ekstremitas terasa dingin

    6. 

    Berkurangnya massa bebas lemak (lean body mass)

    7. 

    Volume cairan ekstraseluler berkurang

    8. 

    Bertambahnya lemak total dan di daerah perut

    9. 

    Berkurangnya kekuatan otot dan kapasitas berolahraga

    10. 

    Berkurangnya densitas mineral tulang

    11. Penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL)

    12. 

    Peningkatan kolesterol low density lipoprotein (LDL)

    13. Penurunan aliran darah ginjal

    14. Penurunan basal metabolic rate 

    15. 

    Penurunan ambang anaerobik

    Pada penderita dengan defisiensi GH ditemukan peningkatan risiko mortalitas

    akibat penyakit kardiovaskular. Pada tiga penelitian retrospektif diketahui angka

    mortalitas pada pasien dengan hipopituitarisme yang dicurigai mengalami

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    37/141

    19

    defisiensi GH adalah 1.9, 1.35, dan 1.4 kali lebih tinggi daripada normal

    (kelompok pembanding) (Colao et al ., 2006). Tetapi insiden kanker pada

    kelompok pembanding setengah dari insiden pada subyek penelitian (Walker dan

    Reagen, 2009).

    Diagnosis defisiensi GH dapat ditetapkan apabila terdapat gejala dan tanda di

    atas dengan didukung oleh pemeriksaan kadar GH setelah stimulus (Pangkahila,

    2007; Eledrisi, 2008). Pemberian terapi sulih hormon harus dilakukan berdasarkan

     pemeriksaan kadar GH yang diukur dengan melakukan dynamic  test   dan

     biomarker GH (Pangkahila, 2007). Tes tersebut dilakukan dengan memberikan

    stimulus, baik dengan cara hipoglikemia, pemberian levodopa, arginin, GHRH,

    glukagon, dan klonidin. Tes induksi hipoglikemia dengan insulin dianggap yang

    terbaik tetapi merupakan kontraindikasi bagi pasien dengan riwayat kejang,

    debilitas general, dan penyakit arteri koroner.  Food and Drug Administration 

    (FDA) merekomendasikan kadar GH kurang dari 5 µg/L bila diukur dengan

    radioimmunoassay atau kurang dari 2,5 µg/L bila diukur dengan

    immunoradiometric assay. Sedangkan, The Growth Hormone Research Society 

    mengusulkan batas kurang 3 µg/L selama hipoglikemia (Pangkahila, 2007;

    Eledrisi, 2008).

    Pengukuran IGF-1 dan IGFBP-3 untuk menentukan adanya defisiensi GH

     pada orang dewasa tidak reliabel. Serum IGF-1 yang berada di bawah kisaran

    normal menunjukkan adanya defisiensi GH bila tidak ada penyebab lain yang

    menyebabkan IGF-1 rendah, seperti, malnutrisi, penyakit hepar, diabetes mellitus

    tak terkontrol, dan hipotiroid. Begitupula dengan kadar IGFBP-3, kadar yang

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    38/141

    20

    rendah menunjukkan adanya defisiensi GH (Pangkahila, 2007; Eledrisi, 2008).

    2.2.3. Terapi sulih growth hormone pada penuaan

    Pada penuaan terapi sulih hormon dengan GH ini masih sering diperdebatkan,

    tetapi banyak negara telah menyetujui penggunaannya pada orang dewasa dengan

    defisiensi hormon tersebut. FDA telah menyetujui penggunaan  growth hormone 

     pada orang dewasa sebagai terapi untuk defisiensi yang disebabkan oleh penyakit

    hipopituari atau hipotalamus serta adanya respon serum GH yang rendah pada tes

    stimulasi. Selain itu penggunaan GH untuk mengatasi kaheksia dan wasting pada

     penderita Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) juga disetujui oleh FDA.

    Terapi ini juga telah dikerjakan untuk penyakit-penyakit katabolik, seperti, pada

    keadaan distres pernafasan, luka bakar, penyembuhan setelah operasi,

    kardiomiopati kongestif, transplantasi hepar dan gagal ginjal (Pangkahila, 2007).

    Kontroversi mengenai penggunaanya disebabkan oleh belum banyaknya data

    tersedia mengenai penggunaan GH pada penuaan. Masih banyak yang meragukan

    karena belum adanya bukti yang dianggap kuat bahwa GH mampu mencegah

     penyakit kardiovaskular maupun bukti yang menunjukkan terapi ini dapat

    meningkatkan insiden kanker (Vance, 2008).

    Tujuan pengobatan GH pada orang dewasa adalah untuk meningkatkan

    tenaga dan keadaan otot, mengembalikan komposisi normal tubuh, dan

    meningkatkan kualitas hidup. Secara biokimia, target pengobatan GH adalah

    mengembalikan serum IGF-1 pada kadar yang normal atau dalam konteks

     penggunaannya pada proses penuaan mengembalikan kadar serum IGF-1 seperti

    usia muda. Pengaruh pengobatan GH yang harus dipertimbangkan sebagai

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    39/141

    21

     parameter perbaikan adalah (Goldman dan Klatz, 2003; Pangkahila, 2007;

    Eledrisi, 2008):

    1.  Meningkatnya massa bebas lemak tubuh

    2. 

    Meningkatnya densitas mineral tulang 4 – 10% di atas baseline  setelah

     paling sedikit 12 bulan pengobatan

    3.  Meningkatnya kekuatan otot dengan normalisasi sempurna setelah 3 tahun

     pengobatan

    4.  Berkurangnya serum total kolesterol, LDL dan rasio LDL/HDL

    5. 

    Perasaan nyaman dan kualitas hidup

    Pada prakteknya terapi sulih hormon dengan GH ini dilakukan dengan

     berbagai variasi dosis maupun pemberian. Rekomendasi FDA menyebutkan dosis

    awal untuk terapi GH adalah 3 – 4 µg/kgBB yang diberikan secara subkutan

    sekali sehari dengan dosis maksimal 25 µg/kgBB untuk usia hingga 35 tahun dan

    12,5 µg/kgBB untuk usia di atas 35 tahun (Eledrisi, 2008). Berdasarkan Growth

     Hormone Research Society  pengobatan dapat dilakukan dengan memulai dosis

    yang rendah, yaitu 0,15 – 0,30 mg/hari (0,45 – 0,90 IU/hari). Dosis dapat

    dinaikkan secara bertahap tergantung reaksi secara klinis dan biokimia, tetapi

    tidak lebih sering dari interval setiap bulan. Dosis pemeliharaan bervariasi pada

    setiap orang dan jarang melebihi 1,0 mg/hari (3,0 IU/hari) (Pangkahila, 2007).

    Praktisi lain meyakini penggunaan GH harus mampu menghasilkan efek

    menyerupai pola sekresi GH tubuh, yaitu dengan memberikan GH dengan

    frekuensi lebih sering dan dosis rendah. GH diberikan dengan dosis 0,3 – 0,7 IU

    dua kali sehari, yaitu sebelum tidur dan pagi hari. Dengan pola seperti ini efek

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    40/141

    22

    samping penggunaan GH bisa diminimalisasi (Goldman dan Klatz, 2003).

    Selama terapi ini perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan dilakukan

    terhadap gejala dan tanda klinis serta serum IGF-1. Pematauan ini dilakukan

    setiap 1 atau 2 bulan untuk menyesuaikan dosis yang diperlukan untuk hasil terapi

    maksimal. Penyesuaian dosis umumnya sebesar 100 – 200 µg/hr (Eledrisi, 2008).

    Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh terapi sulih hormon yang

     paling sering adalah edema, athralgia dam mialgia. Efek samping lain, yaitu

    carpal tunnel syndrome, ginekomastia,  glucose intolerance, infeksi saluran

     pernafasan, kaku otot, nyeri ekstremitas, sakit kepala dan migrain. Tetapi insiden

    dari efek samping ini sangat rendah, yaitu 1,06 setiap pasien sehingga pengobatan

    ini relatif aman. Efek samping ini sangat tergantung kepada dosis, umumnya

    ditemukan pada pasien yang menerima GH dalam dosis besar. Efek samping ini

    dapat berkurang dengan mengurangi dosis yang diberikan (Pangkahila, 2007;

    Walker dan Reagan, 2009).

    Kontraindikasi mutlak penggunaan terapi sulih hormon GH adalah adanya

    keganasan aktif, benign intracranial hypertension  dan retinopati diabetes.

    Kehamilan awal bukan kontraindikasi, tetapi pada trimester kedua, terapi GH

    harus dihentikan karena GH diproduksi oleh plasenta (Pangkahila, 2007).

    2.3. Stres Oksidatif

    2.3.1. Radikal bebas

    Radikal bebas adalah molekul yang memiliki satu atau lebih atom elektron

    yang tak berpasangan pada orbit terluarnya. Kekurangan tersebut akan dipenuhi

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    41/141

    23

    dengan mengambil elektron dari molekul lain sehingga senyawa ini bersifat

    sangat reaktif. Molekul yang terambil elektronnya akan mewarisi sifat reaktifnya,

    oleh karena itu dapat timbul reaksi rantai yang tidak terputus, kecuali oleh

     penetralisir radikal bebas yang disebut antioksidan (Starkov dan Wallace; 2006).

    Jenis radikal bebas yang utama berasal dari senyawa oksigen, sering disebut

    radical oxygen species  (ROS) dan senyawa nitrogen (radical nitrogen

     species/RNS). Termasuk dalam kelompok ROS adalah radikal superoksida (O2-•)

    yang terbentuk secara enzimatik oleh  Nicotinamide Adenine Dinucleotide

     Phosphate (NAD(P)H)  oxidase  atau  xanthine oxidase  dan nonenzimatik oleh

    senyawa semiquinone pada transpor elektron mitokondria. Radikal ini mengalami

    konversi secara enzimatik oleh  superoxide dismutase (SOD) menjadi senyawa

    non radikal hidrogen peroksida (H2O2) atau secara nonenzimatik menjadi H2O2

    dan  singlet oxygen  (1O2). Senyawa-senyawa ini akan dirubah menjadi radikal

    hidroksil (•OH) yang memiliki reaktivitas tinggi dengan adanya ion metal (Fe/Cu)

    tereduksi. Sedangkan radikal nitric oxide (•NO) terbentuk melalui oksidasi atom

    nitrogen terminal dari L-arginin oleh enzim nitric oxide synthase.  Nitric oxide

    (NO) dapat diubah menjadi berbagai RNS seperti kation nitrosonium (NO+), anion

    nitroksil (NO-) atau peroksinitrit (ONOO

    -). Beberapa efek fisiologisnya

    diperantarai oleh pembentukan S-nitroso-cysteine  atau S-nitroso-glutathione 

    (Dröge, 2002). 

    Radikal bebas dapat diproduksi secara alami oleh tubuh sebagai konsekuensi

     proses aerobik dan metabolisme (Dröge, 2002). Produksi radikal bebas dapat

    meningkat bila terdapat keadaan-keadaaan patologis akibat stres fisik maupun

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    42/141

    24

     psikologis (Lei et al ., 2007). Paparan radiasi, sinar ultraviolet, bahan toksik,

    herbisida/insektisida, xenobiotik (Dröge, 2002) dan kondisi seperti dislipidemia

    dan infeksi juga dapat meningkatkan produksi radikal bebas (Rui-Li et al ., 2008). 

    Sumber radikal bebas yang utama tubuh antara lain transpor elektron mitokondria,

    metabolisme asam lemak peroksisom, reaksi sitokrom P-450 dan sel fagosit

    (respiratory burst ) (Dröge, 2002).

    Pada transpor elektron terjadi reduksi tak sempurna oksigen sehingga

    menghasilkan O2-•. Produksi radikal bebas ini terutama terjadi pada kompleks I

    dan III. Pada kompleks I radikal bebas berpotensi terbentuk antara flavin dan area

    rotenone-sensitive. Kompleks III memproduksi O2-• pada Q0  inner membrane

    melalui oksidasi Coenzyme Q (CoQ) quinol. Pada mitokondria O2-• akan

    dieliminasi oleh enzim MnSOD menjadi H2O2. Selanjutnya H2O2 akan dinetralisir

    oleh sistem antioksidan lain, yaitu katalase dan GPx. Pada mitokondria substrat

    lain yang mampu membersihkan radikal ini adalah sitokrom c yang menetralisir

    O2-• menjadi air (Starkov dan Wallace, 2006).

    Pada peroksisom akan terbentuk radikal H2O2  sebagai produk antara β-

    oksidasi asam lemak. Radikal ini akan dinetralisir oleh katalase yang banyak

    terdapat pada peroksisom sehingga pada keadaan biasa kemungkinan tidak terjadi

    kebocoran. Produksi radikal peroksisom dapat menyebabkan stres oksidatif,

    terutama pada keadaan proliferasi aktif (Dröge, 2002).

    Sitokrom P-450 dapat memediasi produksi radikal bebas dengan cara

    mengkatalisis reaksi oksidasi atau reduksi substrat xenobiotik. Proses

    detoksifikasi oleh P-450 tersebut akan menghasilkan radikal superoksida secara

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    43/141

    25

    langsung mengubah O2 menjadi O2-• ataupun transfer elektron oleh substrat dari

    sitokrom ke molekul oksigen. Reaksi ini dengan sendirinya akan berlangsung

    terus-menerus dan merupakan konsekuensi atas proses detoksifikasi toksin dalam

    tubuh (Dröge, 2002).

    Sumber radikal bebas lain adalah sel-sel imun. Sel fagosit menggunakan

    radikal bebas, seperti: O2-•, H2O2, NO•, dan hipoklorit, untuk membunuh patogen.

    Oleh karena itu proses yang melibatkan respon imun ini, seperti inflamasi kronis,

    merupakan sumber potensial radikal bebas (Dröge, 2002).

    Produksi radikal bebas yang meningkat dan melebihi kemampuan sistem

    antioksidan endogen untuk mempertahankan homeostasis redoks, maka terjadi

    keadaan yang disebut dengan stres oksidatif. Oleh karena itu diperlukan kadar

    antioksidan yang cukup untuk mencegah kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh

    radikal bebas. Antioksidan sebagai peredam radikal bebas dapat berupa enzim

    seperti SOD, katalase dan GPx yang disebut juga sebagai antioksidan pencegah.

    Antioksidan lainnya bekerja secara non enzimatik atau pemutus rantai terdiri dari

    askorbat, urat, glutathione, tokoferol, flavonoid, karotenoid, ubiquinol dan pigmen

    atau zat warna alam dalam tumbuh-tumbuhan (Tilak dan Devasagayam, 2006).

    Keadaan stres oksidatif dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh. Radikal

     bebas yang meningkat dapat mengganggu proses fisiologis normal. Ini terjadi

    karena senyawa radikal bereaksi dengan makromolekul intraseluler maupun

    ekstraseluler seperti protein, lipid dan asam nukleat. Perubahan struktur kimia

    makromolekul akan menyebabkan gangguan fungsi biologis molekul-molekul

    tersebut (Dröge, 2002).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    44/141

    26

    2.3.2. Peroksidasi lipid

    Lipid merupakan salah satu target utama dari radikal bebas. Peroksidasi lipid

    adalah degradasi oksidatif asam lemak yang merupakan proses autokatalitik

    kompleks. Proses ini berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu inisiasi, propagasi

    dan terminasi (Winarsi, 2007). Inisiasi peroksidasi lipid dapat dipicu oleh

    senyawa kimia yang mampu mengekstraksi atom hidrogen. Radikal bebas reaktif

    seperti radikal •OH dan  singlet oxygen dapat memulai peroksidasi lipid. Inisiasi

    menyebabkan ekstraksi molekul hidrogen dari grup metilen lipid menghasilkan

    radikal lipid (L•). Radikal lipid bereaksi dengan O2 dan selanjutnya membentuk

    radikal lipid peroksil (LOO•) yang bertindak sebagai inisiator selanjutnya. Radikal

    ini dapat bereaksi dengan asam lemak lainnya sehingga memicu reaksi rantai.

    Hidrogen peroksida lipid yang terbentuk (LOOH) merupakan senyawa yang tidak

    stabil. Adanya logam katalisator seperti Fe dapat melanjutkan reaksi propagasi

    membentuk radikal lain yang lebih aktif. Reaksi propagasi dapat terhenti oleh

    keberadaan antioksidan pemutus rantai (Hasanah, 2008; Winarsi, 2007).

    L-H + •OH H2O + L•

    L• + O2  LOO•

    LOO• + L-H L• + LOOH

    Peroksidasi lipid menghasilkan berbagai produk akhir yang bersifat radikal

    dan juga merusak makromolekul lain disekitarnya. Produk tersebut antara lain

    lipid hidroperoksida, 4-hydroxy-2-alkenal   (4-hydroxy-noneal /HNE, acrolein dan

    crotonaldehyde) dan dicarbonyls  (MDA dan  glyoxal ) (Evans dan Cooke, 2006).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    45/141

    27

    Umumnya produk peroksidasi lipid ini diukur melalui kadar MDA dan etana

    (Winarsi, 2007).

    2.3.3. Dislipidemia sebagai penyebab stres oksidatif

    Dislipidemia adalah suatu keadaan yang meliputi kenaikan kadar kolesterol

    total, LDL, trigliserida, dan atau penurunan kadar HDL. Pada tikus kadar normal

    kolesterol total tikus adalah 10 – 54 mg/dL (Kusumawati, 2004). Kadar normal

    LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL dan kadar normal HDL tikus adalah 77 – 84

    mg/dL (Wahyuni, unpublished data), sedangkan kadar normal trigliserida tikus

    adalah 26 – 145 mg/dL (Nichols, 2003). Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi

    kenaikan berat badan > 20% atau kadar kolesterol total serum > 200 mg/dL

    (Hardini et al ., 2007).

    Stres oksidatif dapat terjadi apabila ada ketidakseimbangan antara

     prooksidan/radikal bebas dan antioksidan. Pada dislipidemia terjadi peningkatan

     produksi O2-• oleh sel endotel. Peningkatan kadar O2

    -• juga akan menyebabkan

    degradasi NO serta produksi radikal bebas lainnya (Hua dan Harrison, 2000).

    Adanya radikal bebas dan ketersediaan substrat dapat menyebabkan terbentuknya

     peroksidasi lipid melalui reaksi rantai (Winarsi, 2007). Peningkatan radikal bebas

     pada dislipidemia berhubungan dengan peningkatan oksidasi LDL, glikasi protein,

    dan autooksidasi glukosa. Hal ini juga akan menimbulkan penumpukan produk

     peroksidasi lipid lebih lanjut (Lankin et al., 2005; Nanda et al., 2008; Rui-Li et

    al., 2008). Produk peroksidasi lipid membentuk ikatan intermolekuler dengan

    grup amino terminal apolipoprotein LDL sehingga terbentuk LDL teroksidasi

    (Lankin et al ., 2005). Produk reaksi oksidatif yang dikatalisis logam

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    46/141

    28

    menghasilkan ROS yang dapat menimbulkan autooksidasi glukosa maupun gula

    lainnya (Agrawal et al ., 2010). Pada keadaan hiperkolesterol produk peroksidasi

    lipid, terutama MDA, diketahui berfungsi sebagai penghubung (Schiff linkage)

    antara protein dan glukosa yang memfasilitasi terjadinya glikasi protein (Nanda et

    al ., 2008).

    Kadar produk peroksidasi lipid (MDA) pada dislipidemia meningkat hingga

    1,33 dan 2,48 kali pada subyek dengan dislipidemia dibandingkan kontrol (Rui-Li

    et al ., 2008). Peningkatan stres oksidatif juga semakin tajam seiring dengan

    semakin tingginya derajat dislipidemia (Csont et al., 2007; Rui-Li et al ., 2008).

    Konsentrasi superoksida dan peroksinitrit juga ditemukan meningkat pada

    miokardium dan endotel tikus yang mengalami dislipidemia (Onody et al ., 2003;

    Csont et al., 2007). Selain menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas

    dislipidemia juga berhubungan dengan menurunnya sistem antioksidan tubuh.

    Kadar enzim SOD dan GPx lebih rendah aktivitasnya pada subyek

    hiperkolestrolemia dibanding kontrol (Rui-Li et al ., 2008).

    Mekanisme terjadinya stres oksidatif pada dislipidemia masih membutuhkan

     penelitian lebih lanjut. Lemak merupakan salah satu target dari oksidan/radikal

     bebas yang terbentuk alami dalam tubuh. Peningkatan produksi O2-• oleh sel

    endotel terjadi karena peningkatan aktivitas  xanthine oxidase dan (NAD(P)H) 

    oxidase (Hua dan Harrison, 2000; Griendling dan FitzGerald, 2003). Keadaan

    stres oksidatif pada dislipidemia mungkin juga difasilitasi oleh Angiotensin II

    (Ang II), karena LDL diketahui mampu meningkatkan ekspresi reseptor Ang II

    sehingga memfasilitasi efeknya (Griendling dan FitzGerald, 2003). Angiotensin II

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    47/141

    29

    diketahui mampu meningkatkan kalsium sitosol yang menganggu stabilitas

    membran mitokondria (Anversa, 2005). Oksidasi kolesterol LDL juga akan

    memicu aktivasi Akt melalui jalur  (PI-3K). Aktivasi Akt menyebabkan terjadinya

    fosforilasi (inaktivasi) faktor transkripsi Foxo3a. Inaktivasi Foxo3a ini akhirnya

    menimbulkan penurunan ekspresi target gennya, yaitu gen yang mengkode

    MnSOD dan katalase. Penurunan ekspresi enzim-enzim antioksidan inilah yang

    dapat mengacaukan keseimbangan radikal bebas dalam tubuh (Erusalimsky dan

    Kurz, 2006).

    2.4. Pengaruh Growth Hormone terhadap Metabolisme Lemak 

    GH merupakan hormon yang penting dalam metabolisme karbohidrat,

     protein, dan lemak. Pada beberapa kasus efek langsung GH terlihat jelas, tetapi

    lebih banyak terlihat efek langsung dan tak langsung terjadi secara bersamaan

    (Jørgensen  et al., 2010). Efek GH terhadap substrat metabolisme pada dasarnya

    ditujukan untuk konservasi protein tubuh. Pada keadaan kelebihan energi, GH

    akan meningkatkan retensi nitrogen, sedangkan pada kelaparan GH memobilisasi

    energi dari lemak (Møller dan Jørgensen, 2009).

    Perubahan utilisasi dari karbohidrat menjadi lemak oleh GH menjadi energi

    dilakukan dengan merangsang pemecahan trigliserida dan proses oksidasi lemak

    dari jaringan. Oleh karena itu GH mencegah penimbunan lemak di jaringan

    sehingga turut mempengaruhi komposisi lemak tubuh disamping efek

     pertumbuhannya pada otot (Gardner dan Shoback, 2007; Møller dan Jørgensen,

    2009).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    48/141

    30

    Asam lemak bebas, gliserol dan keton meningkat setelah sekresi pulsatil atau

     pemberian GH yang bertahan hingga 2-8 jam setelahnya. Hal ini menunjukkan

    adanya lipolisis yang diinduksi oleh GH. Mekanisme GH dalam meningkatkan

    lipolisis belum sepenuhnya dimengerti, tapi ada beberapa teori yang menerangkan

    hal ini. Pada jaringan lemak salah satunya diketahui melalui mediasi hormone-

     sensitive lipase (HSL). Pada sel lemak manusia GH juga diketahui menghambat

    aktivitas lipoprotein lipase (LPL) sehingga menghambat deposisi lipid pada sel

    lemak. Pada otot diduga terjadi pemecahan trigliserida, tetapi bukti lain

    menunjukkan terjadi deposisi lemak sebagai respon terhadap GH (Møller dan

    Jørgensen, 2009). Sedangkan, penelitian pada tikus transgenik (kadar GH

     berlebih) terjadi peningkatan aktivitas LPL pada jantung, otot dan jaringan lemak

     putih (Frick et al ., 2001).

    Gambar 2.2. Pengaruh Growth Hormone terhadap metabolisme lipid

     pada sel lemak dan otot. +: aktivasi oleh GH, – : inhibisi oleh GH.

    (Møller dan Jørgensen, 2009).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    49/141

    31

    Kadar kolesterol tubuh juga dipengaruhi oleh GH. Pada tikus normal

    diketahui pemberian GH 1 mg/kg/hari selama 6 hari menurunkan kadar LDL dan

    HDL (Parini et al ., 1999) begitu pula pada mencit dengan defisiensi reseptor LDL

    (Rudling dan Angelin; 2001). Sedangkan pada tikus dengan defisiensi GH terjadi

     peningkatan kadar HDL, apolipoprotein (Apo) E dan ApoB serta penurunan LDL

    setelah terapi GH selama 6 hari dengan dosis yang lebih tinggi (Frick et al.,

    2002). Sebaliknya kadar GH yang meningkat dalam waktu lama menurunkan

    kadar trigliserida, asam lemak bebas dan VLDL tetapi menaikkan kadar LDL dan

    HDL (Frick et al., 2001).

    Penelitian pada manusia menunjukkan hasil sesuai dengan penelitian di atas.

    The KIMS study (The Pharmacia International Metabolic Surveillance Study),

     penelitian kohort tanpa kontrol, pada 2589 penderita defisiensi GH menunjukkan

     bahwa terapi sulih GH pada orang dewasa menurunkan kolesterol total, LDL dan

    HDL (Abs et al ., 2006; Verhelst dan Abs, 2009). Penelitian randomized, double-

    blind dan  placebo controled   dengan waktu yang lebih singkat dan sampel yang

    lebih sedikit menunjukkan hasil yang konsisten hanya terhadap kolesterol total

    dan LDL (Pfeifer et al ., 1999; Maison et al ., 2004; Oliviera et al ., 2007).

    Perbedaan efek pemberian GH terhadap kolesterol HDL pada binatang juga

    diobservasi pada penelitian manusia. Beberapa penelitian baik jangka pendek

    maupun panjang menemukan pemberian GH meningkatkan kadar HDL (Pfeifer et

    al ., 1999; Colao et al ., 2005; van der Klaauw et al ., 2007) sedangkan lainnya

    menunjukkan efek yang tidak signifikan (Lind et al ., 2004; Maison et al ., 2004;

    Abs et al ., 2006) atau bahkan menurun (Oliviera et al ., 2007; Verhelst dan Abs,

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    50/141

    32

    2009). Oliviera et al.  (2007) menemukan kolesterol HDL meningkat pada

     pemakaian GH jangka pendek, tetapi setelah 12 bulan kadar HDL lebih rendah

    daripada awal penelitian. Tampaknya selain dipengaruhi oleh dosis dan umur,

    efek GH terhadap kolesterol juga dipengaruhi oleh jangka waktu pemberian

    (Parini et al ., 1999; Frick et al ., 2002).

    Sama dengan efeknya terhadap HDL, GH juga memiliki pengaruh yang

     berbeda-beda terhadap trigliserida. Penelitian oleh Rudling dan Angelin (2001)

    dan Frick et al . (2001) menemukan terjadi penurunan trigliserida setelah

     pemberian GH pada tikus defisiensi reseptor LDL dan tikus hipopituitari.

    Penelitian KIMS menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sementara penelitian

    lainnya menemukan peningkatan trigliserida (Frick et al., 2002; Verhelst dan

    Abs., 2009).

    Mekanisme GH dalam mempengaruhi metabolisme kolesterol belum

    sepenuhnya diketahui. Penelitian pada tikus dan mencit mengindikasikan

    modulasi kolesterol terjadi melalui jumlah reseptor LDL dan ekskresi kolesterol

    melalui empedu. Pada defisiensi GH diketahui terjadi penurunan enzim C7αOH

    sehingga terjadi penumpukan kolesterol intrahepatik. Hal tersebut meyebabkan

     penurunan jumlah reseptor LDL dan meningkatnya aktivitas enzim HMG-CoA

    reductase. Sebagai hasil akhir sintesis kolesterol hepar akan meningkat (Verhelst

    dan Abs, 2009). GH diketahui meningkatkan ekspresi reseptor LDL dan aktivitas

    enzim C7αOH reduktase di hepar, tetapi observasi pada manusia tidak

    mendukung modulasi GH terhadap aktivitas enzim C7αOH reduktase tersebut

    (Parini et al ., 1999; Lind et al ., 2004).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    51/141

    33

    Selain itu GH juga mempengaruhi modifikasi  mRNA ApoB100 dan

    meningkatkan sekresi ApoE hepar serta VLDL. Komposisi VLDL dan LDL yang

     berubah dapat memacu pemecahan LDL dan VLDL oleh hepar melalui reseptor

    LDL. Mekanisme tersebut memungkinkan GH menurunkan jumlah kolesterol

    walaupun sekresi VLDL meningkat (Frick et al ., 2002; Lind et al ., 2004; Verhelst

    dan Abs, 2009).

    Penurunan kadar VLDL berhubungan dengan meningkatnya kadar HDL

    (Wang dan Eckel, 2009). Pada pemberian GH, hal ini disebabkan oleh

     peningkatan aktivitas LPL (Frick et al ., 2001). LPL sangat penting dalam

    metabolisme HDL. LPL adalah faktor penentu kadar HDL. Lipolisis kilomikron

    dan VLDL oleh LPL meyediakan partikel sisa sebagai prekursor untuk

     pembentukan HDL bersama-sama dengan Apo A-I yang disekresikan hepar

    dengan bantuan  ATP-binding cassette protein-A1  (ABC-A1), protein transfer

    lipid, serta Lecithin cholesterol acyl transferase (LCAT) (Haemmerle et al ., 2002;

    Wang dan Eckel, 2009). Selain itu adanya peningkatan sekresi ApoE dan ekspresi

    reseptor LDL oleh pemberian GH memungkinkan efisiensi ambilan partikel sisa

    oleh reseptor LDL hepar (Frick et al ., 2002; Lind et al ., 2004; Verhelst dan Abs,

    2009).

    2.5. 

    Pengaruh Growth Hormone terhadap Stres Oksidatif

    Pemberian GH mempunyai efek yang positif terhadap antioksidan tubuh.

    Transfeksi gen GH pada salmon memperlihatkan peningkatan antioksidan

     gluthatione di berbagai jaringan dan diduga peningkatan tersebut diakibatkan

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    52/141

    34

    induksi langsung oleh GH (Legatt et al ., 2007). Penelitian menggunakan mencit

    kerdil (defisiensi GH/IGF 1) diketahui aktivitas enzim antioksidan, seperti Mn-

    SOD, Cu-Zn SOD, GPx-1 dan eNOS lebih rendah dibandingkan wild type 

    maupun yang diberi GH (Csiszar et al ., 2008). Kireev et al ., 2006, juga

    menemukan GH mampu meningkatkan GPx dan Glutathione S-transferase  hati

     pada tikus jantan tua hingga ke kadar yang sama dengan tikus muda. Pada tikus

     betina hal ini hanya diobservasi pada tikus yang diovarektomi (Kireev et al.,

    2007). Penelitian pada model tikus gagal jantung menunjukkan hal yang sama,

    injeksi GH mampu meningkatkan kadar antioksidan total, GPx, dan SOD (Seiva,

    et al ., 2008).

    Pada penelitian lain diketahui bahwa GH juga mampu menurunkan radikal

     bebas. GHRP mampu menurunkan kadar superoksida aorta dan kadar peroksida

     pada kultur otot polos aorta mencit (Titterington et al ., 2009). Pada kultur sel

    endotel aorta wild type  yang disuplementasi GH terjadi penurunan produksi

    radikal superoksida dan hidrogen peroksida dibandingkan endotel mencit kerdil

    (Csiszar et al ., 2008). Penelitian pada 8 pasien defisiensi GH menunjukkan kadar

    radikal bebas dapat diturunkan dengan terapi GH selama 3 bulan (Evans et al .,

    2000).

    Pemberian GH diketahui mempengaruhi metabolisme metionin – gluthatione.

    Pemberian GH pada mencit kerdil ditemukan dapat meningkatkan enzim gamma-

     glutamyl-cysteine synthetase  ginjal mencit usia 3 and 12 bulan (Brown-Borg et

    al ., 2005). Gamma-glutamyl-cysteine synthetase  merupakan enzim dalam

    metabolisme  glutathione yang mengubah sistein menjadi L-glutamilsistein, yang

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    53/141

    35

    akan diubah menjadi  glutathione (Uthus dan Brown-Borg, 2006). Selain itu,

    aktivitas enzim untuk degradasi  glutathione,  gamma-glutamyl transpeptidase,

    menurun pada pemberian GH (Brown-Borg et al ., 2005). 

    Penelitian pada otot jantung menunjukkan IGF-1 juga menyebabkan

    hambatan ekspresi protein p53. Melalui berbagai jalur p53 dapat meningkatkan

     produksi ROS dan menyebabkan stres oksidatif. Protein p53 dapat memicu

     pembentukan Ang II sehingga terjadi peningkatan kalsium sitosol yang

    menyebabkan penurunan permeabilitas membran mitokondria dan peningkatan

    ROS. Selain itu protein p53 juga diperlukan oleh protein p66shc

      untuk

    menghambat fosforilasi Foxo yang menyebabkan penurunan ekspresi enzim SOD

    dan katalase. Protein p66shc juga berikatan dengan heat shock protein 70 (Hsp 70),

     pada membran internal mitokondria. Pelepasan ikatan ini akibat stres oksidatif

    dapat menyebabkan penurunan permeabilitas transmembran mitokondria dan

     pembentukan ROS lebih lanjut (Anversa, 2005). Data mengenai pengaruh

     pemberian GH pada jalur ini belum banyak diketahui. Pada penelitian invitro

    diketahui pemberian GH menurunkan ekspresi p53 pada neuron (Silva et al .,

    2003).

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    54/141

     

    36

    BAB III

    KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1. 

    Kerangka Berpikir

    Penuaan berkaitan erat dengan penyakit jantung, stroke, diabetes,

    neurodegeneratif dan kanker yang sering menjadi penyebab kematian utama.

    Salah satu tanda penuaan adalah menurunnya kadar hormon dalam tubuh,

    yaitu growth hormone yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan

    distribusi lemak tubuh. Penurunan kadar hormon ini diduga bertanggung

     jawab terhadap peningkatan insiden penyakit yang berhubungan dengan

     penuaan, khususnya penyakit kardiovaskuler. 

    Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko timbulnya beberapa

     penyakit yang berhubungan dengan penuaan. Dislipidemia menyebabkan

     peningkatan oksidasi LDL, glikasi protein, dan autooksidasi glukosa. Hal ini

    menimbulkan penimbunan produk peroksidasi lipid yang berlebihan sehingga

    terjadi keadaan stres oksidatif. Selain itu keadaan dislipidemia juga

    menyebabkan terjadinya penurunan antioksidan seperti MnSOD dan katalase

    melalui inaktivasi Foxo melalui jalur PI3K-Akt. 

    Berdasarkan penelitian sebelumnya,  growth hormone  mampu

    mempengaruhi ekspresi Apo B 100, sekresi Apo E dan reseptor LDL. Hal

    tersebut meningkatkan efisiensi pengambilan VLDL dan LDL oleh hati,

    sehingga mampu memperbaiki profil lipid darah. Selain itu GH dapat

    meningkatkan ekskresi kolesterol melalui aktivitas enzim C7αOH. Hal ini

    menyebabkan penurunan kolesterol intrahepatik yang akan memicu

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    55/141

    37

     peningkatan ekspresi reseptor LDL dan menurunnya aktivitas enzim HMG-

    CoA reductase sehingga terjadi penurunan sintesis kolesterol hepar. Aktivitas

    LPL yang meningkat pada pemberian GH menyebabkan lipolisis trigliserida,

    disamping juga berhubungan dengan peningkatan HDL. Partikel sisa yang

    tersedia akibat lipolisis oleh LPL disertai dengan peningkatan sekresi ApoE,

    dan reseptor LDLdapat meningkatkan kadar HDL. 

    Growth hormone  juga terbukti meningkatkan ekspresi antioksidan

     gluthation peroksidase dan gluthation s-tranferase. Selain itu melalui IGF-1,

    GH mampu menurunkan ekspresi p53 yang dapat menghambat terjadinya

    stres oksidatif. Protein p53 bekerja melalui 2 jalur, yaitu memicu

     pembentukan Ang II dan mengikat p66shc. Ang II dapat menimbulkan

    kebocoran membran mitokondria dan meningkatkan ROS. Protein  p66

    shc 

    adalah protein yang dapat menghambat transkripsi enzim antioksidan seperti

    MnSOD dan katalase melalui inaktivasi Foxo bila berikatan dengan p53 dan

    menjaga integritas membran mitokondria dengan membentuk ikatan dengan

    Hsp70. 

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    56/141

    38

    3.2. 

    Konsep

    Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat disusun konsep

     penelitian dalam kerangka berikut ini:

    : menghambat

    Gambar 3.1. Kerangka Konsep 

    3.3. 

    Hipotesis Penelitian

    Dari kerangka konsep dan landasan teori yang ada dapat disusun suatu

    hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut. 

    1.  Growth hormone  dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus jantan

    yang dislipidemia.

    2.  Growth hormone dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein tikus

     jantan yang dislipidemia.

    FAKTOR

    INTERNAL

    Umur

    Jenis kelamin

    Status Hormonal

    Aktivitas fisik

    GROWTH HORMONE

    TIKUS

    Dislipidemia

    Stres oksidatif

    Kolesterol Total ↓ 

    Trigliserida ↓ 

    LDL ↓ 

    HDL ↑ 

    MDA↓ 

    FAKTOR

    EKSTERNAL

    Polusi

    Lingkungan

    RadiasiStres Psikologis

    Diet tinggi kolesterol

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    57/141

    39

    3.  Growth hormone dapat menurunkan kadar trigliserida tikus jantan yang

    dislipidemia.

    4.  Growth hormone  dapat meningkatkan kadar  High Density Lipoprotein 

    tikus jantan yang dislipidemia.

    5. 

    Growth hormone  dapat menurunkan kadar MDA plasma tikus jantan

    yang dislipidemia.

  • 8/20/2019 unud-122-1599474075-pdf tesis(1).pdf

    58/141

    40

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1.  Rancangan Penelitian

    Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pola Randomized Pre and Post

    Test Control Group Design (Petrie dan Sabin, 2003).

    Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

    P0: aquadest 

    O1 O2

    P1: GH 0,02 IU/hr  O3 O4

    P S R P2: GH 0,04 IU/hr  

    O5 O6P3: GH 0,08 IU/hr  

    O7 O8

    Gambar 4.1. Rancangan Penelitian

    Keterangan:

    P : Populasi

    S : Sampel

    R : Randomisasi

    P0 : Perlakuan pada kelompok kontrol tikus dislipidemia dengan injeksi aquadest

    subkutan selama 14 hari

    P1 : Perlakuan pada kelompok tikus dislipidemia dengan injeksi GH subkutan

    dengan dosis 0,02 IU/hr selama 14 hari

    P2 : Perlakuan pada kelompok tikus dislipidemia dengan injeksi GH subkutan

    dengan dosis 0,04 IU/hr selama 14 hari

  • 8/20/2019