UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29655/1/... · DI SD PUTRA JAYA . Skripsi . Diajukan ... khususnya guru PAI dalam meningkatkan

Embed Size (px)

Citation preview

  • UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA

    DI SD PUTRA JAYA

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

    Sarjana Pendidikan Islam

    Oleh:

    HASBULLOH NIM 18100110000042

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • i

    ABSTRAK

    HASBULLOH, NIM 18100110000042.UPAYA GURU PENDIDIKAN

    AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH

    SISWA DI SD PUTRA JAYA (Jl. KH. Abd Rahman Pondok Jaya, Depok. Jawa

    Barat). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dual Mode Sistem, Fakultas

    Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Akhlakul karimah merupakan tujuan dari risalah Islam. Dalam UU tentang

    SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan salah

    satunya adalah meningkatkan akhlak atau budi pekerti yang baik. Hal ini menjadi

    tantangan tersendiri bagi seorang guru, khususnya guru PAI dalam

    meningkatkan akhlakul karimah siswa. Oleh karena itu, segala upaya yang

    dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa harus

    sangat diperhatikan, agar siswa mempunyai akhlak yang baik (akhlakul karimah).

    Karena seorang guru akan menjadi contoh bagi siswanya, maka guru tersebut

    harus membekali dirinya dengan akhlak yang baik seseuai yang telah diajarkan

    oleh Rasulullah Saw.

    Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah minimnya pengetahuan

    agama siswa tentang ajaran Islam, karena kurangnya jam pelajaran PAI sehingga

    upaya yang dilakukan oleh guru PAI belum sepenuhnya dilaksanakan atau

    diterapkan oleh seluruh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya-

    upaya apa sajakah yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan akhlakul

    karimah siswa serta mengetahui bagaimana akhlak siswa di SD Putra Jaya.

    Kemudian, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan

    metode deskriptif. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan penelitian

    kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field Research).

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, menunjukan

    bahwa upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul

    karimah siswa di SD Putra Jaya sudah sangat baik. Hal ini terbukti dengan

    seringnya anak mendoakan orang tua setelah salat, siswa menggunakan tangan

    kanan ketika makan dan minum, siswa meminta maaf ketika melakukan kesalahan

    terhadap orang lain dan sebagainya

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa

    melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Penulis, sehingga

    karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam

    semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah

    Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan

    curahan syafaatnya di hari akhir nanti.

    Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun

    Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis

    dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan ini

    Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun

    Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan

    dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridloan Allah SWT.

    Khususnya kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

    Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    4. Bapak Dr. Khalimi, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan

    pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga

    terselesaikan PTK ini.

    5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen

    di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu

    pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

    6. Bapak M Lutfi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Putra Jaya, Depok. Yang

  • iii

    telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan

    penelitian.

    7. Guru dan karyawan SD Putra Jaya, Depok. Terima kasih atas doanya.

    8. Untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan doa dan restu

    tiada henti.

    9. Teristimewa untuk Istriku tercinta Siti Hamidah, S.S dan anak-anak tersayang

    Dzikri Muhammad Hasbulloh dan Anisa Syakira. Semoga menjadi Istri dan

    anak-anak yang sholih dan sholihah yang bisa mendoakan kepada kedua

    orang tuanya.

    10. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun

    telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah

    SWT membalas kebaikan kalian.

    Akhirnya hanya kepada Allah Swt sajalah penulis berharap semoga apa

    yang penulis kerjakan mendapatkan keridhaan-Nya. Semoga skripsi yang masih

    jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik

    konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.

    Jakarta, Desember 2014

    Penulis

  • iv

    DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    PENGESAHAN PENGUJI

    ABSTRAK ....................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .. 1

    B. Identifikasi Masalah 5

    C. Pembatasan Masalah . 6

    D. Perumusan Masalah . 6

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .. . 6

    BAB II KAJIAN TEORI . 7

    A. Akhlakul Karimah Siswa . 7

    1. Pengerian Akhlak . . 7

    2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak .. 8

    3. Pengertian Akhlakul karimah .. .. 16

    4. Manfaat Akhlakul Karimah . .. 17

    5. Pengertian Siswa .... 20

    6. Akhlakul Karimah Siswa. ... 22

    B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlakul

    karimah Siswa. .............................................. 26

    C. Hasil Penelitian Yang Relevan 28

  • v

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN . . 31

    A. Tempat dan Jadwal Penelitian... 31

    B. Metode Penelitian 31

    C. Teknik Pengumpulan Data 32

    D. Instrument penelitian 32

    E. Teknik Analisis Data .. 40

    BAB IV HASIL PENELITIAN .. 41

    A. Deskripsi Data.. 41

    B. Analisis data 41

    C. Interpretasi Data... 63

    BAB V PENUTUP.. 68

    A. Kesimpulan . 68

    B. Saran-saran 69

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Secara umum pendidikan agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan

    keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang

    agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa

    kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

    berbangsa dan bernegara.1

    Dari beberapa tujuan pendidikan agama Islam tersebut, Peneliti memfokuskan

    diri pada masalah akhlak mulia. Akhlak merupakan buah keimanan jika

    diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak mulia akan

    menunjukan kualitas keimanannya kepada Allah Swt.

    Seseorang yang berakhlak mulia akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya,

    dan berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. Allah berfirman dalam Al-Quran:

    Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap

    kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan.

    Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian

    (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.

    (Q.S. Al- Baqarah: 148)2

    Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang

    kehadirannya hingga saat ini semakin dibutuhkan. Secara historis dan teologis

    akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat

    1 Nuraida dan Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI, (Jakarta: Lembaga

    Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), cet. I, h. 21. 2 Al-Quran dan Terjemahnya (Madinah Munawwaroh: Mujamma al-Malik Fahd Li

    Thibaat Al-Mush-haf Asy Syarif, 1990), Juz 2, h. 38.

  • 2

    dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad

    Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat

    bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan

    akhlaknya yang terpuji.3

    Seorang guru pendidikan agama Islam harus menjadi teladan yang baik bagi

    peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik, sehingga peserta

    didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang dilakukan oleh

    guru tersebut. Seorang guru yang mengajak peserta didik untuk berakhlak mulia,

    sedang akhlaknya sendiri tidak terpuji, maka tidak aka nada peserta didik yang

    mau merespons ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri

    sebagai seorang guru.

    Rasulullah Saw melalui sunahnya menganjurkan agar pembentukan dilakukan

    melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa tubuh lebih

    efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa lisan.

    Dalam hal akhlakul karimah (akhlak mulia), selayaknya kita meneladani

    akhlak Rasulullah Saw. Beliau senantiasa merendah dan berdoa sepenuh hati.

    Beliau selalu memohon kepada Allah Swt agar menghiasi dirinya dengan adab-

    adab yang baik dan akhlak mulia.

    Saad bin Hisyam berkata, aku datang menemui Aisyah ra. Lalu bertanya

    kepadanya mengenai akhlak Rasulullah Saw. Aisyah menjawab, apakah engkau

    membaca Al-Quran, aku menjawab, benar, aku membaca Al-Quran. Aisyah

    berkata, akhlak Rasulullah Saw adalah Al-Quran. Sesungguhanya Al-Quran

    mengajarinya adab4.

    Seorang guru yang baik hendaknya mencontoh kepribadian Nabi Muhammad

    Saw, karena beliau adalah uswatun hasanah dan figur yang sempurna bagi semua

    umat manusia di sepanjang masa. Allah Swt berfirman:

    3 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),

    cet. I, h. 149. 4 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/ Budi pekerti Dalam Ibadah dan

    tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. II, h. 38-39.

  • 3

    Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taudan yang baik

    bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

    hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.5

    Menurut imam Al-Ghazali, guru pendidikan agama Islam perlu memiliki

    kompetensi personal religious dan kompetensi professional religious. Kompetensi

    personal religious menurut Al-Ghazali mencakup: kasih sayang terhadap peserta

    didik dan memperlakukannya sebagai anak sendiri, peneladanan pribadi

    Rasulullah, bersikap objektif, bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi

    peserta didik, dan bersedia mengamalkan ilmunya.

    Lebih jauh, kompetensi professional religious juga menyajikan pelajaran

    sesuai taraf kemampuan peserta didik, dan kepada peserta didik yang tidak

    mampu, sebaiknya diberikan ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.6

    Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

    pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam,

    sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt

    serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

    bernegara.7

    Secara umum pada tingkat sekolah dasar (SD), pendidikan agama Islam

    mendapat porsi yang sedikit sekali, yaitu seminggu sekali. Padahal pada masa ini

    peserta didik memerlukan pendidikan agama yang banyak, mengingat pendidikan

    agama Islam yang mereka peroleh akan menjadi dasar untuk mereka ke depan.

    Hal ini sangat memperihatinkan dunia pendidikan agama Islam pada zaman

    sekarang, kerena tidak sesuai lagi dengan hakikat pendidikan, yaitu pendidikan

    5 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 670.

    6 Nuraida dan Zahara, op. cit., h. 25-26.

    7 Ibid., h. 21.

  • 4

    bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi mampu merubah tingkah laku

    (akhlak) seseorang dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.

    Oleh karena itu, ada sekolah dasar yang mencoba menambahkan porsi

    pelajaran agama Islamnya dengan memasukan pelajaran Fikih, akidah akhlak, Al-

    Quran hadis, dan bahasa Arab pada pelajaran muatan lokalnya guna memfasilitasi

    kebutuhan siswa akan pelajaran agama Islam, diantaranya SD Putra Jaya.

    Dengan adanya penambahan pelajaran tersebut diharapkan para siswa

    akan tercukupi denan baik kebutuhan tentang pelajaran agama sehingga

    diharapkan menjadi siswa yang tidak hanya pintar secara kognisi tetapi juga

    memiliki akhlak yang mulia.

    Dari observasi yang penulis lakukan di SD Putra Jaya, terlihat para siswa

    bersikap sopan kepada guru dan teman, meskipun ada beberapa anak yang terlihat

    bercandanya keterlaluan terhadap temannya. Ketika sudah masuk waktu salat

    zuhur para siswa bergegas menuju aula serbaguna sekolah untuk salat zuhur

    berjamaah, ada juga siswa yang harus disuruh terlebih dahulu oleh guru. Di

    ruang kelas terlihat bersih dan rapih meskipun ada meja atau bangku yang ada

    coretannya sedikit. Ketika ada guru yang melintas terlihat ada siswa yang

    menghampiri untuk mengucap salam dasn mencium tangan guru dan ada juga

    siswa yang tidak memperdulikan kehadiran gurunya

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti

    tentang: UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

    MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SD PUTRA JAYA

    .

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dikemukakan dengan jelas apa

    saja yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini, yaitu:

  • 5

    1. Kurangnya kesadaran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan

    dan mengembangkan kompetensinya.

    2. Makna atau pengertian pendidikan yang tercantum dalam UU RI no 20

    tahun 2003 belum sepenuhnya terlaksana, terutama dalam hal memiliki

    akhlak mulia (akhlakuk karimah)

    3. Pada tingkat sekolah dasar (SD), pendidikan agama Islam hanya

    mendapatkan porsi yang sangat sedikit, sehingga pengajaran yang

    diberikan belum mencapai sasaran.

    4. Kurangnya keteladanan yang baik dari guru pendidikan agama Islam

    kepada siswanya.

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari terjadinya perluasan dan salah tafsir terhadap penelitian

    ini, maka peneliti memberi batasan sebagai berikut:

    1. Upaya guru Pendidikan Agama Islam yang dimaksud di sini adalah: a)

    pendidikan dan pengajaran agama yang diberikan di kelas. b) metode

    pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam

    meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya.

    2. Akhlakul karimah yang dimaksud di sini adalah: a) akhlak terhadap Allah

    Swt. b) akhlak terhadap manusia. c) akhlak terhadap lingkungan.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang

    peneliti buat adalah:

    1. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam

    meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya?

    2. Bagaimana akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya?

  • 6

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    a. Mengetahui dengan jelas upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan

    guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah

    siswa SD Putra Jaya.

    b. Mengetahui dengan jelas bagaimanakah akhlakul karimah siswa SD

    Putra Jaya.

    2. Manfaat Penelitian

    Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain:

    a. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para pendidik untuk

    selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa, agar mereka

    mempunyai akhlak yang mulia.

    b. Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi guru

    bidang studi agama Islam untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah

    dan akhlaknya.

    c. Menjadi bahan masukan bagi para peserta didik agar meningkatkan

    kualitas akhlaknya menjadi lebih baik.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Akhlakul Karimah Siswa

    1. Pengertian Akhlak

    Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab yang berarti:

    (a) perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan,

    ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara

    terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan, di antaranya Ibn

    Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak

    adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan

    tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam al-

    Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah

    gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan

    dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.19

    Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak,

    bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan

    dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan-

    perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai,

    tingkah laku atau tabiat. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang

    melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk.20

    Hal ini dikarenakan bahwa akhlak yang ditimbulkan sesuai dengan kadar

    keimanan seseorang kepada Allah Swt. Jika iman seseorang sedang bertambah,

    maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman seseorang

    sedang berkurang, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk.

    Dalam pengertian lain, Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari

    kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat atau

    19

    Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    September 2006), cet. I, h. 151. 20

    Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    2008), h.346.

  • 8

    khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu

    berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.21

    Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi

    kriteria sebagai berikut:

    Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat

    dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan

    akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak

    berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam

    keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk. atau gila. Ketiga perbuatan

    akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya

    tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah

    perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura

    atau karena bersandiwara.22

    Jadi, apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada

    dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.

    2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak

    Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran

    Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam

    ajaran Islam mencakup berbagai aspek. dimulai akhlak terhadap Allah, hingga

    kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda

    tak bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak paparan berikut ini:

    a. Akhlak Terhadap Allah Swt

    Akhlak terhadap Allah Swt dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan

    yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai

    khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki

    sebagaimana telah dijelaskan di atas.

    21

    Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.

    Bumi Aksara, Agustus 2004), Cet. IV, h. 198. 22

    Muhammad Alim, Op. cit., h. 151-152.

  • 9

    Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan

    mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu: pertama, karena Allah

    yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang

    ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat

    lain Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian

    diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Setelah

    itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut

    dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan demikian, sudah sepantasnya

    manusia berterima kasih kepada yang menciptakan-Nya.

    Kedua. karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indera,

    berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping

    anggota badan yang kokoh dan sempurna. Perlengkapan itu diberikan kepada

    manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan

    dan pendengaran adalah sarana observasi, yang dengan bantuan akal mampu

    untuk mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses

    generalisasi empiris ini akan mengarahkan manusia bersyukur kepada pencipta-

    Nya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan panca indera tersebut

    menurut ketentuan-ketentuan yang telah digariskan Allah SWT.

    Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana

    yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang

    berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.

    Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya

    kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka, dengan kemampuan yang Allah

    Swt berikan kepada manusia, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan

    umat manusia, bukan untuk melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat

    (bahaya) ke semua orang.

    Meski Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia

    sebagaimana disebutkan di atas, bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati.

    Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya. Akan

    tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah sewajarnya manusia menunjukkan

    sikap akhlak yang pantas kepada Allah.

  • 10

    Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan

    kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan

    membentuk pendidikan keagamaan. Di antara nilai-nilai ketuhanan yang sangat

    mendasar ialah:

    1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak

    cukup hanya percaya kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat

    menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.

    2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir

    atau bersama manusia dimanapun manusia berada. Bertalian dengan ini, dan

    karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia. maka manusia

    harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik

    mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan tidak

    dengan sikap sekadarnya saja.

    3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia.

    Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah,

    dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya.

    Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlakul karimah).

    4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi

    memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup

    mapun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusia akan mampu mencapai tingkat

    tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik pribadi maupun sosial.

    5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh

    harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam

    mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena manusia mempercayai

    atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakal adalah suatu

    kemestian.

    6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan, dalam hal ini

    atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang

    dianugerahkan Allah kepada manusia. Bersyukur sebenarnya sikap optimis

    dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah. Karena itu bersyukur

  • 11

    kepada Allah hakikatnya bersyukur kepada diri sendiri, karena manfaat yang

    besar akan kembali kepada yang bersangkutan.

    7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil,

    lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak

    tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-

    Nya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal

    dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.

    Semantara itu Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak

    terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan kecuali Allah.

    Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia,

    malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya. Berkenaan akhlak kepada Allah

    dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut diteruskan

    dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yakni menjadikan tuhan sebagai satu-

    satunya yang menguasai diri manusia.

    b. Akhlak terhadap Sesama Manusia

    Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan

    perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya

    dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti

    badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada

    sikap tidak menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di

    belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Hal ini sesuai dengan Firman

    Allah Swt dalam Al-Quran:

  • 12

    Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,

    sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-

    cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang

    menggunjing sebagian yang lain. (QS. Al-Hujurat: 12)23

    Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya

    melakukan perbuatan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin,

    jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah

    yang baik. Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar. jangan

    mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk

    tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau

    memanggilnya dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan

    hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa

    yang dimaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan

    agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah.

    Untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan keagamaan,

    kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia (nilai-nilai kemanusiaan)

    berikut ini patut sekali untuk dipertimbangkan, antara lain:

    1) Silaturahim, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia,

    khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dan seterusnya.

    Sifat utama Tuhan adalah kasih (rahm, rahmah) sebagai satu-satunya sifat

    ilahi yang diwajibkan sendiri atas diri-Nya. Maka manusia pun harus cinta

    kepada sesamanya agar Allah cinta kepadanya.

    2) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih antara

    sesama kaum beriman (biasa disebut ukhuwah Islamiyah). Intinya adalah agar

    manusia tidak mudah merendahkan golongan lain. Tidak merasa lebih baik

    atau lebih rendah dari golongan lain, tidak saling menghina, saling mengejek,

    banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain dan suka

    mengumpat (membicarakan) keburukan orang lain. Karena pada dasarnya

    umat Islam adalah bersaudara, maka jika terjadi perselisihan diantara mereka,

    23

    Departemen Agama RI, Op. cit., h. 517.

  • 13

    sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mendamaikannya. Hal ini

    sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Quran:

    Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu

    damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah

    kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.24

    3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa semua manusia sama harkat

    dan martabatnya. Tanpa memandang jenis kelamin, ras, ataupun suku bangsa.

    Tinggi rendah manusia hanya berdasarkan ketakwaannya yang penilaian dan

    kadarnya hanya Tuhan yang tahu.

    4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balance) dalam memandang, menilai

    atau menyikapi sesuatu atau seseorang. Jadi, tidak secara apriori (masa

    bodoh) dalam menunjukkan sikap positif atau negatif. Sikap kepada sesuatu

    atau seseorang dilakukan hanya setelah mempertimbangkannya dari berbagai

    segi secara jujur dan seimbang, penuh itikad baik dan bebas dari prasangka.

    5) Baik sangka (husnu-zhan), yaitu sikap penuh baik sangka kepada sesama

    manusia. Berdasarkan ajaran agama, pada hakikat aslinya bahwa manusia itu

    adalah baik, karena diciptakan Allah dan dilahirkan atas fitrah atau kejadian

    asal yang suci. Sehingga manusia adalah makhluk yang memiliki

    kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan (hanif).

    6) Rendah hati (tawadhu), yaitu sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa

    segala kemuliaan hanya milik Ailah. Maka, tidak sepantasnya manusia

    mengklaim kemuliaan kecuali dengan pikiran dan perbuatan yang baik, yang

    itu pun hanya Allah yang akan menilainya. Sikap rendah hati selaku orang

    beriman adalah suatu kemestian, hanya kepada mereka yang jelas-jelas

    menentang kebenaran, manusia dibolehkan untuk bersikap tinggi hati.

    7) Tepat janji (al-wafa). Salah satu sifat orang yang benar-benar beriman ialah

    sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. Dalam masyarakat

    24

    Departemen Agama RI, Op. cit., h. 516.

  • 14

    dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap tepat janji

    merupakan unsur budi luhur yang amat diperlukan dan terpuji.

    8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan menghargai pendapat dan

    pandangan orang lain. Ketika ada seseorang yang memberikan pendapat

    terhadap suatu masalah, maka hendaknya mendengarkan terlebih dahulu

    pendapatnya sampai selesai, sebelum mengomentari pendapat orang tersebut.

    9) Dapat dipercaya (al-amanah). Salah satu konsekuensi iman ialah amanah atau

    penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah sebagai budi luhur adalah

    lawan dari khianat yang amat tercela.

    10) Perwira (iffah atau taaffuf). yaitu sikap penuh harga diri namun tidak

    sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas

    atau iba dengan maksud mengundang belas kasihan dan mengharapkan

    pertolongan orang lain.

    11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (isyraf) dan tidak pula kikir

    (qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawam) antara keduanya.

    Yaitu menggunakan harta seperlunya saja dan lebih mendahulukan kebutuhan

    daripada keinginan.

    12) Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap kaum beriman yang

    memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama

    mereka yang kurang beruntung dengan mendermakan sebagian dari harta

    benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab

    manusia tidak akan memperoleh kebajikan sebelum mendermakan sebagian

    dari harta benda yang dicintainya.

    Sama halnya dengan nilai-nilai ketuhanan yang membentuk ketakwaan,

    maka nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk akhlak mulia di atas tentu masih

    dapat ditambah dengan deretan nilai yang banyak sekali. Namun, kiranya apa

    yang telah disampaikan di atas dapat menjadikan pijakan ke arah pemahaman dan

    dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bersosial.

  • 15

    c. Akhlak terhadap Lingkungan

    Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di

    sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak

    bernyawa.

    Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan

    bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya

    interaksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan

    mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap

    makhluk mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah Swt

    menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola dan

    mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan (diberikan) Allah Swt

    di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Quran:

    Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi

    dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk

    mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

    tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha

    Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Anam: 165)25

    Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah

    sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak

    memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptanya.

    Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses

    yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang

    demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan

    pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan terhadap lingkungan

    harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri.

    25

    Departemen Agama RI, Op. cit., h. 150.

  • 16

    Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya

    diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki

    ketergantungan kepada-Nya. Hal ini dapat menambah keyakinan seorang muslim.

    untuk menyadari bahwa segala sesuatu yang Allah Swt ciptakan di alam semesta

    ini, pasti semuanya akan kembali kepada-Nya.

    Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat

    komprehensif (menyeluruh) dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan

    Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk

    tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu

    bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.26

    3. Pengertian Akhlakul Karimah

    Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya

    khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti kejadian.

    buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau

    sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan menurut terminologi (istilah), akhlak

    merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa sebagai hasil dari proses pendidikan,

    yang dalam melakukannya berlangsung secara spontan (tanpa melalui

    pertimbangan) terlebih dahulu.

    Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung

    kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di

    Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang

    berakhlak berarti orang yang berakhlak baik.

    Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau

    seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus

    terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana

    sebaiknya akhlak itu seharusnya disusun oleh manusia di dalam sistem ideanya.

    Sistem idea ini adalah hasil proses (penyebaran) dari pada kaidah-kaidah yang

    dihayati dan dirumuskan sebelumnya (norma yang bersifat normatif dan norma

    yang bersifat deskriptif). Kaidah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul

    26

    Ibid, h. 152-158.

  • 17

    dari satu sistem nilai yang terdapat pada Al-Quran atau Sunnah yang telah

    dirumuskan melalui wahyu ilahi maupun yang disusun oleh manusia sebagai

    kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang

    diciptakan Allah SWT.

    Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir

    hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun

    non-material (konsepsi, idea). Jadi akhlak yang baik itu (Akhlakul Karimah) ialah

    pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestsikan pada nilai-nilai Iman, Islam

    dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin berarti

    orang yang berbuat baik.

    Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku

    yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syariah Islam disebut ihsan.

    Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu

    sistem yang lebih besar yang disebut akhlakul karimah. Dengan perkataan lain,

    akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku

    manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan ihsan adalah pranata nilai yang

    menentukan attribute kualitatif dari pada pribadi (akhlak). Jadi, akhlak yang

    berkualitas Ihsan adalah akhlakul karimah. Dan orang yang berakhlakul karimah

    disebut muhsin.27

    4. Manfaat Akhlakul Karimah

    Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Di antara ilmu-ilmu

    tersebut ada yang memberikan kegunaan dengan segera dan ada pula yang dipetik

    buahnya setelah agak lama diamalkan dengan segala ketekunan. Jadi, semua ilmu

    pengetahuan yang dipelajari pasti ada manfaatnya, baik secara cepat maupun

    lambat.

    Demikian pula ilmu akhlak sebagai salah satu cabang ilmu agama Islam

    yang juga menjadi kajian filsafat, mengandung berbagai kegunaan dan manfaat.

    27

    Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet.

    X. h. 253-256.

  • 18

    Oleh karena itu, mempelajari ilmu ini akan membuahkan hikmah yang besar bagi

    yang mempelajarinya di antaranya:

    a. Kemajuan Rohaniah

    Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang

    rohaniah (mental spiritual). Orang yang berilmu tidaklah sama derajatnya dengan

    orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan

    dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam

    Al-Quran:

    Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu

    dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha

    teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)28

    Dengan demikian, tentulah orang-orang yang mempunyai pengetahuan

    dalam ilmu akhlak lebih utama daripada orang-orang yang tidak mengetahuinya.

    Dengan pengetahuan ilmu akhlak dapat mengantarkan seseorang kepada jenjang

    kemuliaan akhlak. Karena dengan ilmu akhlak, seseorang akan dapat menyadari

    mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang jahat. Dengan ilmu akhlak

    yang dimilikinya, seseorang akan selalu berusaha memelihara diri agar senantiasa

    berada pada garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang

    tercela yang dimurkai oleh Allah.

    b. Penuntun Kebaikan

    Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana

    yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya

    membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan

    manfaat bagi sesama manusia.

    28

    Departemen Agama RI, Op. cit., h. 543.

  • 19

    c. Kebutuhan Primer dalam Keluarga

    Sebagaimana halnya makanan, minuman, pakaian dan rumah, akhlak juga

    sebagai panduan moral adalah kebutuhan primer bagi manusia, terutama dalam

    keluarga. Karena pendidikan yang pertama dan utama adalah dari lingkungan

    keluarga terlebih dahulu.

    Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera.

    Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan dapat

    bahagia, sekalipun kekayaan materilnya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang

    suatu keluarga serba kekurangan dalam ekonomi namun dapat bahagia berkat

    pembinaan akhlak.

    Keharmonisan keluarga, jalinan cinta kasih dan kasih sayang, terlahir dari

    akhlak yang luhur. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu

    datang melanda, dapat diatasi dengan rumus-rumus akhlak.

    d. Kerukunan Antartetangga

    Tidak cuma dalam keluarga, pada lingkungan yang lebih luas, dalam hal

    ini hubungan antar tetangga pun memerlukan akhlak yang baik. Untuk membina

    kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan

    mengindahkan kode etik bertetangga.

    e. Pembinaan Para Remaja

    Para orang tua, kaum pendidik dan aparat penegak hukum seringkali

    dipusingkan oleh masalah kenakalan remaja. berbagai kasus kenakalan remaja,

    seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba), pemerkosaan, perkelahian,

    perampokan, dan sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak remaja itu

    sendiri. Remaja yang nakal biasanya remaja yang tidak mengenal akhlak dan

    salah dalam memilih pergaulan.

    Sebaliknya tidak sedikit pula remaja yang menyejukkan pandangan mata.

    karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu berbuat kebaikan.

    Remaja yang demikian adalah remaja yang saleh dan berakhlak.

  • 20

    Dengan mempelajari akhlak ini akan dapat menjadi sarana bagi

    terbentuknya insan kamil (manusia sempurna, ideal). Insan kamil dapat diartikan

    sebagai manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat

    berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan

    makhluk lainnya secara benar sesuai dengan ajaran akhlak. Manusia yang akan

    selamat hidupnya di dunia dan akhirat.29

    5. Pengertian Siswa

    Banyak sinonim (persamaan kata) yang digunakan dalam menyebut kata

    siswa, yaitu peserta didik, anak didik, dan murid. Dengan berpijak pada

    paradigma belajar sepanjang masa, maka istilah yang tepat untuk menyebut

    individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta

    didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga

    pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi

    individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga

    mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan

    formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majlis Talim,

    Paguyuban, dan sebagainya.

    Sama halnya dengan teori Barat, peserta didik dalam pendidikan Islam

    adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis,

    sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.

    Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang

    belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya

    dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta

    didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya,

    dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.

    Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali disebut dengan murid

    atau thalib. Secara etimologi, murid berarti orang yang menghendaki.

    Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah pencari hakikat di bawah

    bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid). Sedangkan

    29

    Muhammad Alim. Op. cit., h. 158-162.

  • 21

    thalib secara bahasa berarti orang yang mencari, sedang menurut istilah tasawuf

    adalah penempuh jalan spiritual, di mana ia berusaha keras menempuh dirinya

    untuk mencapai derajat sufi. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut

    peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk

    perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib).

    Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki kedalaman makna

    daripada penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan itu terdapat

    individu yang secara sungguh-sungguh menghendaki dan mencari ilmu

    pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa istilah murid dan thalib menghendaki

    adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses belajar mengajar, bukan pada

    pendidik. Namun, dalam pepatah dinyatakan: tiada tepuk sebelah tangan.

    Pepatah ini mengisyaratkan adanya active learning bagi peserta didik dan active

    teaching bagi pendidik, sehingga kedua belah pihak menjadi gayung

    bersambung dalam proses pendidikan agar tercapai hasil secara maksimal.30

    Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

    menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-

    mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan

    kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu,

    sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai

    tujuan belajarnya.

    Selanjutnya, murid atau anak didik juga memiliki kepribadian yang unik,

    yaitu mempunyai potensi dan mengalami proses perkembangan. Dalam proses

    perkembangan itu, anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan

    coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu

    kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.31

    Terlepas dari berbagai pengertian tentang siswa atau penyebutan nama lain

    dari siswa, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa siswa merupakan

    seseorang yang mempelajari suatu ilmu pengetahuan kepada seorang guru, agar

    30

    Abdul Mujib dan Mudzakkir, Op. cit, h. 103-104. 31

    Zakiah Daradjat. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 1995), h. 268.

  • 22

    mereka mengalami perkembangan, baik secara Psikologis (kejiwaan) maupun

    Intelektual (kecerdasan).

    6. Akhlakul Karimah Siswa

    Akhlakul karimah siswa merupakan pedoman yang baik dalam bertingkah

    laku, sesuai dengan norma-norma yang bersumber dari ajaran Islam. Akan tetapi,

    yang dimaksud dengan akhlakul karimah siswa atau peserta didik dalam hal ini

    bukan hanya berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus

    ditampakkan oleh peserta didik dalam pergaulan di lingkungan sekolah maupun di

    luar sekolah, melainkan berbagai ketentuan lainnya yang memungkinkan dapat

    mendukung efektivitas proses belajar mengajar. Pengetahuan terhadap akhlakul

    karimah peserta didik ini bukan hanya perlu diketahui oleh setiap peserta didik

    dengan tujuan agar menerapkannya, melainkan juga perlu diketahui oleh setiap

    pendidik, agar dapat mengarahkan dan membimbing para peserta didik untuk

    mengikuti akhlakul karimah tersebut.

    Akhlakul karimah siswa itu ada yang berhubungan dengan akhlak terhadap

    Allah Swt, sesama manusia dan dengan lingkungan. Akhlakul karimah siswa

    terhadap Allah Swt antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan

    semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Adapun akhlakul karimah siswa

    terhadap manusia, antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan

    semua perintah orang tua dan guru, menaati peraturan pemerintah, menghargai

    dan menghormati kerabat, teman dan manusia pada umumnya, adat istiadat dan

    kebiasaan positif yang berlaku di masyarakat. Adapun akhlakul karimah siswa

    terhadap lingkungan, antara lain berkaitan dengan kepedulian terhadap

    pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial, seperti peduli terhadap

    kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan.

    Di samping akhlakul karimah secara umum sebagaimana tersebut di atas,

    terdapat pula akhlakul karimah yang secara khusus berkaitan dengan tugas dan

    fungsi sebagai siswa. Akhlak yang secara khusus ini penting dimiliki setiap siswa

    dalam rangka mendukung efektivitas atau keberhasilannya dalam mengikuti

    kegiatan belajar mengajar. Di kalangan para ahli pendidikan terdapat gagasan

  • 23

    yang berkaitan dengan rumusan tentang akhlakul karimah yang khusus ini dengan

    menggunakan latar belakang pendekatan yang berbeda-beda. Dengan

    menggunkan pendekatan tasawuf dan fiqh, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip

    Fathiyah Hasan Sulaiman misalnya menganjurkan agar siswa memiliki niat

    ibadah dalam menuntut ilmu, menjauhi kecintaan terhadap duniawi (zuhud),

    bersikap rendah hati (tawadhu), menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang

    saling bertentangan, mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk kepentingan

    akhirat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah menuju yang sukar, dari yang

    konkret menuju yang abstrak, dari ilmu yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu

    kifayah, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelum menuntaskan pelajaran

    yang terdahulu, mengedepankan sikap ilmiah (scientific) dalam mempelajari suatu

    ilmu, mendahulukan ilmu agama daripada ilmu umum, mengenal nilai-nilai

    pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, serta mengikuti nasihat pendidik.

    Selanjutnya, Mohammad Athiyah al-Abrasyi lebih jauh menyebutkan dua

    belas kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap peserta didik yang ingin

    memperoleh keberkahan dan manfaat ilmu. Kedua belas kewajiban ini sebagai

    berikut:

    a. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela

    Sebelum mulai belajar, siswa harus terlebih dahulu membersihkan dirinya

    dari segala sifat yang buruk, karena belajar dan mengajar dianggap sebagai ibadah,

    dan setiap ibadah tidak sah kecuali disertai hati yang suci, berhias dengan moral

    yang baik, seperti berkata benar, ikhlas, takwa, rendah hati, zuhud, menerima apa

    yang ditentukan tuhan, serta menjauhi sifat-sifat yang buruk seperti iri, dengki,

    benci, sombong, tinggi hati, angkuh, dan menipu.

    b. Memiliki niat yang mulia

    Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang utama,

    selalu mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang dipelajari

    untuk menonjolkan atau menyombongkan diri, bermegah-megah atau pamer

    kepandaian.

  • 24

    c. Meninggalkan kesibukan duniawi

    Dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan, seorang pelajar harus rela

    dan bersedia meninggalkan kampung halaman, tanah air dan keluarganya, tidak

    ragu-ragu dan siap berpergian ke tempat yang paling jauh sekalipun.

    d. Menjalin hubungan yang harmonis dengan guru

    Menjalin hubungan yang harmonis dengan guru merupakan salah satu

    akhlak terpuji yang harus dilakukan oleh peserta didik. Caranya antara lain

    dengan tidak terlalu banyak berganti-ganti guru. Pada dasarnya berganti guru

    tidak dilarang. Namun jika terlalu sering berganti-ganti guru, selain akan

    menyebabkan terganggunya kesinambungan pelajaran, juga dapat menimbulkan

    hubungan yang kurang harmonis dengan guru.

    e. Menyenangkan hati guru

    Menyenangkan hati para guru merupakan salah satu akhlak yang perlu

    dilakukan oleh peserta didik. Caranya antara lain tidak terlalu banyak bertanya

    yang merepotkan guru. Bertanya tentang sesuatu yang belum diketahui kepada

    para guru pada dasarnya merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Namun jika

    pertanyaan tersebut sifatnya menguji guru atau memotong pembicaraan guru,

    serta merepotkannya, maka sebaiknya dihindari. Demikian pula berjalan-jalan di

    depan guru, menempati tempat duduknya, dan mendahului dalam pembicaraan

    adalah perbuatan yang kurang sopan terhadap guru.

    f. Memuliakan guru

    Menghormati, memuliakan, dan mengagungkan para guru atas dasar

    karena Allah SWT merupakan perbuatan yang harus dilakukan oleh peserta didik.

    Hal yang demikian penting dilakukan, karena selain akan menimbulkan kecintaan

    dan perhatian guru terhadap murid, juga akan meningkatkan martabat murid itu

    sendiri.

  • 25

    g. Menjaga rahasia guru

    Menjaga rahasia atau privasi guru merupakan perbuatan mulia yang harus

    dilakukan peserta didik. Untuk itu hendaknya jangan membuka rahasia guru,

    menipu guru, dan meminta membukakan rahasia kepada guru. Selain itu

    hendaknya menerima permintaan maaf dari guru bila terselip kesalahan.

    h. Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru

    Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru merupakan akhlak

    mulia yang harus dilakukan para siswa. Caranya antara lain dengan memberi

    salam kepada guru, mengurangi percakapan dihadapan guru, tidak menceritakan

    atau menggunjingkan keburukan orang lain dihadapan guru dan lainnya, dan

    jangan pula menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat

    pribadi (privasi) guru. Hal yang demikian dilakukan, agar kehormatan dan

    martabat guru dapat terpelihara dengan baik yang selanjutnya akan memuliakan

    dan meninggikan martabat peserta didik.

    i. Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar

    Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar merupakan akhlak yang

    mulia, karena ketekunan dan kesungguhan merupakan kunci sukses dalam segala

    usaha. Caranya antara lain dengan menunjukkan tanggung jawab, komitmen, dan

    kesungguhan dalam memanfaatkan waktu secara efesien dan efektif untuk

    memperoleh ilmu pengetahuan, dengan terlebih dahulu mengutamakan ilmu yang

    lebih penting, ilmu-ilmu dasar yang dapat digunakan untuk memperdalam ilmu

    lainnya.

    j. Memilih waktu belajar yang tepat

    Memilih waktu belajar yang tepat akan memberi pengaruh bagi

    keberhasilan dalam menguasai pengetahuan. Selain harus belajar tekun dan

    bersungguh-sungguh, seorang peserta didik juga harus mengulangi pelajaran di

    waktu senja dan menjelang subuh. Waktu antara Isya dan makan sahur merupakan

    waktu yang penuh berkah.

  • 26

    k. Belajar sepanjang hayat

    Memiliki tekad yang kuat untuk belajar sepanjang hayat merupakan akhlak

    terpuji. Hal yang demikian perlu dilakukan. karena dari waktu ke waktu

    perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi, desain dan lainnya

    selalu mengalami perkembagan yang amat pesat. Untuk itu setiap peserta didik

    agar bertekad untuk belajar hingga akhir hayat, tidak meremehkan sesuatu cabang

    ilmu, tetapi hendaknya menganggap bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan

    meniru-niru apa yang didengarnya dari orang-orang yang terdahulu yang

    mengkritik dan merendahkan sebagian ilmu seperti ilmu mantik dan filsafat.

    l. Memelihara rasa persaudaraan dan persahabatan.

    Memelihara rasa persaudaraan, persahabatan, saling menyayangi, saling

    mencintai, saling menolong, saling melindungi di antara teman dalam hal

    kebaikan dan ikhlas karena Allah SWT merupakan akhlak mulia yang harus

    dilakukan oleh para peserta didik. Hal yang demikian penting dilakukan, karena

    akan dapat memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi selama menuntut ilmu.

    serta dalam perjalanan hidup selanjutnya.32

    B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan

    Akhlakul Karimah Siswa

    Guru merupakan orang yang digugu (dipatuhi) dan ditiru, banyak istilah

    untuk menyebut namakan guru yang menjadi tugas dan fungsi guru. Eksistensi

    (keberadaan) guru dalam proses pembelajaran tidak dapat digantikan dengan

    apapun. Terutama masalah figur dan keteladanannya, hal ini mengingat guru

    bukan hanya sekedar transfer ilmu saja melainkan lebih dari itu dalam konsep

    Islam adalah sebagai penginternalisasian nilai yang bersumber dari ajaran Islam.

    Dalam Islam juga sosok guru harus memahami karakteristik peserta didik

    sehingga pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan jiwa anak didik. Karenanya

    setiap guru dituntut memiliki berbagai ilmu pengetahuan kecakapan baik

    32

    Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, November 2010). cet. I, h.

    181-186.

  • 27

    kepribadian maupun seperangkat ilmu yang mendukung kelancaran tugas dan

    fungsinya sebagai pencerah dan pembina jasmani dan rohani siswa.

    Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul

    karimah siswa dapat dilakukan, apabila guru PAI tersebut telah meningkatkan

    kompetensinya dalam mengajar. Karena bagaimanapun juga siswa akan mengikuti

    segala sesuatu yang diberikan maupun yang dicontohkan oleh guru PAI tersebut.

    Menurut Abdul Mujib dan Mudzakkir, dalam bukunya Ilmu Pendidikan

    Islam, menyebutkan bahwa, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh

    seorang guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah

    siswa, yaitu:

    1. Kompetensi Personal-Religius

    Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah

    menyangkut kepribadian agamis atau kesalehan pribadi. artinya pada dirinya

    melekat nilai-nilai baik yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta

    didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab,

    musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban, dan sebagainya.

    Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi transinternalisasi

    (pemindahan penghayatan nilai-nilai) antara pendidik dan peserta didik, baik

    langsung maupun tidak langsung, atau setidak-tidaknya terjadi transaksi (alih

    tindakan) antara keduanya.

    2. Kompetensi Sosial-Religius

    Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya

    terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap

    gotong-royong, tolong-menolong, egalitarian (persamaan derajat antara manusia),

    sikap toleransi, dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim dalam

    rangka transinternalisasi sosial atau interaksi sosial antara pendidik dan peserta-

    peserta didik.

    3. Kompetensi Profesional-Religius

    Kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan

    tugas keguruannya secara professional, dalam arti mampu membuat keputusan

  • 28

  • 29

  • 30

  • 31

  • 32

  • 31

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    Sekolah yang dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian ialah

    SD Putra Jaya (Jalan KH Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec.

    Cipayung, Depok), dan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 01-06 September

    2014. Peneliti memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:

    1. Peneliti sudah mengenal keadaan sekolah tersebut, sehingga memudahkan

    dalam melakukan penelitian.

    2. Sekolah tersebut memungkinkan dalam melaksanakan penelitian, baik dari

    segi jarak maupun keadaan sekolah.

    3. Penulis mengajar pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan untuk

    mendapatkan informasi yang relevan.

    B. Metode Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis

    deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran tentang upaya guru pendidikan

    agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan

    KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok).

    Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan

    menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian

    kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan

    bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan,

    misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah, surat kabar,

    internet dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Dan penelitian

    lapangan (Field research)1, yaitu penulis menghimpun informasi, data dan fakta

    dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realitas yang tengah

    terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat, tentang upaya guru pendidikan

    1 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta

    Press, 2006), Cet. I, h.4.

    31

  • 32

    agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan

    KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok).

    C. Teknik pengumpulan data

    Berdasarkan apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka peneliti

    hanya mengambil teknik pengumpulan data sebagai berikut:

    1. Angket atau kuesioner

    Angket atau kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan

    memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden

    dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut.2 Dalam

    penelitian ini, penulis menjadikan siswa kelas V (Lima) SD Putra Jaya sebagai

    responden. Hal ini sangat penting bagi penulis untuk mendapatkan informasi

    tentang upaya guru PAI dan akhlakul karimah siswa.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

    pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban

    responden.3

    Dalam penelitian ini, penulis menjadikan guru PAI sebagai objek

    yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang upaya guru PAI dalam

    meningkatkan akhlakul karimah siswa.

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian merupakan seperangkat alat untuk menggali atau

    mencari data primer dari responden sebagai sumber data dalam sebuah

    penelitian.4

    Di bawah ini tabel instrument kisi-kisi penelitian upaya guru pendidikan

    agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa.

    2 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja

    Grafindo Persada, Februari 2011), cet. XI, h. 49. 3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. X, h.

    173. 4 Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana. 2007), cet.

    III. h. 59.

  • 33

    TABEL 3.1

    Instrumen Kisi-kisi Angket

    Pokok Pertanyaan: Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul

    Karimah Siswa.

    Sub Pokok

    Pertanyaan Aspek yang Diungkap

    Butir

    Soal

    Jumlah

    Soal

    Pendidikan dan

    pengajaran agama

    yang diberikan di

    kelas.

    1. Ranah Kognitif:

    Memberikan pemahaman tentang

    akhlak yang baik dan buruk.

    Memberikan pemahaman tentang

    keuntungan orang yang

    berakhlak baik.

    Memberikan pemahaman tentang

    mudharat (bahaya) orang yang

    berakhlak buruk.

    2. Ranah Psikomotorik:

    Mengajarkan siswa berakhlak

    yang baik.

    Memberikan bimbingan yang

    baik kepada siswa dalam

    melakukan perbuatan.

    3. Ranah Afektif:

    Memberikan apresiasi

    (penghargaan) kepada siswa

    yang berakhlakul karimah.

    Memberikan motivasi kepada

    siswa untuk berakhlakul

    karimah.

    Memberikan teguran dan

    arahan kepada siswa yang

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

    1

  • 34

    berakhlak buruk.

    Metode

    Pembelajaran yang

    Digunakan Guru

    PAI dalam

    Meningkatkan

    Akhlakul Karimah

    Siswa.

    1. Pengajaran:

    Memberikan pemahaman

    tentang berakhlak yang baik.

    Memberikan pemahaman

    tentang keuntungan orang

    yang berakhlakul karimah.

    2. Bimbingan:

    Memberikan nasehat yang

    baik kepada siswa.

    Memberikan suri tauladan

    (contoh) yang baik kepada

    siswa.

    3. Pelatihan:

    Melatih dan membiasakan

    siswa untuk berakhlak yang

    baik.

    Memperbaiki kebiasaan-

    kebiasaan buruk siswa

    dengan kebiasaan-kebiasaan

    yang baik.

    9

    10

    11,12

    1

    1

    2

    JUMLAH 12

    TABEL 3.2

    Instrumen Kisi-kisi Angket

    Pokok Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa Kelas V SD Putra Jaya

    Sub Pokok

    Pertanyaan Aspek yang Diungkap

    Butir

    Soal

    Jumlah

    Soal

    Akhlak Terhadap Berdoa kepada Allah SWT 1, 2 2

  • 35

    Allah SWT ketika akan melakukan segala

    perbuatan baik.

    Membaca wirid-wiridan setelah

    selesai sholat.

    Melaksanakan sholat fardhu lima

    waktu secara berjamaah.

    Melaksanakan sholat-sholat

    sunnah.

    Melaksanakan puasa-puasa

    sunnah.

    Berpakaian rapih dan suci ketika

    akan melaksanakan sholat.

    Menggunakan tangan kanan saat

    makan dan minum.

    3

    4

    5, 6

    7

    8, 9

    10

    1

    1

    2

    1

    2

    1

    Akhlak Terhadap

    Manusia

    Saling tolong-menolong ketika

    seseorang mengalami kesulitan.

    Selalu berbuat adil dalam

    memutuskan perkara atau

    masalah.

    Bersedekah kepada orang lain.

    Senantiasa memaafkan kesalahan

    orang lain.

    Selalu menepati janji dengan

    orang lain.

    Saling memberikan nasehat

    untuk melakukan kebaikan.

    Mengucapkan salam ketika

    bertemu dengan orang lain.

    Menghadiri undangan orang lain.

    11

    12

    13

    14, 15

    16

    17, 18

    19, 20, 21

    22

    1

    1

    1

    2

  • 36

    Akhlak Terhadap

    Lingkungan

    Senantiasa menjaga kebersihan

    dan keindahan lingkungan.

    Ikut serta dalam merawat dan

    memelihara lingkungan.

    Menjaga kebersihan di

    lingkungan masyarakat.

    Menjaga kebersihan anggota

    badan dan pakaian.

    23, 24, 25

    26, 27

    28

    29, 30

    3

    2

    1

    2

    JUMLAH 30

    TABEL 3.3

    Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran

    Pokok Pertanyaan: Pendidikan dan Pengajaran Agama yang

    diberikan di Kelas.

    Sub Pokok

    Pertanyaan Aspek yang Diungkap Pertanyaan

    Pendidikan dan

    pengajaran agama

    yang diberikan di

    kelas.

    1. Ranah Kognitif:

    Memberikan pemahaman

    tentang akhlak yang baik dan

    buruk.

    Memberikan pemahaman

    tentang keuntungan orang

    yang berakhlak baik.

    Memberikan pemahaman

    tentang mudharat (bahaya)

    orang yang berakhlak buruk.

    2. Ranah Psikomotorik:

    Mengajarkan siswa

    berakhlak yang baik.

    Memberikan bimbingan

    1. Bagaimanakah

    akhlakul karimah

    dikenalkan kepada

    para siswa?

    2. Dengan cara apa

    bapak

    mengajarkan siswa

    berakhlak yang

    baik?

  • 37

    yang baik kepada siswa

    dalam melakukan perbuatan.

    3. Ranah Afektif:

    Memberikan apresiasi

    (penghargaan) kepada siswa

    yang berakhlakul karimah.

    Memberikan motivasi

    kepada siswa untuk

    berakhlakul karimah.

    Memberikan teguran dan

    arahan kepada siswa yang

    berakhlak buruk.

    3. Bagaimanakah

    tanggapan atau

    respon bapak

    terhadap siswa

    yang berakhlak

    baik dan buruk?

    TABEL 3.4

    Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran

    Pokok Pertanyaan: Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru PAI dalam

    Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa.

    Sub Pokok

    Pertanyaan Aspek yang Diungkap Pertanyaan

    Metode

    Pembelajaran yang

    Digunakan Guru

    PAI dalam

    Meningkatkan

    Akhlakul Karimah

    Siswa.

    1. Pengajaran:

    Memberikan pemahaman

    tentang berakhlak yang baik.

    Memberikan pemahaman

    tentang keuntungan orang

    yang berakhlakul karimah.

    2. Bimbingan:

    Membimbing dan

    mengarahkan siswa untuk

    berakhlak yang baik.

    4. Bagaimanakah

    akhlak ditanamkan

    kepada para

    siswa?

    5. Bimbingan dan

    arahan seperti apa

    yang bapak

    berikan kepada

    siswa agar

  • 38

    Memberikan suri tauladan

    (contoh) yang baik kepada

    siswa.

    3. Pelatihan:

    Melatih dan membiasakan

    siswa untuk berakhlak yang

    baik.

    Memperbaiki kebiasaan-

    kebiasaan buruk siswa

    dengan kebiasaan-kebiasaan

    yang baik.

    mempunyai akhlak

    yang baik?

    6. Cara atau metode

    apa yang sering

    bapak lakukan

    untuk

    memperbaiki

    akhlak siswa yang

    buruk agar

    memiliki akhlak

    yang baik?

    7. Bagaimanakah

    bapak

    mempertahankan

    atau meningkatkan

    siswa yang telah

    berakhlak baik?

    TABEL 3.5

    Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran Pokok

    Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya

    Sub Pokok

    Pertanyaan Aspek yang Diungkap Pertanyaan

    1. Akhlak Kepada

    Allah SWT.

    Berdoa kepada Allah SWT

    ketika akan melakukan

    segala perbuatan baik.

    Membaca wirid-wiridan

    setelah selesai sholat.

    Melaksanakan sholat fardhu

    8. Bagaimanakah

    menurut bapak

    akhlak siswa

    kepada Allah Swt

    terutama masalah

    sholat?

  • 39

    lima waktu secara

    berjamaah.

    Melaksanakan sholat-sholat

    sunnah.

    Melaksanakan puasa-puasa

    sunnah.

    Berpakaian rapih dan suci

    ketika akan melaksanakan

    sholat.

    Menggunakan tangan kanan

    saat makan dan minum.

    2. Akhlak Kepada

    Sesama

    Manusia.

    Saling tolong-menolong

    ketika seseorang mengalami

    kesulitan.

    Selalu berbuat adil dalam

    memutuskan perkara atau

    masalah.

    Bersedekah kepada orang

    lain.

    Senantiasa memaafkan

    kesalahan orang lain.

    Selalu menepati janji dengan

    orang lain.

    Saling memberikan nasehat

    untuk melakukan kebaikan.

    Mengucapkan salam ketika

    bertemu dengan orang lain.

    Menghadiri undangan orang

    lain.

    9. Bagaimanakah

    menurut bapak

    akhlak siswa

    kepada sesama

    manusia terutama

    kepada temannya?

    3. Akhlak Kepada Senantiasa menjaga 10. Bagaimanakah

  • 40

    Lingkungan. kebersihan dan keindahan

    lingkungan.

    Ikut serta dalam merawat

    dan memelihara lingkungan.

    Menjaga kebersihan di

    lingkungan masyarakat.

    Menjaga kebersihan anggota

    badan dan pakaian.

    menurut bapak

    akhlak siswa

    kepada

    lingkungan?

    E. Teknik Analisis Data

    Data angket dan data hasil wawancara yang peneliti peroleh akan

    dianalisis dengan analisis data deskriptif, dengan tujuan untuk membuat deskriptif

    atau gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan

    sifat-sifat yang diteliti. Teknik perhitungan angket akan dianalisis dengan

    menggunakan rumus berupa prosentase atau frekuensi relative. Rumus persentase

    yang digunakan dalam penelitian ini ialah:5

    P = F/N x 100%

    Keterangan:

    P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban

    F = Frekuensi jawaban responden

    N = Number of case atau jumlah responden.

    5 Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

    2004), cet. XIV, h. 43.

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi Data

    Dalam mengumpulkan data, Penulis menggunakan beberapa teknik

    pengumpulan data, di antaranya angket dan wawancara. Angket diberikan atau

    disebarkan kepada sebagian siswa kelas V SD Putra Jaya, Depok. Angket atau

    kuesioner yang disebar terdiri dari 42 pertanyaan. Masing-masing 12 pertanyaan

    untuk penilaian guru PAI dan 30 pertanyaan untuk penilaian siswa. Hasil angket

    yang telah disebar kemudian dipersentasikan dengan menggunakan rumus

    prosentase atau frekuensi relative. Hal ini dilakukan agar data yang telah

    diperoleh dapat dengan mudah dimengerti dan dapat dianalisis untuk kemudian

    dijelaskan.

    Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru PAI sebanyak 2 orang dan

    guru non PAI sebanyak 2 orang yang mengajar di V SD Putra Jaya, Depok. Hal

    ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

    karena, guru PAI dan guru non PAI turut ikut serta dalam mengajar dan mendidik

    siswa agar mempunyai akhlak yang baik.

    B. Analisis Data

    Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis kepada siswa kelas V

    SD Putra Jaya Depok dan guru PAI serta guru non PAI yang mengajar di sekolah

    tersebut. Maka, Penulis melakukan analisis data yang merupakan bagian penting

    dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa

    data, penulis memberikan nilai berupa prosentase pada setiap jawaban dari angket

    yang telah disebar kepada 60 siswa kelas V SD Putra Jaya Depok, mengenai

    upaya guru PAI dalam meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya,

    Depok. Berikut ini prosentase hasil angket atau kuesioner tersebut, berdasarkan

    setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan responden:

  • 42

    1. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah

    Siswa.

    Tabel 4.1

    Saat menjelaskan tentang akhlak yang baik dan buruk, guru

    menjelaskannya dengan baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 56 93 %

    TIDAK 4 7 %

    Jumlah 60 100 %

    Berdasarkan tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa saat menjelaskan tentang

    akhlak yang baik dan buruk, guru menjelaskannya dengan sangat baik. Terbukti

    dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 93% dan yang

    menyatakan TIDAK hanya sebesar 7% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru

    PAI telah memiliki kompetensi mengajar sangat baik.

    Tabel 4.2

    Guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 59 98 %

    TIDAK 1 2 %

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan label 4.2, dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan

    tentang keuntungan orang yang berakhlak baik, guru PAI telah menjelaskannya

    dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA

    sebesar 98% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 2% saja. Hal ini

    menunjukkan bahwa tingkat profesionalisme guru PAI dalam mengajar sangat

    baik.

  • 43

    Tabel 4.3

    Guru menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang beraknlak buruk.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 56 94%

    TIDAK 4 6%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan

    tentang mudharat (bahaya) orang yang buruk, guru PAI telah menjelaskannya

    dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA

    sebesar 94% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 6% saja. Hal ini

    menunjukkan bahwa kompetensi guru PAI dalam mengajar sangat profesional.

    Tabel 4.4

    Ketika di dalam kelas, siswa diajarkan untuk berakhlak baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 58 97%

    TIDAK 2 3%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa

    ketika berada di dalam kelas diajarkan untuk berakhlak baik oleh gurunya.

    Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 97% dan yang

    menyatakan TIDAK hanya sebesar 3% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru

    setiap mengajar dari satu kelas ke kelas lainnya, selalu mengajarkan kepada

    siswanya untuk berakhlak baik.

    Tabel 4.5

    Guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan

    segala perbuatan yang baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

  • 44

    YA 58 97%

    TIDAK 2 3%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa

    selalu mendapatkan bimbingan dalam melakukan segala perbuatan yang baik.

    Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 97% dan yang

    menyatakan TIDAK hanya sebesar 3% saja. Hal ini menunjukkan tingkat

    perhatian guru terhadap siswanya sudah sangat baik.

    Tabel 4.6

    Guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang

    berakhlakul karimah.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 37 62%

    TIDAK 23 38%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.6. dapat disimpulkan bahwa guru hampir selalu

    memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswanya yang berakhlak baik.

    Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 62% dan yang

    menyatakan TIDAK hanya sebesar 38% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    perhatian guru sudah sangat baik.

    Tabel 4.7

    Ketika ada siswa yang berakhlak buruk, guru selalu memberikan motivasi

    (dorongan) untuk berakhlak baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 55 91%

    TIDAK 5 9%

    Jumlah 60 100%

  • 45

    Berdasarkan tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang

    mempunyai akhlak yang buruk, guru selalu memberikan motivasi (dorongan)

    untuk berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA

    sebesar 91% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 9% saja. Hal ini

    menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan dan perhatian seorang guru terhadap

    siswanya sudah sangat baik.

    Tabel 4.8

    Guru memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada siswa yang

    berakhlak buruk.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 54 90%

    TIDAK 6 10%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.8. dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang

    berakhlak buruk, guru selalu memberikan sanksi berupa teguran dan arahan

    kepada siswa tersebut. Terbukti dengan Jawaban responden yang menyatakan YA

    sebesar 90% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 10% saja. Hal ini

    menunjukkan bahwa memberikan sanksi itu sangat penting bagi seorang guru

    untuk merubah akhlak siswa yang buruk.

    Tabel 4.9

    Guru selalu menasehati siswa untuk berakhlak baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 55 92%

    TIDAK 5 8%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.9, dapat disimpulakan bahwa guru selalu memberikan

    nasehat kepada siswa untuk berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden

    yang menyatakan YA sebesar 92% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar

  • 46

    8% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan guru kepada siswanya

    sudah sangat baik.

    Tabel 4.10

    Sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, guru selalu memberikan

    suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 55 92%

    TIDAK 5 8%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.10, dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberikan

    suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu sebelum menyuruh kebaikan

    kepada siswanya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA

    sebesar 92% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 8% saja. Hal ini

    menunjukkan bahwa perkataan baik guru kepada siswanya itu sesuai dengan

    perbuatannya.

    Tabel 4.11

    Siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal

    sholeh seperti melakukan sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 57 95%

    TIDAK 3 5%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa siswa selalu dilatih oleh

    guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal sholeh seperti melakukan

    sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain. Terbukti dengan jawaban responden yang

    menyatakan YA sebesar 95% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 5%

    saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menyadari akan pentingnya sholat,

  • 47

    puasa, shodaqoh dan amal sholeh lainnya dalam membentuk kepribadian seorang

    siswa.

    Tabel 4.12

    Agar siswa berakhlak baik, guru selalu membiasakan siswa untuk

    melakukan segala perbuatan yang baik.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    YA 58 96%

    TIDAK 2 4%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.12, dapat disimpulkan bahwa agar siswa berakhlak

    baik, guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang

    baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 96% dan

    yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 4% saja. Hal ini menunjukkan bahwa

    guru menyadari pentingnya pembiasaan bagi siswa untuk berakhlak baik.

    2. Akhlakul Karimah Siswa SD Putra Jaya

    Tabel 4.13

    Ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik, saya senantiasa

    membaca doa.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    Selalu 27 45%

    Kadang-kadang 27 45%

    Pernah 4 7%

    Tidak Pernah 2 3%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.13, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

    selalu membaca doa ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik. Terbukti

  • 48

    dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 45%, kadang 45%,

    pernah 7% dan tidak pernah 3%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran siswa

    untuk membaca doa ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik sudah

    cukup baik.

    Tabel 4.14

    Ketika selesai sholat, saya senantiasa mendo'akan kedua'orang tua.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    Selalu 50 84%

    Kadang-kadang 5 9%

    Pernah 4 6%

    Tidak Pernah 1 1%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.14, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa

    selalu mendoakan kedua orang tuanya ketika selesai melaksanakan sholat.

    Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 84%, kadang

    9%, pernah 6% dan tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

    kesadaran siswa untuk senantiasa mendoakan kedua orang tuanya sudah sangat

    baik.

    Tabel 4.15

    Setelah selesai sholat, saya senantiasa membaca wirid-wiridan sholat.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    Selalu 10 16%

    Kadang-kadang 35 58%

    Pernah 10 17%

    Tidak Pernah 5 9%

    Jumlah 60 100%

  • 49

    Berdasarkan tabel 4.15, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian

    siswa saja yang selalu membaca wirid-wiridan setelah selesai melaksanakan

    sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 16%,

    kadang 58%, pernah 17% dan tidak pernah 9%. Hal ini menunjukkan bahwa

    tingkat kesadaran siswa untuk membaca wirid-wiridan setelah selesai sholat masih

    kurang. Dan siswa yang menjawab kadang-kadang, karena siswa selalu dibimbing

    oleh guru dalam membaca wirid-wiridan setelah melaksanakan sholat zuhur di

    sekolah.

    Tabel 4.16

    Saya berusaha melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjamaah.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    Selalu 10 17%

    Kadang-kadang 38 63%

    Pernah 10 16%

    Tidak Pernah 2 4%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.16, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian

    siswa saja yang selalu berusaha melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara

    berjamaah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar

    17%, kadang 63%, pernah 16% dan tidak pernah 4%. Hal ini menunjukkan bahwa

    tingkat kesadaran siswa untuk melaksanakan sholat fardhu secara berjamaah

    masih kurang. Dan siswa yang menjawab kadang-kadang, karena ada peraturan

    yang mewajibkan siswa untuk sholat zuhur secara berjamaah di sekolah.

    Tabel 4.17

    Saya berusaha bangun malam untuk mengerjakan sholat sunnah tahajjud.

    Pilihan Jawaban Frekuensi Presentase

    Selalu 2 4%

  • 50

    Kadang-kadang 15 24%

    Pernah 15 25%

    Tidak Pernah 28 47%

    Jumlah 60 100%

    Berdasarkan tabel 4.17, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian

    siswa saja yang berusaha bangun malam untuk mengerjakan sholat sunah tahajjud.

    Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan sel