View
53
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
disampaikan oleh Kasubdit Koordinasi Lintas Sektor dan Wilayah pada FGD Identifikasi Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang Serta Upaya Penyelesaian dalam rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Kawasan Ekonomi di IndonesiaMedan, 11 September 2014
Citation preview
UPAYA PERCEPATAN PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R AT J E N D E R A L P E N ATA A N R U A N G
Disampaikan Oleh: Kasubdit Koordinasi Lintas Sektor dan Wilayah
Medan, 11 September 2014
9/11/14
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Outline 1. Pengantar
- Progres penyelesaian Rencana Tata Ruang - Permasalahan dan upaya penyelesaian - RTR sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang - Isu/permasalahan pengendalian pemanfaatan ruang - Fungsi pengendalian pemanfaatan ruang
2. Peraturan Zonasi (PZ) - Tujuan dan manfaat PZ - Fungsi Utama PZ - Keterkaitan PZ dengan RTR - Penetapan PZ
3. Perizinan - Fungsi perizinan - Jenis perizinan - Prosedur pemberian izin
Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Outline 4. Pemberian Insentif dan Disinsentif
- Fungsi insentif dan disinsentif - Bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif - Contoh penerapan insentif dan disinsentif
5. Pengenaan Sanksi - Dasar pengenaan sanksi - Tata cara pengenaan sanksi
6. Peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) - Peran PPNS dalam pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang - Landasan Tugas PPNS - PPNS Bidang Penataan Ruang - Alur penyidikan PPNS - Kode etik PPNS - Skenario pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang
PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG
Pengaturan Pembinaan Pengawasan Pelaksanaan
Perencanaan Pemanfaatan Pengendalian
Program PR
Pembiayaan Perizinan
Insen?f & Disinsen?f
Sanksi
Peraturan Zonasi
(Permen PU No.13/2010 tentang PPNS)
PENGANTAR
RENCANA TATA RUANG
RENCANA UMUM TATA RUANG RENCANA RINCI TATA RUANG
RTRWN
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN/KOTA
RTR PULAU/KEPULAUAN
RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)
RDTR KABUPATEN/KOTA
RTR KAWASAN STRATEGIS KAB/KOTA
RTRWN dilegalkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) RTR Pulau/Kepulauan dan RTR KSN dilegalkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) RTRW Provinsi, RTRW Kab/Kota, RDTR dan RTR Kawasan Strategis Kab/Kota dilegalkan dalam Peraturan Daerah (Perda)
RTR KAW. STRATEGIS PROV
PENYELESAIAN RENCANA TATA RUANG (PULAU/KEPULAUAN, KSN, RTRW, RDTR)
PROGRES PENYELESAIAN RTR PULAU/KEPULAUAN (STATUS 5 SEPTEMBER 2014)
7 RTR Pulau / Kepulauan yang telah ditetapkan :
q (Perpres No. 88 Tahun 2011) RTR Pulau Sulawesi,
q (Perpres No. 03 Tahun 2012) RTR Pulau Kalimantan,
q (Perpres No. 13 Tahun2012) RTR Pulau Sumatera,
q (Perpres No. 28 Tahun2012) RTR Pulau Jawa-Bali,
q (Pepres No. 57 Tahun 2014) RTR Pulau Papua, dan
q (Perpres No. 56 Tahun 2014) RTR Kepulauan Nusa Tenggara
q (Perpres No. 76 Tahun 2014) RTR Kepulauan Maluku
8
PROGRES PENYELESAIAN RTR KSN (STATUS 5 SEPTEMBER 2014)
8 RTR KSN yang telah ditetapkan :
q (Perpres No. 54 Tahun 2008) Penataan Ruang Kws Jabodetabekpunjur,
q (Perpres No. 45 Tahun 2011) RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita,
q (Perpres No. 55 Tahun 2011) RTR Kawasan Perkotaan Mamminasata,
q (Perpres No. 62 Tahun 2011) RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro,
q (Perpres No. 87 Tahun 2011) RTR Kawasan Batam Bintan dan Karimun,
q (Perpres No. 58 Tahun 2014) RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya,
q (Perpres No. 70 Tahun 2014) RTR Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi, dan
q (Perpres No. 81 Tahun 2014) RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya
9
PROGRES PENYELESAIAN PERDA RTRW PROVINSI/KABUPATEN/DAN KOTA
(STATUS 5 SEPTEMBER 2014)
KETERANGAN TOTAL DAERAH
PROSES DI
DAERAH
SUDAH PEMBAHASAN
BKPRN
PERSETUJUAN SUBSTANSI MENTERI PU
SUDAH PERDA RTRW
PROVINSI 33 0 0 8 24,24% 25 75,76%
KETERANGAN TOTAL DAERAH REVISI REKOMGUB
SUDAH PEMBAHASAN
BKPRN PERSETUJUAN
SUBSTANSI MENTERI PU
SUDAH PERDA RTRW
KABUPATEN 398 0 0 0 93 23,37% 305 76,63%
KOTA 93 0 0 0 16 17,20% 77 82,80% JUMLAH 491 0 0 0 109 382
RTRW PROVINSI
RTRW KABUPATEN/KOTA
PROGRES PENYELESAIAN PERDA RDTR KABUPATEN/DAN KOTA
(STATUS 5 SEPTEMBER 2014)
KETERANGAN PROSES
PENYUSUNAN/REVISI
REKOM GUB
SUDAH BKPRN/BKPRD
PERSETUJUAN SUBSTANSI
SUDAH PERDA RDTR
KABUPATEN 606 25 39 1 3
KETERANGAN PROSES
PENYUSUNAN/REVISI
REKOM GUB
SUDAH BKPRN/BKPRD
PERSETUJUAN SUBSTANSI
SUDAH PERDA RDTR
KOTA 177 0 4 2 1
RDTR KABUPATEN
RDTR KOTA
Sudah Perda: 1) RDTR Kabupaten Sumenep, Prov. JaPm, 2) RDTR Kawasan Perkotaaan Waibakul, Prov. NTT, dan 3) RDTR Kabupaten Kepanjen, Kab. Malang, Prov. JaPm Sudah Persub: 1. Raperda RDTR Kabupaten Parigi Moutong, Prov. Sulteng (Persub Menteri PU tanggal 23 Mei 2014)
Sudah Perda RDTR : RDTR Kota DKI Jakarta Sudah mendapatkan Persub Menteri PU di tahun 2014: 1) Raperda RDTR dan PZ Kec. Serang dan Kec. Cipacok Jaya, Kota Serang, Prov. Banten : 11 April 2014, dan 2) Raperda RDTR Kota Yogyakarta : 30 Mei 2014
PERMASALAHAN dan UPAYA PENYELESAIAN
Permasalahan dalam penyelesaian Perda RTRWP/K/K, antara lain adalah:
§ Permasalahan sengketa batas daerah
§ Luasan RTH di kota dan perkotaan
§ Permasalahan bagian kawasan hutan yang belum memperoleh persetujuan perubahan peruntukan ruangnya
Penyelesaian permasalahan kehutanan yang belum memperoleh persetujuan perubahan peruntukan ruangnya, dapat ditempuh upaya percepatan melalui mekanisme holding zone sesuai dengan Inpres No. 8 Tahun 2013 dan SEB Mendagri, Menteri PU, dan Menteri Kehutanan
RENCANA TATA RUANG SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
ISU/PERMASALAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
1. BELUM SELURUH DAERAH MENETAPKAN PERDA RENCANA UMUM DAN RENCANA RINCI TATA RUANG -‐ Rencana Tata Ruang adalah dasar untuk melakukan pengendalian pemanfaatan ruang
2. KUALITAS RENCANA TATA RUANG
-‐ Keterbatasan data, informasi, dokumen, peta dalam rencana tata ruang seringkali menyulitkan upaya-‐upaya pengendalian pemanfaatan ruang
3. INSTRUMEN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DI DALAM RTRW (P/K/K) YANG TELAH DISUSUN MASIH BERSIFAT NORMATIF SEHINGGA PERLU DIRINCI AGAR LEBIH IMPLEMENTATIF
4. KURANGNYA KESADARAN HUKUM MASYARAKAT
-‐ Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap Rencana Tata Ruang dalam melakukan pemanfaatan ruang
5. EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
-‐ Kurangnya koordinasi dalam penyelenggaraan penataan ruang berakibat rendahnya keterpaduan pemanfaatan ruang
Sebagai alat pengendali pengembangan wilayah
Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
Menjamin agar pembangunan baru Pdak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang
Meminimalkan pengunaan lahan yang Pdak sesuai dengan rencana tata ruang
Mencegah dampak pembangunan yang merugikan
1
3
2
4
5
ZONA KAWASAN atau AREA yang memiliki fungsi dan karakterisPk lingkungan yang spesifik
ZONING
PEMBAGIAN lingkungan kota ke dalam zona-‐zona dan MENETAPKAN PENGENDALIAN pemanfaatan ruang/memberlakukan ketentuan hukum yang berbeda-‐beda.
ZONING REGULATION
KETENTUAN yang mengatur tentang KLASIFIKASI ZONA, pengaturan lebih lanjut mengenai PEMANFAATAN LAHAN, dan PROSEDUR PELAKSANAAN pembangunan
Definisi Peraturan Zonasi PERATURAN ZONASI
TUJUAN
MENJAMIN bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai STANDAR KUALITAS LOKAL MINIMUM (health, safety and welfare)
Melindungi atau menjamin agar PEMBANGUNAN BARU TIDAK MENGGANGGU penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.
Memelihara NILAI PROPERTI
Memelihara/memantapkan LINGKUNGAN dan melestarikan kualitasnya
Menyediakan ATURAN yang seragam di SETIAP ZONA
MANFAAT
MEMINIMALKAN penggunaan LAHAN yang TIDAK SESUAI
MENINGKATKAN pelayanan terhadap FASILITAS yang bersifat PUBLIK
MENJAGA KESEIMBANGAN kehidupan masyarakat
MENDORONG pengembangan EKONOMI
Tujuan dan Manfaat
Sebagai INSTRUMEN PENGENDALIAN pembangunan.
Peraturan zonasi yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya
Sebagai PEDOMAN penyusunan RENCANA OPERASIONAL. Ketentuan zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-‐ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci
Sebagai PANDUAN TEKNIS pengembangan/ pemanfaatan lahan. Ketentuan zonasi mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan
Fungsi Utama
INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI SISTEM NASIONAL
(Dalam RTRWN) Ps. 151 ayat (1)
INDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI
SISTEM PROVINSI (Dalam RTRWP)
Ps. 152 ayat (1)
RTR KSK/ RDTR Ps. 153 ayat (1)
Arahan Peraturan Zonasi Sistem Nasional
Ketentuan Zonasi Sektoral pada Sistem Nasional
Ditetapkan oleh masing-masing menteri sesuai kewenangan
Arahan Peraturan Zonasi Sistem Provinsi
Ketentuan Zonasi Sektoral pada Sistem Provinsi
Ditetapkan dengan Perda Prov
Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota
Ditetapkan dengan Perda Kab/ Kota
PZ utk kabupaten diperuntukan untuk kawasan perkotaan saja
Dasar dalam pemberian insentif dan disinsentif, izin, dan pengenaan sanksi
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010
Keterkaitan PZ dan RTR
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
KAB/KOTA (Dalam RTRW Kab/
Kota)
19
RTRW Kab/Kota
Peraturan Zonasi (Text & Map)
RTRW Kab/Kota
RDTR Peraturan Zonasi
(Text & Map)
RTRW Kab/Kota
RDTR (Map)
Peraturan Zonasi (Text)
Skala: 1:50.000/ 1: 25.000
Skala: 1:5.000
Skala: 1:50.000/ 1: 25.000
Skala: 1:50.000/ 1: 25.000
Skala: 1:5.000
Skala: 1:5.000
• Inefisiensi waktu dan dana
• Apabila RTRW direvisi , PZ perlu diadaptasi dlm RTRW baru
• Efisiensi waktu dan dana
• Apabila RDTR direvisi ,maka PZ perlu diadaptasi dalam RDTR baru.
• Inefisiensi waktu dan dana
• Apabila RDTR direvisi ,maka PZ dpt tetap berlaku
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010, Pasal 158
Perda Terpisah
Perda Gabungan
Perda Terpisah
• Bila RTRW sdh skala detail , maka RDTR tidak dibutuhkan,
• PZ tetap harus ada.
• Bila RTRW belum skala dePl, maka RDTR dan PZ dibutuhkan
• RDTR ada, PZ melengkapi.
• Perda PZ ditetapkan paling lama 2 tahun sejak Perda RDTR.
Penetapan Peraturan Zonasi
20
IZIN PEMANFAATAN RUANG adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-‐undangan (pasal 1)
Yang dimaksud dengan perizinan adalah perizinan yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-‐undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang, amplop ruang, dan kualitas ruang (Penjelasan pasal 37)
Pengertian Perizinan (UU No. 26 Tahun 2007)
PERIZINAN
} sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan kegiatan dan perilaku masyarakat.
} sebagai sarana hukum administrasi karena izin itu bersifat hukum publik (bukan perdata namun juga bukan pidana) yang terkait dengan kepen?ngan umum, sepihak dan mengikat, sehingga apabila Pmbul sengketa hukum dari perizinan maka penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
} merupakan bentuk ketentuan yang memperbolehkan atau memperkenankan menurut hukum (sarana pengabsahan atau legi?masi yuridis) bagi seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan jenis izin yang diterima.
Fungsi Perizinan
} Lisensi (license): } izin bagi kegiatan tertentu yang Pdak [harus] berkaitan dengan tata ruang (SIUP, Izin Prinsip, IUT, Izin Trayek, SIM, dll)
} Izin (permit): } izin yang berkaitan dengan lokasi, serta pemanfaatan dan kualitas ruang (Izin Lokasi, Tempat Usaha, IMB, dll)
à Izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Provinsi sifatnya lisensi, ?dak ada yang masuk kategori permit.
à Izin yang dikeluarkan oleh pemerintah kabupaten/kota berupa lisensi dan permit.
RTRW Kab/Kota
RDTR Kab/Kota
PZ
Dasar Pemberian Izin IZIN PRINSIP
IZIN LOKASI
IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN
TANAH
IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
IZIN LAIN BERDASARKAN
PERATURAN PER-UU-AN
• Diberikan berdasarkan RTRW Kab/Kota • Izin Prinsip belum dapat dijadikan dasar untuk
pelaksanaan kegiatan • Izin Lokasi diperlukan untuk pemanfaatan
ruang > 1 Ha utk non pertanian dan > 25 Ha
utk pertanian
• Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah merupakan dasar untuk permohonan mendirikan bangunan
• Dasar mendirikan bangunan dalam rangka pemanfaatan ruang
• Diberikan berdasarkan peraturan zonasi • Sebagai surat bukti dari Pemda untuk
mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah
ditetapkan • Bentuk izin lain yang dikeluarkan oleh
masing-masing sektor dan/ instansi yang berwenang
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010, Pasal 160 - 167
Prosedur Perolehan Izin
perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
kegiatan yang didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang
INSENTIF perangkat untuk
mencegah, membatasi atau mengurangi pertumbuhan, agar tidak terjadi kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung maupun budi daya
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
DISINSENTIF
Pengertian Insentif & Disinsentif
INSENTIF & DISINSENTIF
INSEN
TIF
• Sebagai perangkat untuk mendorong kegiatan dalam pemanfaatan ruang pada promoted area yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan
• Sebagai katalisator perwujudan pemanfaatan ruang D
ISIN
SEN
TIF
• Sebagai perangkat
untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang
Fungsi Insentif & Disinsentif
INSENTIF DISINSENTIF
KRITERIA
BENTUK
TATA CARA
• Kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang didorong pengembangannya
• Menghormati hak orang
• Kegiatan pemanfaatan ruang pada kawasan yang dibatasi pengembangannya
• Menghormati hak orang
• Pemberian keringanan pajak
• Pengurangan distribusi
• Pemberian kompensasi
• Subsidi silang • Kemudahan
perizinan • Imbalan • Sewa ruang • Urun saham • Penyediaan sarpras • Pengahargaan • Publikasi & promosi
• Pengenaan pajak tinggi
• Kewajiban memberi kompensasi
• Persyaratan khusus dalam
perizinan • Kewajiban
memberi imbalan
• Pembatasan penyediaan
sarpras
Pemerintah Pemda 1
Pemerintah & Pemda
Fiskal Non Fiskal Fiskal Non Fiskal
Pemerintah Pemda 1
Pemerintah & Pemda
Ps. 170 Ps. 176
Ps. 171 Ps. 177
Bentuk dan Tata Cara Pemberian
POLA PENGATURAN
INSENTIF DISINSENTIF
PrevenPf Pengusaha yang membangun industri di kawasan industri dikenakan keringanan pajak
Dalam mencegah alih fungsi lahan perumahan menjadi lahan komersial, ditetapkan pembatasan daya aliran listrik
KuraPf Dalam rangka mengurangi permukiman kumuh di bantaran sungai, Pemerintah memberikan subsidi yang terkait kinerja Pemda dalam mengurangi permukiman kumuh.
Dalam rangka mencegah berkembangnya permukiman kumuh di bantaran sungai, Pemda Pdak memberikan prasarana dan sarana penunjang di kawasan tersebut.
Contoh Penerapan
Arahan Pengenaan Sanksi adalah arahan ketentuan pengenaan sanksi kepada pelanggar pemanfaatan ruang, yang akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota.
• Sebagai perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang Pdak sejalan dengan rencana tata ruang; dan
• Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
Pengertian
Fungsi
SANKSI
Hasil pengawasan penataan ruang
Simpangan implementasi rencana tata ruang
Kesepakatan antar instansi yang berwenang
Peraturan perundang-undangan sektor terkait
lainnya
1 23 4
Dasar Pengenaan Sanksi
BENTUK TATA CARA KRITERIA
a. Peringatan tertulis Penerbitan surat peringatan tertulis
• Besar atau kecilnya dampak yang ditimbulkan
• Nilai manfaat pemberian sanksi
yang diberikan • Kerugian publik
yang ditimbulkan
b. Penghentian sementara kegiatan
Penerbitan surat keputusan penghentian kegiatan, setelah peringatan tertulis diabaikan
c. Penghentian sementara pelayanan umum
Penerbitan surat keputusan penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar, setelah pertingan tertulis diabaikan
d. Penutupan lokasi Penerbitan surat keputusan penutupan lokasi, setelah peringatan tertulis diabaikan
e. Pencabutan izin Penerbitan surat keputusan pencabutan izin, setelah peringatan tertulis diabaikan
f. Pembatalan izin Penerbitan surat keputusan pembatalan izin, setelah peringatan tertulis diabaikan
h. Pemulihan fungsi ruang
Penerbitan surat perintah pemulihan fungsi ruang, setelah peringatan tertulis diabaikan
i. Denda administratif Dapat dikenakan bersama dengan sanksi lain atau tersendiri
Berdasarkan PP 15 Tahun 2010
Ps. 182 ayat (3) Ps. 188 - 197 Ps. 187
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
PPNS
TUR BIN LAK WAS
Perencanaan
Pemanfaatan
Pengendalian
PPNS Penataan Ruang
Berdasarkan Ps. 68 UU 26/2007, PPNS Penataan Ruang melakukan penyidikan atas dugaan adanya tindak pidana penataan ruang. Berdasarkan Ps. 205 PP 15/2010, PPNS Penataan Ruang mener ima dan menindaklanjut i has i l pengawasan yang mengindikasikan adanya tindak pidana penataan ruang. Berdasarkan Ps. 05 Permen PU 13/2009, tugas Pokok PPNS Penataan Ruang adalah : - Melakukan penyidikan tindak pidana tata ruang; - Mewujudkan tegaknya hukum dalam pengendalian pemanfaatan ruang dengan berkoordinasi dengan penyidik polri; dan - Melakukan pembinaan kedalam agar tercipta suatu kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan.
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah turunan UU
Peraturan lainnya sebagai pelaksana UU/PP/Perda bidang Penataan Ruang
Perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota
UU No.26 Tahun 2007 (Penataan Ruang)
PP No.15 Tahun 2010 (Penyelenggaraan Penataan Ruang)
Permen PU No.13 Tahun 2010 (PPNS)
Perda tentang RTRW Prov/Kab/Kota
(Permen PU No.13/2010 tentang PPNS)
q Tugas Pokok PPNS Penataan Ruang: 1. melakukan penyidikan tindak pidana Penataan Ruang; 2. mewujudkan tegaknya hukum dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dengan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana penataan ruang dalam koordinasi dan pengawasan Penyidik Polri;dan
3. melakukan pembinaan ke dalam agar tercipta suatu kesiapan dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana penataan ruang.
q Fungsi PPNS Penataan Ruang : Menegakkan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana penataan ruang.
PPNS Bidang Penataan Ruang :
Tahun 2009
Tahun 2014
JUMLAH PPNS PR
Per April 2014
26 orang
504 orang
Asumsi Kebutuhan Per Daerah 2 org Atasan Penyidik dan 3 org Penyidik
*) Blm termasuk 20 Calon PPNS 2014 Yang Belum Menerima SK
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Kebutuhan Ketersediaan Kekurangan
2.630 Orang
504 Orang
2.126 Orang
Atasan Penyidik 57.74%
Penyidik 42.26%
0
50
100
150
200
250
PPNS PUSAT PPNS PROVINSI PPNS KABUPATEN PPNS KOTA
42
144
240
78
Ada PPNS 94%
Blm Ada PPNS 6.06%
Ada PPNS 42.61%
Blm Ada PPNS 57.39%
Ada PPNS 85.11%
Blm Ada PPNS 14.89%
Distribusi PPNS Berdasakan Tempat Tugas PPNS Bidang Penataan Ruang :
No Provinsi Jumlah
1 Aceh 26 Org
2 Sumatera Utara 20 Org
3 Sumatera Barat 15 Org
4 Sumatera Selatan 5 Org
5 Jambi 5 Org
6 Bengkulu 27 Org
7 Riau 4 Org
8 Kepulauan Riau 3 Org
9 Bangka Belitung 6 Org
No Provinsi Jumlah
10 Lampung 22 Org
11 Banten 5 Org
12 DKI Jakarta 43 Org
13 Jawa Barat 25 Org
14 Jawa Tengah 31 Org
15 DI. Yogyakarta 4 Org
16 Jawa Timur 15 Org
17 Bali 15 Org
18 NTB 13 Org
PPNS Bidang Penataan Ruang : No Provinsi Jumlah
19 NTT 9 Org
20 Kalimantan Barat 14 Org
21 Kalimantan Tengah 3 Org
22 Kalimantan Selatan 9 Org
23 Kalimantan Timur 9 Org
24 Sulawesi Barat 7 Org
25 Sulawesi Tengah 15 Org
26 Sulawesi Utara 34 Org
27 Sulawesi Selatan 31 Org
No Provinsi Jumlah
28 Sulawesi Tenggara 19 Org
29 Gorontalo 5 Org
30 Maluku 14 Org
31 Maluku Utara 15 Org
32 Papua 16 Org
33 Papua Barat 1 Org
34 Kementerian PU 50 Org
TOTAL 504 Org
Alur Penyidikan PPNS
Ditemukan / pengaduan / laporan dugaan tindak pidana penataan ruang /
hasil pengawasan penataan ruang
Persiapan penyidikan
Pemberitahuan Penyidikan
Pulbaket
Gelar Perkara Bukan Tindak Pidana
Tindak Pidana SPRINDIK PENYIDIKAN
Gelar Perkara Lanjutan
Pemberkasan Serah Berkas
Perkara Ke JPU
Peradilan
Pengehentian Penyidikan
q Mengutamakan kepentingan Negara, Bangsa, dan Masyarakat daripada kepentingan pribadi atau golongan; q Menjunjung tinggi HAM; q Mendahulukan kewajiban daripada hak; q Memperlakukan semua orang sama di muka hukum; q Bersikap jujur & tanggung jawab dalam melaksanakan tugas; q menyatakan yg benar adalah benar & yg salah adalah salah; q Tidak mempublikasikan nama terang TSK dan saksi-saksi; q Tidak mempubiikasi tata cara aktik dan teknik penyidikan; q Mengamankan dan memelihara BB yg berada dalam penguasaannya karena terkait dgn penyelesaian perkara; q Menjunjung tinggi hukum, norma yang hidup dan berlaku di masyarakat, norma agama, kesopanan, kesusilaan dan HAM; q Senantiasa memegang teguh rahasia jabatan atau menurut perintah kedinasan harus dirahasiakan; q Menghormati dan bekerjasama dengan sesama pejabat terkait dalam sistem peradilan pidana; dan q Bersikap ikhlas & ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan penanganan perkara yg ditanganinya kepada semua pihak yg terkait dgn perkara pidana yg dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan tentang penyelesaian.
*) PERMENDAGRI NO.11/2009 tentang Kode EKk PPNS Daerah
Kode Etik PPNS
v LAUNCHING USULAN P5R. v PEMBAHASAN KONSEP P5R. v PENYUSUNAN AKADEMIK PAPER P5R. v PENYUSUNAN GRAND DESIGN P5R.
2013
TAHAP PERSIAPAN
2014
TAHAP INISIASI
v Penyusunan Rencana Aksi/Pemantapan Konsep P5R
v Peningkatan Kerjasama dan Koordinasi dengan Lembaga terkait dalam Pengawasan dan Pengendalian di Pemerintah dan Pemerintah Daerah
v Penguatan Instrumen Pengawasan dan Pengendalian
v Pilot Project Manajemen Pengawasan
• Pelaksanaan Audit di KSN Perkotaan
• Pelaksanaan Audit di Provinsi yang sudah memiliki RTRW
v Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan Ruang • Sosialisasi PPNS Penataan
Ruang
2015-2016
TAHAP PELAKSANAAN
2017-2019
TAHAP PELAKSANAAN
v Pemantapan dan Finalisasi Instrumen Pengawasan dan Pengendalian
v Tindak Lanjut Manajemen Pengawasan
• Tindak Lanjut Pelaksanaan Audit di KSN Perkotaan
• Tindak Lanjut Pelaksanaan Audit di Provinsi yang sudah memiliki RTRW
v Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan Ruang • Sosialisasi PPNS
Penataan Ruang • Sosialisasi NSPK
Pengawasan dan pengendalian
v Tindak Lanjut Manajemen Pengawasan
• Pelaksanaan Rekomendasi Hasil Audit di KSN Perkotaan
• Pelaksanaan Rekomendasi Hasil Audit di Provinsi yang sudah memiliki RTRW
v Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian pemanfaatan Ruang • Sosialisasi NSPK dan
Pembinaan Pengawasan dan pengendalian
PENYIAPAN KONSEP
PELAKSANAAN P5R
PENYUSUNAN KAJIAN DAN PILOT PROJECT
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN TINDAK LANJUT
PELAKSANAAN, PEMBINAAN DAN TINDAK LANJUT
Skenario Peningkatan Wasdal PR
41
TERIMA KASIH Bersama Menata Ruang Untuk Semua