Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif

Citation preview

CoverKEMENTERIAN AGAMA RI

MTS MUHAMMADIYAH 10 PURBALINGGAPURBALINGGA 2015PUBLIKASI ILMIAH Pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Publikasi Ilmiah pada Kegiatan PKB Presentasi pada Forum Ilmiah

Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif

Pelaksanaan 30 Juni 2015

1. Surat Tugas2. Surat Keterangan dari Panitia Seminar3. Makalah KTIa. Halaman Judul

b. Lembar Pengesahan KTI dari Kepala Madrasahc. Abstraction

d. Kata Pengantar

e. Daftar Isi

f. Naskah

Disusun oleh:

Sodikin, S.ag.

NIP. 197004121998031006Guru MadyaSurat Tugas

Surat Keterangan Panitia Seminar

Judul

KEMENTERIAN AGAMA RI

MTS MUHAMMADIYAH 10 PURBALINGGASEMARANG 2015PUBLIKASI ILMIAH Pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Publikasi Ilmiah pada Kegiatan PKB Presentasi pada Forum IlmiahUrgensi Pengembangan Kurikulum IntegratifDiselenggarankan pada kegiatan .....

Pada tanggal.....Disusun oleh:

Sodikin, S.Ag.

NIP. 197004121998031006Guru MadyaKEMENTRIAN AGAMA

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEAGAMAAN SEMARANG

Jalan Temugiring Banyumanik Telepon: (024) 7460290 Fax (024) 7472551 Semarang Website : bdksemarang,kemenag.go.id Email : [email protected]

PERNYATAAN PENGESAHAN KTI GURUYang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Drs. H. Juhdi Amin, M.Ag

NIP

: 19620908 199003 1 001

Pangkat/golongan/TMT

: Pembina Tingkat I - IV/b/ 1 April 2008

Jabatan/TMT: Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang/ 5 Januari 2012

Unit Kerja

: Balai Diklat Keagamaan Semarang

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif benar-benar disusun oleh Guru dibawah ini:

Nama

: Sodikin, Sag.NIP.

: 197004121998031006Pangkat/Gol. Ruang/TMT: Pembina/IV-a/1-04-2013Jabatan/TMT

: Guru Madya/1-04-2013Unit Kerja

: MTs Muhammadiyah 10 PurbalinggaDemikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya dengan penuh tanggung jawab.

Purbalingga, 30 Juni 2015

Kepala,

Drs. H. Juhdi Amin, M.Ag

NIP 19620908 199002 1 001

AbstrakSodikin, S.Ag., 2015, Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif. Kurikulum integratif merupakan amanat Undang-undang. Pendidikan nasional semestinya tidak memisahkan berbagai unsur vitalnya. Secara integratif, pendidikan nasional seharusnya menjawab berbagai tantangan kehidupan peserta didik kini dan mendatang. Pendidikan seharusnya tidak sekedar menjawab persoalan fisik-jasmaniyah, tetapi secara integratif menjawab pula persoalan psikis-ruhaniyah.Meski demikian, ada problem serius dalam sistem pendidikan nasional. Diantaranya adalah fenomena pergaulan bebas di kalangan pelajar, terlibat narkotika, dan perilaku sarkasme/kekerasan. Hal ini menunjukkan terjadinya mismatch antara sistem pendidikan nasional dengan upaya membentuk manusia indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional sendiri (Psl.2 UU No.20/2003). Dan juga, hasil pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi masih jauh dari kenyataan.Kurikulum integratif tidak boleh berhenti pada wilayah konsep dan idealisme, tetapi harus dilanjutkan dalam tataran implementasi agar memberikan efek positif bagi peserta didik. Kata kunci: Urgensi pengembangan kurikulum integratif.PendahuluanA. Latar Belakang

Pada pasal 1 ayat (1), (2), dan (3) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2013 disebutkan tiga hal penting dalam sistem pendidikan nasional. Tiga hal penting tersebut adalah: pertama, pendidikan merupakan pengembangan potensi diri peserta agar mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, pendidikan berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Ketiga, keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Jika memperhatikan dengan seksama hal-hal penting tersebut di atas maka pendidikan nasional semestinya tidak memisahkan berbagai unsur vitalnya. Secara integratif, pendidikan nasional seharusnya menjawab berbagai tantangan kehidupan peserta didik kini dan mendatang. Pendidikan seharusnya tidak sekedar menjawab persoalan fisik-jasmaniyah, tetapi secara integratif menjawab pula persoalan psikis-ruhaniyah. Tidak saja mempersiapkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. Akar pendidikan nasional bukanlah materialisme, melainkan nilai-nilai Agama, budaya nasional dan responsif terhadap perubahan zaman.

Mengapa demikian? Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) secara jelas mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan jawaban atas amanat tersebut.

Agar tujuan pendidikan dapat tercapai maka diperlukan standar kompetensi lulusan yang memenuhi kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Secara pesifik dan tegas dimensi sikap dalam standar kompetensi kelulusan disebutkan bahwa peserta didik harus memenuhi Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab.

Meski demikian, ada problem serius dalam sistem pendidikan nasional. Diantaranya adalah fenomena pergaulan bebas di kalangan pelajar, terlibat narkotika, dan perilaku sarkasme/kekerasan. Hal ini menunjukkan terjadinya mismatch antara sistem pendidikan nasional dengan upaya membentuk manusia indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional sendiri (Psl.2 UU No.20/2003). Dan juga, hasil pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi masih jauh dari kenyataan. Oleh karenanya diperlukan proses pendidikan yang mencakup konsep dan praktek pendidikan yang mampu menjawab tujuan pendidikan nasional. Salah satu hal pokok dalam pendidikan dan memiliki peran strategis dalam menentukan bentuk lulusan adalah kurikulum.B. Permasalahan

Mendasarkan pada latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Bagaimana konsep dan urgensi kurikulum Integratif dalam mewujudkan tujuan pendidikan?C. Pembahasan Masalah1. Pengertian Kurikulum IntegratifDakir menjelaskan bahwa kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Sedikit berbeda dengan rumusan Dakir diatas, dalam Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan kurikulum dengan mengacu kepada UU Sisdiknas sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal-hal prinsip tersebut adalah:

a. peningkatan iman dan takwa;

b. peningkatan akhlak mulia;

c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

f. tuntutan dunia kerja;

g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

h. agama;

i. dinamika perkembangan global; dan

j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.Jika ditelaah, konsep dan rumusan kurikulum dalam Undang-undang Sisdiknas secara integratif telah menggabungkan aspek spiritual, akhlak mulia, kecerdasan akal, life skill dan nasionalisme. Artinya, secara konsep kurikulum yang dirumuskan dalam sistem pendidikan nasional merupakan kurikulum yang integratif dan menyeluruh. Dan berdasar ini pula maka semestinya tidak ada masalah pada outcome dan peserta didik selama mereka menempuh pendidikan.

Namun jika faktanya masih terdapat masalah yang terjadi berarti ada faktor lain yang menjadi penyebabnya. Jika konsepnya benar maka bisa jadi masalahnya terdapat dalam tataran praksis. Artinya, dalam pelaksanaan kurikulum terdapat kesalahan sehingga hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Meski konsep kurikulum dalam sistem pendidikan nasional sudah sangat menyeluruh dan integratif, diskusi dan konsep kurikulum integratif tetap meuncul ke permukaan. Sesungguhnya apa sih yang dimaksud dengan kurikulum integratif?Dalam istilah yang lebih sempit, kurikulum integratif lebih disebut dengan pendekatan pembelajaran terpadu. Istilah ini berasal dari integrated teaching dan learning atau integrated curriculum approach. Pendekatan terintegrasi dalam pembelajaran sudah lama dikenalkan oleh John Dewey. Pendekatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengintegrasikan tiga hal yaitu perkembangan, pertumbuhan dan kemampuan pengetahuan siswa. Disebutkan bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan kemampuan nalar dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya. Sehubungan dengan itu, pendekatan pembelajaran terpadu membantu anak untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajarinya dengan baru mereka pelajari.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut pendekatan pembelajaran terpadu, yaitu: integrated teaching and learning, integrated curriculum approach, a coherent curiculum approach, holistic approach dan integrative learning serta tematik.Konsep dasarnya pendekatan pembelajaran terpadu tersebut sejalan dengan pengertian pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013. Hanya saja, pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah tema.

Adanya tema ini bukan hanya bertujuan dalam kontek penguasaan terhadap konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran tertentu, melainkan pula keterkaitannya dengan konsep dari mata pelajaran yang lainnya. Dengan demikian maka sesudah mengikuti pembelajaran berdasarkan tema tertentu peserta didik akan mampu menguasai kompetensi dari masing-masing mata pelajaran yang diintegrasikan.

Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola pembelajaran mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.2. Urgensi Kurikulum IntegratifSecara umum, kurikulum menempati posisi penting dan strategis dalam sitem pendidikan nasional. Kurikulum oleh Sukmadinata dianggap sebagai syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah. Karena sebagai syarat mutlak maka kurikulum tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Ia bisa mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan menuju ketercapaian tujuan-tujuan pendidkan.

Arifin dalam pandangannya menyebutkan bahwa kurikulum merupakan alat dalam menggapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi dan tujuan pendidikan nasional. Sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan maka kurikulum harus di-breakdown kedalam bentuk program yang dirancang dengan sistematis, logis, terencana, dan sesuai dengan kebutuhan sehingga guru dan peserta didik dapat menjadikannya sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Mendasarkan pada pandangan arifin diatas bahwa penerjemahan krikulum kedalam program harus sistematis, logis, terencana, dan sesuai dengan kebutuhan maka menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu merupakan keniscayaan. Undang-undang dan regulasi dibawahnya mengamanatkan untuk melakukan pendekatan holistik-integratif dalam sistem pendidikan nasional, mulai dari konsep, kurikulum hingga tataran implementasi dalam proses pembelajaran. Persoalan value dalam masyarakat yang terus mengalami penurunan. Orientasi dan pandangan hidup materialistik yang terus menggerogoti mindset mereka. Dan persoslan-persoalan lain yang sangat komplek. Bahkan saat ini manusia dianggap telah terdegradasi dan mengalami kesepian yang teramat sangat. Apa yang dialami manusia dewasa ini, oleh Kierkegaard disebut sebagai angst.

Pendidikan bukan sekedar masalah angka dalam selembar kertas, melainkan pendidikan berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup masyarakat tetap berkelanjutan dan sekaligus pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap individu yang tersembunyi dan terpendam. Menurut Zainiyati, kebutuhan untuk mengembangkan kurikulum integratif ini disebabkan oleh adanya tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut dan perkembangan IPTEK yang semakin pesat.Urgensi kurikulum integratif baik dalam kontek kurikulum sebagai acuan sistem pendidikan nasional maupun sebagai sebuah pendekatan proses pembelajaran dapat dilihat pada beberapa alasan berikut ini:

a. kurikulum integratif merupakan amanat undang-undang

b. kurikulum integratif memuat empat kompetensi inti yang mencakup kompetensi inti sikap spiritual, kompetensi inti sikap sosial, kompetensi inti pengetahuan, dan kompetensi inti keterampilan.

c. Tujuan:

1) mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu,2) mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan4) mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5) lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam dunia nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran lain,6) lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas, 7) guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan,8) budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh-kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. d. Landasan pijakan. Kurikulum integratif melandaskan diri pada landasan filosofis, psikologis dan yuridis. 1) aliran progresivisme yang memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa,2) aliran konstruktivisme yang melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya,3) aliran humanisme yang melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya,4) landasan psikologis, dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.5) landasan yuridis, yaitu UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.e. Alasan Empirik, karena pada hakekatnya pengalaman hidup ini sifatnya kompleks dan terpadu, artinya menyangkut berbagai aspek yang saling terkait. Misalnya pergi belanja ke pasar, merupakan kegiatan kompleksitas pengalaman hidup yang tidak hanya bersifat sosial (berhubungan dengan orang lain), ekonomi (memenuhi kebutuhan rumah tangga), tetapi juga matematika (terkait dengan hitung menghitung) dan biologi (berkaitan dengan sayur-sayuran dan lauk pauk yang akan dibeli) dan yang lainnya.f. Alasan Teoritis Ilmiah, karena keadaan dan permasalahan dalam kehidupan terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

g. Keunggulan. Pendekatan terpadu memiliki beberapa keunggulan atau kekuatan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional, diantaranya adalah:

1) Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas2) Memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh , menyeluruh, dinamis dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan siswa.

3) Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi.

4) Menghemat waktu, tenaga dan sarana serta biaya pembelajaran, disamping menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.Konsep dan kurikulum pendidikan nasional sebaik apapun menjadi tidak berarti jika tidak dibarengi dengan implentasi dalam tataran konkrit. Implemantasi diartikan sebagai Out something into effect atau penerapan sesuatu yang memberikan efek. Implementasi kurikulum dapat diaktualisasikan dalam bentuk pembelajaran dan pendidikan.

Sehebat dan seunggul apapun sebuah kurikulum tidak boleh berhenti hanya pada tataran konsep dan idealisme. Kurikulum harus dilaksanakan oleh semua pihak dalam bentuk konkrit sehingga memberikan efek positif bagi peserta didik.Penutup

Dari uraian singkat tentang kurikulum integratif diatas dapat disimpulkan:

1. Kurikulum integratif merupakan amanat Undang-undang

2. Terdapat dua wilayah dalam penggunaan istilah kurikulum integratif

a. Dalam tataran konsep, kurikulum integratif merupakan acuan pelaksanaan pendidikan yang mengintegrasikan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang rumusannya termaktub dalam Undang-Undang Nmor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidkan Nasional

b. Dalam tataran implementatif, yaitu sebuah pendekatan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa tema terkait dalam sebuah proses pembelajaran atauapun mata pelajaran tertentu yang saling terkait.

3. Kurikulum integratif tidak boleh berhenti pada wilayah konsep dan idealisme, tetapi harus dilanjutkan dalam tataran implementasi agar memberikan efek positif bagi peserta didik.

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal, M.Pd., Drs., Konsep Dan Model Pengambangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014

Dakir, Prof., Drs. H. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikann Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987

Husniyatus Salamah Zainiyati, Urgensi Pengembangan Kurikulum Integratif, Jurnal Pendidikan Islam: Nadwa, Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014

Kuntowijoyo, Paradigma Islam:Intepretasi untuk aksi, Jakarta: Mizan, 1991

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor: 54 Tahun 2013 Tentang Standar Komptensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Siti Maryati, Makalah: Integrated Approach, 2008: Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Bandung

Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof., Dr., Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

Wahyudin, Dinn, MA., Dr., Manajemen Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014

UNSUR UTAMA

SUB UNSUR

C. PENGEMBANGAN PROFESI WIDYAISWARA

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat: 1, 2 dan 3.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3)

Lihat penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor: 54 Tahun 2013 Tentang Standar Komptensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 3

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 36 ayat: 3

Siti Maryati, Makalah: Integrated Approach, 2008: Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Pendidikan Bandung, hlm. 2

Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014, hlm. 3-4

Arifin, Konsep Dan Model Pengambangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014, hlm. 13

Kuntowijoyo, Paradigma Islam:Intepretasi untuk aksi, Jakarta: Mizan, 1991 hlm. 163

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikann Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987, hlm. 3

Husniyatus Salamah Zainiyati, Desain Pengembangan Kurikulum Integratif, Jurnal Pendidikan Islam: Nadwa, Vol. 8, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 296

Wahyudin, Manajemen Kurikulum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014, hlm. 93