Urt Ikaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Penyakit alergi dengan berbagai manifestasinya sering dijumpai di masyarakat. Salah satu manifestasi dari penyakit alergi berupa urtikaria. Urtikaria adalah reaksi vaskular di kulit akibat berbagai macam penyebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang secara perlahan lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit dan sekitarnya dapat dikelilingi halo. Pada penelitian ternyata hampir 80% penyebab terjadinya urtikaria masih belum diketahui. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya bisa disebabkan oleh obat, makanan, gigitan atau sengatan serangga, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi, dan autoimun.1Berdasarkan data dari National Ambulatory Medical Care Survey dari tahun 1990 sampai dengan 1997 di USA, wanita terhitung 69% dari semua pasien urtikaria yang datang berobat ke pusat kesehatan. Distribusi usia paling sering adalah 0-9 tahun dan 30-40 tahun. Paling sering episode akut pada anak-anak adalah karena reaksi atau efek samping dari makanan atau karena penyakit-penyakit virus. Sedangkan untuk urtikaria kronik adalah urtikaria idiopatik atau urtikaria yang disebabkan karena autoimun.4 Ditemukan 40% bentuk urtikaria saja, 49% urtikaria bersama-sama dengan angioedema dan 11% angioedema saja. Kejadian urtikaria pada populasi umumnya antara 1% sampai 5%.1,2Urtikaria secara umum dibagi menjadi bentuk akut dan kronis, berdasarkan durasi penyakit dan bukan dari bercak tunggal. Disebut akut apabila serangan berlangsung kurang dari 6 minggu, atau berlangsung selama 4 minggu tetapi timbul setiap hari, apabila melebihi waktu tersebut digolongkan sebagai urtikaria kronik. Urtikaria akut lebih sering terjadi pada dewasa, umumnya laki laki lebih sering daripada perempuan. Urtikaria kronik lebih sering terjadi pada perempuan usia pertengahan. Ada kecendrungan urtikaria lebih sering diderita oleh penderita atopik.2,3Diagnosis urtikaria didasarkan pada: riwayat, pemeriksaan fisik, dan uji penunjang diagnostik. Gejala urtikaria dapat muncul apabila pasien sempat mengonsumsi ataupun terpapar alergen yang menyebabkan reaksi alergi sehingga riwayat adanya alergi pada pasien dapat membantu dalam penegakkan diagnosis urtikaria. Gambaran klinis urtikaria yaitu berupa munculnya ruam atau lesi kulit berupa biduran yaitu kulit kemerahan dengan penonjolan atau elevasi berbatas tegas dengan batas tepi yang pucat disertai dengan rasa gatal (pruritus) sedang sampai berat, pedih, dan atau sensasi panas seperti terbakar. Lesi dari urtikaria dapat tampak pada bagian tubuh manapun, termasuk wajah, bibir, lidah, tenggorokan, dan telinga. Uji penunjang diagnostik seperti pemeriksaan darah, urin, feses rutin dilakukan untuk menilai ada tidaknya infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada organ dalam. Selain itu tes alergi seperti tes kulit ( skin prick test ) dan RAST (Radioallergosorbant Tests) juga dapat dilakukan, namun tes tersebut hanya bisa memberikan informasi adanya reaksi hipersensitivitas tipe I. Untuk urtikaria akut, tes-tes alergi mungkin sangat bermanfaat, khususnya bila urtikaria muncul sebagai bagian dari reaksi anafilaksis.1,4Penanganan urtikaria berupa terapi non-farmakologi dan farmakologi. Terapi non-farmakologi dilakukan dengan menghindari faktor pencetus atau penyebab terjadinya urtikaria. Bila tidak mungkin paling tidak mencoba mengurangi penyebab tersebut, sedikit-dikitnya tidak menggunakan dan tidak berkontak dengan penyebabnya. Sedangkan terapi farmakologi yang umumnya digunakan pada urtikaria berupa antihistamin (menghambat histamin pada reseptor-reseptornya) dan kortikosteroid oleh karena pada urtikaria terjadi vasodilatasi dan permeabilitas kapiler sehingga akan terjadinya transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat dimana efek dari kortikosteroid adalah vasokontriksi.5 Urtikaria merupakan salah satu manifestasi dari reaksi alergi. Beberapa pasien seringkali mengalami kesulitan dalam menetukan penyebabnya walaupun dengan tes alergi sekalipun karena sering terjadi reaksi silang. Walaupun penyakit ini tidak berbahaya keluhan gatal yang terjadi sangatlah mengganggu aktifitas sehari-hari. Untuk itu diperlukanlah pemahaman yang baik mengenai penanganan dan pencegahan terhadap penyakit ini dimana pengobatan yang paling ideal untuk urtikaria sebenarnya adalah menghindari penyebab yang dicurigai menimbulkan urtikaria tersebut.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 DEFINISIUrtikaria terdiri dari bintul (papula pembengkakan sementara dan plak, biasanya gatal dan karena edema tubuh papiler). Bintul biasanya dangkal, berbatas tegas. Angioedema adalah pembengkakan daerah yang lebih besar yang melibatkan dermis dan jaringan subkutan dan dalam dan tidak jelas. Urtikaria dan angioedema merupakan hasil dari proses pembengkakan yang sama tetapi melibatkan berbagai tingkat pleksus vaskular kulit: papiler dan mendalam. Urtikaria dan / atau angioedema mungkin berulang akut atau kronis berulang 1.Bintul (sinonim 'jelatang ruam', gatal-gatal) adalah istilah deskriptif untuk sementara, berbatas tegas, pembengkakan superfisial eritematosa atau pucat dari dermis, yang biasanya sangat gatal dan berhubungan dengan suar merah disekitarnya pada awalnya. Angio-edema (sinonim edema angioneurotika, edema Quinckes ) pembengkakan mempengaruhi kulit yang lebih dalam, subkutan dan jaringan submukosa. Mereka biasanya menyakitkan daripada gatal, kurang jelas batasnya, dan pucat atau normal dalam warna 2.

2.2 EPIDEMIOLOGIHampir 15-23% dari populasi mungkin memiliki kondisi ini selama masa hidup mereka. Urtikaria kronis kemungkinan akan hadir pada beberapa waktu di sekitar 25% pasien dengan urtikaria 1. Urtikaria telah diakui sejak zaman Hippocrates. Istilah ini mulai diberikan sejak abad ke-18, ketika rasa menyengat dan terbakar itu disamakan dengan sengatan jelatang (urtika dioika). Perubahan pendapat pada patogenesis dan manajemen urtikaria memberikan refleksi menarik dari perubahan dalam pemikiran medis 2.Prevalensi urtikaria dan angioedema bervariasi sesuai dengan populasi yang diteliti. Tingkat prevalensi seumur hidup sebesar 8,8% telah dilaporkan, dengan tingkat 1,8% untuk urtikaria kronis. Sekitar 10 sampai 20% dari populasi akan mengalami episode urtikaria akut di beberapa titik dalam hidup mereka, dan 0,1% akan mengembangkan urtikaria spontan yang kronis. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Spanyol, prevalensi urtikaria dalam 12 bulan terakhir adalah 0,8%, dan prevalensi urtikaria kronis adalah 0,6%. Urtikaria hadir lebih sering pada pasien wanita di antara 35 sampai 60 tahun kelompok usia (usia rata-rata, 40 tahun). Durasi penyakit adalah 1 sampai 5 tahun, 8,7% dari pasien dan lebih dari 5 tahun, 11,3%. Gangguan autoimun adalah terjadi dalam 40 sampai 45% pasien dengan urtikaria spontan kronis. Angioedema timbul dalam 40 sampai 50% kasus urtikaria spontan kronis, 10% pasien mengalami hanya angioedema tanpa gatal-gatal dan 40% hanya timbul bintul sahaja. Baru-baru ini, peningkatan tingkat penerimaan rumah sakit untuk angioedema (3,0 % per tahun), dan urtikaria (5,7% per tahun) telah diamati di Australia. Penerimaan untuk urtikaria adalah 3 kali lebih tinggi pada anak usia 0 sampai 4 tahun. Peningkatan terbesar dalam rawat inap untuk urtikaria timbul pada mereka yang berusia 5-34 tahun (7,8% per tahun), dan angioedema, itu lebih tinggi pada pasien 65 tahun dan yang lebih tua. Hal ini tidak diketahui apakah peningkatan ini terjadi di negara lain. 3.

2.3 ETIOLOGI DAN PATOGENESISUrtikaria bisa disebabkan pelepasan dari agen sel mast dan pseudoalergen dan idiopatik urtikaria kronis. Urtikaria/ angioedema dan bahkan gejala seperti anafilaksis dapat terjadi dengan media radiokontras dan sebagai konsekuensi dari intoleransi terhadap salisilat, pengawet makanan dan aditif (misalnya, asam benzoat dan natrium benzoat), serta beberapa pewarna azo, termasuk tartrazine dan sunset yellow (pseudoallergens) juga dengan ACE inhibitor. Ia mungkin akut atau kronis. Pada urtikaria idiopatik kronis, histamin berasal dari sel mast di kulit dianggap sebagai mediator utama. Eikosanoid dan neuropeptida juga dapat berperan dalam memproduksi lesi. Kontak urtikaria yang bukan disebabkan reaksi imun adalah karena efek langsung dari urtikan eksogen yang menembus ke dalam kulit atau pembuluh darah. Ia bersifat local yang langsung ke situs kontak. Asam sorbat, asam benzoat dalam solusi mata dan makanan, aldehida sinamat dalam kosmetik histamin, asetilkolin, serotonin dalam sengatan jelatang juga bisa menyababkan urtikaria 1.Urtikaria terkait dengan lesi vaskular / jaringan ikat autoimun. Penyakit urtikaria dapat dikaitkan dengan lupus eritematosus sistemik (SLE) dan sindrom Sjogren. Namun, dalam kebanyakan kasus mereka mewakili vaskulitis urtikaria. Ini adalah bentuk vaskulitis kulit berhubungan dengan lesi kulit urtikaria yang menetap selama> 12 sampai 24 jam. Perubahan lambat dalam ukuran dan konfigurasi, dapat dikaitkan dengan purpura, dan dapat menunjukkan sisa pigmentasi karena hemosiderin setelah involusi. Ia juga sering dikaitkan dengan hipokomplementemia dan penyakit ginjal 1.Angioedema yang agak berbeda ( Urtikaria,) Syndroma Herediter Angioedema (HAE) adalah gangguan autosomal dominan yang serius, mungkin mengikuti trauma (fisik dan emosional). Angioedema wajah dan ekstremitas, episode edema laring, dan sakit perut akut yang disebabkan oleh angioedema dari dinding usus merupakan kondisi darurat bedah. Urtikaria jarang terjadi. Kelainan laboratorium melibatkan sistem komplemen: penurunan tingkat C1-esterase inhibitor (85%) atau inhibitor disfungsional (15%), nilai C4 rendah di hadapan normal C1 dan C3 tingkat. Hasil angioedema dari pembentukan bradikinin, karena C1-esterase inhibitor juga merupakan inhibitor utama dari faktor Hageman dan Kallikrein, dua enzim yang dibutuhkan untuk pembentukan kinin. Episode ini dapat mengancam kehidupan 1.Angioedema- Urtikaria- Eosinofilia Syndroma adalah angioedema yang parah, hanya kadang-kadang dengan urtikaria pruritus, yang melibatkan wajah, leher, ekstremitas, dan badan yang berlangsung selama 7-10 hari. Ada demam dan ditandai peningkatan berat badan normal (meningkat sebesar 10-18%) karena retensi cairan. Tidak ada organ lain yang terlibat. Kelainan laboratorium meliputi leukositosis mencolok (20,000-70,000 / uL) dan eosinofilia (60-80% eosinofil), yang berhubungan dengan tingkat keparahan serangan. Tidak ada riwayat keluarga. Kondisi ini jarang terjadi, prognosis baik 1.

2.4 MANIFESTASI KLINISLesi kulit urtikaria biasanya bintul yang berbatas tegas, kecil ( 8 cm), eritematosa atau putih dengan pelek eritematosa, bulat, oval, acriform, annular, serpiginous, karena pertemuan dan resolusi dalam satu area dan perkembangan di bagian lain. Lesi pruritus dan sementara. Angioedema - kulit berwarna, pembesaran transien bagian wajah (kelopak mata, bibir, lidah), ekstremitas, atau situs lain karena edema subkutan 1. Distribusi Biasanya regional atau umum. Ia bersifat lokal tergantung tipe nye seperti solar, tekanan, getaran, urtikaria dingin / angioedema dan terbatas pada situs dari mekanisme pemicu 1.

Gambar 1: Bintul dengan warna putih ke merah muda di wajah dalam tampilan jarak dekat (lesi klasik urtikaria). Ini adalah karakteristik bahwa mereka bersifat sementara dan sangat pruritus 1.

Gambar 2: Urticaria akut. Kecil dan bintul besar dengan batas erythematous dan warna lebih terang di tengah. Berbatas tegas. Lesi pada lengan atas kiri adalah tidak jelas di perbatasan yang lebih rendah di mana ia kemunduran. 1.

Gambar 3: Urtikaria akut dan angioedema. Adanya bintul, baik dangkal maupun dalam,berdifusi edema. Terjadi setelah pasien makan kerang. 1.

Gambar 4: Urtikaria kronis dengan durasi 5 tahun dalam wanita sehat 35 tahun. Letusan terjadi pada hampir setiap hari dan, karena sangat gatal, sangat merusak kualitas hidup pasien. Meskipun ditekan oleh antihistamin, ada kekambuhan segera setelah pengobatan dihentikan 1.

2.5 KLASIFIKASIBerdasarkan durasi, itu dibagi menjadi 2 kelas yaitu urtikaria akut dan urtikaria kronik. Urtikaria akut berkembang sampai beberapa hari sampai beberapa minggu, menghasilkan bercak yang cepat berlalu dan jarang berlangsung lebih dari 12 jam, dengan resolusi lengkap urticana dalam waktu 6 minggu dari onset 4.Penyebab paling umum dari urtikaria akut (dengan atau tanpa angioedema) adalah obat-obatan, makanan, infeksi virus, infeksi parasit, racun serangga, dan alergen kontak, hipersensitivitas terutama lateks. Obat diketahui sering menyebabkan urtikaria angioedema meliputi antibiotik (terutama penisilin, dan sulfonamid), obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), asam asetilsalisilat (ASA), opiat dan narkotika. Makanan utama yang menyebabkan urtikaria adalah susu, telur, kacang tanah, kacang pohon, ikan, dan kerang. Pada sekitar 50% pasien dengan urtikaria akut, penyebabnya tidak diketahui (idiopathic urticaria) 5.Episod harian urtikaria dan atau angioedema yang berpanjangan lebih daripada 6 minggu dikenal sebagai urtikaria kronis 4. Secara umum, urtikaria kronis diklasifikasikan sebagai urtikaria autoimun kronis atau urtikaria idiopatik kronis. Dalam urtikaria autoimun kronis, beredar imunoglobulin G (IgG) autoantibodi bereaksi terhadap subunit alpha berafinitas tinggi dari reseptor IgE pada sel mast dan basofil kulit, menyebabkan stimulasi kronis sel-sel dan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang menyebabkan urtikaria dan angioedema. Urtikaria autoimun kronis juga berhubungan dengan antibodi antitiroid pada sekitar 27% kasus, serta kondisi autoimun lainnya seperti vitiligo (gangguan kronis yang menyebabkan depigmentasi patch kulit) dan rheumatoid arthritis. Hal ini juga telah diusulkan bahwa Helicobacter pylori (H. pylori), yang memiliki amplop sel imunogenik, mungkin memainkan peran tidak langsung dalam penyebab urtikaria autoimun kronis dengan mengurangi toleransi kekebalan tubuh dan merangsang pembentukan autoantibodi 5.Urtikaria fisik dipicu oleh stimulus fisik. The urtikaria fisik yang paling umum adalah dermatographism (juga dikenal sebagai "menulis kulit"), di mana lesi diciptakan atau "tertulis" pada kulit dengan membelai atau menggaruk kulit. Urtikaria kolinergik juga umum dan hasil dari kenaikan suhu tubuh basal yang terjadi setelah pengerahan tenaga fisik atau terpapar panas. Rangsangan fisik lainnya yang dapat memicu urtikaria mencakup paparan dingin (cold urticaria-induced), sinar ultraviolet (urtikaria solar), air (aquagenic urticaria) dan olahraga. Lesi yang dihasilkan oleh rangsangan secara fisik biasanya terlokalisasi ke daerah dirangsang dan sering menghilang dalam waktu 2 jam. Namun, beberapa pasien mungkin mengalami tekanan urtikaria yang tertunda, seperti namanya, datang perlahan-lahan setelah tekanan diterapkan (yaitu, 30 menit sampai 12 jam) dan dapat bertahan beberapa jam atau bahkan berhari-hari. Contoh situs yang biasanya terkena meliputi pinggang (setelah memakai celana ketat) dan daerah pergelangan kaki atau betis yang membuat kontak dengan band elastis seperti kaus kaki 5.

2.6 DIAGNOSISSejarah dan pemeriksaan klinis kita harus dapatkan selama anamnesis. Sebuah sejarah rinci urtikaria dan angio-edema sangat penting. Ini harus sepenuhnya mendokumentasikan frekuensi, keadaan onset, pemicu, waktu, pola kekambuhan dan durasi serangan. Sejarah dan pemeriksaan juga harus mencakup deskripsi sifat, lokasi dan durasi lesi individu dan apakah mereka gatal atau nyeri. Foto-foto urtikaria dan angio-edema dapat membantu dalam mengkonfirmasikan sifat lesi. Obat rinci dan riwayat keluarga serta respon terhadap pengobatan yang penting. Sejarah klinis sering mengidentifikasi pemicu dan sangat penting untuk mengarahkan penyelidikan lebih lanjut 6.Pengujian tusuk kulit juga sering digunakan. Reaksi alergi terhadap makanan jarang menyebabkan urtikaria kronis tetapi pasien sering dirujuk ke rumah sakit dengan keyakinan bahwa makanan bertanggung jawab. Sebuah pendekatan praktis adalah untuk mulai dengan tidak mermasukkan diatesis atopik dengan melakukan tes tusuk kulit (TTT) kepada sebuah panel aeroallergen. Jika negatif, hal ini secara signifikan mengurangi kemungkinan reaksi alergi IgE-mediated untuk makanan dan alergen lainnya. Uji kulit tambahan juga dapat membantu untuk beberapa makanan yang tersangka pasien sebagai penyebab urtikaria mereka. Melihat dari TTT negatif membantu untuk meyakinkan pasien bahwa alergi bukanlah penyebab gejala mereka dan dapat berkontribusi untuk perbaikan konkordansi dengan antihistamin jangka panjang. Namun, makanan mungkin bertanggung jawab untuk gejala urtikaria akut intermiten, misalnya gandum diikuti dengan olahraga dapat menyebabkan urtikaria / angio-edema dan bahkan anafilaksis. Dalam situasi ini pasien sering atopik dan memiliki SPT positif dan / atau IgE spesifik terhadap makanan yang terlibat 6.Hitung darah lengkap (FBC) dan diferensial jumlah sel darah putih berguna dan khususnya kerna jumlah eosinofil dapat meningkat pada infeksi parasit dan dalam beberapa reaksi obat. Ada juga yang dapat menyebabkan jumlah neutrofil meningkat pada vaskulitis urtikaria 6. Urinalisis adalah sebuah layar untuk mendeteksi adanya hematuria dan proteinuria yang akan membantu untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih dan keterlibatan ginjal pada vaskulitis 6.Laju endap darah dapat meningkat (ESR), menunjukkan kondisi sistemik yang mendasari seperti infeksi kronis, vaskulitis dan paraproteinemia 6.Fungsi tiroid dan autoantibodi. Kehadiran autoantibodi tiroid berhubungan dengan urtikaria kronis pada anak-anak dan orang dewasa dengan urtikaria kronis dan menyarankan diagnosis urtikaria autoimun. 6, 7.Parasitologi mempnyai sebuah hubungan yang jelas antara parasitemia dan urtikaria kronis yang masih belum ditetapkan, namun, pada pasien dengan eosinofilia yang belum jelas dan sejarah yang relevan dari perjalanan ke luar negeri, sampel tinja panas dapat dikirim untuk memeriksa adanya kista, ova dan parasit. Serologi adalah investigasi alternatif dalam beberapa kasus parasitology. 6.Biopsi kulit adalah tepat ketika ada pola yang presentasinya kurang pasti atau dalam kasus dugaan vaskulitis. Petunjuk klinis meliputi gejala sistemik (demam dan arthralgia atau arthritis) dan lesi yang berlangsung selama lebih dari 24 jam, atau berhubungan dengan kelembutan, petechiae, purpura atau pewarnaan kulit sebagai lesi memudar. 6. Uji kulit serum autologus. Uji kulit serum autolog (ASST) melibatkan injeksi intradermal serum pasien sendiri. Sebuah kesejahteraan positif dan reaksi suar dianggap indikasi beredar autoantibodi terhadap reseptor IgE afinitas tinggi pada sel mast pada pasien urtikaria kronis. Ini tetap menjadi alat penelitian, tidak banyak digunakan dan memiliki sensitivitas variabel hanya 70% dan spesifisitas 80% bila dibandingkan dengan in vitro basofil-release assay. ASST buruk ditoleransi oleh anak-anak muda karena ketidaknyamanan yang dialami oleh suntikan intradermal dilakukan dalam ketiadaan krim anestesi topikal. Sebuah ASST positif berkorelasi dengan gejala yang lebih parah tetapi tidak terkait dengan durasi berkepanjangan urtikaria kronik 6. Buku harian gejala berguna sebagai alat investigasi untuk menentukan frekuensi, durasi dan tingkat keparahan episode urtikaria. Pasien juga harus mencakup kemungkinan pemicu seperti makanan, obat-obatan dan latihan untuk menilai apakah ada faktor-faktor pencetus yang konsisten 6.Defisiensi inhibitor C1 tidak terkait dengan urtikaria, maka C1 inhibitor tidak perlu diukur jika urtikaria hadir. Investigasi pelengkap awal pada pasien dengan terisolasi angio-edema harus mencakup C4 dan C1 inhibitor sementara C3 dan C4 harus diukur pada individu yang dicurigai vaskulitis urtikaria 6.Nasoendoskopi serat optik yang dilakukan selama serangan memungkinkan visualisasi langsung dari laring dan dapat membantu untuk mengecualikan angio-edema di mana diagnosis diragukan. Diagnosa banding yang penting seperti 'pembengkakan, benjolan atau rasa tidak nyaman di tenggorokan' termasuk globus histerikus, dan reflux gastro-esofagus. 6, 7.

Urtikaria akut Idiopatik Infeksi Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Infeksi streptokokkus Infeksi Hepatitis B Anisakiasis Allergi Makanan Obat- obatan (Inhalan) Non- allergi Liberator histamine (e.g. kodein, atrakurium) Pseudoallergen (aspirin dan NSAID) Pemakanan Medium radiokontras

Urtikaria kronis Idiopatik Autoimmun Antibodi fungsional Pseudoallergen Salisilat Pewarna makanan, pengawet makanan, antioksidan dan penambah makanan. Infeksi Parasit di usus (H. pylori, Candidiasis, sepsis yang kronis)

Tabel 1: Assosiasi penyakit dan urtikaria 2.

2.7 PENATALAKSANAANStrategi untuk manajemen urtikaria akut mencakup langkah-langkah menghindari, antihistamin dan kortikosteroid. Untuk urtikaria, antihistamin adalah menjadi andalan terapi. Kortikosteroid dan berbagai terapi imunomodulator / imunosupresif juga dapat digunakan untuk kasus yang lebih berat, atau untuk pasien yang mengalami respon yang buruk terhadap antihistamin 5.Penghindaran diperlukan untuk beberapa pasien dengan urtikaria akut, pemicu tertentu dapat diidentifikasi (misalnya, makanan, obat-obatan, lateks, serangga racun), dan menghindari agen penyebab dapat menjadi pendekatan manajemen yang efektif. Pasien harus diberikan dengan jelas, instruksi tertulis mengenai strategi penghindaran yang sesuai 5.Antihistamin dengan generasi kedua , tidak bersifat sedatif , antihistamin H1 - reseptor ( misalnya , fexofenadine , desloratadine , loratadine , cetirizine ) merupakan andalan terapi utama untuk urtikaria . Agen ini telah terbukti secara signifikan lebih efektif daripada plasebo untuk pengobatan kedua urtikaria akut dan kronis . Generasi pertama , antihistamin sedatif dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien yang mengalami kesulitan tidur karena gejala nokturnal . Sejak 15 % dari reseptor histamin di kulit adalah H2 - tipe reseptor , antihistamin H2 - reseptor , seperti cimetidine , ranitidine dan nizatidine , juga dapat membantu pada beberapa pasien dengan urtikaria . Namun, agen ini tidak boleh digunakan sebagai monoterapi karena mereka memiliki efek terbatas pada pruritus . Khasiat antihistamin sering bersifat spesifik pada pasien dan , karena itu , lebih dari satu antihistamin harus diadili sebelum mengasumsikan kegagalan terapi dengan agen ini . Juga , antihistamin yang paling efektif jika diminum setiap hari , bukan pada dasar yang dibutuhkan . Jika gejala dikendalikan dengan dosis antihistamin standar , adalah wajar untuk melanjutkan pengobatan selama beberapa bulan , kadang-kadang hentikan terapi untuk seketika untuk menentukan apakah urtikaria telah berhenti secara spontan . Pada pasien yang tidak mencapai gejala yang terkontrol pada dosis standar , biasanya dosis antihistamin ditingakatkan tanpa melihat pada dosis yang telah dianjurkan. Bahkan , pedoman Eropa saat ini merekomendasikan hingga empat kali dosis yang dianjurkan biasa antihistamin pada pasien yang gejalanya menetap dengan terapi standar. Misalnya, dosis hingga 40 mg cetirizine , 20 mg desloratadine , dan 480 mg dari fexofenadine dapat digunakan pada orang dewasa . Efektivitas pendekatan ini , bagaimanapun, masih memerlukan konfirmasi dalam uji acak 5.Kortikosteroid digunakan untuk beberapa pasien dengan urtikaria berat yang tidak cukup responsif terhadap antihistamin,penggunaan singkat kortikosteroid oral (misalnya, prednison, hingga 40 mg / hari selama 7 hari) dibenarkan. Namun, terapi kortikosteroid jangka panjang harus dihindari mengingatkan efek sampingnya yang berat dengan penggunaan jangka panjang kortikosteroid dan kemungkinan peningkatan pengembangan toleransi terhadap agen ini 5.Terapi imunosupresif dan imunomodulator menggunakan berbagai terapi imunosupresif atau imunomodulator dapat memberikan beberapa manfaat bagi pasien dengan urtikaria yang berat atau kronis. Percobaan double- blind , terkontrol secara acak telah menemukan siklosporin ( 3-5 mg / kg / hari ) sangat efektif pada pasien dengan urtikaria kronis yang tidak memadai dengan hanya penggunaan antihistamin . Selama pengobatan dengan siklosporin , antihistamin H1 - reseptor harus dilanjutkan , dan tekanan darah , fungsi ginjal dan kadar serum harus dipantau secara teratur kerna efek samping yang signifikan yang terkait dengan bentuk terapi yang diberikan kepada pasien( misalnya , hipertensi , toksisitas ginjal ) . Laporan kasus dan uji klinis kecil lainnya juga menemukan pengobatan berikut efektif untuk pasien yang dipilih berdasarkan beratnya , tahan api , serta urtikaria yang kronis : sulfasalazine , antibakteri , dapson, anti - IgE monoklonal antibodi , omalizumab , dan immunoglobulin intravena G ( IVIG ) . Namun, efektifitas agen ini dalam pengobatan urtikaria kronis perlu dikonfirmasi dalam jumlah yang besar , uji coba terkontrol secara acak 5.Terapi lain yang digunakan adalah antagonis reseptor lukotriene, seperti montelukast (Singulair) atau zafirlukast (Accolate), juga telah terbukti efektif dalam pengobatan urtikaria kronis yang tidak dikontrol dengan baik. Namun, agen ini seharusnya hanya digunakan sebagai tambahan untuk terapi antihistamin karena ada sedikit bukti bahwa ia berguna sebagai monoterapi. Epinefrin injeksi juga harus diresepkan untuk pasien dengan riwayat urtikaria berat dan angioedema yang mengarah ke anafilaksis 5.

2.8 PROGNOSISPrognosis urtikaria akut sangat baik, dengan sebagian besar kasus menghilang dalam beberapa hari, namun prognosis urtikaria kronis adalah variabel. Jika angioedema hadir, prognosisnya agak memburuk. Urtikaria kronis lebih umum pada orang dewasa dan tidak biasa pada anak-anak. Prognosis urtikaria dan angioedema ditingkatkan dengan pengobatan yang cepat dan tepat. Menggunakan obat yang telah tersedia, memberikan hasil sehingga kondisi ini biasanya bisa dikelola 3.

BAB 3LAPORAN KASUS

3.1 Identitas PenderitaNama: Violeta Charisma SaragihUmur: 20TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Jalan TK. Pancoran IV No.45Suku: BaliBangsa: IndonesiaAgama: HinduPekerjaan: MahasiswaTanggal Pemeriksaan: 9 Juli 2015

3.2 AnamnesisKeluhan Utama: Gatal dan muncul bentol-bentol di lengan.Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien mengeluh muncul bentol-bentol kemerahan, hilang timbul dan gatal di lengan. Keluhan terakhir muncul 2 hari yang lalu (pagi hari / 7 Juli 2015) diberi balsam lalu membaik. Onset sejak awal tahun 2015. Hilang timbul, dalam 24 jam bentol menghilang. Keluhan dalam satu bulan terakhir disertai tangan terasa panas dan bibir terasa lebih bengkak. Bentol-bentol terutama muncul pada malam hari dan pernah pagi hari saat ke tempat dingin. Keluhan dapat muncul di seluruh tubuh. Riwayat alergi disangkal.

Riwayat Pengobatan:Pasien mengaku telah mengkonsumsi antihistamin berupa CTM sejak 1 minggu yang lalu. Penderita juga mengaku setiap muncul bentol ddioles dengan balsam untuk meredakan rasa gatal. Pasien juga mengaku telah minum obat cacing 6 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Terdahulu: Pasien mengatakan tidak ada riwayat sakit tenggorokan, demam dan sakit gigi

Riwayat Penyakit dalam keluarga:Pasien mengaku tidak ada yang memiliki riwayat yang sama dalam keluarga.

Riwayat sosial :Pasien sehari-hari merupakan mahasiswi Fakultas Teknik Arsitektur di sebuah perguruan tinggi negeri di Bali. Dikatakan bahwa tidak ada orang disekitar rumahnya yang menderita keluhan yang sama dan ia juga jarang bertukar pakaian ataupun handuk dengan orang sekitarnya, pasien juga mengaku tinggal sendiri di kosan dan lingkungannya bersih.

3.3 Pemeriksaan FisikStatus PresentKeadaan Umum: BaikNadi: 84 kali permenitRespirasi: 18 kali permenitTemperatur aksila: 36,7CBB: 52 Kg

Status GeneralKepala: NormocephaliMata: anemia -/-, ikt-/-THT: dalam batas normalThorax: Cor: S1S2 normal,regular, murmur (-) Pulmo: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-Abdomen: distensi (-),bising usus normal, hepar dan lien tidak terabaEkstremitas: dalam batas normal.

Status Dermatologi1. Lokasi: Ekstremitas Atas Dekstra dan SinistraEffloresensi: Urtika mutipel bentuk bulat geografika dengan ukuran 0,3 0,5 cm sampai 0,5cm x 1 cm 0,8 cm x 1,5 cm

2. Mukosa: basah3. Rambut: Hitam (+), Rontok (-)4. Kuku: Destruksi (-), hyperkeratosis (-)5. Fungsi Kelenjar Keringat: Hiperhidrosis (-), anhidrosis (-)6. Kelenjar Limfe: Pembesaran kelenjar getah bening (-)7. Saraf: Penebalan saraf (-), Parestesi (-)

3.4 Diagnosis Banding1. Urtikaria 2. Fixed Drug Eruption 3. Eritema multiforme3.5 Pemeriksaan Penunjang- Darah Lengkap- Serum IgE- Patch Test3.6 ResumePenderita perempuan, 20 tahun, Bali, Hindu, mengeluh muncul bentol-bentol kemerahan, hilang timbul dan gatal di lengan. Keluhan terakhir muncul 2 hari yang lalu (pagi hari / 7 Juli 2015) diberi balsam lalu membaik. Onset sejak awal tahun 2015. Hilang timbul, dalam 24 jam bentol menghilang. Keluhan dalam satu bulan terakhir disertai tangan terasa panas dan bibir terasa lebih bengkak. Bentol-bentol terutama muncul pada malam hari dan pernah pagi hari saat ke tempat dingin. Keluhan dapat muncul di seluruh tubuh. Riwayat alergi disangkal.Pasien mengaku telah mengkonsumsi antihistamin berupa CTM sejak 1 minggu yang lalu. Penderita juga mengaku setiap muncul bentol dioles dengan balsam untuk meredakan rasa gatal. Pasien juga mengaku telah minum obat cacing 6 bulan yang lalu.

Pemeriksaan fisik 1. Status Present : dalam batas normal2. Status General : dalam batas normal3. Status Dermatologi : Lokasi: Ekstremitas Atas dan Bawah Dekstra dan SinistraEffloresensi: Urtika mutipel bentuk bulat geografika dengan ukuran 0,3 0,5 cm sampai 0,5cm x 1 cm 0,8 cm x 1,5 cm

3.7 Diagnosis KerjaUrtikaria Kronis

3.8 PenatalaksanaanTopikal: Salicyl talk + menthol 0,5% 2 x/ hariSistemik: Loratadine 1 x 10 mgKIE: - Kemungkinan kambuh - Rencana Patch Test setelah bekas lesi minimal tiga hari tanpa obat untuk mencari penyebab3.9 PrognosisPrognosis dari kelainan ini adalah baik

BAB 4PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa penderita mengeluh muncul bentol-bentol kemerahan disertai rasa gatal, hilang timbul sejk awal tahun 2015. Terakhir kali kambuh pada tanggal 7 Juli 2015 pada pagi hari. Selama ini bentol selalu muncul disaat malam hari dan pernah muncul saat pagi hari ketika beradda ditempat dingin. Bentol hilang sendiri setelah 24 jam dengan diolesi balsam. Pasien mengaku telah minum obat antihistamin berupa CTM sejak satu minggu yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik di ekstremitas atas dekstra dan sinistra, lebih khususnya dengan memperhatikan sifat lesi yang ada didapatkan efloresensi Urtika mutipel bentuk bulat geografika dengan ukuran 0,3 0,5 cm sampai 0,5cm x 1 cm 0,8 cm x 1,5 cm Bentuk dan sifat lesi ini berkesesuaian dengan teori yang menebutkan bahwa urtikaria tampak eritema dan edema berbatas tegas. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk pasien ini berupa pemeriksaan Patch Test setelah lesi sembuh dan minimal tanpa mengkonsumsi obat apapun selama 3 hari. Di dalam mendiagnosis urtikaria kadang kita dibingungkan dengan Fixed Drug Eruption karena memiliki efloresensi yang serupa yaitu berupa eritema, berbentuk bulat dan numular. Yang menyebabkan pada pasien tidak dapat didiagnosis dengan Fixed Drug Eruption, karena dari hasil anamnesis pasien mengaku lesi tidak selalu muncul di tepat yang sama, sedangkan pada kasus Fixed Drug Eruption, lesi yang muncul selalu ditempat yang sama tiap kali pasien terpapar. Dan untuk menyingkirkan diagnosis Eritrema multiforme, pada status dermatologi pasien tidak ditemukan adanya lesi target, untuk mendiagnosis dengan Eritema multiforme ditemukan efloresensi dengan ciri khas lesi target berbentuk iris yang terdiri dari 3 bagian, tengah berupa vesikel atau eritema keungu-unguan, dikelilingi oleh lingkaran konsentris yang pucat, dan kemudian lingkaran yang merah.Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan pengobatan secara topikal dan sistemik. Pertimbangan pemberian pengobatan sistemik pada pasien ini adalah bahwa pasien sering mengalami kekambuhan dan perluasan lesi. Obat sistemik yang diberikan adalah Loratadine 1 x 10 mg. Obat topikal yang diberikan adalah salicyl talk dengan menthol 0,5% yang diberikan 2 kali setiap harinya. Prognosis dari urtikaria bergantung pada bentuk klinis, penyebab urtikaria, termasuk sosial budaya dan status imunologisnya. Tapi pada umumnya prognosis penyakit ini adalah baik.

BAB 5SIMPULAN DAN SARAN

4.1 SimpulanUrtikaria terdiri dari bintul (papula pembengkakan sementara dan plak, biasanya gatal dan karena edema tubuh papiler). Bintul biasanya dangkal, berbatas tegas. Angioedema adalah pembengkakan daerah yang lebih besar yang melibatkan dermis dan jaringan subkutan dan dalam dan tidak jelas. Urtikaria dan angioedema merupakan hasil dari proses pembengkakan yang sama tetapi melibatkan berbagai tingkat pleksus vaskular kulit: papiler dan mendalam. Urtikaria dan / atau angioedema mungkin berulang akut atau kronis berulang.4.2 SaranDalam pengobatan urtikaria, selain pengobatan secara farmakologis, juga penting adanya KIE terhadap pasien mengenai kemungkinan kekambuhan dan penelusuran faktor penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

1. Riyanto, Eko, Suyoso, Sunarso. 2002. Artikel Deramtomikosis di Instalasi Rawat Inap Medik. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Soetomo-Surabaya. Penelitian Retrospektif Januari 1998-Desember 2002.2. Djuanda, Adhi. Dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.3. R.S., Siregar, Prof.Dr, Sp.KK(K). 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi II. EGC: Jakarta. Hal: 29-31.4. Wiederkehr M. Tinea Cruris. Available at: www.emedicine.com/DERM/topic42.htm. Akses: 26 Januari 2015. 5. Budimulja,U. 1992. Infestasi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta.6. Wirya Duarsa. Dkk. 2000. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan Kelamin RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.7. Graham-Brown. 2002. British Journak of Dermatology, Vol 147, Issue 6 Page 1079.8. Panduan praktek klinis SMF Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah 2014.

19