Upload
henda-febrian-egatama
View
144
Download
30
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Penyelidikan lokasi
Citation preview
Proposal Usulan Teknis
Studi Longsor Tebing Sungai Code di Gemawang, Sleman
Tim:
Rhyanda Finza Putra 39160
Almira Pavita Eska 39293
Arfiati Fardhani 39450
Henda Febrian Egatama 39663
Saifulloh Anek Prianata 39791
JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
Proposal Usulan Teknis 1/13
Proposal Usulan Teknis
Studi Longsor Tebing Sungai Code di Gemawang, Sleman
1 PENDAHULUAN
1.1 Diskripsi PekerjaanNama : Studi Longsor Tebing Sungai Code di Gemawang, Sleman
Lokasi : RT 5, RW 45, Ds. Gemawang, Sinduadi, Mlati, Sleman
1.2 Latar Belakang PermasalahanBanjir pada 22 April 2015 terjadi pada Sungai Code sehingga
mengakibatkan tebing di kedua sisi sungai setinggi 10 meter di Desa Gemawang, Sinduadi, Mlati, Sleman longsor. Bahkan salah satu rumah warga di kawasan tersebut menjadi korban longsor, yaitu rumah Bapak Ngatiman. Longsor yang terjadi pada pukul 20.00 WIB telah menghabiskan sepanjang 7 meter bagian belakang rumahnya, meliputi kamar anak, kamar mandi dan jalan setapak di belakang rumah. Beruntungnya tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Pasalnya bapak Ngatiman beserta keluarga telah mengungsi ke rumah sanak saudara sebelum longsor terjadi.
Akibat longsor menyebabkan terjadinya retakan di tanah serta terbentuk lubang-lubang pada tebing sungai. Karena itu, perlu dilakukan penyelidikan apakah tebing sudah stabil atau belum. Karena apabila tebing belum stabil, maka ada kemungkinan terjadinya longsor susulan.
Pentingnya dilakukan kajian karena tepat diatas tebing sungai terdapat beberapa rumah warga. Selain itu ada beberapa warga yang melakukan aktivitas di tepi sungai, seperti keperluan mencuci baju dan mandi. Maka dikhawatirkan apabila terjadi longsor lagi akan menyebabkan kerugian bagi penduduk, baik kerugian berupa korban jiwa maupun korban harta benda.
1.3 TujuanTujuan pekerjaan ini adalah melakukan kajian terhadap permasalahan yang terjadi di tebing sungai Code, Gemawang, Sleman, yaitu:
1. ketidakpastian tingkat kestabilan tebing sungai eksisting pasca terjadinya longsor 22 April 2015 lalu,
2. adanya retakan batuan/tanah di sekitar pekarangan rumah warga.
Proposal Usulan Teknis 2/13
Dari hasil pengamatan langsung dan diskusi awal, diperoleh informasi bahwa tebing sungai merupakan tanah pasiran. Informasi tersebut menguatkan dugaan bahwa banjir besar yang terjadi pada tanggal 22 April 2015 mengikis cukup banyak bagian tebing sungai yang berupa tanah pasir di lapisan bawah/dalam sehingga mengakibatkan keruntuhan tanah yang ada di atasnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan kajian yang nantinya dapat menghasilkan suatu saran/rekomendasi penyelesaian permasalahan kestabilan tebing sungai eksisting.
Untuk mendukung tujuan penelitian ini diperlukan kajian terhadap keadaan fisik topografi, mekanika tanah, dan analisis hidrologi yang teliti. Kajian ini sangat mendukung tercapainya penyelesaian yang terintegrasi sehingga diharapkan permasalahan yang selama ini terus terjadi dapat diatasi dengan optimal. Kajian ini meliputi:
1. Kajian mekanika tanah untuk keperluan perancangan konstruksi perkuatan tanah (soil reinforcement).
2. Kajian hidrodinamika untuk menganalisis pengaruh kecepatan aliran dan pergerakan muka air (pasang surut) terhadap stabilitas tebing di sisi luar sungai.
3. Usulan alternatif penyelesaian dan rekomendasi.
1.4 Lingkup PekerjaanLingkup pekerjaan dikelompokkan menjadi tiga bagian berikut ini.
1. Survei dan pengukuran.
a. Pengumpulan data sekunder, meliputi: data meteorologi, data hujan, data tinggi muka air sungai (pasang surut), data hasil studi hidrodinamuka sebelumnya, yaitu informasi mengenai pola arus, dan transpor sedimen, termasuk peta morfologi, topografi dan batimetri.
b. Penyelidikan tanah dan uji laboratorium mekanika tanah.
2. Analisis data struktur dan geoteknik yang meliputi kajian terhadap stabilitas, kapasitas dukung, kondisi tebing sungai dan karakteristik tanahnya.
3. Menyiapkan laporan berisi rekomendasi dan alternatif penyelesaian untuk mencegah terjadinya longsor susulan berdasarkan kajian dan analisis butir-butir tersebut diatas.
1.5 Waktu Pelaksanaan PekerjaanWaktu pelaksanaan pekerjaan ini sampai diserahkannya Laporan Akhir adalah 2 bulan (60 hari) terhitung sejak penandatanganan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
Proposal Usulan Teknis 3/13
1.6 Laporan dan Produk Pekerjaan
1.6.1 Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan kemajuan pekerjaan dan semua hal yang ditemui selama berlangsung pelaksanaan pekerjaan pengukuran, yang berisi antara lain kegiatan-kegiatan berikut ini.
Data sekunder.
Data sementara dari hasil investigasi lapangan.
Laporan pendahuluan harus diserahkan kepada Pemberi Pekerjaan 1 bulan setelah penerbitan SPMK.
1.6.2 Draft Laporan Akhir
Draft Laporan Akhir berisi data serta hasil penggambaran dan penyelidikan tanah; laporan ini diserahkan pada pertengahan bulan ketiga setelah penerbitan SPMK. Konsultan wajib memperbaiki draft bilamana perlu sesuai permintaan Pemberi Pekerjaan.
1.6.3 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan perbaikan dari Draft Laporan Akhir yang telah didiskusikan (presentasi) dan disetujui oleh Pemberi Pekerjaan. Laporan diserahkan dalam format hard copy dan soft copy, 2 minggu setelah pembahasan konsep Laporan Akhir.
Proposal Usulan Teknis 4/13
2 PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1 Metodologi Pelaksanaan PekerjaanRangkaian pelaksanaan jenis-jenis pekerjaan seperti disajikan di atas dapat dikelompokkan dalam kegiatan berikut ini.
Penyelidikan tanah di lapangan dan uji laboratorium mekanika tanah.
Analisis hasil penyelidikan tanah.
2.2 Penyelidikan Tanah Penyelidikan tanah ditujukan untuk memahami struktur tanah dan sifat
mekanika tanah di wilayah proyek. Pemahaman ini ditujukan untuk
keperluan rekayasa engineering, dengan dua keperluan utama, yaitu:
mendapatkan kuat geser tanah,
perencanaan perkuatan tebing sungai khususnya dalam usaha
antisipasi terjadinya longsor.
Jenis penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi pekerjaan-pekerjaan
berikut ini.
1. Bor tangan / Auger Boring, sampai kedalaman maksimum 10 m.
Bor tangan dilakukan untuk mendapatkan data klasifikasi jenis
tanah di tebing Sungai Code. Pengeboran dilakukan dengan cara
menekan dan memutar auger masuk ke dalam tanah. Dari
pengeboran dapat diperoleh gambaran dan informasi tentang
susunan lapisan tanah serta contoh tanah terganggu dan tak
terganggu untuk pengujian soil properties dan soil engineering.
Pengeboran dilakukan di tebing Sungai Code sisi timur dan sisi
barat. Di masing-masing sisi tebing minimal terdapat 3 titik
pengeboran (bila belum ada pengeboran sebelumnya). Yang perlu
diperhatikan dalam pengeboran adalah lokasi pengeboran,
penamaan titik bor, koordinat titik bor, elevasi pengeboran, dan
kedalaman pengeboran.
2. Bor mesin
3. Uji penetrasi sondir.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui elevasi lapisan “keras” (Hard
Layer), homogenitas tanah dalam arah lateral dan daya dukung
tanah. Dengan menggunakan uji penetrasi sondir akan diperoleh
Proposal Usulan Teknis 5/13
parameter perlawanan penetrasi konus (qc) dan hambatan lekat
tanah (fs). Perlawanan penetrasi konus adalah perlawanan tanah
terhadap ujung konus yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas.
Hambatan lekat adalah perlawanan geser tanah terhadap selubung
bikonus dalam gaya persatuan luas. Pengukuran tanah dengan
sondir dilakukan pada interval 5-10 meter.
4. Pengamatan muka air tanah,
Pengamatan muka air tanah dilakukan pada semua titik sondir dan
pengeboran dalam selama penyelidikan tanah.
5. Pengambilan sampel tanah di lokasi proyek.
Jenis pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut ini:
a) kadar air
kadar air tanah adalah perbandingan antara massa (berat)
air yang dikandung tanah dan massa (berat) kering tanah,
dinyatakan dalam persen. Kadar air tanah akan
mempengaruhi berat jenis tanah tersebut.
b) berat jenis (specific gravity),
Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir
tanah dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu. Berat jenis tanah diperlukan untuk merencanakan
konstruksi bangunan yang kekuatannya dipengaruhi oleh
berat jenis tanah.
c) batas-batas konsistensi Atterberg (apabila tanah dasar
adalah lempung),
Pengujian batas-batas Atterberg terdiri dari pengujian batas
cair (LL), indeks plastisitas (PI) dan batas plastis (PL). Batas
cair adalah kadar air tanah pada keadaan batas peralihan
antara cair ke plastis. Kegunaan hasil uji batas cair ini dapat
diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material
dan sifatnya pada tanah ekspansif. Pada pengujian batas
plastis bertujuan untuk menentukan batas terendah kadar
air ketika tanah dalam keadaan plastis. Angka Indeks
Plastisitas merupakan selisih antara angka Batas Cair
dengan Batas Plastis. Setelah diketahui nilai batas cair dan
plastis, maka nilai indeks plastisitasnya (PI) dapat dihitung
(PI = LL – PL).
Proposal Usulan Teknis 6/13
d) uji distribusi ukuran butir,
Untuk menentukan distribusi ukuran butiran (gradasi)
agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan
saringan yang ditentukan pada masing-masing ukuran
butirannya.
e) uji triaxial UU (Unconsolidated Undrained),
Uji triaxial digunakan untuk menentukan parameter
tegangan geser, yaitu kohesi dan sudut gesek internal (c dan
ф). Uji laboratorium mekanika tanah ditujukan untuk
mengetahui parameter fisik tanah, khususnya untuk
mendukung perencanaan timbunan dan perkuatan tebing
sungai. Pengujian dilakukan terhadap sampel tanah terusik
(disturbed samples) yang dipilih dari seluruh sampel yang
diambil dengan pertimbangan keterwakilan setiap jenis lapis
tanah dan lokasi titik bor (1 sampel/jenis-tanah/titik-bor).
2.3 Rencana Perletakan Alat Penyelidikan LokasiRencana perletakan alat penyelidikan tanah ditunjukkan pada Gambar
2. Rincian perletakan alat adalah sebagai berikut:
1. Pengeboran untuk tanah (auger boring) dilakukan di sisi tebing
sebanyak minimal 3 titik pengeboran karena belum ada
pengeboran sebelumnya. Titik pertama (BM-1) diletakkan di sisi
bawah tebing (daerah sempadan sungai), sedangkan titik 2 (BM-
2) diletakkan di sisi atas tebing (dekat rumah warga) dan 3 (BM-
3) diletakkan di sisi timur sungai.
2. Pengeboran mesin dilakukan pada satu titik di sebelah selatan
rumah warga.
3. Uji sondir dilakukan pada 1 titik di sisi atas tebing yang berupa
tanah (dekat rumah warga). Perletakan sondir diusahakan tepat
pada garis perkiraan gerak massa tanah.
Proposal Usulan Teknis 7/13
Gambar 2. Lokasi penyelidikan dan perletakan alat
2.4 Analisis Hasil Mekanika Tanah
Kajian mekanika tanah dilakukan untuk keperluan perkuatan tebing sungai untuk menanggulangi kemungkinan longsor yang akan terjadi. Hasil yang diharapkan dari kajian mekanika tanah ini adalah:
1. Kadar Air Tanah
Untuk mementukan kadar air tanah, digunakan rumus:
2. Berat Jenis (Specific Gravity),
Deskripsi tanah berdasarkan berat jenis tanah dapat dilihat pada
tabel berikut.
Jenis Tanah GS
Kerikil 2.65 - 2.68
Pasir 2.65 – 2.68
Lempung tak berorganik 2.62 – 2.65
Lanau 2.65 – 2.68
Lanau tak berorganik 2.68 – 2.72
Lempung berorganik 2.58 – 2.66
Proposal Usulan Teknis 8/13
Tabel 2. Klasifikasi tanah berdasarkan Specific Gravity
2. Batas-batas Konsistensi Atterberg (apabila tanah dasar adalah
lempung),
Dari hasil percobaan LL (liquid limit) dan PL (plastic limit), kita dapat
menentukan indeks plastisitas (plasticity index),
PI = LL – PL
Tabel 3. Nilai Indeks Plastisitas & Jenis Tanah
PI SIFAT JENIS TANAH KOHESI
0 Non Plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastis Rendah Lanau Kohesif Sedang
7-17 Plastis Sedang Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastis Tinggi Lempung
3. Uji Distribusi Ukuran Butir,
Tabel 4. rentang batas ukuran butir tanah
Nama
Organisasi
Ukuran Butiran (mm)
Gravel Sand Silt Clay
MIT >2 2-0,06 0,06-0,002 <0,002
USDA >2 2-0,05 0,05-0,002 <0,002
AASHTO 76,2-2 2-0,075 0,075-
0,002
<0,002
U.S. ARMY 76,2-4,75 4,75-0,075 <0,075 <0,075
1. Uji triaxial UU (Unconsolidated Undrained),
Penentuan nilai kohesi (c) dan sudut gesek internal (ф) bisa
dilakukan dengan membuat lingkaran mohr yaitu cara grafis untuk
menentukan tegangan-tegangan yang bekerja pada suatu badan.
Dengan menggunakan minimal dua sampel akan didapat dua buah
lingkaran Mohr. Garis singgung dari kedua lingkaran inilah yang
disebut garis selubung kegagalan. Nilai kohesi (c) diambil dari
perpotongan garis selubung kegagalan dengan sumbu ordinatnya.
Proposal Usulan Teknis 9/13
Selanjutnya besar sudut gesek internal (ф) merupakan sudut yang
dibentuk oleh garis selubung kegagalan terhadap sumbu aksisnya.
Proposal Usulan Teknis 10/13
3 LAMPIRANBerikut dilampirkan beberapa foto dokumentasi tinjauan awal terhadap lokasi yang akan diselidiki.
Gambar 3. Lokasi penyelidikan dilihat dari sisi timur sungai
Gambar 4. Lokasi penyelidikan dilihat dari sisi bawah tebing
Proposal Usulan Teknis 11/13
Gambar 5. Kondisi lapangan pasca longsor
Gambar 6. Kondisi lapangan dilihat dari atas tebing yang ditinjau
Proposal Usulan Teknis 12/13
Proposal Usulan Teknis 13/13