14
BAB 5 PENENTUAN HARGA TRANSFER PERUSAHAAN MULTINASIONAL Perusahaan multinasional (multinatinal company - MNC atau multinational enterprise - MNE) adalah perusahaan yang beroperasi melewati batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak). HUBUNGAN ISTIMEWA Hubungan istimewa terjadi diantara induk perusahaan dengan anak perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri atau di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a)m dan (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menyatakan sebagai berikut: 1. Dirjen Pajak berwenang menetukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utnuang sebagai modal untuk mengitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa. 2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan otoritas pajak dengan negara lain untuk menentukan harga transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu priode tertentu dan mengawasi pelaksanaannta serta melakukan renegosiasi setelah periode itu berakhir.

UTS Pajak Inter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

transfer pricing

Citation preview

BAB 5

PENENTUAN HARGA TRANSFER

PERUSAHAAN MULTINASIONALPerusahaan multinasional (multinatinal company - MNC atau multinational enterprise - MNE) adalah perusahaan yang beroperasi melewati batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak).

HUBUNGAN ISTIMEWA

Hubungan istimewa terjadi diantara induk perusahaan dengan anak perusahaannya atau dengan cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri atau di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a)m dan (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menyatakan sebagai berikut:

1. Dirjen Pajak berwenang menetukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utnuang sebagai modal untuk mengitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

2. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan otoritas pajak dengan negara lain untuk menentukan harga transaksi antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu priode tertentu dan mengawasi pelaksanaannta serta melakukan renegosiasi setelah periode itu berakhir.3. Hubungan istimewa dianggap ada apabila:

a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada wajib pajak lain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada dua wajib pajak atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau

c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu sederajat.

HARGA TRANSFER

Pengertian Harga Transfer

Harga transfer sering juga disebut intracompany pricing, intercorporate pricing, interdivisional pricing, atau internal pricing. Pengertian harga transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat netral dan pengertian yang bersifat peyoratif. Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangakan motif peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya rendah.

Pengertian harga transfer secara netral dari para ahli:

Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, atau pengalihan teknologi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa (Dr. Gunadi, M.Sc., Ak.). Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit-unit bisnis yang berada di dalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. (Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin).

Pengertian harga transfer secara peyoratif:

Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan maksud mengurangi laba artifisial, membuat seolah-olah perusahaan rugi, menghindari pajak atau bea di suatu negara (Dr. Gunadi, M.Sc., Ak.). Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada barang-barang (juga jasa-jasa) yang diserahkan antarbagian/cabang suatu perusahaan multinasional. (Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.).

Tujuan Harga Transfer

Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer sebagai berikut:

1. Memaksimalkan penghasilan global.

2. Mangamankan posisi kompetitif anak/cabang perusahaan dan penetrasi pasar.

3. Mengevaluasi kinerja anak/cabang perusahaan mancanegara.

4. Menghindarkan pengendalian devisa.

5. Mengatrol kredibilitas asosiasi.

6. Mengurangi risiko moneter.

7. Mengatur arus kas anak/cabang yang memadai.

8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat.

9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk.

10. Mengurangi risiko pengambilalihan oleh pemerintah.

Penentuan Harga Transfer

Menurut Matz dan Usry (Gunadi, 1994), terdapat empat dasar untuk menentukan harga transfer, yaitu:

1. Penentuan harga transfer berdasarkan biaya (cost basis transfer pricing)

Digunakan pada transfer antarperusahaan yang emnggunakan konsep pusat pertanggungjawaban biaya. Konsep ini sederhana dan menghemat sumber daya karena tersedianya informasi biaya di setiap tingkat aktivitas perusahaan. Harga transfer basis data dianut apabila harga pasar tidak tersedia atau kurang tepat.

2. Penentuan harga pasar berdasarkan harga pasar (market based transfer pricing)Basis ini dianggap sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja manajer divisi karena kamampuannya mengasilkan laba dan merangsang divisi untuk bekerja secara bersaing. Basis ini baik untuk digunakan bila pasar perantara cukup bersaing dan saling ketergantungan antarunit adalah minimal.

3. Penentuan harga transfer berdasarkan negosiasi (the negotiated price)

Pengendalian keuntungan dan pemberian otoritas kepada unit dalam grup secara memadai menghendaki adanya harga transfer berdasarkan negosiasi, dengan asumsi bahwa kedudukan divisi-divisi tersebut berada dalam posisi tawar-menawar yang sama. Kelemahannya adalah negosiasi ini memakan banyak waktu, mengulang pemeriksaan, dan revisi harga transfer.

4. Penentuan harga transfer berdasarkan arbitrase (arbitration transfer pricing)

Penentuan harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep pusat pertanggungjawaban biaya.

HARGA TRANSFER GANDAUntuk memenuhi disparitas pertanggungjawaban dari dua divisi, dikenal juga harga transfer ganda. Misalnya, divisi penerima dapat mempertimbangkan penerapan harga transfer berdasarkan biaya diferensial. Sebaliknya, divisi yang melakukan transfer dapat mempertimbangkan unsur laba dalam penetuan harga transfer dan memungkinkan kinerja divisi.

ISU-ISU PAJAK INTERNASIONAL DALAM HARGA TRANSFER

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-perusahaan multinasional (MNC) melihat harga transfer sebagai suatu isu pajak internasiomal yang utama, dan lebih dari setengah perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian modal Organization for Economic Coorporation and Development (OECD), yang menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arms-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen. Arms-Lenght Standard yaitu tingkat harga antara pembeli dan penjual independen, bebas melakukan transaksi. Harga transfer harusnya ditetapkan supaya dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang bertindak secara bebas. Metode Arms-Lenght Standard yang paling sering digunakan antara lain:1. Comparable uncontrolled pricing method

Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada tingkat harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional dengan unit yang independen.

2. Resale pricing method

Metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya untuk dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar.3. Cost plus pricing method

Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan mark up yang wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer.

4. Other method

Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode di atas perlu diterpakan, atau mungkin metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transkasi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi Wajib Pajak ( Frederick D. S. Choi dan Gerhard G. Mueller, 1985).

Di samping keempat metode diatas masih terdapat alternatif metode lain yang dapat digunakan sebagai berikut:

1. Global methodMetodde ini merupakan alokasi langsung atas laba dari beberapa entitas hukum yang merupakan anggota dari satu kesatuan ekonomi. Aplikasi metode ini adalah dengan menjumlahkan semua laba dari tiap anggota grup kemudian mengalokasikannya berdasar beberapa faktor, misalnya penjualan, upah tenaga, dan modal kerja.

2. Safe havensPendekatan ini dilakukan dengan menyusup suatu batas toleransi interval harga. Harga transfer yang berada dalam batas tersebut tanpa evaluasi lebih lanjut dianggap sebagai harga wajar. TRANSFER PRICING DOMESTIK dan MULTINASIONALTransfer pricing Domestik adalah harga transfer barang atau jasa antar badan dalam satu grup perusahaan atau antar divisi dalam satu perusahaandalam satu wilayah kedaulatan negara, sedangkan Transfer pricing Multinasional berkenaan dengan transaksi antar divisi dalam satu unit hukum atau antar unit hukum dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara.Tujuan yang ingin dicapai dalam rangka aplikasi transfer pricing, baik bagi perusahaan domestik maupun bagi perusaahaan multinasional, adalah :

1) Evaluasi kinerja

2) Motivasi manajemen

3) Pengendalian harga untuk lebih merefleksikan cost dan margin yang seharusnya diterima dari langganandan penetapan harga optimal

4) Pengendalian pasar untukmengamankan posisi komparatif perusahaan.

PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA

Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam arti perusahaan-perusahaan multinasional Indonesia ang mempunyai anak/cabang perusahaan di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan multinasional di luar negeri yang mempunyai anak/cabang di Indonesia pada umumnya akan senantiasa berusaha dengan instrumen harga transfer, untuk mencapai tujuannya memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan beban pajaknya, terutama penghasilan badan. Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan,dengan maksud untuk menghindarkan pajak berganda, sehingga beban pajak dapat ditekan.

PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA

Harga transfer dapat terjadi baik antar-Wajib Pajak dalam negeri maupun antar Wajib Pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang berkedudukan di negara-negara dengan beban pajak rendah. Terhadap transaksi antara Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa, undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas material (substance over rorm rule).

Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan kekurangwajaran, dapat terjadi pada :1. Harga penjualan

2. Harga pembelian

3. Alokasi biaya administrasi dan umum

4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham

5. Pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen, imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya.

Harga transfer tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penggalian penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan atau biaya, dari satu Wajib Pajak ke Wajib Pajak lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang tas Wajib Pajak yang mempunyai tujuan istimewa baik nasional maupun multinasional.

PENANGKAL HARGA TRANSFER

Ada bebrapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver pajak melalui harga transfer sebagai berikut :

1. Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secar lengkap sehingga dapat dievaluasi keinginan harga transfer.

2. Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas bebabn pajak.

3. Kerja sama internasional.

4. Advance Pricing Agreement (APA)ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA)

Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan diantara internal revenue service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer, untuk menetapkan harga transfer yang disepakati. Maksud dari program APA adalah memecahkan masalah perselisihan harga transfer dengan cara yang tepat dan menghindari proses pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.

Manfaat APA

Beberapa manfaat dari diselenggarankannya APA adalah sebagai berikut :

1. Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas nama semua penghitungan mengenai harga transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.

2. Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak termasuk ke[astian mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga transfer.

3. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak.

4. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk menghindari pajak.

Masalah dalam penyelenggaraan APA

Hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan adanya potensi kerugian sebagai berikut :1. Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.

2. Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia perusahaan kepada otoritas pajak.

Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak untuk tidak diaudit oleh otoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup dalam APA masih dapat diaudit dalam kriteria audit yang biasa dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah harga transfer yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.Penanganan Transfer PricingOECD mengeluarkan OECD transfer pricing guide lines sebagai panduan untuk otoritas pajak dan perusahaan multinasional dalam menyelesaikan masalah transfer pricing, panduannya adalah sebagai berikut :

a. Penerapan the arms length principleb. Traditional transaction methods, meliputi penggunaan CUP, RPM, dan CPM.c. Metode lainnya seperti profit split method dan transactional net margin method.d. Pendekatan administrasi dalam rangka penghindaran dan penyelesaian sengketa transfer pricing, meliputi pemeriksaan, beban pembuktian, dan sanksi

e. Dokumentasi

f. Ketentuan mengenai harta tidak berwujud

g. Ketentuan mengenai pemberian jasa antargroup

h. Cost contribution arrangementIndonesia telah memilik aturan mengenai transfer pricing diatur dalam Pasal 18 (3) UU PPh. Sejalan dengan OECD, DJP juga mengeluarkan aturan Nomor PER-43/PJ/2010 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antar wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, diatur sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup

Usaha yang tidak sesuai prinsip kewajaran dan kelaziman meliputi:

a. Penjualan, pengalihan, pembelian, atau perolehan barang berwujud maupun tidak berwujud.

b. Sewa, royalty, atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun tidak berwujud

c. Penghasilan atau pengeluaran sehubungan dengan penyerahan atau pemanfaatan jasa

d. Alokasi biaya

e. Penyerahan atau perolehan harta dalam bentuk instrumen keuangan, dan penghasilan atau pengeluaran yang timbul akibat penyerahan dan perolehan harta dalam bentuk instrument keuangan tersebut.

2. Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha serta analisis kesebandinganPrinsip kewajaran dan kelaziman usaha dilakukan dengan langkah-langkah seperti:

a. Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding

b. Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat

c. Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antar wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa

d. Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau laba wajar, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pajak yang berlaku

Dalam melakukan analisis kesebandingan, harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Transaksi yang dilakukan antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihakyang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam hal :

1. Tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbandingkan

2. Terdapat perbedaan kondisi, namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material atau signifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba

b. Dalam hal tersedia data pembanding internal dan eksternal dengan tingkat kesebandingan yang sama, maka wajib pajak harus menggunakan data pembanding internal untuk penentuan harga wajar atau laba wajarc. WP harus mendokumentasikan langkah-langkah, kajian, dan hasil kajian dalam melakukan analisis kesebandingan dan penentuan pembanding, penggunaan data pembanding internal dan/atau data pembanding eksternal serta menyimpan buku, dasar catatan, atau dokumen sesuai ketentuan yang berlaku.

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan, antara lain:

a. Karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta tidak berwujud yang diperjualbelikan termasuk jasa

b. Fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi

c. Ketentuan-ketentuan dalam kontrak atau perjanjian

d. Keadaan ekonomi

e. Strategi usaha

Berikut adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk menilai dan menganalisis karakteristik barang berwujud:

a. Ciri-ciri fisik barang

b. Kualitas barang

c. Daya tahan barang

d. Tingkat ketersediaan barang

e. Jumlah penawaran barang

Sedangkan untuk barang tidak berwujud adalah sebagai berikut :

a. Jenis transaksi

b. Jenis barang yang diserahkan

c. Jangka waktu dan tingkat perlindungan yang diberikan

d. Potensi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan barang tersebut.

Untuk menilai dan menganilisis karakterisitik jasa adalah sebagai berikut:

a. Sifat dan jenis jasa

b. Cakupan pemberian jasa

Kemudian dalam melakukan analisis fungsi, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

a. Struktur organisasi

b. Fungsi-fungsi utama yang dijalankan oleh suatu perusahaan seperti desain, pengolahan, perakitan, penelitian, pengembangan, pelayanan, pembelian, distribusi, pemasaran, promosi, transportasi, keuangan, dan manajemen

c. Jenis aktiva yang digunakan atau akan digunakan seperti tanah, bangunan, peralatan, dan harta tidak berwujud, serta sifat dari aktiva tersebut seperti umut, harga pasar, dan lokasi

d. Risiko yang mungkin timbul dan harus ditanggung oleh masing-masing pihak yang melakukan transkasi seperti risiko pasar, risiko kerugian investasi, dan risiko keuangan.3. Harga wajar ata laba wajarRentang harga wajar atau laba wajar, merupakan rentangan antara kuartil pertama dan ketiga harus memenuhi syarat seperti berikut ini :a. Transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat diandalkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a.b. Didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai, bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak dapat dilakukan.

4. Transaksi Khusus

Transaksi dianggap wajar dan lazim sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:

a. Penyerahan atau perolehan jasa benar-benar terjadi

b. Terdapat manfaat ekonomis atau komersial dari perolehan jasa

c. Nilai transkasi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, sama dengan nilai transaksi jasa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istmewa, namun mempunyai kondisi sebanding, atau dilakukan sendiri oleh wajib pajak untuk keperluannya.

Menurut UU PPh, hubungan istimewa di antara wajib pajak dapat terjad karena ketergantungan atau keterikatan satu sama lain, disebabkan:a. Kepemilikan atau penyertaan modalb. Penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi