Upload
ratna-manika
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teori pembelajaran
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan saat ini, membutuhkan peran peserta didik dan tenaga
pendidik secara optimal untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
dapat meningkatkan sumber daya manusia dan dapat bersaing dalam
kompetisi global untuk kemajuan negara kita. Menyadari keadaan tersebut,
maka sebagai calon tenaga pendidik perlu memberi perhatian pada proses
belajar mengajar.
Proses pendidikan yang berlangsung saat ini belum sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini terjadi karena adanya masalah-masalah yang ditemui
pendidik ketika melaksanakan pembelajaran. Salah satu cara untuk
memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran yaitu dengan
menggunakan teori. Menurut Snelbecker (1974) dalam Dahar (1989),
perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan vital bagi psikologi dan
pendidikan, untuk dapat maju atau berkembang, dan memecahkan masalah-
masalah yang ditemukan dalam setiap bidang itu. Sehingga teori dibutuhkan
dalam menunjang proses belajar mengajar. Teori belajar dapat juga
diterapkan dalam pembelajaran kimia, salah satu teori belajar yang dapat
digunakan yaitu teori belajar yang dikemukakan oleh Jerome Bruner.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran harus dipilih strategi pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik konsep yang diajarkan. Konsep-konsep
merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk
merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk
memecahkan masalah, seorang peserta didik harus mengetahui aturan-aturan
yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang
diperolehnya (Susiwi, 2007). Pengetahuan akan konsep juga dapat
1
meningkatkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga peserta didik
dapat berperan aktif dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan informasi diatas, maka pada makalah ini akan dibahas konsep
belajar dan teori belajar Bruner dalam materi Hukum-hukum Dasar Kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Bagaimana proses belajar menurut Jerome Bruner?
2. Bagaimana Teori pengajaran menurut Jerome Bruner?
3. Apakah perbedaan teori belajar kognitif Ausubel dan Bruner?
4. Apa saja alat mengajar menurut Jerome Bruner?
5. Bagaimana implikasi teori belajar Bruner dalam materi Hukum-hukum
Dasar Kimia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses belajar menurut Jerome Bruner.
2. Untuk mengetahui Teori pengajaran menurut Jerome Bruner.
3. Untuk mengetahui perbedaan teori belajar kognitif Ausubel dan Bruner.
4. Untuk mengetahui apa saja alat mengajar menurut Jerome Bruner.
5. Untuk mengetahui implikasi teori belajar Bruner dalam materi Hukum-
hukum Dasar Kimia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Proses Belajar Menurut Jerome Bruner
Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu
menurut Bruner, murid mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu
bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan discovery learning, atau dengan
kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan dan
mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti
dari berajar.
Dalam buku Bruner tentang The Process of Education, 1960 (Dahar, 1989)
terdapat empat Tema tentang Pendidikan, yaitu :
1. Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal
ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk
untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada
hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
2. Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner
kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai
kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
3. Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-
formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk
mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan yang
benar atau tidak.
4. Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan
cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
3
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa
orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan
tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan
yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model
Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model
seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari
lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang
mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun
suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.
Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
1. Perkembangan intelektul ditandai dengan adanya kemajuan dalam
menanggapi suatu rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis
3. Perkembangan intelekual meliputi perkembangan kemampuan berbicara
pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang
tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini
berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif karena bahasa merupakan alat
komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada
diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu
konsep ke pada oraag lain.
6. Perkembaagan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan
beberapa alternatif secara simultan. memilih tindakan yang tepat, dapat
memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi
4
Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau
pengalaman baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah
informasi yang berfungsi sebagai penambahan pengetahuan yang lama,
memperluas dan memperdalam dan kemungkinan informasi yang baru
bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis
pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, yaitu informasi harus
dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau
konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada
tahap ke dua benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga
diketahui mana-mana pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Pendewasaan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan
oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus.
Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan
lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang
untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa
yang telah atau akan dilakukannya.
Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal. Pada
dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang
ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan
kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental
tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang
terbagi menjadi tiga tahapan, yakni:
1. Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya
menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung.
5
2. Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak
mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek.
Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek,
melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari
obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang
mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37).
3. Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara
langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai
transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian
simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel.
Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah
informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai
pemahaman.
2.2 Teori Pengajaran Menurut Jerome Bruner
Bruner berpendapat bahwa pengajaran dapat dianggap sebagai hakikat
seseorang sebagai pengenal, hakekat dari pengetahuan, dan hakekat dari
proses mendapatkan pengetahuan. Manusia sebagai makhluk yang paling
mulia diantara makhluk-makhluk lain memiliki dua kekuatan yakni akal
pikirannya dan kemampuan berbahasa. Dengan dua kemampuan tersebut
maka manusia dapat mengembangkan kemampuan yang ada padanya.
Dorongan dan hasrat ingin mengenal dan mengetahui dunia dan lingkungan
alamnya menyebabkan manusia mempunyai kebudayaan dalam bentuk
konsepsi, gagasan, pengetahuan, maupun karya-karyanya. Kemampuan yang
ada dalam dirinya mendorongnya untuk mengekspresikan apa yang telah
dimilikinya.
Kondisi dan karakteristik tersebut hendaknya melandasi atau dijadikan dasar
dalam mengembangkan proses pengajaran. Dengan demikian guru harus
memandang siswa sebagai individu yang aktif dan memiliki hasrat untuk
mengetahui lingkungan dan dunianya bukan semata-mata makhluk pasif
menerima apa adanya sehingga terjadi belajar penemuan.
6
Peneliti yang mengembangkan belajar penemuan ini adalah Ausubel dan
Bruner. Dari kedua peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang
berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (Advance Organizer)
yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep
tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk
pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya
tentang perkembangan intelektual, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah
ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting
bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya.
Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah
kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap
perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini
adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi
agar siswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya.
Sedangkan Ausubel mempreskripsikan agar siswa dapat mengembangkan
stuasi belajar, memilih dan menstrukturkan isi, serta menginformasikannya
dalam bentuk sajian pembelajaran yang terorganisasi dari umum menuju
kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.
7
Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran melalui penemuan
bebas (Free discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan
penemuan. Bruner mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori
pembelajarannya yaitu; cara manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dan pengalamannya, perkembangan mental manusia dan pemikiran semasa
proses pembelajaran, pemikiran secara logika, penggunaan istilah untuk
memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan intuitif,
pembelajaran induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran
metakognitif.
Selanjutnya bruner berpendapat bahwa teori pengajaran harus mencakup lima
aspek utama yakni:
a. Pengalaman optimal untuk mempengaruhi siswa belajar
Bruner melihat bahwa ada semacam kebutuhan untuk mengubah praktek
mengajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan untuk membentuk
pola-pola pemikiran manusia. Kefektifan belajar tidak hanya mempelajari
bahan-bahan pengajaran tetapi juga belajar berbagai cara bagaimana
memperoleh informasi dan memecahkan masalah. Oleh sebab itu diskusi,
problem solving, seminar akan memperkaya pengalaman siswa dan
mempengaruhi cara belajar.
b. Struktur pengetahuan untuk membentuk pengetahuan yang optimal
Tujuan terakhir dari pengajaran berbagai mata pelajaran adalah
pemahaman terhadap struktur pengetahuan. Mengerti struktur
pengetahuan adalah memahami aspe-aspeknya dalam berbagai hal dengan
penuh pengertian. Tugas guru adalah member siswa pengertian tentang
struktur pengetahuan dengan berbagai cara sehingga mereka dapat
membedakan informasi yang berarti dan yang tidak berarti.
c. Spesifikasi mengurutkan penyajian pelajaran siswa
Mengurutkan bahan pengajaran agar dapat dipelajari siswa hendaknya
mempertimbangkan criteria sebagi berikut; kecepatan belajar, daya tahan
untuk mengingat, transfer bahwa yang telah dipelajari kepada situasi baru,
bentuk penyajian mengekspresikan bahan-bahan yang telah dipelajari, apa
yang telah dipelajarinya mempunyai nilai ekonomis, apa yang telah
8
dipelajari memilii kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan baru
dan menyusun hipotesis.
d. Peranan sukses dan gagal serta hakekat ganjaran dan hukuman
Ada dua alternative yang mungkin dicapai siswa manakala dihadapkan
dengan tugas-tugas belajar yakni sukses dan gagal. Sedangkan dua
alternative yang digunakan untuk mendorong perbuatan belajar adalah
ganjaran dan hukuman. Ganjaran penggunaannya dikaitkan dengan
keberhasilan (sukses) hukuman dikaitkan dengan kegagalan.
e. Prosedur untuk merangsang berpikir siswa dalam lingkungan sekolah
Pengajaran hendaknya diarahkan kepada proses menarik kesimpulan dari
data yang dapat dipercaya ke dalam suatu hipotesis kemudian menguji
hipotesis dengan data lebih lanjut untuk kemudian menarik kesimpulan-
kesimpulan sehingga siswa diajak dan diarahkan kepada pemecahan
masalah. Ini berarti belajar pemecahan masalah harus dikembangkan
disekolah agar para siswa memiliki ketrampilan bagaimana mereka
belajar yang sebenarnya. Melaui metode pemecahan masalah akan
merangsang berpikir siswa dalam pengertian luas mencakup proses
mencari informasi, menggunakan informasi, memanfaatkan informasi
untuk masalah pemecahan lebih lanjut.
Berdasarkan pemikiran diatas Bruner menganjurkan penggunaan metode
discovery learning, inquiry learning, dan problem solving.
Metode discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception
learning dan expository teaching, dimana guru menerangkan semua informasi
dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
Bruner mendapatkan pertanyaan, bagaimana kita dapat mengembangkan
program pengajaran yang lebih efektif bagi anak yang muda?. Jawaban
Bruner adalah dengan mengkoordinasikan metode penyajian bahan dengan
cara dimana anak dapat mempelajari bahan itu yang sesuai dengan tingkat
kemajuan anak.
9
2.3 Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner
Dalam Nasution (2003), Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam
empat macam menurut fungsinya antara lain:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti
pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak
dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan
melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya;
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;
3) Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau
tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea
atau gejala;
3. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma
yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan
balikan atau feedback tentang respon siswa.
Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah
bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi.
2.4 Implementasi Teori Bruner dalam Materi Hukum-hukum Dasar Kimia
Pelaksanaan teori belajar Bruner dalam pembelajaran kimia bisa dilakukan
dengan cara guru menyajikan suatu problem dan mendampingi siswa
menemukan pemecahannya dengan mengajukan serentetan pertanyaan yang
terarah. Pada materi hukum-hukum dasar kimia, guru menyajikan video
pembakaran kayu, lalu memberi pertanyaan zat apakah yang tersisa dari
pembakaran kayu? Samakah berat kayu semula dengan berat abu sisa
pembakaran? Tentu abu tersebut lebih ringan bukan? Mengapa bisa
demikian? Selanjutnya agar siswa dapat lebih optimal menerima
pembelajaran ini, guru melakukan pembakaran kertas di kelas, dengan
perlakuan sebelum dan sesudah pembakaran dilakukan penimbangan massa.
Selanjutnya menanyakan hal yang serupa yaitu zat apakah yang tersisa dari
10
pembakaran kertas? Samakah berat kertas semula dengan berat abu sisa
pembakaran? Tentu abu tersebut lebih ringan bukan? Mengapa bisa
demikian?
Sehingga dari problem-problem tersebut, guru dapat mengarahkan siswa
untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menimbulkan suatu perasaan ingin tahu di dalam dirinya.
2. Mulai menyelidiki problem itu secara individual.
3. Berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuannya.,
melihat fenomena-fenomena, menghubung-hubungkan pengetahuan yang
sebelumnya.
4. Menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip yang dapat menyelesaikan
problem-problem tersebut.
Berikut ini tabel kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
yaitu sebagai berikut :
1. Membuktikan berdasarkan percobaan
bahwa massa zat sebelum dan sesudah
reaksi tetap (hukum Kekekalan
Massa/Hukum Lavoisier)
2. Membuktikan berdasarkan percobaan
bahwa perbandingan massa unsur-unsur
dalam setiap senyawa selalu tetap/
hukum perbandingan tetap (Proust)
3. Menganalisis data perbandingan massa
unsur-unsur dalam beberapa senyawa
untuk membuktikan hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton) pada
beberapa senyawa.
4. Menggunakan data percobaan untuk
Siswa menyimak dan mencatat
tujuan pembelajaran.
11
membuktikan hukum perbandingan
volum (hukum Gay Lussac)
5. Menghitung volum gas pereaksi atau
hasil reaksi berdasarkan hukum Gay
Lussac.
6. Menemukan hubungan antara volum
gas dengan jumlah molekulnya yang
diukur pada suhu dan tekanan yang
sama (hukum Avogadro)
2 Menanyakan bagaimana cara seorang
apoteker dapat meracik dengan tepat
komposisi suatu obat
Menjawab dengan menghitung
banyaknya zat yang harus
dicampurkan
3 Menanyakan apakah yang mendasari
perhitungan banyaknya zat yang harus
dicampurkan
Menjawab pasti ada dasar
untuk melakukan perhitungan
tersebut
4 Mengatakan bahwa dalam kimia, terdapat
hukum-hukum dasar yang dapat menjadi
dasar perhitungan tersebut
Merasa ingin tahu apa dan
bagaimana hukum-hukum
dasar itu
5 Menyajikan video pembakaran kayu, lalu
memberi pertanyaan zat apakah yang
tersisa dari pembakaran kayu? Samakah
berat kayu semula dengan berat abu sisa
pembakaran? Tentu abu tersebut lebih
ringan bukan? Mengapa bisa demikian?
- Mencaritahu Mengapa bisa
berat abu sisa pembakaran
lebih ringan dari kayu semula
- Menyelidiki bagaimana
proses pembakaran kayu
6 Melakukan pembakaran kertas di kelas,
dengan perlakuan sebelum dan sesudah
pembakaran dilakukan penimbangan
massa. Selanjutnya menanyakan hal yang
serupa yaitu zat apakah yang tersisa dari
pembakaran kertas? Samakah berat kertas
semula dengan berat abu sisa pembakaran?
Tentu abu tersebut lebih ringan bukan?
- Mencaritahu Mengapa bisa
berat abu sisa pembakaran
lebih ringan dari kertas
semula
- Menyelidiki bagaimana
proses pembakaran kertas
- Menganalisis proses
pembakaran kertas
12
Mengapa bisa demikian?
7 Memberikan LKS untuk melakukan
percobaan mengenai hukum Kekekalan
Massa/Hukum Lavoisier
- Memahami LKS yang
diberikan oleh guru
- Melakukan percobaan
mengenai hukum Kekekalan
Massa/Hukum Lavoisier
- Menuliskan hasil percobaan
- Menganalisis hasil percobaan
- Menyimpulkan hukum
Kekekalan Massa/Hukum
Lavoisier berdasarkan
percobaan yang telah
dilakukan
- Menemukan konsep
mengenai hukum Kekekalan
Massa/Hukum Lavoisier
- Menyatakan konsep mengenai
hukum Kekekalan
Massa/Hukum Lavoisier
8 Memberikan LKS untuk melakukan
percobaan mengenai hukum Perbandingan
tetap
- Memahami LKS yang
diberikan oleh guru
- Melakukan percobaan
mengenai hukum
Perbandingan tetap
- Menuliskan hasil percobaan
- Menganalisis hasil percobaan
- Menyimpulkan hukum
Perbandingan tetap
berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan
- Menemukan konsep
mengenai hukum
13
Perbandingan tetap
- Menyatakan konsep mengenai
hukum Perbandingan tetap
9 Memberikan data perbandingan massa
unsur-unsur dalam beberapa senyawa untuk
membuktikan hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton) pada
beberapa senyawa
- Mengamati data yang
diberikan oleh guru
- Mencaritahu bagaimana data
itu bisa diperoleh
- Menganalisis data tersebut
- Menyimpulkan hukum
kelipatan perbandingan
(hukum Dalton)
- Menemukan konsep
mengenai hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton)
- Menyatakan konsep mengenai
hukum kelipatan
perbandingan (hukum Dalton)
10 Memberikan data percobaan untuk
membuktikan hukum perbandingan volum
(hukum Gay Lussac)
- Menganalisis data yang
diberikan guru
- Menyimpulkan hukum
perbandingan volum (hukum
Gay Lussac)
- Menemukan konsep
mengenai hukum
perbandingan volum (hukum
Gay Lussac)
- Menyatakan konsep mengenai
hukum perbandingan volum
(hukum Gay Lussac)
11 Memberikan soal perhitungan volum gas
pereaksi atau hasil reaksi berdasarkan
hukum Gay Lussac
Menghitung volum gas
pereaksi atau hasil reaksi
berdasarkan hukum Gay
14
Lussac
12 Menjadi fasilitator agar enemukan
hubungan antara volum gas dengan jumlah
molekul dari hipotesis Dalton-Gay Lussac
- Menemukan hubungan antara
volum gas dengan jumlah
molekulnya yang diukur pada
suhu dan tekanan yang sama
(hukum Avogadro)
- Menyatakan hubungan antara
volum gas dengan jumlah
molekulnya yang diukur pada
suhu dan tekanan yang sama
(hukum Avogadro)
13 Membenahi jika terdapat siswa yang salah
konsep dan/atau mempertegas konsep yang
telah dimiliki siswa
- Memiliki konsep yang benar
mengenai hukum-hukum
dasar kimia
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bruner mengemukakan empat tema, yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan
motivasi.
2. Belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi
baru, transformasi ilmu pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan.
3. Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara
enaktif, ekonik, dan cara simbolik.
4. Teori belajar Bruner mementingkan pembelajaran melalui penemuan
bebas atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan.
5. Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya menciptakan situasi
agar siswa belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan/kemampuan yang khas baginya.
6. Pelaksanaan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dilakukan dengan
cara guru menyajikan suatu problem dan mendampingi siswa menemukan
pemecahannya dengan mengajukan pertanyaan yang terarah sampai
akhirnya siswa menemukan konsep atau prinsip pengetahuan.
3.2 Saran
Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang variatif dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas. Diantaranya dengan menggunakan teori
belajar kognitif Bruner dengan pendekatan discovery learning.
Dalam menerapkan belajar penemuan, tujuan-tujuan mengajar hendaknya
dirumuskan secara garis besar dan cara-cara yang digunakan para siswa untuk
mencapai tujuan tidak perlu sama. Dalam belajar penemuan guru tidak begitu
mengendalikan proses belajar-mengajar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi. 2011. Teori Belajar Bruner. http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori
-belajar-bruner/ diakses tanggal 03 Mei 2014
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Wilis Dahar, Ratna.1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
17